Analisis Pengaruh Slice Thickness Terhadap Citra CT Scan Dengan Kasus Sinus Paranasal Pengguna Gigi Palsu Implan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sinus paranasal merupakan sinus atau rongga pada tulang berada sekitar
nasal atau hidung. Rongga hidung berisi ruangan-ruangan udara yang
berhubungan dengan rongga hidung. Ruangan-ruangan udara tersebut disebut
sinus paranasalis. Sinus paranasal ada empat bagian, dan terdapat di tulang
wajah antara lain sinus frontalis pada os frontalis, sinus ethmoidalis pada os
ethmoidalis, sinus sphenoidalis pada os sphenoid dan sinus maxillaris pada os
maxilla. Sinusitis paranasal merupakan peradangan pada selaput permukaan sinus
paranasal, sesuai dengan rongga yang terkena sinusitis, yang terdiri dari empat
bagian yaitu sinus maksila, sinus etmoidal, sinus frontal dan sinus sphenoidal.
Sinus yang terbesar dari sinus paranasal adalah sinus maxillaris dengan bentuk
yang piramidal. Daerah sinus merupakan pertemuan keadaan patologis pada gigi
dan paranasal. Patologis pada rongga mulut dapat meluas ke sinus, dan patologis
dalam sinus dapat mencapai proseseus alveolaris maksila (Brontrager, 2001).
Sebagian gigi berada pada daerah rahang atas atau maxilla, yang dekat
dengan sinus maxillaris, kelainan atau kerusakan pada gigi dapat menyebabkan
gigi terlepas, sehingga diperlukan gigi pengganti ataupun gigi tiruan yang berguna
sebagai protesa gigi lepasan untuk menggantikan permukaan pengunyahan dan

struktur-struktur yang menyertainya dari suatu lengkung gigi rahang atas dan
rahang bawah. Basis protesa individual dapat dibuat dari logam atau campuran
logam, yang biasanya menggunakan polimer, yang dipilih berdasarkan
keberadaannya, kestabilan dimensi, karakteristik penanganan, dan warna
(Kenneth, 2003).
Gigi tiruan lepasan dibuat untuk orang yang memerlukan gigi pengganti
gigi yang hilang/ompong dalam mulut. Berbagai macam bahan pembuat gigi
tiruan seperti bahan valplast yang merupakan bahan yang lentur dan kuat untuk
estetika, bahan metal yang biasanya untuk untuk gigi rahang bawah sebagai
pengunyah dan bahan akrilik merupakan bahan yang ekonomis. Pada saat ini
umumnya untuk lebih percaya diri bagi orang yang hilang/ompong sering

1

2

meggunakan gigi palsu, behel bahan metal, namun saat pemeriksaan sinus
paranasal atau gigi palsu bahan metal tersebut dapat mengganggu pencitraan
pemeriksaan Sinus Paranasal dengan menggunakan modalitas CT Scan.
Pemeriksaan CT-Scan Sinus Paranasal merupakan pemeriksaan radiologi yang

umumnya pada kasus mess, lesi atau tumor dapat menggunakan irisan CT Scan
dengan potongan axial dan potongan coronal, pada gambar CT-Scan Sinus
Paranasal menunjukkan kelainan dari sinus,dan memperlihatkan dekstruksi
tulang mempunyai peranan penting untuk perencanaan terapi serta menilai respon
terhadap radioterapi (Ballinger,1995). Ini merupakan kelebihan CT Scan sinus
paranasal dibandingkan dengan foto radiografi konvensional Sinus Paranasal
(Amstrong, 1989).
Pemeriksaan Sinus Paranasal sering terdapat artefak yang mengganggu
citra CT Scan. Secara umum, artefak merupakan suatu gangguan pada tampilan
citra CT Scan atau adanya sesuatu dalam citra. Artefak didefinisikan sebagai
pertentangan/ perbedaan antara rekonstruksi CT Number dalam citra dengan
koefisien atenuasi yang sesungguhnya dari objek yang diperiksa (Seeram, 2001).
Untuk menghindari artefak tersebut pada pemeriksaan Sinus Paranasal
dapat dilakukan dengan gantry tilting sehingga diperoleh, citra yang lebih baik
dan akurat. Pada CT Scan terdapat berbagai faktor yang mempengaruhi kualitas
citra, seperti range, volume investigasi, faktor expose, field of view,gantry tilt dan
Slice thickness. Slice thickness merupakan tebalnya irisan atau potongan dari
objek yang diperiksa. Nilainya dapat dipilih antara 1 mm-10 mm sesuai dengan
keperluan klinis. Ukuran yang tebal akan menghasilkan gambaran dengan detail
yang rendah sebaliknya dengan ukuran yang tipis akan menghasilkan detail-detail

yang tinggi. Bila ketebalan meninggi akan timbul gambaran-gambaran yang
mengganggu seperti garis dan bila terlalu tipis gambaran akan terlihat tidak halus
(Sprawls, 1995).
Slice thickness yang tebal mengurangi ketajaman pada bidang atau (axis
craniocaudal), ketajaman pada tepi struktur organ juga berkurang pada gambar
transaksial. Dan semakin meningkat tebal slice thickness kemungkinan terjadinya
partial volume artefak semakin besar sehingga gambar tampak kabur. Matriks
gambar terdiri dari picture elemen atau pixel. Sebuah pixel merupakan elemen

3

dasar dari gambar digital dua dimensi. Setiap pixel pada gambar CT Scan
berhubungan dengan voxel (volume element) pasien voxel memiliki dimensi
bidang yang sama dengan pixel tetapi termasuk juga slice thickness. Setiap pixel
pada gambar CT Scan menampilkan rata-rata atenuasi sinar x dari jaringan dalam
suatu voxel (Sprawls, 1995).
Pemilihan slice thickness pada saat pembuatan gambar CT Scan
mempunyai pengaruh langsung terhadap spatial resolusi yang dihasilkan. Dengan
slice thickness yang meningkat (tipis) maka spasial rasolusi gambar semakin
baik, demikian sebaliknya. Namun pengaruh yang berbeda terhadap dosis radiasi

yang diterima oleh pasien. Semakain tipis irisan, dosis radiasi semakin tinggi dan
berlaku sebaliknya (Seeram, 2001).
Berdasarkan hal tersebut maka penulis akan mengkaji lebih lanjut tentang
“Analisis Pengaruh slice thickness terhadap citra CT Scan dengan kasus sinus
paranasal pengguna gigi palsu implan”.

1.2 Rumusan Masalah
Rumusan Masalah pada penelitian ini yaitu : “Bagaimana pengaruh slice
thickness terhadap citra CT Scan sinus paranasal pada pengguna gigi palsu
implan?

1.3 Batasan Masalah
Untuk membatasi permasalahan pada penelitian ini dibahas tentang
pengaruh slice thickness terhadap kualitas citra CT Scan yaitu pengaruh artefak,
detail/tingkat ketajaman dengan kasus CT Scan sinus paranasal pengguna gigi
palsu implan yang berada pada sebelah kanan atas dengan pengukuran densitas
citra.

1.4 Tujuan Penelitian
1. Untuk memperoleh kualitas citra CT Scan Sinus paranasal yang lebih

akurat dengan mengurangi artefak.
2. Untuk mengetahui pengaruh slice thickness pada tingkat ketajaman citra CT
Scan Sinus Paranasal.

4

1.5 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat pada penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh slice thickness terhadap
artefak yang ada pada citra ct scan Sinus Paranasal pengguna gigi palsu
implan.
2. Menambah pengetahuan bagi petugas CT Scan tentang pengaruh slice
thickness terhadap detail citra CT Scan sinus paranasal pada pengguna gigi
palsu implan.

1.6 Sitematika Penulisan
Sistematika penulisan yang disampaikan dalam tugas akhir ini, penulis
membagi atas beberapa BAB yang terdiri dari :
BAB I :


PENDAHULUAN
Dalam bab ini penulis membahas mengenai Latar belakang, Rumusan
Masalah, Batasan masalah, Tujuan Penelitian, dan Manfaat Penelitian.

BAB II :

TINJAUAN PUSTAKA
Dalam

bab

ini

penulis

membahas

mengenai

Gigi


dan

Komponennya,Bahan Gigi Implan, Sinus paranasal, Artefak, Slice
thickness, Prinsip kerja CT Scan,Densitas, dan Densitometer.
BAB III : METODELOGI PENELITIAN
Dalam bab ini berisikan tentang Tempat Penelitian, Alat dan Bahan
Penelitian, Prosedur Pemeriksaan dan Pengukuran citra CT Scan
dengan Densitometer, dan Flow Chart Penelitian.
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN
Berisi tentang data-data yang diperoleh selama penelitian serta
pembahasan mengenai hasil penelitian Analisis Pengaruh slice
thickness terhadap citra CT Scan dengan kasus sinus paranasal
pengguna gigi palsu implan di RS Pirngadi Medan.
BAB V :

KESIMPULAN DAN SARAN
Berisi tentang kesimpulan yang merupakan jawaban dari tujuan dalam
penelitian yang dilakukan serta saran yang mungkin dapat bermanfaat
untuk penelitian selanjutnya.