Aspek Hukum Atas Pemberian Fasilitas Non Fiskal pada Penanaman Modal di Indonesia

19

BAB II
PENGATURAN PENANAMAN MODAL LANGSUNG DI INDONESIA
A. Pengertian, Asas, Manfaat, dan Tujuan Penyelenggaraan Kegiatan
Penanaman Modal
1.

Pengertian Penanaman Modal
Berikut dikutip pengertian investasi untuk mengetahui apakah ada

perbedaan makna antara penanaman modal dengan investasi. Pengertian investasi,
antara lain: 27
a.

Dalam Kamus Istilah Keuangan dan Investasi digunakan istilah investment
(investasi) yang mempunyai arti:
”Penggunaan modal untuk menciptakan uang, baik melalui sarana yang
menghasilkan pendapatan maupun melalui ventura yang lebih berorientasi
ke resiko yang dirancang untuk mendapatkan modal. Investasi dapat pula
menunjuk kesuatu investasi keuangan (di mana investor menempatkan

uang ke dalam suatu sarana) atau menunjuk keinvestasi suatu usaha atau
waktu seseorang yang ingin memetik keuntungan dari keberhasilan
pekerjaannya”.

b.

Dalam Ensiklopedia Ekonomi Keuangan Perdagangan, dijelaskan istilah
Investment atau investasi, penanaman modal digunakan untuk:
“penggunaan atau pemakaian sumber-sumber ekonomi untuk produksi
barang-barang produsen atau barang-barang konsumen. Dalam arti yang

27

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi, (Bandung: CV. Nuansa Mulia, 2010), hlm. 31-

32.

Universitas Sumatera Utara

20


semata-mata bercorak keuangan, investment mungkin berarti penempatan
dana-dana kapital dalam suatu perusahaan selama jangka waktu yang
relatif panjang, suaya memperoleh hasil yang teratur dengan maksimum
keamanan”.
c.

Dalam Kamus Ekonomi dikemukakan, Investment (investasi) mempunyai
dua makna yakni:
“Pertama. Investasi berarti pembelian saham, obligasi dan benda-benda
tidak bergerak, setelah dilakukan analisa akan menjamin modal yang
dilekatkan dan memberikan hasil yang memuaskan. Faktor-faktor tersebut
yang membedakan investasi dengan spekulasi. Keuda. Dalam teori
ekonomi investasi berarti pembelian alat produksi (termasuk didalamnya
benda-benda untuk dijual) dengan modal berupa uang”.

d.

Dalam Kamus Hukum Ekonomi digunakan terminologi investment,
penanaman modal, investasi yang berati penanaman modal yang biasanya

dilakukan untuk jangka panjang misalnya berupa pengadaan aktiva tetap
perusahaan atau membeli sekuritas dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan.

e.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan, investasi
berarti pertama, penanaman uang atau modal disuatu perusahaan atau
proyek untuk tujuan memperoleh keuntungan; kedua, jumlah uang atau
modal yang ditanam.

f.

Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal
(UUPenanaman Modal) dikemukakan, penanaman modal adalah segala

Universitas Sumatera Utara

21


bentuk kegiatan penanaman modal baik oleh penanaman modal dalam
negeri maupun penanaman modal asing untuk melakukan usaha di wilayah
Negara Republik Indonesia.
Berdasarkan atas berbagai kutipan pengertian investasi di atas, tampak
bahwa tidak ada perbedaan yang prinsipil antara investasi dengan penanaman
modal. Makna dari investasi atau penanaman modal adalah kegiatan yang
dilakukan

oleh

seseorang

atau

badan

hukum,

menyisihkan


sebagian

pendapatannya agar dapat digunaan untuk melakukan suatu usaha dengan harapan
pada waktu tertentu akan mendapatkan hasil (keuntungan). Untuk itu dalam
tulisan ini, kedua istilah tersebut akan digunakan secara bergantian sesuai dengan
konteks istilah apa yang dianggap paling tepat digunakan. 28
Istilah investasi merupakan istilah yang popular dalam dunia usaha,
sedangkan istilah penanaman modal lazim digunakan dalam perundang-undangan.
Investasi memiliki pengertian yang lebih luas karena dapat mencakup baik
investasi langsung (direct investment) maupun investasi tidak langsung
(portovolio investment), sedangkan penanaman modal lebih memiliki konotasi
kepada investasi langsung. 29
Dalam konteks ketentuan perundang-undangan di bidang penanaman
modal di Indonesia, yaitu Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal, pengertian penanaman modal hanya mencakup penanaman

28

Ibid. hlm. 32-33.
Ana Rokhmatussa’dyah dan Suratman, Hukum Investasi Dan Pasar Modal, (Jakarta:

Sinar Grafika, 2015), hlm. 3.
29

Universitas Sumatera Utara

22

modal secara langsung. Pengertian penanaman modal langsung ini seringkali
dikaitkan dengan keterlibatan pemilik modal secara langsung dalam kegiatan
pengelolaan modal. Penanaman modal langsung ini dilakukan baik berupa
mendirikan perusahaan patungan (joint venture company) dengan mitra lokal,
dengan melakukan kerja sama operasi (joint venture scheme) tanpa membentuk
perusahaan baru, dengan mengkonvesikan pinjaman menjadi penyertaan
mayoritas dalam perusahaan lokal, dengan memberikan bantuan teknis dan
manajerial (technical and management assistance), dengan memberikan lisensi,
dan lain-lain. 30
2.

Asas-asas penanaman modal
Menurut CW Paton, asas adalah suatu alam pikiran yang dirumuskan


secara luas dan mendasari adanya suatu norma hukum. Menurut Van Eikema
Hommes mengatakan bahwa asas hukum itu tidak boleh dianggap sebagai normanorma hukum yang konkrit tetapi perlu dianggap sebagai dasar-dasar umum atau
petunjuk-petunjuk bagi hukum yang berlaku tersebut. Pembentukan hukum
praktis itu perlu berorientasi pada asas-asas hukum tersebut. Dengan kata lain,
pengertian asas hukum ialah dasar-dasar atau petunjuk arah dalam pembentukan
hukum positif. Menurut The Liang, asas adalah suatu dalil umum yang dinyatakan
dalam

istilah

umum

tanpa

menyarankan

cara-cara

khusus


mengenai

pelaksanaannya yang diterapkan pada serangkaian perbuatan untuk menjadi
petunjuk yang tepat bagi perbuatan itu. 31

30
31

Ibid. hlm. 4-5.
Liza Erwina, Ilmu Hukum, (Medan: Pustaka Bangsa Press, 2012), hlm. 43.

Universitas Sumatera Utara

23

Jadi, asas hukum merupakan aturan dasar dan prinsip-prinsip yang abstrak
dan pada umumnya melatarbelakangi peraturan konkret dan pelaksanaan hukum.
Asas hukum bukan peraturan hukum, namun tidak ada hukum yang bisa dipahami
tanpa mengetahui asas-asas hukum yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, untuk

memahami hukum suatu bangsa dengan sebaik-baiknya tidak bisa hanya melihat
pada peraturan-peraturan hukumnya saja, melainkan harus menggalinya sampai
kepada asas-asas hukumnya. Asas hukum inilah yang memberi makna etis
kepada peraturan-peraturan hukum serta tata hukum. 32
Di dalam pasal 3 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang
Penanaman Modal beserta penjelasannya telah ditentukan 10 asas dalam
penanaman modal atau investasi. Kesepuluh asas itu disajikan berikut ini.
a.

Asas Kepastian Hukum, yaitu asas dalam negara hukum yang meletakkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai dasar dalam
setiap kebijakan dan tindakan dalam bidang penanaman modal.

b.

Asas keterbukaan, yaitu asas yang terbuka terhadap hak masyarakat untuk
memperoleh informasi yang benar, jujur dan tidak diskriminatif tentang
kegiatan penanaman modal

c.


Asas akuntabilitas, yaitu asas yang menentukan bahwa setiap kegiatan dan
hasil akhir dari penyelenggaraan penanaman modal dipertanggngjawabkan
kepada masyarakat atau rakyat sebagai pemegang kedaulatan negara sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

32

Muhammad Sadi Is, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta, Kencana Prenamedia Grup,
2015), hlm. 158-159.

Universitas Sumatera Utara

24

d.

Asas perlakuan yang sama dan tidak membedakan asal negara adalah asas
perlakukan pelayanan nondiskriminasi berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan, baik antara penanam modal dalam negeri dan

penanam modal dari satu negara asing dan penana modal dari negara asing
lainnya.

e.

Asas kebersamaan adalah asas yang mendorong peran seluruh penanam
modal secara bersama-sama dalam kegiatan usahanya untuk mewujudkan
kesejahteraan rakyat.

f.

Asas efisiensi berkeadilan adalah asas yang mendasari pelaksanaan
penanaman modal dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam
usaha mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing.

g.

Asas keberlanjutan adalah asas yang secara terencana mengupayakan
berjalannya proses pembangunan melalui penanaman modal untuk
menjamin kesejahteraan dan kemajuan dalam segala aspek kehidupan,
baik untuk masa kini maupun yang akan datang.

h.

Asas berwawasan lingkungan adalah asas penanaman modal yang
dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan
dan pemeliharaan lingkungan hidup.

i.

Asas kemandirian adalah asas penanaman modal yang dilakukan dengan
tetap mengedepankan potensi bangsa dan negara dengan tidak menutup
diri pada masuknya modal asing demi terwujudnya pertumbuhan ekonomi.

Universitas Sumatera Utara

25

j.

Asas keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional adalah asas
yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam
kesatuan ekonomi nasional.
Dengan ditempatkannya sejumlah asas di dalam UUPM, hal ini berarti

berbagai kebijakan tentang penanaman modal harus mengacu UUPM dan paling
tidak, setiap peraturan yang akan di terbitkan baik ditingkat pusat maupun daerah
harus dijiwai oleh asas-asas yang terkandung dalam UUPM.
3.

Manfaat Penanaman Modal
Manfaat utama dari kegiatan investasi bagi investor adalah untuk

menghasilkan keuantungan dari kegiatan investasi (penanaman modal) yang
dilakukan investor.
Manfaat keuntungan yang diharapkan investor didorong oleh faktorfaktor: 33
a. Memanfaatkan upah buruh yang murah.
b. Memanfaatkan kedekatan dengan sumber bahan mentah.
c. Menemukan pasar yang baru bagi pemasaran produk.
d. Keuntungan dari royalty alih teknologi.
e. Penjualan bahan baku dan suku cadang.
f. Memanfaatkan insentif investasi.
g. Menghindari negative investasi di negara asal.
h. Memanfaatkan status khusus negara tujuan investasi dalam perdagangan
internasional.
33

Mahmul Siregar, Pengantar Hukum Investasi (Penanaman Modal), Bahan Ajar
Hukum Penanaman Modal Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan 2009.
hlm. 8.

Universitas Sumatera Utara

26

Kehadiran penanaman modal tentunya mempunyai manfaat bagi negara
tujuan investasi. Menurut Mahmul Siregar manfaat investasi bagi negara tujuan
investasi adalah: 34
a. Mendapatkan devisa melalui modal yang dibawa investor dan pembayaran
pajak.
b. Menyerap tenaga kerja sehingga mengurangi tingkat pengangguran.
c. Mengembangkan industri substitusi impor untuk menghemat devisa.
d. Mendorong berkembangnya ekspor (khususnya non migas) untuk
mendapatkan devisa.
e. Mendapatkan devisa melalui modal yang dibawa investor dan pembayaran
pajak.
f. Meningkatkan pembangunan daerah-daerah tertinggal.
g. Alih teknologi dan menejemen.
h. Memanfaatkan jaringan pasar internasional dari investor.
Menurut

Gunarto

Suhaidi,

“Investasi

langsung

lebih

baik

jika

dibandingkan dengan investasi portofolio karena investasi langsung lebih
permanen”. Selain itu manfaat investasi langsung adalah sebagai berikut: 35
a. Memberikan kesempatan kerja bagi penduduk.
b. Mempunyai kekuatan penggandaan bagi ekonomi lokal.
c. Memberikan residu baik berupa peralatan maupun ahli teknologi

34
35

Ibid. hlm. 9.
Hendrik Budi Untung, Hukum Investasi, (Jakarta: Sinar Grafika, 2010). hlm. 42.

Universitas Sumatera Utara

27

d. Bila diproduksi diekspor memberikan jalan atau jalur pemasaran yang
dapat dirunut oleh pengusaha lokal disamping seketika memberikan
tambahan devisa dan pajak bagi negara.
e. Lebih tahan terhadap fluktuasi bunga dan valuta asing.
f. Memberikan perlindungan politik dan keamanan wilayah karena baik
investor berasal dari negara kuat niscaya bantuan keamanan juga
diberikan.
4.

Tujuan Penyelenggaraan Kegiatan Penanaman Modal
Mencermati peran penanam modal cukup signifikan dalam membangun

perekonomian, tidaklah mengherankan jika di berbagai negara dalam dekade
terakhir ini, baik negara-negara maju maupun negara-negara berkembang
berusaha secara optimal agar negaranya dapat menjadi tujuan investasi asing. Di
lain pihak, dari sudut pandang investor adanya keterbukaan pasar di era
globalisasi membuka peluang untuk berinvestasi di berbagai negara. Tujuannya
sudah jelas yakni bagaimana mencari untung, sedangkan negara penerima modal
berharap

ada partisipasi penanam modal atau investor dalam pembangunan

nasionalnya. 36
Tujuan diselenggarakannya penanaman modal dijabarkan dalam Pasal 3
Ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal.
Berikut ini tujuan penyelenggaraaan penanaman modal: 37
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional;
b. Menciptakan lapangan kerja;
36
37

Hendrik Budi Untung, Op.Cit., hlm. 4.
IBR Supanca dkk, Op.Cit., hlm. 23-25.

Universitas Sumatera Utara

28

c. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan;
d. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional;
e. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional;
f. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan;
g. Mendorong ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan
menggunakan dana yang berasal, baik dari dalam negeri maupun dari luar
negeri; dan
h. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Tujuan penyelenggaraan penanaman modal hanya dapat tercapai apabila
faktor penunjang yang menghambat iklim penanaman modal dapat diatasi, antara
lain, melalui perbaikan koordinasi antarinstansi Pemerintah Pusat dan Daerah,
penciptaan birokrasi yang efesien, kepastian hukum di bidang penanaman modal,
biaya ekonomi yang berdaya saing tinggi, serta iklim usaha yang kondusif di
bidang ketenagakerjaan dan keamanan berusaha. 38
B. Dasar Hukum Kegiatan Penanaman Modal Di Indonesia
Landasan hukum penanaman modal di Indonesia diatur dalam peraturan
perundang-undangan dan peraturan lain yang mengikutinya.
Setelah menanti cukup lama akhirnya ketentuan investasi yang selama
empat puluh tahun diatur dalam dua undang-undang yakni Pertama, UndangUndang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Asing (PMA) dan yang
Kedua, Undang-Undang Nomor 6 tahun 1968 tentang Penanaman Modal Dalam
Negeri (PMDN), dicabut dan diganti dengan Undang-Undang Nomor 25 tahun
38

Dhaniswara. K Harjono, Hukum Penanaman Modal: Tinjauan Terhadap
Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Jakarta:
RajaGrafindo Persada, 2007), hlm. 107.

Universitas Sumatera Utara

29

2007 tentang Penanaman Modal (UUPM). Undang-Undang Penanaman Modal
dinyatakan berlaku sejak diundangkan dalam Lembaran Negara Republik
Indonesia (LNRI) Tahun 2007 Nomor 67 pada tanggal 26 April 2007. 39
Dengan terbitnya Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang
Penanaman Modal melahirkan secercah harapan dalam iklim investasi di
Indonesia. Disebut demikian, karena selama ini undang-undang investasi yang ada
dianggap sudah tidak memadai lagi sebagai landasan hukum untuk menarik
investor. 40

Undang-undang investasi yang ada sebelum UUPM perlu diganti

karena tidak sesuai lagi dengan tantangan dan kebutuhan untuk mempercepat
perkembangan perekonomian nasional melalui konstruksi pembangunan hukum
nasional di bidang penanaman modal yang berdaya saing dan berpihak kepada
kepentingan nasional.
Dalam pasal 2 UUPM mengatakan bahwa ketentuan dalam UndangUndang Penanaman Modal berlaku bagi penanaman modal di semua sektor di
wilayah negara Republik Indonesia. Pasal 2 UU Penanaman Modal mengatur
penanaman modal secara langsung secara eksplisit melalui penjelasan Pasal 2 UU
Penanaman Modal yang berbunyi, “Yang dimaksud dengan “penanaman modal di
semua sektor di wilayah negara Republik Indonesia” adalah penanaman modal
langsung dan tidak termasuk penanaman modal tidak langsung atau portofolio.”
Secara umum investasi (penanaman modal) digolongkan dalam dua bentuk
kegiatan investasi:

39
40

Sentosa Sembiring, Op.Cit., hlm. 126.
Ibid. hlm. 129.

Universitas Sumatera Utara

30

1.

Investasi langsung (direct investment);

2.

Investasi portofolio (portofolio investment).
Direct investment yaitu investasi dilakukan secara langsung, dimana

investor hadir langsung secara fisik ke tempat tujuan investasi dengan membawa
seluruh sumber daya yang dipergunakan, menjalankan usaha dan turut
mengendalikan kegiatan investasi yang bersangkutan. Sedangkan pada portofolio
investment, investor tidak perlu hadir secara fisik. Tujuan utama investor pada
portofolio investment tidak untuk mendirikan perusahaan, melainkan hanya
membeli saham atau surat berharga lainnya dengan tujuan untuk mendapatkan
keuntungan melalui penjualan kembali saham atau surat berharga tersebut (capital
gain). 41
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 hadir sebagai undang-undang
yang mengatur kegiatan penanaman modal di Indonesia untuk semua sektor
(secara umum). Adapun peraturan-peraturan sektoral penanaman modal di
Indonesia, antara lain: 42
a. Sektor Pertanian:
1) Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 26 Tahun
2015 tentang Syarat, Tata Cara Dan Standar Operasional
Prosedur Pemberian Rekomendasi Teknis Izin Usaha Di
Bidang Pertanian Dalam Rangka Penanaman Modal

41

Ibid. hlm. 4-5.
Vandi Wahyudi Hutagaol, Analisis Yuridis Pengalihan Status Perusahaan Terbuka
Penanaman Modal Dalam Negeri Menjadi Perusahaan Penanaman Modal Asing, (Medan,
Fakultas Hukum Univesitas Sumatera Utara, 2016), hlm. 31-32.
42

Universitas Sumatera Utara

31

2) Sektor Perkebunan: Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2014
tentang Perkebunan
b. Sektor Kelautan dan Perikanan:
1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan
2) Undang-Undnag Nomor 32 Tahun 2004 tentang Kelautan
c. Sektor Kehutanan: Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2014 tentang
Kehutanan
d. Sektor Pertambangan: Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang
Pertambangan Mineral dan Batubara
e. Sektor Perindustrian:
1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2014 tentang Perindustrian
2) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan
Industri
f. Sektor Perbankan: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang
Perbankan
g. Sektor Perdagangan: Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang
Perdagangan
h. Sektor Pariwisata: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Kepariwisataan
i. Sektor Perhubungan: Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
j. Sektor Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat:
1) Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan

Universitas Sumatera Utara

32

2) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang
3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan
Kawasan Pemukiman
k. Sektor Tenaga Kerja dan Transmigrasi:
1) Undang-Undang

Nomor

13

Tahun

2013

tentang

Nomor

15

Tahun

1997

tentang

Ketenagakerjaan
2) Undang-Undang
Ketransmigrasian
l. Sektor Pendidikan: Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional
C. Pengaturan Penanaman Modal Langsung di Indonesia
1.

Kegiatan Usaha
Kegiatan penanaman modal secara langsung (direct investment)

berkaitan erat dengan bidang usaha 43 yang akan ditanami modal. Pada
prinsipnya tidak semua usaha dapat ditanami modal, baik modal dalam
negeri maupun asing. Pemerintah melalui peraturan perundang-undangan
dapat tidak membuka bidang usaha tertentu untuk ditanami modal.

43

Bidang Usaha adalah segala bentuk kegiatan usaha yang dilakukan untuk memproduksi
barang atau jasa pada sektor-sektor ekonomi. (Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 44
Tahun 2015 tentang Daftar Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan
Persyaratan di Bidang Penanaman Modal . Pasal 1 ayat (1))

Universitas Sumatera Utara

33

Umumnya untuk melindungi kepentingan nasional, industri dalam negeri
tertentu, lingkungan hidup, dll. 44
Semua bidang usaha atau jenis usaha terbuka bagi kegiatan penanaman
modal, kecuali bidang usaha atau jenis usaha yang dinyatakan tertutup dan
terbuka dengan persyaratan. 45Aturan mengenai bidang usaha yang terbuka,
terbuka dengan persyaratan dan tertutup tersebut diatur dalam Pasal 12 UU
Penanaman Modal.
Penentuan kriteria dan persyaratan penyusunan bidang usaha yang tertutup
dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan bertujuan untuk: 46
a. Meletakkan landasan hukum yang pasti bagi penyusunan peraturan yang
terkait dengan penanaman modal;
b. Menjamin transparansi dalam proses penyusunan daftar bidang usaha yang
tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan;
c. Memberikan pedoman dalam melakukan pengkajian ulang atas daftar
bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan;
d. Memberikan pedoman dalam melakukan pengkajian ulang atas daftar
bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan;

44

Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Daftar Negative Investasi, Bahan Ajar Hukum
Penanaman Modal Departemen Hukum Ekonomi Fakultas Hukum USU, Medan 2016. Hlm. 1.
45
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 12 ayat (1).
46
Budiman Ginting dan Mahmul Siregar, Op.Cit., hlm. 4.

Universitas Sumatera Utara

34

e. Memberikan pedoman apabila terjadi perbedaan penafsiran atas daftar
bidang usaha yang tertutup dan bidang usaha yang terbuka dengan
persyaratan.
Dalam Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar
Bidang Usaha yang tertutup dan Bidang Usaha Yang Terbuka Dengan Persyaratan
di Bidang Penanaman Modal yang merupakan penganti atas Peraturan Presiden
nomor 39 Tahun 2014 disebutkan pengertian mengenai bidang usaha yang
terbuka, tertutup, dan terbuka dengan persyaratan. Bidang usaha yang terbuka
adalah bidang usaha yang dilakukan tanpa persyaratan dalam rangka penanaman
modal. Bidang usaha yang tertutup adalah bidang usaha tertentu yang dilarang
diusahakan sebagai kegiatan penanaman modal. Sedangkan bidang usaha yang
terbuka dengan persyaratan adalah bidang usaha tertentu yang dapat diusahakan
untuk kegiatan penanaman modal dengan persyaratan, yaitu dicadangkan untuk
usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi, kemitraan, kepemilikan modal,
lokasi tertentu, perizinan khusus, dan penanaman modal dari negara Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Bidang usaha yang tidak tercantum dalam bidang usaha yang tertutup dan
bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan merupakan bidang usaha yang
terbuka. 47 Bidang usaha terbuka dengan persyaratan terdiri atas:
a. Bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan: yang dicadangkan atau
kemitraan dengan usaha mikro, kecil, dan menengah serta koperasi; dan
b. Bidang usaha terbuka dengan persyaratan tertentu yaitu:
47

Republik Indonesia, Perpres Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha
Tertutup dan Daftar Bidang Usaha Terbuka Dengan Persyaratan DI Bidang Penanaman Modal,
Pasal 3.

Universitas Sumatera Utara

35

1) Batasan kepemilikan modal asing;
2) Lokasi tertentu;
3) Perizinan khusus;
4) Modal dalam negeri 100% (seratus persen); dan/atau
5) Batasan kepemilikan modal dalam kerangka kerjasama Association
of Southeast Asian Nations (ASEAN).
Daftar bidang usaha yang tertutup mutlak untuk penanaman modal
merupakan daftar bidang usaha atau kegiatan yang tidak diperkenankan sama
sekali untuk investasi, baik itu investasi domestik mupun asing karena daftar
bidang usaha itu ada yang bertentangan dengan undang-undang dan hanya
pemerinth saja yang melakukan kegiatan tersebut. Daftar bidang usaha yang
tertutup mutlak untuk penanaman modal meliputi sebagai berikut: 48
1. Sektor pertanian, yaitu budi daya dan pengolahan ganja dan sejenisnya.
2. Sektor kelautan dan perikanan, yaitu pengambilan/pemanfaatan terumbu
karang (sponge).
3. Sektor perindustrian dan perdagangan yaitu:
a. Industri bahan kimia yang dapat merusak lingkungan, seperti penta
chlorophe nol, dechloro diphenyl trichloro ethane (DDT), dieldrin,
chlordane, carbon tentra chloride, chloro flouro carbon (CFC), methyl
bromide, methyl chloroform, halon, dan lainnya;
b. Industri bahan kimi skedul -1 konvensi senjata kimia (sarin, somon,
tabun, mustard, levisite, ricine, saxitoxin);

48

H. Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit, Hlm.46-47.

Universitas Sumatera Utara

36

c. Industri senjata dan komponennya;
d. Industri siklamat dan sakarin;
e. Industri minuman mengandung alkohol (minuman keras, anggur dan
minuman mengandung malt); dan
f. Pengusahaan kasino/perjudian.
4. Sektor perhubungan meliputi:
a. Pemanduan lalu lintas udara (ats provider) serta klasifikasi dan survey
statutoria kapal;
b. Manajemen dan penyelenggaraan stasiun monitoring spektrum
frekuensi radio dan orbit satelit.
5. Sektor pertambangan dan energi meliputi pertambangan mineral
radioaktif.
Daftar bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan patungan antara
modal asing dan modal dalam negeri didasarkan pada jumlah saham yang dimiliki
oleh warga negara/badan hukum asing. Bidang usaha seperti: 49
1. Pembangunan dan pengusahaan pelabuhan;
2. Produksi, transmisi, dan distribusi tenaga kerja;
3. Pelayaran;
4. Pengolahan dan penyediaan air bersih untuk umum;
5. Kereta api umum;
6. Pembangkit tenaga atom;

49

H. Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit, Hlm.49.

Universitas Sumatera Utara

37

7. Jasa pelayanan medis, meliputi pendirian dan penyelenggaraan rumah
sakit, medical check-up, laboratorium klinik, pelayanan rehabilitasi
mental, jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat, penyewaan peralatan
medis jasa asistensi dalam pertolongan kesehatan dan evakuasi pasien
dalam keadaan darurat, jasa manajemen rumah sakit, dan jasa pengetesan
dan perbaikan peralatan medis.
2.

Persyaratan Kepemilikan Modal
Dalam pasal 1 angka 7 Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang

Penanaman Modal, modal adalah aset dalam bentuk uang atau bentuk lain yang
bukan uang yang dimiliki oleh penanam modal yang mempunyai nilai ekonomis.
Kemudian modal dalam negeri adalah modal yang dimiliki oleh Negara Republik
Indonesia, perseorangan warga Negara Indonesia, atau badan usaha yang
berbentuk badan hukum atau tidak berbadan hukum. 50 Sedangkan modal asing
adalah modal yang dimiliki oleh Negara asing, badan usaha asing, badan hukum
asing, dan/atau seluruh modalnya dimiliki oleh pihak asing. 51 Mengacu pada hal
tersebut dapat dikatakan bahwa modal dalam penanaman modal terbagi atas
modal dalam negeri dan modal asing.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan Saham
Dalam Perusahaan Yang Dirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, dalam
Pasal 2 mengatur bahwa penanaman modal asing dapat dilakukan dalam bentuk:

50

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 1 angka 9.
51
Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Pasal 1 angka 8.

Universitas Sumatera Utara

38

a. Patungan antara modal asing dengan modal yang dimiliki warga negara
Indonesia dan atau badan hukum Indonesia; atau
b. Langsung, dalam arti seluruh modalnya dimiliki oleh warga negara
dan/atau badan hukum asing.
Jumlah modal yang ditanamkan dalam rangka penanaman modal asing
ditetapkan sesuai dengan kelayakan ekonominya.
Perusahaan yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf a dapat melakukan kegiatan usaha yang tergolong penting bagi negara dan
menguasai hajat hidup rakyat banyak yaitu pelabuhan, produksi dan transmisi
serta distribusi tenaga listrik untuk umum, telekomunikasi, pelayaran,
penerbangan, air minum, kereta api umum, pembangkitan tenaga atom dan mass
media. Perusahaan yang didirikan sebagaimana yang dimaksud dalam dalam Pasal
2 ayat (1) huruf b tidak dapat melakukan kegiatan usaha sebagaimana yang
dimaksud dalam ayat (1). 52
Pasal 6 ayat (1) menyatakan saham peserta Indonesia dalam perusahaan
yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a, sekurangkurangnya 5% (lima perseratus) dari seluruh modal disetor perusahaan pada
waktu pendirian. Peningkatan pemilikan saham peserta Indonesia dilakukan sesuai
kesepakatan antara peserta Indonesia dengan peserta asing. Yang dimaksud
dengan kesepakatan adalah berkaitan dengan jangka waktu dan perimbangan
saham yaitu sesuai dengan persetujuan yang disepakati kedua belah pihak yang
didasarkan pada prinsip kerjasama yang saling menguntungkan dan kelangsungan
52

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Yang Dirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 5.

Universitas Sumatera Utara

39

kegiatan usaha perusahaan. Penjualan lebih lanjut saham perusahaan diatas jumlah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1), dapat dilakukan kepada warga
negara Indonesia atau badan hukum Indonesia yang modal sahamnya dimiliki
warga negara Indonesia melalui pemilikan langsung sesuai kesepakatan para
pihak dan/atau pasar modal dalam negeri. 53
Perusahaan yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)
huruf b, dalam jangka waktu paling lama lima belas tahun sejak berproduksi
komersial menjual sebagaian sahamnya kepada warga negara Indonesia dan/atau
badan hukum Indonesia melalui pemilikan langsung atau melalui pasar modal
dalam negeri. Besarnya saham yang dijual oleh perusahaan yang didirikan dalam
rangka penanaman modal asing, dilaksanakan sesuai kesepakatan para pihak
terkait

didasarkan

pada

prinsip

kerjasama

saling

menguntungkan

dan

kelangsungan kegiatan usaha perusahaan dan/atau ketentuan pasar modal dalam
negeri. Pengalihan saham tersebut tidak mengubah status perusahaan. 54
Disamping melakukan penambahan modal saham dalam perusahaan
sendiri, perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman modal asing yang
telah berproduksi komersial dapat pula: 55
a. Mendirikan perusahaan baru. Yaitu dengan status sebagai perusahaan yang
didirikan dalam rangka penanaman modal asing.

53

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Yang Dirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 6.
54
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Yang Dirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 7.
55
Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Yang Dirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 8.

Universitas Sumatera Utara

40

b. Membeli saham perusahaan yang didirikan dalam rangka penanaman
modal dalam negeri, dan/atau perusahaan yang didirikan bukan dalam
rangka penanaman modal asing ataupun penanaman modal dalam negeri
yang telah berdiri, baik yang telah atau belum berproduksi komersial
melalui pasar modal dalam negeri.
Saham sebagaimana dimaksud dalam huruf b diatas, dapat juga dibeli oleh
perusahaan yang didirikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) huruf a
melalui pemilikan langsung sesuai kesepakatan para pihak. Pembelian saham
perusahaan dapat dilakukan sepanjang bidang usaha tersebut tetap terbuka bagi
penanaman modal asing.
Badan hukum asing dapat membeli saham perusahaan baik yang didirikan
dalam rangka penanaman modal asing, yang didirikan dalam rangka penanaman
modal dalam negeri, maupun perusahaan yang didirikan bukan dalam rangka
penanaman modal asing ataupun penanaman modal dalam negeri yang belum atau
telah berproduksi komersial. Pembelian saham perusahaan hanya dapat dilakukan
apabila bidang usahanya pada saat pembelian saham tersebut bagi penanaman
modal asing dan pembelian saham perusahaan tersebut dilakukan melalui
pemilikan langsung dan/atau pasar modal dalam negeri. Pemilikan langsung oleh
badan hukum asing hanya dapat dilakukan dalam upaya penyelamatan dan
penyehatan perusahaan. 56

56

Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994 tentang Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Yang Dirikan Dalam Rangka Penanaman Modal Asing, Pasal 9.

Universitas Sumatera Utara

41

Dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1994,
maka Peraturan Pemerintah Nomor 30 Tahun 1993 tentang Persyaratan Pemilikan
Saham Dalam Perusahaan Penanaman Modal Asing, dinyatakan tidak berlaku.
Kepemilikan saham dalam penanaman modal juga diatur dalam Peraturan
Presiden Nomor 44 Tahun 2016 tentang Daftar Bidang Usaha yang Tertutup dan
Bidang Usaha yang Terbuka Dengan Persyaratan di Bidang Penanaman Modal
dalam Pasal 9 menyatakan bahwa dalam hal terjadi perubahan kepemilikan modal
akibat penggabungan, pengambilalihan, atau peleburan dalam perusahaan
penanaman modal yang bergerak di bidang usaha yang sama, berlaku ketentuan
sebagai berikut:
a. Batasan kepemilikan modal dalam penanam modal asing dalam
perusahaan penanaman modal yang menerima penggabungan adalah
sebagaimana yang tercantum dalam izin penanaman modal dan/atau izin
usaha perusahaan tersebut.
b. Batasan kepemilikan modal penanam modal asing dalam perusahaan
penanaman modal yang mengambil alih adalah sebagai tercantum dalam
izin penanaman modal dan/atau izin usaha perusahaan tersebut.
c. Batasan kepemilikan modal penanaman modal asing dalam perusahaan
baru hasil peleburan adalah sebagaimana ketentuan yang berlaku pada saat
terbentuknya perusahaan baru hasil peleburan dimaksud.

Universitas Sumatera Utara

42

3.

Perizinan
Bagir Manan menyebutkan bahwa izin dalam arti luas berarti suatu

persetujuan dari penguasa berdasarkan peraturan perundang-undangan untuk
memperbolehkan melakukan tindakan atau perbuatan tertentu yang secara umum
dilarang. Menurut N.M. Spelt dan J.B.J ten Berge, Dalam arti sempit izin adalah
pengikatan-pengikatan pada suatu peraturan izin pada umumnya didasarkan pada
keinginan pembuat undang-undang untuk mencapai suatu tatanan tertentu atau
untuk menghalangi keadaan-keadaan yang buruk. Tujuannya adalah mengatur
tindakan-tindakan yang oleh pembuat undang-undang tidak seluruhnya dianggap
tercela, namun dimana ia menginginkan dapat melakukan pengawasan
sekedarnya. 57
Adapun pengertian perizinan menurut Peraturan Kepala Koordinasi
Penanaman Modal Nomor 15 Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara
Perizinan Dan Nonperizinan Penanaman Modal Pasal 1 angka 10 adalah segala
bentuk persetujuan untuk rnelakukan penanaman modal yang dikeluarkan oleh
Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Badan Pengusahaan Kawasan Perdagangan
Bebas dan Pelabuhan Bebas, dan Administrator Kawasan Ekonomi Khusus, yang
memiliki kewenangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 25 ayat (4) dan (5) UUPM, dikatakan perusahaan penanaman
modal yang akan melakukan kegiatan usaha wajib memperoleh izin sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Izin diperoleh melalui pelayanan
terpadu satu pintu (PTSP).
57

Adrian Sutedi, Hukum Perizinan Dalam Sektor Pelayanan Publik, (Jakarta: Sinar
Grafika, 2015), hlm. 170-171.

Universitas Sumatera Utara

43

Ruang lingkup layanan di PTSP di bidang penanaman modal terdiri atas
layanan perizinan penanaman modal dan layanan non perizinan penanaman
modal. Layanan perizinan dan non perizinan dilaksanakan oleh PTSP Pusat di
BKPM, BPMPTSP Provinsi, BPMPTSP Kabupaten/Kota, PTSP KPBB, PTSP
KEK sesuai dengan kewenangannya. Adapun jenis-jenis layanan perizinan terdiri
atas: 58
a. Izin Usaha untuk berbagai sektor usaha;
b. Izin Usaha Perluasan untuk berbagai sektor usaha;
c. Izin Usaha Penggabungan Perusahaan Penanaman Modal untuk berbagai
sektor usaha;
d. Izin Usaha Perubahan untuk berbagai sektor usaha;
e. Izin Kantor Perwakilan; dan
f. Izin Operasional berbagai sektor usaha.
Jenis nonperizinan terdiri atas penggunaan tenaga kerja asing, angka
pengenal importir, dan rekomendasi teknis berbagai sektor usaha.
Jenis perizinan dan non perizinan yang diterbitkan oleh PTSP Pusat di
BKPM, ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPNK yang memiliki kewenangan
perizinan. Jenis perizinan dan nonperizinan yang tidak diatur pedoman dan tata
caranya dalam Peratura Kepala Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15 Tahun

58

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15
Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Non Perizinan Penanaman Modal,
Pasal 10 - Pasal 11.

Universitas Sumatera Utara

44

2015, mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Menteri/Kepala LPNK terkait,
Gubernur dan Bupati/Walikota. 59
Dengan diberlakukannya Peraturan Kepala Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 15 Tahun 2015, maka Peraturan Kepala Koordinasi Penanaman Modal
Nomor 5 Tahun 2013 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan
Nonperizinan Penanaman Modal sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Kepala Koordinasi Penanaman Modal Nomor 12 Tahun 2013 dicabut dan
dinyatakan tidak berlaku lagi. 60
4.

Penggunaan Tenaga Kerja
Peran sumber daya manusia atau tenaga kerja terbukti memang

memainkan peranan paling vital dalam pembangunan ekonomi. Banyak negara
industri memusatkan perhatiannya terhadap penyelenggaraan investasi kepada
penggunaan sumber daya manusia karena hal tersebut merupakan faktor yang
signifikan. Faktor ini memang dianggap terpisah atau tidak berkorelasi dengan
penanaman modal, tetapi pengaruhnya sangat nyata terhadap pembangunan
ekonomi. Selama ini untuk menciptakan ekonomi yang tinggi selalu
penekanannya terhadap pentingnya akumulasi modal. Penekanan terhadap
ekumulasi modal ini tidak semata mencakup modal fisik tetapi juga human capital
(tenaga kerjanya). Manusia dalam arti tenaga kerja saat ini memegang peranan
yang sangant penting. Sekalipun tingkat teknologi sering diaanggap sebagai

59

Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15
Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Non Perizinan Penanaman Modal,
Pasal 12.
60
Republik Indonesia, Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Nomor 15
Tahun 2015 tentang Pedoman Dan Tata Cara Perizinan Dan Non Perizinan Penanaman Modal,
Pasal 84.

Universitas Sumatera Utara

45

sumber utama bagi keberlangsungan pertumbuhan yang berkelanjutan, semua
tidak akan terlepas dari kemampuan manusia untuk menemukan teknologi baru
tersebut dan menggunakannya untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi tersebut.
Tanpa tenaga kerja dengan kualitas yang memadai untuk dapat dilakukan proses
pembelajaran teknologi yang menyertai investasi itu sendiri. Bacharuddin Jusuf
Habibie mengungkapkan bahwa pengembangan sumber daya manusia sebagai
kekuatan dan andalan masa depan bangsa hanya dapat tercapai jikalau sistem
pengetahuan, pendidikan dan pembudayaan mendapat perhatian utama disamping
penciptaan wahana-wahana transfer teknologi. 61
Masalah tenaga kerja dalam penanaman modal diatur pada pasal 10 UU
PM, menyebutkan bahwa:
(1) Perusahaan penanaman modal dalam memenuhi kebutuhan tenaga kerja harus
mengutamakan tenaga kerja warga negara Indonesia.
(2) Perusahaan penanaman modal berhak menggunakan tenaga ahli warga negara
asing untuk jabatan dan keahlian tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
(3) Perusahaan penanaman modal wajib meningkatkan kompetensi tenaga kerja
warga negara Indonesia melalui pelatihan kerja sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.

61

Andri Pebri Rajagukguk, Kajian Yuridis Penggunaan Tenga Kerja Asing Di Kawasan
Ekonomi Khusus Dalam Upaya Peningkatan Penanaman Modal Di Indonesia, (Medan, Fakultas
Hukum Universitas Sumatera Utara, 2016), hlm 57-58.

Universitas Sumatera Utara

46

(4) Perusahaan penanaman modal yang memperkerjakan tenaga kerja asing62
diwajibkan menyelenggarakan pelatihan dan melakukan ahli

teknologi

kepada tenaga kerja warga negara Indonesia sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Setiap pengguna tenaga kerja asing pendatang wajib mengutamakan
penggunaan tenaga kerja Indonesia di semua bidang dan jenis pekerjaan yang
tersedia. Apabila bidang dan jenis pekerjaan yang tersedia belum atau tidak
sepenuhnya dapat diisi oleh tenaga kerja Indonesia, pengguna tenaga kerja asing
dapat menggunakan tenaga kerja asing sampai waktu tertentu. 63
Jabatan Direksi dan Komsisaris pada perusahaan penanaman modal yang
didirikan dengan seluruh atau sebagian modalnya dimiliki oleh Warga Negara
Asing dan/atau badan hukum asing, atau pada perusahaan penanaman modal yang
didirikan dengan seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia
dan/atau badan hukum Indonesia, terbuka bagi tenaga kerja asing. Jabatan
komisaris tidak berlaku bagi perusahaan penanaman modal yang didirikan dengan
seluruh modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia. Pemilik modal
perusahaan penanaman modal yang didirikan dengan seluruh modalnya dimiliki
oleh Warga Negara Asing dan/atau badan hukum asing, dapat menunjuk sendiri
tenaga kerja asing sebagai Direksi atau Komisaris perusahaannya. Pemilik modal
perusahaan penanaman modal yang didirikan dalam bentuk patungan antara
modal asing dengan modal Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum
62

Tenaga kerja asing adalah warga negara asing pemegang visa dengan maksud bekerja
di wilayah Indonesia. Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenaga Kerjaan, Pasal 1 ayat (13).
63
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Pasal 2.

Universitas Sumatera Utara

47

Indonesia, atau pada perusahaan penanaman modal yang didirikan dengan seluruh
modalnya dimiliki oleh Warga Negara Indonesia dan/atau badan hukum
Indonesia, penunjukan Direksi dan Komisaris sesuai kesepakatan para pihak. 64
Jabatan Direksi pada perusahaan yang didirikan bukan dalam rangka
Undang-Undang Penanaman Modal, terbuka bagi tenaga kerja asing. Jabatan
komisaris pada perusahaan yang didirikan bukan dalam rangka Undang-Undang
Penanaman Modal, hanya terbuka bagi tenaga kerja Indonesia. 65
Khusus untuk jabatan Direktur yang membidangi Personalia, perusahaan
wajib menggunakan Tenaga Kerja Indonesia. 66
Setiap pengguna tenaga kerja asing wajib melaksanakan program
penggantian tenaga kerja asing ke tenaga kerja indonesia. 67
Dalam rangka pelaksanaan program tersebut, pengguna tenaga kerja asing
wajib: 68
a. Menunjuk tenaga kerja Indonesia sebagai tenaga pendamping pada jenis
pekerjaan yang dipegang oleh tenaga kerja indonesia.
b. Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kerja
Indonesia yang dipekerjakan, baik sendiri maupun menggunakan jasa
pihak ketiga.

64

Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Pasal 3.
65
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Pasal 4.
66
Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 75 Tahun 1995 tentang Penggunaan
Tenaga Kerja Warga Negara Asing Pendatang, Pasal 5.
67
IBR Supancana dkk, Op.Cit., hlm. 160.
68
Ibid.

Universitas Sumatera Utara

48

Terhadap penggunaan tenaga kerja asing tersebut perusahaan wajib
menyusun kebutuhannya dalam bentuk Rencana Penggunaan Tenaga Kerja Asing
(RPTKA) untuk mendapatkan pengesahan dan mengajukan rekomendasi visa
untuk bekerja (TA.01) serta Izin Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing (IMTA)
yang diatur dalam Peraturan Kepala BKPM No. 12 Tahun 2009. Rencana
Penggunaan Tenaga Kerja Asing (RPTKA) adalah pengesahan rencana jumlah,
jabatan dan lama menggunakan tenaga kerja asing yang diperlukan sebagai dasar
untuk persetujuan pemasukan tenaga kerja asing dan penerbitan Izin
Memperkerjakan Tenaga Kerja Asing. Rekomendasi Visa Untuk Bekerja (TA.01)
adalah rekomendasi yang diperlukan guna memperoleh visa untuk maksud kerja
bagi tenaga kerja warga negara asing. Dan Izin Menggunakan Tenaga Kerja Asing
(IMTA) adalah Izin bagi perusahaan untuk memperkerjakan tenaga kerja warga
negara asing dalam jumlah jabatan, dan periode tertentu.
5.

Hak dan Kewajiban
Dalam Kamus Bahasa Indonesia hak memiliki pengertian tentang sesuatu

hal yang benar, milik, kepunyaan, kewenangan, kekuasaan untuk berbuat sesuatu
(karena telah ditentukan oleh undang-undang, aturan, dan lain sebagainya),
kekuasaan yang benar atas sesuatu atau untuk menuntut sesuatu, derajat atau
martabat. Adapun kewajiban adalah sesuatu yang wajib dilaksanakan, keharusan
(sesuatu hal yang harus dilaksanakan). 69

69

Muhammad Sadi Is, Op.Cit., hlm. 102.

Universitas Sumatera Utara

49

Menurut Satjipto Rahardjo ada ciri-ciri yang melekat pada hak menurut
hukum, unsur-unsurnya adalah sebagai berikut: 70
1. Hak itu dilekatkan kepada seseorang yang disebut sebagai pemilik atau
subjek dari hak itu. Ia juga disebut sebagai orang yang memiliki titel atas
barang yang menjadi sasaran dari pada hak.
2. Hak itu tertuju pada orang lain, yaitu yang menjadi pemegang kewajiban.
Antara hak dan kewajiban terdapat hubungan korelatif.
3. Hak yang ada pada orang ini mewajibkan pihak lain untuk melakukan
(commission) atau tidak melakukan (omission) sesuatu perbuatan, yang
disebut sebagai isi dari pada hak.
4. Commission atau omission itu menyangkut sesuatu yang disebut sebagai
objek dari hak.
5. Setiap hak menurut hukum mempunyai titel, yaitu peristiwa tertentu yang
menjadi alasan melekatnya hak itu kepada pemiliknya.
Dalam hal ini hak dan kewajiban yang dimaksud adalah hak dan
kewajiban penanam modal di Indonesia dalam menjalankan kegiatan usahanya.
Mengenai hak dan kewajiban penanam modal, pemerintah telah
mengaturnya di dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007, mulai dari Pasal 14
sampai Pasal 15. Ini dimaksudkan agar terjadi iklim usaha yang kondusif. Dengan
begitu perekonomian menjadi lebih baik.
Setiap penanaman modal berhak mendapatkan:

70

Sajipto Raharjo, Ilmu hukum, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2000), hlm 55.

Universitas Sumatera Utara

50

1. Kepastian hak, hukum, dan perlindungan, Penjelasan Pasal 14 huruf a UU
Penananaman Modal menyatakan yang dimaksud dengan:
a. kepastian hak adalah jaminan Pemerintah bagi penanaman modal
untuk

memperoleh

hak

sepanjang

penanaman

modal

telah

melaksanakan kewajiban yang ditentukan.
b. kepastian hukum adalah jaminan Pemerintah untuk menempatkan
hukum dan ketentuan peraturan perundang-undangan sebagai landasan
utama dalam setiap tindakan dan kebijakan bagi penanaman modal.
c. kepastian perlindungan” adalah jaminan Pemerintah bagi penanaman
modal untuk memperoleh perlindungan dalam melaksanakan kegiatan
penanaman modal.
2. Informasi yang terbuka mengenai bidang usaha yang dijalankannya;
3. Hak pelayanan; dan
4. Berbagai bentuk fasilitas kemudahan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Setiap penanaman modal berkewajiban:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan yaitu tanggung
jawab yang melekat pada setiap perusahaan penanaman modal
untuk tetap menciptakan hubungan yang serasi, seimbang, dan
sesuai dengan lingkungan, nilai, norma, dan budaya masyarakat
setempat;

Universitas Sumatera Utara

51

c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan
menyampaikannya kepada Badan Koordinasi Penanaman Modal
yaitu

Laporan

kegiatan

penanaman

modal

yang

memuat

perkembangan penanaman modal dan kendala yang dihadapi
penanaman modal disampaikan secara berkala kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal dan pemerintah daerah yang
bertanggung jawab di bidang penanaman modal;
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan
usaha penanaman modal; dan
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
Selain hak dan kewajiban tersebut, pasal 16 UU Penanaman Modal juga
menegaskan bahwa setiap penanaman modal memiliki tanggung jawab, yaitu:
1. Menjamin tersedianya modal yang berasal dari sumber yang tidak
bertentangan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
2. Menanggung dan menyelesaikan segala kewajiban dan kerugian jika
penanaman modal menghentikan atau meninggalkan atau menelantarkan
kegiatan usahanya secara sepihak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan;
3. Menciptakan iklim usaha persaingan yang sehat, mencegah praktik
monopoli, dan hal lain yang merugikan negara;
4. Menjagakelestarian lingkungan hidup;
5. Menciptakan keselamatan, kesehatan, kenyamanan dan kesejahteraan
pekerja; dan

Universitas Sumatera Utara

52

6. Mematuhi semua ketentuan perundang-undangan.
Hak dan kewajiban, dan tanggung jawab penanaman modal diatur secara
khusus guna memberikan kepastian hukum, mempertegas kewajiban penanaman
modal terhadap penerapan prinsip tata kelola perusahaan yang sehat, memberikan
penghormatan atas tradisi budaya masyarakat, dan melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan. Pengaturan tanggung jawab penanaman modal diperlukan
untuk mendorong iklim persaingan usaha yang sehat, memperbesar tanggung
jawab dan pemenuhan hak dan kewajiban tenaga kerja, serta upaya untuk
mendorong ketaatan penanaman modal terhadap peraturan perundang-undangan. 71
6.

Penyelesaian Sengketa
Istilah penyelesaian sengketa berasal dari bahasa Inggris, yaitu dispute

resolution. Richard L Abel mengartikan sengketa (dispute) sebagai pernyataan
publik mengenai tuntutan yang tidak selaras (inconsistent claim) terhadap sesuatu
yang bernilai. Nader dan Todd mengartikan sengketa sebagai keadaan dimana
konflik tersebut dinyatakan dimuka atau dengan melibatkan pihak ketiga. Ia
mengemukakan istilah prakonflik dan konflik. Prakonflik adalah keadaan yang
mendasari rasa tidak puas seseorang. Konflik itu sendiri adalah keadaan dimana
para pihak menyadari atau mengetahui tentang adanya perasaan tidak puas
tersebut. Pola penyelesaian sengketa merupakan suatu bentuk atau kerangka untuk
mengakhiri pertikaian atau sengketa yang terjadi antara para pihak. 72 Penanam
modal yang menanamkan investasi selalu mengharapkan bahwa investasi yang

71

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman
Modal, Penjelasan umum paragraf 10.
72
Salim HS dan Budi Sutrisno, Op.Cit., hlm. 347-348.

Universitas Sumatera Utara

53

ditanamkan dapat dijalankan dengan sebaik-baiknya tanpa menimbulkan
sengketa. Akan tetapi tidak dapat dipungkiri pula bahwa di dalam menjalankan
usahanya tidak tertutup kemungkinan terjadinya suatu sengketa antara penanam
modal dengan pemerintah serta masyarakat sekitarnya.
Ketentuan mengenai penyelesaian sengketa di bidang penanaman modal
diatur dalam Pasal 32 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal. Dalam ketentuan tersebut diuraikan bagaimana cara penyelesaian sengketa
yang digunakan apabila terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara
pemerintah dan penanam modal. Cara penyelesaian sengketa tersebut antara lain:
(1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah
dengan penanaman modal, para pihak terlebih dahulu menyelesaikan
sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
tidak tercapai, penyelesaian sengketa tersebut dapat dilakukan melalui
arbitrase 73 atau alternatif penyel