Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan Chapter III V

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
deskriptif menggunakan desain pendekatan prospektif, yaitu penelitian yang
dilakukan dengan cara pendekatan, observasi, pengumpulan data dan faktor resiko
yang akan dipelajari dan diidentifikasi lebih dahulu kemudian diikuti ke depan
secara prospektif timbulnya efek (Notoatmodjo, 2010).
3.2 Waktu dan Lokasi Penelitian
3.2.1 Waktu
Waktu penelitian dilakukan pada bulan Desember 2015-Februari2016
selama 3 bulan.
3.2.2 Lokasi penelitian
Lokasi penelitian di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik
Medan.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi adalah seluruh penderita penyakit ginjal kronik di ruang interna
wanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periodeDesember 2015Februari2016.
3.3.2. Sampel

Sampel yang dipilih pada penelitian ini harus memenuhi kriteria inklusi
dan tidak memenuhi kriteria eksklusi.

Universitas Sumatera Utara

Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah:
a. Rekam medis pasien dengan diagnosis PGK dengan penyakit anemia,
yang dirawat inap di RSUP H.Adam Malik Medan
b. Kategori semua gender (laki-laki dan perempuan)
c. Kategori semua usia
d. Pasien yang pulang dengan cara berobat jalan
Kriteria eksklusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak
dapat diikut sertakan. Adapun yang menjadi kriteria eksklusi adalah data pasien
exit, data pasien pulang atas permintaan sendiri, data pasien pindah ruangan dan
data pasien yang tidak lengkap (tidak memenuhi informasi dasar yang dibutuhkan
dalam penelitian).
3.4 Rancangan Penelitian
3.4.1 Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan secara prospektif yang diambil dari data
rekam medis dan status pasien penyakit ginjal kronik yang dirawat inap di RSUP

H. Adam Malik Medan periode Desember 2015 - Februari 2016 menjadi beberapa
kelompok.
Adapun data rekam medis yang dikelompokan dalam penelitian ini adalah:
a. Mengelompokkan data rekam medis berdasarkan inklusi
b. Mengelompokkan identitas, pengobatan yang diberikan, data klinis, dan
data laboratorium.
c. Mengidentifikasi DRPs berdasarkan studi literatur.

Universitas Sumatera Utara

3.5 Analisis Data
Data yang diperoleh dari penelitian ini akan dianalisis secara deskriptif,
data kuantitatif diuraikan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan data kualitatif
diuraikan dalam bentuk uraian.
3.6 Bagan Alur Penelitian
Adapun gambaran pelaksanaan penelitian adalah seperti Gambar 3.1
Rekam medis

Identifikasi
DRPs


Memilih data rekam
medis berdasarkan
kriteria inklusi

Kategori DRPs, meliputi:

Analisis data

Penarikan kesimpulan

a. Indikasi tanpa obat
b. Obat tanpa indikasi
c. Obat salah
d.Dosis obat berlebih
e. Dosis obat kurang
f. Reaksi obat merugikan
g.Interaksi obat

3.7 Langkah Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Meminta rekomendasi Dekan Fakultas Farmasi USU untuk dapat
melakukan penelitian di RSUP H.Adam Malik Medan
b. Menghubungi Direktur Utama RSUP H.Adam Malik Medan untuk
mendapatkan izin melakukan penelitian dan pengambilan data dengan
membawa surat rekomendasi dari fakultas
c. Mengumpulkan data berupa rekam medis dan status yang tersedia di
RSUP H.Adam Malik Medan

Universitas Sumatera Utara

d. Menganalisis data dan informasi yang sehingga didapatkan kesimpulan
dari penelitian.
3.8 Definisi Operasional
Data yang digunakan adalah rekam medis pasien dengan keseluruhan jenis
kelamin pada penderita anemia dengan penyakit ginjal kronik di RSUP H. Adam
Malik Medan.
Penelitian ini menggunakan variabel bebas yaitu obat-obat yang tercatat
dalam rekam medis pasien, serta menggunakan 7 kategori DRPs pada variabel
terikat yaitu: indikasi tanpa obat, obat tanpa indikasi, obat salah, dosis obat

kurang, dosis obat berlebih, reaksi obat merugikan dan interaksi obat.
Adapun penjelasan kategori DRPs yang digunakan:
a. Indikasi tanpa obat adalah pasien mempunyai kondisi medis yang
membutuhkan terapi obat pasien tidak mendapatkan obat untuk indikasi
tersebut.
b. Obat tanpa indikasi adalah pasien mempunyai kondisi medis dan
menerima obat yang tidak mempunyai indikasi medis yang valid.
c. Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak paling
efektif dan kontraindikasimedis yang valid.
d. Dosis obat kurang adalah pasien mempunyai kondisi medis dan
mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut kurang.
e. Dosis obat berlebih adalah pasien mempunyai kondisi medis dan
mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih.
f. Reaksi obat merugikan adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat
reaksi obat yang merugikan.

Universitas Sumatera Utara

g. Interaksi obat adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat interaksi
obat-obat, dan obat-makanan.


Universitas Sumatera Utara

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Demografi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Anemia
Berdasarkan data dari rekam medik di RSUP H. Adam Malik periode
Desember 2015-Februari 2016 diperoleh seluruh data penderita penyakit ginjal
kronik di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam Malik sebanyak 65
pasien. Hasil yang memenuhi kriteria inklusi adalah sebanyak 20 orang (30,76%)
yang pulang dengan cara berobat jalan.
4.2Demografi Penderita Penyakit Ginjal Kronik Pada Pasien Anemia
Berdasarkan Jenis Kelamin, Usia, dan Stadium
Berdasarkan rekam medis penderita PGKdengan penyakit anemia di ruang
interna RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016
diperoleh gambaran umum karakteristik subjek seperti ditunjukkan pada Tabel
4.1.
Tabel 4.1 Karakteristik Subjek Penelitian
No Karakteristik subjek
Jenis Kelamin

1
Wanita
Pria
2
Kelompok Usia
20 – 40
41 – 60
61 -80
3
Stadium
Stadium III
Stadium IV
Stadium V

Jumlah Pasien (n=20)

%

14
6


70
30

1
14
5

5
70
25

1
2
17

5
10
85


Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.1 menunjukkanpasien yang terdiagnosis PGK dengan
penyakit anemia olehpasien wanita yang berjumlah 14 pasien (70%), dan pada
pria berjumlah 6 pasien (30%).
Berdasarkan rentang umur pasien yang paling banyak menderita ginjal
kronik dengan penyakit anemia adalah pasien dengan rentang usia 41 – 60 tahun
berjumlah 14 pasien (70%).Hal ini sejalan dengan bertambahnya usia, fungsi
ginjal akan semakin berkurang. Fungsi ginjal menurun sekitar 55% antara usia
35–80 tahun. Fungsi ginjalakan mengalami penurunan, contohnya laju filtrasi,
ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.Hal ini dikarenakan banyak jaringan yang
hilang dari korteks ginjal, glomerulus, dan tubulus. Setelah umur 40 tahun,
permukaan glomerulus akan berkurang secara progresif dan jaringan sklerotik
akan bertambah. Selain itu setelah umur 35 tahun,laju filtrasi glomerulus (LFG)
akan menurun hingga 8 – 10 ml/menit/1,73m2/. Hal ini menyebabkan fungsi ginjal
dan pengenceran menurun, keseimbangan elektrolit dan asam basa lebih mudah
terganggu bila dibandingkan dengan usia muda. Terjadinya penyakit ginjal kronik
tidak hanya disebabkan oleh menurunnya fungsi ginjal sebagai akibat dari
bertambahnya


usia,

namun

diantaranyaglomerulonefritis,

juga

diabetes

disebabkan
melitus,

oleh

hipertensi,

faktor

resiko


nefrosklerosis

pielonefritis dan sebagainya (Guyton dan Hall, 2006).
Berdasarkan stadium penyakit ginjal kronik terdapat 1 pasien (5%) pada
stadium III, terdapat 2 pasien (10%) pada stadium IV, dan terdapat 17 pasien
(85%) pada stadium V.

Universitas Sumatera Utara

4.3 Kejadian DRPs
Drug Related Problems (DRPs)merupakan suatu kejadian yang tidak
diinginkan dialami oleh pasien akibat terapi obat yang secara aktual maupun
potensial dapat mengganggu keberhasilan penyembuhan yang diharapkan (Strand,
et al., 1990).
Berdasarkan identifikasi terhadap pasien di ruang interna wanita dan pria
RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016terdapat 19
pasien (95%)yang mengalami DRPs (+) dan 1 pasien (5%) tidak mengalami DRPs
(-) seperti ditunjukkan pada Gambar 4.1

100%
90%
80%

Persentase

70%
60%
50%
40%
30%
20%
10%
0%
DRPs (+)

DRPs (-)

Gambar 4.1 Persentase kasus DRPs
Adapun angka kejadian masing-masing kategori yaitu indikasi tanpa obat
sebanyak 26 kasus (61,91%); obat tanpa indikasi 1 kasus (2,38%);dosis obat
kurang sebanyak tidak ada kasus; dosis obat berlebih tidak ada kasus; obat salah
tidak ada kasus;reaksi obat merugikan tidak ada kasus; dan interaksi obat

Universitas Sumatera Utara

sebanyak 18 kasus (35,71%). Gambaran umum kejadian DRPs secara keseluruhan
ditunjukkan pada Tabel 4.2
Tabel 4.2 KejadianDrug Related Problems(DRPs)

1

Indikasi tanpa obat

Jumlah
Kasus
26

2

Obat tanpa indikasi

1

2,38

3

Obat salah

0

0

4

Dosis obat kurang

0

0

5

Dosis obat berlebih

0

0

6

Reaksi obat merugikan

0

0

7

Interaksi obat

15

35,71

42

100

No

Kategori DRPs

Total

Persentase
(%)
61,91

4.4 Pembahasan
4.4.1 IndikasiTanpaObat
Indikasi tanpa obat adalah kondisi medis yang membutuhkan terapi obat
tetapi tidak mendapatkan obat untuk indikasi yang sesuai (Priyanto, 2009). Jumlah
angka kejadian DRPs pada indikasi tanpa obat adalah sebanyak 26kasus
(61,91%).
Tabel 4.3Drug Related Problems KategoriIndikasiTanpaObat
Penyebab

Kondisi Pasien

Pasien dengan
kondisi
terbaru
membutuhkan
terapi
obat
yang terbaru

Hb < 11,7-16,1
Suhu > 370C
Kadar gula darah 200
mg/dl
Tekanan darah >
110/60-120/80 mmHg
Kadar gula darah > 120
mmHg

Kelompok obat yang
dibutuhkan
Antianemia
Antipiretik
Antihipoglikemia

Jumlah
Kasus
18
1
1

%
69,2
3,85
3,85

Antihiperkolesterolemia

1

3,85

Antihipertensi

1

3,85

Antidiabetika

4

15,3
8

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan Tabel 4.3 diatas terdapat 18 kasus (69,2%) pasien yang tidak
mendapatkan terapi antianemia. Anemia yang terjadi pada penderita PGK
disebabkan oleh fungsi hematologi darah terganggu dimana

berkurangnya

produksi eritropoetin, sehingga rangsangan eritropoesis pada sumsum tulang
belakang menurun, terjadinya hemolisis akibat berkurangnya masa hidup eritrosit
dalam suasana uremia toksik, defesiensi besi dan asam folat akibatnya nafsu
makan berkurang,gangguan fungsi trombosit, serta gangguan fungsi leukosit.
Anemia merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh penderita PGK.
Hal ini akan memberikan dampak yang signifikan terhadap kualitas hidup pasien
anemia pada PGK (Lukito, 2008).
Pada penelitian ini juga terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak
mendapatkan terapi antipiretik. Peningkatan suhu tubuh pada penderita PGK
terjadi akibat infeksi. Terdapat 1 kasus (3,85% ) pasien yang tidak mendapatkan
terapi supportif glukosa yaitu dengan kondisi saat itu pasien mengalami
hipoglikemi. Terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi
hiperkolesterolemia dengan kondisi kolesterol totalnya 231 mg/dL.
Terdapat 1 kasus (3,85%) pasien yang tidak mendapatkan terapi
antihipertensikondisi pasien mengalami hipertensi dengan tekanan darah 140/80
mmHg. Serta terdapat 4 kasus (15,38%) pasien tidak mendapatkan antidiabetik
dengan kadar gula darah pasien meningkat dan pasien mempunyai riwayat
diabetes melitus sebelumnya.
4.4.2Obat Tanpa Indikasi
Obat tanpa indikasi adalah pasien mempunyai kondisi medis pasien yang
menerima pengobatan yang tidak diperlukan. Ada dua kriteria yang masuk

Universitas Sumatera Utara

kategori pemberian obat tanpa adanya indikasi penyakit dan adanya duplikasi
penggunaan obat (Priyanto, 2009).
Berdasarkan dari hasil penelitian, terdapat 1 kasus (2,38%) dengan
pemberian obat tanpa indikasi pada pasien anemia dengan PGK di ruang
internawanita dan pria RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015Februari 2016
Tabel 4.4Drug Related Problems Kategori Obat Tanpa Indikasi
No
1

Penyebab

Obat

Pasien dapat pengobatan yang tidak Parasetamol
tepat untuk indikasi pada saat itu

Jumlah
Kasus
1

%
2,38

Berdasarkan Tabel 4.4 di atas ditemukan pemberian parasetamol yang
tidak sesuai dengan kondisi klinis pasien saat itu sebanyak 1 kasus (2,38%).
Parasetamol digunakan untuk mengobati demam, sedangkan kondisi klinis pasien
saat itu tidak menunjukkan adanya kenaikan suhu tubuh. Efek samping dari
penggunaan obat iniakan menimbulkan kondisi penyakit baru terhadap pasien
dengan meningkatnya keracunan di hati secara perlahan.
4.4.3 Obat Salah
Obat salah adalah pasien mendapatkan obat yang tidak aman, tidak efektif,
kontra indikasi dengan kondisi pasien (Priyanto, 2009).
Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan pemberian obat salah
pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP H. Adam
Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.
4.4.4 Dosis Obat Kurang
Dosis obat kurang adalah pasien mempunyai kondisi medis dan
mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut kurang (Priyanto, 2009).

Universitas Sumatera Utara

Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan pemberian dosis obat
kurang pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan priaRSUP H.
Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.
4.4.5 Dosis Obat Berlebih
Dosis obat berlebih adalah pasien mempunyai kondisi medis dan
mendapatkan obat yang benar tetapi dosis obat tersebut lebih (Priyanto, 2009).
Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan kasus dosis obat
berlebih pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria RSUP
H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.
4.4.6 Reaksi Obat Merugikan
Reaksi obat merugikan adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat
reaksi obat yang merugikan (Priyanto,2009).
Berdasarkan dari hasil penelitian, tidak ditemukan kasus reaksi obat
merugikan pada pasien anemia dengan PGK di ruang interna wanita dan pria
RSUP H. Adam Malik Medan periode Desember 2015-Februari 2016.
4.4.7 Interaksi Obat
Interaksi obat adalah pasien mempunyai kondisi medis akibat interaksi
obat dengan obat, obat dengan makanan, obat dengan obat tradisional dan obat
dengan hasil laboratorium. Interaksi obat terbagi atas tiga jenis yaitu interaksi
farmakokinetika. Interaksi farmakokinetika meliputi (interaksi absorpsi, distribusi,
matabolisme dan ekskresi). Interaksi farmakodinamika obat

sebagai akibat

perubahan biokimia dan fisiologi pasien dengan gangguan ginjal. Interaksi
farmasetika yang meliputi interaksi kimia dan fisika.

Universitas Sumatera Utara

Pada penelitian ini ditemukan adanya 15kasus interaksi obat dengan obat.
Angka

kejadian

DRPs

pada

kategori

interaksi

obat

yaitu

sebesar

35,71%.Komplikasi-komplikasi yang dialami pasien memerlukan penggunaan
polifarmasi yang cenderung akan meningkatkan resikoterjadinya interaksi obat
(Stockley, 2005).
Tabel 4.5Drug Related Problems Kategori Interaksi Obat
Obat
InjeksiseftriaaksonInjeksifurosemid
Tabletmicardis – Tablet
furosemid
Tabletsukralfat– Tablet
lansoprazol
Tabletamlodipin – Tablet
simvastatin
Tabletbisoprolol- Tablet
valsartan
Tabletbisoprolol dan Tab
teofilin
Tablet siprofloksasin –
Tabletaripiprazol
Tablet alprazolam – Tablet
fluoksetin
Tabletfluoksetin – Tablet
amlodipin
Tablet alprazolam –Tablet
omeprazol
Injeksi furosemid –Injeksi
sefoperazon

Jenis Interaksi

Tingkat
Keparahan
Farmokodinamika
Sedang

Jumlah
Kasus
4

(%)
21,05

Unknown

Sedang

1

5,26

Farmakokinetika

Sedang

1

5,26

Farmakokinetika

Berat

1

5,26

Farmakodinamika

Sedang

2

10,53

Farmakokinetika

Sedang

1

5,26

Farmakokinetika

Sedang

1

5,26

Farmakokinetika

Sedang

1

5,26

Farmakokinetika

Sedang

1

5,26

Farmakokinetika

Sedang

1

5,26

Unknown

Sedang

1

5,26

Universitas Sumatera Utara

4.5 Jumlah Kasus DRPs Pada Setiap Pasien
Tabel 4.6 Jumlah Kasus DRPs Pada Setiap Pasien
No

Nama

Obat

Klasifikasi DRPs

1

AS

Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antipiretik
Membutuhka
n anti
hipoglikemi
Membutuhka
n antianemia
Injekso
seftriaksoninjeksi
furosemid
Membutuhka
n antianemia
Injeksi
micardis Injeksi
furosemid
Tablet
sukralfatTablet
lansoprazol
Tablet
amlodipinTablet
simvastatin
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n
antihipertensi
Membutuhka
n antianemia
Injeksi
seftriaksonInjeksi
furosemid
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka

Indikasi tanpa obat

2

3

4

5

NL

PB

SU

RB

6

AN

7

NS

8

NR

Jumlah
kasus
DRPs
3 kasus

Lama
Perawata
n
28 hari

2 kasus

14 hari

4 kasus

8 hari

2 kasus

8 hari

2 kasus

8 hari

Indikasi tanpa obat

1 kasus

3 hari

Indikasi tanpa obat

1 kasus

5 hari

Indikasi tanpa obat

3 kasus

5 hari

Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat
Interaksi obat

Indikasi tanpa obat
Interaksi obat

Interaksi obat

Interaksi obat

Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat
Interaksi obat

Universitas Sumatera Utara

9

MB

10

NM

11
.12

AZ
EL

13

RM

14

RP

15

JK

n antianemia
Tablet
bisoprololTablet
valsartan
Tablet
bisoprololTablet
teofilin
Membutuhka
n antianemia
Injeksi
seftriakson Injeksi
furosemid
Membutuhka
n antianemia
Antipiretik
Membutuhka
n antianemia
Tablet
siprofloksasi
n-Tablet
aripiprazol
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antidiabetik
Tablet
alptazolamTablet
fluoksetin
Tablet
fluoksetinTablet
amlodipin
Tablet
alprazolamTablet
omeprazol
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antidiabetik
Injeksi
furosemidInjeksi
sefoperazon

Interaksi obat

Interaksi obat

Indikasi tanpa obat

2 kasus

9 hari

Indikasi tanpa obat

1 kasus

2 hari

Obat tanpa indikasi
Indikasi tanpa obat

1 kasus
2 kasus

9 hari
12 hari

Indikasi tanpa obat

1 kasus

9 hari

Indikasi tanpa obat

5 kasus

9 hari

4 kasus

7 hari

Interaksi obat

Interaksi obat

Indikasi tanpa obat
Interaksi obat

Interaksi obat

Interaksi obat

Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat
Interaksi obat

Universitas Sumatera Utara

16

SL

17

SM

18

TT

19

HB

Tablet
bisoprololTabletvalsart
an
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antidiabetik
Injeksi
seftriaksonInjeksi
furosemid
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n antidiabetik
Membutuhka
n antianemia
Membutuhka
n
antihiperkole
sterolemia

Interaksi obat

Indikasi tanpa obat

3 kasus

3 hari

Indikasi tanpa obat

1 kasus

8 hari

Indikasi tanpa obat

2 kasus

9 hari

2 kasus

4 hari

Indikasi tanpa obat
Interaksi obat

Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat
Indikasi tanpa obat

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa :
a.

Total kasus DRPs pasien anemia dengan penyakit ginjal kronik terdapat pada
wanita 14 orang dan pria 6 orang di ruang interna RSUP H.Adam Malik
Medan periode Desember 2015-Februari 2016.

b.

Kategori DRPs yang paling banyak terjadi pada pasien anemia dengan
penyakit ginjal kronik di ruang interna RSUP H.Adam Malik Medan periode
Desember 2015-Februari 2016 adalah kategori indikasi tanpa obat sebanyak
26 kasus (61,91%).

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Karakteristik dan Penatalaksanaan Penyakit Ginjal Kronik di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan Tahun 2011

0 35 76

Karakteristik Umum Pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik Eksaserbasi Akut di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2009

1 34 78

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 14

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 2

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 6

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 13

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 3

Identifikasi Drug Related Problems pada Penyakit Ginjal Kronik dengan Penderita Anemia di Instalasi RawatInap di Rumah Sakit Umum Pusat H. Adam Malik Medan

0 0 29