Gambaran Karakteristik Pasien Carpal Tunnel SyndromePeriode Januari 2014 – September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindroma pada pergelangan
tangan yang terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus medianus (Rambe,
2004). Carpal Tunnel Syndrome terjadi bila pergelangan tangan pada posisi
tertekuk kuat, baik ke atas (ekstensi) maupun ke bawah (fleksi), sehingga otot
mengalami kontraksi dan menegang kuat. Pembuluh darah yang mensuplai
wilayah pergelangan tangan terhambat dan nervus medianus terjepit (Luchetti,
2002). Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh gangguan hormonal,
kelainan metabolik, gangguan imunologis, tumor jinak, dan idiopatik (Hudaya,
2002).
Angka kejadian CTS di Amerika Serikat telah diperkirakan sekitar 1-3
kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi sekitar 50 kasus dari
1.000 orang pada populasi umum. National Health Interview Study (NHIS)
memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri di antara populasi
dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Carpal Tunnel Syndrome lebih sering
mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64 tahun, prevalensi
tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 – 60 tahun. Prevalensi
CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
laki-laki. Carpal Tunnel Syndrome adalah jenis neuropati kompresi yang paling
sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13%
kiri ) dan 58% bilateral (Gorsche, 2003).
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui
karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja
yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian
pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan
melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Orang yang
mempunyai resiko besar terkena CTS antara lain jenis pekerjaan yang banyak
menggunakan tangan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan ini umumnya
menggunakan kombinasi kekuatan dan pengulangan gerakan yang sama pada
jemari dan tangan, seperti: pekerjaan yang sering menggunakan komputer, dokter
gigi, gitaris, guru, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, tukang becak, dan pekerja
lapangan yang mengoperasikan alat bervibrasi seperti bor dan juga pengendara
motor atau sepeda. Pada tahun 2003 insidensi CTS kira-kira 515 per 10.000
populasi (WHO, 2004).
Salah satu faktor resiko terjadinya CTS adalah Diabetes Melitus (DM).
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula yang tinggi
tang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin
atau keduanya. Tercatat pada tahun 2000 prevalensi pasien CTS yang memiliki
faktor resiko DM adalah antara 4,5% sampai dengan 12% (Hudaya, 2002).
Keluhan penderita CTSbiasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya
agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau
dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe,
2004).
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan
juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis), dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus (Mumenthaler, 2006).
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana gambaran karakteristik CTS periode Januari 2014 - September 2015 di
RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran karakteristik CTS periode Januari 2014 - September
2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik CTS periode Januari 2014 September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1
Untuk mengetahui sebaran jenis kelamin penderita CTS periode
Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
2
Untuk mengetahui sebaran usia penderitaCTS periode Januari 2014 September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
3
Untuk mengetahui sebaran pasien CTS yang mengalami DM dan Non
DM periode Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik
Medan.
4
Untuk mengetahui sebaran tangan yang sering terkena CTS periode
Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
5
Untuk
mengetahui
sebaran
derajat
CTSberdasarkan
hasil
elektroneurofisiologis periode Januari 2014 - September 2015 di
RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
1.
Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan informasi yang
sangat berharga bagi
peneliti untuk dapat berguna dalam
melaksanakan tugas nantinya.
2.
Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat membawa manfaat pada masyarakat melalui
perantara dokter dan petugas kesehatan sebagai sarana untuk memberi
penatalaksanaan dan edukasi terhadap pasien CTS.
3.
Bagi ilmu Pengetahuan
Sebagai informasi yang dapat dijadikan sebagai data pembanding atau
dasar perkembangan bagi peneliti lain khusunya tentang karakteristik
CTS.
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Carpal Tunnel Syndrome (CTS) merupakan sindroma pada pergelangan
tangan yang terjadi akibat adanya tekanan terhadap nervus medianus (Rambe,
2004). Carpal Tunnel Syndrome terjadi bila pergelangan tangan pada posisi
tertekuk kuat, baik ke atas (ekstensi) maupun ke bawah (fleksi), sehingga otot
mengalami kontraksi dan menegang kuat. Pembuluh darah yang mensuplai
wilayah pergelangan tangan terhambat dan nervus medianus terjepit (Luchetti,
2002). Carpal Tunnel Syndrome dapat disebabkan oleh gangguan hormonal,
kelainan metabolik, gangguan imunologis, tumor jinak, dan idiopatik (Hudaya,
2002).
Angka kejadian CTS di Amerika Serikat telah diperkirakan sekitar 1-3
kasus per 1.000 orang setiap tahunnya dengan prevalensi sekitar 50 kasus dari
1.000 orang pada populasi umum. National Health Interview Study (NHIS)
memperkirakan bahwa prevalensi CTS yang dilaporkan sendiri di antara populasi
dewasa adalah sebesar 1.55% (2,6 juta). Carpal Tunnel Syndrome lebih sering
mengenai wanita daripada pria dengan usia berkisar 25 - 64 tahun, prevalensi
tertinggi pada wanita usia > 55 tahun, biasanya antara 40 – 60 tahun. Prevalensi
CTS dalam populasi umum telah diperkirakan 5% untuk wanita dan 0,6% untuk
laki-laki. Carpal Tunnel Syndrome adalah jenis neuropati kompresi yang paling
sering ditemui. Sindroma tersebut unilateral pada 42% kasus ( 29% kanan,13%
kiri ) dan 58% bilateral (Gorsche, 2003).
Di Indonesia, urutan prevalensi CTS dalam masalah kerja belum diketahui
karena sampai tahun 2001 masih sangat sedikit diagnosis penyakit akibat kerja
yang dilaporkan karena berbagai hal, antara lain sulitnya diagnosis. Penelitian
pada pekerjaan dengan risiko tinggi pada pergelangan tangan dan tangan
melaporkan prevalensi CTS antara 5,6% sampai dengan 15%. Orang yang
mempunyai resiko besar terkena CTS antara lain jenis pekerjaan yang banyak
menggunakan tangan dalam jangka waktu panjang. Pekerjaan ini umumnya
menggunakan kombinasi kekuatan dan pengulangan gerakan yang sama pada
jemari dan tangan, seperti: pekerjaan yang sering menggunakan komputer, dokter
gigi, gitaris, guru, ibu rumah tangga, pekerja kantoran, tukang becak, dan pekerja
lapangan yang mengoperasikan alat bervibrasi seperti bor dan juga pengendara
motor atau sepeda. Pada tahun 2003 insidensi CTS kira-kira 515 per 10.000
populasi (WHO, 2004).
Salah satu faktor resiko terjadinya CTS adalah Diabetes Melitus (DM).
Diabetes Melitus adalah penyakit yang ditandai dengan kadar gula yang tinggi
tang disebabkan oleh gangguan pada sekresi insulin atau gangguan kerja insulin
atau keduanya. Tercatat pada tahun 2000 prevalensi pasien CTS yang memiliki
faktor resiko DM adalah antara 4,5% sampai dengan 12% (Hudaya, 2002).
Keluhan penderita CTSbiasanya lebih menonjol di malam hari. Gejala
lainnya adalah nyeri di tangan yang juga dirasakan lebih berat pada malam hari
sehingga sering membangunkan penderita dari tidurnya. Rasa nyeri ini umumnya
agak berkurang bila penderita memijat atau menggerak-gerakkan tangannya atau
dengan meletakkan tangannya pada posisi yang lebih tinggi. Nyeri juga akan
berkurang bila penderita lebih banyak mengistirahatkan tangannya (Rambe,
2004).
Apabila tidak segera ditagani dengan baik maka jari-jari menjadi kurang
terampil misalnya saat memungut benda-benda kecil. Kelemahan pada tangan
juga sering dinyatakan dengan keluhan adanya kesulitan yang penderita sewaktu
menggenggam. Pada tahap lanjut dapat dijumpai atrofi otot-otot thenar (oppones
pollicis dan abductor pollicis brevis), dan otot-otot lainya yang diinervasi oleh
nervus medianus (Mumenthaler, 2006).
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka peneliti ingin mengetahui
bagaimana gambaran karakteristik CTS periode Januari 2014 - September 2015 di
RSUP H. Adam Malik Medan.
1.2
Rumusan Masalah
Bagaimana gambaran karakteristik CTS periode Januari 2014 - September
2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3
Tujuan Penelitian
1.3.1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik CTS periode Januari 2014 September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.2. Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1
Untuk mengetahui sebaran jenis kelamin penderita CTS periode
Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
2
Untuk mengetahui sebaran usia penderitaCTS periode Januari 2014 September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
3
Untuk mengetahui sebaran pasien CTS yang mengalami DM dan Non
DM periode Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik
Medan.
4
Untuk mengetahui sebaran tangan yang sering terkena CTS periode
Januari 2014 - September 2015 di RSUP H. Adam Malik Medan.
5
Untuk
mengetahui
sebaran
derajat
CTSberdasarkan
hasil
elektroneurofisiologis periode Januari 2014 - September 2015 di
RSUP H. Adam Malik Medan.
1.4
Manfaat Penelitian
Manfaat Penelitian ini adalah:
1.
Bagi Peneliti
Dapat menambah pengalaman, pengetahuan dan informasi yang
sangat berharga bagi
peneliti untuk dapat berguna dalam
melaksanakan tugas nantinya.
2.
Bagi Masyarakat
Diharapkan dapat membawa manfaat pada masyarakat melalui
perantara dokter dan petugas kesehatan sebagai sarana untuk memberi
penatalaksanaan dan edukasi terhadap pasien CTS.
3.
Bagi ilmu Pengetahuan
Sebagai informasi yang dapat dijadikan sebagai data pembanding atau
dasar perkembangan bagi peneliti lain khusunya tentang karakteristik
CTS.