Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

(1)

HUBUNGAN PERILAKU IBU MENGENAI KESEHATAN

GIGI ANAK DENGAN LACTOBACILLUS SP ANAK USIA

2-5 TAHUN DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI AR

RAUDHATUL HASANAH, MEDAN

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

CALVIN CONELLY NIM : 060600181

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Januari 2010

Pembimbing : Tanda tangan

1. Yati Roesnawi, drg ... NIP: 195210171980032003


(3)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada 30 Januari 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Taqwa Dalimunthe.,drg.,SpKGA

ANGGOTA : 1. Yati Roesnawi, drg.


(4)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Pedodonsia Tahun 2010

Calvin Conelly

Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

x + 32 halaman

Karies gigi terus tetap menjadi masalah utama pada bidang kedokteran gigi hingga saat ini dan masih menjadi penyakit infeksius paling umum pada anak. Bakteri kariogenik seperti Streptococcus mutans yang diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies kemudian diikuti Lactobacillus sp. saat karies sudah mencapai dentin dan karies pada anak-anak umumnya sudah mencapai lapisan dentin. Perkembangan karies pada masa kecil anak sangat berkaitan dengan buruknya higiena oral dan kebiasaan makan yang tidak baik. Higiena oral anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tuanya terutama perilaku ibu oleh karena anak tidak atau belum dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah koloni Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak usia 2–5 tahun.


(5)

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah observasional cross sectional yang dianalitik. Sampel penelitian ini adalah anak umur 2-5 tahun dari PAUD Ar-Raudhatul Hasanah. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Prosedur penelitian dilakukan dengan pengambilan plak dari sampel lalu bakteri

Lactobacillus sp. yang ada dalam plak dibiakkan. Bakteri Lactobacillus sp. yang

tumbuh dihitung dan dicatat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak dengan jumlah Lactobacillus sp. anak (p>0,05).

Perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak tidak berhubungan dengan jumlah

Lactobacillus sp. di dalam rongga mulut anak.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan dan doa dari berbagai pihak. Untuk itu dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Ismet D. Nasution, drg., Sp. Pros., Ph. D selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Taqwa Dalimunthe, drg, Sp.KGA selaku Kepala Bagian Pedodonsia. 3. Yati Roesnawi, drg selaku dosen pembimbing skripsi dan akademik yang telah begitu banyak meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk membimbing penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg., M.Kes., Sp.KG(K)., selaku ketua bagian UPT penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Pedodonsia FKG USU yang telah memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Drs. Abdul Jalil Amri Arma, M.kes selaku PUDEK I FKM-USU, atas bimbingan dan bantuannya dalam pengolahan data.


(7)

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai FKG USU yang telah memberikan bimbingan selama penulis menjalankan pendidikan di FKG USU.

8. Ibu Umi Dini selaku Pengajar di PAUD Ar Raudhatul Hasanah yang telah mengizinkan dan membantu penulis dalam melakukan penelitian dan adik-adik di PAUD Ar Raudhatul Hasanah yang telah bersedia untuk turut serta dalam penelitian.

9. Teristimewa kepada Ayahanda (Alm Amat Ali) dan Ibunda (Nelly Halim) atas perhatian, kasih sayang, semangat dan doa kepada penulis. Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada Henny Sutrisman buat semua semangat, dukungan dan kasih sayangnya.

10. Teman-teman penulis yaitu Merina, Dahnil, Vincent, Findy, Tia, Ida, Yufridika dan seluruh teman-teman mahasiswa FKG USU ’06 atas semangat dan persahabatannya.

Akhir kata, Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat yang berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya di bidang kedokteran gigi.

Medan, Januari 2010 Penulis,

CALVIN CONELLY


(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI

KATA PENGANTAR iv

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL viii

DAFTAR GAMBAR ix

DAFTAR LAMPIRAN x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1Latar belakang 1

1.2Perumusan Masalah 4

1.3Tujuan Penelitian 4

1.4Manfaat Penelitian 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 5

BAB 3 KERANGKA KONSEP 3.1 Kerangka Teori 12

3.2 Kerangka Konsep 12 3.3 Hipotesis 13

BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Jenis Penelitian 14

4.2 Populasi dan Sampel 14 4.3 Kriteria Inklusi dan Eksklusi 14


(9)

4.6 Definisi Operasional 16 4.7 Tempat dan Waktu Penelitian 18 4.8 Alat dan Bahan Penelitian

4.8.1 Alat Penelitian 18 4.8.2 Bahan Penelitian 19

4.9 Prosedur Penelitian 19

4.10 Pengolahan dan Analisis Data 20 4.11 Jadwal Waktu Pelaksanaan 21

4.12 Anggaran Penelitian 21

BAB 5 HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Perhitungan Skor Kuesioner Orang Tua 23 5.2 Hasil Perhitungan Jumlah Koloni Lactobacillus sp 24 5.3 Hasil Uji Statistik Antara Skor Kuesioner Orang Tua Dengan Jumlah

Lactobacillus sp Anak 25

BAB 6 PEMBAHASAN 27

BAB 7 KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan 29

7.2 Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 30


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Hasil perhitungan skor kuesioner orang tua 23

2. Hasil perhitungan jumlah koloni Lactobacillus sp anak 24 3. Perhitungan statistik antara jumlah Lactobacillus sp dengan skor kuesioner orang


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Segitiga pedodontik 2

2. ECC stadium inisial 5

3. Karies labial (stadium 1 dan 2) pada anak usia 3 tahun 6

4. ECC stadium 3 7

5. Destruksi gigi insisivus maksila dengan abses gigi 51 (stadium 4) 7


(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Informasi kepada orang tua/wali subjek penelitian. 2. Surat pernyataan kesediaan menjadi subjek penelitian. 3. Kuesioner orang tua.

4. Hasil analisa Uji Mann Whitney antara jumlah Lactobacillus sp dengan skor kuesioner orang tua


(13)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Pedodonsia Tahun 2010

Calvin Conelly

Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

x + 32 halaman

Karies gigi terus tetap menjadi masalah utama pada bidang kedokteran gigi hingga saat ini dan masih menjadi penyakit infeksius paling umum pada anak. Bakteri kariogenik seperti Streptococcus mutans yang diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies kemudian diikuti Lactobacillus sp. saat karies sudah mencapai dentin dan karies pada anak-anak umumnya sudah mencapai lapisan dentin. Perkembangan karies pada masa kecil anak sangat berkaitan dengan buruknya higiena oral dan kebiasaan makan yang tidak baik. Higiena oral anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tuanya terutama perilaku ibu oleh karena anak tidak atau belum dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah koloni Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak usia 2–5 tahun.


(14)

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah observasional cross sectional yang dianalitik. Sampel penelitian ini adalah anak umur 2-5 tahun dari PAUD Ar-Raudhatul Hasanah. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Prosedur penelitian dilakukan dengan pengambilan plak dari sampel lalu bakteri

Lactobacillus sp. yang ada dalam plak dibiakkan. Bakteri Lactobacillus sp. yang

tumbuh dihitung dan dicatat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak dengan jumlah Lactobacillus sp. anak (p>0,05).

Perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak tidak berhubungan dengan jumlah

Lactobacillus sp. di dalam rongga mulut anak.


(15)

Fakultas Kedokteran Gigi Bagian Pedodonsia Tahun 2010

Calvin Conelly

Hubungan Perilaku Ibu Mengenai Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Ar Raudhatul Hasanah, Medan

x + 32 halaman

Karies gigi terus tetap menjadi masalah utama pada bidang kedokteran gigi hingga saat ini dan masih menjadi penyakit infeksius paling umum pada anak. Bakteri kariogenik seperti Streptococcus mutans yang diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies kemudian diikuti Lactobacillus sp. saat karies sudah mencapai dentin dan karies pada anak-anak umumnya sudah mencapai lapisan dentin. Perkembangan karies pada masa kecil anak sangat berkaitan dengan buruknya higiena oral dan kebiasaan makan yang tidak baik. Higiena oral anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tuanya terutama perilaku ibu oleh karena anak tidak atau belum dapat mengendalikan faktor-faktor yang mempengaruhinya.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah koloni Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak usia 2–5 tahun.


(16)

Rancangan penelitian yang dilakukan adalah observasional cross sectional yang dianalitik. Sampel penelitian ini adalah anak umur 2-5 tahun dari PAUD Ar-Raudhatul Hasanah. Pengambilan sampel dilakukan dengan purposive sampling. Prosedur penelitian dilakukan dengan pengambilan plak dari sampel lalu bakteri

Lactobacillus sp. yang ada dalam plak dibiakkan. Bakteri Lactobacillus sp. yang

tumbuh dihitung dan dicatat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak dengan jumlah Lactobacillus sp. anak (p>0,05).

Perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak tidak berhubungan dengan jumlah

Lactobacillus sp. di dalam rongga mulut anak.


(17)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang masalah

Sampai saat ini karies gigi masih terus menjadi masalah utama pada bidang kedokteran gigi, dan tetap menjadi penyakit infeksius yang paling umum pada anak. Karies gigi pada anak dikenal dengan sebutan Early Childhood Caries (ECC) yaitu adanya satu permukaan gigi atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan (dengan atau tanpa kavitas) ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71 bulan.1,2,3,4

Prevalensi ECC di negara Arkansas, Lousiana, New Mexico, Oklahoma dan Texas pada 1230 anak (usia 3-5 tahun) didapat sebesar 18,5% untuk usia 3 tahun; 22,4% anak usia 4 tahun; dan 27,9% anak usia 5 tahun.5 Pada kenyataannya, prevalensi ECC anak 3 – 5 tahun yang dicatat pada program US Head Start adalah sebesar 90 %. Pada negara berkembang, ECC merupakan masalah kritis yang diperparah dengan faktor dari luar seperti pendapatan rendah atau malnutrisi. Prevalensi ECC pada negara berkembang dilaporkan sebesar 70%.4 Di Indonesia, penelitian tentang prevalensi ECC (Febriana dkk) di Jakarta pada anak usia 3 tahun adalah 52,7%.6

Perkembangan karies pada masa kecil anak sangat berkaitan dengan buruknya higiena oral dan kebiasaan makan yang tidak baik. Higiena oral anak dipengaruhi oleh tingkat pendidikan dan kebiasaan orang tuanya karena anak tidak dapat mengendalikan faktor–faktor yang mempengaruhinya.8


(18)

Gambar 1. Segitiga pedodontik

Rayner mengatakan bahwa kebiasaan ibu dalam menjaga kesehatan gigi merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kesehatan gigi anak. Bullen dkk menyimpulkan bahwa kesehatan gigi anak paling dipengaruhi oleh arahan dari orang tua sebagaimana orang tua menjaga kesehatan gigi mereka.22 Higiena oral yang buruk pada ibu memiliki kaitan dengan konsentrasi mikroorganisme yang lebih tinggi di dalam rongga mulut anak mereka.9 Wawancara yang bersifat memotivasi dapat membantu orang tua dalam meningkatkan kebiasaan kesehatan rongga mulut di rumah. Minum susu melalui botol yang sering dilakukan pada malam hari dan menyusui adalah berkaitan dengan ECC.10 Bakteri kariogenik seperti Streptococcus

mutans yang diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya

karies kemudian diikuti Lactobacillus sp. saat sudah terjadi kavitas pada enamel dapat ditularkan dari ibu ke anak melalui beberapa perilaku ibu seperti mencoba makanan anaknya dengan menggunakan sendok makan yang sama dengan anak, mengetes temperatur dot, kontak antara saliva ibu dengan mulut anaknya, penggunaan botol susu dengan cara yang salah dan anggota keluarga yang berbagi sikat gigi.11,17,18


(19)

Pada penelitian Vilija dkk (2005), 1.656 anak pra sekolah diperiksa dan 958 orang tua menyelesaikan kuesioner yang diberikan mengenai higiena oral anak dan sikap orang tua terhadap kesehatan mulut anak. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa status higiena oral anak tidak memuaskan (nilai OHI bervariasi antara 1,1 – 6,0). Berdasarkan jawaban orang tua terhadap kuesioner ditemukan bahwa 41% orang tua tidak teratur dalam menyikat gigi anak mereka, 14% orang tua menyikat gigi anak mereka dengan teratur, 5% orang tua mulai menyikat gigi anak mereka ketika gigi pertama anak mulai erupsi, 21,2% orang tua membawa anak mereka ke dokter gigi secara teratur dan 31,7% anak mengunjungi dokter gigi pertama kali akibat sakit gigi. 44,9% orang tua mengatakan bahwa gigi anak mereka mulai mengalami kerusakan pada tahun pertama kehidupan anak, 12% orang tua menolak untuk melibatkan anak mereka dalam usaha pencegahan karies.12

Tsamtsouris, White dan Clarke telah mendemonstrasikan bahwa menyikat gigi dengan pengawasan orang tua disertai instruksi menghasilkan skor plak yang jauh lebih rendah bahkan pada anak pra sekolah. Peneliti menyimpulkan bahwa bantuan dan pengarahan rutin dari orang tua penting untuk mempertahankan kontrol plak yang efektif pada anak pra sekolah. Pada plak anak dengan konsumsi gula yang tinggi ditemukan bakteri Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp. dalam jumlah yang banyak.13

Penelitian mengenai hubungan jumlah Lactobacillus sp. anak dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak belum pernah dilakukan sehingga peneliti ingin mengetahui mengenai hal tersebut. Subjek yang akan diteliti adalah anak–anak usia


(20)

2-5 tahun di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah yang berjumlah 35 anak.

1.2 Perumusan masalah

Penelitian ini untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah koloni

Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu mengenai kesehatan gigi anak usia 2–5 tahun.

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melihat apakah ada hubungan antara jumlah koloni Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu mengenai kesehatan gigi anak usia 2–5 tahun.

1.4 Manfaat penelitian

1. Manfaat untuk ilmu pengetahuan

Memberikan informasi khususnya di bidang Ilmu Kedokteran Gigi Anak mengenai adanya hubungan jumlah koloni Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu mengenai kesehatan gigi anak usia 2–5 tahun sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam melakukan penyuluhan (DHE) dan penelitian selanjutnya.

2. Manfaat untuk masyarakat

Memberikan informasi pada ibu dan anaknya mengenai adanya hubungan kebersihan rongga mulut anak dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak agar dapat memotivasi ibu melaksanakan perilaku yang baik bagi kesehatan gigi anak.


(21)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

ECC merupakan karies rampan yang banyak terjadi pada anak. American

Dental Association (ADA) mendefinisikan ECC sebagai adanya satu permukaan gigi

atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan (dengan atau tanpa kavitas) ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71 bulan. ECC sering disebut

Baby Bottle tooth decay, Nursing Bottle Syndrome, dan Rampant Caries Lesions.4

Berdasarkan perkembangannya, ECC dibagi menjadi 4 stadium yaitu : 1. Stadium inisial

Stadium inisial dikarakteristikkan dengan adanya lesi demineralisasi yang opak seperti kapur pada permukaan gigi insisivus sulung maksila ketika anak berusia 10 – 20 bulan atau kadang lebih muda. Pada stadium ini, lesi bersifat reversibel tetapi sering terabaikan oleh orang tua maupun dokter gigi saat memeriksa rongga mulut anak. Garis putih yang khas dapat dilihat pada bagian servikal permukaan labial dan palatal gigi insisivus maksila, dapat didiagnosa setelah gigi yang terlibat dikeringkan.


(22)

2. Stadium kedua

Stadium kedua berlangsung ketika anak berusia antara 16 – 24 bulan. Bagian dentin ikut terlibat ketika lesi putih pada gigi insisivus berkembang dengan cepat. Pada stadium ini, anak mulai mengeluh terjadinya hipersensitifitas terhadap rasa dingin. Dentin terekspos dan bewarna kuning serta konsistensinya lunak. Orang tua terkadang sadar akan perubahan warna gigi anak dan menjadi perhatian. Pada gigi molar sulung maksila terlihat lesi inisial pada bagian servikal, proksimal dan oklusal.

Gambar 3. Karies labial (stadium 1 dan 2) pada anak usia 3

tahun

3. Stadium ketiga

Stadium ketiga mulai berlangsung ketika anak berusia antara 20 – 36 bulan, dengan gambaran yang khas yaitu lesi yang besar dan dalam pada gigi insisivus maksila serta terjadi iritasi pulpa. Anak mengeluh sakit ketika mengunyah atau saat menyikat gigi. Anak juga mengeluh rasa sakit spontan pada malam hari. Saat tahap ini terjadi, pada gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 2 dan pada gigi molar sulung mandibula dan kaninus maksila berlangsung ECC stadium 1.


(23)

Gambar 4. ECC stadium 3

4. Stadium keempat

Stadium keempat mulai berlangsung ketika anak berusia antara 30 – 48 bulan. Gambaran karakteristik pada stadium ini yaitu adanya fraktur koronal gigi anterior maksila sebagai akibat destruksi amelodentinal. Pada stadium ini, gigi sulung anterior maksila biasanya nekrosis dan gigi molar sulung maksila berlangsung ECC stadium 3. Gigi molar dua dan kaninus maksila serta molar satu mandibula berlangsung ECC stadium 2. Beberapa anak menderita tetapi tidak dapat mengekspresikan keluhan sakit gigi mereka. Mereka mengalami gangguan tidur dan menolak makanan.9

Gambar 5. Destruksi gigi insisivus maksila dengan abses gigi 51 (stadium 4)


(24)

Gambar 6. ECC stadium 4

Karies merupakan suatu penyakit multifaktorial dimana keempat faktor utama berinteraksi dan menyebabkan ketidakseimbangan dalam demineralisasi dan remineralisasi antara permukaan gigi dengan plak ( biofilm ) di sekitarnya.2

Umumnya, karies dimulai dari enamel tapi bisa saja dimulai dari dentin atau sementum. Enamel tersusun atas struktur kimia yang kompleks yang mengandung 97% mineral (kalsium, fosfat, karbonat dan fluor), air 1% dan bahan organik 2%. Gigi desidui lebih mudah terkena karies daripada gigi permanen. Ini terjadi karena gigi desidui mengandung lebih banyak bahan organik dan air sedangkan jumlah mineral lebih sedikit daripada gigi permanen. Selain itu, secara kristalografis gigi desidui tidak sepadat gigi permanen. Hal ini mungkin yang menjadi salah satu alasan tingginya prevalensi karies pada anak.

Saliva memainkan peran penting dalam proses karies yaitu berperan sebagai self cleansing dan sistem bufer, membuat proses karies berjalan lebih lama dan juga berperanan pada proses remineralisasi dengan menghasilkan kalsium, fosfat dan fluor.14,15


(25)

Pada penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa Streptococcus mutans dan Lactobacillus sp. berkaitan dalam karies gigi.16 Streptococcus mutans diyakini sebagai bakteri awal pada proses terjadi dan berkembangnya karies, diikuti

Lactobacillus sp. saat sudah terjadi kavitas pada enamel.17

Lactobacillus sp. merupakan bakteri komensalis gram positif berbentuk coccobacillary (kebanyakan bentuk batang), alfa ataupun non-haemolitik dan bersifat

anaerob fakultatif serta menghasilkan asam laktat yang akan merusak bahan – bahan anorganik dari email sehingga memicu terjadinya proses karies. Lactobacillus sp. dibagi menjadi 2 kategori utama yaitu golongan homofermenters yang utamanya menghasilkan asam laktat (65%) dari fermentasi glukosa (contohnya L. casei) dan golongan heterofermenters yang menghasilkan selain asam laktat juga menghasilkan asetat, etanol dan karbon dioksida (contohnya L. fermentum).19

Lactobacillus sp. hidup pada kondisi microaerophilic dengan adanya

karbon dioksida dan pH yang asam (6,0) serta banyak terdapat di dalam rongga mulut dan bagian tubuh lainnya. Banyak penelitian menunjukkan prevalensi yang tinggi pada karies permukaan akar. Bakteri ini dianggap menjadi kandidat penyebab karies karena dijumpai jumlahnya yang tinggi pada kebanyakan lesi karies enamel. Korelasi positif antara jumlah Lactobacillus sp. di dalam plak dan saliva dengan aktivitas karies; kemampuan Lactobacillus sp. untuk mensintesa polisakarida baik ekstraseluler maupun intraseluler dari sukrosa; kemampuan beberapa spesies

Lactobacillus sp. menyebabkan karies pada tikus gnotobiotics (bebas kuman).

Kenyataan bahwa jumlah Lactobacillus sp. di dalam plak gigi yang diambil dari tempat yang sehat biasanya rendah. Walaupun peran Lactobacillus sp. pada proses


(26)

karies belum dijelaskan dengan baik, dipercaya bahwa spesies ini terlibat lebih dalam pada proses lesi enamel yang dalam dan merupakan organisme pelopor dalam proses karies terutama pada dentin.18,19

Substrat adalah campuran makanan halus dan minuman yang dimakan sehari – hari yang menempel di permukaan gigi. Substrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam mulut. Menaker (1980) menyatakan bahwa pada penduduk dengan diet makanan terutama yang mengandung lemak dan protein hanya ditemukan sedikit bahkan tidak ditemukan karies sama sekali di giginya. Proses karies akan terhambat bila anak makan dengan menu diet tinggi lemak.20

Vipeholm (1978) membuktikan tidak hanya jenis karbohidrat saja yang menyebabkan karies, tetapi frekwensi dan bentuk fisik juga berperan penting dalam menentukan karies. Karbohidrat dalam bentuk tepung atau cairan yang bersifat lengket serta mudah hancur di dalam mulut lebih memudahkan timbulnya karies dibanding bentuk fisik lain, misalnya kue – kue, roti, es krim, susu, coklat, permen dan lain – lain. Selain itu, Rugg-Gunn dkk (1984) juga menyatakan jumlah asupan gula harian pada anak lebih besar korelasinya terhadap karies dibanding dengan frekwensi makan gula. Makanan yang paling sering dimakan anak di antara dua waktu makan mempunyai ciri – ciri pH rendah, mengandung gula tinggi dan lengket.20

Beberapa jenis sayuran dan makanan telah diteliti untuk mengetahui hubungannya dengan karies. Sayuran dan buah yang berserat serta mengandung air bersifat membersihkan karena harus dikunyah dan dapat merangsang sekresi saliva


(27)

buah memiliki peranan dalam menghambat karies. Buah apel misalnya ternyata tidak ada hubungannya dengan pengurangan karies. Buah jeruk manis dan buah-buahan yang tidak berserat juga tidak dapat membantu mengurangi timbulnya karies bahkan jus dapat menyebabkan karies.20

Ketika makanan atau minuman yang mengandung karbohidat dikonsumsi, pH plak mulai menurun. Keadaan ini dapat bertahan selama 20 – 30 menit sebelum sifat bufer saliva menetralisir keasaman plak.21 Ketika asam dihasilkan, kristal enamel akan rusak dan terjadi kavitas. Waktu yang diperlukan untuk membentuk sebuah kavitas cukup bervariasi, diperkirakan 6-48 bulan.14,15


(28)

BAB 3

KERANGKA KONSEP

3.1 Kerangka teori


(29)

3.3 Hipotesis

Ada hubungan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak dengan jumlah


(30)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah observasional cross-sectional yang dianalitik.

4.2 Populasi dan sampel

Populasi penelitian adalah 35 anak yang berusia 2-5 tahun bersama dengan ibunya di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah, Medan. Sampel pada penelitian ini ialah 30 anak yang telah mendapatkan izin dan sesuai kriteria inklusi.

4.3 Kriteria inklusi dan eksklusi

Kriteria inklusi : 1. Anak dengan ECC

2. Anak berada dalam periode gigi desidui

3. Keadaan umum anak baik dan tidak mengonsumsi obat-obatan Kriteria ekslusi :

1. Anak yang tidak mendapatkan persetujuan orang tua 2. Anak yang menolak untuk diperiksa

4.4 Variabel penelitian


(31)

Variabel kendali : Anak usia 2-5 tahun, anak yang bersekolah di PAUD Ar Raudhatul Hasanah, jenis kelamin.

Variabel yang tidak terkendali : Kejujuran orang tua dalam menjawab

kuesioner, status sosial ekonomi, saliva, transmisi bakteri, kelainan struktur enamel, pendidikan orang tua, oral hygiene, kebiasaan menyusui, pola makan & nutrisi, fluor.

4.5 Hubungan antar variabel

Variabel terkendali : - Anak yang bersekolah di PAUD Al Raudhatul Hasanah

- Umur

- Jenis Kelamin

Perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak :

- baik - buruk

Jumlah koloni

Lactobacillus sp.

pada anak : - tinggi - rendah

Variabel tidak terkendali : - Pola makan & nutrisi - Saliva

- Transmisi bakteri - Kebiasaan menyusui - Fluor

- Sosial ekonomi - Pendidikan orang tua - Status kelahiran - Oral Hyginene

- Kelainan struktur enamel - Kejujuran orang tua


(32)

4.6 Definisi operasional

a. Early chidhood caries (ECC) adalah adanya satu permukaan gigi atau lebih pada gigi sulung yang mengalami kerusakan (dengan atau tanpa kavitas) ataupun yang ditambal pada anak usia sampai dengan 71 bulan.

b. Umur adalah usia sesuai dengan ulang tahun terakhir anak.

c. Jumlah koloni Lactobacillus sp. jumlah koloni Lactobacillus sp. yang didapat dari plak dan dibiakkan selama 24 jam diinkubasi pada suhu 370 C kemudian dihitung dengan counter colony.

d. Media adalah deMan Rogosa Sharpe Agar (MRS Agar) yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Sumatera Utara dan merupakan media selektif bagi

Lactobacillus sp. yang dapat menekan pertumbuhan bakteri lain selain Lactobacillus sp. Untuk 30 cawan petri sesuai dengan jumlah sampel dibutuhkan 18,6 gr MRS yang

dilarutkan dalam 300 ml air destilasi, dididihkan sambil diaduk lalu dituang ke dalam cawan petri kemudian disterilisasi dengan menggunakan autoklaf pada suhu 121 0C selama 15 menit kemudian didinginkan.

e. Pemberian skor kuesioner perilaku ibu adalah sebagai berikut :

No. Pertanyaan Jawaban Skor

1

A 0

B 0

C 1

2

A 0


(33)

B 0

C 1

4

A 1

B 0

C 0

5 A 1

B 0

6

A 1

B 0

C 0

7

A 1

B 0

C 0

8

A 0

B 0

C 1

9

A 0

B 0

C 1

10

A 1

B 0

C 0

11

A 1

B 0

C 0

12 A 1

B 0

13

A 1

B 0

C 0

14

A 1

B 0

C 0

15

A 1

B 0


(34)

f. Perilaku ibu tergolong baik apabila pada kuesioner diperoleh skor 8-15. g. Perilaku ibu tergolong buruk apabila pada kuesioner diperoleh skor 0-7. h. Jumlah Lactobacillus sp pada anak tergolong tinggi apabila jumlah

Lactobacillus sp > 1.000 CFU/ml.

i. Jumlah Lactobacillus sp pada anak tergolong rendah apabila jumlah

Lactobacillus sp < 1.000 CFU/ml.

4.7 Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan di dua tempat yaitu :

a. Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah, Medan. b. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Sumatera Utara.

Waktu melakukan penelitian ini lebih kurang 6 bulan (Agustus 2009-Januari 2010)

4.8 Alat dan bahan penelitian 4.8.1 Alat penelitian

a. Tiga serangkai : sonde, pinset dan kaca mulut b. Masker

c. Gelas d. Senter

e. Sarung tangan f. Cotton bud steril


(35)

h. Inkubator 1 unit i. Autoklaf 1 unit j. Colony counter k. Ose

l. Lampu spiritus m.Pinset

n. Cawan Petri o. Tabung reaksi p. Rak tabung reaksi q. Gelas ukur

r. Vortex

4.8.2 Bahan penilitian

a. Media MRS Agar

b. Larutan saline (NaCl 0,9%) c. Dettol

d. Alkohol e. Aquades

4.9 Prosedur penelitian

a. Setelah proposal penelitian selesai dan mendapat persetujuan, diperoleh


(36)

Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara lalu penelitian segera dilakukan.

b. Informed Concern diberikan pada subjek penelitian (ibu).

c. Setelah informed concern ditandatangani, dilakukan pemeriksaan pada rongga mulut anak yang memenuhi kriteria inklusi.

e. Anak diminta untuk membuka mulutnya dan dilakukan tindakan pengambilan plak gigi dengan cara cottonbud steril diambil dari dalam tabung reaksi dengan pinset dan dilakukan dekat dengan lampu spiritus guna mencegah kontaminasi bakteri dari udara.

f. Pengambilan plak dilakukan dengan metode swab pada seluruh permukaan gigi antara pukul 08.00-10.00 WIB.

g. Kemudian dimasukkan ke dalam tabung reaksi steril yang berisi 2 ml larutan saline NaCl 0,9% yang telah diberi label pengenal pada masing-masing tabung reaksi tersebut.

h. Mulut tabung reaksi tersebut ditutup dengan menggunakan kapas, kemudian disusun ke dalam rak tabung dan disimpan dalam cooler box berisi es.

i. Cooler box ditutup dengan rapat lalu dibawa ke Laboratorium Mikrobiologi FMIPA USU dan segera dilakukan pembiakkan, caranya sampel plak di dalam tabung reaksi divortex selama 1 menit lalu 0,1 ml larutan sampel diambil kemudian dituang ke dalam cawan petri, dimasukkan ke dalam inkubator dengan suhu 37oC.

l. Setelah 24 jam di dalam inkubator, cawan petri dikeluarkan dan dilakukan pengamatan terhadap bakteri Lactobacillus sp. yang tumbuh.


(37)

m. Kemudian dilakukan penghitungan jumlah koloni dengan menggunakan

colony counter.

4.10 Pengolahan dan analisis data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan menggunakan sistem komputerisasi dan dianalis dengan Uji Mann Whitney.

4.11 Jadwal waktu pelaksanaan

4.12 Anggaran penelitian

Kertas kuarto 2 rim @ Rp. 30.000,00 Rp. 60.000,00

Pulpen 5 buah @ Rp 2.000 Rp. 10.000,00

Tinta printer Rp. 100.000,00

Fotokopi Rp. 50.000,00


(38)

Sarung tangan 1 kotak Rp. 30.000,00

Dettol Rp. 10.000,00

Kapas Rp. 5.000,00

Sonde Rp. 20.000,00

Kaca mulut 2 buah @ Rp. 20.000 Rp. 40.000,00

Cotton bud steril Rp. 10.000,00 Media MRS 500 gr @ Rp. 1.397.000,00 Rp. 1.397.000,00

Transportasi Rp. 50.000,00

Cindera mata Rp. 100.000,00

Laporan proposal 5 @ Rp 10.000 Rp. 50.000,00

Seminar Rp. 100.000,00

Biaya tak terduga (10%) Rp. 212.700,00

Jumlah Rp 2.304.500,00


(39)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil perhitungan skor kuesioner orang tua

Hasil perhitungan skor kuesioner yang mencerminkan perilaku ibu dapat dilihat pada Tabel 1.


(40)

Pemberian skor kuesioner berdasarkan atas banyaknya jawaban benar yang dijawab oleh orang tua anak atas pertanyaan yang ada di dalam kuesioner. Setiap 1(satu) pertanyaan yang dijawab dengan benar maka diberi skor 1(satu).

Berdasarkan hasil perhitungan skor kuesioner orang tua didapatkan jumlah orang tua yang tergolong berperilaku baik adalah sebanyak 16 orang (53,4%) dan orang tua yang tergolong berperilaku buruk adalah 14 orang (46,6%).

5.2 Hasil perhitungan jumlah koloni Lactobacillus sp.

Hasil perhitungan jumlah koloni Lactobacillus sp. anak dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Hasil perhitungan jumlah koloni Lactobacillus sp. anak

No. Sampel Jumlah Lactobacillus sp. (CFU/ml)

1 720

2 930

3 3880

4 2640

5 1760

6 4680

7 4960

8 4368

9 4108

10 670

11 21280

12 46480

13 5320


(41)

17 30160

18 3920

19 52640

20 34720

21 4240

22 3440

23 6120

24 2640

25 24640

26 20840

27 1650

28 18200

29 25200

30 82560

Jumlah Lactobacillus sp. anak tergolong tinggi apabila jumlah koloni

Lactobacillus sp. yang didapatkan lebih dari 1.000 CFU/ml (>1.000 CFU/ml) dan

tergolong rendah apabila jumlah koloni Lactobacillus sp. yang didapatkan kurang dari 1.000 CFU/ml (<1.000 CFU/ml).

Berdasarkan hasil perhitungan jumlah Lactobacillus sp. anak didapatkan anak dengan jumlah Lactobacillus sp. yang tergolong rendah adalah sebanyak 3 anak (10%) dan anak dengan jumlah Lactobacillus sp. yang tergolong tinggi adalah sebanyak 27 anak (90%).

5.3 Hasil uji statistik antara perilaku ibu dengan jumlah Lactobacillus sp. anak

Hasil perhitungan statistik dengan menggunakan uji Mann Whitney yang menjelaskan hubungan jumlah Lactobacillus sp. dengan perilaku ibu terhadap


(42)

kesehatan gigi anak yang dicerminkan melalui skor kuesioner dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Perhitungan statistik antara jumlah Lactobacillus sp. dengan skor kuesioner orang tua

Perilaku Ibu

N

(%) Rata-rata Jumlah Lactobacillus sp. Anak (CFU/ml) P

Baik 53,4 22.482,88

0,308

Buruk 46,6 12.834,29

Berdasarkan hasil uji Mann Whitney, pada Tabel 3 menunjukkan tidak ada hubungan antara jumlah Lactobacillus sp. anak dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak, yang dapat dilihat melalui nilai p yang diperoleh yaitu p = 0,308 dimana apabila nilai p > 0,05 berarti tidak terdapat hubungan antara dua variabel yang diteliti.

Rata-rata jumlah koloni Lactobacillus sp. anak dengan perilaku ibu yang baik adalah 22.482,88 CFU/ml sedangkan rata-rata jumlah koloni Lactobacillus sp. anak dengan perilaku ibu yang buruk adalah 12.834,29 CFU/ml. Ini menunjukkan bahwa rata-rata jumlah Lactobacillus sp. dari kedua kelompok tergolong tinggi yaitu lebih dari 1.000 CFU/ml (Tabel 3)


(43)

BAB 6 PEMBAHASAN

Hasil penelitian pada anak umur 2-5 tahun di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara jumlah Lactobacillus sp. anak dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak dimana nilai p yang didapatkan adalah p = 0,308 ( p > 0,05 ) ditunjukkan pada Tabel 3.

Nilai p yang diperoleh melalui perhitungan statistik dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang tidak dapat dikendalikan oleh peneliti seperti kejujuran orang tua dalam mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti. Tingginya jumlah

Lactobacillus sp. juga dapat disebabkan oleh perilaku anak yang tidak diketahui oleh

orang tua seperti makan makanan selingan tanpa sepengetahuan orang tua dan juga kemungkinan terjadinya transmisi bakteri sesama anak seperti saling berbagi makanan maupun minuman.

Pada penelitian yang dilakukan oleh Krishnakumar dkk (2002) di Davangere, India, rata-rata jumlah koloni Lactobacillus sp. yang diperoleh dari 40 anak yang mengalami ECC adalah 1,426 x 106 CFU/ml, jauh lebih besar dari rata-rata yang diperoleh peneliti yaitu sebesar 1,798 x 104 CFU/ml. Hal ini mungkin disebabkan cara Khrisnakumar dkk menginkubasi sampel dalam cawan petri berbeda dengan peneliti dimana ia menginkubasi sampel selama 48 jam dan dalam kondisi anaerob yang mendukung pertumbuhan bakteri ini sedangkan peneliti menginkubasi cawan petri tersebut hanya selama 24 jam dan dalam kondisi mikroaerofilik sehingga


(44)

pertumbuhan Lactobacillus sp. tidak seoptimal yang dilakukan oleh Krishnakumar dkk. Selain itu, Krishnakumar menggunakan media pembiakkan dengan komposisi yang berbeda dengan peneliti. Peneliti mengacu pada penelitian Svec dkk (2009), metode pembiakkan Lactobacillus sp. yang digunakan yaitu dengan menginkubasi cawan petri dalam kondisi mikroaerofilik selama 24 jam pada suhu 37oC lalu diamati. Berdasarkan yang dilakukan Sven dkk inilah peneliti menggunakan metode yang sama sesuai kondisi yang ada dengan menimbang keterbatasan alat laboratorium yang ada dimana tidak tersedianya media pembiakkan anaerob yang memadai.


(45)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian hubungan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak dengan jumlah Lactobacillus sp. anak usia 2-5 tahun di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah Medan disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara jumlah Lactobacillus sp. anak dengan perilaku ibu terhadap kesehatan gigi anak (p > 0,05).

7.2 Saran

1. Pengkulturan bakteri Lactobacillus sp. sebaiknya dilakukan dengan menggunakan anaerobic jar untuk meniru kondisi dalam rongga mulut anak sehingga hasil jumlah bakteri Lactobacillus sp. lebih akurat.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan jumlah


(46)

DAFTAR PUSTAKA

1. Krishnakumar R, Singh S, Subba Reddy V.V. Comparison of levels of mutan streptococci and lactobacilli in children with Nursing Bottle Caries, Rampant Caries, healthy children with 3-5 dmft/DMFT and healthy caries free children. J Indian Soc Pedo Prev Dent 2002; 20:1:1-5.

2. Ribeiro NME, Ribeiro MAS. Breastfeeding and Early Childhood Caries: a critical review. J Pediatr 2004; 80(5 Suppl): 199-210.

3. Slavkin H C. Streptococcus mutans, Early Chidhood Caries, and opportunisties. J Am Dent Assoc 1999; 130:1787-8.

4. Chu S. Early Childhood Caries: risk and prevention in underserved populations. JYI 2009; 19 (8): 1-2,5.

5. Berkowitz RJ. Causes, treatment and prevention of Early Childhood Caries: A microbiologic perspective. J Can Dent Assoc 2003; 69(5): 304-6.

6. Sugito FS, Djoharnas H, Darwita RR. Hubungan pemberian ASI dengan kejadian karies (Early Childhood Caries) pada anak usia dibawah tiga tahun di DKI Jakarta. http://www.ui.ac.id/id/directories/scholar/archive/1. (20 September 2009). (abstrak).

7. DenBesten P, Berkowitz R. Early Childhood Caries: an overview with reference to our experience in California. Journal of the California Dental Association 2003: 1-8.


(47)

9. Msefer S. Importance of early diagnosis of Early Childhood Caries. JODQ 2006; suppl: 6-8.

10.American Academy of Pediatric Dentistry. Policy on Early Childhood Caries

(ECC) unique challenges and treatment options.

http://www.aapd.org/media/Policies_Guidelines/P_ECCUniqueChallenges.pdf. (22 Agustus 2009).

11.Kandelman D, Ouatik N. Prevention of Early Childhood Caries (ECC). JODQ 2006; suppl: 9-11.

12.Vaitkeviciene V, Milciuviene S, Zaborskis A. Oral hygiene of preschool children in Kaunas City and their parents` attitude towards children`s oral health. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15947527. (3 September 2009). + (abstrak). 13.McDonald RE, Avery DR, Dean JA. Dentistry for the child and adolescent. 8.

St.Louis: Mosby, 2004: 35,220,223.

14.Pintauli S. Menuju gigi dan mulut sehat. Medan: USU Press, 2008: 5-8,20.

15.Panjaitan M. Etiologi karies gigi dan penyakit periodontal. Medan: USU Press, 1997: 7-25.

16.Corby PM, Lyons-Weiler J, Bretz WA et al. Microbial risk indicators of Early Childhood Caries. J Clin Microbiol 2005; 43(11): 5753.

17.Cameron AC, Widmer RP. Handbook of pediatric dentistry. 2. London: Mosby, 2003: 44.

18.Samaranayake L. Essential microbiology for dentistry. 3. Philadelphia: Elsevier, 2006: 123,269.


(48)

20.Suwelo IS. Karies gigi pada anak dengan pelbagai faktor etiologi : kajian pada anak usia prasekolah. Jakarta: EGC, 1992: 21-27.

21.Journal of Dental Hygiene. Diet and nutrition implications for oral health. 1 Januari 2002. http://goliath.ecnext.com/coms2/gi_0199-1541444/Diet-and-nutrition-implications-for.html. (4 September 2009).


(49)

Lampiran 1

INFORMASI KEPADA ORANG TUA/WALI SUBJEK PENELITIAN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu/Sdr……….. Orang Tua/Wali dari………

Bersama ini saya mohon kesediaan Bapak/Ibu /Sdr dapat mengijinkan ananda………

Untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian kami yang berjudul :

Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah, Medan

Dengan Tujuan :

Untuk mengetahui jumlah bakteri Lactobacillus sp. pada rongga mulut anak dihubungkan dengan perilaku ibu dalam menjaga dan memelihara kesehatan gigi anaknya.

Dalam penelitian tersebut, kepada anak anda akan dilakukan pengambilan sampel plak dengan menggunakan kapas lidi (cottonbud) steril pada seluruh permukaan gigi anak anda.


(50)

Keuntungan menjadi subjek penelitian adalah subjek penelitian dapat mengetahui jumlah Lactobacillus sp. yang merupakan salah satu bakteri penyebab kerusakan gigi sehingga Bapak/ Ibu dapat menilai apakah perilaku Bapak/Ibu terhadap kesehatan gigi anak sudah baik atau tidak.

Jika bapak/ Ibu/ Sdr bersedia, Surat Pernyataan Kesediaan menjadi Subjek Penelitian harap ditandatangani dan dikirim kembali kepada :

Wali Kelas………

Perlu Bapak/Ibu/Sdr ketahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Bapak/Ibu/ Sdr dapat mengundurkan diri dari penelitian ini kapan saja selama penelitian berlangsung

Mudah-mudahan keterangan saya diatas dapat dimengerti dan atas kesediaan ananda dari bapak/Ibu/Sdr untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.

Medan,……….. Peneliti,

Calvin Conelly Hp : 08126038880


(51)

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah, Medan

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengijinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini oleh peneliti Calvin Conelly sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,………2009 Tanda tangan,

(……….) Orang tua ananda………..

Alamat :………


(52)

Lampiran 3

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI ANAK/ No. Kartu

PEDODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI-USU

KUESIONER ORANG TUA

PERILAKU ORANG TUA TERHADAP KESEHATAN GIGI ANAK

DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI AL RAUDHATUL HASANAH, MEDAN

Tanggal Pemeriksaan : ………..

Nama Lengkap anak :………. Jenis kelamin : LK / PR Tanggal lahir anak :……….

Umur anak :……….. tahun

Nama orang tua :………

Usia Orang tua :………

Suku ayah :………

Pekerjaan ayah :………

Alamat rumah :………

Petunjuk Pengisian : Beri tanda silang ( X ) pada jawaban anda.

Mohon diisi dengan benar dan terimakasih atas kerjasamanya.

1. Apakah Ibu memberikan makanan atau minuman sebelum anak tidur ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Apakah Ibu menyusui anak ibu di malam hari sambil anak tertidur ? a. Ya


(53)

c. Tidak

3. Apakah Ibu sering menambahkan gula ke dalam minuman anak ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

4. Berapa kali Ibu memberikan makanan selingan (jajan) kepada anak di antara jam makan ?

a. 2-3 kali sehari b. 4-5 kali sehari

c. Lebih dari 5 kali sehari

5. Jenis makanan apa yang biasa Ibu berikan pada anak di antara jam makan (makanan selingan) ?

a. Padat b. Lunak

6. Pada usia berapa anak sudah mulai menyikat gigi ? a. Usia di bawah 2 tahun

b. Usia 2 – 3 tahun c. Di atas 3 tahun

7. Apakah Ibu membantu atau mengawasi anak dalam penyikatan gigi ? a. Ya

b. Kadang-kadang b. Tidak

8. Jika Ya, Ibu membantu menyikatkan gigi atau mengawasi penyikatan gigi anak sampai anak usia berapa ?


(54)

a. Usia di bawah 2 tahun b. Usia 2 – 6 tahun c. Lebih dari 7 tahun

9. Berapa kali dalam sehari anak menyikat gigi ? a. Satu kali sehari

b. Dua kali sehari c. Tiga kali sehari

10. Apakah anak Ibu menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi berfluor ? a. Ya

b. Kadang-kadang b. Tidak

11. Apakah anak membersihkan gigi setelah minum susu ataupun mengemil ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

12. Jika Ya, bagaimana cara anak membersihkan giginya ? a. Menyikat gigi

b. Berkumur

13. Menurut Ibu, kapan waktu terbaik untuk mengenalkan anak tentang menyikat gigi dan membersihkan gigi ?

a. Sejak gigi pertama anak tumbuh b. Usia 1-2 tahun


(55)

14. Apakah Ibu pernah mengajak anak ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi sang anak ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

15. Jika Ya, dalam selang waktu berapa lama Ibu membawa sang anak ke dokter gigi ?

a. ± 6 bulan sekali b. ± 1 tahun sekali c. ± 2 tahun sekali


(56)

(1)

Lampiran 2

SURAT PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI SUBJEK PENELITIAN

Setelah membaca semua keterangan tentang risiko, keuntungan, dan hak-hak saya/anak saya sebagai subjek penelitian yang berjudul :

Hubungan Perilaku Ibu Terhadap Kesehatan Gigi Anak Dengan Lactobacillus

sp. Anak Usia 2-5 Tahun di Pendidikan Anak Usia Dini Ar Raudhatul Hasanah,

Medan

Saya dengan sadar dan tanpa paksaan bersedia mengijinkan anak saya berpartisipasi dalam penelitian ini oleh peneliti Calvin Conelly sebagai mahasiswa FKG USU, dengan catatan apabila suatu ketika merasa dirugikan dalam bentuk apapun, berhak membatalkan persetujuan ini.

Medan,………2009 Tanda tangan,

(……….) Orang tua ananda………..

Alamat :………


(2)

Lampiran 3

DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI ANAK/ No. Kartu PEDODONSIA

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI-USU

KUESIONER ORANG TUA

PERILAKU ORANG TUA TERHADAP KESEHATAN GIGI ANAK

DI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI AL RAUDHATUL HASANAH, MEDAN

Tanggal Pemeriksaan : ………..

Nama Lengkap anak :………. Jenis kelamin : LK / PR Tanggal lahir anak :……….

Umur anak :……….. tahun

Nama orang tua :……… Usia Orang tua :………

Suku ayah :………

Pekerjaan ayah :……… Alamat rumah :………

Petunjuk Pengisian : Beri tanda silang ( X ) pada jawaban anda.

Mohon diisi dengan benar dan terimakasih atas kerjasamanya.

1. Apakah Ibu memberikan makanan atau minuman sebelum anak tidur ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

2. Apakah Ibu menyusui anak ibu di malam hari sambil anak tertidur ? a. Ya


(3)

c. Tidak

3. Apakah Ibu sering menambahkan gula ke dalam minuman anak ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

4. Berapa kali Ibu memberikan makanan selingan (jajan) kepada anak di antara jam makan ?

a. 2-3 kali sehari b. 4-5 kali sehari

c. Lebih dari 5 kali sehari

5. Jenis makanan apa yang biasa Ibu berikan pada anak di antara jam makan (makanan selingan) ?

a. Padat b. Lunak

6. Pada usia berapa anak sudah mulai menyikat gigi ? a. Usia di bawah 2 tahun

b. Usia 2 – 3 tahun c. Di atas 3 tahun

7. Apakah Ibu membantu atau mengawasi anak dalam penyikatan gigi ? a. Ya

b. Kadang-kadang b. Tidak

8. Jika Ya, Ibu membantu menyikatkan gigi atau mengawasi penyikatan gigi anak sampai anak usia berapa ?


(4)

a. Usia di bawah 2 tahun b. Usia 2 – 6 tahun c. Lebih dari 7 tahun

9. Berapa kali dalam sehari anak menyikat gigi ? a. Satu kali sehari

b. Dua kali sehari c. Tiga kali sehari

10. Apakah anak Ibu menyikat gigi dengan menggunakan pasta gigi berfluor ? a. Ya

b. Kadang-kadang b. Tidak

11. Apakah anak membersihkan gigi setelah minum susu ataupun mengemil ? a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

12. Jika Ya, bagaimana cara anak membersihkan giginya ? a. Menyikat gigi

b. Berkumur

13. Menurut Ibu, kapan waktu terbaik untuk mengenalkan anak tentang menyikat gigi dan membersihkan gigi ?

a. Sejak gigi pertama anak tumbuh b. Usia 1-2 tahun


(5)

14. Apakah Ibu pernah mengajak anak ke dokter gigi untuk memeriksakan gigi sang anak ?

a. Ya

b. Kadang-kadang c. Tidak

15. Jika Ya, dalam selang waktu berapa lama Ibu membawa sang anak ke dokter gigi ?

a. ± 6 bulan sekali b. ± 1 tahun sekali c. ± 2 tahun sekali


(6)