Perbedaan Efek Ekstrak Jintan Hitam terhadap Candida albicans Denture Stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™)

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Jintan hitam (Nigella sativa ) merupakan tanaman herbal yang biasa digunakan
sebagai bumbu makanan dan memiliki berbagai efek untuk keperluan medis.1,2 Jintan
hitam berasal dari daerah Eropa Selatan, Afrika Utara, dan barat daya dari Asia, serta
telah dibudidaya didaerah Mediteranian, Eropa Utara, India, Pakistan, Syria, Turki,
dan Arab Saudi.3 Menurut Badan Pusat Statistik (2005), penggunaan tanaman jintan
hitam di Indonesia pada industri besar dan menengah sebesar 274 ton. Selain itu,
perkiraan kebutuhan konsumsi tanaman ini untuk bumbu pada tahun 2008 yaitu
sebesar 226 ton dengan konsumsi per kapita per tahun sebesar 0,001 kg. Di Indonesia,
jintan hitam tersedia di pasar tradisional dan di impor dari negara India.4
Jintan hitam banyak digunakan secara tradisional untuk mengobati berbagai
penyakit.1,3,5-9 Beberapa penelitian telah dilaporkan mengenai aktivitas biologis dari
jintan hitam, salah satunya sebagai antifungal.2,3,5-10 Adapun senyawa aktif yang
terdapat dalam jintan hitam yaitu timokuinon, timohidrokuinon, ditimokuinon, timol,
karvakrol,1-3,5-7,9,10 p-cymene,1,3,5-7,10 alpha-pinen,1,3,7,9,10 4-terpineol, t-anethol,
longifolene, dll.3,6 Dari senyawa aktif tersebut, zat yang mempunyai efek antifungal


yaitu timokuinon,3,10,11 timol,11,12 dan karvakrol.12
Oral candidiasis adalah penyakit infeksi oportunistik pada rongga mulut yang

disebabkan oleh infeksi jamur Candida .13,14 Etiologi utama oral candidiasis adalah
Candida albicans yang merupakan flora normal dalam rongga mulut manusia.13-16

Namun, apabila jamur ini tumbuh berlebihan, maka jamur ini akan menjadi patogen
oportunistik.13-15 Pertumbuhan jamur yang berlebihan merupakan tanda telah terjadi
perubahan pada rongga mulut dan perubahan ini disebut faktor predisposisi.16-18
Adapun faktor predisposisi lokal terjadinya oral candidiasis yaitu pemakaian gigi
tiruan, penggunaan obat steroid secara inhalasi, laju aliran saliva yang berkurang,
kanker rongga mulut, serta mengonsumsi gula dalam jumlah yang tinggi. Faktor

Universitas Sumatera Utara

2

predisposisi sitemik yaitu pertambahan usia, perokok, penderita diabetes melitus yang
tidak terkontrol, imunosupresi, defisiensi nutrisi, serta pengunaan antibiotik spektrum

luas dalam jangka waktu yang lama.13,17,18
Pada umumnya, penyakit ini sering ditemukan pada orang yang berusia lanjut
dimana sistem imun mengalami penurunan, serta pada pemakai gigi tiruan yang tidak
dilepas dan dibersihkan.13-16 Oral candidiasis yang berhubungan dengan pemakaian
gigi tiruan disebut chronic atrophic candidiasis atau yang lebih dikenal dengan
Denture Stomatitis (DS).13,16,18,19 Insidensi terjadinya DS yaitu 65-70% dari pemakai

gigi tiruan.13,18 Penelitian Bhat dkk (2013) di India mengemukakan dari 55 orang
pemakai gigi tiruan penuh, 27 orang (50%) diantaranya menderita DS. Dari 27 orang
penderita tersebut, 13 orang (48%) diantaranya positif Candida albicans.19 Penelitian
Monroy dkk (2005) di Meksiko mengemukakan dari 50 orang penderita DS, pada
membran mukosa penderita ditemukan Candida albicans 51,4%, Staphylococcus
aureus 52,4%, dan Streptococcus mutans 67,6%, sedangkan pada gigi tiruan

penderita ditemukan Candida albicans 66,7%, serta Staphylococcus aureus dan
Streptococcus mutans masing-masing 49,5%.20
Denture stomatitis dapat mengakibatkan rasa nyeri, rasa tidak nyaman pada

mulut, gangguan pengecapan, dan sulitnya menelan makanan.13,16,17 Pada pasien
imunosupresi, infeksi dapat menyebar melalui pembuluh darah dan sistem

gastrointestinal sehingga menyebabkan infeksi sistemik dan angka kematian akibat
infeksi sistemik yaitu 71-79%.13 Penyakit DS dapat diobati dengan menggunakan
obat-obat antifungal seperti Nystatin ataupun obat-obatan golongan azole seperti
Fluconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, dll. Akan tetapi, obat-obatan tersebut
mempunyai efek samping yaitu timbulnya gangguan pada sistem gastrointestinal
seperti mual, muntah, dan diare, serta efek samping terberat adalah hepatotoksik dan
resistensi obat.12,13 Oleh karena itu, para peneliti lebih banyak beralih untuk meneliti
tanaman herbal karena dianggap lebih aman untuk dikonsumsi daripada obat modern
dengan tujuan untuk mengurangi efek samping pada tubuh.12
Penelitian Mashhadian dan Rakhshandeh (2005) di Iran mengemukakan
ekstrak metanol jintan hitam mempunyai daya antimikroba terhadap Candida

Universitas Sumatera Utara

3

albicans yang berasal dari luka, vagina, urin, dan tenggorokan.12 Penelitian Raval,

Shah, Suthar, dan Ganure (2010) di India juga mengemukakan ekstrak jintan hitam
dapat menghambat pertumbuhan beberapa strain fungi, salah satunya diperoleh dari

Microbial Type Culture Collection (MTCC) yaitu Candida albicans-MTCC-183.10

Penelitian Haloci, Manfredini, Toska, Vertuani, Ziosi, Topi, dan Kolani (2012) di
Italia mengemukakan ekstrak biji jintan hitam mempunyai efek antimikroba
terhadap Candida albicans (ATCC® 2091™).2 Penelitian Rahmawati, Al-Anwary, dan
Sasongkowati (2012) di Surabaya, Indonesia juga mengemukakan adanya pengaruh
pemberian infusa (rebusan) jintan hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans
yang diambil dari biakan murni. Pada penelitian Rahmawati didapat nilai Kadar
Hambat Minimum (KHM) adalah 20% sedangkan nilai Kadar Bunuh Minimum
(KBM) adalah 40%.11
Dari penelitian terdahulu, dapat diketahui bahwa jintan hitam mempunyai
efek terhadap Candida albicans. Namun, belum terdapat penelitian yang
menggunakan Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis dan
Candida albicans yang dihasilkan oleh American Type Culture Collection, yaitu
Candida albicans (ATCC® 10231™). Selain itu, belum terdapat penelitian yang

membandingkan tentang strain fungi yang diisolasi dari denture stomatitis dan biakan
murni. Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang “Perbedaan
efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida
albicans (ATCC® 10231™)”.


1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut : Apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan
hitam terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC®
10231™)?

Universitas Sumatera Utara

4

1.3 Tujuan Penelitian
a. Tujuan Umum
1. Untuk mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida
albicans denture stomatitis.

2. Untuk mengetahui berapa konsentrasi Kadar Hambat Minimum (KHM)
dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) dari ekstrak jintan hitam terhadap Candida
albicans (ATCC® 10231™).


b. Tujuan Khusus
Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam
terhadap Candida albicans denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC®
10231™).

1.4 Hipotesa Penelitian
Hα : Terdapat perbedaan efek ekstrak jintan hitam terhadap Candida albicans
denture stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™).

1.5 Manfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan mendapatkan nilai KHM
dan KBM dari ekstrak jintan hitam terhadap pertumbuhan Candida albicans denture
stomatitis dan Candida albicans (ATCC® 10231™).

b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian
lanjutan.


Universitas Sumatera Utara