Analisis Faktor Dan Strategi Peningkatan Populasi Sapi Bali Di Kabupaten Bener Meriah

TINJAUAN PUSTAKA

Agribisnis Peternakan
Agribisnis berasal dari kata agri (agriculture) artinya pertanian dan bisnis
(usaha komersial). Agribisnis = suatu usaha bertujuan untuk mendapatkan
keuntungan pada bidang pertanian (agroindustri hulu, pengolahan hasil,
pemasaran dan jasa penunjang) serta bidang yang berhubungan dengan pertanian
dalam arti luas (Emawati, 2012)
Agribisnis adalah suatu sistem, yang sangat berbeda dengan paradigma lama
yaitu hanya berorientasi terbatas pada pengembangan subsistem uasahatani/ternak
saja, melainkan membangun ekonomi berbasis peternakan adalah membangun
keseluruhan subsistem agribisnis secara simultan dan terintegrasi vertikal mulai
dari hulu hingga hilir. Subsistem agribisnis peternakan mencakup 4 (empat)
subsistem, yaitu: 1) subsistem agribisnis hulu peternakan (uptream agribusiness)
yaitu kegiatan ekonomi yang menghasilkan sapronak (industri pembibitan, pakan,
obat-obatan/vaksin, peralatan dan lain-lain) 2) subsistem usaha/budidaya
peternakan (on-farm agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan
sapronak untuk menghasilkan komoditi peternakan primer, 3) subsistem agribisnis
hilir peternakan (downstream agribusiness) yaitu kegiatan ekonomi yang
mengolah komoditas peternakan primer menjadi produk olahan (industri
pengolahan: daging, susu, telur, kulit, industri restoran dan makanan/food service

industries serta perdagangannya), 4) subsistem penunjang (supporting institution)
yaitu kegiatan ekonomi yang menyediakan jasa yang dibutuhkan oleh ke tiga
subsistem lainnya seperti transportasi, penyuluhan dan pendidikan, penelitian dan

Universitas Sumatera Utara

pengembangan, perbankan, kebijakan pemerintah (anggaran pembangunan, harga
input dan output, pemasaran dan perdagangan, dan SDM). Diantara subsistem
agribisnis tersebut yang mempunyai nilai tambah yang terkecil adalah subsitem
agribisnis budidaya. Oleh karena itu, peternak rakyat yang berada pada subsistem
budidaya akan selalu menerima pendapatan yang relatif kecil. Sehingga
kehidupan ekonominya tidak mengalami perubahan yang sangat berarti (Saragih,
2001).
Agribisnis adalah bisnis yang berbasis pertanian yang dilaksanakan secara
terpadu mulai dari hulu sampai ke hilir sesuai dengan sistem–sistem infut
produksi dan keluaran autput ( Pasaribi, 2012).
Agribisnis peternakan adalah suatu usaha peternakan yang melandasi
kegiatannya pada tujuan komersil dengan ternak sebagi alat produksinya. Sebagai
suatu usaha, peternak harus mempunyai manajemen dan kewirausahawan di
sampaing kemampuan teknis beternak yang merupakan syarat mutlak. Ketiganya

harus dimiliki secara seimbang dalam menjalankan suatu usaha peternakan
( Rasyaf, 2000).
Kawasan Peternakan
Kawasan- kawasan peternakan sebenarnya sudah diatur oleh undang-undang
dimana kawasan yang dapat dijadikan areal peternakan yaitu menjauhi areal
pemukinan dan dekat dengan lintasan. (Pantonie. 1999).
Kawasan

peternakan

yang

telah

ditetapkan

dalam

AD-ART


Kabupaten/Kota harus dikelola dalam rangka optimalisasi implementasi rencana.
Di dalam undang-undang Nomor 26 Tahun 2007, disebutkan bahwa yang

Universitas Sumatera Utara

termasuk dalam kawasan peternakan adalah kawasan peruntukan hutan produksi,
kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan
peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan
permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata,
kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan
keamanan.

(Sudarmono, 2002).

Silsilah Sapi Bali
Sapi bali menyebar dan berkembang hampir ke seluruh pelosok Nusantara.
Penyebaran sapi bali di luar Pulau Bali yaitu ke Sulawesi Selatan pada tahun 1920
dan 1927, ke Lombok pada abad ke-19, ke Pulau Timor pada tahun 1912 dan
1920. Selanjutnya sapi bali berkembang sampai ke Malaysia, Philipina dan
Ausatralia bagian Utara. Sapi bali juga pernah diintroduksi ke Australia antara

1827-1849 (Puetra, 2005).
Sapi Bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng (bos
sandaicus) yang telah mengalami proses domestikasi selama ratusan tahun.
Sebagai akibat dari proses domestikasi yang cukup lama itu, ukuran tubuh sapi
Bali menjadi lebih kecil di badingkan dengan banteng ( Rangkuti, 1976)
Sapi bali dijumpai di Indonesia yang telah didomistikasi dari sapi liar masih
dijumpai di Ujung Kulon disebut banteng (bos sundaicus). Jantan sapi bali
berwarna coklat tua pada umur 1,5 tahun, dan betina coklat muda. Kehidupan sapi
bali di pulau Bali daily-gain atau pertambahan berat hidup mencapai 0,6-0,7
kg/hari/ekor, sedangkan betina dapat beranak setiap 1,5-2 tahun/sekali. Apabila
pejantan dikebiri warnanya kembali seperti warna si betina. (Sitepoe, 1996).

Universitas Sumatera Utara

Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut Banteng (bos
sandaicus) yang telah mengalami proses domestikasi selama ratusan tahun.
Sebagai akibat dari proses domestikasi yang cukup lama itu, ukuran tubuh sapi
bali menjadi lebih kecil di badingkan dengan Banteng. (Rangkuti, 1976).
Rangka penyebaran dan perbaikan mutu genetik sapi lokal, sapi bali
menjadi prioritas karena sipatnya yang


mudah menyesuikan diri dengan

lingkungan hidup yang baru dan tingkat kelahiran tinggi (Santoso dan Harmaji,
1990)
Sapi Bali adalah sapi yang mempunyai keunggulan di bandingkan dengan
sapi-sapi lokal lainnya karena mempunyai fertilitas yang tinggi, angka
kebuntingan dan angka kelahiran yang tinggi (lebih dari 80%) dan potensial
sebagai penghasil daging ( Abduh, 1992).
Memberikan keuntungan dalam usaha meningkatkan populasi sapi
Indonesia karena sapi bali sudah beradaptasi dengan lingkungan di daerah tropis
(Sumadi, 1985)
Pakan yang diberikan untuk Ternak Sapi Bali
Ternak sapi sebagai salah satu hewan ruminansia beralat pencernaan yang
terbagi atas empat bagian, yakni rumen retikulum, omasum, dan obomasum.
Dengan alat ini sapi mampu manampung jumlah bahan pakan yang lebih besar
dan mampu mencerna pakan yang kandungan serat kasarnya lebih tinggi.
(Wariyanto, 1977).
Pakan hijauan yaitu semua bahan pakan yang berasal dari tanaman ataupun
tumbuhun berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan bunga.


Universitas Sumatera Utara

Semua bisa di berikan dalam dua macam bentuk yakni hijauan segar dan hijauan
kering. (Sumadi, 1993).
Pakan penguat adalah bahan pakan yang berkosentrasi tinggi dengan kadar
serat kasar yang relatif rendah dan mudah di cerna. Fungsi pakan penguat ini
adalah meningkatkan dan memperkaya nilai gizi pada bahan pakan lain yang nilai
gizinya rendah. (Sumadi, 1985).
Pakan tambahan bagi ternak sapi bali adalah berupa vitamin, mineral, dan
urea. Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif,
yang hidupnya berada dalam kandang terus-menerus. (Sulistia, 2007).
Pakan adalah semua yang bisa dimakan oleh ternak dan tidak mengganggu
kesehatannya. Pada umumnya pengertian pakan (feed) digunakan untuk hewan
yang meliputi kuantitatif, kualitatif, kontinuitas serta keseimbangan zat pakan
yang terkandung di dalamnya. (Andi, 2009).
Pakan adalah sesuatu yang dapat diberikan sebagai sumber energi dan zatzat gizi, istilah pakan sering diganti dengan bahan baku pakan, pada kenyataanya
sering terjadi penyimpangan yang menunjukkan penggunaan kata pakan diganti
sebagai bahan baku pakan yang telah diolah menjadi pellet. (Aprizal, 2008).
Pakan yang baik untuk sapi bali adalah pakan yang dapat memenuhi

kebutuhan protein, karbohidrat, lemak, vitamin, dan mineral. Protein berfungsi
untuk mengganti sel-sel yang telah rusak, membentuk sel-sel tubuh baru dan
sumber energi. Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi dan pembentukan
lemak tubuh. Lemak berfungsi untuk pembawa vitamin A,D,E,K dan juga sebagai
sumber energi. Mineral berfungsi untuk pembentukan jaringan tulang dan urat

Universitas Sumatera Utara

serta mempermudah proses pencernaan dan penyerapan zat-zat makanan. Vitamin
berfungsi untuk mempertahankan kekuatan tubuh dan kondisi kesehatan.
(Sumadi, 2003).
Perlu diketahui bahwa sapi mempunyai kemampuan mengkonsumsi pakan
berdasarkan bobot, semakin berat bobot maka semakin banyak kemampuan
makannya. (Sumadi, 2003).
Berikut perkiraan kemampuan sapi dalam mengkonsumsi pakan :
Tabel 1: Kemampuan mengkonsumsi pakan berdasarkan bobot badan
Bobot

( kg )
100 – 150

150 – 200
200 – 250
250 – 300
300 – 350
350 – 400
400 – 450
450 – 500

Kemampuan Mengonsumsi Pakan

( % dari bobot badan )
3,5
4
3,5
3
2,8
2,6
2,4
2


Sumber: Mengkonsumsi pakan berdasarkan bobot badan. (Sumadi, 2003).

Pemberian pakan selama 2-3 minggu biji-bijian 2 kg/100 kg bobot badan,
atau 1-2 kg biji-bijian dan 0,5 kg suplemen protein dan hijauan. Setelah
beradaptasi, biji-bijian ditingkatkan 0,5 kg/hari biji-bijian ditingkatkan 0,7 kg/hari
konsumsi 2% BB. Hijauan dikurangi sampai 10 – 15 %, mencegah accidossis dan
abses liver. Ransum mengandung 70 - 74 % TDN dan 10 - 12 % protein air 45 115 liter/hari, - bobot badan, cuaca dan jenis ransum. (Tanari, 1999).

Universitas Sumatera Utara

Pembibitan Sapi Bali
Usaha perbibitan sapi merupakan suatu kegiatan usaha yang bertujuan untuk
mendapatkan hasil berupa bibit yang baik, sehingga perlu memperhatikan
pengelolaan usaha perbibitan yang meliputi pemilihan bibit, perkandangan,
pemberian pakan serta pencegahan penyakit dan kesehatan hewan.
Persyaratan mutu yang perlu diperhatikan dalam pemilihan bibit yang akan
dijadikan calon induk betina berdasarkan SNI 7355 terdiri atas: persyaratan umum
dan persyaratan khusus. Persyaratan umum mencakup bibit yang sesuai dengan
pedoman pembibitan sapi potong yang baik, sehat dan bebas dari penyakit hewan
menular yang dinyatakan oleh petugas berwenang, bebas dari segala cacat fisik

dan bebas cacat alat reproduksi, memiliki ambing normal dan tidak menunjukkan
gejala kemajiran. Persyaratan khusus mencakup persyaratan kualitatif dan
kuantitatif. Persyaratan kualitatif, terdiri atas:
a.

Warna bulu merah bata, lutut ke bawah putih, pantat berwarna putih, ujung
ekor hitam dan ada garis belut warna hitam pada punggung

b.

Tanduk pendek dan kecil.

c.

Bentuk kepala lebar dengan leher kompak dan kuat.

Sedangkan persyaratan kuantitatif menurut SNI 7355, Badan Standardisasi
Nasional (2006), meliputi ukuran beberapa dimensi tubuh seperti yang dapat
dilihat pada Tabel 2.


Universitas Sumatera Utara

No

Umur
(Bulan)

1

18 -< 24

2

≥ 24

Parameter

Kelas I
(Cm)

Kelas II
(Cm)

Kelas III
(Cm)

Lingkar dada minimum
Tinggi pundak minimum
Panjang badan minimum
Lingkar dada minimum
Tinggi pundak minimum
Panjang badan minimum

138
105
107
147
109
113

130
99
101
135
103
107

125
93
95
130
97
101

Sumber: BSN, 2006.

Kandang merupakan salah satu unsur penting dalam membudidayakan sapi
bali. Kandang bagi ternak berfungsi sebagai tempat berlindung dari sengatan sinar
matahari, guyuran hujan dan tiupan angin kencang. Sapi yang dikandangkan juga
akan memudahkan peternak dalam melakukan pemeliharaan dan perawatan.
Berkaitan dengan pembuatan kandang, ada beberapa faktor yang harus
diperhatikan antara lain letak kandang, bahan kandang, ukuran kandang, bentuk
dan konstruksi kandang, dan perlengkapan kandang (Guntoro 2002).
Untuk mendapatkan bibit sapi Bali yang baik sebaiknya dipelihara secara
semi intensif disertai dengan pemberian pakan yang optimal dan sesuai dengan
kebutuhan fisiologis ternak, yaitu dengan jalan memberikan pakan tambahan
berupa konsentrat dan tidak hanya mengandalkan rumput lapangan sebagai pakan
basal. Dengan adanya penambahan konsentrat diharapkan akan meningkatkan
produksi asam propionat pada biokonversi pakan dalam rumen (Putra, 1999).
Dengan semakin tinggi asam propionat maka prekusor pembentuk
glikogen semakin banyak sehingga dapat meningkatkan laju pertambahan bobot
badan ternak . Selain itu, adanya suplementasi konsentrat akan meningkatkan
kecernaan bahan kering, bahan organik dan energi . Nitis dan Lana (1993)

Universitas Sumatera Utara

melaporkan suplementasi konsentrat pada tingkat 30% pada pakan dasar rarnput
akan meningkatkan pertambahan bobot badan harian sapi Bali jantan 76,8297,9%.
Peningkatan Populasi
Konsumsi daging sapi di indonesia terus mengalami peningkatan. Namun
peningkatan tersebut belum diimbangi dengan penambahan produksi yang
memadai. Laju peningkatan populasi sapi bali relatif lamban 4,23% pada tahun
2007 (Direktorat Jendral Peternakan 2007). Kondisi tersebut menyebabkan
sumbangan sapi potong terhadap produksi daging nasional rendah. (Mersyah.
2005).
Ditjen Peternakan (2003) melaporkan bahwa populasi sapi bali di Indonesia
menurun dalam lima tahun terakhir (-1,08 % per tahun), sementara itu jumlah
pemotongan meningkat (+0,61 % per tahun). Kesenjangan ini di perkirakan akan
terus berlanjut di tahun-tahun mendatang, karna adanya wabah Plu Burung (Avian
Influensa) di beberapa wilayah Indonesia, sehingga sebagian konsumen daging
unggas akan beralih mengkonsumsi daging sapi potong. Untuk mengatasi
kesenjangan ini diperlukan infort sapi bali dalam jumlah yang cukup besar, pada
tahun 2003 import sapi bakalan mencapai 400.000 ekor, dan daging setara dengan
120.000 ekor sapi bali. (Kasryno, 2004).
Volume inport yang cukup besar ini, kedepan perlu di cermati dan
diantisipasi agar ketergantungan dari inport bisa berkurang. Berbagai upaya dan
strategi telah dilakukan oleh pemerintah baik pusat maupun daerah untuk
meningkatkan produktivitas sapi bali, yakni melalui upaya menyebarkan ternak

Universitas Sumatera Utara

bantuan pemerintah, peningkatan kelahiran melalui IB (Insiminasi Buatan),
menekan angka kematian, mengendalikan potongan ternak betina produktif.
(Soetirto, 1997).
Populasi sapi Bali pada tahun 2007 tercatat 11,366 juta ekor (Direktorat
Jendral Peternakan 2007). Populasi tersebut belum mampu mengimbangi laju
permintaan daging sapi yang terus meningkat. Untuk mengantisipasinya,
pemerintah melakukan inport daging sapi dan sapi bakalan untuk digemukkan.
(Priyanti 1998).
Kebijakan inport tersebut harus dilakukan walaupun akan menguras devisa
negara, karena produksi daging sapi lokal belum mampu mengejar laju
peningkatan permintaan di dalam negri, baik kuantitas maupun kualitasnya.
(Yusdja, 2003).
Data Direktorat Jendaral Peternakan (2006) menunjukkan bahwa inport sapi
bibit pada tahun 2005 mencapai 4.600 ekor atau setara dengan US$1.921.600,
bakalan 265.200 ekor (US$ 170.731.000), daging sapi 21.484.000 ton (US$
603.812.700), dan hati sapi 34.436.000 ton (US$ 3.803.800). dari total inport
daging dan sapi bakalan tersebut, 30% diantara berasal dari Australia, Selandia
Baru, dan Amirika Serikat. (Koran Tempo 2008).
Statistik Peternakan 2005 menunjukkan bahwa jumlah populasi sapi
nasional yaitu 10.679.504 ekor, dari total populasi sapi ini sebanyak 41,17%
terdapat di Jawa, kemudian menyusul 25,5% terdapat di pulau Sumatra dan
selebihnya di pulau lain. Hal ini menunjukkan bahwa sapi si pulau Jawa terlalu

Universitas Sumatera Utara

padat populasinya, namun bukan berarti di pulau lain termasuk Kalimantan tidak
potensial. (Abidin. 2002).
Karakteristik Peternak
Karakteristik peternak dapat menggambarkan keadaan peternak yang
berhubungan dengan keterlibatannya dalam mengelola usaha ternak. Karakteristik
peternak bisa mempengaruhi dalam hal mengadopsi suatu inovasi ( Yanti, 1997).
Karakteristik peternak sebagai individu yang perlu diperhatikan untuk melihat
apakah faktor-faktor ini akan mempengaruhi respon peternak terhadap inovasi
yang diperkenalkan ( Sumarwan 2004).
Juga mengatakan bahwa karakteristik seseorang mempengaruhi cara dan
kemampuan yang berbeda dalam bentuk persepsi, informasi apa yang diinginkan,
bagaimana menginterpretasi informasi tersebut (Simamora, 2002).
Umur
Berpendapat bahwa umur pengajar maupun pelajar merupakan salah satu
karakteristik penting yang berkaitan dengan efektivitas belajar dimana kapasitas
belajar seseorang tidak merata, tetapi menurut perkembangan umurnya. Kapasitas
belajar akan naik sampai usia dewasa kemudian menurun dengan bertambahnya
umur (Haryadi, 1997).
Juga menyatakan bahwa kapasitas belajar akan terus menaik sejak anak
mengenal lingkungan dimana kenaikan tersebut berakhir pada awal dewasa yaitu
umur 25 tahun sampai 28 tahun, kemudian menurun secara drastis setelah umur
50 tahun (Dahama dan Bhatnagar, 1980 dalam Haryadi, 1997)

Universitas Sumatera Utara

Umur seseorang pada umumnya dapat mempengaruhi aktivitas petani dalam
mengelolah usaha taninya, dalam hal ini mempengaruhi kondisi fisik dan
kemampuan berpikir. Makin muda umur petani, cenderung memiliki fisik yang
kuat dan dinamis dalam mengelola usaha taninya, sehingga mampu bekerja lebih
kuat dari petani yang umurnya tua. Selain itu petani yang lebih muda mempunyai
keberanian untuk menanggung resiko dalam mencoba inovasi baru demi
kemajuan usaha taninya ( Syafarudin, 2003).
Pendidikan
Pendidikan merupakan upaya untuk mengadakan perubahan perilaku
berdasarkan ilmu-ilmu dan pengalaman yang sudah diakui dan direstui oleh
masyarakat, lebih lanjut Slamet dalam penelitian ( Wiraatmadja, 1977).
Menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang mempengaruhi tingkat
pemahamannya terhadap sesuatu yang dipelajarinya (Haryadi, 1977).
Menyatakan bahwa pendidikan adalah suatu proses menumbuh kembangkan
seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengajaran, tingkat pendidikan
merupakan salah satu faktor yang penting diperhatikan dalam melakukan suatu
kegiatan, karena melalui pendidikanlah pengetahuan dan keterampilan serta
perubahan sikap dapat dilakukan (Muhibinsyah, 1995 dalam Kasup 1998)
Juga menyatakan bahwa para ahli pendidikan mengenal tiga sumber utama
pengetahuan bagi setiap orang yaitu: (1) pendidikan informal, yaitu proses
pendidikan yang panjang yang diperoleh dan dikumpulkan seseorang berupa
pengetahuan, keterampilan, sikap hidup dan segala sesuatu yang diperoleh dari
pengalaman pribadi sehari-hari dari kehidupan di dalam masyarakat; (2)

Universitas Sumatera Utara

pendidikan formal, yaitu struktur dari sistem pendidikan/pengajaran yang
kronologis dan berjenjang lembaga pendidikan mulai dari pra sekolah sampai ke
perguruan tinggi; (3) pendidikan nonformal adalah pengajaran sistematis yang
diorganisir dari luar pendidikan formal bagi sekelompok orang untuk memenuhi
keperluan khusus seperti penyuluhan pertanian (Suhardiyono,1995 dalam Kasup,
1998).
Jumlah Tanggungan Keluarga
Jumlah tanggungan keluarga merupakan salah satu sumberdaya manusia
yang dimiliki peternak, terutama yang berusia produktif danikut membantu usaha
ternaknya tanggungan keluarga juga bisa menjadi beban keluarga jika tidak aktif
bekerja ( Syafrudin, 2003)
Jumlah tanggungan keluarga dapat dijadikan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan untuk menerima atau menolak suatu teknologi baru (
Soekartawi, 1988).
Pengalaman Peternak
Pengalaman
pengertiannya.

beternaknya

Menurut

cukup

Padmowiharjo

lama

akan

(1994)

lebih

mudah

Mengemukakan

diberi
bahwa

pengalaman baik yang menyenangkan maupun yang mengecewakan berpengaruh
pada peroses belajar seseorang.
Menurut Pambudy. (1999: 123), mengemukakan bahwa keberhasilan
peternak dalam beragribisnis berhubungan dengan pengalaman peternak (
Margono dan Asngari, 1969).

Universitas Sumatera Utara

Regresi Linier Berganda
Regresi linier berganda adalah regresi di mana variabel terkaitnya (Y)
dihubungkan /dijelaskan lebih dari satu variabel.

Bentuk umum persamaan

regresi linier berganda dapat ditulis sebagai berikat. (M. Iqbal Hasan 2002).
Ỷ = β 0 + β 1 X 2 + β 2 X 2 + β 3 X 3 +.........β n X n + €
Dimana:


= Variabel tidak bebas

Β0

= konstanta

β1, β2, β3, βn

= koefesien variabel bebas untuk populasi

X1, X2, X3, Xn

= variabel bebas/penduga



= galat/tingkat kesalahan
Regresi lineir berganda adalah hubungan secara linier antara dua atau lebih

variabel independen (X 1 ,X 2 ....X n ) dengan variabel dependen. Analisis ini untuk
mengetahui arah hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen
apakah masing-masing variabel idependen berhubungan pasitif atau negatif dan
untuk memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel independen
mengalami kenaikan atau penurunan. (Wikipedia: 2013 ).
Regresi linier ganda adalah banyak data pengamatan yang terjadi sebagai
akibat lebih dari dua variabel. Minsalnya, rata-rata pertambahan berat daging sapi
(Y) bergantung pada berat permulaan (X 1 ), umur sapi ketika pengamatan mulai
dilakukan (X 2 ), berat makanan yang diberikan setiap hari (X 3 ), dan mungkin
masih ada faktor lain lagi. (Sudjana, 2002).

Universitas Sumatera Utara

Persamaan regresi berganda adalah analisis regresi yang terkondisional oleh
nilai-nilai tetap dari variabel-variabel penjelasnya dan apa yang peroleh dari nilai
rata-rata Y atau nilai yang di harapkan Y, karena nilai-nilai tetap dari variabelvariabel X itu. (Sarwoko, 2005).
Teori Analisis Swot
Analisis Swot adalah analisis kondisi internal maupun eksternal suatu
organisasi yang selanjutnya akan digunakan sebagai dasar untuk merancang
strategi dan program kerja. Analisis internal meliputi peniaian terhadap faktor
kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness). Sementara, analisis eksternal
mencakup faktor peluang (Opportunity) dan tantangan (Threaths). (Kotler, dkk,
2009).
Analisis SWOT adalah instrument perencanaaan strategis yang klasik,
dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan, kelemahan, kesempatan ekternal
dan ancaman, instrument ini memberikan cara sederhana untuk memperkirakan
cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi (David, 2009).
Kekuatan:
o

Kami mampu melakukan penelitian ini karena dengan mempunyai sedikit
pekerjaan saat ini berarti kami mempunyai banyak waktu

o

Peneliti utama kami mempunyai reputasi sangat baik diantara komunitas
kebijakan

o

Direktur organisasi kami mempunyai hubungan baik dengan Kementrian

Kelemahan:

Universitas Sumatera Utara

o

Organisasi kami belum terlalu dikenal oleh departemen-departemen
pemerintah lainnya

o

Kami mempunyai sedikit karyawan dengan keahlian rendah di banyak bidang

o

Kami rentan menghadapi situasi bila karyawan sakit atau keluar

Kesempatan:
o

Kami melakukan kegiatan isu topical

o

Pemerintah menyatakan bahwa mereka akan mendengarkan suara LSM lokal

o

LSM lainnya dari wilayah kami akan mendukung kami.

Tantangan:
o

Apakah laporannya akan menjadi terlalu sensitif secara politis sehingga
mengancam keberlanjutan dana dari sponsor.

o

Ada banyak bukti berlawanan yang dapat digunakan untuk mendiskreditkan
penelitian kami dan dengan demikian organisasi kami juga akan
didiskreditkan.
Analisis SWOT adalah sebuah instrumen yang beraneka guna, yang dapat

digunakan berkali-kali pada berbagai tahap proyek, membangun sebuah telaah
atau untuk pemanasan diskusi sebelum membuat perencanaan. Instrumen ini
dapat diterapkan secara luas, atau sub-komponen yang kecil (bagian dari strategi)
dapat dipisahkan agar kita dapat melakukan analisis yang mendetil. (Siregar, Doli.
2004).

Universitas Sumatera Utara