Strategi Adaptasi Penarik Becak Siantar (Studi Kasus Pada Penarik Becak di Kecamatan Siantar Utara)

ABSTRAK
Becak merupakan alat untuk mengangkut orang atau barang dalam jumlah
kecil, menggunakan dasar sepeda atau motor yang dimodifikasi menjadi kendaraan
beroda tiga yang dilengkapi dengan kabin penumpang. Berbeda dengan daerah lain,
di Kota Pematang Siantar becak ditarik oleh Birmingham Small Arms (BSA) tua,
yaitu motor pabrikan Inggris yang awalnya diciptakan untuk kendaraan berperang.
Menurut UU Nomor 5 Tahun 1992 Becak Motor Siantar merupakan salah
satu cagar budaya yang harus dilestarikan untuk kemajuan kebudayaan Nasional
Indonesia. Keberhasilan Kota Pematang Siantar dalam melestarikan motor BSA ini
justru membuat banyak orang tertarik untuk mengoleksinya sehingga kerap sekali
menawarkan harga yang cukup tinggi untuk mendapatkannya. Karena alasan
ekonomi, saat ini beberapa penarik becak BSA sudah menjual motor BSAnya dan
menggantikannya dengan motor pabrikan Jepang ataupun Cina. Hal ini menjadi
perhatian tersendiri bagi peneliti dikarenakan Becak BSA merupakan Cagar Budaya
harus dilestarikan dan apabila tidak, maka peredaran becak ini akan terancam punah.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi penarik becak dalam
mempertahankan profesinya sebagai penarik becak BSA. Metode penelitian yang
digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara mendalam, pengamatan, serta studi kepustakaan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa para penarik becak BSA menggunakan
strategi adaptasi untuk mempertahankan eksitensinya. Ada beberapa strategi yang

digunakan diantaranya memodifikasi tampilan becak, pembuatan suku cadang sendiri
melalui proses pembubutan, memanfaatkan jaringan sosial, dan melakukan strategi
adaptasi ekonomi yaitu melakukan pekerjaan sambilan dan menambah jam kerja.

Kata kunci: Strategi adaptasi, Becak BSA, Cagar budaya, Kota Siantar

i
Universitas Sumatera Utara