Strategi Adaptasi Penarik Becak Siantar (Studi Kasus Pada Penarik Becak di Kecamatan Siantar Utara)

(1)

DAFTAR PUSTAKA.

Abdillah, Dairusman. 2012.Adaptasi Masyarakat Kutai Terhadap Lingkungan Dalam Menentukan Permukiman di Situs Kota Bangun, Kalimantan Timur.Jurnal Kebudayaan 7(2)135-144. Jakarta: Puslitbang.

Agusyanto, Ruddy. 2007. Jaringan Sosial Dalam Organisasi. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.

Ariyani, Nur Indah. 2013. Strategi Adaptasi Orang Minang Terhadap Bahasa, Makanan, dan Norma Masyarakat Jawa. Jurnal Komunitas 5: (1) 26 - 37. Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Azania, Ayu Mircahya Intan. 2013.Strategi Adaptasi Bandar Judi Togel (toto Gelap) di Kota Pasuruan. Jurnal AntrounairDotNet 2: (1) 176 - 179. Surabaya: FISIP UNAIR.

Bennett, J.W. 1976. The ecological transition: cultural anthro pology and human action. New York.Pergamon Press inc.

Bungin, Burhan. 2007. Penelitian Kualitatif. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Elfira, Devita. 2013. Strategi Adaptasi Transmigran Jawa di Sungai Beremas. Jurnal

Sosiologi 1: (1) 1 - 8. Padang, Sumatera Barat: Universitas Negeri Padang .

Haryatno, Dhedy Pri. 2012. Kajian Strategi Adaptasi Budaya Petani Garam. Jurnal Komunitas 4 (2). Semarang: Universitas Negeri Semarang.

Kirana, Rahaditya Puspa. 2012. Strategi Adaptasi Pekerja Jepang Terhadap Culture Shock: Study Kasus Terhadap Pekerja Jepang di Instansi Pemerintahan di Surabaya. Jurnal Japanology 1: (1) 1 - 11. Surabaya: FIB Universitas Airlangga.


(2)

Koentjaraningrat. 2012.Pengantar Ilmu Antropologi.Jakarta: PT. Rineka Cipta. Morlok, Edward K. 1978. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi.Jakarta:

Penerbit Erlangga.

Maleong, Lexy. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Marzali, A. 2003. Strategi Peisan Cikalong dalam Menghadapi Kemiskinan. Jakarta: Penerbit Yayasan Obor Indonesia.

Nasution, Dewi Hartika. 2006. Adaptasi Masyarakat Miskin Terhadap Inflasi Akibat Kenaikan Harga BBM. Jurnal Pemberdayaan Komunitas. 5: (3) 271 - 286. Medan: USU press.

Noviarti, Jamaluddin MD. Jahi & ABD. Rahim MD. Nor. 2011. Kualiti Hidup Nelayan di Sumatera Barat: Kekangan dan Adaptasi. Sari -International Journal of the Malay World and Civilisation 29: (1) 245 - 257. Selangor, Malaysia: Universitas Kebangsaan Malaysia.

Putra, H.S.A. 2003. Ekonomi, Moral, Rasional, dan Politik Dalam Industri Kecil di Jawa. Yokyakarta: Kepel Press.

Ritzer, George & Douglas, J Goodman. 2008. Teori Sosiologi: Dari Teori Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan Mutakhir Teori Sosial Postmodern. Yogyakarta: Kreasi Wacana.

Satria, Arif & Alfian Helmi. 2012. Strategi Adaptasi Nelayan Terhadap Perubahan Ekologis. Jurnal Makara Sosial Humaniora 16: (1) 68 - 78. Bogor: Fakultas Ekologi Manusia IPB.

Soekanto, Soerjono. 2000. Sosiologi Suatu Pengantar.Jakarta: PT. Raja Grafindo. Soemarwoto, O. 2004. Ekologi Lingkungan Hidup dan Pembangunan. Jakarta :

Djambatan.

Seno, Riyo Anjor. 2012. Strategi Adaptasi Penjaga Lintas di Kota Surabaya. Jurnal AntroUnairDotNet 1: (1) 79 - 86. Surabaya: Universitas Airlangga.


(3)

Sri Haryono, Tri Joko. 2005. Strategi Kelangsungan Hidup Nelayan.Jurnal Berkala Ilmu Kependudukan 7: (2) 119 - 128. Surabaya: UNAIR

Sumarti, T. 2007. Kemiskinan Petani dan Strategi Nafkah Ganda Rumahtangga Pedesaan. Sodality: Jurnal Transdisplin Sosiologi, Komunikasi dan Ekologi Manusia. 1(2) 100-115. Bogor : Institut Pertanian Bogor

Wirabuana, Yudha. 2012. Sejarah dan Peranan Becak di Pematang Siantar 1960 2006. Skripsi S1. Medan: USU

UU Republik Indonesia Nomor 5 Tentang Benda Cagar Budaya Sumber Internet:

http://id.wikibooks.org/wiki/Profil_Becak_di_Indonesia/Asalmuasal becak.diakses 8 November 2013 pukul 10.00 wib.

http://id.wikibooks.org/wiki/Profil_Becak_di_Indonesia/Sejarah_perkembangan_beca k_di_Indonesia. diakses 9 November 2013 pukul 14.00 wib


(4)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah penelitian kualitatif dengan

pendekatan studi kasus atau case study. Penelitian kualitatif adalah metode yang bermaksud untuk memahami apa yang dialami oleh subjek penelitian secara holistic

(Maleong, 2006). Dengan menggunakan penelitian kualitatif peneliti akan

memperoleh informasi atau data secara lengkap dan mendalam mengenai strategi

bertahan becak BSA (Birmingham Small Arms) di Kota Pematang Siantar. Metode

kualitatif digunakan karena penelitian ini menggambarkan fenomena yang terjadi.

3.2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Pematang Siantar, tepatnya di Kecamatan

Siantar Utara. Adapun alasan peneliti memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut

merupakan salah satu tempat dimana para penarik becak tersebar didaerah tersebut

untuk mencari penumpang sehingga memudahkan peneliti untuk mencari informan.

3.3. Unit Analisis dan Informan

3.3.1. Unit Analisis

Unit analisis data adalah satuan tertentu yang diperhitungkan sebagai subjek


(5)

peneliti merupakan instrument kunci yang sesuai dengan karakteristik penelitian

kualitatif. Untuk itu peneliti secara individu akan turun langsung ke tengah - tengah

masyarakat guna memperoleh data dari informan. Dari keseluruhan unit analisis akan

diambil informan yang dianggap dapat menjawab permasalahan penelitian ini.

3.3.2. Informan

Informan adalah orang - orang yang menjadi sumber informasi dalam

penelitian. Informan penelitian merupakan subjek yang memahami informasi Objek

penelitian sebagai pelaku maupun orang lain yang memahami objek penelitian

(Bungin, 2007:76). Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah

1. Para penarik becak BSA yang berada di pangkalan disekitar Kecamatan Siantar

Utara. Akan tetapi, peneliti hanya mencantumkan tiga nama informan saja untuk

mewakili informan lainnya. Adapun alasan pengambilan informan tersebut,

dikarenakan informan ini dianggap cukup untuk memberikan informasi yang

diperlukan.

2. Organisasi yang mewadahi penarik becak BSA di Kota Pematang Siantar, yaitu

BOM’S ( BSA Owner Motorcycles’ Siantar )

3. Pemilik Bengkel bubut sparepart BSA yang berada di Kota Pematang Siantar ,

dikarenakan Perusahaan Birmingham Small Arms tepatnya di Kota Birmingham,

Inggris telah terbakar dan sudah di tutup pada tahun 1973. Maka untuk mengganti


(6)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

3.4.1. Data Primer

Teknik pengumpulan data primer adalah peneliti melakukan kegiatan

langsung ke lokasi penelitian untuk mencari data - data yang lengkap dan berkaitan

dengan masalah yang akan di teliti. Adapun teknik pengumpulan data ini dilakukan

dengan cara:

1. Observasi atau Pengamatan

Adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data

penelitian melalui pengamatan dan pengindraan (Bungin, 2007:115). Observasi

adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil

kerja panca indera mata serta dibantu dengan panca indera lainnya.

2. Wawancara Mendalam

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara kepada orang - orang yang

menjadi informan dari penelitian ini biasa disebut dengan metode interview guide

yakni, aturan - aturan daftar pertanyaan sebagai acuan bagi peneliti untuk

memperoleh data yang diperlukan.Metode pengumpulan data dengan wawancara

yang dilakukan berulang - ulang kali dan membutuhkan waktu yang cukup lama

bersama informan dilokasi penelitian (Bungin, 2007:108). Wawancara mendalam


(7)

Dalam hal ini peneliti melakukan wawancara mendalam terhadap informan pada

penarik becak (BSA) Siantar.

3.4.2 Data Sekunder

Teknik pengumpulan data sekunder adalah pengumpulan data yang dilakukan

melalui penelitian studi kepustakaan yang diperlukan untuk mendukung data

diperoleh buku - buku ilmiah, tulisan ilmiah, laporan penelitian yang berkaitan

dengan topik penelitian yang dianggap relevan dan keabsahan dengan masalah yang

diteliti.

3.5 Interpretasi Data

Interpretasi data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, yaitu

pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah ada dalam catatn lapangan. Data

-data yang sudah diperoleh dari lapangan kemudian dikumpulkan untuk dapat

dianalisis berdasarkan dukungan teori dan kajian pustaka yang telah disusun, hingga

pada akhirnya sebagai laporan penelitian.

3.6 Jadwal Kegiatan

No Kegiatan Bulan

Ke-1 2 3 4 5 6 7 8 9

1 Pra Observasi

2 ACC Judul

3 Penyusunan Proposal 4 Bimbingan Proposal


(8)

5 Seminar Proposal 6 Revisi Proposal

7 Pengumpulan dan

Analisis Data 8 Bimbingan Skripsi 9 Penulisan Laporan 10 Sidang Meja Hijau

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan dalam penelitian ini mencakup kemampuan dan pengalaman

yang dimiliki oleh peneliti untuk melakukan penelitian ilmiah. Keterbatasan teknis

penelitian di lapangan adalah saat mengumpulkan data melalui wawancara mendalam

dengan beberapa penarik becak dipangkalan. terkadang terputus. Karena proses

wawancara dilakukan sewaktu jam kerja informan, sehingga terkadang ketika

penumpang sudah datang maka penarik becak segera harus menghantarkan

penumpang ke tujuan maka kerap sekali menyebabkan putusnya wawancara saat

komunikasi berlangsung.

Terlepas dari permasalahan teknis ataupun kendala dilapangan, peneliti juga

menyadari bahwa keterbatasan peneliti mengenai metode menyebabkan lambatnya

proses penelitian. Selain itu, keterbatasan dalam hal pengalaman melakukan

penelitian ilmiah, serta referensi buku yang masih sangat sedikit dikuasai oleh


(9)

berusaha untuk melakukan penelitian ini dengan maksimal agar data dan tujuan yang


(10)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

4.1.1 Sejarah Kecamatan Siantar Utara

Landasan hukum sejarah berdirinya kecamatan Siantar Utara

1. Undang - Undang No.5 Tahun 1974 tentang pokok - pokok pemerintahan Daerah.

2. Undang - Undang No.5 Tahun 1979 tentang Pemerintahan Pemerintahan Desa

yang menyangkut Pemerintahan Desa/Kelurahan.

Sebagai tindak lanjut pasal 8 UU No.5 Tahun 1974 lahirlah UU No.5 Tahun

1979 yang mengatur Pemerintahan Desa / kelurahan. salah satu Pasal dalam UU No.5

Tahun 1979 tersebut memuat bahwa setiap Desa / kelurahan berada dibawah Camat /

kecamatan.

Sebelum terbentuknya kecamatan, desa langsung dibawah Kotamadya.

Dengan dasar itulah dibutuhkan suatu pemikiran bahwa untuk membentuk suatu

kecamatan harus dengan peraturan pemerintah. Untuk mencapai hal ini

walikotamadya mengajukan suatu usul untuk di syahkan oleh DPRD Kotamadya.

Dengan disyahkannya usul tersebut lahirlah perda yang menentukan pembentukan


(11)

Perda tersebut berlaku sebelum dikeluarkannya PP (Peraturan Pemerintah)

dengan pembentukan koordinator oleh Gubernur Propinsi Sumatera Utara Tahun

1980 - 1981.

Sebelum pemilu Tahun 1992 terbitlah PP No. 35 Tahun 1982 tanggal 21

Oktober 1982 yang menetapkan koordinator menjadi 7 (Tujuh) Kelurahan Wilayah

Kecamatan yaitu:

1. Kelurahan Melayu

2. Kelurahan Martoba

3. Kelurahan Sukadame

4. Kelurahan Sigulang - gulang

5. Kelurahan Kahean

6. Kelurahan Baru

7. Kelurahan Bane

4.1.2 Letak Geografis

Secara geografis, kota Pematang Siantar terletak di Provinsi Sumatera Utara

pada garis pada 2° 53’20” - 3° 01’ 00” Lintang Utara dan 99° 6’ 35” Bujur Timur

yang berada di tengah - tengah Kabupaten Simalungun dengan jarak ke Ibukota

Provinsi yaitu Kota Medan sejauh 128 Km. wilayah kota Pematang Siantar memiliki

luas daratan sebesar 79,97 Km² atau sekitar 0,11 % dari luas Provinsi Sumatera Utara


(12)

Siantar berwujud daerah perkotaan dengan pertanian berupa sawah dan ladang yang

berada di Pinggiran Kota.

Topografi Kota Pematang Siantar merupakan tanah berbukit - bukit dan

berlembah serta datar di bagian pusat kota dengan jenis tanah pedsolik berasal dari

batuan sedimen. Di sebelah barat dan utara merupakan daerah bergelombang dan di

sebelah selatan dan timur merupakan daerah landai dengan kemiringan tanah 0 - 15

% Kota Pematang Siantar termasuk daerah yang beriklim sedang dengan suhu

maksimal rata - rata 30,40° C dan Suhu minimal dengan rata - rata 19, 90° C.

Secara administratif Kecamatan Siantar Utara memiliki 7 kelurahan dengan luas 3,65

km². Batas - batas kecamatan Siantar Utara sebagai berikut:


(13)

1. Sebelah Utara berbatas berbatas dengan Kecamatan Siantar Utara

2. Sebelah Selatan berbatas dengan Kecamatan Siantar Barat

3. Sebelah Timur Berbatas dengan Kecamatan Siantar Timur

4. Sebelah Barat berbatas dengan Kecamatan Siantar Barat dan Kecamatan Siantar

Martoba

4.1.3 Gambaran Umum Penduduk

Jumlah Penduduk Kecamatan Siantar Utara pada tahun 2008 adalah 51.431

jiwa, dengan 11.177 rumah tangga . Bila digolongkan berdasarkan jenis kelamin

yaitu, laki - laki berjumlah 25.388 jiwa dan perempuan 26.043 jiwa. Dari jumlah

tersebut bila di klasifikasikan berdasarkan luas wilayah, jumlah penduduk dan

kepadatan penduduk, jumlah penduduk menurut jenis kelamin dan jumlah rumah

tangga penduduk adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Luas Wilayah. Jumlah Penduduk. dan Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2008

No Kelurahan Luas Wilayah

Km²

Jumlah Penduduk (Jiwa)

Kepadatan Tiap Km²

1 Martoba 0,320 10.054 31.419

2 Melayu 0,370 9.003 24.332

3 Baru 0,250 7.974 31.896

4 Sukadame 0,510 6.041 11.845

5 Bane 1,170 4.115 3.517

6 Sigulang gulang 0,580 6.459 11.136

7 Kahean 0,450 7.785 17.300


(14)

Sumber : BPS Kota Pematang

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk

No Kelurahan 1 Martoba 2 Melayu 3 Baru 4 Sukadame 5 Bane

6 Sigulang gulang

7 Kahean Jumlah Sukadame, 11.84 5 Bane, 3.517 Sigulang gulang, 11.136

Sumber : BPS Kota Pematang Siantar

Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan Tahu 2008

Kelurahan

Jenis Kelamin

Laki - Laki Perempuan

4.973 5.081

4.495 4.508

3.923 4.051

2.933 3.108

2.006 2.109

Sigulang gulang 3.205 3.254

3.853 3.932

Jumlah 25.388 26.043

Martoba, 31.419 Melayu, 24.332 Baru, 31.896 Sukadame, 11.84 Bane, 3.517 Sigulang ang, 11.136 Kahean, 17.3

Kepadatan Tiap Km²

Kelurahan Tahun Jumlah 10.054 9.003 7.974 6.041 4.115 6.459 7.785 51.431


(15)

Sumber: BPS Kota Pematang S

Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tan

Tangga Menurut Kelur

No Kelurahan Jumlah Rumah Tangga

1 Martoba 2 Melayu 3 Baru 4 Sukadame 5 Bane 6 Sigulang gulang 7 Kahean Jumlah

Sumber: BPS Kota Pematang S 0 1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000

Sumber: BPS Kota Pematang Siantar

Jumlah Rumah Tangga. Penduduk. dan Rata - rata jiwa Per Ru Tangga Menurut Kelurahan Tahun 2008

Jumlah Rumah Tangga

Jumlah Penduduk Rata-Rumah Tangga 2.111 10.054 2.003 9.003 1.613 7.974 1.288 6.041 1.028 4.115 1.450 6.459 1.684 7.785 11.177 51.431

Sumber: BPS Kota Pematang Siantar

rata jiwa Per Rumah

rata Jiwa Per Rumah Tangga 4,76 4,49 4,94 4,69 4,00 4,45 4,62 4,60

Laki - Laki


(16)

4.2 Jumlah Alat Transportasi

4.2.1 Jumlah Alat Transp

Transportasi terkait

dan barang yang berpindah

selalu memperhitungkan waktu s

Tabel 4.4 Jumlah Angkutan Umum dan S di Kota Pema

No Jenis Sarana Angkutan

1 Mopen Kota

2 Bus Kota

3 Bus Umum

4 TAXI

5 Gerobak Umum Tidak Umum

Sigulang gulang 14%

Rata-Jumlah Alat Transportasi dan Panjang Jalan Kota Pematang Siantar

4.2.1 Jumlah Alat Transportasi

Transportasi terkait erat dengan ketersediaan dan kecepatan mobilitas

berpindah dari suatu tempat ke tempat tujuan yang

selalu memperhitungkan waktu secara efektif dan efesien dalam mencapai tujuann

4 Jumlah Angkutan Umum dan Status Kepemilikan Angkutan Umum di Kota Pematang Siantar Dirinci Menurut Jenis Angkutan

Jenis Sarana Jumlah Angkutan (Unit)

Status Kepemilikan Perusahaan Orang

1.886 18

-566 12

-628 12 2

55 3

-Umum / 231 8 1

Martoba 15% Melayu 14% Baru 15% Sukadame 15% Bane 13% Kahean 14%

- rata Jiwa Per Rumah Tangga

Kota Pematang Siantar

mobilitas orang

tujuan yang lain dengan

alam mencapai tujuannya.

tatus Kepemilikan Angkutan Umum gkutan Status Kepemilikan Orang Jumlah 18 12 14 3 9 Melayu


(17)

6 Becak bermesin 7 Becak Tidak

bermesin/ becak barang

Jumlah

Berdasarkan data

diketahui banyaknya jumlah

keseluruhannya berjumla

umum sebanyak 628 unit(16

umum/ tidak umum sebanyak

sebanyak 215 unit (5 persen),

adalah mopen kota sebanyak 1886

Di Kota Pematang

mopen kota dan becak bermesin.

Bus Umum 16% TAXI 1% Gerobak Umum/Tidak Umum 6% Becak bermesi 11% Becak Tidak bermesin/ becak barang 5%

Jumlah Angk

Becak bermesin 425 - 3

bermesin/ becak

215 4

3.306 53 10

Berdasarkan data Dinas Perhubungan Kota Pematang Siantar (2003),

banyaknya jumlah alat transportasi di Kota Pematang

berjumlah 3.306 unit. sebanyak 566 unit bus kota (14

628 unit(16 persen), taxi sebanyak 55 unit (1 persen),

umum sebanyak 231 (6 persen)), becak tidak bermesin (becak

(5 persen), becak bermesin 425 unit (11 persen) dan yang t

adalah mopen kota sebanyak 1886 (47 persen).

Pematang Siantar sarana transportasi umum dalam kota

dan becak bermesin. Dari angka diatas dapat dilihat perbandingan

Mopen Kota 47% Bus Kota 14% Bus Umum 16% Becak bermesin

Jumlah Angkutan di Pematang Siantar

3 4

63

Siantar (2003), dapat

Pematang Siantar

kota (14 persen), bus

(1 persen), gerobak

bermesin (becak barang)

persen) dan yang terbesar

dalam kota dilayani oleh

perbandingan jumlah

Siantar


(18)

kedua alat transportasi ini sangat jauh berbeda. Mopen kota sebanyak 1886 unit

sedangkan becak bermesin hanya berjumlah 425 unit. Angka jumlah mopen yang

meningkat berdampak pada penghasilan para penarik becak bermesin. Selain

kapasitas penumpang mopen jauh lebih banyak, tarif harga ongkos yang diberikan

kepada penumpang juga relatif lebih ekonomis. Faktor ini merupakan penyebab

becak bermesin kerap sekali kalah bersaing dengan mopen.

4.2.2 Panjang Jalan

Sarana jalan merupakan instrument penting dalam memperlancar arus

pengangkutan barang dan orang yang dapat mendorong kegiatan perekonomian.

Seiring dengan meningkatnya mobilitas penduduk, maka prasarana jalan sangat di

perlukan guna menunjang kelancaran arus lalu lintas barang dan jasa.

Tabel 4.5 Panjang Jalan Menurut Permukaan Jalan di Kota Pematang Siantar

No Jenis Permukaan Jalan Panjang Jalan (Km)

Persentase (%)

1 Aspal 238,063 80,96

2 Kerikil / Batu 29,434 10,01

3 Tanah 26,549 9,03


(19)

Pada tahun 2003

Km. Dari data diatas dapat

sudah hampir seluruhnya

aspal; sementara 29,434

sisanya 26,549 Km (9,03 persen) adalah jalan tanah.

Tabel 4.6 Panjang Jalan d Permukaan Jalan d

No Kecamatan

1 Siantar Marihat 2 Siantar Selatan 3 Siantar Barat 4 Siantar Utara 5 Siantar Timur

Kerikil / Batu 10%

Tanah 9%

2003 panjang jalan di Kota Pematang Siantar mencapai

diatas dapat diketahui bahwa jalan - jalan di Kota Pematang

seluruhnya di aspal yaitu sepanjang 238,063 Km (80,96 persen)

29,434 Km (10,01 persen) adalah jalan batu / kerikil;

sisanya 26,549 Km (9,03 persen) adalah jalan tanah.

Panjang Jalan di Kota Pematang Siantar Berdasarkan Permukaan Jalan dirinci Menurut Kecamatan

Kecamatan

Jenis Permukaan Jalan Beraspal (Km) Berbatu/kerikil (Km) Tanah (Km)

Siantar Marihat 33,920 7,701 7,653

Siantar Selatan 20,496 -

-Siantar Barat 40,199 1,336 93

Siantar Utara 44,268 8,158

-Siantar Timur 40,644 6,737 1,157

Aspal 81% Tanah

9%

Panjang Jalan (Km)

mencapai 294,046

Pematang Siantar

(80,96 persen) jalan

kerikil; sedangkan

i Kota Pematang Siantar Berdasarkan Jenis

Jumlah (Km) 49,274 25,496 41,628 52,426 48,538


(20)

6 Siantar Martoba Jumlah

Sumber: BPS Kota Pematang S

Berdasarkan data

dikota Pematang Siantar

29,434 km (10 persen) berbatu/ berkerikil

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100 Siantar Marihat Siantar Selatan

Siantar Martoba 53,536 5,502 17,646

238,063 29,434 26,549

Sumber: BPS Kota Pematang Siantar dalam Angka (2003)

Berdasarkan data BPS (2003) diatas dapat diketahui bahwa permukaan

Siantar terdapat sekitar 238,063 km(80,961 persen)

29,434 km (10 persen) berbatu/ berkerikil, dan 26,549 km (9,028 persen) tanah

Siantar Selatan Siantar Barat Siantar Utara Siantar Timur Siantar Martoba Beraspal(Km) Berbatu/keri Tanah (Km) 76,684 294,046

bahwa permukaan jalan

persen) beraspal,

8 persen) tanah.

Beraspal(Km)

Berbatu/kerikil (Km)


(21)

4.3 Profil Informan

1.Bapak Muhanawi (Penarik Becak Motor BSA di Pangkalan Jl. Patuan Anggi)

Bapak Muhanawi (54 tahun) adalah seseorang penarik becak yang sudah

menggeluti profesinya selama 20 tahun. Jenjang pendidikan terakhir Bapak

Muhanawi hanya sampai tingkat SMP saja. Saat ini ia memiliki 3 anak, 2 anak laki

-laki yang sudah bekerja dan 1 lagi perempuan, masih duduk di bangku kelas 2 SMA.

Sedangkan istrinya membuka usaha tambahan berupa warung kecil yang menjual

berbagai jajanan dan kebutuhan rumah tangga. Sebelum menjadi penarik becak,

bapak Muhanawi dulunya adalah seorang pedagang minyak tanah, akan tetapi usaha

itu kemudian dilanjutkan oleh istrinya sampai sekarang ini.


(22)

Becak motor milik bapak Muhanawi berjenis BSA keluaran tahun 1953.

Becak tersebut dibelinya senilai Rp.3,5 juta akan tetapi, ia lupa pada tahun berapa

becak tersebut dibeli. Setiap harinya bapak Muhanawi mulai beroperasi mencari

penumpang antara pukul 05.00 hingga pukul 16.00 Wib. Pangkalan tempat bapak

Muhanawi menunggu penumpang terletak di Jl. Patuan Anggi. Kawasan daerah

tersebut berdekatan dengan salah satu pasar terbesar di Siantar, yaitu pasar parluasan

(Pasar Dwikora). Saat pagi hari, pasar dwikora banyak di kunjungi oleh khalayak

ramai untuk membeli berbagai jenis kebutuhan. Sasaran utama para penarik becak

yang mangkal di daerah ini adalah para ibu rumah tangga yang sedang berbelanja di

pasar parluasan (Pasar Dwikora). Di pasar ini lebih banyak menyediakan berbagai

jenis kebutuhan rumah tangga, sehingga tak jarang pengunjungnya kebanyakan ibu

-ibu yang ingin berberbelanja.

Ketika pulang berbelanja penumpang biasanya lebih memilih alat transportasi

becak daripada angkot (angkutan kota). Padahal tarif ongkos angkot cenderung lebih

ekonomis apabila dibandingkan dengan becak. Adapun yang menjadi alasan

penumpang lebih memilih jenis transportasi ini dikarenakan alat transportasi becak

tidak terikat oleh trayek sehingga dapat menghantarkan penumpang sampai tepat di

pintu rumah, sedangkan transportasi angkot hanya bisa menghantarkan sampai pada

persimpangan jalan saja. Disamping itu, para penarik becak juga kerap sekali

membantu para penumpang dalam mengangkat barang bawaan milik penumpang

karena para penarik becak sadar bahwa mereka mencari nafkah dari penumpang,


(23)

Di pangkalan becak tempat bapak Muhanawi mangkal, semua para penarik

becak bergiliran dalam menerima penumpang. Sistem pengangkutan penumpang

seperti ini juga dilakukan pada semua pangkalan becak yang ada di Kota Pematang

Siantar. Manfaat yang diperoleh dari penggunaan teknik ini adalah untuk

menghindarinya terjadinya percecokan dalam memperoleh penumpang diantara

sesama penarik becak. Karena apabila sudah berebut penumpang maka akan

memungkinkan terjadinya “gesekan”. Cara tersebut dilakukan agar pembagian

terhadap penumpang lebih merata.

Untuk menangani kerusakan pada becak, bapak Munahawi mempunyai dua

altenatif pilihan cara untuk memperbaiki becaknya. Untuk penanganan kerusakan

ringan seperti mengencangkan baut biasanya bapak Munahawi lebih memilih untuk

memperbaikinya sendiri. Tetapi untuk kerusakan besar, apalagi sampai membubut

sparepart maka penanganannya dilakukan oleh pihak bengkel. Nama bengkel tempat

bapak Muhanawi biasa menservis becaknya bernama bengkel Leo. Akan tetapi untuk

spesialis pembubutan sparepart terletak di jalan Asahan, bernama bengkel Handayani.

Sebenarnya bapak Muhanawi mengetahui beberapa bengkel lainnya, akan tetapi

kedua bengkel tersebut merupakan bengkel tempat langganannya, dimana

menurutnya kedua bengkel tersebut lebih memahami masalah - masalah kerusakan

pada becaknya.

Perawatan becak BSA tergolong cukup rumit karena jenis kendaraan ini

merupakan motor tua selain itu, penjualan suku cadangnya juga sudah tidak ada lagi


(24)

becak BSA harus membubutkannya di bengkel - bengkel khusus yang melayani

pembubutan suku cadang BSA. Seperti penuturan bapak muhanawi berikut:

“harga untuk sekali membubutkan Gear (gigi tarik) aja itu Rp.100 ribu, untuk Shock breaker Rp.350 ribu, kalau tempa knalpot harganya dia sekitar Rp.500 ribu. Jadi wajarlah kalau ongkos becak agak mahal sedikit”

Penghasilan yang di peroleh bapak Muhanawi tidak tetap terkadang besar juga

terkadang sedikit, semua tergantung banyaknya jumlah penumpang yang menaiki

becaknya. Tarif ongkos yang dipatok kepada penumpang pun tidak ada ketetapan,

semuanya ditentukan berdasarkan negosiasi antara penumpang dan penarik becak.

Biasanya harga ditetapkan berdasarkan jauh dan dekatnya tujuan si penumpang. Rata

- rata pendapatan yang diperoleh bapak Muhanawi berkisar kurang lebih mencapai 70

ribu setiap harinya.

Untuk mendapatkan penghasilan lebih, terkadang para penarik becak menarik

larut malam. Karena biasanya alat transportasi yang ada kalau larut malam hanyalah

becak saja. Ketika menarik becak saat malam hari biasanya bapak Munahawi selalu

mengenakan jaket kulitnya, hal ini untuk mencegah dinginnya sengatan udara malam

hari. Hal tersebut sesuai dengan penjelasan bapak Muhanawi berikut :

“kadang aku mau juga narik sampai malam, ya hitung - hitung untuk nambah - nambah pemasukanlah, tapi itu kadang - kadang aja. karena taulah umur udah kayak gini gak terlalu kuat kali lagi, Kalau dulu agak sering. Apalagi kalau malam itu kan disini dingin kali ,terpaksalah awak pake jaket biar gak kedinginan”.

Beberapa tahun belakangan ini penghasilan dari menarik becak dirasakan


(25)

kemungkinan penyebab berkurangnya penghasilan para penarik becak saat ini

disebabkan semakin tingginya jumlah angkot (angkutan umum) yang beroperasi di

Kota Pematang Siantar. Angkot menawarkan Tarif ongkos yang relatif lebih murah

dibandingkan dengan becak. Hal ini membuat para penarik becak kerap sekali kalah

bersaing dalam proses memperoleh penumpang.

Seingat bapak Munahawi dulunya ada perjanjian antara tukang becak dan

angkutan umum dalam jam beroperasi, angkutan umum beroperasi pukul 06.00

-18.00 Wib dan becak mulai beroperasi pukul antara -18.00 - larut malam. Akan tetapi

perjanjian itu hanyalah perjanjian secara lisan saja, sehingga lama kelamaan peraturan

itu mulai hilang dan tidak ada lagi pembatasan terhadap jam - jam beroperasi antara

keduanya.

Bapak Munahawi berasumsi bahwa dulu becak BSA pernah mencapai ribuan

unit. Namun saat ini yang tertinggal di Kota Pematang Siantar paling hanya berkisar

250 unit saja. Berkurangnya jumlah BSA tersebut diperkirakan dikarenakan beberapa

penarik becak sudah menjual becak motor BSA dan menggantikan motor penggerak

becak dengan motor pabrikan Cina atau Jepang. Alasan para penarik BSA menjual

motor BSA nya cenderung dikarenakan alasan paksaan kondisi ekonomi. Karena

penarik becak mempunyai keluarga yang harus dinafkahi.

Keunikan motor jenis BSA membuat beberapa para penggemar motor sangat

meminati jenis motor ini. Apalagi kandungan nilai historis yang melekat pada jenis


(26)

bapak Muhanawi harga pasaran becak BSA berkisar diatas 25 jutaan. Pasaran harga

ini diketahui oleh bapak Muhanawi karena ia berpengalaman ketika becak motor

miliknya pernah ditawari oleh seseorang etnis Tionghoa dengan kisaran harga

tersebut. Namun bapak Muhanawi menolak tawaran tersebut. Menurut bapak

Muhanawi, tingginya harga becak BSA belakang ini dipengaruhi oleh keunikan dan

nilai historis yang terkandung pada becak BSA karena konon sepengetahuan bapak

Muhanawi becak BSA adalah benda peninggalan perang dunia kedua. Awalnya Di

Kota Pematang Siantar, becak bermotor semuanya menggunakan motor BSA

sehingga saat ini becak motor BSA sudah merupakan ikon bagi Kota tersebut.

Dalam pelestarian becak motor BSA, menurut Bapak Muhanawi pemerintah

daerah kurang memperhatikan nasib mereka. Akan tetapi baru belakangan ini semua

penarik becak BSA mendapatkan sejumlah bantuan dari pemerintah melalui BOMS

yakni berupa ban, rantai dan sejumlah uang perawatan sebesar Rp.475 ribu.


(27)

2. Bapak Edi (Penarik Becak BSA di Pangkalan Jl. Wahidin)

Bapak Edi (46 tahun) merupakan seorang penarik becak yang sudah menarik

becak sejak tahun 1985 atau dapat dikatakan ia sudah menarik becak selama 29 tahun

lamanya. Tempat mangkal bapak Edi biasa menunggu penumpang berada di jalan

Wahidin bersama dengan teman - teman satu pangkalannya. Di pangkalan becak ini,

terdapat juga becak yang motor penggeraknya bukan becak BSA, melainkan motor

penggerak pabrikan Jepang dan Cina. Disana mereka terlihat cukup akur walaupun

jenis becak berplat hitam tersebut tidak disukai oleh beberapa para penarik becak

BSA. Alasan mereka untuk tidak gaduh, karena penarik becak motor Jepang dan Cina

itu dulu juga memakai BSA seperti mereka akan tetapi karena tuntutan ekonomi

mereka sudah menjualnya. Saat ini Bapak Edi tinggal bersama seorang istri dan dua


(28)

anaknya, salah satu diantaranya laki - laki berumur 7 tahun dan seorang perempuan

masih berumur 3 tahun.

Becak yang dikendarai oleh bapak Edi berjenis BSA 500 cc tahun 1941,

seharga 350 ribu yang dibelinya tahun 1985 silam. Sebelum mengendarai BSA, pada

awalnya bapak Edi pernah menggunakan Harley Davidson sebagai penggerak

becaknya. Namun, dikarenakan Harley Davidson boros bahan bakar maka ia pun

beralih ke becak BSA. Seperti penuturan bapak Edi berikut:

“dulu pertama kali kubeli becak ini tahun 1985, harganya waktu itu 350 ribu. Kalau dulu, macam Harley Davidson udah pernahnya dulu kami pake itu narik becak yang keras kalinya ngisap minyak, biar irit pake BSA lah jadinya. Makanya kalau sekarang awak nengok orang naik Harley Davidson gak pala heran awak itu lihatnya”

Sebelum berprofesi sebagai penarik becak bapak Edi mengungkapkan bahwa

ia pernah menjadi seorang pedagang (tanpa mengucapkan jenis dagangannya) akan

tetapi, karena hasil dari bedagang dirasanya kurang memuaskan ia pun beralih profesi

menjadi seorang penarik becak. Awal pertama kali menarik becak, pendapatan

sebagai penarik becak dulu dirasakan bapak Edi cukup memuaskan tapi beberapa

tahun akhir ini bapak Edi merasakan kalau pendapatannya sangat merosot drastis.

“kalau dulu waktu belum banyak kali jumlah angkot di Siantar ini, masih lumayan lah penghasilan kami, masih bisa kami menabung sedikit - sedikit tapi sekarang jangankan jumlah angkot, becak - becak plat hitam pun dah muncul satu - satu padahal sebenarnya kan mana ada izin becak plat hitam bisa dibuat narik penumpang”. Ujar bapak Edi.

Mengenai harga pasaran becak BSA saat ini, sepengetahuan bapak Edi


(29)

banyak sparepartnya yang asli bisa di hargai lebih mahal lagi. Harga itu di ketahuinya

karena baru - baru ini pada tahun 2013 banyak orang datang dari pulau jawa dan bali

yang mencarinya dan beberapa teman seperjuangan sebagai penarik becak sudah ada

yang menjualnya. Menurut perhitungan bapak Edi saat ini jumlah becak BSA yang

berada di Kota Pematang Siantar kurang lebih hanya 300 unit saja.

Biasanya bapak Edi mulai menarik mulai jam 10.00 - pukul 22.00 Wib. Tarif

ongkos yang ditetapkannya kepada penumpang tidak ada patokan semua berdasarkan

nego antara penarik becak dan penumpang. Seperti penuturan bapak Edi:

“Kalau ongkos gak ada patokannya, semuanya tergantung jauh dekat. Ya, minimal lah 10 ribu. Kebanyakan penumpang kami disini kalau gak karna buru - buru kalau nggak, gak tau dia dimana jalan tempat tujuan paling itunya”

Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Edi rata - rata berkisar 50 ribu per hari.

Apabila dia masih semangat terkadang ia juga menarik sampai larut malam sekali.

karena menurutnya, akan ada saja penumpang yang membutuhkan tumpangan becak.

Selain itu apabila sudah larut malam biasanya angkot tidak ada yang beroperasi lagi

paling mereka beroperasi sampai jam 9 saja itu pun sudah jarang sekali. Jadi pada

waktu - waktu seperti inilah agar menambah penghasilan lebih. Hal tersebut seiring

dengan pernyataan Edi berikut:

“kalau narik malam hari ongkosnya pun agak mahal sedikit kami buat apalagi kalau sampai larut malam. Penumpang itu pun mengertinya itu, wajarlah kan namanya awak narik malam belum tentu nanti dapat penumpang. Sementara awak nunggu - nunggu penumpang sambil kedinginan. Adapun penumpang malam hari satu atau dua orang ajanya itu. Paling orang yang kemalaman ajanya itu pulangnya berhubung angkot pun gak ada lagi terpaksalah dia naik becak”.


(30)

Selain mengandalkan pendapatan dari menarik becak, bapak Edi juga

memiliki pendapatan tambahan yaitu mengantar jemput anak sekolah. Jadi, keluarga

dari si anak yang di antar jemput tadi akan membayar biaya transportasi becak sekitar

200 ribu per bulannya. Seperti perkataan bapak edi berikut:

“kerja sampingan kita gak adanya bang, paling ngantar jemput anak sekolah itu ajanya bg. Itu pun 200 ribu ajanya dikasih orang tua anak itu. Lagi pula karna dekat rumahnya. Ya lumayan lah untuk nambah -nambah uang minyak”.

Seingat bapak Edi dulunya ada perjanjian antara penarik becak dan angkot,

yaitu mengenai pembatasan jam beroperasi diantara keduanya. Kalau angkot

beroperasinya pukul 06.00 - 18.00 Wib, sedangkan becak beroperasi mulai dari pukul

18.00 - larut malam. Tapi perjanjian itu hanya sebatas lisan saja. Namun, sekarang

kedua alat transportasi ini mulai melupakannya sehingga sekarang ini kedua

transportasi ini beroperasi tanpa ada ikatan waktu.

Untuk merawat becak tua sejenis BSA memang sungguh sulit, disamping

spare part nya tidak ada lagi di jual di pasaran, pabriknya pun sudah lama ditutup.

Jadi, untuk mengganti spare part yang sudah rusak biasanya para penarik becak

membubutnya di bengkel bubut yang khusus melayani becak BSA. Seperti penuturan

bapak Edi berikut:

“kalau mau membubut biasanya kami kebengkel gema karya di Jalan Tombang atau kalau nggak bengkel leo di Jalan Rangkuta Sembiring. Seperti inilah (sambil menunjuk kearah bagian spare partnya), kalau untuk memperbaiki tromol atau bus senggol ini, paling tidak habis -habis 30 ribu sampai 50 ribuanlah kira - kira”


(31)

Untuk mengurus STNK BSA nya biaya yang dikeluarkan bapak Edi

berjumlah 350 ribu. Seperti penuturan bapak Edi:

“Dulu kalau surat becak motor kita mati gak mau polisi itu nangkapnya kalau STNK matilah baru dia mau nangkap itu. Berlakunya peraturan itu mulai dari gubernur Rajainal lah dulu itu mulai berlaku”.

Disamping itu juga Bapak Edi mengatakan bahwa dia dan teman - teman

sesama penarik pernah diundang beramai - ramai oleh walikota Pematang Siantar

sewaktu kepemimpinan Bapak Zulkifli Harahap sebagai Walikota Pematang Siantar

(1989 - 1994) untuk pergi kemedan untuk ikut serta memeriahkan pemberian

penghargaan terhadap kota Pematang Siantar. Penghargaan itu diantaranya adalah

Piala Wahana, Tata Nugraha dan Piala Kota Adipura. Di medan mereka diajak

konvoi beramai - ramai untuk menunjukkan bahwa BSA adalah Ikon kota Pematang

Siantar. Namun, saat ini Bapak Edi dan teman - teman merasakan kalau saat ini

pemerintah kurang peduli akan nasib mereka. Seperti penuturan bapak Edi berikut:

“cat becak inilah pernah ada bantuan pemerintah, baru inilah berapa bulan yang lewat ada bantuan dari PEMKO sekitar 475 ribu”.

Saat ini semua para penarik becak BSA di kota Pematang Siantar hampir

semuanya tergabung kedalam Organisaasi BOMS. menurut pengakuan Bapak Edi

hanya BOMS saja yang sampai saat ini mau menampung aspirasi dan


(32)

3. Heri Zakaria (Penarik Becak BSA di Pangkalan Jl. Persatuan)

Bapak Heri (37 Tahun) adalah seorang warga Jl. Bali yang sudah berprofesi

sebagai penarik becak mulai tahun 1991. Saat ini dia tinggal bersama seorang istri

dan tiga anaknya yang masih duduk di bangku sekolah, Sedangkan istrinya hanya

seorang ibu rumah tangga. Profesi sebagai penarik becak digeluti oleh bapak Heri

sejak masih lajang. Setelah tamat SMU, bapak Heri pernah bekerja sebagai kuli

bangunan, mengetest untuk masuk menjadi militer, dan akhirnya menjadi seorang

penarik becak sampai sekarang ini. Alasan bapak Heri menyukai pekerjaan ini karena

dia tidak suka di perintah oleh orang lain. Seperti penuturannya berikut:

“Enaknya narik becak ini, awak gak bisa di perintah - perintah sama orang. Terus waktu kerja pun terserah sama kita. kalau mau gak narik dulu bisa, kan gak ada yang mau melarang” ujar bapak Heri


(33)

Motor BSA milik bapak Heri berjenis BSA 350 cc produksi tahun 1953 yang

merupakan becak dari peninggalan almarhum ayahnya. Biaya pajak becak bermotor

yang harus dikeluarkan setiap waktu pembayarannya senilai Rp.62 ribu. Bapak Heri

juga mengatakan bahwa becak BSA mempunyai perbedaan dengan kendaraan

bermotor pada umumnya. Seperti penuturannya berikut:

“Orang yang gak biasa, pasti susah peke becak BSA ini. lihat lah kalau seperti engkol dan rem BSA posisi berada di sebelah kiri tidak kayak seperti sepeda motor biasanya dia”. Tutur bapak Heri

Setiap harinya bapak Heri mulai beroperasi menarik becak mulai dari 07.00

Wib - 23.00 Wib. Tempat bapak Heri mangkal berada di Jl.Persatuan namun

terkadang juga mangkal di Jl.Gotong Royong. Di pangkalan Jl. Persatuan ini, para

penarik becak berplat hitam dan penarik becak BSA tidak memiliki hubungan yang

cukup baik. Tak jarang juga diantara mereka sering terjadi pertengkaran adu mulut

antara satu dan yang lainnya. Pertengkaran tersebut terjadi karena menurut para

penarik becak BSA, jenis motor berplat hitam produk Jepang dan Cina tersebut

seharusnya tidak di perbolehkan untuk mengangkut penumpang. Seperti penuturan

bapak heri berikut:

“kami gak kompak sama orang itu, terkadang mau juga kami sama orang itu bertengkar adu mulut, tapi kalau berantam belum pernah“.

Sebagai salah satu alat transportasi yang melayani mobilitas dalam kota,

becak BSA tidak hanya bersaing dengan becak berplat hitam saja, tetapi juga bersaing

dengan angkot (angkutan kota). Di Siantar pertumbuhan angkot berkembang sangat

pesat. Selain daya angkutnya banyak, harga ongkos yang ditawarkan jenis alat


(34)

diminati oleh masyarakat. Menurut bapak Heri sebenarnya dulu ada kesepakatan

antara pihak angkot dengan becak BSA yaitu, angkot hanya bias beroperasi sampai

jam 6 sore, sedangkan becak beroperasi mulai jam 6 sore sampai malam hari. Tapi

saat ini, beberapa angkot masih saja ada yang beroperasi hingga malam hari.

Penghasilan bapak Heri rata - rata mencapai Rp.100 Ribu per harinya.

Menurut pengakuan bapak Heri penghasilan dari menarik becak terbilang cukup

memenuhi kebutuhan harian saja. Padahal sewaktu sebelum banyaknya jumlah

angkot yang beroperasi di Siantar, penghasilan para penarik becak terbilang cukup

memuaskan dan profesi sebagai penarik becak bisa di bilang cukup menjanjikan. Hal

ini seiring dengan penuturan bapak Hery berikut:

“Kalau dulu waktu belum banyak kali angkot, 100 ribu itu udah sejahtera kita, karena harga - harga kan masih murah. Kalau sekarang 100 ribu itu masih pas - pas aja nya itu. Minyak aja udah 20 ribu, rokok 20 ribu, belum lagi untuk anak - anak sekolah dan biaya lainnya”.

Selain mengandalkan penghasilan dari mencari penumpang, pemasukan

sampingan bapak Heri adalah mengantar jemput anak sekolahan. Setiap harinya ia

memperoleh Rp. 15.000. Biasanya untuk menghantarkan anak tersebut kesekolah

bapak Heri harus sudah siap di depan rumah anak sekolah tersebut pukul 7.30 Wib

dan juga harus menjemputnya pukul 12.00 Wib setiap harinya. Seperti perkataan

bapak heri berikut:

“selain uang masukku dari nunggu penumpang di pangkalan ini, setiap hari dari mengantar jemput anak pulang sekolah dapat gaji juga nya aku 15. Jam - jam 7 pagi kuantarkanlah anak itu kesekolahnya, baru jam 12 siang kujemput lagi orang itu. Itu pun


(35)

Tarif ongkos untuk tumpangan BSA tidak mempunyai ketetapan yang pasti.

Tarif ongkos tersebut ditetapkan berdasarkan negosiasi antara penarik becak dan

penumpang. Akan tetapi biasanya para penarik becak BSA menetapkan harga ongkos

berdasarkan jarak tujuan penumpang tersebut. Biasanya ongkos paling murah untuk

sekali menaiki kendaraan BSA paling murah minimal 10 ribu. Menurut bapak Hery,

biasa penumpang yang menaiki kendaraannya adalah orang yang ingin mengejar

waktu atau tidak mengetahui alamat tujuannya.

Dalam hal perawatan becak, bapak Heri biasanya memperbaiki becaknya

sendiri. Tapi, Berhubung karena spare part becak BSA sudah tidak ada lagi di

produksi. Biasanya bapak Heri membubutkannya di bengkel Rohim di jalan Tombak.

Tidak hanya membubut, bengkel di jalan Rohim ini juga menggunakan sistem

kanibalisme dari motor atau mobil lain. Seperti piston contohnya, mereka

menggantikannya dengan piston mobil Daihatsu Hijet/ Daihatsu Zebra. Bagian

-bagian becak BSA yang biasa dibubut oleh bapak Heri adalah shock depan, gigi tank

dan piston.

Saat ini, Organisasi becak yang masih aktif dikalangan para penarik becak

adalah organisasi BOMS (BSA Owner Motorcycle Siantar). Sepengetahuan bapak

Heri, para penarik BSA saat ini semuanya tergabung kedalam Organisasi BOMS.

Bapak Heri sendiri baru menjadi anggota BOMS sekitar 3 Tahun yang lewat.

Menurutnya organisasi BOMS sangat membantu mereka dalam banyak hal. Seperti


(36)

“Kalau Ulang Tahun BOMS, kami di bagi - bagikan orang itu nya sembako, baru kemaren ada pembagian uang sebesar 475 ribu dari PEMKO itu pun karena didesak BOMS nya itu maka kami dapat”

4.4. Interpretasi Data

4.4.1. Profesi Penarik Becak BSA Sebagai Mata Pencaharian

Menarik becak merupakan suatu lapangan pekerjaan di sektor informal. Ciri

-ciri kegiatan informal adalah mudah masuk, yang artinya setiap orang dapat kapan

saja masuk ke jenis usaha informal ini, bersandar pada sumber daya lokal, biasanya

usaha milik keluarga, operasi skala kecil, padat karya, ketrampilan diperoleh diluar

sistem formal sekolah, tidak diatur dan pasar yang kompetitif. (hhtp://

menegpp.go.id). Peningkatan jumlah becak yang masuk ke Siantar dikarenakan

menarik becak manjadi lapangan pekerjaan bagi sebahagian masyarakat Siantar.

Sebagai mata pencaharian, usaha menarik becak merupakan suatu bentuk

aktivitas yang dilakukan oleh sebahagian masyarakat Siantar untuk memenuhi

kebutuhan hidupnya. Dari hasil wawancara terhadap bapak Kartiman (73 tahun),

mengatakan bahwa pada awalnya menarik becak merupakan pekerjaan bagi

sebahagian veteran perang kemerdekaan yang harus mencari pekerjaan karena

keluarnya Peraturan Pemerintah No.6 mengenai penampungan bekas anggota perang

dan pemulihan mereka ke dalam masyarakat. Bapak Kartiman juga menjelaskan

bahwa pada awalnya pemilik dan penarik becak memakai sistem bagi hasil. Itu


(37)

meminjam dengan sistem bagi hasil. Artinya, setiap penghasilan yang di dapat dibagi

tiga, untuk pemilik becak, untuk yang membawa dan biaya servis becak itu sendiri.

Namun ketidakcocokan tersebut membuat sistem pembagian tersebut tidak

berlangsung lama. Akhirnya muncullah sistem sewa atau kontrak dan lain - lain.

Berdasarkan pengalaman bapak Kartiman sebagai penarik becak BSA pada

tahun 1960-an, menjelaskan bahwa dulunya pekerjaan sebagai penarik becak

merupakan suatu pekerjaan yang cukup menjanjikan bahkan dapat dikatakan hampir

semua penarik becak BSA memperoleh penghasilan yang mencukupi. Hal tersebut

seperti pernyataan bapak Kartiman berikut:

“kalau dulu, penghasilan sebagai penarik becak perharinya bisa untuk membeli 1 hingga 1,5 kaleng beras. Dan penghasilan 10 hari bisa untuk membeli 1 mayam emas”. (wawancara dengan bapak Kartiman pada 10 Mei 2014 di Kota Pematang siantar)

Masa - masa keemasan para penarik BSA tersebut terjadi dikarenakan pada

tahun tersebut masih sedikit angkutan umum yang beroperasi. Jenis - jenis

transportasi di masa itu yaitu Gok, sado, dan becak. Berbeda dengan sekarang jumlah

angkutan umum sudah semakin banyak bertambah. Jadi, saat ini dapat dikatakan

pekerjaan sebagai penarik becak hanya mampu untuk menyambung hidup saja. Hal

ini seiring dengan penuturan bapak Hery Zakaria berikut :

“Kalau dulu waktu belum banyak kali angkot, 100 ribu itu udah sejahtera kita, karena harga - harga kan masih murah. Kalau sekarang 100 ribu itu masih pas - pas aja nya itu. Minyak aja udah 20 ribu, rokok 20 ribu, belum lagi untuk anak - anak sekolah dan biaya lainnya”. di pangkalan Jalan persatuan pada 10 Mei 2014 di Kota Pematangsiantar).


(38)

Selain semakin bertambahnya jumlah angkutan umum, munculnya penarik

-penarik becak motor baru bermerk Pabrikan Jepang ataupun Cina seperti GL Pro,

Honda Win dll, juga turut mempengaruhi penghasilan para penarik becak BSA.

Alhasil, beberapa diantara penarik becak BSA pun terfikir untuk menjual motor BSA

nya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dapat ditarik kesimpulan bahwa para

penarik becak menjual motor BSA nya dikarenakan kondisi ekonomi yang memaksa.

Ditambah lagi tawaran harga yang cukup menggiurkan dari para peminat Motor BSA

membuat para penarik motor BSA tidak mempunyai alasan untuk mempertahan

motornya. Setelah menjual motor BSA tersebut biasanya para penarik becak tadi

menggantikan motor penggerak becaknya dengan motor pabrikan Jepang ataupun

Cina.

4.4.2. Pangkalan Becak Motor BSA

Pangkalan becak merupakan suatu tempat yang digunakan oleh para penarik

becak untuk menunggu penumpang. Di Kota Pematang Siantar, pangkalan becak

motor BSA dapat dilihat tersebar di berbagai simpang jalanan yang ada. Di kawasan

pusat kota, becak banyak tersebar di simpang jalan, seperti Jalan Cipto, Jalan

Bandung, Jalan Surabaya, Jalan Wahidin, Jalan Diponegoro, dan Jalan Suasio.

Sedangkan di tempat - tempat fasilitas Umum, para penarik becak juga biasa

mangkal di Lapangan Haji Adam Malik, Taman Bunga, Siantar Hotel, depan rumah

sakit, Stasiun kereta api, pasar, maupun setiap simpang kelurahan yang ada. Daerah

-daerah tersebut merupakan lokasi yang biasa dijadikan para penarik becak sebagai


(39)

memungkinkan beberapa diantara mereka membutuhkan jasa pengangkutan para

penarik becak.

Pada awalnya keberadaan becak di Kota Pematang Siantar, semuanya

menggunakan motor BSA sebagai penggerak becaknya. Namun, saat ini disetiap

pangkalan becak yang ada tidak hanya dihuni oleh para penarik becak motor BSA

saja, tetapi juga sudah banyak diramaikan dengan kehadiran becak motor pabrikan

Jepang ataupun Cina. Munculnya keberadaan becak jenis ini, disebabkan sudah

banyaknya para penarik becak yang menjual motor BSA nya dan menggantikannya

dengan motor pabrikan Jepang dan Cina. Disamping itu, profesi sebagai penarik

becak merupakan salah satu lapangan pekerjaan sektor informal yang mudah

dimasuki. Hal ini menyebabkan banyaknya warga Siantar memilih untuk menarik

becak. Tindakan tersebut seperti yang dilakukan salah satu penarik becak motor

pabrikan Jepang ini yakni, Bapak Pardo Simanjuntak (35 tahun) warga Jalan Pahae

Kampung Kristen, Pematang Siantar. Pada awalnya Profesi bapak Pardo adalah

Pegawai koperasi. Akan tetapi, karena penghasilan yang diperoleh dianggap tidak

cukup untuk memenuhi kebutuhan keluarga, maka ia pun beralih ke profesi sebagai

penarik becak. Dengan bermodalkan sebuah motor GL Pro dan ditambahkan “bak

penumpang” maka aktivitas sebagai penarik becak pun digeluti setiap harinya.

Berdasarkan hasil wawancara dilapangan, para penarik becak memiliki

beberapa alasan tertentu mengapa harus menjual becaknya. Selain karena Kondisi

ekonomi yang semakin mendesak, tingginya harga jual yang ditawarkan oleh pembeli


(40)

Tingginya harga jual BSA tersebut menstimulus masyarakat untuk menjual BSA nya

Hal tersebut seperti penuturan bapak Muhanawi berikut:

“sekarang udah banyak juga kawan - kawan penarik BSA lain yang udah menjual BSA nya dan menggantinya dengan motor Honda. Walaupun dia gak pengen menjualnya tapi karna kebutuhan ekonomi keluarga terpaksalah dijual. Kayak awak inilah kalau mau aja awak menjual BSA ini. Disitu ada orang Cina yang mau menampungnya. Nanti dibelinya lah becak ini 25 juta, diperbaiki dia sedikit baru dijualnya entah kemana mana 40 juta”.(wawancara dengan bapak Muhanawi (54 tahun) salah satu penarik becak yang berada di pangkalan Jalan Patuan Anggi pada 20 mei 2014 di Kota Pematang Siantar ).

Hal ini juga seiring dengan pernyataan bapak Arman berikut ini:

“Becak BSA 500 cc ini udah pernah ditawarkan orang 40 juta tapi karna masih sayang awak sama becak ini gak mau awak menjualnya. Tapi kalau ditawar 70 juta terpaksa juga lah dijual apalagi sekarang kan perawatan becak ini agak mahal juga. Tinggal kita beli ajanya motor honda kita pasang lagi bak nya dah bisa kita narik becak lagi”.(wawancara dengan bapak Arman (30 tahun) di pangkalan Jalan Merdeka pada 14 Desember 2014 di Kota Pematang Siantar)

Dengan menjual BSA tersebut, bukan berarti keadaan ekonomi bisa

terselesaikan. Uang yang diperoleh dari penjualan BSA dialokasikan untuk

menggantikan kepembelian motor yang baru. Tujuannya untuk menggantikan BSA

yang lama agar dapat menarik BSA kembali. Sisa uang dari penjualan motor hanya

dapat bertahan berkisar 6 bulan untuk menopang kebutuhan hidup sehari - hari.

Setelah itu aktifitas menarik pun kembali menjadi andalan untuk mempertahankan

ekonomi keluarga. Jadi, alasan ekonomi merupakan alasan klasik mengapa BSA

harus dijual. Jika memang kondisi ekonomi yang menjadi alasan utama, mengapa


(41)

dimanfaatkan oleh pemiliknya untuk dijual kepada siapapun yang menawarkan

dengan harga yang sesuai.

Kehadiran jenis becak baru ini, sebenarnya tidak mempunyai pengaruh yang

signifikan dikalangan para penarik becak BSA yang berada di beberapa pangkalan

becak yang ada di Kota Pematang Siantar. Karena menurut mereka, penarik becak

motor Jepang atau Cina tersebut merupakan sesama teman penarik becak yang harus

menafkahi keluarganya. Namun, di beberapa pangkalan becak perbedaan ini cukup

mempengaruhi hubungan sosial yang terjalin diantara mereka, hal ini terjadi karena

beberapa penarik becak BSA memandang bahwa kehadiran Jenis becak baru tersebut

merupakan halangan ataupun saingan dalam memperoleh penumpang.

Hal tersebut Seperti pernyataan salah seorang informan penarik becak BSA

berikut ini:

“kami gak kompak sama orang itu, terkadang mau juga kami sama orang itu bertengkar adu mulut, tapi kalau berantam belum pernah“. (wawancara dengan bapak Heri Zakaria (37 thn) di pangkalan Jalan persatuan pada 10 Mei 2014 di Kota Pematangsiantar).

Wawancara dengan bapak Heri Zakaria mengemukakan bahwa kehadiran motor

pabrikan Jepang atau Cina tersebut membuat pendapatannya semakin berkurang. Hal

tersebut terjadi karena beberapa penarik becak BSA menganggap bahwa kehadiran

becak jenis baru ini yakni, motor pabrikan Jepang ataupun Cina merupakan saingan

dalam memeperoleh penumpang. Selain itu, bapak Heri juga mengatakan bahwa

seharusnya motor berplat hitam pabrikan Jepang ataupun Cina tersebut seharusnya


(42)

2009 Tentang lalu lintas dan angkutan jalan dijelaskan bahwa semua angkutan umum

wajib memiliki izin usaha dan berplat kuning. Dari penjelasan tersebut dapat

disimpulkan bahwa becak motor pabrikan Jepang atau Cina tersebut sebenarnya

sudah melanggar peraturan yang sudah ditetapkan. Namun, walaupun di pangkalan

Jalan Persatuan ini muncul “gesekan” tapi mereka tidak pernah melakukan kontak

fisik hanya adu mulut saja.

Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di berbagai pangkalan yang ada di

Kawasan Kota Pematang Siantar dapat disimpulkan bahwa perselisihan antara sesama

penarik becak seperti di Pangkalan Jalan Persatuan tersebut hanya terdapat pada

sejumlah kecil pangkalan saja. Di beberapa pangkalan lain, hubungan sosial yang

Gambar 4.4 Suasana pangkalan para penarik becak yang ada di salah satu di Kawasan Kota Pematang Siantar yang terletak di Jalan Wahidin


(43)

terjalin sesama penarik becak cukup baik layaknya hubungan yang terbentuk antara

sesama penarik becak. Ketika menunggu penumpang datang, aktivitas yang dilakukan

para penarik becak di sekitar kawasan Kota Pematang Siantar adalah bermain catur,

memperbaiki kerusakan - kerusakan becak, ngobrol dengan teman, bahkan tak jarang

juga mereka membahas politik ataupun kebijakan pemerintah yang ada di Indonesia

4.4.3. Bengkel Becak Motor BSA

Bengkel becak Motor BSA merupakan tempat untuk pemeliharaan,

perawatan, perbaikan, modifikasi, serta melakukan pembubutan suku cadang BSA. Di

Kota Pematang Siantar, Semua becak BSA merupakan motor tua dengan tahun

pembuatan rata - rata 1941 hingga 1956. Selain itu, karena pabriknya sudah ditutup

maka suku cadangnya pun sudah tidak ada lagi beredar di pasaran. Jadi, agar becak

BSA tetap stabil, maka perawatannya pun harus lebih khusus apabila dibandingkan

dengan motor keluaran baru seperti sekarang ini.

Dalam perawatan rutin, biasanya penarik becak BSA melakukan service

sendiri untuk menjaga kestabilan becaknya. Berdasarkan pengamatan dilapangan,

peneliti menemukan bahwa hampir setiap penarik becak BSA mempunyai

kemampuan otomotif untuk memperbaiki BSA nya. Memperbaiki becak sendiri

merupakan salah satu cara yang digunakan oleh para penarik becak untuk menghemat

biaya pengeluaran. Kemampuan memperbaiki becak tersebut diperoleh dari berbagai

pengalaman yaitu, melakukan perbaikan ke bengkel, belajar dari teman, dan proses


(44)

part) seperti lemer boring, gear, shock breaker, ataupun piston para penarik becak harus melakukannya di bengkel - bengkel khusus BSA.

Setelah Indonesia merdeka, becak motor BSA sebenarnya tidak hanya ada di

Kota Pematang Siantar saja namun tersebar diseluruh penjuru tanah air. Akan tetapi

karena bengkel khusus yang melayani becak BSA hanya ada di Kota Pematang

Siantar saja, maka motor BSA hanya dapat bertahan pada kota ini. Menurut informasi

yang diperoleh peneliti dilapangan diketahui bahwa sebelum Kota Padang Sidempuan

mengenal becak Vespa, pada awalnya disana lebih dahulu dikenal becak BSA.

Namun, karena bengkel khusus yang melayani BSA tidak ada maka alat transportasi

becak BSA hanya sebentar saja dapat bertahan di kota tersebut.

Di Kota Pematang Siantar ada lima bengkel dan dua orang yang dianggap

berjasa terus melestarikan becak Siantar. Bengkel tersebut antara lain bengkel

Handayani, bengkel milik Syafii Leo, bengkel Rahayu, bengkel milik Mbah Sari, dan

bengkel bubut milik Rohim. Dua lainnya adalah bengkel khusus dinamo BSA milik

Tikno dan bengkel milik Yadi di daerah Karangsari. Sebagai sebuah bagian yang

berperan penting dalam mempertahankan keberadaan becak motor BSA, bengkel

BSA di Kota Pematang Siantar mempunyai tenaga - tenaga ahli yang memiliki

keterampilan dalam membubut suku cadang dan membedah mesin BSA. Kemampuan

tersebut di peroleh secara autodidak. Hal tersebut seperti pernyataan bapak Adi

berikut :

“pertama orang tua saya dulu buka bengkel, sewaktu itu masih bengkel sepeda. Kemudian belajar membubut BSA secara autodidak


(45)

setelah itu bengkelnya jadi bengkel becak BSA. Karena dasarku memang sekolah STM, setiap hari kulihat, kemudian kupraktekkan sekarang bengkel ini aku yang melanjutkan”. (wawancara dengan bapak Adi (35 tahun)pemilik bengkel Handayani pada 15 desember 2014 di Kota Pematang Siantar)

Hal ini sejalan dengan bapak Syfe’i berikut:

“keahlian pembubutan sparepart BSA ini dimiliki oleh montir - montir di Siantar belajarnya secara autodidak. Pembubutan suku cadang BSA ini hampir sama layaknya dengan pembubutan seperti biasanaya”(wawancara dengan bapak Syfe’i (pemilik bengkel Leo) pada 8 Mei 2014 di Kota Pematang Siantar)

Semakin berkurangnya jumlah becak motor BSA berdampak buruk terhadap

penghasilan para pemilik bengkel. Menurut pengakuan para pemilik bengkel BSA,

sewaktu masih banyak becak BSA yang beroperasi di Kota Pematang Siantar, mereka

kerap sekali kewalahan menghadapi kunjungan pelanggan yang ingin memperbaiki

BSA nya. Namun sekarang ini, dalam dua hari sekali pun belum tentu ada penarik

becak yang hadir untuk memperbaiki becaknya.

4.4.4. BOM’S (BSA Owner Motorcycles Siantar) Sebagai Organisasi Penarik

Becak BSA di Kota Pematang Siantar

BOM’S merupakan suatu wadah sebagai tempat berkumpulnya para

pengguna, pemilik, dan pencinta motor BSA. Organisasi ini dibagi menjadi dua divisi

yaitu, divisi biker/ pencinta (roda dua) mempunyai misi hanya sosial saja, sedangkan

pada devisi becak (roda tiga) mempunyai tujuan untuk mempertahankan Cagar

Budaya motor BSA yang sekaligus merupakan simbol budaya Siantar yang memiliki


(46)

memajukan anggota - anggotanya yang semuanya merupakan para penarik becak

BSA di Kota Pematang Siantar.

Menurut Bapak Kusma Erizal Ginting (Ketua BOM’S Pusat) mengatakan

bahwa, Kehadiran BOM’S di tengah masyarakat Pematang Siantar bukan hanya

semata sebagai sarana ajang berkumpulnya para pemilik BSA saja, tetapi juga untuk

melestarikan sepeda motor BSA yang hampir punah.

BOM’S mulai terbentuk pada 25 Juli 2006 yang lalu, dimana pada saat yang

sama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan Pemerintah Kota Pematang Siantar

berencana menerbitkan peraturan daerah yang memungkinkan sepeda motor baru

buatan Jepang dan Cina menggantikan sepeda motor BSA. Dalih pemerintah kota dan


(47)

DPRD, ingin meremajakan becak motor ini. Padahal secara tidak langsung tindakan

ini akan menghilangkan Ikon budaya yang semestinya dilestarikan..

Untuk menanggapi Wacana Perda tentang peremajaan BSA tersebut, BOM’S

yang beranggotakan para tukang becak dan masyarakat yang peduli akan kelestarian

becak BSA pun melakukan berbagai perjuang. Bentuk perjuangan yang dilakukan

adalah aksi protes ke jalan dan melakukan penekanan dengan pelayangan surat - surat

Somasi ke Pemko dan DPRD Pematangsiantar. Alhasil, wacana Perda mengenai

peremajaan becak BSA tersebut pun berhasil digagalkan. Akan tetapi perjuangan

BOM’S tidak sampai disitu saja. Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti

terhadap Bapak Erizal Ginting (Ketua BOM’S) ada beberapa tuntutan yang diajukan

oleh BOM’S terhadap pemerintah Kota Pematang Siantar. Tuntutan itu semuanya

tergabung kedalam EMTURABS (Empat Tuntutan Rakyat Bikers Becak BSA

Siantar) diantaranya yaitu:

1. Memintan dicabutnya perda yang berencana menghapuskan keberadaan becak

BSA

2. Meminta diadakan pemutihan terhadap administrasi surat BSA karena sebagian

besar BSA tidak memiliki surat disamping itu becak BSA juga merupakan hasil

daur ulang dari kendaraan sekutu pada masa lampau.

3. Meminta dibuatkan perda yang menyatakan bahwa BSA ini merupakan satu

-satunya kendaraan pariwisata resmi selain kendaraan umum di Kota Pematang


(48)

4. Meminta dilahirkannya perda oleh DPRD yang berisikan bahwa BSA adalah

benda cagar budaya yang harus dilindungi maka untuk itu dilarang terjadinya

becak - becak keluar dari Pematang Siantar melalui proses jual beli atau proses

apapun.

Dari beberapa butir tuntutan diatas saat ini yang sudah terlaksana hanya point no.1

dan no.2 saja. Seperti penuturan Bapak Erizal Ginting (Ketua BOM’S ) berikut :

“Dari keempat tuntutan tersebut dua hal sudah terpenuhi yaitu point 1 dan 2. Maka pada tahun 2008 semua BSA sudah memiliki surat kepemilikan kendaraan bermotor. Sementara itu, pada point 3 dan 4 masih dalam perjuangan”. (wawancara pada 5 Mei 2014 di Pematangsiantar)

Apabila tuntutan pembuatan perda pada point ketiga sudah berhasil disetujui,

maka makna yang terkandung dari tuntutan tersebut adalah menjadikan becak BSA

sebagai kendaraan pariwisata satu - satunya sehingga para penarik becak BSA ini

mendapatkan penghasilan tambahan. Selain itu, untuk menghindari terjadinya

persaingan kendaraan global seperti mopen dan becak buatan Jepang, guna

mengantisipasi banyaknya jumlah mopen yang saat ini semakin membludak

pertumbuhannya. Secara teknis yang harus dilakukan pemerintah adalah me- manage nya dengan travel perjalanan dan mencetak voucer yang disebarkan dengan lembaga pariwisata sehingga wisatawan yang ingin berkunjung wajib menggunakan kedaraan

becak BSA ini sebagai transportasi tour.Seperti tour sejarah, kuliner, maupun agro wisata.


(49)

tersebut merupakan benda cagar budaya. Akan tetapi, karena becak tersebut juga

merupakan hak milik pribadi, maka para pemilik becak BSA ini juga berhak

memperjual belikan. Oleh karena itu pemerintah harus membelinya dengan dana

APBD. Sehingga apabila ada pemilik becak BSA yang ingin menjual ketika di beli

maka BSA ini disimpan dan ketika ada masyarakat Siantar yang ingin membeli

kembali diwajibkan memiliki beberapa syarat diantaranya, memiliki kartu tanda

penduduk (KTP) bukti bahwa merupakan warga kota Pematang Siantar, motor BSA

tersebut digunakan sebagai becak, dan apabila ingin menjual kembali maka harus

dijual kembali ke pemerintah daerah.

Struktur Organisasi BOM’S

1. Ketua Umum : H. Kusma Erizal Ginting, SH

2. Wakil Ketua : Edi Santoso

3. Wakil Ketua : Nusa Lin/Ahuang (Ketua Divisi Biker)

4. Wakil Ketua : Safii R (Ketua Divisi Becak)

5. Sekretaris : Nur Hadi Wibowo

6. Wakil Sekretaris : Hamdan

7. Wakil Sekretaris : Sugeng PR

8. Bendahara : Glori Losari/ Aseng

9. Wakil Bendahara : Bahari

10. Wakil Bendahara : Rianto Nasution

11. Bidang Organisasi : Supriadi

12. Bidang Humas : Tono

13. Bidang Humas : Loso


(50)

15. Bidang Kes/Log : Suhendra Saputra

16. Bidang Kes/Log : Nazaruddin R

17. Bidang Keg : Hermanto

18. Bidang Keg : Yatmianto

19. Bidang Keg : Edi Wirya, SH

Pada awal keberadaan becak BSA, ada beberapa organisasi paguyuban becak

BSA yang ada di Kota Pematang Siantar diantaranya CV Karbevsi (Karyawan becak

veteran Siantar Simalungun), CV BPM (Becak Pembangunan Maju), CV Cinta Maju,

dan Firma Gabe Mas. Namun saat ini yang masih aktif memperjuangkan keberadaan

becak BSA hanyalah BOM’S saja.

Berbeda dengan organisasi sebelumnya, dalam organisasi BOM’S tidak

dikutip iuran dalam bentuk apapun. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh para

penarik BSA agar dapat menjadi anggota BOM’S yaitu, memiliki becak BSA sendiri

dan aktif dalam mengikuti kegiatan - kegiatan Organisasi. Dalam menjaga

eksistensinya sebagai ikon Kota Pematang Siantar, BOM’S yang beranggotakan para

penarik becak BSA sering mengadakan kegiatan konvoi seputar jalanan di Kota

Pematang Siantar. Selain itu, BOM’ juga sering diundang untuk turut memeriahkan


(51)

4.4.5. Strategi Adaptasi Penarik Becak BSA

4.4.5.1. Modifikasi Tampilan Becak

Sebelum dijadikan sebagai alat transportasi pengangkutan umum, motor BSA

awalnya masih beroda dua. Ciri Khas motor BSA antara lain, pada bagian lampu

berangka besar terbuat dari logam dengan bentuk bulat dan lampu sedikit cembung.

Bentuk lampu ini masih bertahan dan banyak dipakai hingga motor - motor masa

kini. Pada bagian tangki, bentuk tangkinya bulat dengan ukuran besar dan melebar

dibagian kiri dan kanan terdapat logo perusahaan. Pada bagian tempat duduk hanya

cukup untuk pengemudi saja, dengan bentuk segitiga. Sedangkan pada bagian stang,

model yang dipakai sudah menjadi standar pabrikan sepeda motor ini, karena

didesain supaya pengemudi merasa nyaman dan mudah membawa motor tersebut.

Kemudian untuk menjadikannya sebagai becak ditambahkanlah kabin penumpang.

Untuk menyesuaikan dengan situasi dan kondisi yang ada, para penarik becak

menggunakan strategi adaptasi yaitu, pada kabin penumpang yang awalnya memiliki

model bak sampan (bak pikul) yang terbuat dari kayu dan beratap lipat. Dengan

alasan modernisasi bak ini kemudian dirubah dengan menambahkan per (pegas)

antara sispan (chasis) dan bak penumpang. Selain itu jarak sispan juga di

perhitungkan sekitar 25 cm diatas permukaan tanah. Ukuran ini diperkirakan mampu

membuat becak tetap stabil. Untuk bak penumpang juga mengalami perombakan

secara total. Pada bak penumpang ini di tambahkan kaca pada bagian depannya


(52)

bagian body dari bak juga di tambahkan plat besi agar lebih tahan dari air. Tempat duduk penumpang juga diberikan busa, agar penumpang lebih nyaman ketika duduk.

Sedangkan pada bagian ban disebelah tempat duduk dipasang penutup sebagai

penahan rembesan tanah atau lumpur lalu dibelakang kabin tersebut dibuat sedikit

ruang kecil berpagar berpagar besi, berfungsi untuk tempat barang - barang bawaan

penumpang seperti bagasi.

Namun, perombakan BSA tersebut hanya dilakukan pada saat awal - awal

keberadaan becak bermotor BSA saja. Berdasarkan keterangan para penarik becak

BSA, sewaktu mereka membeli becak BSA yang mereka kendarai, sebelumnya

memang sudah terpasang lengkap dengan bak penumpangnya. Hal ini seiring dengan

penjelasan salah satu pemilik bengkel BSA yakni, bapak Adi (35 tahun) yang

Gambar 4.6Tampilan motor BSA sebelum dan setelah ditambahkan kabin penumpang


(53)

mengungkapkan bahwa saat ini motor roda dua BSA sudah tidak pernah lagi

dirombak untuk dijadikan motor menjadi kendaraaan BSA roda tiga ataupun becak

BSA. Malahan justru sebaliknya, sekarang ini BSA roda tiga lah yang dirubah

menjadi motor BSA beroda dua oleh kelompok kolektor pencinta motor BSA.

Untuk memperbaiki tampilan becak BSA agar terlihat lebih menarik,

beberapa penarik becak BSA mengecat ulang bodi becak, mengganti tenda yang

rusak, bahkan menambahkan aksesoris. Tujuan dari tindakan ini adalah untuk

membuat penumpang terasa semakin nyaman dan meningkatkan minat penumpang

untuk menaiki becak motor BSA. Dari informasi yang diperoleh dari penarik becak

dilapangan mengungkapkan bahwa biaya yang harus dikeluarkan untuk pengecatan

kembali bodi becak berkisar 400 ribuan. Untuk bagian atap, karena merupakan

berbahan terpal maka seiring dengan berjalannya waktu maka kerusakan pun akan

terjadi. Biaya yang harus dikeluarkan untuk mengganti terpal yang rusak sebesar 200

ribuan, Sedangkan aksesoris BSA yang biasa dipakai seperti karet tangki seharga 200

- 300 ribuan tergantung modelnya dan lampu mata kucing seharga sekitar 200 ribuan.


(54)

4.4.5.2. Pembuatan Suku Cadang (sparepart) BSA melalui Pembubutan

Sejak perusahaan BSA sudah di tutup pada tahun 1973 maka otomatis suku

cadang BSA pun tidak ada lagi beredar dipasaran. Agar motor BSA senantiasa berada

pada kondisi yang baik dan dapat difungsikan sebagaimana semestinya, masyarakat

Siantar terutama pemilik motor BSA, mulai belajar membedah mesin dan akhirnya

mampu menciptakan onderdil sendiri untuk motor BSA. Upaya pembuatan suku

cadang sendiri melalui proses pembubutan merupakan salah - satu strategi adaptasi

dalam menghadapi kendala kelangkahan suku cadang akibat pabrik BSA yang tidak

berproduksi lagi.

Untuk memenuhi kebutuhan akan suku cadang, para penarik becak BSA

biasanya memanfaatkan suku cadang kendaraan lain yang dianggap cocok untuk di

modifikasi dan dibentuk kembali sesuai dengan suku cadang motor yang diperlukan.

Teknik ini dilakukan dengan cara membubut komponen yang ada sehingga sama

persis dengan bentuk dan ukuran bagian suku cadang motor BSA yang asli.

Kebanyakan spare part BSA dikerjakan secara manual dengan cara pembubutan.

Teknologi pembubutan suku cadang ini penting untuk dikembangkan

berkaitan dengan eksistensi penarik becak BSA tersebut. Menurut Suhartini (dalam

Haryatno 2012 : 197) perkembangan yang terwujud karena adanya inovasi (discovery

maupun invention) dan difusi inovasi mempercepat proses teknologi, industrialisasi, dan urbanisasi. Ketiga komponen tersebut secara bersama menghasilkan proses


(55)

disadari atau tidak oleh masyarakat, sebenarnya menciptakan keinginan dan harapan

-harapan baru dan memberikan cara yang memungkinkan adanya peningkatan

kesejahteraan manusia.

Saat ini ciri khas becak BSA yang masih Asli adalah tangki mesin berisi 12

liter dengan logo BSA, stang berkrom, speedometer BSA (kebanyakan sudah tidak

berfungsi lagi) dan velg. Mulai dari platina, karburator, busi, tidak ada lagi yang suku

cadang asli BSA. Semuanya merupakan hasil pembubutan di bengkel - bengkel yang

secara khusus melayani suku cadang BSA. Suku cadang BSA juga sangat mudah

ditiru. BSA bisa menerima onderdil dari sepeda motor atau mobil lain. Seperti

karburator BSA dapat diganti dengan karburator kawasaki binter atau RX king,


(1)

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini dengan judul :

“STRATEGI ADAPTASI PENARIK BECAK SIANTAR” (Studi Kasus Pada Penarik Becak di Kecamatan Siantar Utara) guna memenuhi syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana dari Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan Skripsi ini Penulis banyak menghadapi berbagai hambatan, hal ini disebabkan oleh keterbatasan wawasan penulis, kurangnya pengalaman serta sedikitnya wacana yang menyangkut bahan penelitian yang ditemukan oleh peneliti. Akan tetapi, atas berkah-Nya semua hambatan tersebut dapat di lalui, sehingga penulisan Skripsi ini dapat terselesaikan. Hal ini tak luput dari keluarga dan teman -teman yang selalu memberikan motivasi dan dorongan serta doa. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang turut serta dalam membantu penulisan Skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih yang sebesar - besar nya kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin,M.Si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. Lina Sudarwati,M.Si, selaku Ketua Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Rizabuana, M.Phil.,PhD selaku dosen wali dan dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, pemikiran, saran, evaluasi, serta motivasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Seluruh Staf Pengajar dan Staf Administrasi Departemen Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara Khususnya Departemen


(2)

5. Teristimewa buat keluarga yaitu kedua orang tua penulis, bapak dan Ibu yang selalu memberikan perhatian yang besar, mendidik dan selalu membimbing penulis dengan serius semenjak kecil hingga saat ini dengan penuh rasa kasih sayang dan selalu memanjat kan doa - doa yang tiada hentinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Begitu bang Ghandi Sitompul, kak Ira, kak Citra Sitompul,Bima Sitompul, dan Anisa Sitompul yang sangat penulis sayangi. Terima kasih atas doa dan dukungannya.

6. Buat bang Reza Sos’08, terimakasih atas segala kontribusi dan motivasinya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

7. Bapak H.K. Erizal Ginting, Bapak Kartiman, dan Para penarik becak di Siantar terimakasih atas segala bantuannya. Semoga becak motor BSA selalu tetap lestari di Kota Pematang Siantar.

8. Seluruh teman - teman Asrama Putra, Bg Ando Syahputra, Bg Budi Satiano, Bg Said Reza Pahlevi, Bg Rozi, Bg Anto, Bg Adi Putra Marpaung, Sony Togatorop, Adrian Ansari, Dani, Saipul Bahri dan teman lainnya, tetap semangat dalam hidup ini. Semoga angin kesuksesan berada di sekitar kita.

9. Buat seluruh teman-teman stambuk Sos’09 dan juga komunitas JC yang selalu kompak dan membantu satu sama lain. Thank you very much Bro.

10. Semua pihak yang turut membantu yang tidak bisa disebutkan satupersatu. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penulisan skripsi ini. Akan tetapi penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan dari kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Januari 2015 Penulis,


(3)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAKSI ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... i KATA PENGANTAR……. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ii DAFTAR ISI……… ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... iv DAFTAR TABEL… ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……...vi DAFTAR GAMBAR……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……...vii BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah.. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... .1 1.2 Rumusan Masalah……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... .8 1.3 Tujuan Penelitian……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... .8 1.4 Manfaat Penelitian……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... .8 1.5 Defenisi Konsep...……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... .9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Strategi Adaptasi..……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 12 2.2 Becak Bermotor Sebagai Alat Transportasi di Berbagai Belahan Dunia ……... 28 2.2.1 Sejarah Perkembangan Becak...……... ……... ……... ……... ……... ……... 28 2.2.2 Konfigurasi Becak Bermotor di Indonesia…... ……... ……... …….. ……... 33 2.2.3 Becak Bermotor Sebagai Alat Transportasi di Kota Pematang Siantar……... 40 2.2.3.1 Sejarah Becak Bermotor di Kota Pematang Siantar.. ……... ……... ……... 40 2.2.3.2 Terancam Punahnya Keberadaan Becak BSA di Kota Pematang Siantar….45

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian….……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 48 3.2 Lokasi Penelitian..……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 48 3.3 Unit Analisis dan Informan……..……... ……... ……... ……... ……... ……... 48 3.3.1 Unit Analisis…. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 48 3.3.2 Informan……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 49 3.4 Teknik Pengumpulan Data……...……... ……... ……... ……... ……... ……... 50 3.4.1 Data Primer…... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 50 3.4.2 Data Sekunder...……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 51 3.5 Interpretasi Data...……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 51 3.6 Jadwal Kegiatan... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 51 3.7 Keterbatasan Penelitian………... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 52

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian……. ……... ……... ……... ……... ……... ……... 54 4.1.1 Sejarah Kecamatan Siantar Utara……. ……... ……... ……... ……... ……... 54


(4)

4.2 Jumlah Transportasi dan Panjang Jalan Kota Pematang Siantar. ……... ……... 60 4.2.1 Jumlah Transportasi….. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 60 4.2.2 Panjang Jalan… ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 62 4.3 Profil Informan.. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 65 4.4 Interpretasi Data Penelitian.……...……... ……... ……... ……... ……... 80 4.4.1 Profesi Penarik Becak BSA Sebagai Mata Pencaharian.……...……... 80 4.4.2 Pangkalan Becak Motor BSA………... ……... ……... ……... ……... ……... 82 4.4.3 Bengkel Becak Motor BSA….. ……... ……... ……... ……... ……... ……... 87 4.4.4 BOM’S (BSA Owner Motorcycles Siantar) Sebagai Organisasi Penarik

Becak BSA di Kota Pematang Siantar…….. ……... ……... ……... ……... ……... 89 4.4.5 Strategi Adaptasi Penarik Becak BSA..……... ……... ……... ……... ……... 95 4.4.5.1 Memodifikasi Tampilan Becak……..……... ……... ……... ……... …….. 95 4.4.5.2 Pembuatan Suku Cadang (Spare Part) Melalui proses Pembubutan ……... 98 4.4.5.3 Memanfaatkan Jaringan Sosial……... ……... ……... ……….. 101 4.4.5.4 Melakukan Pekerjaan Sambilan…….……... ……... ……... ……... . 105 4.4.5.5 Menambah Jam Kerja ……... ……... ……... ……... ……... ……... . 107

BAB V PENUTUP

5.1 Kesimpulan…….. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……..110 5.2 Saran…… ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……..111


(5)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Periodik Populasi Becak BSA di Pematang Siantar…….. ……... ……... 46 Tabel 4.1 Luas Wilayah. Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk dan

Kepadatan Penduduk Menurut Kelurahan Tahun 2008…….……... ……... ……... 57 Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Kelurahan Tahun 2008…58 Tabel 4.3 Jumlah Rumah Tangga. Penduduk. dan Rata - rata jiwa Per Rumah

Tangga Menurut Kelurahan Tahun 2008…...……... ……... ……... ……... ……... 59 Tabel 4.4 Jumlah Angkutan Umum dan Status Kepemilikan Angkutan Umum

di Kota Pematang Siantar Dirinci Menurut Jenis Angkutan..……... ……... ……... 60 Tabel 4.5 Panjang Jalan Menurut Permukaan Jalan di Kota Pematang Siantar…… 62 Tabel 4.6 Panjang Jalan di Kota Pematang Siantar Berdasarkan Jenis


(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 1.1 Tampilan Motor BSA Tipe M20 dan Motor BSA Tipe ZB31.. ……... 5 Gambar 2.1 Becak dengan tenaga penggerak manusia……..……... ……... ……... 29 Gambar 2.2 Becak yang di kayuh dengan menggunakan kedua kaki

dari belakang penumpang yang Umumnya ditemukan di Jakarta…………. ……... 31 Gambar 2.3 Bajaj….. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 33 Gambar 2.4 Becak Motor Vespa di Sidempuan…….……... ……... ……... ……... 35 Gambar 2.5 Helicak.. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 36 Gambar 2.6 Bemo…. ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... 37 Gambar 2.7 Kendaraan Kancil……...……... ……... ……... ……... ……... ……... 38 Gambar 2.8 Bapak Kartiman Narasumber Sejarah Becak BSA…… ……... ……... 43 Gambar 4.1 Informan pertama Bapak Muhanawi di pangkalan

Jalan Patuan Anggi... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... …….. 65 Gambar 4.2 Informan kedua Bapak Edi di kawasan pangkalan Jalan wahidin……. 71 Gambar 4.3 Informan ketiga Bapak Heri Zakaria di pangkalan Jalan Persatuan…. 76 Gambar 4.4 Suasana pangkalan para penarik becak yang ada di salah satu di

Kawasan Kota Pematang Siantar yang terletak di Jalan Wahidin…. ……... ……... 86 Gambar 4.5 Bapak H.K. Erizal Ginting, SH (Ketua BOM’S Pusat). ……... ……... 90 Gambar 4.6 Tampilan motor BSA sebelum dan setelah ditambahkan kabin

Penumpang….……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... ……... …….. 96 Gambar 4.7 Jenis Aksesoris BSA yakni, Karet Tangki dan Lampu Mata Kucing…97 Gambar 4.8 Proses Pembubutan…… ……... ……... ……... ……... ……... …….. 99