Alih Profesi Buruh Pabrik Menjadi Tukang Becak Sebagai Upaya Meningkatkan Penghasilan (Studi Pada Penarik Becak di Desa Sigara Gara Kecamatan Patumbak)

Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja yang siap melakukan
pekerjaan, antara lain mereka yang sudah bekerja, mereka yang sedang mencari
pekerjaan, mereka yang bersekolah, dan mereka yang mengurus rumah tangga.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1. Teori Perubahan Sosial
Proses alih profesi dapat ditinjau dari upaya perubahan yang dilakukan oleh
masyarakat guna pencapaian tujuan-tujuan tertentu. Karena masyarakat bersifat
dinamis maka masyarakat mengalami perubahan, karena perubahan sosial
merupakan proses yang selalu dialami oleh setiap masyarakat, perubahan yang
dilakukan tidak pernah terlepas dari perubahan kebudayaan. Suatu perubahan
dapat terjadi karena faktor-faktor yang berasal dari dalam masyarakat ataupun dari
luar masyarakat itu sendiri. Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya
perubahan tidak selalu menghasilkan akibat-akibat yang sama. Adakalanya faktor
tersebut hanya mengakibatkan terjadi perubahan kecil yang kurang berarti namun
dapat juga terjadi sangat besar dan berarti.
Proses perubahan didalam masyarakat terjadi karena manusia adalah makhluk
yang berpikir dan bekerja. Disamping selalu senantiasa untuk memperbaiki
nasibnya dan mendapat pekerjaan yang layak baginya, perubahan masyarakat juga
berkeinginan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungannya seperti

sosial-ekonomi, budaya, teknologi, dan lain-lain. adapun penyebab perubahan
tersebut adalah (Muhamat Iqbal, 2006).

1. Innovation (inovasi) merupakan penemuan baru dan pembaharuan yang
mempengaruhi kondisi individu maupun kelompok.
2. Adaptation (adaptasi) yaitu penyesuaian secara sosial dan budaya.
3. Adoption (adopsi) yaitu penggunaan dan penemuan baru dalam bidang
teknologi yang akan memudahkan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Kingsley Davis dalam Soejono Soekanto (1990) menyatakan bahwa
perubahan sosial merupakan kebudayaan termasuk didalamnya kesenian ilmu
pengetahuan teknologi, filsafat, serta aturan-aturan organisasi sosial. Menurut
Soerjono Soekanto (1990) sebenarnya dalam kehidupan sehari-hari tidak mudah
untuk menentukan letak-letak garis pemisah antara perubahan sosial dan
perubahan kebudayaan. Karena tidak ada masyarakat yang tidak mempunyai
kebudayaan dan sebaliknya tidak ada kebudayaan yang tidak terjelma dalam suatu
masyarakat. Sehingga, walaupun secara teoritis dan analisis pemisahan antara
pengertian-pengertian tersebut dapat di rumuskan, namun dalam kehidupan nyata
garis pemisah tersebut sukar dapat di pertahankan. Yang jelas perubahanperubahan sosial dan kebudayaan mampunyai satu aspek yang sama yaitu keduaduanya bersangkaut paut dengan suatu penerimaan cara-cara baru atau suatu
perbaikan dalam cara suatu masyarakat memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Sebagai bagian dari perubahan maka perlihan profesi terjadi akbat adanya

faktor-faktor pendorong dan faktor penarik yang antara lainnya adalah:
1. Peralihan profesi menjanjikan pendapatan yang lebih baik.
2. Upaya peralihan profesi merupakan penerapan teknologi baru.
3. Peralihan profesi dapat memberi variasi pada sistem profesi yang sudah
ada.

Peralihan profesi masyarakat Desa Sigara Gara dari buruh pabrik menjadi
tukang becak dianggap merupakan kesempatan yang sangat barharga untuk
memperoleh penghasilan dan kehidupan yang lebih baik. Karena keadaan sebagai
buruh pabrik tidak menjanjikan lagi bagi masyarakat Desa Sigara Gara sehingga
masyarakat beralih profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak sebagai upaya
meningkatkan penghasilan yang lebih baik.

2.2. Penelitian Yang Relevan
Penelitian yang relevan dengan penelitian ini yakni penelitian dari Kristina
Ginting pada Tahun 2008 FISIP Universitas Sumatera Utara yang berjudul
“Peralihan Matapencaharian Masyarakat Dari Sektor Pariwisata Ke Sektor
Peternakan Ikan di Kelurahan Haranggaol (Studi Deskriptif: perubahan Status
Sosial-Ekonomi Masyarakat Kelurahan Haranggaol, Kecamatan Horisan,
Kabupaten Simalungun)”. Penelitian ini mengangkat permasalahan bagaimana

peralihan matapencahrian masyarakat Haranggaol dari penyedia barang dan jasa
di bidang pariwisata ke peternakan ikan dapat merubah status sosial ekonomi
masyarakat Haranggaol. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik
pengumpulan data dengan pengamatan secara langsung dan wawancara secara
mendalam.
Dalam hasil penelitian ini menjelaskan bahwa peralihan matapencaharian dari
sektor pariwisata ke sektor peternakan ikan dilatarbelakangi oleh menurunnya
jumlah wisata yang berkunjung ke Danau Toba Haranggaol. Dan semakin

merosotnya sektor pariwisata di Haranggaol sehingga berimbas pada keadaan
ekonomi masyarakat Haranggaol sehingga masyarakat Haranggaol berusaha
mencari pekerjaan lain yaitu sektor peternakan ikan. Di kelurahan Haranggaol
juga perternak ikan menjanjikan bagi masyarakat Haranggaol daripada kerja di
sektor pariwisata. Karena sektor peternak ikan dapat meningkatkan satatus sosialekonomi masyarakat Haranggaol. Dengan adanya peralihan matapencaharian dari
sektor peternakan ikan yang dilakukan oleh masyarakat Haranggaol dapat juga
meningkatkan pendapatan masyarakat Haranggaol. Dengan peningkatan
pendapatan itu masyarakat Haranggaol dapat mengangkat status sosialekonominya melalui perumahan yang sudah layak untuk dihuni dan peningkatan
pendidikan anak-anak mereka. Meskipun tingkat pendidikan masyarakat
Haranggaol rata-rata tamat SMA tetapi hal itu bukan karena orang tua yang tidak

sanggup membiayai pendidikan anak mereka sampai ke perguruan tinggi tetapi
karen kurangnya minat belajar anak-anak masyarakat Haranggaol.
Penelitian yang kedua yaitu Kusuma Herdiana pada tahun 2008 dengan judul
“Peralihan Matapencaharian Dari Petani Sawah Menjadi Petani Coklat Dalam
Maningkatlkan Status Sosial Ekonomi Masyarakat desa, Aceh Tenggara”. (Studi
Eksplanatif Pada Masyarakat Desa Pasir Bangun Kec, Lawe Alas, Kuta Cane,
Aceh Tenggara). Peneliti ini menggunakan metode studi eksplanatif dengan
menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik pengumpulan data dengan
pengamatan secara langsung dan wawancara secara mendalam.
Hasil penelitian menjelaskan bahwa masyarakat Desa Pasir Bangun
melakukan peralihan mata pencaharian adalah karena dengan hidup sebagai petani

sawah tidak dapat menjanjikan kehidupan yang lebih baik, sehingga masyarakat
melakukan peralihan mata pencaharian dengan tujuan memperbaiki hidup dan
meningkatkan status sosial ekonomi masyarakat desa. Berdasarkan hasil
penelitian menunjukan bahwa terdapat pengaruh peralihan mata pencaharian
dengan status sosial ekonomi, yaitu hubungan yang cukup berarti. Dengan
demikian terdapat pengaruh antara peralihan mata pencaharian dan peningkatan
status ekonomi masyarakat desa.


2.3. Angkatan Kerja dan Tenaga Kerja di Indonesia
Angkatan kerja adalah penduduk yang sudah memasuki usia kerja (15-65
tahun), baik yang sudah bekerja maupun belum bekerja atau sedang mencari
pekerjaan (http://dwihatmoko.wordpress.com). Sejalan dengan tingkat
pertumbuhan penduduk yang jauh lebih tinggi di wilayah perkotaan, pertumbuhan
angkatan kerja dikota yang tercatat 2 – 3 kali lipat lebih tinggi daripada
pertumbuhannya di pedesaan. Untuk memasuki dunia kerja harus memiliki
kriteria bagi angkatan kerja (sektor formal) yaitu sebagai berikut:
1. Jenis pendidikan
2. Memiliki keahlian khusus yang dimiliki
3. Pengalaman kerja
4. Kesehatan yang prima
5. Sikap kepribadian dan kejujuran
Namun, untuk menjadi tukang becak tidak harus memiliki kriteria yang
disebutkan dalam kriteria sektor formal tersebut. Karena tukang becak tidak

mengutamakan skill atau kemampuan dan tidak mementingkan tingkat pendidikan
yang tinggi untuk menjadi tukang becak.
Jumlah angkatan kerja di Indonesia pada Februari 2014 mencapai 125,3 juta
orang, bertambah sebanyak 5,2 juta orang dibanding angkatan kerja Agustus 2013

sebanyak 120,2 juta orang atau bertambah sebanyak 1,7 juta orang dibanding
Februari 2013. Jumlah penduduk yang bekerja di Indonesia pada Februari 2014
mencapai 118,2 juta orang, bertambah sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan
pada Agustus 2013 sebanyak 112,8 juta orang atau bertambah 1,7 juta orang
dibanding keadaan Februari 2013. Pada Februari 2014, jumlah pengangguran
mencapai 7,15 juta orang, mengalami penurunan sebanyak 260 ribu orang jika
dibandingkan Agustus 2013 (Katalog BPS, 2014).
Tenaga kerja adalah penduduk dalam usia kerja. Dalam literatur biasanya
adalah seluruh penduduk suatu negara yang dapat memproduksi barang dan jasa.
Tenaga kerja adalah pengertian tentang potensi yang terkandung dalam diri
manusia yang dikaitkan dengan perdagangan diberbagai kegiatan atau usaha yang
ada keterlibatan manusia yang dimaksud adalah keterlibatan unsur jasa atau
tenaga kerja. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor produksi yang sangat
penting disamping sumber daya alam, modal, dan teknologi. Ditinjau dari segi
umum pengertian tenaga kerja menyangkut manusia yang mampu bekerja untuk
menghasilkan barang dan jasa dan mempunyai nilai ekonomi yang dapat beragam
bagi kebutuhan masyarakat secara fisik kemampuan tenaga kerja diukur dari usia
(Fadilah,2012).

Tenaga kerja dibedakan menjadi 3 yaitu tenaga kerja terdidik, tenaga kerja

terlatih dan tenaga kerja terdidik dan terlatih. Selain itu terdapt juga upaya untuk
meningkatkan kualitas tenaga kerja, yaitu pelatihan tenaga kerja, pemagangan,
dan perbaikan gizi dan kesehatan.

2.4. Sektor Informal
Seperti yang telah kita lihat, banyak para ahli sektor informal berpendapat
bahwa salah satu kriteria sektor informal adalah mudah masuk ke dalam aktivitas
tersebut (Sethuraman, 1975; Merrick,1976). Namun kalau kita lihat lebih jauh ke
dalamnya, maka ada jaringan-jaringan sosial yang membaluti aktifitas ekonomi
sektor informal.
Sektor informal merupakan tempat pelarian dari kemiskinan. Jika sektor
informal di identikkan dengan kemiskinan maka tidak ada yang pindah secara
sukarela dari sektor modern ke sektor formal, karena kemiskinan berarti terkait
dengan kekurangan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup. Begitu
juga terkait dengan masalah yang saya teliti, yang masyarakatnya melakukan
pelarian profesi atau alih profesi dari buruh pabrik menjadi tukang becak agar
dapat meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan pokok hidup
(Damsar: 1991).
Menurut Manning dan Effendi (1985), memberikan ciri-ciri yang tergolong
sebagai sektor informal, yaitu: (1) pada umumnya sektor informal berpendidikan

rendah (2) sektor informal tidak termasuk dalam angkatan kerja; (3) kegiatan
usaha umumnya sederhana; (4) skala usaha relatif kecil; (5) usaha sektor informal

umumnya tidak mempunyai izin usaha; (6) untuk bekerja di sektor informal lebih
mudah daripada di sektor informal; (7) tingkat pendapatan di sektor informal
biasanya rendah; (8) ketertarikan sektor informal dengan usaha-usaha lain sangat
kecil; dan (9) usaha-usaha di sektor informal sangat beraneka ragam. Usaha-usaha
sektor informal yang dimaksud diantanya pedagang kaki lima, pedagang keliling,
tukang warung, sebagi tukang cukur, tukang becak, sebagian tukang sepatu,
tukang loak serta usaha rumah tangga seperti pembuat tempe, pembuat kue,
pembuat es, pembuat barang anyaman dan lain-lain.
Defenisi sektor informal sebagai pasaran tenaga kerja yang tidak dilindungi.
Salah satu perbedaan antara sektor informal dan formal sering dipengaruhi oleh
jam kerja yang tidak tetap dalam jangka waktu tertentu (Manning dan Effendi,
1985). Hal ini disebabkan oleh tidak adanya hubungan kontrak kerja jangka
panjang dalam sektor informal, cara perhitungan upah berdasarkan hal atau jam
kerja dan menonjolnya usaha mandiri.
Bagitu halnya yang berkaitan dengan masalah penelitian saya, yang dimana
sebagai profesi tukang becak yang tidak memiliki kontrak kerja dan merupakan
tenaga kerja yang tidak dilindungi. Sementara buruh pabrik memiliki hubungan

kontrak kerja, tenaga kerja yang dilindungi, dan memiliki jam kerja yang telah
ditentukan oleh kebijakan pabrik.