Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat
dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :
Plantae, Divisio : Spermatophyta, Class: Monocotyledoneae, Ordo: Graminales,
Family: Graminaceae, Genus: Saccharum, Spesies: Saccharum officinarum.
Akar tanaman tebu termasuk akar serabut tidak panjang yang tumbuh dari
cincin tunas anakan. Akar tebu dapat menembus ke bawah di mana potensi air
kurang dari -15 sampai -20 bar, asalkan massa akar utama memiliki air yang
cukup. Demikian pula, akar utama beberapa dapat mengangkut air ke daun
melalui 2 atau 3 m dari tanah yang sangat kering. pertumbuhan akar tidak hanya
dipengaruhi oleh kelembaban tanah tetapi juga oleh suhu tanah dan volume tanah
yang tersedia untuk akar menyebar. Suhu tanah yang tinggi mengurangi
pertumbuhan akar (Blackburn, 1984).
Batang tanaman tebu berdiri lurus dan beruas-ruas yang dibatasi dengan
buku-buku.Pada setiap buku terdapat mata tunas. Batang tanaman tebu berasal
dari mata tunas yang berada dibawah tanah yang tumbuh keluar dan berkembang
membentuk rumpun. Diameter batang antara 3-5 cm dengan tinggi batang antara
2-5 meter dan tidak bercabang (Indrawanto,dkk. 2010).
Daun tanaman tebu terbentuk secara bergantian di sisi berlawanan dari
tangkai tebu dan yang melekat pada duduk daun (node).Bagian atas daun dikenal

sebagai helaian, dan bagian bawah, yang melengkung putaran tangkai, yang
disebut selubung daun.Bentuk daun tebu struktur datar bervariasi, panjangnya dari

2 sampai 5 meter dan lebarnya 1 sampai 4 inci. Melebar dari pangkal dan
kemudian meruncing ke ujung.Selubung daun biasanya berwarna hijau terang,
tetapi helaian berwarana hijau kekuningan sampai hijau sangat gelap, tergantung
pada kedua variasi dan status unsur hara di dalam tanaman.Tepi daun bergerigi
umumnya, dan selubung daun sering ditumbuhi bulu-bulu halus (King, 1965).
Bunga tebu berupa malai dengan panjang antara 50-80 cm. Cabang bunga
pada tahap pertama berupa karangan bunga dan pada tahap selanjutnya berupa
tandan dengan dua bulir panjang 3-4 mm. Terdapat pula benangsari, putik dengan
dua kepala putik dan bakal biji (Indrawanto,dkk. 2010).
Biji tebu terbentuk dari carpel tunggal, dinding ovarium (pericarp) yang
bersatu dengan kulit biji (testa).Biji berbentuk bulat telur, berwarna coklat
kekuningan dan sangat kecil, sekitar 1mm panjangnya. Stigma terletak di ujung,
dan di dasar terdapat rambut halus yang tersusun melingkar untuk penyebaran yg
di bantu oleh angin. Biji akan segera kehilangan viabilitasnya, tetapi jika dalam
keadaan beku dan kering dapat disimpan dalam waktu yang lama. Untuk
penanaman dalam waktu dua minggu


harus disimpan dalam desikator

(Blackburn, 1984).
Syarat Tumbuh
Iklim
Tanaman tebu tumbuh didaerah tropika dan subtropika sampai batas garis
isoterm 20ºC yaitu antara 19ºLU– 35ºLS. Kondisi tanah yang baik bagi tanaman
tebu adalah yang tidak terlalu kering dan tidak terlalu basah, selain itu akar
tanaman tebu sangat sensitif terhadap kekurangan udara dalam tanah sehingga

pengairan dan drainase harus sangat diperhatikan. Drainase yang baik dengan
kedalaman sekitar 1 meter memberikan peluang akar tanaman menyerap air dan
unsur hara pada lapisan yang lebih dalam sehingga pertumbuhan tanaman pada
musim kemarau tidak terganggu (Indrawanto,dkk. 2010).
Iklim yang ideal untuk pertumbuhan tanaman tebu yaitu, musim tanamnya
harus hangat dengan suhu rata-rata sekitar 30ºC dan dengan kelembaban tinggi
dan penyinaran matahari tinggi sekitar 12-14 jam setiap harinya. Musim
pematangan dan panen harus sesuai, suhu berkisar antara 10ºC dan 20ºC, tapi
bebas embun beku, kering dan dengan intesitas penyinaran matahari tinggi
(Blackburn, 1984).

Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan curah hujan
berkisar antara 1.000 – 1.300 mm pertahun dengan sekurang-kurangnya 3 bulan
kering. Distribusi curah hujan yang ideal untuk pertanaman tebu adalah: pada
periode pertumbuhan vegetatif diperlukan curah hujan yang tinggi (200 mm per
bulan) selama 5-6 bulan. Periode selanjutnya selama 2 bulan dengan curah hujan
125 mm dan 4 – 5 bulan dengan curah hujan kurang dari 75 mm/bulan yang
merupakan periode kering. Periode ini merupakan periode pertumbuhan generatif
dan pemasakan tebu (Indrawanto,dkk. 2010).
Tanah
Tanaman tebu dapat tumbuh dengan baik pada tanah yang memiliki pH 6 ‐
7,5, akan tetapi masih toleran pada pH tidak lebih tinggi dari 8,5 atau tidak lebih
rendah dari 4,5.Pada pH yang tinggi ketersediaan unsur hara menjadi terbatas.
Sedangkan pada pH kurang dari 5 akan menyebabkan keracunan Fe dan Al pada

tanaman, oleh karena itu perlu dilakukan pemberian kapur (CaCo3) agar unsur Fe
dan Al dapat dikurangi (Indrawanto,dkk. 2010).
Tebu dapat di tanam pada tanah yang memilki tekstur yang bervariasi dari
pasir ringan sampai tanah liat berat, tetapi harus memiliki akses yang optimal bagi
unsur-unsur utama untuk pertumbuhan, nitrogen, fosfor dan kalium, dan unsur
hara yang lainnya . Tebu juga toleran terhadap variasi dalam keasaman dan

alakalinity, sebagian besar tebu di Guyana yang ditanam di tanah liat sangat asam,
PH 4, sedangkan di Barbados tebu di tanam pada rendzina alkali, tanah yang
berasal dari batu gamping koral (Blackburn, 1984).
Dilihat dari jenis tanah, tanaman tebu dapat tumbuh baik pada berbagai
jenis tanah seperti tanah alluvial, grumosol, latosol dan regusol dengan ketinggian
antara 0 –1400 m diatas permukaan laut. Akan tetapi lahan yang paling sesuai
adalah kurang dari 500 m diatas permukaan laut.Sedangkan pada ketinggian >
1200 m di atas permukaan laut pertumbuhan tanaman relatif lambat. Kemiringan
lahan sebaiknya kurang dari 8%, meskipun pada kemiringan sampai 10% dapat
juga digunakan untuk areal yang di lokalisir. Kondisi lahan terbaik untuk tebu
adalah berlereng panjang, rata dan melandai sampai 2% apabila tanahnya ringan
dan sampai 5 % apabila tanahnya lebih berat (Indrawanto,dkk. 2010).
Curah Hujan dan Hari Hujan
Hujan adalah presipitasi berwujud cairan, berbeda dengan presipitasi noncair seperti salju, atau es. Hujan merupakan proses kondensasi uap air di atmosfer
menjadi butir air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya di daratan. Dua
proses yang mungkin bersamaan dapat mendorong udara semakin jenuh

menjelang hujan, yaitu pendinginan udara atau penambahan uap air ke udara
(Hanum, 2013).
Untuk daerah tropika seperti Indonesia dengan prespitasi umumnya di

tafsirkan curah hujan. Adapun yang disebut curah hujan bulanan rata-rata adalah
rata-rata jumlah hujan yang tercatat selama panjang bulan yang bersangkutan,
akan tetapi diambilkan untuk jangka waktu lama sekitar 30 tahun. Demikian pula
curah hujan rata-rata tahunan, misalnya dikatakan Salatiga curah hujannya ratarata setahun 2300 mm itu diambil berdasarkan pengamatan sepanjang sepertiga
abad tadi (Daldjoeni, 1986).
Dalam bidang klimatologi pertanian dilakukan pencatatan hujan harian
(jumlah curah hujan) setiap periode 24 jam dan jumlah hari hujan. Berdasarkan
pengertian klimatologi, satu hari hujan ialah periode selama 24 jam terkumpul
curah hujan setinggi 0,5 mm atau lebih. Apabila kurang dari ketentuan tersebut,
maka hari hujan dianggap nol meskipun curah hujan tetap diperhitungkan
(Hanum, 2013).

Dokumen yang terkait

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

5 30 76

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16 dan 19 Tahun di Kebun Bah Jambi PT Perkebunan Nusantara IV Persero

31 176 110

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

0 4 76

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 16, dan 19 Tahun di Kebun Sei Dadap PT. Perkebunan Nusantara III Persero

1 14 114

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan terhadap Produksi Kelapa Sawit Berumur 8, 12 dan 20 Tahun di Kebun Rambutan PT. Perkebunan Nusantara III Persero

0 1 111

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

0 0 17

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

0 0 3

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

0 0 3

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

0 0 2

Pengaruh Curah Hujan dan Hari Hujan Terhadap Produksi Tebu (Saccharum officinarum Linn) di Kebun Kwala Bingai PT. Perkebunan Nusantara II

0 1 10