Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

9

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Penyediaan Air Bersih
Air adalah unsur yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.
Bahkan dapat dipastikan tanpa pengembangan sumber daya air secara konsisten
peradaban manusia tidak akan mencapai tingkat yang dinikmati sampai saat ini. Oleh
karena itu pengembangan dan pengolahan sumber daya air merupakan dasar
peradaban manusia (Sunaryo, dkk, 2005).
Menurut Permenkes No: 416/MEN.KES/PER/IX/1990, Air bersih adalah air
yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Depkes, 1990). Air di dalam
tubuh manusia, berkisar antara 50-70% dari seluruh berat badan.Air terdapat
diseluruh badan, ditulang terdapat air sebanyak 22% berat tulang, didarah dan diginjal
sebanyak 83%. air bagi kesehatan dapat dilihat jumlah air yang ada di dalam organ,
seperti 80% dari darah terdiri atas air, 25% dari tulang, 75 % dari urat syaraf 80%
dari ginjal, 70% dari hati, dan 75 % dari otot adalah air..Kehilangan air untuk 15%
dari berat badan dapat mengakibatkan kematian.Karena orang dewasa perlu minum
minimum 1,5-2 liter sehari (Soemirat, 2001).

Siklus hidrologi adalah gerakan air laut ke udara, kemudian jatuh dan
akhirnya ke laut kembali. Air laut menguap karena radiasi matahari menjadi awan,
kemudian awan yang terjadi oleh penguapan air bergerak ke atas karena tertiup angin.

10

Setelah jatuh ke permukaan tanah akan menimbulkan limpasan yang mengalir
kembali ke laut. Dalam usahanya untuk mengalir kembali ke laut beberapa di
antaranya masuk ke dalam tanah (infiltrasi) dan bergerak terus ke bawah (perkolasi)
ke dalam daerah jenuh yang terdapat di bawah permukaan air tanah. Permukaan
sungai dan danau juga mengalami penguapan (evaporasi) sehingga masih ada lagi air
yang ditinggalkan menjadi uap. Akhirnya air tidak menguap ataupun mengalami
infiltrasi tiba kembali ke laut lewat palung-palung sungai. Air tanah yang bergerak
jauh lebih lambat mencapai laut dengan jalan keluar melewati palung-palung air
sungai atau langsung merembes ke pantai-pantai. Dengan demikian seluruh daur telah
dilalui kemudian akan berulang kembali (Sutrisno, 2006).
Kebutuhan manusia akan air sangat kompleks antara lain untuk minum,
masak, mandi, mencuci. Menurut perhitungan WHO di negara-negara maju tiap
orang memerlukan air antara 60-120 liter per hari. Sedangkan di negara-negara
berkembang, termasuk indonesia tiap orang memerlukan air antara 30-60 liter per

hari (Suyono, 2012).
Menurut Entjang (2000), sumber air di alam dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Air dalam tanah (ground water).
Adalah air yang diperoleh dari pengumpulan air pada lapisan tanah dalam.
Air ini sangat bersih karena bebas dari pengotoran, tapi seringkalimengandung
mineral-mineral dalam kadar yang terlalu tinggi. Misalnya: air sumur dan air dari
mata air.

11

2. Air permukaan (surface water) adalah air yang terdapat pada permukaan tanah.
Air permukaan harus diolah terlebih dahulu sebelum dipergunakan karena
umumnya telah mengalami pengotoran. Misalnya: air sungai, air rawa, air danau, air
kolam, dan air hujan.
Air memiliki karakteristik yang tidak dimiliki oleh senyawa kimia lain,
karakter tersebut antara lain :
1. Pada kisaran suhu yang sesuai bagi kehidupan, yakni 0oC – 100o C, air berwujud
cair.
2. Perubahan suhu air berlangsung lambat sehingga air memiliki sifat sebagai
penyimpan panas yang sangat baik.

3. Air memerlukan panas yang tinggi pada proses penguapan. Penguapan adalah
proses perubahan air menjadi uap air.
4. Air merupakan pelarut yang baik.
5. Air memiliki tegangan permukaan yang tinggi.
6. Air merupakan satu-satunya senyawa yang merenggang ketika membeku (Effendi,
2003).
2.1.1 Persyaratan Kualitas Air
Berdasarkan Permenkes RI No.416/Menkes/Per/IX/1990 air bersih adalah
air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi syarat
kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Depkes, 1990). Syarat-syarat
sumber mata air yang bisa digunakan sebagai air bersih adalah sebagai berikut :

12

1) Kekeruhan
Air yang berkualitas harus memenuhi persyaratan fisik seperti berikut jernih
atau tidak keruh. Air yang keruh disebabkan oleh adanya butiran-butiran koloid dari
bahan tanah liat. Semakin banyak kandungan tanah liat maka air semakin
keruh. Derajat kekeruhan dinyatakan dengan satuan unit.
2) Tidak berwarna

Air untuk keperluan rumah tangga harus jernih. Air yang berwarna
berarti mengandung bahan-bahan lain yang berbahaya bagi kesehatan.
3) Rasanya tawar
Secara fisika, air bisa dirasakan oleh lidah. Air yang terasa asam, manis, pahit,
atau asin menunjukan bahwa kualitas air tersebut tidak baik. Rasa asin itu,
disebabkan adanya garam-garam tertentu yang larut dalam air, sedangkan
rasa asam diakibatkan adanya asam organik maupun asam anorganik.
4) Tidak berbau
Air yang baik memiliki ciri tidak berbau bila dicium dari jauh maupun
dari dekat. Air

yang berbau busuk mengandung bahan organik yang sedang

mengalami penguraian oleh mikroorganisme air.
5) Temperaturnya normal
Air yang baik harus memiliki temperatur sama dengan temperatur udara (20290C). Air yang secara mencolok mempunyai

temperatur di atas atau di

bawah temperatur udara berarti mengandung zat-zat tertentu yang mengeluarkan

atau menyerap energi dalam air.

13

6) Tidak mengandung zat padatan
Bahan padat adalah bahan yang tertinggal sebagai residu pada penguapan dan
pengeringan pada suhu 103-1050C (Kusnaedi, 2010).
Standar kualitas air bersih diatur oleh Keputusan Menteri kesehatan republik
Indonesia, Nomor : 416/MENKES/PER/IX/1990. Adapun syarat kualitas air bersih
meliputi :
1. Syarat-syarat fisik.
Secara fisik air bersih harus jernih, tidak berbau dan tidak berasa. Selain itu
juga suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang lebih 25oC, dan
apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25oC ± 3oC.
2. Syarat-syaratKimia.
Air bersih tidak boleh mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang
melampaui batas. Beberapa persyaratan kimia antara lain adalah : pH, total solid, zat
organik, CO2 agresif, kesadahan, kalsium (Ca), besi (Fe), mangan (Mn), tembaga
(Cu), seng (Zn), chlorida (Cl), nitrit, flourida (F), serta logam berat.
3. Syarat-syarat bakteriologis dan mikrobiologis.

Air bersih tidak boleh mengandung kuman patogen dan parasitik yang
mengganggu kesehatan. Persyaratan bakteriologis ini ditandai dengan tidak adanya
bakteri E. coli atau Fecal coli dalam air.

14

4. Syarat-syarat Radiologis.
Persyaratan radiologis mensyaratkan bahwa air bersih tidak boleh
mengandung zat yang menghasilkan bahan-bahan yang mengandung radioaktif,
seperti sinar alfa, beta dan gamma (Depkes, 1990).
2.1.2 Air dan Penyakit
Penyakit yang sering menular dengan perantaraan air adalah penyakit yang
tergolong kedalam golongan “water borne diseases”. Air rumah tangga dikatakan
memenuhi syarat bakteriologis bila: tidak mengandung suatu bibit penyakit, tidak
mengandung bakteri Escherichia coli dan bakteri saprophyt tidak lebih dari 100/ml
air (Entjang, 2000).
Air merupakan suatu sarana utama untuk meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, karena air merupakan salah satu media dari berbagai macam penularan
penyakit (Kusnaedi, 2010).
Ada dua cara umum penularan penyakit :

1. Penularan langsung atau juga dikenal sebagai penularan dari orang ke orang,
adalah perpindahan patogen atau agens secara langsung dan segera dari
pejamu/reservoir ke pejamu yang rentan. Penularan langsung dapat terjadi melalui
kontak fisik atau kontak langsung orang per orang, seperti bersentuhan dengan
tangan yang terkontaminasi, sentuhan kulit dengan kulit, berciuman, atau
hubungan seksual.
2. Penularan tidak langsung terjadi ketika patogen atau agens berpindah atau terbawa
melalui beberapa item, organisme, benda, atau proses perantara menuju pejamu

15

yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung dilakukan
melalui beberapa cara penularan berikut:
a. Penularan airborne terjadi ketika droplet atau partikel debu membawa patogen ke
pejamu dan menginfeksinya.
b. Penularan waterborne terjadi ketika patogen terbawa dalam air minum, kolam
renang, sungai, atau danau yang digunakan untuk berenang.
c. Penularan vehicleborne berhubungan dengan fomite (barang/benda), misalnya
peralatan makan, pakaian, peralatan cuci, sisir, botol air minum, dan sebagainya
(Timmreck, 2004).

Secara tradisional empat penggolongan penyakit yang berkaitan dengan air
adalah :
1.

Water borne diseases, adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air
minum, di mana air yang diminum mengandung kuman pathogen sehingga
menyebabkan yang bersangkutan menjadi sakit. Penyakit-penyakit yang
tergolong water borne diseases adalah: kolera, typhus, desentri , dan lain-lain.

2.

Water washed diseases, merupakan penyakit yang berkaitan dengan kekurangan
air higiene perorangan. Penyakit yang tergolong di sini adalah: skabies, infeksi
kulit, dan selaput lendir, trakhoma, lepra, dan lain-lain.

3.

Water Based Disease. Penyakit ini memiliki host perantara yang hidup di dalam
air. Penyakit yang dapat muncul adalah schistosomiasis dan dracontiasis.


4.

Water Related Vectors, adalah penyakit yang ditularkan oleh vektor penyakit
yang sebagian atau seluruhnya perindukannya berada di air. Penyakit yang

16

tergolong di sini adalah malaria, demam berdarah dengue, filariasis dan
sebagainya (Achmadi, 2008).
Ada beberapa penyakit yang masuk dalam katagori water-borne diseases, atau
penyakit-penyakit yang dibawa oleh air, yang masih banyak terdapat di daerahdaerah. Penyakit-penyakit ini dapat menyebar bila mikroba penyebabnya dapat
masuk ke dalam sumber air yang dipakai masyarakat untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Sedangkan jenis mikroba yang dapat menyebar lewat air antara lain,
bakteri, protozoa dan metazoa (Warlina, 2004).
Beberapa penyakit menular yang dapat ditularkan melalui air :
a. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan defekasi encer lebih dari 3 x sehari,
dengan/tanpa dan/atau lendir dalam tinja yang bisa disebabkan oleh bakteri
ataupun virus, parasit, malabsobrsi, alergi dan imunodefiesiensi.
b.


Cholera adalah

penyakit usus halus yang akut dan berat. Penyakit cholera

disebabkan oleh bakteri vibrio cholera. Masa tunasnya berkisar beberapa jam
sampai beberapa hari. Gejala utamanya adalah mumtaber, dehidrasi dan kolaps.
Gejala khasnya adalah tinja yang menyerupai air cucian beras.
c.

Typhus abdominalis juga merupakan penyakit yang menyerang usus halus dan
penyebabnya adalah Salmonella typi. gejala utamanya adalah panas yang terus
menerus dengan taraf kesadaran menurun. Salmonella typi tumbuh dalam
suasana yang cocok bagi dirinya yaitu usus manusia dan hewan berdarah panas.
Namun bila tinja seseorang yang sakit mengandung bakteri masuk ke air, maka
bakteri ini dapat hidup beberapa hari sebelum mati.

17

Bila air tersebut diminum, salmonella typi akan masuk ke usus manusia dan
berkembang biak hingga menyebabkan timbulnya penyakit yaitu:

1. Hepatitits A disebabkan oleh virus hepatitis A dengan gejala utama demam akut
dengan perasaan mual dan muntah, hati membengkak dan sclera mata menjadi
kuning.
2. Dysentrie amoeba disebabkan protozoa bernama Entamoebe hystolitica gejala
utamanya adalah tinja yang bercampur darah dan lendir.
3. Tularemia oleh Pasteurella tularensis.
4. Poliomielitis akuta oleh virus polio
5. Guiena worm disesase (dracuntias) disebabkan Disentri basiler oleh Shygella
dysentriae, Shygella flexneri, Shygella boydii, Shygella sonnei.
6. Oleh cacing gelang Dracunculus medimensis
7. Disentri amoeba disebabkan oleh protozoa bernama Entamoeba hystolitica
8. Toksik sianobakteria, keracunan akibat toksin yang dihasilkan bakteri dalam air.
9. Melalui kulit adalah karena kontak langsung dengan kulit yaitu scabies
disebabkan oleh Sarcoptes sbcabiei dan penyakit mata oleh virus (Suyono, 2012).

2.2 Sumur Gali
2.2.1 Pengertian Sumur Gali
Air sumur merupakan sumber air yang banyak digunakan masyarakat
Indonesia. Agar air sumur memenuhi syarat kesehatan, khususnya untuk air rumah

18

tangga, maka air sumur harus dilindungi terhadap bahaya-bahaya pengotoran
(Entjang, 2000).
Sumur gali adalah sarana air bersih yang mengambil/memanfaatkan air tanah
dengan cara menggali lubang di tanah dengan cara menggali lubang di tanah sampai
mendapatkan air. Lubang kemudian diberi dinding, bibir, tutup dan lantai serta sarana
pengolahan air limbah (SPAL) (Depkes, 2008).
Sebenarnya penggunaan sumur gali ini kurang baik bila cara pembuatannya
tidak benar-benar diperhatikan, tetapi untuk memperkecil kemungkinan terjadinya
pencemaran dapat diupayakan

pencegahannya. Pencegahan ini dapat dipenuhi

dengan memperhatikan syarat-syarat fisik dari sumur tersebut yang didasarkan atas
kesimpulan dari pendapat beberapa pakar di bidang ini, diantaranya lokasi sumur
tidak kurang dari 10 meter dari sumber pencemar, lantai sumur harus kedap air,
tempat penampungan air limbah minimal 10 meter dari air sumur gali dan terbuat
dari bahan permanen, tinggi bibir sumur 0,8 meter, memililki cincin (dinding) sumur
minimal 3 meter dan memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat (Entjang, 2000).
Sumur merupakan sumber utama persediaan air bersih bagi penduduk yang
tinggal di daerah pedesaan maupun sumber air yang berasal dari resapan air hujan
diatas permukaan bumi terutama di daerah dataran rendah. Jenis sumur ini banyak
terdpat di Indonesia dan mudah sekali terkontaminasi air kotor yang berasal dari
kegiatan mandi- cuci - kakus (MCK) sehingga persyaratan sanitasi yang ada perlu
sekali di perhatikan (Chandra, 2007).

19

Jenis sumber air untuk seluruh kebutuhan rumah tangga di Indonesia pada
umumnya adalah sumur gali terlindung (29,2%), sumur pompa (24,1%), dan air
ledeng/PDAM (19,7%) (Kemenkes, 2013).
Sumur gali dapat dibedakan menjadi 2 jenis, yakni:
a. Air sumur dangkal.
Air sumur dangkal adalah air yang keluar dari dalam tanah, sehingga disebut
sebagai air tanah. Air berasal dari lapisan air di dalam tanah yang dangkal. Dalamnya
lapisan air ini dari permukaan tanah dari tempat yang satu ke yang lain berbeda-beda.
Biasanya berkisar antara 5 sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. Air sumur
pompa dangkal ini belum dianjurkan untuk dipergunakan karena masih adanya
kontaminasi kotoran dari permukaan tanah. Oleh karena itu, perlu direbus dahulu
sebelum diminum.
b. Air sumur dalam.
Air sumur dalam yaitu air yang berasal dari lapisan air kedua di dalam tanah,
yang kedalamanya dari permukaan tanah biasanya lebih dari 15 meter. Oleh karena
itu, sebagaian besar air sumur dalam ini sudah layak untuk dijadikan air minum
(tanpa melalui proses pengolahan) (Joko, 2010).
2.2.2 Konstruksi Fisik Sumur Gali
Persyaratan kesehatan sumur gali adalah sebagai berikut :

20

1. Lokasi
a. Apabila sumber pencemaran terletak lebih tinggi dari sumur gali dan
diperkirakan air tanah mengalir ke sumur gali, maka jarak ke sumur gali
terhadap sumber pencemaran adalah 11 meter.
b. Jika jarak sumber pencemaran sama / lebih rendah dari sumur gali maka jarak
minimal sumur gali terhadap sumber pencemaran adalah 9 meter.
c. Sumber pencemaran adalah jamban, air kotor/comberan, tempat pembuangan
sampah, kandang ternak, dan sumber / saluran resapan.
2. Lantai
Lantai harus kedap air minimal harus 1 meter dari sumur dan air kotor, mudah
untuk dibersihkan, tidak menyebabkan genangan air, kemiringan minimal 1-5 °.
3. SPAL
SPAL harus kedap air, tidak menimbulkan genangan air dan kemiringannya
minimal 2°.
4. Bibir sumur
Bibir sumur minimal 80 cm dari lantai, bahan kuat dan kedap air.
5. Dinding sumur
Dinding sumur harus kedap air, secara vertikal, minimal 3 meter dari
permukaan tanah.
6. Tutup sumur
Jika pengambilan air dengan pompa tangan dan listrik sumur harus ditutup.

21

7. Timba (ember tali)
Jika pengambilan dengan timba maka harus di sediakan timba khusus untuk
mencegah pencemaran, timba harus di gantung dan tidak boleh di letakkan di lantai
(Depkes RI, 1992).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kondisi fisik pada semua sumur gali
100% tidak memenuhi syarat, yakni berdasarkan konstruksi sumur gali, jarak dengan
jamban, jarak dengan kandang ternak dan genangan air sebagai sumber pencemar
lain. Berdasarkan aspek pengguna sumur gali ; 78% responden berpengetahuan baik,
22% kurang ; 74% memiliki sikap yang baik, 26% kurang ; dan 32% memiliki
tindakan yang baik, 68% kurang. Dengan demikian perlunya perbaikan kondisi fisik
sumur gali, perlu dilakukan penyuluhan kepada masyarakat pengguna sumur gali
tentang kondisi fisik sumur gali, perlu adanya pemantauan dan pengawasan kualitas
air bersih, dan sebaiknya melibatkatkan masyarakat agar masyarakat secara mandiri
memenuhi kebutuhan mutlak yakni air bersih (Katiho dkk., 2011).

2.3 Coliform
Berbagai metode untuk mengidentifikasi bakteri patogen di dalam air telah
dikembangkan. Akan tetapi, penentuan semua

jenis bakteri patogen ini

membutuhkan waktu dan biaya yang besar, sehingga penentuan kelompok bakteri
Coliform dianggap sudah cukup baik dalam menilai tingkat kualitas air. Escherichia
coli adalah salah satu bakteri

Coliform berbahaya yang ditemukan dalam tinja

manusia dan hewan. Selain Escheriachia coli, bakteri patogen juga terdapat dalam

22

tinja. Keberadaan Escherichia coli di perairan secara berlimpah menggambarkan
bahwa perairan tersebut tercemar oleh tinja manusia atau hewan, yang mungkin juga
disertai dengan cemaran

bakteri patogen. Penentuan bakteri Coliform sebagai

indikator adanya pencemaran tinja pertama kali dilakukan di Amerika Serikat pada
tahun 1914 (Effendi, 2003).
Coliform merupakan suatu grup bakteri yang digunakan sebagai indikator
adanya polusi kotoran dan kondisi yang tidak baik terhadap air, makanan, susu dan
produk-produk susu. Adanya bakteri koliform di dalam makanan/minuman
menunjukkan kemungkinan adanya mikroba yang bersifat enteropatogenik dan atau
toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan (Fardiaz, 2011).
Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain.
Penentuan Coliform faekal menjadi indikator pencemaran karena jumlah koloninya
pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen, selain itu mendeteksi
Coliform

jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri

patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah Eschericia coli, dan Enterobacter
aerogenes. Jadi Coliform adalah indikator kualitas air, semakin sedikit Coliform
semakin baik kualitas air (Haryono, 2004).
Menurut ketentuan WHO (World Health Organization)

dan APHA

(American Public Health Association), kualitas air ditentukan oleh kehadiran dan
jumlah bakteri didalamnya. terdapat beberapa jenis bakteri yang hidup di dalamn air
yaitu bakteri Coliform dan E-Coli. E-Coli yang bersifat fecal jika dikonsumsi
terus-menerus dalam jangka panjang akan berdampak pada timbulnya penyakit

23

seperti radang usus, diare, infeksi pada saluran kemih dan empedu. Jenis bakteri
terakhir adalah bakteri Colitinja yaitu bakteri yang berasal dari kotoran tinja hewan
ataupun manusia. Kemunculan bakteri disebabkan oleh masuknya tinja, kotoran
hewan, sampah, air kencing, dahak, ekskresi luka, dan sebagainya, ke dalam badan
air atau adakalanya pencemar yang masuk ke dalam air tidak disengaja, seperti
masuknya kembali air buangan kedalam sumur, adanya pipa air yang bocor yang
menyebabkan hubungan pipa air yang bersih dengan air riul (Utami, 2012).
Bakteri Coliform adalah bakteri indikator keberadaan bakteri patogenik lain.
Penentuan Coliform faekal menjadi indikator pencemaran karena jumlah koloninya
pasti berkolerasi positif dengan keberadaan bakteri patogen, selain itu mendeteksi
Coliform

jauh lebih murah, cepat dan sederhana dari pada mendeteksi bakteri

patogenik lain. Contoh bakteri Coliform adalah Eschericia coli, dan Enterobacter
aerogenes. Jadi Coliform adalah indikator kualitas air, semakin sedikit Coliform.
Untuk menguatkan hasil pengujian kemungkinan adanya pencemaran faeces, selain
E.Coli juga digunakan bakteri indikator lain sebagai pelengkap, yaitu streptococcus
faecalis. Bakteri ini terdapat didalam faeces dan jumlahnya bervariasi, tetapi biasanya
ada dalam jumlah lebih sedikit dari pada E.Coli. Di dalam air, streptococcus faecalis
kemungkinan mati atau hilang dengan kecepatan kurang lebih sama dengan E.Coli,
tetapi lebih cepat dari bakteri koliform lainnya. Apabila dalam suatu sampel air
ditemukan bakteri dari kelompok koliform tetapi bukan E.Coli, ditemukannya
Streptococcus faecalis menunjukkan bukti penguat bahwa sampel tersebut telah
tercemar kotoran atau faeces. Bakteri koliform lain yang juga sering dianalisis untuk

24

mengetahui kualitas air adalah Clostridium Perfringens. Merupakan bakteri yang
bersifat gram positif berbentuk batang dan membentuk spora (Fardiaz, 2011).
Bakteri ini juga bersifat anaerobik (tidak memerlukan oksigen untuk
kehidupannya). Clostridium Perfringens biasanya juga terdapat didalam faeces,
meskipun dalam jumlah jauh lebih sedikit dari pada E.Coli. Spora bakteri ini dalam
air dapat bertahan hidup lebih lama dibandingkan dengan bakteri dari kelompok
coliform, serta tahan terhadap proses klorinasi pada proses yang biasa digunakan pada
praktek sanitasi air. Ditemukannya spora dari Clostridium perfringens pada suatu
sampel air menunjukkan adanya kontaminasi oleh faeces, dan bahwa pencemaran
tersebut telah terjadi dalam waktu yang agak lama. Aerobacter dan Klebsiela yang
biasa disebut golongan perantara, mempunyai sifat seperti coli, tetapi lebih banyak
didapatkan di dalam habitat tanah dan air daripada di dalam usus, sehingga disebut
“non-fekal”, dan umumnya tidak patogen (Suriawiria, 2008).
Persyaratan kualitas mikrobiologi air bersih yang ditetapkan oleh Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor

416/Menkes/Per/IX/1990 adalah

seperti pada tabel 2.1 di bawah ini :
Tabel 2.1. Daftar Persyaratan Mikrobiologi Kualitas Air Bersih

PARAMETER

Satuan

Total koliform
(MPN)

Jumlah per 100ml

Kadar
Maksimum
yang
Diperbolehkan
50

Jumlah per 100ml

10

Keterangan

Bukan air perpipaan
Air perpipaan

25

2.4 Diare
2.4.1 Definisi Diare
Diare adalah buang air besar atau defekasi yang encer dengan frekuensi lebih
dari tiga kali sehari, dengan atau tanpa darah dan atau lender dalam tinja (Mansjoer,
2000). Diare dapat juga didefinisikan sebagai suatu kondisi dimana terjadi perubahan
dalam kepadatan dan karakter tinja, atau tinja cair dikeluarkan tiga kali atau lebih
perhari (Ramaiah, 2000).
Menurut Kemenkes RI (2011) diare adalah buang air besar dengan konsistensi
lembek atau cair, bahkan dapat berupa air saja dengan frekuensi lebih sering dari
biasanya (tiga kali atau lebih) dalam satu hari. Menurut Direktorat Jenderal PPM dan
PL tahun 2005 tentang pedoman pemberantasan penyakit diare menyebutkan bahwa
diare akut adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang
frekuensinya lebih sering dari biasanya dan berlangsung kurang dari 14 hari (Depkes,
2002).
KLB diare masih sering terjadi dengan jumlah penderita dan kematian yang
banyak. Rendahnya cakupan higiene sanitasi dan perilaku yang rendah sering menjadi
faktor risiko terjadinya KLB diare. Jumlah kasus KLB Diare pada tahun 2010
sebanyak 2.580 dengan kematian sebesar 77 kasus (CFR 2.98%). Hasil ini berbeda
dengan tahun 2009 dimana kasus pada KLB diare sebanyak 3.037 kasus, kematian
sebanyak 21 kasus (CFR 0.69%). Perbedaan ini tentu saja perlu dilihat dari berbagai
faktor, terutama kelengkapan laporannya. Selain itu faktor perilaku kesadaran dan
pengetahuan masyarakat, ketersediaan sumber air bersih, ketersediaan jamban

26

keluarga dan jangkauan layanan kesehatan perlu dipertimbangkan juga sebagai faktor
yang mempengaruhi kejadian luar biasa diare (Kemenkes, 2013).
2.4.2 Etiologi Diare
Penyebab diare akut dapat berupa infeksi ataupun noninfeksi. Pada beberapa
kasus, keduanya sama-sama berperan. Penyebab noninfeksi dapat berupa obat-obatan,
alergi makanan, penyakit primer gastrointestinal seperti,

inflammatory bowel

disease, atau berbagai penyakit sistemik seperti, tirotoksikosis dan sindrom karsinoid.
Penyebab infeksi dapat berupa bakteri, virus, ataupun parasit. Di negara-negara
berkembang, prevalensi diare akut akibat bakteri dan parasit lebih tinggi
dibandingkan akibat virus, dengan puncak kasus pada musim kemarau. Sebaliknya, di
negara-negara industri diare akut lebih banyak disebabkan oleh infeksi virus.
Frekuensi isolasi organisme dari kultur feses sebesar 2-40% pada berbagai penelitian.
Angka ini kemungkinan masih jauh dari yang sebenarnya karena banyak pasien yang
tidak meminta pertolongan medis serta kultur feses tidak selalu dilakukan ketika
pasien berobat ke dokter (Eppy, 2009).
Penyebab diare berkisar 70% sampai 90% sudah dapat diketahui dengan
pasti, dimana penyebab diare ini dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
a. Penyebab tidak langsung
Penyebab

tidak

langsung

atau

faktor-faktor

yang

mempermudah atau

mempercepat terjadinya diare seperti, keadaan gizi, hygiene dan sanitasi, sosial
budaya, kepadatan penduduk, sosial ekonomi dan faktor-faktor lain.

27

b. Penyebab langsung
Termasuk dalam penyebab langsung antara lain infeksi bakteri virus dan
parasit, malabsorsi, alergi, keracunan bahan kimia maupun keracunan oleh
racun yang diproduksi oleh jasad renik, ikan, buah dan sayur-sayuran ditinjau
dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi 2 golongan yaitu:
1) Diare sekresi
a) Disebabkan oleh infeksi dari golongan bakteri seperti Shingella,
Salmonella, E.coli, Golongan Vibrio, Bacillus Cereus, Clostridium,
golongan

virus

seperti:

Protozoa,

Entamoeba

histolicia,

Giardialamblia, Cacing perut, Ascaris, Jamur.
b) Hiperperistaltik usus halus yang berasal dari bahan-bahan makanan,
kimia misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalu
asam, gangguan psikis, gangguan syaraf, hawa dingin, alergi.
c) Defisiensi

imun

yaitu

kekurangan

imun

terutama

IgA

yang

mengakibatkan terjadinya berlipatgandanya bakteri atau flora usus dan
jamur.
2) Diare osmotic yaitu malabsorbi makanan, kekurangan kalori protein dan
berat badan lahir rendah (Suharyono, 2012).
Diare disebabkan oleh berbagai faktor, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Faktor Infeksi
Infeksi pada saluran pencernaan merupakan penyebab utama diare yang terdiri
dari:

28

1. Infeksi bakteri oleh kuman E.coli, Salmonella, Vibrio cholera (kolera).
2. Infeksi basil (disentri).
3. Infeksi virus enterovirus dan adenovirus.
4. Infeksi parasit oleh cacing (askaris).
5. Infeksi jamur (candidiasis).
6. Infeksi akibat organ lain, seperti radang tonsil,

bronchitis,

dan radang

tenggorokan.
7. Keracunan makanan.
b. Faktor Malabsorpsi
1. Malabsorpsi karbohidrat
Pada bayi, kepekaan terhadap lactoglobulis dalam susu formula menyebabkan
diare. Gejalanya berupa diare berat, tinja berbau sangat asam, sakit di daerah
perut. Jika sering terkena diare ini, pertumbuhan anak akan terganggu.
2. Malabsorpsi lemak
Dalam makanan terdapat lemak yang disebut triglyserida, dengan bantuan
kelenjar lipase, mengubah lemak menjadi micelles yang siap diabsorpsi usus.
Jika tidak ada lipase dan terjadi kerusakan mukosa usus, diare dapat jadi
muncul

karena lemak tidak terserap dengan baik. Gejalanya adalah tinja

mengandung lemak.
c. Faktor Makanan
Makanan yang mengakibatkan diare adalah makanan yang tercemar, basi, beracun,
terlalu banyak lemak, mentah (sayuran), dan kurang matang.

29

d. Faktor Psikologis
Rasa takut, cemas, dan tegang , jika terjadi pada anak dapat menyebabkan diare
kronis (Widjaja, 2004).
2.4.3 Jenis-jenis Diare
Diare didefinisikan sebagai defekasi dengan berat feses

>200 gram/hari.

Akan tetapi, definisi tersebut kurang bernilai klinis karena pengukuran jumlah feses
hanya dilakukan dalam penelitian. Definisi praktis yang sering dipakai adalah
defekasi dengan feses encer/berair sebanyak ≥3 kali/hari. Diare akut adalah diare
yang berlangsung ≤14 hari. Diare yang menetap sampai >14 hari disebut diare
persisten, sedangkan bila menetap >30 hari dinamakan diare kronik (Eppy,2009).
Diare dibedakan menjadi dua berdasarkan waktu serangan (onset of action),
yaitu :
1. Diare akut
Diare akut adalah diare yang berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut
gejalanya mulai secara tiba-tiba, tinjanya encer dan cair, dan pemulihan biasanya
terjadi dalam waktu 3-7 hari.
2. Diare Kronik
Diare ini ditandai dengan penularan tinja encer dan disertai darah, gejala
berlangsung lebih dari 14 hari, dan disertai dengan penurunan berat badan (Ramaiah,
2000).

30

2.4.4 Pathogenesis
Diare merefleksikan peningkatan kandungan air dalam feses akibat gangguan
absorpsi dan atau sekresi aktif air usus. Secara patofisiologi, diare akut dapat dibagi
menjadi diare inflamasi dan noninflamasi. Usus kecil berfungsi sebagai organ untuk
mensekresi cairan dan enzim, serta mengabsorpsi nutriens. Gangguan kedua proses
tersebut akibat infeksi akan menimbulkan diare berair (watery diarrhea) dengan
volume yang besar, disertai kram perut, rasa kembung, banyak gas, dan penurunan
berat badan. Demam jarang terjadi serta pada feses tidak dijumpai adanya darah
samar maupun sel radang. Usus besar berfungsi sebagai organ penyimpanan. Diare
akibat gangguan pada usus besar frekuensinya lebih sering, lebih teratur, dengan
volume yang kecil, dan sering disertai pergerakan usus yang nyeri. Demam dan feses
berdarah/mucoid juga sering terjadi. Eritrosit dan sel radang selalu ditemukan pada
pemeriksaan feses (Eppy, 2009).
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare adalah:
a) Gangguan osmotic yaitu yang disebabkan adanya makanan atau zat yang
tidak diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi
sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit berlebihan akan merangsang usus
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
b) Gangguan sekresi yang menyebabkan adanya rangsangan tertentu (misalnya
toksin) pada dinding usus yang akan terjadi suatu peningkatan sekresi, yang
selanjutnya menimbulkan diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus.

31

c) Gangguan

motilitas

usus

yaitu

hiperistaltik

yang

mengakibatkan

berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan yang menimbulkan
diare, sebaliknya bila peristaltik usus menurun mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan yang menimbulkan diare (Ngastiyah, 2005).
2.4.5 Gejala Klinis
Awalnya akan gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang atau
tidak ada nafsu makan, yang disertai dengan timbulnya diare. Keadaan kotoran
(tinja) makin cair, kemungkinan mengandung darah atau lender, yang berwarna
menjadi kehijau-hijauan yang disebabkan karena bercampur dengan empedu anus dan
sekitarnya menjadi lecet yang mengakibatkan tinja menjadi asam.
Gejala muntah dapat terjadi sebelum dan sesudah diare, bila telah banyak
kehilangan air dan elektrolit maka akan terjadi dehidrasi, beratbadan menurun.
Pada bayi disekitar ubun-ubun besar dan cekung, tonus dan turgor kulit
berkurang, selaput lendir mulut dan bibir menjadi kering (Mansjoer, 2000).
2.4.6 Cara Penularan
Penularan kuman infeksius penyebab diare ditularkan

melalui Face-Oral

kuman tersebut dapat ditularkan bila masuk ke dalam mulut melalui makanan,
minuman atau benda yang tercemar dengan tinja, misalnya jari-jari tangan, makanan
yang wadah atau tempat makan-minum yang dicuci dengan air tercemar (Kemenkes,
2011).

32

2.4.7 Pencegahan Diare
Penyakit diare sebagian besar (75%) disebabkan oleh kuman seperti virus dan
bakteri. Penularan penyakit diare melalui orofekal dengan mekanisme seperti :
1. Melalui air yang merupakan media penularan utama. Diare dapat terjadi bila
seseorang menggunakan air minum yang sudah tercemar, baik tercemar dari
sumbernya, tercemar selama perjalanan sampai ke rumah-rumah, atau tercemar
pada saat disimpan di rumah. Pencemaran di rumah terjadi bila tempat
penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan yang tercemar menyentuh air
pada saat mengambil air dari tempat penyimpanan.
2. Melalui tinja terinfeksi. Tinja yang sudah terinfeksi mengandung virus atau
bakteri dalam jumlah besar. Bila tinja tersebut dihinggapi oleh binatang dan
kemudian binatang tersebut hinggap di makanan, maka makanan itu dapat
menularkan diare kepada orang yang memakannya (Widoyono, 2011).
Dari mekanisme penularan penyakit diare di atas dapat dilakukan langkah
pencegahannya.. Pencegahan diare dapat dilakukan dengan menggunakan air
bersih yang cukup, mencuci tangan sebelum makan, menggunakan jamban,
membuang tinja pada tempat yang tepat (Depkes, 2000).

2.5 Hubungan Status Gizi dengan Kejadian Diare
Ditinjau dari penyakitnya, malnutrisi dapat merupakan komplikasi maupun
faktor penyebab diare. Infeksi yang berkepanjangan, terutama pada diare, dapat
menyebabkan penurunan asupan nutrisi, penurunan fungsi absorbsi usus, dan

33

peningkatan katabolisme. Di sisi lain, pada malnutrisi terjadi penurunan proteksi
barier mukosa usus yang meningkatkan kerentanan terhadap infeksi enteral.
Hubungan diare dan kurang gizi dapat diibaratkan seumpama lingkaran setan dan bila
tidak diputus, dapat menyebabkan pertumbuhan anak yang tidak optimal hingga
kematian. Malnutrisi, seperti halnya diare, sering dijumpai pada anak-anak di negaranegara berkembang. Di Indonesia, dengan adanya krisis ekonomi pada tahun 1997,
angka kejadian diare dan malnutrisi menunjukkan kenaikan yang nyata (Primayani,
2009).
Status

gizi

merupakan

tanda-tanda

penampilan

seseorang

akibat

keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran zat gizi yang berasal dari pangan
yang dikonsumsi pada suatu saat didasarkan pada kategori dan indikator yang
digunakan. Seorang anak sehat, pada status gizi baik akan tumbuh dan berkembang
dengan baik, berat dan tinggi badannya akan selalu bertambah (Depkes RI, 2002).
Pengukuran IMT (indeks massa tubuh) dapat dilakukan pada anak-anak,
remaja maupun orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran IMT sangat
terkait dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan komposisi
tubuh dan densitas tubuh.

Karena itu, pada anak-anak dan remaja digunakan

indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan dengan IMT/U.
IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan tinggi badan kuadrat.
Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi badannya.
Selanjutnya dihitung IMT-nya, yaitu :

34

Berat badan (kg)
IMT =
Tinggi badan 2 (meter)
Tabel 2.2 Klasifikasi IMT Dewasa Menurut Kemenkes RI (2003)
Kategori IMT
< 17,0
17,0 – 18,4
18,5 – 25,0
25,1 – 27,0
> 27,0

Klasifikasi
Kurus (kekurangan berat badan tingkat berat)
Kurus (kekurangan berat badan tingkat ringan)
normal
Kegemukan (kelebihan berat badan tingkat ringan)
Gemuk (kelebihan berat badan tingkat berat)

2.6 Landasan Teori
Hubungan interaktif manusia serta perilakunya dengan komponen lingkungan
yang memiliki potensi bahaya penyakit dikenal sebagai proses kejadian penyakit atau
patogenesis penyakit. Dengan mempelajari patogenesis penyakit, kita dapat
menentukan pada simpul mana kita bisa melakukan pencegahan. Mengacu kepada
gambaran skematik

dibawah ini, maka patogenesis penyakit dapat diuraikan ke

dalam 5 (lima) simpul, yakni :
1. Simpul 1: Sumber Penyakit
Sumber penyakit adalah titik mengeluarkan agent penyakit.Agent penyakit
adalah komponen lingkungan yang dapat menimbulkan gangguan penyakit melalui
kontak secara langsung atau melalui media perantara (yang juga komponen
lingkungan).
Berbagai agent penyakit yang baru maupun lama dapat dikelompokkan ke
dalam tiga kelompok besar, yaitu:

35

a.

Mikroba, seperti virus, amuba, jamur, bakteri, parasit, dan lain-lain.

b.

Kelompok fisik, misalnya kekuatan radiasi, energi kebisingan, kekuatan cahaya.

c.

Kelompok bahan kimia toksik, misalnya pestisida, Merkuri, Cadmium, CO, H2S
dan lain-lain.
Sumber penyakit adalah titik yang secara konstan maupun kadang-kadang

mengeluarkan satu atau lebih berbagai komponen lingkungan hidup tersebut di atas.
2. Simpul 2: Media Transmisi Penyakit
Ada lima komponen lingkungan yang lazim kita kenal sebagai media
transmisi

penyakit,

yaitu

air,

udara,

tanah/pangan,

binatang/serangga,

manusia/langsung. Media transmisi tidak akan memiliki potensi penyakit jika di
dalamnya tidak mengandung bibit penyakit atau agent penyakit.
3. Simpul 3: Perilaku Pemajanan (behavioural exposure)
Agent penyakit dengan atau tanpa menumpang komponen lingkungan lain,
masuk ke dalam tubuh melalui satu proses yang kita kenal dengan hubungan
interaktif. Hubungan interaktif antara komponen lingkungan dengan penduduk
berikut perilakunya, dapat diukur dalam konsep yang disebut sebagai perilaku
pemajanan atau behavioural exposure. Perilaku pemajanan adalah jumlah kontak
antara manusia dengan komponen lingkungan yang mengandung potensi bahaya
penyakit (agent penyakit).Masing-masing agent penyakit yang masuk ke dalam tubuh
dengan cara-cara yang khas.Ada 3 jalan masuk kedalam tubuh manusia, yaitu sistem
pernafasan, pencernaan, masuk melalui permukaan kulit.

36

4. Simpul 4: Kejadian Penyakit
Kejadian penyakit merupakan outcome hubungan interaktif penduduk dengan
lingkungan yang memiliki potensi bahaya gangguan kesehatan. Seseorang dikatakan
sakit kalau salah satu maupun bersama mengalami kelainan dibandingkan dengan
rata-rata penduduk lainnya.

Sumber
Penyakit

Komponen
Lingkungan

Penduduk

Sakit /
Sehat

Media Transmisi

Variabel Lain Yang
Menentukan

Sumber
Penyakit:

Media :
Air Sumur

Perilaku :
Personal
Hygiene

Kejadian
Penyakit :
Diare / Tidak
Diare

Simpul 2

Simpul 3

Simpul 4

Manusia
Binatang

Simpul 1

Gambar 2.1 Kerangka Teori
Sumber : Achmadi, 2008

37

2.7 Kerangka Konsep
Berdasarkan tujuan penelitian dan landasan teori tersebut, maka peneliti dapat
merumuskan kerangka konsep penelitian sebagai berikut :
Variabel Independen

Variabel Dependen

Status Gizi

Kondisi Fisik
Sumur Gali

Kejadian Diare

Pemanfaatan
Air Sumur

Kandungan
coliform Di Dalam
Air Sumur

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitian

Dokumen yang terkait

Keadaan Sumur Gali Di Desa Aek Nauli Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tap-Sel Tahun 2000 (Ditinjau Dari Aspek Konstruksi)

0 38 57

Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali Dan Kualitas Air Sumur Gali Di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010

3 80 87

Hubungan Jarak Kandang Ternak, Perilaku Masyarakat Dan Konstruksi Sumur Gali terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Penduduk Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015

8 83 127

Hubungan Jarak Septic Tank, Konstruksi Sumur Gali, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kandungan Bakteri Escherichia coli Air Sumur Gali Penduduk di Desa Mekar Makmur Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2016

2 42 156

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 17

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 2

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 8

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 2 5

Hubungan Konstruksi Sumur Gali Dan Kandungan Coliform Pada Air Sumur Terhadap Kejadian Diare Di Desa Ujung Teran Kecamatan Salapian Kabupaten Langkat Tahun 2015

0 0 44

View of Kondisi Sumur Gali Dan Kandungan Bakteri Escherichia Coli Pada Air Sumur Gali Di Desa Bokonusan Kecamatan Semau Kabupaten Kupang Tahun 2017

0 1 8