Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap Staphylococcus Aureus Dan Candida Albicans Diisolasi Dari Denture Stomatitis

(1)

Lampiran 1

Skema Alur Pikir

Latar Belakang

1. Daun sirih merah (Piper crocatum) adalah salah satu obat tradisional yang memiliki aktivitas antibakteri, antiseptik dan antijamur. (Rinanda T dkk., 2012; Bangash FA dkk., 2012)

2. Daun sirih merah (Piper crocatum) mengandung senyawa organik seperti polifenol, flavonoid, tanin, alkaloid dan minyak esensial. (Lister INE dkk., 2014; Juliantina RF dkk., 2012; Candrasari A dkk., 2012; Syahrinastiti TA dkk., 2015)

3. Penelitian Juliantina F, dkk tahun 2010 melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki kemampuan antibakteri terhadap Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) 25% dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) 25%. (Juliantina F dkk., 2010)

4. Denture stomatitis adalah proses inflamasi yang terutama melibatkan mukosa palatal di rongga mulut yang ditutupi oleh gigitiruan penuh atau sebagian. (Costa F dkk., Aoun G dkk., 2015; Monroy., 2005)

5. Penelitian Bhat V tahun 2013 di India mengemukakan dari 55 orang pemakai gigitiruan penuh, 27 orang (50%) diantaranya menderita DS. Dari 27 orang penderita tersebut, 13 orang (48%) diantaranya positif Candida albicans. ( Bhat V dkk., 2013)

6. Penelitian Monroy tahun 2004 di Meksiko mengemukakan dari 50 orang pasien Atropic Denture stomatitis dengan pH rata-rata 5,2 ditemukan pada membran mukosa yaitu Candida albicans 51,4%, Staphylococcus aureus

52,4% dan Streptococcus mutans 67,6%, sedangkan pada gigitiruan penderita ditemukan Candida albicans 66,7% dan Staphylococcus aureus dan

Streptococcus mutans adalah 49,5%. (Monroy TB dkk., 2005)

7. Kebersihan Gigi tiruan merupakan faktor penting dalam pencegahan dan pengobatan DS. Untuk itu, banyak Modalitas dari perawatan mulut dan


(2)

teknik pembersihan gigitiruan seperti yang telah disarankan menggunakan sikat gigi mekanik, dan sterilisasi microwave menggunakan pembersihan kimia seperti sabun, tablet effervescent dan obat kumur. (Aoun G dkk., 2015) 8. Penelitian Candrasari tahun 2012 melaporkan bahwa ekstrak daun sirih merah memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 20%, 40%, 80% dan 100% sedangkan terhadap Candida albicans ATCC 10231 memiliki daya hambat pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80% dan 100%. (Candrasari A dkk., 2012) 9. Penelitian Reveny (2011) mengatakan bahwa daya hambat pertumbuhan

bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans diperoleh KHM dari ekstrak etanol 80% sirih merah adalah 2,5% dan 10%. (Reveny J dkk., 2011)

10. Penelitian junairiah (2014) di Surabaya menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan ekstrak methanol sirih merah dapat menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus, E. coli serta Candida albicans.(Junairiah dkk., 2015)

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

4. Berapakah zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus diisolasi dari denture stomatitis?

5. Berapakah zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Candida albicans

diisolasi dari denture stomatitis?


(3)

merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis?

Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

3. Sebagai data dan informasi bagi perkembangan ilmu kedokteran gigi mengenai zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus

dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis.

4. Sebagai data awal untuk melakukan penelitian lanjutan.

Manfaat Praktis

Sebagai data untuk dokter gigi bahwa ekstrak daun sirih merah mempunyai sifat antibakteri dan antijamur.

Tujuan Penelitian

4. Untuk mengetahui zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan

Staphylococcus aureus diisolasi dari denture stomatitis.

5. Untuk mengetahui zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis.

6. Untuk mengetahui perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis.


(4)

Lampiran 2

Skema Alur Penelitian

1. Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah

Daun sirih merah dicuci dan dikering dalam lemari pengering dengan suhu 30-40oC

Campur bubuk dengan etanol 96%

Masukkan ke dalam botol perkolasi, atur tetesan agar penarikan ekstrak maksimal (20 tetes per menit)

Haluskan dengan blender sampai jadi bubuk kering

Tambah etanol secara terus menerus dan tetap dijaga agar tidak kering, hentikan apabila cairan sudah berubah warna menjadi bening

Setelah proses perkolasi selesai, selanjutnya proses rotavaporasi yaitu menguapkan etanol pada larutan, Ambil panci dan masukkan hasil perkolasi kedalam panci tersebut, aduk sampai mengental

Setelah mengental dan volumenya sudah berkurang, pindahkan larutan ke cawan yang lebih kecil agar lebih mudah diaduk. Cawan dipanaskan diatas beaker glass yang berisi air

Setelah kental hentikan rotavaporasi, pindahkan ekstrak ke suatu wadah

Ekstraknya di masukka ke dry freezer agar diperoleh kadar etanol yang lebih rendah


(5)

2. Isolasi Bakteri Staphylococcus aureus dan Jamur Candida albicans dari Pasien Denture stomatitis

Pasien disuruh puasa selama ± 3 jam

Spesimen diambil dengan cara swab dengan menggunakan kapas lidisteril pada daerah yang terkena Denture stomatitis

Pemeriksaan langsung : dengan pewarnaan Gram. Identifikasi hasil pewarnaan Gram Staphylococcus sp

dan Candida sp

penanaman Candida sp. pada media Sabaroud Dextrose Agar

(SDA) untuk melihat Candida albicans

Penanaman Staphylococcus sp.

pada media Mannitol Salt Agar

(MSA) untuk melihat

Staphylococcus aureus

Pemeriksaan tidak langsung dengan penanaman pada media Blood Agar. Identifikasi Staphylococcus sp dan

Candida sp

Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam untuk

Staphylococcus aureus sp

Inkubasi pada suhu 37oC selama 48 jam untuk Candida sp

Untuk mendapatkan konsentrasi masing-masing dilarutkan dalam 100 ml Dimetil Sulfoksida (DMSO). Ekstrak daun sirih merah 50 % adalah 50 gr/100 ml = 0,5 gr/ml, 25% adalah 25 gr/100 ml = 0,25 gr/ml, 12,5% adalah 12,5 gr/100 ml = 0,125 gr/ml dan 6,25% adalah 0,0625gr/ml.


(6)

3. Uji Antimikroba

Siapkan 16 disk kosong untuk uji Staphylococcus aureus dan 16

disk kosong untuk Candida albicans. Kemudian masukkan kedalam botol ekstrak sirih merah pada masing-masing disk.

Sediakan 8 cawan petri yang berisi MHA, 4 petri untuk Staphylococcus aureus dan 4 petri untuk Candida albicans

kemudian ambil biakan Staphylococcus aureus dan Candida albicans dengan ose masukkan ke media dan distreak/gores

Kemudian dilakukan pengukuran diameter yang bebas koloni (zona bening) dengan menggunakan kaliper geser

Zona hambat yang terbentuk diukur sebanyak dua kali yaitu pengukuran secara diameter vertikal dan diameter horizontal

Kemudian hasilnya ditambahkan dan dibagi dua dan catat hasilnya

Disk yang telah direndam dengan ekstrak daun sirih merah diletakkan ke media dengan pinset dengan cara menekankan sedikit ke media

MHA

Inkubasi selama 24-48 jam dengan suhu 37oC


(7)

Lampiran 3

DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

ZONA HAMBAT EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Candida albicans DIISOLASI DARI DENTURE STOMATITIS

IDENTITAS SAMPEL

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

No Telp/HP :

RIWAYAT SAMPEL

1. Apakah Bapak/Ibu memiliki penyakit sistemik ( sakit gula, darah tinggi, jantung, dll )

a. Ya b. Tidak

2. Bila jawaban diatas tidak, apakah Bapak/Ibu sedang meminum obat dari dokter?

a. Ya b. Tidak

STATUS GIGITIRUAN


(8)

2. Apakah Bapak/Ibu membuka gigitiruannya pada malam hari? ……… 3. Apakah Bapak/Ibu membersihkan gigitiruannya setiap hari?

………..

4. Apa yang Bapak/Ibu gunakan untuk membersihkan gigitiruan? ………..

PEMERIKSAAN INTRA ORAL

1. Gigitiruan longgar a. Ya

b. Tidak

2. Eritema pada jaringan mukosa dibawah gigitiruan a. Ada

b. Tidak ada


(9)

Lampiran 4

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth:

Bapak/Ibu

...

Bersama ini saya, Lara Veronika (umur 21 tahun) yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, memohon kesedian Bapak/Ibu untuk berpatisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :

ZONA HAMBAT EKSTRAK DAUN SIRIH MERAH TERHADAP

Staphylococcus aureus DAN Candida albicans DIISOLASI DARI DENTURE STOMATITIS

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui larutan ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam beberapa konsentrasi dapat menghambat pertumbuhan

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis dan untuk mengetahui perbedaan zona hambat larutan ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan

Candida albicans diisolasi dari Denture stomatitis. Pada penelitian ini Bapak/Ibu akan menjalani prosedur penelitian. Pertama-tama Bapak/Ibu akan diberikan kuesioner dan akan dilakukan pemeriksaan terhadap keadaan rongga mulut dan gigitiruan. Kemudian akan dilakukan pengambilan bakteri pada daerah yang terinfeksi dengan batang kapas steril.


(10)

membutuhkan waktu sekitar 5-10 menit. Selama penelitian tidak akan terjadi masalah atau komplikasi yang serius.

Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Bapak/Ibu untuk berpatisipasi dalam penelitian saya ini saya ucapkan terima kasih.

Lara Veronika

Fakultas kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Telp : 085278068065

Medan, 2016


(11)

Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN

(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis kelamin :

Alamat :

Menyatakan telah membaca lembar penjelasan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Lara Veronika yang berjudul Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari DENTURE STOMATITIS dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.

Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.

Medan, 2016 Pembuat Pernyataan

(...)


(12)

(13)

Lampiran 7

Tabel hasil penelitian zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus

No Konsentrasi (%)

Diameter zona hambat (mm)

I II III IV

1 2 3 4 6,25 12,5 25 50 0 10,5 13,5 16,5 0 10 14 17 0 10 13,5 16,5 0 10,5 13,5 17

Tabel hasil penelitian zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Candida albicans

No Konsentrasi (%)

Diameter zona hambat (mm)

I II III IV

1 2 3 4 6,25 12,5 25 50 0 9 13,5 17 0 8 14 17,5 0 8 14,5 17,5 0 9,5 14,5 17


(14)

Lampiran 8

Group Statistics

Uji N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

6,25% staphylococcus aureus 4 .0000 .00000a .00000

Candida albicans 4 .0000 .00000a .00000

12,5% staphylococcus aureus 4 10.2500 .28868 .14434

Candida albicans 4 8.6250 .75000 .37500

25% staphylococcus aureus 4 13.6250 .25000 .12500

Candida albicans 4 14.1250 .47871 .23936

50% staphylococcus aureus 4 16.7500 .28868 .14434

Candida albicans 4 17.2500 .28868 .14434


(15)

Independent Samples Test

Levene's Test for

Equality of Variances t-test for Equality of Means

F Sig. t df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

Std. Error Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

12,5% Equal variances

assumed 13.500 .010 4.044 6 .007 1.62500 .40182 .64178 2.60822

Equal variances not

assumed 4.044 3.870 .017 1.62500 .40182 .49441 2.75559

25% Equal variances

assumed 2.455 .168 -1.852 6 .114 -.50000 .27003 -1.16074 .16074

Equal variances not

assumed -1.852 4.523 .129 -.50000 .27003 -1.21674 .21674

50% Equal variances

assumed . . -2.449 6 .050 -.50000 .20412 -.99947 -.00053

Equal variances not


(16)

Staphylococcus aureus

Descriptives

pengulangan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

6,25% 4 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

12,5% 4 10,1250 ,25000 ,12500 9,7272 10,5228 10,00 10,50

25% 4 13,6250 ,25000 ,12500 13,2272 14,0228 13,50 14,00

50% 4 16,7500 ,28868 ,14434 16,2907 17,2093 16,50 17,00

Total 16 10,1250 6,50769 1,62692 6,6573 13,5927 ,00 17,00

Test of Homogeneity of Variances

pengulangan

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(17)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: pengulangan LSD

(I) konsentrasi (J) konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

6,25% 12,5% -10,12500* ,16137 ,000 -10,4766 -9,7734

25% -13,62500* ,16137 ,000 -13,9766 -13,2734

50% -16,75000* ,16137 ,000 -17,1016 -16,3984

12,5% 6,25% 10,12500* ,16137 ,000 9,7734 10,4766

25% -3,50000* ,16137 ,000 -3,8516 -3,1484

50% -6,62500* ,16137 ,000 -6,9766 -6,2734

25% 6,25% 13,62500* ,16137 ,000 13,2734 13,9766

12,5% 3,50000* ,16137 ,000 3,1484 3,8516

50% -3,12500* ,16137 ,000 -3,4766 -2,7734

50% 6,25% 16,75000* ,16137 ,000 16,3984 17,1016

12,5% 6,62500* ,16137 ,000 6,2734 6,9766

25% 3,12500* ,16137 ,000 2,7734 3,4766


(18)

Candida albicans

Descriptives

pengulangan

N Mean Std. Deviation Std. Error

95% Confidence Interval for Mean

Minimum Maximum Lower Bound Upper Bound

6,25% 4 ,0000 ,00000 ,00000 ,0000 ,0000 ,00 ,00

12,5% 4 8,6250 ,75000 ,37500 7,4316 9,8184 8,00 9,50

25% 4 14,1250 ,47871 ,23936 13,3633 14,8867 13,50 14,50

50% 4 17,2500 ,28868 ,14434 16,7907 17,7093 17,00 17,50

Total 16 10,0000 6,77495 1,69374 6,3899 13,6101 ,00 17,50

Test of Homogeneity of Variances

pengulangan

Levene Statistic df1 df2 Sig.


(19)

Multiple Comparisons

Dependent Variable: pengulangan LSD

(I) konsentrasi (J) konsentrasi

Mean Difference

(I-J) Std. Error Sig.

95% Confidence Interval Lower Bound Upper Bound

6,25% 12,5% -8,62500* ,33072 ,000 -9,3456 -7,9044

25% -14,12500* ,33072 ,000 -14,8456 -13,4044

50% -17,25000* ,33072 ,000 -17,9706 -16,5294

12,5% 6,25% 8,62500* ,33072 ,000 7,9044 9,3456

25% -5,50000* ,33072 ,000 -6,2206 -4,7794

50% -8,62500* ,33072 ,000 -9,3456 -7,9044

25% 6,25% 14,12500* ,33072 ,000 13,4044 14,8456

12,5% 5,50000* ,33072 ,000 4,7794 6,2206

50% -3,12500* ,33072 ,000 -3,8456 -2,4044

50% 6,25% 17,25000* ,33072 ,000 16,5294 17,9706

12,5% 8,62500* ,33072 ,000 7,9044 9,3456

25% 3,12500* ,33072 ,000 2,4044 3,8456


(20)

40

DAFTAR PUSTAKA

1. Rinanda T, Zulfitri, Alga DM. Antibacterial activity of red betel (piper crocatum) leaf methanolic extracts aginst methicillin resistant staphylococcus aureus. Proceedings of The 2nd Annual International Conference Syiah Kuala University & The 8th IMT-GT Uninet Biosciences Conference. Banda Aceh, 2012; 2(1): 270-5.

2. Bangash FA dkk. In-vitro antibacterial activity of piper betel leaf extracts. J App Pharm 2012; 3(4): 639-46.

3. Puspitasari D, Apriasari ML. Antifungal test of piper betle linn leaf 35% on

candida albicans. Jurnal PDGI 2012; 61(2): 53-6.

4. Lister INE, Fauziah S, Zein R, Manjang Y, Munaf E. Comparison of indonesian medical herbal red betel and green betel leaves for the removal of lead from aqueous solution. J of Chem and Pharm Research 2015; 7(9): 254-63.

5. Juliantina RF, Citra MDA, Nirwani B, Nurmasitoh T, Bowo ET. Manfaat sirih merah (piper crocatum) sebagai agen anti bacterial terhadap bakteri gram positif dan gram negatif. JKKI 2012.

6. Candrasari A, Romas MA, Hasbi M, Astuti OR. Uji daya antinikroba ekstrak etanol daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav) terhadap pertumbuhan

staphylococcus aureus ATCC 6538, eschericia coli ATCC 11229 dan candida albicans ATCC 10231 secara in vitro. Biomedika 2012; 4(1): 9-16.

7. Syahrinastiti TA, Djamal A, Irawati L. Perbedaan daya hambat ekstrak daun sirih hijau (piper betle l) dan daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav) terhadap pertumbuhan escherichia coli. Jurnal kesehatan andalas 2015; 4(2): 421-4.

8. Sendy VAA, Pujiastuti P, Ermawati T. Daya antibakteri ekstrak daun sirih merah (piper crocatum) terhadap porphyromonas gingivalis. Artikel hasil penelitian mahasiswa 2014.

9. Junairiah, Nurhariyati T, Ni’matuzahroh, Suwito H. Effectiveness of piper crocatum ruiz and pav callus elicitation as antimicrobial agents. J Appl Environ and Bio sci 2015; 5(4): 197-201.


(21)

41

10. Costa F, Manaia CM, Figueiral MH, Pinto E. Genotypic analysis of candida albicans isolates obtained from removable prosthesis wearers 2008: 1-4.

11. Monroy TB, Maldonado VM, Martinez FF, Barrios BA, Quindos G, Vargas LOS. Candida albicans, staphylococcus aureus and streptococcus mutans

colonization in patients wearing dental prosthesis. Med Patol Oral Cir Bucal 2005; 10: 27-30.

12. Aoun G, Saadeh M, Berberi A. Effectiveness of hexetidine 0,1% compared to chlorhexidine digluconate 0,12% in eliminating candida albicans colonizing dentures: a randomized clinical in vivo study. J of Int Oral Health 2015; 7(8): 5-8.

13. Dangi YS, Soni ML, Namdeo KP. Oral candidiasis: a review. Int J Pharn Pharm Sci 2010; 2(4): 36-41.

14. Bhat V dkk. Prevalence of candida associated denture stomatitis (CADS) and speciation of candida among complete denture wearers of south west coastal region of Karnataka. NUJHS 2013; 3(3): 59-63.

15. Akpan A, Morgan R. Review: oral candidiasis. Postgrad Med J 2002; 78: 455-9. 16. Pinto TMS, Neves ACC, Leao MVP, Jorge AOC. Vinegar an as antimicrobial

agent for control of candida spp. in complete denture wearers. J Appl Oral Sci 2008; 16(6): 385-90.

17. Reveny J. Daya antimikroba ekstrak dan fraksi daun sirih merah (piper betle Linn). J ilmu dasar 2011; 12(1): 6-12.

18. Dewi S, Handayani N, Ngaisah S, Setyowati EN. Aktivitas antibakteri minyak atsiri daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav). Alchemy J penelitian kimia 2013; 9(2): 33-40.

19. Zuraida AR dkk. In vitro micropropagation of a valuable medicinal plants, piper crocatum. Int J Pure App Biosci 2015; 3(3): 10-6.

20. Azzahra F, Lukmayani Y, Sadiyah ER. Isolasi dan karekterisasi alkaloid dari daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav). Prosiding penelitian spesia Unisba 2015: 45-52.


(22)

42

21. Puzi WS, Lukmayani Y, Dasuki UA. Isolasi dan identifikasi senyawa flavonoid dari tumbuhan daun sirih merah (piper crocatum ruiz & pav). Prosiding penelitian spesia unisba 2015: 53-61.

22. Lister INE, Viany RD, Nasution AN, Zein R, Manjang Y, Munaf E. Antimicrobial activities of methanol extract of Sirih Merah ( piper crocatum L) leaft. J of Chem and Pharm Research 2014; 6(12): 650-4.

23. Erviana R, Purwono S, Mustofa. Active compounds isolated from red betel (piper crocatum Ruiz & Pav) leaves active against streptococcus mutans through its inhibition effect on glucosyltransferase activity. J Med Sci 2011; 43(2): 71-8. 24. Akiyama H, Fujii K, Yamasaki O, Oono T, Iwatsuki K. Antibacterial action of

several tannins against staphylococcus aureus. J of Antimicrobial Chemotherapy 2001; 48: 487-91.

25. Chopde N, Jawale B, Pharande A, Chaudhari L, Hiremath V, Redasani R. Microbial colonization and their relation with potential cofactors in patients with denture stomatitis. The J of Contemporary Dental Practice 2012; 13(4): 456-9. 26. Jawetz, Melnick and Adelberg’s. Medical microbiology. 26th ed. New York: Mc

Graw Hill education, 2013: 199-201.

27. Samaranayake L. Essential microbiology for dentistry. 4th ed. China: Churchill Livingstone Elsevier, 2012: 125,187.

28. Dewi AK. Isolasi, identifikasi dan uji sensitifitas staphylococcus aureus terhadap amoxicillin dari sampel susu kambing peranakan ettawa (PE) penderita mastitis di wilayah girimulyo, kulonprogo, yogyakarta. JSV 2013; 31(2): 140-2.

29. Salerno C dkk. Candida-associated denture stomatitis. Med Oral Patol Oral Cir Bucal 2011; 16(2): 139-43.

30. Musrati ASA. Oral immune defense againts chronic hyperplastic candidosis. Dissertation. Helsinki: University of Helsinki, 2008: 18-9.

31. Mithchell TG. Medical mycology. In: Brooks GF, Carroll KC, Butel JS, Morse SA, Mietzner TA. Eds. Jawetz, Melnick & Adelberg’s. Medical microbiology. 26th ed. USA: Mc Graw Hill Medical, 2013: 694.


(23)

43

32. Meurman JH, Siikala E, Richardson M, Rautemaa R. Non-candida albicans candida yeasts of the oral cavity. Formatex 2007: 719-29.

33. Kusumaningtyas E. Mekanisme infeksi candida albicans pada permukaan sel. Lokakarya nasional penyakit zoonosis 2008: 305-7.


(24)

17

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium dengan rancangan Posttest Only Control Grup Design.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Pembuatan ekstrak daun sirih merah dilakukan di Laboratorium Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU. Pengambilan sampel dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU. Sedangkan pengkulturan dan pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU. Waktu penelitian adalah bulan maret-april 2016.

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel

Populasi : Bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albicans

Sampel : Bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari

Denture stomatitis.

Besar sampel : besar sampel dihitung dengan rumus Federer, berikut :34

Keterangan :

t = jumlah perlakuan n= jumlah sampel

Penelitian ini menggunakan 2 kelompok perlakuan yang masing-masing terdiri atas :

1. Kelompok I : Pada bakteri Staphylococcus aureus

a. Perlakuan 1 : Ekstrak daun sirih merah 50% (t-1).(n-1)>15


(25)

18

b. Perlakuan 2 : Ekstrak daun sirih merah 25% c. Perlakuan 3 : Ekstrak daun sirih merah 12,5% d. Perlakuan 4 : Ekstrak daun sirih merah 6,25% 2. Kelompok II : Pada jamur Candida albicans

a. Perlakuan 1 : Ekstrak daun sirih merah 50% b. Perlakuan 2 : Ekstrak daun sirih merah 25% c. Perlakuan 3 : Ekstrak daun sirih merah 12,5% d. Perlakuan 4 : Ektrak daun sirih merah 6,25%

Jadi perlakuannya (t) adalah : 8, maka

(8-1) . (n-1) > 15 7n-7 > 15 7n > 15+7 n > 22/7

n > 3,14 n > 4

Jumlah perlakuan ulang sampel n minimum yang diperlakukan adalah 4, artinya pada kelompok I dan II dilakukan masing-masing 4 kali pengulangan untuk mencegah terjadinya bias.

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 3.4.1 Kriteria Inklusi

1. Sampel biakan Staphylococcus aureus dan Candida albicans yang diisolasi dari penderita Denture stomatitis type III dengan kriteria sebagai berikut :

a. Laki-laki atau perempuan berusia 50-70 tahun b. Memakai gigitiruan penuh

c. Sudah memakai gigitiruan lebih dari 1 tahun d. Tidak meminum obat antibakteri dan antifungal


(26)

19

2. Sampel Staphylococcus aureus dapat tumbuh pada media Mannitol Salt Agar (MSA) dan Candida albicans dapat tumbuh pada media Sabouraud Dextrose Agar (SDA)

3. Staphylococcus aureus pada MSA akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning keemasan, koloni Candida albicans pada SDA berbentuk bulat dengan permukaan sedikit cembung, halus, licin, kadang-kadang sedikit berlipat-lipat terutama pada koloni yang berusia tua dan berwarna putih kekuningan.

3.4.2 Kriteria Eksklusi

1. Sampel yang tumbuh dari penderita denture stomatitis adalah sampel

Candida non-albicans

3.5 Variabel Penelitian

Variable tergantung :

Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albicans

diisolasi dari Denture stomatitis

Variable terkendali :

 Media Mueller Hinton Agar

(MHA)

 Suhu inkubasi 37oC

 Waktu pembiakan 24 jam pada

Staphylococcus aureus dan 48 jam Candida albicans

 Teknik pengisolasian dan pengkulturan

 Kaliper ukur zona hambat

 Waktu pengamatan

 Asal daun sirih merah

 Lamanya penyimpanan daun

Variabel Tak Terkendali

 Frekuensi pasien membersihkan gigitiruan dan melakukan kumur-kumur pada rongga mulut

Variabel Bebas :

Ekstrak daun sirih merah 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%


(27)

20

3.5.1 Variabel Bebas

Ekstrak daun sirih merah 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25%

3.5.2 Variabel Tergantung

Pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari Denture stomatitis

3.5.3 Variabel Terkendali

 Media Mueller Hinton Agar (MHA)

 Suhu inkubasi 37oC

 Waktu pembiakan 24 jam pada Staphylococcus aureus dan 48 jam Candida albicans

 Teknik pengisolasian dan pengkulturan

 Kaliper ukur zona hambat

 Waktu pengamatan

 Asal daun sirih merah

 Lamanya penyimpanan daun sirih merah

3.5.4 Variabel Tak Terkendali

 Frekuensi pasien membersihkan gigitiruan dan melakukan kumur-kumur pada rongga mulut

3.6 Definisi Operasional

Ekstrak daun sirih merah adalah sediaan pekat/kental yang diperoleh dengan mengetraksi zat aktif dari daun sirih merah menggunakan pelarut yang sesuai, kemudian hampir semua pelarut diuapkan dan massa atau serbuk yang diperoleh memenuhi standar baku yang telah ditetapkan

Ekstrak daun sirih merah 50% adalah hasil pelarutan ekstrak daun sirih merah 500 mg dalam aquabides sebanyak 1 ml


(28)

21

Ekstrak daun sirih merah 12,5% adalah hasil pelarutan ekstrak daun sirih merah 125 mg dalam aquabides sebanyak 1 ml

Ekstrak daun sirih merah 6,25% adalah hasil pelarutan ekstrak daun sirih merah 62,5 mg dalam aquabides sebanyak 1 ml

Denture stomatitis adalah suatu inflamasi yang ditandai dengan adanya eritema lokal yang kronis pada jaringan yang tertutup gigitiruan. Biasanya terjadi pada bagian palatal (rahang atas), namun juga ditemukan pada rahang bawah.

Staphylococcus aureus adalah salah satu bakteri gram positif yang berbentuk kokus tersusun seperti buah anggur.

Candida albicans adalah salah satu jenis jamur yang berbentuk bulat atau lonjong dan biasanya berwarna putih dengan permukaan yang halus dan disebut sebagai jamur dimorfik.

Mannitol Salt Agar (MSA) adalah media selektif yang digunakan untuk bakteri Staphylococcus aureus

Sabouroud Dextrose Agar (SDA) adalah media yang umum digunakan untuk jamur Candida albicans

Zona hambat adalah daerah bebas koloni (zona bening) yang diukur dengan menggunakan kaliper.

3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat

Lemari pengering, timbangan, blender, selang infus, beaker glass, sendok pengaduk, panci, kompor, dry freezer, lemari pendingin, tabung 10 ml, piring petri, inkubator, ose steril, bunsen, mancis dan kaliper.

3.7.2 Bahan

Daun sirih merah segar berumur ±3bulan, etanol 96%, , masker, sarung tangan, kapas steril, kertas saring, aluminium foil, kertas label, gelas plastik, kapas lidi steril, media Sabaroud Dextrose Agar (SDA), Mannitol Salt Agar (MSA) dan


(29)

22

3.8 Prosedur Penelitian

3.8.1 Pengambilan Daun Sirih Merah

Daun sirih merah diambil dari Sumatera. Daun yang digunakan adalah daun yang sudah tua, berumur ± 3 bulan.

3.8.2 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah

Langkah-langkah pembuatan ekstrak daun sirih merah sebagai berikut :

1. Daun sirih yang sudah dipetik, dicuci dan dikeringkan serta ditimbang selama kurang lebih 3 hari di lemari pengering dengan suhu 300-400C.

Gambar 5. Daun sirih kering (Dokumentasi)

2. Setelah itu haluskan dengan blender sehingga menjadi bubuk kering. Bubuk daun sirih ditimbang.

3. Setelah itu, campur bubuk daun sirih merah dengan pelarutnya etanol 96%.

4. Pasang botol perkolasi dan sambungkan selang infus dengan tepat. Kemudian masukkan kapas ke dalam ujung botol dan padatkan. Diatas kapas diletakkan kertas saring bulat sehingga melapisi bagian dasar botol.

5. Hasil pencampuran bubuk dan etanol dimasukkan ke tabung perkolasi dan tambahkan etanol sehingga memenuhi tabung perkolasi. Tutup tabung dengan aluminium foil serta kertas dan plastik, biarkan 24 jam.


(30)

23

Gambar 6. Proses perkolasi (Dokumentasi)

6. Setelah 24 jam, atur tetesan pada selang infus agar penarikan ekstrak maksimal yaitu sekitar 20 tetes per menit atau 1 tetes per 3 detik.

7. Tambah etanol secara terus menerus dan tetap dijaga agar tidak kering. Setelah cairan yang menetes berubah warna menjadi bening, hentikan proses perkolasi karena ekstrak yang ditarik sudah habis.

8. Setelah proses perkolasi selesai, dilakukan proses rotavaporasi yang bertujuan untuk menguapkan etanol yang terdapat pada larutan. Ambil panci dan masukkan hasil perkolasi kedalam panci tersebut.

9. Kemudian diaduk sampai mengental. Setelah mengental dan volumenya sudah berkurang, pindahkan larutan ke cawan yang lebih kecil agar lebih mudah diaduk. Cawan dipanaskan diatas beaker glass yang berisi air.

10. Setelah menjadi kental hentikan proses rotavaporasi dan pindahkan ke suatu wadah.


(31)

24

Gambar 7. Proses rotapavorasi (A) pada panci, dan (B) pada cawan kecil (Dokumentasi)

11. Ekstrak pada wadah tersebut dimasukkan ke dry freezer agar diperoleh ekstrak dengan kadar etanol yang lebih rendah. Wadah harus dilapisi aluminium foil agar tidak terjadi degradasi oleh cahaya.

12. Untuk mendapat konsentrasi masing-masing dilarutkan dalam 100 ml Dimetil Sulfoksida (DMSO). Ekstrak daun sirih merah 50 % adalah 50 gr/100 ml = 0,5 gr/ml, 25% adalah 25 gr/100 ml = 0,25 gr/ml, 12,5% adalah 12,5 gr/100 ml = 0,125 gr/ml dan 6,25% adalah 0,0625gr/ml.

3.8.3 Isolasi bakteri

a. Pengambilan bakteri dan jamur

1. Pasien diminta untuk puasa selama 3 jam sebelum pengambilan sampel 2. Spesimen diambil dengan cara swab dengan menggunakan kapas lidi steril pada daerah yang terkena Denture stomatitis

3. Pemeriksaan specimen

 Pemeriksaan langsung : dengan pewarnaan Gram. Identifikasi hasil pewarnaan Gram Staphylococcus sp dan Candida sp


(32)

25

Gambar 8. Pengambilan suspensi pada Blood Agar (Dokumentasi)

b. Pengkulturan bakteri dan Jamur

1. Penanaman bakteri Staphylococcus sp. pada media Mannitol Salt Agar

(MSA) untuk melihat Staphylococcus aureus dan penanaman Candida sp. pada media Sabaroud Dextrose Agar (SDA) untuk melihat Candida albicans yang diambil dengan ose pada media Blood Agar.

2. Inkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam untuk Staphylococcus aureus sp dan 48 jam untuk Candida sp

Gambar 8. (1) Staphylococcus aureus pada MSA, (2) Candida albicans pada SDA

3.8.4 Pengujian Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap Staphylococcus


(33)

26

1. Siapkan 16 disk kosong untuk uji Staphylococcus aureus dan 16 disk

kosong untuk Candida albicans. Kemudian masukkan ke dalam masing-masing konsentrasi yang sudah disediakan.

Gambar 10. Proses pengenceran ekstrak daun sirih merah (Dokumentasi)

2. Sediakan 8 cawan petri yang berisi MHA, 4 petri untuk Staphylococcus aureus dan 4 petri untuk Candida albicans.

3. kemudian ambil biakan Staphylococcus aureus dan Candida albicans

dengan ose masukkan ke media dan distreak/gores. Disk yang telah direndam dengan ekstrak daun sirih merah diletakkan ke media dengan pinset dengan cara menekankan sedikit ke media MHA.


(34)

27

Gambar 11. (1) Uji Staphylococcus aureus, (2) Uji Candida albicans

4. Inkubasi selama 24-48 jam dengan suhu 37oC. Amati zona hambat yang terjadi disekitar masing-masing disk. Kemudian dilakukan pengukuran diameter yang bebas koloni (zona bening) dengan menggunakan kaliper.

5. Zona hambat diukur sebanyak dua kali yaitu pengukuran diameter secara vertikal dan horizontal. Kemudian hasilnya ditambahkan dan dibagi dua. Catat hasilnya.

= Diameter horizontal = Diameter vertikal = Disk

= Zona hambat

Diameter Zona hambat = Diameter horizontal + Diameter vertikal 2


(35)

28

3.9 Analisis Data

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diproses dan diolah secara komputerisasi. Adapun uji statistik yang digunakan dalam penelitian untuk mendapatkan nilai daya hambat dari pengulangan perlakuan adalah uji deskriptif yaitu mean dan standar deviasi. Uji statistik T-Test Independen digunakan untuk mencari perbedaan yang signifikan antara zona hambat dari ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans yang diisolasi dari Denture Stomatitis. Uji LSD untuk melihat perbedaan masing-masing konsentrasi setiap percobaan.


(36)

29

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Penelitian mengenai ‘‘Zona Hambat Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture Stomatitis. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah biakan Staphylococcus aureus

dan Candida albicans yang diisolasi dari pasien denture stomatitis. Adapun jumlah sampel pada penelitian ini yaitu masing-masing satu biakan. Sampel Staphylococcus aureus dan Candida albicans dari pasien denture stomatitis yang ada di Medan.

Penderita DS merupakan pengunjung Instalasi Penyakit Mulut RSGMP FKG USU, dan dibawa ke Departemen Biologi Oral FKG USU untuk dilakukan pengambilan data dengan menggunakan lembar kuesioner. Penderita yang berhasil diambil datanya berjumlah dua orang. Dari lembar kuesioner, diperoleh data penderita berupa usia kronologis penderita pada penelitian ini adalah 50-70 tahun dengan jenis kelamin perempuan, lama pemakaian gigi tiruan 2-3 tahun, frekuensi membuka gigi tiruan 1 kali sehari, dan tipe DS yang diderita yaitu Newton’s type II dan Newton’s type III. Penderita yang memenuhi kriteria dilakukan isolasi pada daerah yang terkena DS. Hasil isolasi tersebut kemudian dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FK USU untuk identifikasi bakteri Staphylococcus aureus dan fungi

Candida albicans.

Identifikasi bakteri dan jamur dilakukan penanaman pada media Blood agar

diinkubasi pada inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Sehingga dihasilkan

Staphylococcus sp dan Candida sp. Kemudian Staphylococcus sp ditanam pada media Mannitol Salt Agar (MSA) untuk melihat Staphylococcus aureus dan Candida sp ditanam pada media Saboroud Dextrosa Agar (SDA) kemudian ditanam kemedia

Corn Meal Agar untuk memastikan Candida albicans dilihat dibawah mikroskop.

Hasil penanaman disimpan dalam inkubator selama 24 jam untuk Staphylococcus aureus dan 48 jam untuk Candida albicans pada suhu 37oC.


(37)

30

Setelah proses ekstraksi didapat ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 100%, dilakukan pengenceran dengan akuabides maka setiap tabung diperoleh ekstrak dengan konsentrasi 50%, 25%, 12,5%, dan 6,25% dan dimasukkan disc

kosong pada masing-masing tabung. Kemudian siapkan 4 piring petri yang berisi MHA ditambahkan suspensi Staphylococcus aureus dan 4 piring petri yang berisi MHA ditambahkan suspensi Candida albicans. Kemudian disc dari masing-masing konsentrasi dikeluarkan dan diletakkan pada petri yang sudah diberi tanda konsentrasi tersebut, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C, dilakukan pengamatan ada atau tidaknya zona bening pada semua piring petri yang berisi bahan uji. Penelitian ini dilakukan pengulangan sebanyak empat kali.

Gambar 12. (A) Percobaan pada Staphylococcus aureus

dan (B) Percobaan pada Candida albicans

Tabel 1. Rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis

(mm)

Percobaan

Konsentrasi

6,25% 12,5% 25% 50%

Staphylococcus aureus 0 10,25mm 13,63mm 16,75mm

Candida albicans 0 8,63mm 14,13mm 17,25mm

Zona bening (zona hambat)


(38)

31

Terbentuknya zona hambat di sekitar koloni bakteri menunjukkan adanya penghambatan pertumbuhan bakteri. Zona hambat dinyatakan dalam milimeter (mm) yang diukur dari diameter horizontal ditambah diameter vertikal kemudian dibagi dua. Semakin luas diameter zona hambat menunjukkan semakin tinggi aktivitas antibakteri dan antifungi daun sirih merah. Dari tabel 1 menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah 6,25% memperlihatkan tidak ada zona hambat pada uji

Staphylococcus aureus dan Candida albicans, karena semakin rendah konsentrasi semakin kecil zona hambat dam pada konsentrasi 6,25% bakteri sudah terhambat pertumbuhannya sehingga tidak dapat dihitung zona hambatnya, sedangkan ekstrak daun sirih merah 12,5%, 25% dan 50% dijumpai adanya zona hambat yang terbentuk pada keempat pengulangan. Rata-rata diameter zona hambat dari masing-masing ekstrak daun sirih merah 12,5%, 25% dan 50% pada uju Staphylococcus aureus

adalah 10,25 mm, 13,63 mm dan 16,75 mm. Sedangkan pada uji Candida albicans

mempunyai rata-rata diameter zona hambat masing-masing adalah 8,63 mm, 14,13 mm dan 17,25 mm. Semakin tinggi konsentrasi semakin besar zona hambat.

Tabel 2. Perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis

Konsentrasi

Percobaan

N X ± SD (mm) P

6,25% Staphylococcus aureus Candida albicans

4 4

0,00 ± 0,000 0,00 ± 0,000 12,5% Staphylococcus aureus

Candida albicans

4 4

10,25 ± 0,288 8,63 ± 0,750

0,007*

25% Staphylococcus aureus Candida albicans

4 4

13,63 ± 0,250 14,13 ± 0,479

0,114

50% Staphylococcus aureus Candida albicans

4 4

16,75 ± 0,288 17,25 ± 0,288

0,050


(39)

32

Hasil uji T-independent pada tabel 2 untuk konsentrasi 12,5% diperoleh nilai p = 0,007 (p< 0,05) yang menunjukkan adanya perbedaan rata-rata diameter zona hambat yang signifikan antara bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Pada konsentrasi 25% diperoleh nilai p = 0, 114 (p> 0,05) yang menunjukkan tidak terdapat perbedaan rata-rata diameter zona hambat yang signifikan antara bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Sedangkan pada konsentrasi 50% diperoleh nilai p = 0,05 (p = 0,05).

Tabel 3. Hasil uji komparasi ganda (LSD) Staphylococcus aureus

Konsentrasi (%) Perbandingan

Konsentrasi P 6,25% 12,5% 25% 50% 12,5% 25% 50% 6,25% 25% 50% 6,25% 12,5% 50% 6,25% 12,5% 25% 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*


(40)

33

Tabel 4. Hasil uji komparasi ganda (LSD) Candida albicans

Konsentrasi (%) Perbandingan

Konsentrasi P 6,25% 12,5% 25% 50% 12,5% 25% 50% 6,25% 25% 50% 6,25% 12,5% 50% 6,25% 12,5% 25% 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000* 0,000*

* Terdapat perbedaan yang signifikan pada p<0,05

Tabel 3 dan 4 menunjukkan bahwa ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 6,25% terhadap 12,5%, 25% dan 50% terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) dengan nilai 0,000. Ekstrak daun sirih konsentrasi 12,5% terhadap 6,25%, 25% dan 50% terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) dengan nilai 0,000, selanjutnya dengan konsentrasi 25% terhadap 6,25%, 12,5% dan 50% serta konsentrasi 50% terhadap 6,25%, 12,5% dan 25% terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) dengan nilai 0,000.


(41)

34

BAB 5 PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bahwa ekstrak daun sirih merah memiliki zona hambat terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans yang diisolasi dari denture stomatitis dan mengetahui perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih merah antara beberapa konsentrasi terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode agar diffusion test.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental yang menggunakan dua kelompok, masing-masing dengan empat perlakuan yang terdiri perlakuan 1 (ekstrak daun sirih merah 50%), perlakuan 2 (ekstrak daun sirih merah 25%), perlakuan 3 (ekstrak daun sirih merah 12,5%) dan perlakuan 4 (ekstrak daun sirih merah 6,25%). Masing-masing dari konsentrasi ekstrak daun sirih tersebut dilakukan pengulangan sebanyak empat kali dan pengulangan dilakukan dalam waktu yang bersamaan.

Prosedur penelitian yang dilakukan yaitu pada hari pertama, peneliti menyiapkan media blood agar untuk menumbuhkan bakteri dan jamur hasil isolasi dari denture stomatitis dan diinkubasi di inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Pada hari kedua, peneliti menyiapkan bakteri dan jamur yang telah tumbuh di kultur ke media Mannitol Salt Agar (MSA) untuk Staphylococcus aureus dan Sabourod Dextrosa Agar (SDA) untuk Candida albicans, kemudian diinkubasi di inkubator selama 24 jam pada suhu 37oC. Pada hari ketiga, siapkan 4 piring petri yang berisi MHA ditambahkan suspensi Staphylococcus aureus dan 4 piring petri yang berisi MHA ditambahkan suspensi Candida albicans. Suspensi tersebut disesuaikan dengan


(42)

35

dan diletakkan pada petri yang sudah diberi tanda konsentrasi tersebut, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator selama 24 jam pada suhu 37°C. Pada hari keempat, diamati zona bening yang terbentuk maka itulah yang dikatakan dengan zona hambat dan diukur dengan meggunakan kaliper.

Hasil penelitian menunjukkan tidak adanya zona hambat ekstrak daun sirih merah 6,25% terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans yang di isolasi dari denture stomatitis, melainkan terdapat zona hambat ekstrak daun sirih merah 12,5%, 25% dan 50% terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans yang di isolasi dari denture stomatitis. Pada konsentrasi 50% dan 25% ekstrak daun sirih merah paling efektif terhadap Candida albicans dibandinkan Staphylococcus aureus, tetapi pada konsentrasi 12,5% ekstrak daun sirih merah lebih efektif terhadap

Staphyloccocus aureus dibandingkan Candida albicans. Faktor yang menyebabkan perbedaan antara Staphylococcus aureus dan Candida albicans adalah antara bakteri dan jamur. Struktur dinding sel bakteri gram positif lebih sederhana, yaitu berlapis dengan kandungan lipid yang rendah (1-4 %) sehingga memudahkan bahan bioaktif masuk ke dalam sel.6 Sedangkan Candida albicans membentuk komunitasnya dengan membentuk ikatan koloni yang disebut biofilm. Biofilm merupakan koloni mikroba (biasanya penyebab suatu penyakit) yang membentuk matrik polimer organik yang dapat digunakan sebagai penanda pertumbuhan mikroba. Berfungsi sebagai pelindung sehingga mikroba yang membentuk biofilm biasanya mempunyai resisten terhadap antimikroba biasa atau menghindar dari system kekebalan sel. Berkembangnya biofilm biasanya seiring bertambahnya infeksi klinis sehingga biofilm menjadi salah satu faktor virulensi.33

Hasil uji T-Independent menunjukkan bahwa adanya perbedaan yang signifikan (p < 0,05) pada konsentrasi 12,5% ekstrak daun sirih merah.Adapun faktor yang mempengaruhi kemampuan ekstrak daun sirih merah dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur disebabkan karna adanya senyawa alkaloid, flavonoid, polifenol, tanin dan minyak atsiri.6


(43)

36

Selain penelitian ini, berbagai penelitian juga telah dilakukan oleh peneliti lain dan semua penelitian tersebut menunjukkan adanya perbedaan zona hambat antara bakteri dan jamur. Penelitian Candrasari (2012) di Surakarta mengatakan ekstrak etanol daun sirih merah memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 6538 pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80% dan100% dengan rata-rata diameter zona hambat 6,3 mm, 10,6 mm, 12,6 mm, 16,6 mm dan 17,6 mm, sedangkan terhadap pertumbuhan Candida albicans ATCC 10231 memiliki daya hambat pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80% dan 100% dengan rata-rata diameter zona hambat 8,7 mm, 10,7 mm, 13,3 mm, 12,3 mm dan 9,3 mm.6

Penelitian Bangash FA (2012) di Pakistan menggunakan ekstrak daun sirih merah dengan berbagai pelarut yaitu ethanol, chloroform dan petroleum ether terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus. Dimana rata-rata zona hambat berturut-turut 18 mm, 10mm dan 4mm.2 Penelitian Reveny J (2011) menyatakan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah konsentrasi 50%, 25% dan 12,5% terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan rata-rata zona hambat 27,9 mm, 23,6 mm dan 21,3, Staphylococcus aureus dengan rata-rata zona hambat 20,7 mm, 18,6 mm dan 15,5 mm, serta pada jamur Candida albicans dengan rata-rata zona hambat 16,5 mm, 15,2 mm dan 11,7 mm.17

Dari hasil diatas, terdapat perbedaan zona hambat antara penelitian ini dengan penelitian lain. Penelitian Junairiah (2015) di Surabaya mengatakan bahwa ekstrak methanol daun sirih merah konsentrasi 6,25%, 12,5%, 18,75% dan 25% terhadap pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ATCC 25923 dengan rata-rata zona hambat 15,0 mm, 19,4 mm, 23,1 mm dan 15,6 mm, E. coli ATCC 25922 dengan rata-rata zona hambat 18,9 mm, 20,9 mm, 22,6 mm dan 22,8 mm serta Candida albicans

ATCC 10231 dengan rata-rata zona hambat 20,5 mm, 22,9 mm, 25,1 mm dan 27,1 mm.9 Pada penelitian Junairiah, pada konsentrasi 6,25% terhadap Staphylococcus aureus nilai rata-rata zona hambat 15,0 mm, sedangkan pada konsentrasi 6,25% terhadap Candida albicans nilai rata-rata zona hambat 20,5 mm, berbeda dengan penelitian ini pada konsentrasi 12,5% terhadap Staphylococcus aureus terdapat nilai


(44)

37

rata-rata zona hambat 10,25 mm, sedangkan pada konsentrasi 12,5% terhadap

Candida albicans terdapat nilai rata-rata zona hambat 8,63 mm.

Pada penelitian Reveny J (2011) yaitu pada Staphylococcus aureus diperoleh hasil yang lebih rendah dari penelitian Reveny dan pada Candida albicans hasil penelitian ini mendekati hasil penelitian Reveny. Hal ini kemungkinan dapat disebabkan oleh keadaan tanah, curah hujan, dan lingkungan asal tanaman daun sirih merah. Selain faktor geografis, lama penyimpanan dan proses yang dilakukan untuk membuat ekstrak daun sirih merah juga dapat menyebabkan perbedaan kemampuan dalam menghambat bakteri dan jamur. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian Candrasari (2012) adalah bakteri dan jamur yang digunakan pada penelitian ini bakteri dan jamur yang diisolasi dari denture stomatitis, sedangkan Candrasari menggunakan bakteri ATCC dan jamur ATCC. Dimana produk ATCC adalah produk yang dihasilkan oleh American Type Culture Collection, dimana produk ini ditujukan hanya untuk penelitian, bukan untuk tujuan diagnostik ataupun terapeutik.

Konsentrasi suatu bahan yang berfungsi sebagai antibakteri dan antijamur merupakan salah satu faktor penentu besar kecil kemampuannya dalam menghambat pertumbuhan mikroba yang di uji. Selain itu, ukuran zona hambat dipengaruhi beberapa faktor yaitu mikroorganisme uji (strain fisiologis), medium kultur, metode uji serta kecepatan difusi zat. Perbedaan zona hambat juga dikarenakan adanya perbedaan struktur dinding sel bakteri yang mempengaruhi kerja ekstrak daun sirih merah.6

Selain itu, penyebab terjadinya perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih merah tersebut adalah Candida albicans yang diisolasi dari pasien DS tersebut kemungkinan telah mengalami resistensi sehingga efek baru terdapat pada ekstrak daun sirih merah dengan konsentrasi 12,5%. Adapun faktor yang mungkin menyebabkan terjadinya resistensi tersebut adalah penggunaan obat antifungal yang terlalu sering. Biakan Candida albicans diperoleh dari penderita denture stomatitis

yang telah menggunakan gigi tiruan selama lima tahun dengan kondisi gigi tiruan tersebut longgar, sehingga ada kemungkinan bahwa penderita telah berulang kali mengunjungi dokter gigi untuk mengobati denture stomatitis tersebut.


(45)

38

Mekanisme terjadinya resistensi tersebut dikarenakan Candida albicans

memiliki kecenderungan untuk mengalami perubahan fenotip, yang meliputi perubahan morfologi koloni dan perubahan ekspresi gen. Fenomena ini dikenal dengan istilah phenotype switching.15

Faktor lain yang mungkin menyebabkan perbedaan yaitu pelarut yang digunakan pada pembuatan ekstrak daun sirih merah. Pada penelitian ini, pelarut yang digunakan etanol 96% sedangkan penelitian Reveny menggunakan etanol 80% dan pada penelitian Junairiah menggunakan methanol sebagai pelarutnya.

Etanol tidak memberikan efek terhadap bakteri, pada penelitian Bangash (2012) etanol tanpa ekstrak digunakan sebagai kontrol negatif dan tidak terdapat zona hambat dari etanol tersebut.2 Meskipun demikian, apabila etanol digunakan sebagai pelarut dalam proses mengetraksi, maka etanol mempunyai efek. Semakin tinggi komposisi etanol yang digunakan semakin kental ekstrak yang dihasil. Dari berbagai faktor penyebab tersebut maka terdapat perbedaan zona hambat antara penelitian ini dengan penelitian lain.


(46)

39

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Dari hasil penelitian “Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis”, dapat

disimpulkan:

2. Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus

pada konsentrasi 12,5%, 25% dan 50% adalah 10,25 mm, 13,63 mm dan 16,75 mm. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah semakin besar zona hambat.

3. Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Candida albicans pada konsentrasi 12,5%, 25% dan 50% adalah 8,63 mm, 14, 13 mm dan 17,25 mm. Semakin tinggi konsentrasi ekstrak daun sirih merah semakin besar zona hambat.

4. Terdapat perbedaan yang signifikan (p < 0,005) antara zona hambat ekstrak daun sirih merah pada konsentrasi 12,5% terhadap Staphylococcus aureus dan

Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan konsentrasi yang berbeda. 2. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan sampel pasien denture stomatitis lebih banyak.


(47)

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Daun Sirih Merah

Piper crocatum atau disebut dengan daun sirih merah yang umum digunakan sebagai tanaman hias di Malaysia yang memiliki sifat obat. Obat tradisional yang berfungsi sebagai antiseptik, antidiabetik, antikanker dan penyakit infeksi. Selain itu juga dapat mengobati hepatitis, stroke, gagal ginjal, hipertensi, kandidiasis dll.19

Klasifikasi ilmiah dari daun sirih merah adalah :5 Kingdom : Plantae

Division : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Order : Piperales Family : Piperaceae Genus : Piper

Spesies : Piper crocatum Ruiz & pav

2.1.1 Morfologi Daun Sirih Merah

Sirih merah dideskripsikan sebagai tumbuhan yang merambat dan menjalar di pohon atau di pagar.

a. Daun

Daunnya tunggal, bentuk daun seperti hati, warna dasar daun hijau pada kedua permukaannya, bagian atas hijau dengan garis-garis merah jambu kemerahan, bagian bawah hijau merah tua keunguan.20

b. Batang

Batangnya bulat berwarna hijau keunguan, berbuku dan beruas dengan jarak buku 5-10 cm.21

c. Akar


(48)

6

Tanaman sirih merah lebih suka tumbuh di tempat teduh. Misalnya dibawah pohon besar yang ridang. Bisa juga tumbuh subur di tempat yang berhawa sejuk, hanya butuh 60-75 persen cahaya matahari. Dengan tumbuh si tempat teduh, daunnya akan melebar. Warna merah keunguannya yang cantik akan segera terlihat bila daunnya dibalik. Batangnya tumbuh gemuk. Namun apabila tumbuh terkena banyak air akar dan batangnya akan membusuk.21

Gambar 1. Daun Sirih Merah.22

2.1.2 Kandungan Kimia Daun Sirih Merah

Kandungan kimia daun sirih merah terdiri atas flavonoid, alkaloid, senyawa polifenolat, tanin dan minyak atsiri.4,5,6,7,8

a. Flavonoid

Berfungsi sebagai antibakteri dengan cara membentuk senyawa kompleks terhadap protein ekstraseluler yang mengganggu integritas membran sel bakteri.5

b. Alkaloid

Berfungsi sebagai obat dan aktivator kuat bagi sel imun yang dapat menghancurkan bakteri, virus, jamur dan sel kanker. Alkaloid mempunyai aktifitas antimikroba dengan menghambat esterase, DNA, RNA polymerase, dan respirasi sel serta berperan dalam interkalasi DNA. Sedangkan sebagai antifungal, secara biologi alkaloid menyebabkan kerusakan membran sel. Alkaloid akan berikatan kuat dengan ergosterol membentuk lubang atau saluran sehingga menyebabkan membran sel bocor dan kehilangan beberapa bahan intra sel seperti elektrolit (terutama kalium)


(49)

7

dan molekul-molekul kecil sehingga menyebabkan kerusakan yang tetap pada sel dan kematian sel pada jamur.6

c. Polifenol

Bersifat racun bagi bakteri yang memiliki kelompok oksidasi dapat menghambat aktivitas enzim dan menonaktifkan protein pada sel bakteri.19,23

d. Tanin

Memiliki aktivitas antibakteri, secara garis besar mekanismenya adalah toksisitas tanin dapat merusak membran sel bakteri, senyawa astrigen tanin dapat menginduksi pembentukkan ikatan senyawa kompleks terhadap enzim atau subtrat mikroba dan pembentukan suatu ikatan tanin terhadap ion logam yang dapat menambah daya toksisitas tanin itu sendiri. Tanin juga mempunyai efektif dalam menghambat pertumbuhan atau mematikan Candidaalbicans.

e. Minyak atsiri

Berperan sebagai antibakteri dan juga sebagai antifungal.24

2.1.3 Manfaat Lain dari Daun Sirih Merah

Sirih merah adalah salah satu tanaman yang sering digunakan sebagai obat tradisional. Tanaman obat potensial yang sejak dahulu diketahui memiliki berbagai khasiat obat untuk berbagai jenis penyakit.20 Efek zat aktif yang terkandung dalam daun sirih merah dapat merangsang saraf pusat. Ekstrak daun sirih merah mampu mematikan Candida albicans penyebab keputihan akut dan gatal-gatal pada alat kelamin.21 Penelitian Sendy,dkk (2014) mengatakan bahwa ekstrak daun sirih merah mempunyai daya antibakteri terhadap P. gingivalis dengan konsentrasi optimal yang digunakan adalah konsentrasi 100%.8

2.2 Denture Stomatitis

2.2.1 Etiologi Denture stomatitis

Denture stomatitis merupakan istilah yang digunakan untuk perubahan inflamasi kronis pada mukosa pendukung gigitiruan, dengan karekteristik yaitu


(50)

8

menjadi faktor penyebab denture stomatitis. Faktor resiko yang berkaitan dengan

denture stomatitis pada pemakaian gigitiruan penuh (berbeda pada gigitiruan sebagian), gigitiruan lepasan sebagian maksila (berbeda pada gigitiruan lepasan sebagian mandibular), gigtiruan yang kurang dibersihkan, memakai gigitiruan pada malam hari, kualitas gigitiruan buruk, diabetes mellitus, terapi antibiotik, defisiensi imun, vitamin A, defisiensi foliat dan besi, gangguan fungsi kelenjar saliva, obat serogenik, menggunakan tembakau dan tingkat aliran saliva.25

Candida albicans dan Staphylococcus aureus berkaitan dengan lesi-lesi pada pasien angular cheilitis, dimana Candida albicans berperan penting sebagai penyebab utama. Candida albicans dan Staphylococcus aureus merupakan mikroorganisme dengan kapasitas perlekatan yang tinggi pada mukosa mulut. Perkembangan stomatitis termasuk faktor penting, seperti perubahan saliva, serta perubahan rongga mulut lainnya. pH saliva rendah serta kabohidrat tinggi terlihat pada pasien denture stomatitis dibandingkan pasien lainnya.25

Penelitian Bhat V (2013) di India mengemukakan dari 55 orang pemakai gigitiruan penuh, 27 orang (50%) diantaranya menderita DS. Dari 27 orang penderita tersebut, 13 orang (48%) diantaranya positif Candida albicans.14 Penelitian Monroy (2004) di Meksiko mengemukakan dari 50 orang pasien Atropic Denture stomatitis

dengan pH rata-rata 5,2 ditemukan pada membran mukosa yaitu Candida albicans

51,4%, Staphylococcus aureus 52,4% dan Streptococcus mutans 67,6%, sedangkan pada gigitiruan penderita ditemukan Candida albicans 66,7% dan Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans adalah 49,5%.11

2.2.2 Klasifikasi Denture stomatitis

Berdasarkan berat inflamasi yang terjadi, denture stomatitis dibagi menjadi tiga tipe :10

1. Newton type I ditandai dengan pinpoint pada hyperemia yaitu titik-titik pendarahan yang tersebar pada seluruh atau sebagian mukosa palatum yang berkontak dengan gigitiruan.


(51)

9

2. Newton type II ditandai dengan adanya eritema meliputi seluruh daerah yang ditutupi gigitiruan.

3. Newton type III ditandai dengan adanya hyperplasia pada palatum dan tulang alveolar.

2.3Staphylococcus aureus

2.3.1 Klasifikasi Ilmiah Staphylococcus aureus

Klasifikasi Staphylococcus aureus menurut Berget dalam Capuccino adalah : Domain : Bacteria

Kingdom : Procaryota Divisi : Firmicutes Class : Bacilli Ordo : Bacillales

Family : Staphylococcaceae Genus : Staphylococcus

Spesies : Staphylococcus aureus

2.3.2 Morfologi Staphylococcus aureus

Staphylococcus aureus merupakan bakteri gram positif berbentuk kokus dengan diameter 1µm yang tersusun dalam bentuk yang tidak teratur. Kokus gram positif dalam rangkaian seperti buah anggur, pembentukkan rangkaian seperti buah anggur disebabkan mampu membelah diri dalam banyak dataran.26

Staphylococcus aureus tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi pada kondisi aerobik. Tumbuh dengan cepat pada temper

atur 37oC namun pembentukan pigmen yang terbaik adalah pada temperatur kamar (20-35oC). Koloni pada media yang padat berbentuk bulat, lembut dan mengkilat. Staphylococcus aureus biasanya membentuk koloni abu-abu hingga kuning emas. Pada lempeng Blood Agar ciri khas Staphylococcus aureus ditandai dengan koloni yang opaque, lembut dengan pigmentasi kuning.27 Staphylococcus


(52)

10

berwarna kuning dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan memfermentasikan mannitol.28

Staphylococcus mengandung polisakarida dan protein yang bersifat antigenic dan merupakan substansi penting didalam struktur dinding sel. Peptidoglikan merupakan suatu polimer polisakarida yang mengandung subunit-subunit yang tergabung, merupakan eksoskeleton yang kaku pada dinding sel. Peptidoglikan dirusak oleh asam kuat atau lisozim. Hal tersebut penting dalam patogenesis infeksi, yaitu merangsang pembentukan interleukin-1 (pirogen endogen) dan antibodi opsonik, juga dapat menjadi penarik kimia (kemotrakan) leukosit polimorfonuklear, mempunyai aktifitas mirip endotoksin dan mengaktifkan komplemen.28

Gambar 2. Staphylococcus aureus pada pewarnaan Gram positif .26


(53)

11

2.3.3 Patogenesis Staphylococcus aureus

Patogenik, invasif Staphylococcus aureus menghasilkan koagulase dan cenderung menghasilkan pigmen kuning dan hemolitik. Nonpatogenik,

Staphylococci noninvasif seperti S. epidermidis adalah koagulase negatif dan cenderung nonhemolitik. Organisme ini jarang menghasilkan nanah tapi dapat menginfeksi prostesis ortopedi atau kardiovaskular atau penyebab penyakit pada orang yang menderita imunosupresi. Mereka mungkin refraktori untuk pengobatan karena pembentukan biofilm. S. lugdunensis muncul sebagai organisme yang virulen menyebabkan spektrum penyakit yang mirip dengan S. aureus dengan karakteristik fenotip seperti hemolisis dan clumping factor. S. saprophyticus biasanya nonpigmented, tahan novobiosin dan nonhemolitik, hal itu menyebabkan infeksi saluran kemih pada wanita muda.26

2.4 Candida albicans

Candida albicans adalah kelompok mikroorganisme tidak berbahaya di rongga mulut manusia. Lokasi utamanya adalah lidah posterior dan lokasi mulut lainnya seperti mukosa. Epidemiologi candida yang berhubungan dengan denture stomatitis ditemukan 60-65 % pada subjek yang menggunakan gigitiruan. Candida albicans tetap menjadi pathogen utama, karena kemampuannya untuk tetap berkembang biak terhadap jaringan keras dan jaringan lunak pada rongga mulut dan untuk menghasilkan bakteri biofilm yang kompleks dan heterogen.29

2.4.1 Klasifikasi ilmiah Candida albicans

Berdasarkan ilmu taksonomi, Candida albicans diklasifikasikan menjadi :30 Kingdom : Fungi

Filum : Ascomycota Subfilum : Ascomycotina Kelas : Ascomycetes Ordo : Saccharomycetales Family : Saccharomycetaceae


(54)

12

Genus : Candida

Spesies : Candida albicans

2.4.2Morfologi Candida albicans

Candida albicans ditemukan memiliki tiga bentuk, yaitu ragi, hifa atau pseudohifa sebagai bentuk intermediat.30,31 Beberapa ahli mengelompokkan hifa dan pseudohifa sebagai satu kelompok, sehingga Candida albicans sering disebut sebagai jamur dimorfik.27,32 Sel jamur Candida albicans adalah uniseluler dengan bentuk bulat atau lonjong dan biasanya membentuk koloni berwarna putih dengan permukaan yang halus.Reproduksi sel jamur dilakukan dengan cara membelah diri secara mitosis atau budding, dimana dari satu sel induk membelah diri menjadi dua sel anak. Selain itu, Candida albicans juga memiliki kemampuan untuk membentuk spora seperti blastospora dan klamidospora.30

Gambar 4. Candida albicans26

2.4.3 Patogenesis Candida albicans

Tahap pertama dalam proses infeksi Candida albicans ke tubuh hewan atau manusia adalah tahap perlekatan (adhesi). Dinding sel merupakan bagian sel dari


(55)

13

mikroorganisme dan host diperantarai oleh komponen spesifik dari dinding sel mikroorganisme, adhesion dan reseptor.33

Setelah tahap perlekatan, Candida albicans berpenetrasi kedalam sel epitel mukosa. Dalam hal ini, enzim yang berperan adalah aminopeptidase dan asam fosfatase. Proses selanjutnya setelah tahap penetrasi tergantung pada ketahanan tubuh sel pejamu. Jika ketahanan tubuh pejamu tidak baik ataupun terdapat factor predisposisi, maka keadaan tersebut akan memudahkan invasi Candida albicans

kedalam jaringan host. Pada tahap invasi, blastospora akan berkembang menjadi pseudohifa dan tekanan dari pseudohifa akan merusak jaringan sehingga invasi ke dalam jaringan dapat terjadi.33

Kemampuan suatu mikroorganisme untuk mempengaruhi lingkungannya diantaranya tergantung pada kemampuannya untuk membentuk suatu komunitas.

Candida albicans membentuk komunitasnya dengan membentuk ikatan koloni yang disebut biofilm. Biofilm merupakan koloni mikroba (biasanya penyebab suatu penyakit) yang membentuk matrik polimer organik yang dapat digunakan sebagai penanda pertumbuhan mikroba. Berfungsi sebagai pelindung sehingga mikroba yang membentuk biofilm biasanya mempunyai resisten terhadap antimikroba biasa atau menghindar dari system kekebalan sel. Berkembangnya biofilm biasanya seiring bertambahnya infeksi klinis sehingga biofilm menjadi salah satu faktor virulensi.33


(56)

14

2.5 Landasan Teori

Daun sirih merah (Piper crocatum) umum digunakan sebagai tanaman hias dan memiliki sifat obat. Beberapa penelitian mengatakan bahwa daun sirih merah mempunyai aktivitas biologis, salah satunya adalah sebagai antibakteri dan antifungal. Kandungan senyawa kimia dari daun sirih merah terdiri polifenol, flavonoid, alkaloid, tanin dan minyak atsiri. Dimana senyawa tersebut, senyawa yang aktif sebagai antibakteri dan antifungal. Salah satunya adalah bakteri Staphylococcus aureus dan jamur Candida albicans. Dimana bakteri dan jamur ini dapat dijumpai pada Denture stomatitis.

Denture stomatitis merupakan inflamasi yang terjadi pada mukosa pendukung gigitiruan, umum pada palatal (rahang atas) tetapi dapat juga dijumpai di rahang bawah. Inflamasi denture stomatitis dibagi menjadi tiga tipe, yaitu eritema pin poin, eritema difus serta hiperplasia papilla. Staphylococcus aureus dan Candida albicans berperan dalam terjadinya inflamasi.

Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram positif berbentuk kokus yang tersusun seperti buah anggur. Tumbuh dengan baik pada berbagai media bakteriologi pada kondisi aerobik. Pada lempeng Blood Agar ciri khas

Staphylococcus aureus ditandai dengan koloni yang opaque, lembut dengan pigmentasi kuning. Staphylococcus aureus pada Mannitol Salt Agar (MSA) akan terlihat sebagai pertumbuhan koloni berwarna kuning dikelilingi zona kuning keemasan karena kemampuan memfermentasikan mannitol.

Candida albicans pada rongga mulut ditemukan 60-65% pada kasus

Denture stomatitis. Dapat tumbuh pada suhu 37oC dalam kondisi aerob atau anaerob,

Candida albicans mempunyai waktu generasi yang lebih panjang yaitu 248 menit dibandingkan dengan kondisi pertumbuhan aerob yang hanya 98 menit. Candida albicans ditemukan memiliki tiga bentuk, yaitu ragi, hifa atau pseudohifa sebagai bentuk intermediat. Beberapa ahli mengelompokkan hifa dan pseudohifa sebagai satu kelompok, sehingga Candida albicans sering disebut sebagai jamur dimorfik.


(57)

15

2.6 Kerangka Teori

Denture Stomatitis

Pemakaian gigitiruan yang tidak dilepas &

dibersihkan Daun Sirih Merah

Fungsi : Antiinflamasi Antioksidan Antikanker Antibakteri Antifungal Flavonoid Alkaloid Polifenol Tanin Minyak atsiri Mengganggu integritas membran sel bakteri Merusak membran sel bakteri Menghambat aktifitas enzim & menonaktikan protein pada sel bakteri Menghambat sintesis protein dan menghambat pertumbuhan Candida

Enzim rusak dan ikatan protein rusak

Staphylococcus aureus Candida albicans Bakteri & jamur Memicu denaturasi protein pada dinding sel candida Pertumbuhan bakteri dan jamur


(58)

16

2.7 Kerangka Konsep

50% 25% 12,5% 6,25% Daun Sirih Merah

Ekstrak Daun Sirih Merah

Staphylococcus aureus Candida albicans Fungsi :

Antiinflamasi

Antioksidan

Antikanker

Antibakteri

Antifungal

Denture Stomatitis

Pemakaian gigitiruan yang tidak dilepas &

dibersihkan

Bakteri & jamur

Pertumbuhan

Staphylococcus aureus

terganggu

Pertumbuhan

Candida albicans

terganggu

Perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans


(59)

1

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Daun sirih merah (Piper crocatum) adalah salah satu obat tradisional yang memiliki aktivitas antibakteri, antiseptik dan antijamur. Kapasitas antibakteri daun sirih merah telah terbukti efektif terhadap Staphylococcus aureus.Telah dilaporkan bahwa daun sirih merah juga efektif terhadap berbagai strain bakteri seperti

Escherichia coli, Bacillus cereus, Enterococcus faecalis, Micrococcus luteus,

Streptococcus mutans, Streptococcus pyogenes, Streptococcus sanguis,

Fusobacterium nucleatum.1,2

Secara luas daun sirih merah digunakan oleh masyarakat untuk mengobati hidung berdarah, mata gatal, luka, bau mulut, gusi berdarah dan ulkus oral.3 Di sisi lain, digunakan untuk mengobati berbagai penyakit seperti diabetes, hepatitis, gagal ginjal, stroke, hipertensi dan juga digunakan untuk mengobati kecanduan alkohol, bronkitis, asma, kusta serta dyspepsia.4

Daun sirih merah (Piper crocatum) mengandung senyawa organik seperti polifenol yang menghambat aktifitas enzim dan menonaktifkan protein pada sel bakteri, flavonoid mengganggu integritas membran sel bakteri, tanin menghambat pertumbuhan dan mematikan Candida, alkaloid menghambat aktifitas enzim bakteri dan merusak membran sel jamur serta minyak atsiri berpotensi sebagai antibakteri yang berguna, murah dan aman untuk pengobatan infeksi mikroba.2,4-8

Penelitian Juliantina F, dkk (2010) yang melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki kemampuan antibakteri terhadap Staphylococcus aureus

ATCC 25923 dengan Kadar Hambat Minimum (KHM) 25% dan Kadar Bunuh Minimum (KBM) 25%.5 Penelitian Candrasari (2012) melaporkan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah memiliki daya hambat terhadap pertumbuhan bakteri

Staphylococcus aureus ATCC 6538 dan Candida albicans ATCC 10231 pada konsentrasi 10%, 20%, 40%, 80% dan 100%.6 Penelitian junairiah, dkk (2015) di


(60)

2

Surabaya menunjukkan bahwa ekstrak etil asetat sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Streptococcus mutans dan ekstrak methanol sirih merah dapat menghambat pertumbuhan Staphylococcus aureus, E. coli serta Candida albicans.9

Candida albicans adalah spesies yang paling sering diisolasi dari mukosa mulut (60-80%) dan secara khusus terkait dengan denture Stomatitis.10 Candida albicans dan Staphylococcus aureus adalah mikroorganisme dengan kapasitas perlekatan yang tinggi pada mukosa mulut.11

Denture stomatitis merupakan proses inflamasi yang terutama melibatkan mukosa palatal di rongga mulut yang ditutupi oleh gigitiruan penuh atau sebagian. 10-12 Dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa tidak nyaman pada mulut , gangguan pengecapan dan sulitnya menelan makanan.13 Penelitian Bhat V (2013) di India mengemukakan dari 55 orang pemakai gigitiruan penuh, 27 orang (50%) diantaranya menderita DS. Dari 27 orang penderita tersebut, 13 orang (48%) diantaranya positif

Candida albicans.14 Penelitian Monroy (2004) di Meksiko mengemukakan dari 50 orang pasien Atropic Denture stomatitis dengan pH rata-rata 5,2 ditemukan pada membran mukosa yaitu Candida albicans 51,4%, Staphylococcus aureus 52,4% dan

Streptococcus mutans 67,6%, sedangkan pada gigitiruan penderita ditemukan

Candida albicans 66,7% dan Staphylococcus aureus dan Streptococcus mutans

adalah 49,5%.11

Denture stomatitis dapat diobati dengan menggunakan obat-obat antifungal seperti Nystatin ataupun obat-obatan golongan azole seperti Fluconazole, Clotrimazole, Ketoconazole, dll. Akan tetapi, obat-obatan tersebut mempunyai efek samping yaitu timbulnya gangguan pada system gastrointestinal seperti mual, muntah dan diare, serta efek samping terberat adalah hepatotoksik dan resisten obat.15 Oleh karena itu, para peneliti lebih banyak beralih untuk meneliti tanaman herbal karena dianggap lebih aman untuk dikonsumsi daripada obat modern dengan tujuan untuk mengurangi efek samping pada tubuh.16

Kebersihan gigitiruan merupakan faktor penting dalam pencegahan dan pengobatan DS. Banyak modalitas dari perawatan mulut dan teknik pembersihan gigitiruan seperti yang telah disarankan menggunakan sikat gigi mekanik dan


(61)

3

sterilisasi microwave menggunakan pembersihan kimia seperti sabun, tablet effervescent dan obat kumur.12

Reveny J (2011) mengatakan bahwa ekstrak etanol daun sirih merah konsentrasi 50%, 25% dan 12,5% terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli

dengan rata-rata zona hambat 27,9 mm, 23,6 mm dan 21,3, Staphylococcus aureus

dengan rata-rata zona hambat 20,7 mm, 18,6 mm dan 15,5 mm, serta pada jamur

Candida albicans dengan rata-rata zona hambat 16,5 mm, 15,2 mm dan 11,7 mm..18 Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang “Zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture Stomatitis”.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Berapakah zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Staphylococcus aureus diisolasi dari denture stomatitis?

2. Berapakah zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan Candida albicans

diisolasi dari denture stomatitis?

3. Apakah terdapat perbedaan zona hambat larutan ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari denture stomatitis?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui zona hambat ekstrak daun sirih merah yang dibuat dalam konsentrasi 50%, 25%, 12,5% dan 6,25% terhadap pertumbuhan


(1)

4. Prof. Haslinda Z Tamin, drg., M.Kes., Sp. Pros (K) selaku dosen pembimbing akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan akademis.

5. Drs. H. Awaluddin Saragih, M.Si, Apt selaku Kepala Laboratorium Analisis Obat Tradisional Fakultas Farmasi USU yang telah memberikan izin, bantuan, dan bimbingan kepada penulis.

6. Dr. Lia Iswara, dr, Sp.MK(K) selaku Kepala Departemen Mikrobiologi Fakultas Kedokteran USU yang telah memberikan izin penelitiandan Bang Mirza, selaku staf pegawai Departemen Mikrobiologi FK USU atas bantuan, saran, dan masukan selama penelitian berlangsung.

7. Sahabat-sahabat tersayang : Salman, Bunga dan Necya atas doa dan semangat kepada penulis, sahabat satu bimbingan skripsi : Ruth grace dan Agnes serta senior dan teman-teman FKG USU angkatan 2012 lainnya terutama melaksanakan penulisan skripsi di Departemen Biologi Oral : Buahna, Nava, Fadilla, Novia, Ade, Febby, Nevi, Santy, Jojor, Rizka, Yudha, Joey, Kak Agnes, Kak Ayu, Kak Widya, Kak Shinta, Kak Yulisha, Bang Bowo dan Bang Joshua atas bantuan, doa, dan dukungan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk menghasilkan karya yang lebih baik di kemudian hari. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.

Medan, 01 Juli 2016 Penulis,

(Lara Veronika) NIM:120600033


(2)

vi DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL ...

HALAMAN PERSETUJUAN ... TIM PENGUJI SKRIPSI ...

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Hipotesis Penelitian ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 4

1.5.1 Manfaat Teoritis ... 4

1.5.2 Manfaat Praktis ... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Daun Sirih Merah ... 5

2.1.1 Morfologi Daun Sirih Merah ... 5

2.1.2 Kandungan Kimia Daun Sirih Merah ... 6

2.1.3 Manfaat Lain dari Daun Sirih Merah ... 7

2.2 Denture stomatitis ... 7

2.2.1 Etiologi Denture stomatitis ... 7

2.2.2 Klasifikasi Denture stomatitis ... 8

2.3 Staphylococcus aureus ... 9

2.3.1 Klasifikasi Ilmiah Staphylococcus aureus ... 9

2.3.2 Morfologi Staphycoccus aureus ... 9

2.3.3 Patogenesis Staphyloccus aureus ... 11

2.4 Candida albicans ... 11

2.4.1 Klasifikasi Candida albicans ... 11

2.4.2 Morfologi Candida albicans ... 12


(3)

2.5 Landasan Teori ... 14

2.6 Kerangka Teori ... 15

2.7 Kerangka Konsep ... 16

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 17

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 17

3.3 Populasi, Sampel dan Besar Sampel Penelitian ... 17

3.4 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 18

3.4.1 Kriteria Inklusi ... 18

3.4.2 Kriteria Ekslusi ... 19

3.5 Variabel Penelitian ... 19

3.5.1 Variabel Bebas ... 20

3.5.2 Variabel Tergantung ... 20

3.5.3 Variabel Terkendali ... 20

3.5.4 Variabel Tidak Terkendali ... 20

3.6 Definisi Operasional ... 20

3.7 Alat dan Bahan Penelitian ... 21

3.7.1 Alat ... 21

3.7.2 Bahan ... 21

3.8 Prosedur Penelitian ... 22

3.8.1 Pengambilan Daun Sirih Merah ... 22

3.8.2 Pembuatan Ekstrak Daun Sirih Merah ... 22

3.8.3 Isolasi Bakteri ... 24

3.8.4Pengujian Ekstrak Daun Sirih Merah Terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans ... 26

3.9 Analisis Data ... 28

BAB 4 HASIL PENELITIAN ... 29

BAB 5 PEMBAHASAN ... 34

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... ... 39

6.2 Saran... ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40 LAMPIRAN


(4)

viii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1 Rata-rata diameter zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi

dari Denture stomatitis ... 30 2 Perbedaan zona hambat ekstrak daun sirih merah terhadap

Staphylococcus aureus dan Candida albicans diisolasi dari

Denture stomatitis ... 31 3 Uji komparasi ganda (LSD) Staphylococcus aureus ... 32 4 Uji komparasi ganda (LSD) Candida albicans ... 33


(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1 Daun Sirih Merah ... 6

2 Staphylococcus aureus pada Pewarnaan Gram Positif ... 10

3 Staphylococcus aureus pada Lempeng Blood Agar ... 10

4 Candida albicans ... 12

5 Daun sirih merah kering ... 22

6 Proses perkolasi ... 23

7 Proses rotapavorasi (A) pada panci dan (B) cawan kecil ... 24

8 Pengambilan suspensi pada Blood agar ... 25

9 (1)Staphylococcus aureus pada MSA, (2) Candida albicans pada SDA ... 25

10 Proses pengenceran ekstrak daun sirih merah ... 26

11 (1) Uji Staphylococcus aureus, (2) Uji Candida albicans ... 27

12 Percobaan pada (A) Staphylococcus aureus dan (B) Candida albicans ... 30


(6)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1 Skema Alur Pikir 2 Skema Alur Penelitian 3 Kuesioner Penelitian

4 Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian 5 Lembar Persetujuan Subjek Penelitian

6 Surat Ethical Clearance 7 Hasil penelitian