Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

(1)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Penyakit gigi dan mulut merupakan suatu penyakit yang tersebar luas pada sebagian besar penduduk di seluruh dunia, sehingga benar-benar menjadi masalah kesehatan masyarakat karena dapat memengaruhi kesehatan secara umum dan kualitas hidup. Karies gigi menjadi penyakit kronis yang paling banyak diderita anak usia 5-17 tahun dengan kasus lima kali lebih banyak dibandingkan asma dan 7 kali lebih besar dari demam akibat alergi (The National Institutes of Health, 2012)

Masalah kesehatan masyarakat termasuk penyakit ditentukan oleh dua faktor utama yaitu faktor perilaku dan non perilaku (Notoatmodjo, 2005). Menurut Bahar (2000) salah satu faktor yang mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut penduduk di negara berkembang adalah perilaku.

Di negara-negara Eropa dan Amerika, 90% -100% anak-anak di bawah umur 18 tahun menderita penyakit karies dentis. Sebanyak 60-90% anak usia sekolah dan orang dewasa pada umumnya di seluruh dunia memiliki permasalahan gigi dan mulut (WHO Oral Health Media Center, 2012)

Ketidakpedulian pada kesehatan gigi dan mulut secara ekonomis juga merugikan. Di beberapa negara penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit keempat yang paling mahal pengobatannya. Mengobati gigi berlubang diperkirakan mencapai US$3.513 per 1.000 anak. Melebihi biaya anggaran kesehatan untuk anak-anak di negara yang rendah pendapatan perkapitanya (International Dental Journal, 2002)


(2)

Di Indonesia, 70-80% penduduk mengalami masalah gigi berlubang yang masih berada di atas rata-rata global atau lebih dari 2 gigi. 72,3% anak-anak di bawah usia 12 tahun juga menderita masalah yang sama (Okezone.com, 2012)

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (2004), penyakit karies gigi dan periodontal telah dialami 90% masyarakat Indonesia serta menduduki peringkat pertama penyakit yang paling sering dikeluhkan masyarakat. Penyakit gigi dan mulut juga termasuk kategori progresif artinya bila tidak dirawat/diobati akan semakin parah dan bersifat irreversible yaitu jaringan yang rusak tidak dapat utuh kembali (Depkes RI, 2006)

Masalah kesehatan gigi dan mulut menjadi perhatian yang sangat penting dalam pembangunan kesehatan yang salah satunya disebabkan oleh rentannya kelompok anak usia sekolah terhadap gangguan kesehatan gigi. Banyak orang tua tidak pernah membayangkan bahwa masalah gigi dan mulut anak dapat berpengaruh pada perkembangan anak. Maka,orang tua harus memberikan perhatian terhadap kesehatan gigi dan mulut anak (N Sihite, 2011)

Menurut data Riset Kesehatan Dasar (2007) menunjukkan 72,1% penduduk Indonesia mempunyai pengalaman gigi berlubang (karies) dan sebanyak 46,5% diantaranya karies aktif yang belum dirawat. Penelitian Pepsodent Tahun 2004 menunjukkan 60% kaum ibu baru mengetahui adanya masalah dengan gigi anak-anak mereka ketika anak-anak mengeluhkan sakit pada giginya (Nasution,2009)

Pada anak usia sekolah (6-12 tahun) pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut sangatlah penting karena pada masa ini merupakan waktu dimana terjadi pergantian


(3)

gigi susu ke gigi tetap (Muhariani, 2009). Upaya yang dapat dilakukan adalah dengan upaya promotif, preventif, dan kuratif.

WHO menganjurkan berbagai usaha untuk mencegah dan memberantas penyakit gigi dan mulut. Salah satu usaha yang telah dilakukan di berbagai negara dan berhasil baik ialah dengan pemelihaaraan kesehatan gigi anak-anak sekolah secara teratur dan sistematis (Entjang, 2000). Upaya pemeliharaan kesehatan gigi anak sekolah dilakukan melalui program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah (UKGS) yang melibatkan tim yang terdiri dari dokter gigi, perawat gigi, dan petugas UKGS.

Pertumbuhan gigi, baik yang sementara maupun tetap harus diawasi dengan kunjungan teratur pada dokter gigi setiap 6 bulan sekali. Tidak adanya rasa sakit bukan berarti tidak adanya penyakit atau karies gigi (Pearce, 2002)

Pengaruh orang tua sangat kuat pada anak, terutama ibu karena ibu adalah orang terdekat anak yang memberikan pengaruh baik sikap maupun perilaku mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Ibu berperan dalam memberikan pengertian,mengingatkan,membimbing dan menyediakan fasilitas dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang terserdia. Pengetahuan ibu mendasari terbentuknya perilaku yang mendukung kebersihan gigi dan mulut seperti memeriksakan gigi tiap 6 bulan sekali (Moeis, 2005)

Rayner mengatakan bahwa kebiasaan ibu dalam menjaga kesehatan gigi merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak. Bullen dkk menyimpulkan bahwa kesehatan gigi anak paling dipengaruhi oleh arahan dari orang tua sebagaimana orang tua menjaga kesehatan gigi mereka.


(4)

Ibu adalah orang yang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupan. Semua perilaku ibu, cara mendidik anak dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam keluarga secara khusus (Lina N, 2007)

Menurut Dian (2011) yang mengutip pendapat Effendy, peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak adalah sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis, motivasi diperlukan untuk mendapatkan kekuatan pada pasien yang mendapat perawatan. Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas. Sebagai edukator, seorang ibu wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari.

Puskesmas merupakan suatu tempat upaya perawatan dan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengusahakan semakin meningktanya derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan seperti yang diharapkan pada tujuan nasional bangsa Indonesia (Depkes, 2004). Salah satu bentuk pelayanan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi. Pelayanan kesehatan gigi dilakukan di poliklinik gigi yang melayani berbagai masalah kesehatan gigi.


(5)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan pada keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik promotif, preventif, dan kuratif (Rukasa, 2005). Dalam pelaksanaanya, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh Rumah Sakit, Puskesmas, dan Balai Pengobatan gigi atau praktek dokter gigi swasta. 1,3% penduduk yang mengeluh sakit gigi hanya 13% yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Diantara yang mengeluh tersebut 35,5% berobat ke Puskesmas , 25,5% ke dokter gigi dan 17,8% ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas lainnya (Depkes RI, 2000)

Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia Tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan puskesmas sebanyak 9 orang perhari (Depkes RI, 2001). Pemanfaatan poliklinik gigi puskesmas yaitu rata-rata 11 orang per bulan atau 0,5 orang per hari (Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007)

Dalam hal pemanfaaatan pelayanan kesehatan, tiap individu memiliki kecenderungan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh perilaku kesehatan menurut Green (1980) ditentukan oleh 3 faktor yaitu : faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, nilai, kepercayaan, tingkah laku dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku; Faktor pendukung (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik seperti tersedianya sarana kesehatan, obat-obatan, dan lain sebagainya; faktor pendorong (reinforcing factor) terwujud dalam


(6)

sikap petugas kesehatan, guru, keluarga, teman dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2007)

Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 penyakit gigi dan mulut merupakan urutan ke Sembilan dari sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8% berusia lebih dari 15 tahun dan 37,2% kunjungan usia <15 tahun kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut , dan 43,9% diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1% lainnya menderita gangguan periodontal.

Hasil penelitian Pratiwi (2007) yang dikutip oleh Dian (2011) menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan kesehatan gigi orang tua mengakibatkan perilaku mencari pengobatan ke Puskesmas maupun Rumah Sakit juga rendah. Hal ini disebabkan karena persepsi orang tua bahwa sakit gigi pada anak tidak perlu segera diobati, sehingga orang tua pada umumnya membawa anaknya untuk berobat setelah terjadi pembengkakan pada daerah gusi dan pipi anak.

Hasil penelitian Dian (2011) di Padang Selatan menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, pendidikan, status ekonomi orang tua dan jarak rumah berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan menjadi faktor yang paling dominan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hasil penelitian Agus Muliadi (2008) di Pematang Siantar menunjukkan bahwa pendapatan dan kepemilikan asuransi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.


(7)

Hasil penelitian Lilik Rosdawati (2004) di Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa pengetahuan siswa yang cenderung baik kurang memotivasi siswa untuk bersikap dan melakukan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga status kesehatan gigi dan mulut siswa SMU di kabupaten Langkat relatif rendah. Hal tersebut merupakan dampak kurang berhasilnya pelaksanaan program UKGS yang berjalan selama ini di tingkat dasar (SD).

Dari survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir rata-rata kunjungan anak SD di poli gigi dan mulut berkisar antara 1-2 orang setiap bulannya bahkan nol kunjungan. Ibu membawa anak berkunjung ke poli gigi hanya ketika ada keluhan gigi anak, padahal baiknya pemeriksaan gigi dilakukan setiap 6 bulan sekali baik ketika ada keluhan maupun tidak. Dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi, anak tidak dapat bertindak sendiri namun ibu lah yang berperan dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dari Puskesmas Desa Lama sudah berjalan di beberapa Sekolah Dasar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sei lepan. Salah satunya adalah program UKGS yang ada di SDN 054936 Wonorejo. Kegiatan UKGS yang terlaksana antara lain pemeriksaan gigi dan mulut, sikat gigi masal, penyuluhan, dan pencabutan gigi susu. SDN 054936 Wonorejo adalah SD yang berjarak paling dekat (200 m) dengan Puskesmas tersebut. Namun angka kunjungan dari siswa SD ini sangat kecil dan kejadian karies anak masih cukup tinggi yakni dari 10 orang anak yang diperiksa diketahui 8 orang anak mengalami karies


(8)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

1.3.2. Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan :

a. Mengetahui predisposing factors (pengetahuan, sikap, dan kepercayaan) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan


(9)

b. Mengetahui enabling factors (jarak, pendapatan, asuransi) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

c. Mengetahui reinforcing factors (peran anggota keluarga) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.

2. Sebagai bahan informasi kepada petugas puskesmas dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.


(1)

Ibu adalah orang yang pertama kali dijumpai seorang anak dalam kehidupan. Semua perilaku ibu, cara mendidik anak dan kebiasaannya dapat dijadikan contoh bagi anak. Kaum ibu paling berperan dalam mewujudkan dan mengembangkan kesehatan secara umum dan memelihara kesehatan gigi dalam keluarga secara khusus (Lina N, 2007)

Menurut Dian (2011) yang mengutip pendapat Effendy, peranan seorang ibu dalam kesehatan gigi anak adalah sebagai motivator, edukator dan fasilitator. Motivator adalah orang yang memberikan motivasi atau mendorong seseorang untuk bertindak. Secara klinis, motivasi diperlukan untuk mendapatkan kekuatan pada pasien yang mendapat perawatan. Motivasi didasari atas suatu kebutuhan, tujuan dan tingkah laku yang khas. Sebagai edukator, seorang ibu wajib memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarganya dalam menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Sebagai fasilitator, seorang ibu dapat dijadikan panutan bagi anak-anaknya dalam memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari.

Puskesmas merupakan suatu tempat upaya perawatan dan pelayanan kesehatan yang bertujuan untuk mengusahakan semakin meningktanya derajat kesehatan masyarakat dalam mencapai kesejahteraan seperti yang diharapkan pada tujuan nasional bangsa Indonesia (Depkes, 2004). Salah satu bentuk pelayanan di Puskesmas adalah pelayanan kesehatan gigi. Pelayanan kesehatan gigi dilakukan di poliklinik gigi yang melayani berbagai masalah kesehatan gigi.


(2)

Pelayanan kesehatan gigi dan mulut ditujukan pada keluarga serta masyarakat di wilayah kerjanya, secara menyeluruh baik promotif, preventif, dan kuratif (Rukasa, 2005). Dalam pelaksanaanya, pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan oleh Rumah Sakit, Puskesmas, dan Balai Pengobatan gigi atau praktek dokter gigi swasta. 1,3% penduduk yang mengeluh sakit gigi hanya 13% yang berobat ke fasilitas pelayanan kesehatan. Diantara yang mengeluh tersebut 35,5% berobat ke Puskesmas , 25,5% ke dokter gigi dan 17,8% ke tenaga kesehatan, selebihnya berobat ke fasilitas lainnya (Depkes RI, 2000)

Pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang rendah pada puskesmas menunjukkan fenomena yang memengaruhi tercapainya hidup sehat. Berdasarkan data profil kesehatan Indonesia Tahun 2001, gambaran pemanfaatan unit pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada puskesmas rata-rata 5 orang perhari sedangkan target nasional pemanfaatan puskesmas sebanyak 9 orang perhari (Depkes RI, 2001). Pemanfaatan poliklinik gigi puskesmas yaitu rata-rata 11 orang per bulan atau 0,5 orang per hari (Profil Kesehatan Propinsi Sumatera Utara, 2007)

Dalam hal pemanfaaatan pelayanan kesehatan, tiap individu memiliki kecenderungan yang berbeda-beda karena dipengaruhi oleh perilaku kesehatan menurut Green (1980) ditentukan oleh 3 faktor yaitu : faktor predisposisi (predisposing factor) yang terdiri dari pengetahuan, nilai, kepercayaan, tingkah laku dan sosial ekonomi yang mendasari perubahan perilaku; Faktor pendukung (enabling factor) terwujud dalam lingkungan fisik seperti tersedianya sarana kesehatan, obat-obatan, dan lain sebagainya; faktor pendorong (reinforcing factor) terwujud dalam


(3)

sikap petugas kesehatan, guru, keluarga, teman dan sebagainya yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoadmodjo, 2007)

Menurut laporan Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2009 penyakit gigi dan mulut merupakan urutan ke Sembilan dari sepuluh penyakit terbesar dengan jumlah kunjungan sebanyak 1.482 kunjungan yang terdiri dari 62,8% berusia lebih dari 15 tahun dan 37,2% kunjungan usia <15 tahun kunjungan pasien ke poli gigi umumnya menderita gangguan gigi dan mulut , dan 43,9% diantaranya menderita karies gigi, dan 56,1% lainnya menderita gangguan periodontal.

Hasil penelitian Pratiwi (2007) yang dikutip oleh Dian (2011) menunjukkan bahwa rendahnya pengetahuan kesehatan gigi orang tua mengakibatkan perilaku mencari pengobatan ke Puskesmas maupun Rumah Sakit juga rendah. Hal ini disebabkan karena persepsi orang tua bahwa sakit gigi pada anak tidak perlu segera diobati, sehingga orang tua pada umumnya membawa anaknya untuk berobat setelah terjadi pembengkakan pada daerah gusi dan pipi anak.

Hasil penelitian Dian (2011) di Padang Selatan menunjukkan bahwa pengetahuan, sikap, pendidikan, status ekonomi orang tua dan jarak rumah berhubungan dengan pemanfaatan fasilitas kesehatan gigi dan mulut. Pengetahuan menjadi faktor yang paling dominan dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Hasil penelitian Agus Muliadi (2008) di Pematang Siantar menunjukkan bahwa pendapatan dan kepemilikan asuransi berhubungan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut.


(4)

Hasil penelitian Lilik Rosdawati (2004) di Kabupaten Langkat menunjukkan bahwa pengetahuan siswa yang cenderung baik kurang memotivasi siswa untuk bersikap dan melakukan tindakan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, sehingga status kesehatan gigi dan mulut siswa SMU di kabupaten Langkat relatif rendah. Hal tersebut merupakan dampak kurang berhasilnya pelaksanaan program UKGS yang berjalan selama ini di tingkat dasar (SD).

Dari survei awal yang dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Desa Lama Kecamatan Sei Lepan diketahui bahwa dalam tiga tahun terakhir rata-rata kunjungan anak SD di poli gigi dan mulut berkisar antara 1-2 orang setiap bulannya bahkan nol kunjungan. Ibu membawa anak berkunjung ke poli gigi hanya ketika ada keluhan gigi anak, padahal baiknya pemeriksaan gigi dilakukan setiap 6 bulan sekali baik ketika ada keluhan maupun tidak. Dalam hal pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi, anak tidak dapat bertindak sendiri namun ibu lah yang berperan dalam menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan gigi dan mulut.

Program Usaha Kesehatan Gigi Sekolah dari Puskesmas Desa Lama sudah berjalan di beberapa Sekolah Dasar yang ada di wilayah kerja Puskesmas Kecamatan Sei lepan. Salah satunya adalah program UKGS yang ada di SDN 054936 Wonorejo. Kegiatan UKGS yang terlaksana antara lain pemeriksaan gigi dan mulut, sikat gigi masal, penyuluhan, dan pencabutan gigi susu. SDN 054936 Wonorejo adalah SD yang berjarak paling dekat (200 m) dengan Puskesmas tersebut. Namun angka kunjungan dari siswa SD ini sangat kecil dan kejadian karies anak masih cukup tinggi yakni dari 10 orang anak yang diperiksa diketahui 8 orang anak mengalami karies


(5)

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengetahui perilaku ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013.

1.2. Rumusan masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana perilaku ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

1.3. Tujuan penelitian 1.3.1. Tujuan umum

Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku ibu dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut pada anak usia sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Tahun 2013

1.3.2. Tujuan khusus

Secara khusus, penelitian ini bertujuan :

a. Mengetahui predisposing factors (pengetahuan, sikap, dan kepercayaan) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan


(6)

b. Mengetahui enabling factors (jarak, pendapatan, asuransi) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

c. Mengetahui reinforcing factors (peran anggota keluarga) ibu terhadap pemanfaatan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan

1.4. Manfaat

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Sebagai bahan masukan kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Langkat dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya pelayanan kesehatan gigi dan mulut di puskesmas.

2. Sebagai bahan informasi kepada petugas puskesmas dalam peningkatan mutu pelayanan kesehatan gigi dan mulut.


Dokumen yang terkait

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

2 102 90

Determinan Pemanfaatan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) pada Ibu Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Balige Kabupaten Toba Samosir Tahun 2013

6 74 84

Gambaran Perilaku Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Pada Anak di SD Negeri 064023 Kemenangan Tani Medan Tahun 2015

3 91 96

Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

0 32 56

Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak Sekolah Dasar

36 407 38

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 1 13

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 26

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 2

Perilaku Ibu dalam Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut pada Anak Usia Sekolah di SDN 054936 Wonorejo Kecamatan Sei Lepan Kabupaten Langkat Tahun 2013

0 0 5