Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali Dan Kualitas Air Sumur Gali Di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010

(1)

TAHUN 2010

SKRIPSI

OLEH :

WASTINA SITUMORANG NIM. 051000524

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(2)

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG KONSTRUKSI SUMUR GALI DAN KUALITAS AIR DI DESA GUNUNG RAYA

KABUPATEN LABUHAN BATU RANTAU PRAPAT TAHUN 2010

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH :

WASTINA SITUMORANG NIM. 051000524

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2011


(3)

HALAMAN PENGESAHAN Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN PERILAKU MASYARAKAT TENTANG KONSTRUKSI SUMUR GALI DAN KUALITAS AIR DI DESA GUNUNG RAYA

KABUPATEN LABUHAN BATU RANTAU PRAPAT TAHUN 2010

Yang dipersiapkan dan dipertahankan oleh : WASTINA SITUMORANG

NIM. 051000524

Telah Diuji dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 23 Desember 2010 dan

Dinyatakan Telah Memenuhi Syarat Untuk Diterima Tim Penguji

Ketua penguji

Ir. Indra Chahaya, M.Si NIP. 19681101 199303 2 005

Penguji I

Dr. Irnawati Marsaulina, MS NIP. 19650109 199403 2 002 Penguji II

Ir. Evi Naria, M.Kes

NIP. 19680320 199303 2 001

Penguji III

dr. Devi Nuraini Santi, M.Kes NIP. 19700219 199802 2 001 Medan, Maret 2011

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Dekan,

Dr. Drs. Surya Utama, MS NIP. 196108311989031001


(4)

ABSTRAK

Sumur gali merupakan sarana penyediaan air bersih yang paling banyak digunakan oleh masyarakat desa. Bila konstruksi dari sumur gali kurang baik, maka air sumur akan mengalami pengotoran dan penurunan kualitasnya sehingga potensial menularkan penyakit terutama diare.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang konstruksi sumur gali dengan kualitas air sumur gali di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010. Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Jumlah populasi 63 keluarga, dijadikan sampel sebanyak 39 orang kepala keluarga atau yang mewakili. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari pengetahun, sikap dan tindakan responden serta melakukan observasi dan pemeriksaan kualitas air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (61,5%) memiliki pengetahuan baik, sementara tingkat pengetahuan cukup dan kurang masing-masing 20,5% dan 18,0%. Berdasarkan sikap, diperoleh semua responden memiliki sikap baik. Dalam hal tindakan, sebagian besar responden (53,9%) memiliki tindakan baik dan hanya 2,5% kurang. Sebagian besar (69,2%) konstruksi sumur gali tidak memenuhi syarat, sementara kualitas fisik air berdasarkan rasa, aroma dan kekeruhan air sudah memenuhi syarat kesehatan, demikian juga dengan kualitas air berdasarkan warna diperoleh belum semua sampel memenuhi syarat, karena masih ada satu (2,6%) tidak memenuhi persyaratan. Selanjutnya tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku masyarakat tentang konstruksi sumur gali dan kualitas air. Demikian juga pada keadaan sumur gali dengan kualitas air menunjukkan tidak ada variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konstruksi sumur gali dengan kualitas air.

Disarankan bagi petugas kesehatan puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang konstruksi sumur gali yang benar dan melakukan pemeriksaan kualitas air sumur gali secara berkala.


(5)

ABSTRACT

Digged well is a means of supplying clean water that is mostly used by rural people. If the construction of the dig well is inadequate, the well water will be polluted and reduce in quality leading potentially to transmit diseases.

The objective of the study is to find the correlation of knowledge, attitude and action of the community about construction of the digged well and the quality of water in Gunung Raya Village of Labuhan Batu Regency of Rantau Prapat in 2010. The study is a descriptive one using a cross-sectional study design. The population included 63 families and 39 samples were taken to represent the patriarchs. The samples were taken by random sampling. The data were collected by questionnaire consisting of knowledge, attitude and action of the respondents and observation and even examination of the water quality.

The result of the study showed that majority of the respondents (61.5%) have good knowledge, whereas the knowledge rate is adequate and less of 20.5% and 18.0%, respectively. Based on the attitude, it has been found that all the respondents have good attitude. In the case of action, majority of the respondents (53.9%) have good action and only 2.5% with inadequate action. Majority of the digged well construction (69.2%) were ineligible, whereas the quality of water in terms of taste, flavor and turbidity have met the health requirements. Similarly, the water quality based on the color found that not all the samples have met the requirements due to there was one (2.6%) that was ineligible. It has been found that there is nothing significant correlation between the behavior of the community of the construction of digged well and the quality of water. Also, in the case of the digged well with the water quality showing that there is nothing a variable of indicating the significant correlation between the construction and the quality of water.

It is suggested to the healthcare providers of the public health center of the proper construction of the digged well and make an examination of the water quality of digged well.

Keywords : knowledge, attitude, behavior, construction of the digged well, quality of water


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Wastina Situmorang Tempat/Tanggal Lahir : Rantau Prapat, 29 Juni 1983 Agama : Kristen Protestan Status : Belum Menikah

Alamat rumah : Jl.Sisinga Mangaraja, No.203 A Medan

Hp : 081376729399

Alamat kantor : RSUD. Sultan Sulaiman

Jl.Negara, KM. Kab. Serdang Bedagai Sei Rampah

Riwayat Pendidikan

1. Tahun 1990 – 1996 : SD Negeri 115529 Rantau Prapat 2. Tahun 1996 – 1999 : SMP Negeri 2 Rantau Prapat 3. Tahun 1999 – 2001 : SMU Swasta Parulian 1 Medan 4. Tahun 2001 – 2004 : Politekhnik Kesehatan Medan

Jurusan Kesehatan Lingkungan Kabanjahe 5. Tahun 2005- Sekarang : FKM USU Medan

Riwayat Pekerjaan

Tahun 2007 – Sekarang : Penanggung Jawab Instalasi Perawatan Sarana Rumah Sakit dan Iinstalasi Pengolahan Air Limbah RSU.Sultan Sulaiman Serdang Bedagai


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena atas Rahmat dan Karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali Dan Kualitas Air Sumur Gali Di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010”. Skripsi ini disusun unutuk memenuhi salah satu persyaratan untuk mencapai gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini, banyak pihak yang telah membantu baik berupa bantuan moril maupun materil, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Ir. Indra Chahaya S, MSi. Selaku dosen pembimbing I, dan Ibu DR. Irnawati Marsaulina S, M.S. selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan masukan dan bimbingannya. Tidak lupa juga penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) beserta staf pengajar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di FKM USU Medan.

2. Ibu Ir. Evinaria, Mkes selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan beserta staf bagian Kesehatan Lingkungan FKM USU.

3. Ibu dr. Devi Nuraini Santi, Mkes. selaku dosen penasehat akademik penulis, selama mengikuti perkuliahan di FKM USU untuk dukungan , bimbingan dan nasehatnya pada penulis.

4. Ibu Ir. Evinaria, MKes selaku dosen penguji II dan Ibu dr. Devi Nuraini Santi, MKes selaku dosen penguji III, yang telah memnerikan masukan, bimbingan dan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini menjadi lebih sempurna.


(8)

5. Bapak dan Ibu Dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Sumatera Utara yang telah memberikan bimbingan, arahan dan bantuan selama penulis kuliah. 6. Bapak Rusli selaku kepala desa Gunung Raya, Kecamatan Bilah Barat,

Kabupaten labuhan Batu Rantau Prapat.

7. Ayahanda ( yang telah tenang di surga) dan Ibunda (T. Sianipar)yang telah banyak memberikan bantuan, baik dengan doa, moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah di FKM USU.

8. Saudaraku Wendra Situmorang, Novaria Sianipar, Temanku Cholida Purba, SKM dan Sadar Ginting, SKM, yang telah senantiasa menemani dan memberikan sumbangan pemikiran sehingga skripsi ini dapat terselesakan.

9. My special friend Jhonniaman Sitepu yang telah senantiasa memberikan bantuan, perhatian sehingga skripsi ini dapat selesai.

10.Teman-teman stambuk 05 Extension A khusus nya jurusan kesehatan lingkungan FKM USU.

11.Seluruh pihak yang telah ikut membantu dalam penulisan skripsi ini sehingga skripsi ini dapat selesai.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih terdapat kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi kesempurnan dari skripsi ini, penulis mengucapkan terimakasih.

Semoga TYME senantiasa melimpahkan Rahmat dan karunia-NYA kepada kita dan semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin...

Medan, Maret 2011


(9)

DAFTAR ISI Halaman Pengesahan

Abstrak ... Abstract ... Daftar Riwayat Hidup ... Kata Pengantar ... Daftar Isi ... Daftar Tabel... BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ... 1.2. Perumusan Masalah ... 1.3. Tujuan Penelitian ... 1.3.1. Tujuan Umum ... 1.3.2. Tujuan Khusus ... 1.4. Manfaat Penelitian ... BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyediaan Air Bersih ... 2.2. Peranan Air Dalam Kehidupan Manusia... 2.3. Sumber Air di Alam ... 2.3.1.Air Hujan... 2.3.2. Air Permukaan ... 2.3.3. Air Tanah ... 2.4. Sumur Gali ... 2.5. Hubungan Air Dengan Kesehatan...

2.5.1.Penyimpangan Standard Terhadap Parameter Penting. ... 2.6. Standard Kualitas Air... 2.6.1.Pengertian Standar Kualitas Air... 2.7. Perilaku ...

2.7.1. Pengetahuan (Knowledge)... 2.7.2. Sikap (Attitude)...

2.7.3. Tindakan atau Praktek (Practice)... 2.8. Kerangka Konsep ... 2.9. Hipotesa Penelitian ... BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian... 3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ...

3.2.1. Lokasi Penelitian... 3.2.2. Waktu Penelitian ... 3.3. Populasi Dan Sampel ... 3.3.1. Populasi ... 3.3.2. Sampel...


(10)

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel ... 3.4. Metode Pengumpulan Data ... 3.4.1. Data Primer ... 3.4.2. Data Sekunder ... 3.5. Teknik Pengolahan Data ... 3.6. Definisi Operasional ... 3.7. Aspek Pengukuran ... 3.8. Teknik Analisa Data... BAB IV HASIL PENELITIAN

4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 4.1.1.Keadaan Geografi ...

4.1.2.Demografi ... 4.1.3.Tingkat Pendidikan ...

4.1.4.Jenis Pekerjaan ...

4.1.5.Agama ... 4.1.6.Data Keadaan Penyakit ...

4.2. Data Umum Responden ... 4.2.1.Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 4.2.2.Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan... 4.2.3.Distribusi Responden Menurut Umur ... 4.2.4.Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa ... 4.3. Gambaran Perilaku Responden ... 4.3.1.Pengetahuan Responden ... 4.3.2.Sikap Responden... 4.3.3.Tindakan Responden... 4.4. Hasil Survei Dan Observasi Terhadap Konstruksi Sumur Gali ... 4.4.1.Gambaran Konstruksi Sumur Gali ... 4.4.2. Kualitas Konstruksi Sumur Gali ... 4.4.3. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air Sumur Gali... 4.4.4.Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Air Sumur Gali... 4.4.5.Hasil Pemeriksaan Kualitas Bakteriologi Air Sumur Gali ... BAB V PEMBAHASAN

5.1. Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya... 5.2. Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya ... 5.3. Kualitas Air Sumur Gali di Desa Gunung Raya ... BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 6.2. Saran... DAFTAR PUSTAKA


(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.3. Distribusi Penduduk menurut Jenis Pekerjaan di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.5. Distribusi 10 Penyakit Terbesar Berdasarkan Jumlah Kunjungan di Puskesmas Sukamakmur Tahun 2010... Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Pendidikan di

Desa Gunung Raya tahun 2010... Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan di Desa Gunung Raya tahun 2010... Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur di Desa Gunung

Raya tahun 2010... Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden menurut Suku Bangsa di Desa

Gunung raya tahun 2010 ... Tabel 4.10. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan di

Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.12. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan Tentang

Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.13. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tindakan di Desa

Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.14. Keadaan Konstruksi Sumur Gali Penduduk Di Desa Gunung Raya

Tahun 2010 ... Tabel 4.15. Kualitas Konstruksi Sumur Gali Di Desa Gunung Raya Tahun 2010


(12)

Tabel 4.16. Hasil Pemeriksaan Kualitas Fisik Air sumur Gali Di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.17. Hasil Pemeriksaan Kualitas Kimia Air sumur Gali Di Desa Gunung Raya Tahun 2010 ... Tabel 4.18. Hasil Pemeriksaan Kandungan Bakteriologi Air Sumur Gali Di


(13)

ABSTRAK

Sumur gali merupakan sarana penyediaan air bersih yang paling banyak digunakan oleh masyarakat desa. Bila konstruksi dari sumur gali kurang baik, maka air sumur akan mengalami pengotoran dan penurunan kualitasnya sehingga potensial menularkan penyakit terutama diare.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan masyarakat tentang konstruksi sumur gali dengan kualitas air sumur gali di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010. Jenis penelitian deskriptif dengan rancangan cross sectional study. Jumlah populasi 63 keluarga, dijadikan sampel sebanyak 39 orang kepala keluarga atau yang mewakili. Pengambilan sampel secara simple random sampling. Pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang terdiri dari pengetahun, sikap dan tindakan responden serta melakukan observasi dan pemeriksaan kualitas air.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden (61,5%) memiliki pengetahuan baik, sementara tingkat pengetahuan cukup dan kurang masing-masing 20,5% dan 18,0%. Berdasarkan sikap, diperoleh semua responden memiliki sikap baik. Dalam hal tindakan, sebagian besar responden (53,9%) memiliki tindakan baik dan hanya 2,5% kurang. Sebagian besar (69,2%) konstruksi sumur gali tidak memenuhi syarat, sementara kualitas fisik air berdasarkan rasa, aroma dan kekeruhan air sudah memenuhi syarat kesehatan, demikian juga dengan kualitas air berdasarkan warna diperoleh belum semua sampel memenuhi syarat, karena masih ada satu (2,6%) tidak memenuhi persyaratan. Selanjutnya tidak ada hubungan yang signifikan antara perilaku masyarakat tentang konstruksi sumur gali dan kualitas air. Demikian juga pada keadaan sumur gali dengan kualitas air menunjukkan tidak ada variabel yang menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara konstruksi sumur gali dengan kualitas air.

Disarankan bagi petugas kesehatan puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang konstruksi sumur gali yang benar dan melakukan pemeriksaan kualitas air sumur gali secara berkala.


(14)

ABSTRACT

Digged well is a means of supplying clean water that is mostly used by rural people. If the construction of the dig well is inadequate, the well water will be polluted and reduce in quality leading potentially to transmit diseases.

The objective of the study is to find the correlation of knowledge, attitude and action of the community about construction of the digged well and the quality of water in Gunung Raya Village of Labuhan Batu Regency of Rantau Prapat in 2010. The study is a descriptive one using a cross-sectional study design. The population included 63 families and 39 samples were taken to represent the patriarchs. The samples were taken by random sampling. The data were collected by questionnaire consisting of knowledge, attitude and action of the respondents and observation and even examination of the water quality.

The result of the study showed that majority of the respondents (61.5%) have good knowledge, whereas the knowledge rate is adequate and less of 20.5% and 18.0%, respectively. Based on the attitude, it has been found that all the respondents have good attitude. In the case of action, majority of the respondents (53.9%) have good action and only 2.5% with inadequate action. Majority of the digged well construction (69.2%) were ineligible, whereas the quality of water in terms of taste, flavor and turbidity have met the health requirements. Similarly, the water quality based on the color found that not all the samples have met the requirements due to there was one (2.6%) that was ineligible. It has been found that there is nothing significant correlation between the behavior of the community of the construction of digged well and the quality of water. Also, in the case of the digged well with the water quality showing that there is nothing a variable of indicating the significant correlation between the construction and the quality of water.

It is suggested to the healthcare providers of the public health center of the proper construction of the digged well and make an examination of the water quality of digged well.

Keywords : knowledge, attitude, behavior, construction of the digged well, quality of water


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Paradigma Indonesia Sehat 2010 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan bagi setiap orang agar tewujud derajat kesehatan yang optimal. Untuk mewujudkan hal tersebut salah satu hal yang dilakukan adalah meningkatkan cakupan sarana air bersih (Depkes RI, 1999).

Derajat kesehatan merupakan hasil interaksi dari empat faktor : Faktor lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan keturunan. Peran serta masyarakat dalam empat faktor ini, termasuk dalam faktor perilaku dalam melaksanakan pembangunan perlu diarahkan, dibina dan dikembangkan sehingga dapat melaksanakan fungsi dan tanggung jawab sosialnya (Azwar, 1985).

Peran pemerintah menitikberatkan pada pembinaan, pengaturan dan pengawasan untuk menciptakan suatu kondisi yang serasi dan seimbang antara pemerintah dan masyarakat. Hubungan ini harus ditetapkan dalam semua bidang pembangunan termasuk didalamnya adalah hal pengawasan lingkungan. Salah satu sarana yang sangat erat hubungannya dengan kesehatan adalah sarana penyediaan air bersih (Depkes RI, 1999).

Di Indonesia penyediaan air bersih diusahakan oleh pemerintah melalui Perusahaan Air Minum (PDAM) sebahagian besar diperuntukkan bagi masyarakat perkotaan. Sedangkan untuk daerah lainnya terutama di pedesaan dalam memenuhi kebutuhan air bersih, air tanah merupakan sumber yang paling banyak dipergunakan


(16)

dibandingkan dengan sumber air lainnya. Sarana yang paling banyak dipergunakan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan air tersebut adalah sumur gali. Hal ini dikarenakan pembuatannya mudah dan dalam penggunaannya tidak memerlukan biaya yang tinggi (Depkes RI, 1984).

Air sangat berperan dalam mempengaruhi kesehatan manusia, karena dapat menjadi media penularan berbagai macam penyakit. Oleh karena itu air yang dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari harus terhindar dari pencemaran dan khususnya untuk penyediaan air minum harus memenuhi persyaratan yang diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990, tentang syarat-syarat dan pengawasan kualitas air.

Untuk mencegah penularan penyakit melalui air bukan hanya dengan pengawasan saja, hal penting lain yang perlu diperhatikan adalah konstruksi dari sarana penyediaan air bersih yang digunakan masyarakat yaitu penyediaan air bersih dengan sistem perpipaan dan bukan sistem perpipaan.

Konstruksi penyediaan air bersih yang baik adalah yang telah memenuhi syarat kesehatan tertentu dengan maksud agar air memiliki kualitas yang baik. Dan persyaratan konstruksi sarana, tergantung jenis sarana penyediaan air bersihnya (Depkes RI, 1999).

Sumur gali merupakan sarana penyediaan air bersih yang dipandang dari segi kesehatan sebenarnya kurang baik, kalau dalam pembuatannya tidak benar-benar diperhatikan, karena sumur gali ini mudah sekali untuk mendapatkan pencemaran (Depkes RI, 1984 ).


(17)

Sumur gali merupakan sarana penyediaan air bersih yang paling banyak digunakan oleh masyarakat desa termasuk Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Parapat, karena dalam pembuatannya relatif mudah dan lebih murah dibanding dengan pembuatan sarana air bersih yang lain dan peralatan yang digunakan sederhana dan dapat dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.

Namun demikian sumur gali yang dibuat oleh masyarakat pedesaan tersebut belum tentu memenuhi syarat kesehatan, karena membuat sumur gali yang baik bukan hanya sekedar menggali lubang, tapi harus memenuhi syarat-syarat sumur gali, hal ini tidak terlepas dari beberapa hal seperti pengetahuan masyarakat, sosial ekonomi masyarakat dan sosial budaya yang hidup di masyarakat.

Bila konstruksi dari sumur gali kurang baik, maka air sumur akan mengalami pengotoran dan penurunan kualitasnya sehingga menjadi potensial menularkan penyakit.

Menurut data yang diperoleh dari profil Puskesmas Sukamakmur (2010) bahwa penyakit Diare menempati urutan kedua dalam sepuluh penyakit terbesar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Sukamakmur. Masyarakat yang paling banyak menderita diare adalah mulai dari umur 4 tahun sampai orang dewasa yaitu sebanyak 33%, Bayi sebanyak 28% dan umur 1-4 tahun sebanyak 20%. Faktor penyebab tingginya angka diare ini antara lain : sanitasi lingkungan yang buruk, penggunaan air yang tidak higienis, dan lain-lain. Desa Gunung Raya merupakan wilayah kerja Puskesmas Sukamakmur, dimana masyarakat yang menggunakan sumur gali sebagai


(18)

sumber air bersih sebanyak 100%, sehingga ada kemungkinan penyakit diare menular melalui air sumur gali yang terkontaminasi.

Atas pertimbangan inilah maka penulis mencoba melakukan penelitian dengan judul “Gambaran Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali dan Kualitas Air Di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010”.

1.4. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah “Bagaimana gambaran perilaku masyarakat tentang konstruksi sumur gali dan kualitas air di Desa Gunung Raya, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat, Tahun 2010”.

1.5. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat tentang konstruksi sumur gali dan kualitas air di Desa Gunung Raya, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat, Tahun 2010.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) masyarakat tentang konstruksi sumur gali di Desa Gunung Raya.

2. Untuk mengetahui konstruksi sumur gali di Desa Gunung Raya.

3. Untuk mengetahui kualitas air sumur gali yang meliputi : parameter fisik, kimia dan bakteriologi di Desa Gunung Raya.


(19)

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan informasi bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Labuhan Batu.


(20)

2.1. Penyediaan Air Bersih

Air bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari yang kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak (Permenkes RI, 1990). Air bersih merupakan salah satu bahan pokok, yang mutlak dibutuhkan oleh manusia sepanjang masa, baik langsung maupun tidak langsung. Sumber air yang banyak dipergunakan oleh masyarakat adalah air permukaan (sungai, danau/waduk, air laut dan sebagainya), air tanah dan air hujan di daerah tertentu. Apabila tidak diperhatikan maka air dari sumber di atas mungkin dapat mengganggu kesehatan manusia. Untuk mencegah timbulnya gangguan penyakit yang disebabkan atau ditularkan malalui air, maka air yang dipergunakan terutama untuk minum harus memenuhi syarat – syarat kesehatan (Depkes RI, 1993).

2.2. Peranan Air Dalam Kehidupan Manusia

Tidak satupun kehidupan yang ada di dunia ini dapat berlangsung tampa tersedianya air yang cukup. Bagi manusia, kebutuhan akan air ini amat mutlak, karena sebenarnya zat pembentuk tubuh manusia sebagian besar terdiri dari air, volume air dalam tubuh manusia rata – rata 65% dari total berat badannya, dan volume tersebut sangat bervariasi pada masing–masing orang, bahkan juga bervariasi antara bagian – bagian tubuh seseorang. Beberapa organ tubuh manusia yang mengandung banyak air, antara lain, otak 74,5%, tulang 22%, ginjal 82,7%, otot 75,6%, dan darah 83% (Budiman Chandra, 2006).


(21)

Air sangat besar peranannya dalam tubuh manusia yaitu :

1. Sebagai pelarut dan alat pengangkut dari berbagai jenis bahan makanan seperti karbohidrat, asam amino, asam lemak, dan vitamin. Bahan – bahan yang larut dalam darah diangkut keseluruh tubuh dan dipergunakan sesuai dengan fungsinya.

2. Sebagai fasilitator pertumbuhan yaitu air merupakan bagian dari tubuh di dalam pertumbuhan. Karbohidrat yang disimpan di dalam sel – sel hati dan otot dua pertiganya merupakan air. Lemak yang disimpan dalam beberapa jaringan, seperlimanya merupakan air, sedangkan di dalam otot dijumpai air sebesar 75,6%. Oleh karena itu tampa air tidak terjadi proses pertumbuhan.

3. Sebagai katalisator yaitu air dalam berbagi reaksi biologis di dalam tubuh, sel lambung, dan dalam usus tempat terjadinya proses pencernaan makanan. Dalam hal ini air sebagai lingkungan perantara.

4. Sebagai pengatur suhu tubuh yaitu mengingat air dapat menghantar panas, maka air berperan penting untuk mendistribusikan panas yang ditimbulkan oleh hasil metabolisme tubuh sehingga temperatur tubuh dapat normal 37oC. Metabolisme tubuh yang menghasilkan panas diubah menjadi air yang dikeluarkan melalui tubuh lewat keringat.

5. Sebagai sumber mineral, yaitu berupa mineral penting yang terdapat di dalam keadaan normal dipergunakan sebagai sumber mineral tambahan bagi tubuh. Mineral dalam minuman dapat diperoleh secara alamiah atau dapat pula ditambahkan apabila tidak dijumpai di dalam air minum (Sitepoe, 1997).


(22)

2.3. Sumber Air di Alam

Air yang ada di alam pada dasarnya merupakan proses daur ulang yang terus menerus berupa proses sirkulasi dari penguapan, presipitasi, dan pengaliran.

Matahari yang merupakan sumber energi, akan memberikan panas terhadap air permukaan sehingga terjadi penguapan ke udara dan berubah menjadi awan. Setelah mengalami beberapa proses jatuh sebagai hujan kepermukaan bumi baik di lautan maupun ke daratan.

Dalam memenuhi kebutuhan untuk minum dan kebutuhan lainnya, manusia memanfaatkan sumber – sumber air yang ada di sekitarnya baik itu air alam yang langsung dipakai maupun setelah mengalami proses pengolahan terlebih dahulu. Sumber air yang dapat kita manfaatkan pada dasarnya dapat dibedakan sesuai dengan dimana air tersebut diambil, antara lain sebagai berikut :

2.3.2. Air Hujan

Air hujan merupakan air yang steril dan bebas dari zat – zat beracun, akan tetapi mengingat proses terjadinya hujan hingga hujan sampai ke bumi telah mengalami kontak dengan udara, maka air hujan tidak murni lagi karena telah dipengaruhi oleh pencemaran udara.

Air hujan memiliki sifat – sifat yaitu bersifat lunak (soft water) karena tidak atau kurang mangandung larutan garam dan zat-zat mineral sehingga terasa kurang segar. Dapat mengandung beberapa zat yang terdapat di udara seperti NH3 dan CO2

agresif yang bersifat korosif. Dari segi bakteriologis relatif bersih, tetapi tergantung pada tempat penampungannya.


(23)

2.3.2. Air Permukaan

Air permukaan adalah yang berada di permukaan bumi, berupa air sungai, air danau/waduk, aliran air, air laut dan sebagainya. Air ini pun pada dasarnya merupakan air hujan yang jatuh ke bumi atau dapat juga berasal dari air tanah .

Air permukaan pada umumnya lebih banyak dipakai sebagi sumber air baku untuk sistem sarana penyediaan air bersih di perkotaan maupun pedesaan.

Akan tetapi harus memerlukan pengolahan terlebih dahulu agar dapat dijadikan sebagai sumber air bersih untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Air permukaan sangat mudah mengalami pencemaran, baik oleh aktivitas manusia, hewan maupun karena proses alamiah seperti erosi.

2.3.3. Air Tanah

Air tanah terbentuk dari hujan yang jatuh ke permukaan bumi dan meresap ke dalam air tanah melalui pori-pori tanah dan akar tanaman, dan kemudian tertahan pada lapisan tanah membentuk lapisan yang mengandung air tanah (aquifer).

Sebagian air hujan yang mencapai permukaan bumi akan menyerap ke dalam tanah dan akan menjadi air tanah. Air tanah terbagi menjadi 3 yaitu (Sutrisno, 1996): 1. Air Tanah Dangkal

Terjadi karena proses peresapan air di permukaan tanah. Lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan terdapat pada kedalaman 15 meter.

2. Air Tanah Dalam

Terdapat pada lapis rapat air pertama dan pada kedalaman 100 – 300 meter. Ditinjau dari segi kualitasnya pada umumnya lebih baik dari tanah dangkal.


(24)

3. Mata Air

Mata air adalah tempat dimana air tanah keluar ke permukaan tanah secara alamiah dan biasanya terletak di lereng gunung atau tepi sungai.

Berdasarkan munculnya ke permukaan, air tanah terbagi atas 2 yaitu :

a. Mata air (gravity spring), yaitu air mengalir dengan gaya berat sendiri pada lapisan tanah yang permukaan tanah yang tipis air tanah tersebut menembus lalu keluar sebagai mata air.

b. Mata air artesis berasal dari lapisan air yang dalam posisi tertekan. Air artesis berusaha untuk menembus lapisan rapat air dan keluar ke permukaan bumi. Ditinjau dari sudut kesehatan, ketiga macam air ini tidaklah selalu memenuhi syarat kesehatan, karena ketiga-tiganya mempunyai kemungkinan untuk dicemari. Embun, air hujan, atau salju misalnya yang berasal dari air angkasa, ketika turun ke bumi dapat menyerap abu, gas, ataupun materi-materi berbahaya lainnya. Demikian pula hal nya, karena sekalipun telah mengalami proses penyaringan, namun tetap saja ada kemungkinan terkontaminasi dengan zat-zat mineral ataupun kimia yang mungkin membahayakan kesehatan (Azwar, 1990).

2.4. Sumur Gali

Sumur gali adalah salah satu sarana penyediaan air bersih dengan cara menggali tanah sampai mendapatkan lapisan air dengan kedalaman tertentu yang terdiri dari bibir sumur, dinding sumur, lantai sumur, saluran air limbah dan dilengkapi dengan timba dengan gulungan atau pompa (Depkes, 1998).


(25)

Sumur gali adalah salah satu konstruksi sumur yang paling umum dan meluas dipergunakan untuk mengambil air tanah bagi masyarakat kecil dan rumah-rumah perorangan sebagai sumber air bersih. Sumur gali ini pada umumnya dibuat adalah untuk mengambil air tanah bebas sehingga dapat dipengaruhi oleh musim. Sumur gali menyediakan air yang berasal dari lapisan air yang relatif dekat dengan permukaan tanah, oleh karena itu dengan mudah terkontaminasi melalui rembesan .

Menurut Depkes RI, 1990 ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam membuat sumur gali diantaranya :

1. Jarak sumur gali dari pencemaran seperti kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk air kotor minimal 10 meter dan letaknya tidak berada dibawah sumber pencemar tersebut.

2. Dinding sumur (cincin) minimal 3 meter dari permukaan tanah dan terbuat dari bahan yang kedap air.

3. Lebar minimal lantai sumur 1 meter dari tepi bibir sumur dan terbuat dari bahan yang kedap air.

4. Tinggi bibir sumur minimal 0,8 meter dari permukaan tanah.

5. Mempunyai saluran pembuangan air bekas, minimal sepanjang 10 meter dan terbuat dari bahan kedap air.

Untuk mencegah pengotoran dan pencemaran maupun kecelakaan pada saat sumur gali tidak digunakan maka sumur gali perlu memiliki tutup sumur yang kuat dan rapat. Penentuan persyaratan dari sumur gali didasarkan pada beberapa hal yaitu: 1. Kemampuan hidup bakteri pathogen selama 3 hari dan perjalanan air di dalam


(26)

2. Kemampuan bakteri pathogen menembus tanah secara vertikal sedalam 3 meter. 3. Kemungkinan bakteri pathogen menembus tanah secara horizontal sejauh 10

meter.

4. Kemungkinan terjadinya kontaminasi pada saat sumur digunakan maupun tidak digunakan.

5. Kemungkinan runtuhnya tanah dinding sumur.

Adapun persyaratan membuat sumur gali menurut Azrul Azwar, 1990 :

1. Dinding sumur 3 meter bagian atas harus dibuat dari tembok yang tidak tembus air, agar perembesan air permukaan yang telah tercemar tidak terjadi. Kedalaman 3 meter diambil karena bakteri pada umumnya tidak dapat hidup lagi pada kedalaman tersebut.

2. Kira – kira 1,5 meter berikutnya ke bawah dinding ini dibuat dari tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih banyak untuk mencegah runtuhnya tanah.

3. Dasar sumur diberi batu kerikil agar tidak keruh.

4. Diatas tanah dibuat dinding tembok kira – kira 1 meter, agar air sekitarnya tidak masuk kedalam sumur serta untuk keselamatan pemakai.

5. Tanah di sekitar tembok sumur atas disemen dan tanahnya dibuat miring dengan tepinya dibuat saluran. Lebar semen sekeliling sumur kira – kira 1,5 meter, agar air permukaan tidak masuk.

6. Sumur diberi atap, ember yang dipakai jangan diletakkan dibawah, tetapi harus tetap tergantung. Sebaiknya air sumur diambil dengan pompa.

Adapun persyaratan yang harus dipenuhi sumur gali yang sehat meliputi hal – hal sebagai berikut ( Entjang, 1991).


(27)

1. Persyaratan Lokasi

a. Menghindarkan pengotoran dengan memperhatikan jarak sumur dengan lubang galian tinja, lubang galian sampah dan sumber pengotoran lainnya. Umumnya jarak tidak kurang dari 10 meter dan usahakan letaknya tidak lebih rendah dari sumber pengotoran.

b. Dibangun pada tempat dengan kedalaman air tanah kurang dari 7 meter. 2. Persyaratan Kontruksi

a. Dinding sumur minimal 3 meter dari permukaan tanah dan dibuat dari tembok kedap air sehingga tidak terjadi perembesan air. Sebab sampai kedalaman 3 meter tanah masih mengandung bakteri.

b. Dinding berikutnya (1,5 meter) dibawahnya dibuat dari pasangan batu bata tampa diplester yang berguna sebagai dinding rembesan dan mencegah keruntuhan dinding ketika airnya ditimba.

c. Kedalaman sumur mencapai lapisan yang banyak mengandung air sehingga tidak mengalami kekeringan pada musim kemarau.

d. Sumur diberi bibir setinggi 70 cm dari permukaan tanah untuk mencegah masuknya air permukaan kedalam sumur.

e. Lantai diplester kedap air dalam jarak 1 meter sekeliling atau dari bibir sumur dengan ketebalan 20 cm dari permukaan tanah serta dibuat agak miring. Tepi lantai ditinggikan sekitar 5 cm agar tidak melimpah kesekitarnya.

f. Bagian dasar sumur diberi kerikil unuk mencegah air tidak keruh sewaktu ditimba.


(28)

g. Saluran pembuangan air limbah dengan lubang peresapan dibangun pada 10 meter dari sumur.

2.5. Hubungan Air Dengan Kesehatan

Menurut Peraturan Pemerintah Nomor : 20 Tahun 1990, air digolongkan menjadi 4 (empat) golongan yaitu :

1. Golongan A : Air yang dapat digunakan sebagai air minum secara langsung tanpa pengolahan terlebih dahulu.

2. Golongan B : Air yang dapat digunakan sebagai air baku untuk air minum. 3. Golongan C : Air yang dapat dipergunakan untuk keperluan perikanan dan

peternakan.

4. Golongan D : Air yang dapat digunakan untuk keperluan pertanian dan dapat dimanfaatkan untuk usaha perkotaan, industri dan pembangkit tenaga air.

Untuk kelangsungan hidup manusia air sangat dibutuhkan terutama air minum. Air yang memenuhi syarat kesehatan tentunya memberi manfaat yang sangat tak ternilai. Akan tetapi air yang dikomsumsi oleh masyarakat masih banyak yang belum memenuhi syarat – syarat kesehatan yang telah ditetapkan, sehingga pada akhirnya air tersebut bukan memberi manfaat, tetapi justru menimbulkan kerugian.

Penyakit – penyakit yang dapat ditularkan melalui air dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) kategori yaitu ( Kusnoputranto, 2000 ):


(29)

1. Water Borne Disease

Adalah penyakit yang ditularkan langsung melalui air minum, dimana kuman pathogen dapat di dalam air minum. Diantara penyakit – penyakit tersebut adalah penyakit kolera, penyakit typoid, penyakit hepatitis, infektiosa, penyakit dysentri dan penyakit gastroenteritis.

2. Water Washed Disease

Adalah penyakit yang disebabkan karena kekurangan air untuk pemeliharaan hygiene perorangan. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh cara penularan dan dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu :

a. Penyakit infeksi saluran pencernaan, misalnya diare. Penyakit dalam kelompok ini serupa dengan yang terdapat dalam water borne disease yaitu : kolera, typoid, hepatitis. Berjangkitnya penyakit ini erat dengan tersedianya air untuk makan, minum dan memasak, serta untuk kebersihan alat-alat makan.

b. Penyakit kulit dan selaput lendir. Penyakit yang termasuk golongan ini antara lain penyakit infeksi fungsi pada kulit, penyakit conjunctivitis (trachoma). Berjangkitnya penyakit ini sangat erat dengan kurangnya penyediaan air bersih untuk hygiene perorangan.

c. Penyakit infeksi yang ditimbulkan oleh insekta parasit pada kulit dan selaput lendir. Insekta parasit akan mudah berkembang biak dan menimbulkan penyakit bila kebersihan umum tidak terjamin.


(30)

3. Water Base Disease

Adalah penyakit yang ditularkan oleh bibit penyakit yang sebagian siklus hidupnya berada di air seperti Schistosomiasis. Larva Schistomiasis hidup di dalam keong air. Setelah waktunya, larva ini akan mengubah bentuk menjadi Curcuma dan dapat menembus kaki manusia yang berada di dalam air tersebut. Air ini sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia seperti mandi, mencuci, menangkap ikan, dan sebagainya.

4. Water Related Insecta Vektors

Adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor yang hidupnya tergantung pada air, misalnya malaria, demam berdarah, filariasis, yellow fever, dan lain sebagainya. Nyamuk sebagai vektor penyakit akan berkembang biak dengan mudah, bila dilingkungannya terdapat genangan- genangan air seperti gentongan air, pot, dan sebagainya tempat perindukannya.

2.5.2. Penyimpangan Standard Terhadap Parameter Penting.

Pihak yang berwewenang dalam penyediaan air bersih masih banyak mendistribusikan air ke konsumen yang tidak memenuhi standard Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih, dan masyarakat di pedesaan masih banyak yang menggunakan air tanah sebagai sumber air bersih yang tidak memenuhi syarat kesehatan, akibat yang dapat terjadi apabila air tidak memenuhi standar kualitas air bersih adalah terjadinya penyimpangan terhadap standar parameter penting yang merugikan konsumen/masyarakat yaitu (Soemirat, 2003) :


(31)

1. Suhu

Temperatur dari air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengolahan, terutama apabila temperature tersebut sangat tinggi. Berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 suhu maksimum yang di perbolehkan yaitu dibawah 30C atau diatas 30C dari suhu udara. Penyimpangan terhadap standard suhu ini akan mengakibatkan air tersebut tidak disukai oleh konsumen, meningkatnya daya toksisitas bahan kimia atau bahan pencemar dalam air dan pertumbuhan mikroba dalam air.

2. Warna

Air bersih sebaiknya tidak berwarna untuk alasan estetika dan untuk mencegah keracunan dari berbagai zat kimia maupun mikroorganisme yang berwarna. Berdasarkan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 warna maksimum yang diperbolehkan untuk air bersih yaitu 50 TCU. Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah mengganggu estetika, air tersebut tidak diterima oleh konsumen, memungkinkan masyarakat/konsumen akan mencari sumber air lain yang mungkin saja justru tidak memenuhi syarat kesehatan.

3. Bau dan Rasa

Biasanya bau dan rasa terjadi bersama-sama yaitu akibat adanya dekomposisi bahan organic dalam air. Demikian juga senyawa kimia tertentu menyebabkan rasa di dalam air seperti NaCl menyebabkan air menjad asin. Standard persyaratan menyangkut baud an rasa menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 menyatakan bahwa air tidak boleh terdapat bau dan rasa


(32)

yang tidak diinginkan. Efek kesehatan yang dapat ditibulkan adalah kemungkinan masyarakat/konsumen akan mencari sumber lain yang mungkin saja justru tidak memenuhi syarat kesehatan dan dapat mengganggu estetika dan tidak disukai konsumen.

4. Kekeruhan

Air dikatakan keruh, apabila air tersebut mengandung begitu banyak partikel, bahan yang tersuspensi sehingga memberikan warna/rupa yang berlumpur dan kotor. Bahan-bahan yang menyebabkan kekeruhsn ini meliputi : tanah liat, lumpur, bahan-bahan organik yang tersebar secara baik dan partikel-partikel kecil yang tersuspensi lainnya. Standard persyaratan menyangkut kekeruhan menurut Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/IX/1990 menyatakan bahwa kadar maksimum yang diperbolehkan adalah 25 NTU. Efek kesehatan yang dapat ditimbulkan adalah gangguan estetika dan mengurangi efektifitas desinfeksi air.

5. Mangan (Mn)

Endapan MnO2 akan memberikan noda-noda pada bahan/benda-benda yang

berwarna putih. Adanya unsur ini dapat menimbulkan bau dan rasa pada minuman. Unsur ini bersifat toksis pada alat pernapasan. Konsentrasi Mn yang lebih besar dari 0,5 mg/l, dapat menyebabkan rasa yang aneh pada minuman dan meninggalkan warna coklat-coklatan pada pakaian cucian, dan dapat juga menyebabkan kerusakan pada hati. Konsentrasi standart maksimum yang ditetapkan oleh Permenkes R.I No : 416/Menkes/Per/IX/1990 adalah sebesar 0,5 mg/l.


(33)

6. Besi (Fe)

Konsentrasi unsur ini dalam air yang melebihi ± 2 mg/l akan menimbulkan noda-noda pada peralatan dan bahan-bahan yang berwarna putih. Adanya unsur ini dapat pula menimbulkan bau dan warna pada air minum, dan warna koloid pada air. Selain itu, konsentrasi yang lebih besar dari 1 mg/l dapat menyebabkan warna air menjadi kemerah-merahan, memberi rasa tidak enak pada minuman. Konsentrasi standart maksimum yang ditetapkan oleh Permenkes R.I No : 416/Menkes/Per/IX/1990 adalah sebesar 1,0 mg/l.

7. Nitrat (NO3-)

Air sumur perseorangan dengan konsentrasi Nitrat 67 – 1100 mg/l telah mengakibatkan methemoglobinemia pada bayi yang memperoleh susu yang dibuat dengan campuran air tersebut. Kandungan Nitrat mempengaruhi suatu populasi tertentu dalam penggunaan air yang khusus. Konsentrasi Nitrat yang melebihi 45 mg/l dalam air merupakan peringatan agar berhati-hati dalam penggunaan air tersebut untuk campuran makanan/minuman untuk bayi. Jumlah Nitrat (NO3-) yang besar dalam usus cenderung untuk berubah menjadi Nitrit

(NO2-), yang dapat bereaksi langsung dengan haemoglobin dalam darah

membentuk ”methaemoglobine” yang dapat menghalangi perjalanan oksigen di dalam tubuh. Konsentrasi standart maksimum yang ditetapkan oleh Permenkes R.I No : 416/Menkes/Per/IX/1990 adalah sebesar 10 mg/l.


(34)

8. Bakteriologi

Penyimpangan terhadap standard ini dapat disimpulkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh tinja atau limbah yang berarti dalam air tersebut kemungkinan besar terdapat kuman-kuman pathogen dan non phatogen yang membahayakan kesehatan seperti : salmonella typi, shigella disentri, entonisiba, coliform.

2.7. Standard Kualitas Air

Di Indonesia standar mutu air bersih ditetapkan oleh Departemen Kesehatan R.I dalam bentuk Peraturan Menteri Kesehatan R.I Nomor : 416/Per/Menkes/IX/1990 Tentang Syarat-syarat dan pengawasan kualitas air yang ditetapkan pada tanggal 3 September 1990 yang menjelaskan perbedaan antara pengertian air minum dengan air bersih yaitu :

1. Air minum adalah air yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat langsung diminum.

2. Air Bersih adalah air yang digunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan dapat diminum apabila telah dimasak.

Adapun syarat-syarat kesehatan yang berkenan dengan kualitas air adalah : 1. Syarat Fisik yang meliputi : Suhu, warna, bau, rasa dan kekeruhan.

2. Syarat Kimia yang meliputi : Derajat keasaman (pH), jumlah zat padat (Total Disolved Solid) dan bahan-bahan kimia lainnya.

3. Syarat Biologi yang meliputi : kuman-kuman parasit, kuman-kuman phatogen dan bakteri golongan coli.


(35)

4. Syarat radioaktif yang meliputi : benda-benda radioaktif yang mungkin terkandung dalam air.

2.7.1. Pengertian Standard Kualitas Air

Standard kualitas air dapat diartikan sebagai ketentuan-ketentuan yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan, penyakit gangguan tehnis, dan gangguan dalam segi estetika (Depkes RI, 1999).

Dalam menangani masalah penyediaan air bersih, perlu adanya standar kualitas. Hal ini berdasarkan pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. Air yang memenuhi syarat kesehatan haruslah bebas dari mikroorganisme pathogen, bebas dari warna, bau, kekeruhan dan rasa.

2. Penyimpangan dari syarat kesehatan akan mengakibatkan kerugian dalam bentuk gangguan kesehatan/penyakit, gangguan teknis dan gangguan dalam segi estetika. 3. Persyaratan kualitas air tersebut supaya dapat diterapkan, perlu dijabarkan dalam

bentuk yang lebih teratur dan terperinci yang diuraikan konsentrasinya.

Standard kualitas air bersih dapat diuraikan sebagai ketentuan-ketentuan berdasarkan Permenkes RI. Nomor : 416/Menkes/Per/IX/1990 yang biasanya dituangkan dalam bentuk pernyataan atau angka yang menunjukkan persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi agar air tersebut tidak menimbulkan gangguan kesehatan.


(36)

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya penyimpangan standard adalah sebagai berikut :

1. Secara alamiah sumber air yang digunakan mengandung bahan-bahan kimia dalam jumlah yang berlebihan sehingga memerlukan pengolahan yang lebih sempurna.

2. Kesalahan dalam memilih tehnologi pengolahan air sehingga diperoleh hasil yang menyimpang atau tidak memenuhi standard syarat kualitas.

3. Terbatasnya dana yang digunakan untuk pengolahan air. Setiap pengolahan air memerlukan dana. Semakin tinggi kualitas yang ingin dicapai semakin besar dana yang dibutuhkan.

4. Air yang telah memenuhi standard kualitas mendapat pencemaran, baik secara alamiah maupun akibat aktifitas manusia.

5. Kurangnya pengertian individu atau masyarakat dalam menggunakan fasilitas air bersih.

Setiap penyimpangan standard kualitas, dapat mengakibatkan kerugian terhadap :

1. Manusia

Beberapa penyakit dan gangguan kesehatan lainnya dapat terjadi akibat adanya penyimpangan standard kualitas air. Contohnya, penyakit Blue Baby yang menimpa bayi akibat bayi tersebut minum air yang mengandung nitrat yang melebihi batas yang ditetapkan dalam standard kualitas.


(37)

2. Lingkungan

Gangguan yang ditimbulkan tidak berupa penyakit, melaikan bersifat tehnis. Contohnya : air yang mengandung CO2 agresif , air tersebut akan bersifat korosif

yang akibatnya akan merusak jaringan pipa. 3. Estetika

Beberapa penyimpangan standard kualitas air bersih dapat menyebabkan kerugian dibidang estetika. Contohnya : air yang berwarna sangat tidak disukai oleh masyarakat. Demikian pula air yang keruh, berbau dan berasa menimbulkan perasaan jijik di kalangan masyarakat.

2.7. Perilaku

Menurut Notoadmodjo (2003), perilaku dipandang dari segi biologis adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada hakikatnya adalah suatu aktivitas dari pada manusia itu sendiri.

Menurut Sarwono (1997), perilaku manusia merupakan hasil dari pada segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, perilaku merupakan respon atau reaksi individu terhadap stimulus yang berasal dari luar maupun dari dalam dirinya. Respon ini bersifat pasif (tanpa tindakan) maupun aktif (disertai tindakan).


(38)

Bentuk operasional dari perilaku dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yakni dengan mengetahui situasi atau rangsangan dari luar.

2. Perilaku dalam bentuk sikap yakni tanggapan batin terhadap keadaan atau rangsangan dari luar diri si subjek.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan yang sudah konkrit berupa perbuatan (action) terhadap situasi dan atau rangsangan dari luar

2.7.1. Pengetahuan (Knowledge)

Putusan orang yang tahu disebut mempunyai pengetahuan. Jadi, pengetahuan tidak lain dari hasil tahu. Kalau orang misalnya tahu, bahwa pohon itu rendah, maka ia mengakui hal “rendah” terhadap pohon itu. Ia mengakui terhadap sesuatu. Memang ia tahu, yang menghasilkan pengetahuan. Pengakuan sesuatu terhadap sesuatu itu disebut “putusan” (Poedjawijatna, 1998).

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu, yakni dengan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).

Ada 6 (enam) tingkatan pengetahuan yaitu : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan


(39)

yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari dengan menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehansion)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan terhadap objek yang dipelajari.

3. Aplikasi (Appilcation)

Aplikasi berarti sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum – hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya, dapat menggunakan prinsip – prinsip siklus pemecahan masalah (problem solving cycle) di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.


(40)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis yaitu menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi yang berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare di suatu tempat, dapat menafsirkan sebab ibu – ibu tidak mau ikut KB, dan sebagainya (Notoadmojo, 2003).

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.

2.7.2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu. Dalam


(41)

kehidupan sehari-hari adalah merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

Menurut Allport (1954) yang dikutip dari Notoatmodjo (2003), menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 (tiga) komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak (trend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan dan emosi memegang peranan penting (Notoatmodjo, 2003).

Ada 4 (empat) tingkatan sikap yaitu : 1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut. 3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga. Misalnya, seseorang yang mengajak orang lain untuk membersihkan lingkungannya, atau mendiskusikan tentang


(42)

kesehatan lingkungan, adalah suatu bukti bahwa seseorang tersebut telah mempunyai sikap positif terhadap kesehatan lingkungan.

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yamg telah dipillihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

2.7.3. Tindakan atau Praktek (Practice)

Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Disamping faktor fasilitas juga diperlukan faktor dukungan (support) dari pihak lain.

Tingkat-tingkat tindakan atau praktek adalah : 1. Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided respons)

Dapat dilakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai pula dengan contoh adalah indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.


(43)

4. Adopsi (Adoption)

Adaptasi yaitu suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasikannya sendiri tampa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.10. Kerangka Konsep

Kualitas Air Sumur Gali Perilaku

(Pengetahuan, Sikap dan Tindakan) Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali

Meliputi :

Parameter Fisik, meliputi : 1. Suhu

2. Berasa 3. Berwarna 4. Keruh 5. Berbau

Parameter Kimia, meliputi : 1. Mangan

2. Besi 3. Nitrat

Parameter Biologi, meliputi : 1. E. coli

2. Total Coliform

Permenkes R.I No.416/MENKES

/PER/IX/1990 Konstruksi Sumur

Gali Yang Memenuhi Syarat


(44)

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, bertujuan untuk mengetahui gambaran perilaku masyarakat tentang konstruksi sumur gali dan kualitas air sumur gali di Desa Gunung Raya, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat tahun 2010.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi Penelitian dilakukan di Desa Gunung Raya, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat. Alasan memilih lokasi karena :

1. Semua masyarakat Desa Gunung Raya menggunakan sumur gali sebagai sumber air bersih.

2. Belum pernah dilakukan penelitian yang serupa.

Sedangkan lokasi untuk pemeriksaan kualitas air sumur gali dilakukan di Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pemberrantasan Penyakit Menular (BTKL & PPM) Medan.

3.2.2. Waktu Penelitian


(45)

3.3. Populasi Dan Sampel 3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh kepala keluarga atau yang mewakili dalam satu keluarga dan seluruh sumur gali yang terdapat di Desa Gunung Raya, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat yang berjumlah 63 KK.

3.3.2. Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari kepala keluarga atau yang mewakili dalam satu keluarga dan sebagian sumur gali yang terdapat di Desa Gunung Raya, Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat.

Jumlah sampel yang dianggap mewakili populasi diperoleh dengan rumus Taro Yamane yang dikutip dari Notoatmodjo (2002):

n =

( )

2 1 N d

N

+

Keterangan :

n : besarnya sampel N : besarnya populasi

d : tingkat kepercayaan/ketepatan yang diinginkan (10% = 0,1)

( )

2 1 , 0 63 1

63

+ =

n

63 , 0 1

63

+ =

n

n = 38,65 = 39 Sampel


(46)

3.3.3. Cara Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel memakai Random Sampling atau pengambilan sampel secara acak, dimaksud agar tiap unit penelitian dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi sampel.

3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer

Data primer diperoleh melalui wawancara, dimana peneliti melakukan tanya jawab dengan responden menggunakan kuesioner, melakukan observasi dan hasil pemeriksaan kualitas air.

3.4.2. Data Sekunder

Data sekunder diperoleh dari Kantor Kepala Desa Gunung Raya, Puskesmas Sukamakmur Kabupaten Labuhan Batu, Rantau Prapat.

3.5. Definisi Operasional

1. Perilaku adalah keadaan jiwa (berpendapat, berpikir, bersikap dan sebagainya) untuk memberikan respons terhadap situasi di luar subjek tersebut. Disini perilaku dibagi tiga bentuk yaitu : pengetahuan, sikap dan tindakan.

2. Pengetahuan adalah kemampuan responden dalam hal pemahamannya tentang sumur gali (termasuk didalamnya air bersih dan penyakit yang berhubungan dengan air).

3. Sikap adalah tanggapan responden terhadap sumur gali yang dihubungkan dengan penggunaan langsung sumur gali sebagai sumber air bersih untuk rumah tangga.


(47)

4. Tindakan adalah bentuk perbuatan atau aktifitas nyata dari responden terhadap penggunaan langsung sumur gali sebagai sumber air untuk rumah tangga.

5. Konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat kesehatan adalah kondisi fisik sumur gali yang sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Depkes RI, 1990 yaitu :

a. Jarak sumur gali dari pencemaran seperti kakus, lubang galian sampah, lubang galian untuk air kotor minimal 10 meter dan letaknya tidak berada dibawah sumber pencemaran tersebut.

b. Dinding sumur (cincin) minimal 3 meter dari permukaan tanah dan terbuat dari bahan yang kedap air.

c. Lebar minimal lantai sumur 1 meter dari tepi bibir sumur dan terbuat dari bahan yang kedap air.

d. Tinggi bibir sumur minimal 0,8 meter dari permukaan tanah.

e. Mempunyai Saluran Pembuangan Air Limbah, minimal sepanjang 10 meter dan terbuat dari bahan kedap air.

6. Kualitas air sumur gali adalah keadaan mutu air sumur gali yang diteliti berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium dan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/1990.

7. Parameter fisik adalah keadaan mutu air yang memenuhi kualitas air meliputi : suhu, bau, rasa, warna dan kekeruhan dan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/1990.


(48)

8. Parameter kimia adalah keadaan mutu air yang memenuhi persyaratan kualitas kimia air meliputi : Ph, Mangan, Besi, dan Nitrat kemudian dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/1990.

9. Parameter biologi adalah keadaan mutu air yang memenuhi persyaratan kualitas bakteriologi (total coliform dan E. coli) dan dibandingkan dengan Permenkes RI No. 416/Menkes/Per/1990.

10.Memenuhi syarat adalah keadaan kualitas air bersih yang sesuai dengan Permenkes R.I. No.416/Menkes/Per/IX/1990.

11.Tidak memenuhi syarat adalah keadaan kualitas air sumur gali yang tidak sesuai dengan Permenkes R.I. No.416/Menkes/Per/IX/1990.

3.6. Aspek Pengukuran 1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan diukur melalui 12 pertanyaan. Bila responden menjawab benar (a) diberi nilai 2, jawaban yang hampir benar (b) diberi nilai 1 dan jawaban yang salah (c) diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 24. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari, yaitu (Arikunto, 2002) :

1. Baik, apabila jumlah nilai responden = 17 – 24 2. Cukup, apabila jumlah nilai responden = 9-16 3. Kurang, apabila jumlah nilai responden = 0-8


(49)

2. Sikap Responden

Sikap diukur melalui 10 pertanyaan. Bila responden menjawab setuju (a) diberi nilai 2, ragu-ragu (b) diberi nilai 1 dan tidak setuju (c) diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 20. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari, yaitu (Arikunto, 2002) :

1. Baik, apabila jumlah nilai responden = 14 – 20 2. Cukup, apabila jumlah nilai responden = 7-13 3. Kurang, apabila jumlah nilai responden = 0-6 3. Tindakan Responden

Tindakan diukur melalui 9 pertanyaan. Bila responden menjawab ya diberi nilai 1, dan tidak diberi nilai 0. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai responden adalah 9. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 kategari, yaitu (Arikunto, 2002) :

1. Baik, apabila jumlah nilai responden = 7-9 2. Cukup, apabila jumlah nilai responden = 4-6 3. Kurang, apabila jumlah nilai responden = 0-3 4. Konstruksi Sumur Gali

Konstruksi sumur gali diukur berdasarkan observasi terhadap 6 indikator keadaan konstruksi sumur gali, dimana konstruksi yang sudah memenuhi persyaratan diberi nilai 2, konstruksi yang kurang atau tidak memenuhi persyaratan diberi nilai 1. Berdasarkan jumlah nilai tertinggi yang dapat dicapai adalah 12. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 2 kategari, yaitu :


(50)

1. Memenuhi syarat , apabila jumlah nilai = 12

2. Tidak memenuhi syarat, apabila jumlah nilai = < 12

3.7. Teknik Pengolahan dan Analia Data 3.7.1. Teknik Pengolahan Data

Data yang telah dikumpulkan diolah dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Editing yaitu data yang telah dikumpul selanjutnya dialkukan pengolahan sehingga jelas sifat –sifat yang dimiliki oleh data tersebut.

2. Coding yaitu melakukan pengkodean data.

3. Tabulasi yaitu mengelompokkan data tersebut kedalam tabel tertentu menurut sifat-sifat yanng dimilikinya, sesuai dengan penelitian.

3.7.1. Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan kegiatan yang sangat penting dalam suatu penelitian, karena dengan analisia data dapat mempunyai arti/makna yang dapat berguna untuk memecahkan masalah penelitian. Teknik analisa data yang digunakan adalah analisa univariat, yaitu untuk menggambarkan perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan), konstruksi sumur gali, dan kualitas air dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi.


(51)

4.5. Gambaran Umum Wilayah Penelitian 4.5.1. Keadaan Geografi

Desa Gunung Raya barada di Kecamatan Bilah Barat, Kabupaten Labuhan Batu, Propinsi Sumatera Utara. Luas wilayah Desa Gunung Raya 25 Ha, yang wilayahnya merupakan dataran rendah. Keadaan tanahnya terdiri dari persawahan, perladangan dan sebagian areal pemukiman.

Adapun batas wilayah Desa Gunung Raya adalah sebagai berikut : a. Sebelah Utara, berbatasan dengan Sukamakmur.

b. Sebelah Selatan, berbatasan dengan Kampung Jawa. c. Sebelah Barat, berbatasan dengan Tanjung Selamat. d. Sebelah Timur, berbatasan dengan Dusun Sibara-bara.

4.5.2. Demografi

Jumlah penduduk Desa Gunung Raya yang terdaftar pada tahun 2010 adalah sebanyak 290 jiwa yang terdiri dari laki-laki 144 jiwa (49,66 %) dan Perempuan 146 jiwa (50,34 %) dengan jumlah kepala keluarga sebanyak 63 KK.

Distribusi penduduk menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin di Desa Gunung Raya tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.1. dibawah ini.


(52)

Tabel 4.1. Distribusi Penduduk Menurut Golongan Umur Dan Jenis Kelamin di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No Golongan Umur Jumlah Persentase (%)

1 0 – 5 Tahun 34 11,8

2 6 – 15 Tahun 70 24,1

3 16 – 25 Tahun 70 24,1

4 26 – 55 Tahun 92 31,7

5 > 55 Tahun 24 8,3

Total 290 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Gunung Raya, 2010

Berdasarkan tabel 4.1. di atas terlihat bahwa golongan umur penduduk terbanyak adalah umur 6 – 15 tahun dan 16 – 25 tahun yaitu masing-masing 70 orang (24,1 %) dan yang paling sedikit pada umur > 55 tahun yaitu 24 orang (8,3 %).

4.5.3. Tingkat Pendidikan

Distribusi penduduk menurut tingkat pendidikan di Desa Gunung Raya tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.2. di bawah ini.

Tabel 4.2. Distribusi Penduduk Menurut Tingkat Pendidikan Di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Belum Sekolah 39 13,4

2 Tamat SD 80 27,6

3 Tamat SLTP 65 22,4

4 Tamat SLTA 82 28,3

5 Akademi / Perguruan Tinggi 24 8,3

Total 290 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Gunung Raya, 2010

Berdasarkan tabel 4.2. di atas terlihat bahwa tingkat pendidikan penduduk terbanyak adalah SLTA yaitu 82 orang (28,3%) dan yang paling sedikit adalah Akademi/PT yaitu 24 orang (8,3 %).


(53)

4.5.4. Jenis Pekerjaan

Distribusi Penduduk menurut jenis pekerjaan di Desa Gunung Raya tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.3. di bawah ini.

Tabel 4.3. Distribusi Penduduk menurut Jenis Pekerjaan di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No Jenis Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1 Tidak bekerja/ Belum Bekerja 136 46,9

2 PNS/Pensiunan 9 3,1

3 Pegawai Swasta 1 0,3

4 Buruh 2 0,7

5 Wiraswasta/ Pedagang 37 12,8

6 Petani 105 36,2

Total 290 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Gunung Raya, 2010

Berdasarkan tabel 4.3. di atas terlihat bahwa jenis pekerjaan penduduk terbanyak adalah yang tidak bekerja/belum bekerja yaitu 136 orang (46,9%) dan yang paling sedikit adalah pegawai swasta yaitu 1 orang (0,3%).

4.5.5. Agama

Distribusi penduduk menurut agama yang dianut di Desa Gunung Raya tahun 2010 dapat dilihat pada tabel 4.4. di bawah ini.

Tabel 4.4. Distribusi Penduduk Menurut Agama Yang Dianut Di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No Agama Jumlah Persentase (%)

1 Islam 267 92,1

3 Kristen Potestan 23 7,9

Total 290 100,0

Sumber : Kantor Kepala Desa Gunung Raya, 2010

Berdasarkan tabel 4.4. di atas dapat terlihat bahwa mayoritas penduduk menganut Agama Islam yaitu 267 orang (92,1%) dan sebagian lagi menganut Agama Kristen Protestan yaitu 23 orang (7,9%).


(54)

4.5.6. Data Keadaan Penyakit

Distribusi keadaan penyakit di Desa Gunung Raya yang diperoleh dari Puskesmas Sukamakmur dapat dilihat pada tabel 4.5. di bawah ini.

Tabel 4.5. Distribusi 10 Penyakit Terbesar Berdasarkan Jumlah Kunjungan di Puskesmas Sukamakmur Tahun 2010

No Jenis Penyakit Jumlah kasus Persentase

(%)

1 ISPA 283 16,8

2 Diare (Termasuk Kolera) 241 14,3

3 Disentri 201 11,9

4 Bronkhitis 198 11,7

5 Penyakit pada jaringan pengikat (Rheumatik) 181 10,7

6 Penyakit kulit alergi 173 10,3

7 Karies gigi 142 8,4

8 Malaria klinis 139 8,2

9 Hypertensi 125 7,4

10 TB Paru 5 0,3

Total 1688 100,0

Sumber : Puskesmas Sukamakmur, 2010

Berdasarkan tabel 4.5. di atas dapat terlihat bahwa jumlah penyakit terbanyak adalah ISPA (16,8%), sedangkan penyakit yang terendah adalah TB Paru ( 0,3%).

4.6. Data Umum Responden

4.6.1. Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Distribusi Responden menurut tingkat pendidikan di Desa Gunung Raya dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini :

Tabel 4.6. Distribusi Frekuensi Responden menurut Tingkat Pendidikan di Desa Gunung Raya tahun 2010

No Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

1 Tamat SD 8 20,5

2 Tamat SLTP 10 25,6

3 Tamat SLTA 15 38,5

4 Akademi/ PT 6 15,4


(55)

Berdasarkan tabel 4.6. di atas, dapat dilihat bahwa pada umumnya tingkat pendidikan responden adalah SLTP (30,8%), sedangkan yang terendah adalah Akademi/PT (12,8%).

4.6.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Pekerjaan

Distribusi responden menurut jenis pekerjaan di Desa Gunung Raya dapat dilihat pada tabel 4.7. di bawah ini :

Tabel 4.7. Distribusi Frekuensi Responden menurut Pekerjaan di Desa Gunung Raya tahun 2010

No Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

1. PNS/Pensiunan 7 18,0

2. Buruh 1 2,5

3. Wiraswasta/Pedagang 8 20,5

4. Petani 23 59,0

Total 39 100,00

Berdasarkan tabel 4.7. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden mempunyai pekerjaan sebagai petani sebanyak 23 orang (59,0%), sedangkan tingkat pekerjaan terendah adalah buruh yaitu sebanyak 1 orang ( 2,5 %).

4.6.3. Distribusi Responden Menurut Umur

Distribusi responden menurut umur di Desa Gunung Raya dapat dilhat pada tabel 4.8. di bawah ini :

Tabel 4.8. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur di Desa Gunung Raya tahun 2010

No Golongan Umur Jumlah Persentase (%)

1. 20-24 tahun 3 7,7

2. 25-29 tahun 11 28,2

3. 30-34 tahun 13 33,3

4. 35-39 tahun 8 20,5

5. ≥40 tahun 4 10,3


(56)

Berdasarkan tabel 4.8. di atas dapat dilihat bahwa umur responden mayoritas umur 30-34 tahun yaitu sebanyak 13 orang (33,3%), sedangkan umur yang paling sedikit adalah umur 20-24 tahun yaitu sebanyak 3 orang (7,7%).

4.6.4. Distribusi Responden Menurut Suku Bangsa

Distribusi Responden menurut suku di Desa Gunung Raya dapat dilihat pada tabel 4.9. di bawah ini :

Tabel 4.9. Distribusi Frekuensi Responden menurut Suku Bangsa di Desa Gunung raya tahun 2010

No Suku Bangsa Jumlah Pesentase (%)

1 Batak 35 89,7

2 Jawa 4 10,3

Total 39 100,0

Berdasarkan tabel 4.9. di atas dapat dilihat bahwa mayoritas responden Suku Batak yaitu sebanyak 35 orang (89,7%) dan sebagian lagi responden Suku Jawa yaitu sebanyak 4 orang (10,3%).

4.7. Gambaran Perilaku Responden 4.7.1. Pengetahuan Responden

Pengetahuan merupakan sesuatu yang diperoleh dari pengalaman, penglihatan dan pendengaran. Berikut ini distribusi jawaban responden dalam hal pengetahuan tentang konstruksi sumur gali.


(57)

Tabel 4.10. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No. Pengetahuan Jumlah Persentase

(%)

1. Sumur gali yang memenuhi syarat :

a. Konstruksinya harus baik, mempunyai SPAL dan jauh dari sumber pencemar

b. Jauh dari tumpukan sampah. c. Galinya harus dalam

19 7 13 48,7 17,9 33,3

Total 39 100,0

2. Jarak sumur gali dari sumber pencemar:

a. > 10 meter b. 10 meter c. 8 meter

26 13 0 66,7 33,3 0,0

Total 39 100,0

3. Kedalaman cincin yang memenuhi syarat kesehatan:

a. 3 meter b. 2 meter c. 1 meter

17 22 0 43,6 56,4 0,0

Total 39 100,0

4. Manfaat penggunaan dinding sumur:

a. Agar tidak terjadi pelongsoran tanah dan menghindari bakteri agar tidak meresap masuk kedalam sumur melalui rembesan air yang ada disekeliling sumur.

b. Terlihat kuat dan kokoh c. Tidak tahu

8 22 9 20,5 56,4 23,1

Total 39 100,0

5. Tinggi minimal bibir sumur :

a. 70 cm b. 60 cm c. 50 cm

15 14 10 38,5 35,9 25,6

Total 39 100,0

6. Lebar minimal lantai dari tepi bibir sumur:

a. 1 meter b. 2 meter c. 3 meter

10 29 0 25,6 74,4 0,0

Total 39 100,0

7. Fungsi bagian dasar sumur diberi kerikil :

a. Supaya air tidak keruh sewaktu ditimba. b. Mencegah air keruh.

c. Supaya timba tidak menyentuh tanah.

11 5 23 28,2 12,8 59,0

Total 39 100,0

8. Manfaat konstruksi sumur yang memenuhi syarat :

a. Agar terhindar dari penyakit. b. Agar air rembesan tidak masuk. c. Air tidak kotor

3 19 17 7,7 48,7 43,6


(58)

9. Manfaat air bersih :

a. Bisa terhindar dari penyakit b. Aman untuk diminum. c. Dapat membersihkan badan.

10 29 0 25,6 74,4 0,0

Total 39 100,0

10. Jenis sarana air bersih yang paling baik menurut kesehatan :

a. Perusahaan Air Minum ( PAM ) b. Sumur Pompa Tangan ( SPT ) c. Sumur Gali ( SGL )

32 7 0 82,1 17,9 0,0

Total 39 100,0

11. Penyakit yang dapat timbul apabila mengkonsumsi air yang tidak sehat :

a. Kolera dan disentri b. Sakit perut

c. Sakit gigi

3 36 0 7,7 92,3 0,0

Total 39 100,0

12. Manfaat memasak air terlebih dahulu sebelum diminum :

a. Untuk membunuh bakteri dan kuman penyakit. b. Agar lebih segar

c. Supaya enak diminum.

39 0 0 100,0 0,0 0,0

Total 39 100,0

Tingkat pengetahuan responden tentang konstruksi sumur gali mayoritas dalam kategori baik, karena berdasarkan pemberian jawaban responden setiap item pertanyaan sebagian besar responden dapat menjawab dengan benar/hampir benar, seperti sumur gali yang memenuhi syarat, sebanyak 48,7% responden mengatakan konstruksinya harus baik, mempunyai SPAL dan jauh dari sumber pencemar. Jarak sumur gali dari sumber pencemar (tempat sampah, kandang ternak dan septick tank), sebanyak 66,7% responden mengatakan > 10 meter. Sementara pernyataan tentang kedalaman dinding sumur yang memenuhi syarat kesehatan dari permukaan tanah, sebanyak 56,4% responden mengatakan 2 meter dan sisanya (43,6%) mengatakan 3 meter. Demikian juga dalam hal manfaat penggunaan dinding sumur, sebanyak 56,4% responden mengatakan supaya terlihat kuat dan kokoh, dan hanya 20,5%


(59)

respoden yang mengatakan agar tidak terjadi pelongsoran tanah dan menghindari bakteri agar tidak meresap masuk kedalam sumur melalui rembesan air yang ada disekeliling sumur.

Sebagian besar responden mengetahui bahwa tinggi minimal bibir sumur gali adalah 70 cm yaitu sebanyak 38,5%. Mayoritas responden menjawab hampir benar tentang lebar minimal lantai dari tepi bibir sumur yaitu 74,4% responden menjawab 2 meter. Dari hasil wawancara diperoleh bahwa ternyata sebagian besar responden tidak tahu tentang manfaat penggunaan kerikil pada dasar sumur gali yaitu sebanyak 59,0% responden menjawab supaya timba tidak menyentuh tanah dan ada sebanyak 28,2% responden menjawab supaya air tidak keruh sewaktu ditimba.

Berdasarkan hasil wawancara juga diketahui bahwa hanya 7,7% responden tahu tentang manfaat konstruksi sumur gali yang memenuhi syarat yaitu agar terhindar dari penyakit. Sebanyak 82,1% responden mengetahui bahwa jenis sarana air bersih yang paling baik menurut kesehatan adalah Perusahaan Air Minum dan semua responden (100%) mengetahui tentang manfaat memasak air terlebih dahulu sebelum diminum yaitu untuk membunuh bakteri dan kuman penyakit.

Berikut distribusi frekuensi tingkat pengetahuan responden tentang konstruksi sumur gali dini di Desa Gunung Raya:

Tabel 4.11. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Tingkat Pengetahuan di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No Tingkat Pengetahuan Jumlah Pesentase (%)

1 Baik 24 61,5

2 Cukup 8 20,5

3 Kurang 7 18,0


(60)

Berdasarkan tabel 4.11. di atas dapat dilihat bahwa, responden terbanyak dengan tingkat pengetahuan baik yaitu sebanyak 24 orang (61,5%), responden dengan tingkat pengetahuan cukup yaitu sebanyak 8 orang (20,5%) dan responden dengan tingkat pengetahuan kurang yaitu sebanyak 7 orang (18,0 %).

4.7.2. Sikap Responden

Dari hasil wawancara diperoleh semua responden memiliki sikap baik tentang konstruksi sumur gali. Hal ini dikarenakan semua responden menyatakan setuju pada semua item pertanyaan yang digunakan untuk mengetahui sikap responden.

4.7.3. Tindakan Responden

Tindakan responden dalam penelitian ini berkenaan dengan tindakan mengenai pelaksanaan kegiatan dalam hal konstruksi sumur gali. Hasil jawaban responden dalam hal tindakan dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.12. Distribusi Jawaban Responden Berdasarkan Tindakan Tentang Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya Tahun 2010

No. Tindakan Jumlah Persentase

(%)

1. Menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur gali untuk keperluan sehari-hari :

a. Ya b. Tidak

39 0

100,0 0,0

Total 39 100,0

2. Sumur gali diberi jarak minimal 10 meter dari sumber pencemar :

a. Ya b. Tidak

22 17

56,4 43,6

Total 39 100,0

3. Melengkapi sumur gali dengan cincin (dinding) sumur yang terbuat dari bahan yang kedap air sedalam minimal 3 meter :

a. Ya b. Tidak

16 23

41,0 59,0


(61)

4. Melengkapi sumur gali dengan bibir sumur yang tingginya minimal 70 cm :

a. Ya b. Tidak 28 11 71,8 28,2

Total 39 100,0

5. Menyemen disekitar sumur gali minimal radius 1 meter : a. Ya b. Tidak 33 6 84,6 15,4

Total 39 100,0

6. Sesudah menimba air, timba dibiarkan terletak dilantai : a. Ya b. Tidak 33 6 84,6 15,4

Total 39 100,0

7. Jika lantai sumur gali pecah, segera

memperbaikinya. a. Ya b. Tidak 28 11 28,2 71,8

Total 39 100,0

8. Melengkapi sumur gali dengan SPAL yang kedap air

a. Ya. b. Tidak 33 6 84,6 15,4

Total 39 100,0

9. Memasak terlebih dahulu air yang akan dikonsumsi:

a. Ya b. Tidak 39 0 100,0 0,0

Total 39 100,0

Pengkategorian tindakan responden tentang konstruksi sumur gali sebagian besar dalam kategori baik karena berdasarkan jawaban dan hasil observasi diperoleh tindakan responden sudah memenuhi syarat dalam hal konstruksi sumur gali yaitu semua responden menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur gali untuk keperluan sehari-hari. Sebanyak 56,4% responden memberi jarak minimal 10 meter dari sumber pencemar, 71,8% responden melengkapi sumur gali dengan bibir sumur yang tingginya minimal 70 cm, 84,6% responden menyemen disekitar sumur gali minimal radius 1 meter, dan 84,6% responden membiarkan timba terletak dilantai


(1)

V. TINDAKAN RESPONDEN

No. Pernyataan Ya Tidak

1. Menggunakan sumber air bersih yang berasal dari sumur gali untuk keperluan sehari-hari

2. Sumur gali diberi jarak minimal 10 meter dari sumber pencemar

3. Sumur gali dilengkapi dengan cincin (dinding) sumur yang terbuat dari bahan yang kedap air sedalam minimal 3 meter

4. Sumur gali dilengkapi dengan bibir sumur yang tingginya minimal 70 cm.

5. Menyemen disekitar sumur gali minimal radius 1 meter. 6. Sesudah menimba air, timba dibiarkan terletak dilantai. 7. Jika lantai sumur gali pecah, segera diperbaiki.

8. Melengkapi sumur gali dengan Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL) yang kedap air.


(2)

Lembar Observasi Konstruksi Sumur Gali di Desa Gunung Raya Kabupaten Labuhan Batu Rantau Prapat Tahun 2010

1. Keterangan

No. Responden : ... Nama : ... Tanggal Kunjungan : ...

2. Uraian Diagnosa Khusus

No. Konstruksi Sumur Gali Ya Tidak 1. Keadaan lantai sumur gali :

− 1 meter atau lebih, kedap air − Kurang dari 1 meter dan kedap air − Tidak diberi lantai

2. Keadaan dinding sumur gali dari permukaan tanah :

− 3 meter dari bahan kedap air

− Kurang dari 3 meter dari bahan kedap air − Tidak diberi dinding

3. Keadaan bibir sumur gali :

− Lebih dari 70 cm dari bahan kedap air − Kurang dari 70 cm dari bahan kedap air − Pakai bibir sumur tapi tidak bahan kedap air 4. Keadaan letak timba pengambil air sumur

gali :

− Pada kerekan, tergantung didalam atau diatas sumur gali

− Terletak pada lantai sumur − Lain-lain

5. Keadaan SPAL sumur gali :

− Panjang 10 meter dari bahan kedap air

− Panjang Kurang 10 meter dari bahan kedap air − Mempunyai SPAL tapi tidak kedap air

6. Jarak sumur gali dari sumber pencemar : − 10 meter atau lebih

− Kurang dari 10 meter

− Lain-lain/tidak ada sumber pencemar disekitar sumur gali


(3)

FORMULIR OBSERVASI SUMUR GALI

I. Keterangan Umum

1. Nomor Responden : 2. Nama Pemilik Sumur Gali : 3. Tanggal Observasi :

4. Jumlah pemakai :

II. Kualitas Fisik Air

No Fisik Ya Tidak

1 Keruh 2 Berwarna 3 Berasa 4 Berbau

Skor Resiko

Skor Risiko : Jumlah TIDAK = 4 (Baik)

Jumlah TIDAK < 4 (Tidak Baik) III.Resiko Pencemaran

Risiko

No Diagnosa Ya Tidak

1 Apakah ada jamban dalam jarak 10 meter sekitar sumur gali ?

2 Apakah ada sumber pencemaran lain dalam jarak 10 meter sekitar sumur gali (kandang ternak, tempat pembuangan sampah) ?

3 Apakah ada/ sewaktu – waktu ada genangan air dalam jarak 2 meter sekitar sumur ?

4 Apakah disekeliling sumur mempunyai lantai radius kurang dari 1 meter ?

5 Apakah ada keretakan pada lantai semen sekeliling sumur gali ?

6 Apakah timba digantungkan ketika tidak dipakai ? 7 Apakah bibir sumur tidak sempurna sehingga

memungkinkan air merembes kedalam sumur ? 8 Apakah saluran pembuangan air limbah

rusak/tidak ada ?

9 Apakah dinding sumur sepanjang kedalaman 3 meter dari permukaan tanah tidak diplester cukup kuat

10 Apakah ada atau sewaktu – waktu ada genangan air di atas lantai semen sekeliling sumur ?


(4)

Tingkat Resiko sarana :

Penggolongan Tingkat Resiko sarana :

Skor Resiko : 0 – 2 = Tingkat Resiko Rendah : 3 – 5 = Tingkat Resiko Sedang : 6 – 8 = Tingkat Resiko Tinggi : 9 – 10 = Tingkat Resiko Amat Tinggi IV.Penilaian

1. Resiko Pencemaran : 2. Kualitas Fisik Air :


(5)

1. DATA UMUM

1. Jumlah Responden : 39 KK 2. Pendidikan :

a. Tamat SD : 11 KK c. Tamat SLTA : 11 KK b. Tamat SLTP : 12 KK d. Akademi/PT : 5 KK 3. Pekerjaan :

a. PNS : 7 KK c. Wiraswasta/Pedagang : 8 KK

b. Buruh : 1 KK d. Petani : 23 KK

II. DATA KHUSUS

Hubungan Perilaku Masyarakat Tentang Konstruksi Sumur Gali Dengan Kualitas Air Sumur Gali

Pengetahuan Sikap Tindakan Konstruksi SGL

No

No responden

Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Baik Cukup Kurang Memenuhi Syarat

Tidak Memenuhi

Syarat

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 13 15 16 17 Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Baik Baik Baik Baik - Baik Baik Baik Baik Baik - - Baik Baik - - - - Cukup - - - - - Cukup Cukup - - - - - - - - - - - - - - - - M. Syarat M.Syarat - M.Syarat - M.Syarat - - - - - - M.Syarat - - - T.M.Syarat - T.M.Syarat - T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat - T.M.Syarat


(6)

15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 18 20 21 22 24 25 26 27 28 29 30 31 33 38 43 44 46 49 50 51 53 54 55 56 58 Baik Baik Baik Baik Baik - - - - - - - Baik Baik - - - - - - Baik - Baik - Baik - - - - - Cukup Cukup - Cukup Cukup - - - - Cukup Cukup - - - Cukup - - - Cukup - - - - - - - - Kurang - - Kurang Kurang - - - - Kurang Kurang Kurang - - Kurang - - - Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - Baik Baik - Baik Baik - - - Baik Baik - Baik - - - - - - Baik - Baik - Baik Cukup Cukup - - Cukup - - Cukup Cukup Cukup - - Cukup - Cukup Cukup Cukup Cukup - Cukup - Cukup - Cukup - - - - - - - - - - - - - - - - - Kurang - - - - - - - - M.Syarat M.Syarat - - M.Syarat - - - - - M.Syarat - - - - - - M.Syarat - M.Syarat - M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat - - T.M.Syarat T.M.Syarat - T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat - T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat T.M.Syarat - TM.Syarat - T.M.Syarat -


Dokumen yang terkait

Keadaan Sumur Gali Di Desa Aek Nauli Kecamatan Padang Sidempuan Timur Kabupaten Tap-Sel Tahun 2000 (Ditinjau Dari Aspek Konstruksi)

0 38 57

Hubungan Keadaan Konstruksi Sarana Air Bersih Sumur GaIi Dan Kualitas Bakteriologi Air Di Desa Sukadame Kec. Tigapanah Kab. Karo Tahun 2000

1 27 73

Hubungan Menyiram Menggunakan Air Sumur dengan Kontaminasi Soil Transmitted Helminths pada Tanaman Kubis di Desa Seribu Dolok, Simalungun, Sumatera Utara Tahun 2011

5 46 51

Analisa Kualitas Fisik, Bakteriologis Dan Kimia Air Sumur Gali Serta Gambaran Keadaan Konstruksi Sumur Gali Di Desa Patumbak Kampung Kecamatan Patumbak Kabupaten Deli Serdang Tahun 2010

9 73 99

Hubungan Jarak Kandang Ternak, Perilaku Masyarakat Dan Konstruksi Sumur Gali terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Penduduk Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015

8 83 127

Hubungan Jarak Kandang Ternak, Perilaku Masyarakat Dan Konstruksi Sumur Gali terhadap Kualitas Bakteriologis Air Sumur Gali Penduduk Desa Sialang Buah Kecamatan Teluk Mengkudu Kabupaten Serdang Bedagai Tahun 2015

5 20 127

Hubungan Jarak Septic Tank, Konstruksi Sumur Gali, dan Perilaku Masyarakat Terhadap Kandungan Bakteri Escherichia coli Air Sumur Gali Penduduk di Desa Mekar Makmur Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2016

2 42 156

STUDI KUALITAS AIR SUMUR GALI PENDUDUK DILIHAT DARI FISIK, KIMIA DAN BAKTERIOLOGIS SERTA GAMBARAN KONSTRUKSI SUMUR GALI DI KECAMATAN PANCUR BATU KABUPATEN DELI SERDANG.

0 3 21

GAMBARAN KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DESA KEMA III KECAMATAN KEMA KABUPATEN MINAHASA UTARA TAHUN 2016

1 2 8

ANALISIS KUALITAS AIR SUMUR GALI DI DUSUN RUMBIA DESA LUNJEN KECAMATAN BUNTU BATU KABUPATEN ENREKANG

0 1 90