Dampak Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Asahan

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sub sektor peternakan dalam mewujudkan program pembangunan peternakan
secara operasional diawali dengan pembentukan atau penataan kawasan melalui
pendekatan sistem dan usaha agribisnis. Pembangunan kawasan agribisnis
berbasis peternakan merupakan salah satu alternatif program terobosan yang
diharapkan dapat menjawab tantangan dan tuntutan pembangunan peternakan
yaitu meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Siswanto, 2013).
Sektor peternakan sapi merupakan bagian dari sub sektor peternakan yang
menghasilkan komoditas susu dan daging dalam memenuhi kebutuhan masyarakat
Indonesia. Dalam menyiasati pengembangan agribisnis agroindustri telah
disepakati visi pembangunan pertanian yaitu modern, tangguh dan efisien.
Adapun misinya adalah memberdayakan petani, peternak dan nelayan menuju
suatu masyarakat tani yang mandiri, maju, sejahtera dan berkeadilan. Sasaran
tersebut hanya akan dapat dicapai bila dilakukan dengan strategi mengoptimalkan
pemanfaatan sumberdaya, memperluas spektrum pembangunan pertanian,
menerapkan teknologi tepat guna serta meningkatkan efisiensi sistem agribisnis
dengan penerapan ilmu dan teknologi. Sasaran pembangunan jangka panjang
yakni menciptakan kemampuan industri yang kuat dan didukung oleh pertanian

yang tangguh, maka pembangunan sub sektor peternakan diarahkan untuk
mengembangkan pola peternakan yang berwawasan agroindustri, agribisnis,
berdaya guna dan tangguh.

1
Universitas Sumatera Utara

Hampir disemua negara berkembang sektor pertanian merupakan mata
pencaharian dari sebagian besar penduduknya yang juga bertempat tinggal
dipedesaan. Pembangunan pertanian selalu dikaitkan dengan dengan tujuan
peningkatan pendapatan penduduk perdesaan dan dianggap identik dengan
pembangunan wilayah pedesaan. Pembangunan bidang pertanian sebagai salah
satu pendukung perkembangan ekonomi kerakyatan yang diharapkan dapat
tumbuh berkembang sebagai tulang punggung ekonomi nasional. Selain itu
pembangunan pertania akan sangat membantu dalam program penanggulangan
kemiskinan utamanya di daerah pedesaan.
Keberhasilan pembangunan peternakan yang dilaksanakan, ditandai dengan
membaiknya pendapatan para peternak dan meningkatnya daya beli peternak
terhadap produk-produk perternakan maupun produk-produk lain untuk
pemenuhan kebutuhan kehidupannya. Pembangunan perternakan yang hanya

berhasil meningkatkan produksi perternakan tanpa diikuti meningkatnya
pendapatan dan daya beli para peternak, tentu tidak banyak manfaatnya bagi
peternak. Peningkatan pendapatan dan peningkatan daya beli para peternak sangat
berpengaruh dalam mendorong kegiatan perekonomian lainnya. Oleh karena itu,
pembangunan tersebut harus mampu mengakomodasi berbagai aspek kehidupan
masyarakat utamanya para peternak, sehingga pertumbuhan (perkembangan
ekonomi) menunjukkan kinerja yang baik.
Pembangunan peternakan terutama pengembangan sapi potong perlu dilakukan
melalui pendekatan usaha yang berkelanjutan, modern, dan profesional dengan
memanfaatkan inovasi teknologi untuk meningkatkan efisiensi usaha. Selain itu,
pengembangan usaha sapi potong hendaknya didukung oleh industri pakan
2
Universitas Sumatera Utara

dengan mengoptimalkan pemanfaatan bahan pakan spesifik lokasi melalui pola
yang terintegrasi. Untuk memenuhi kecukupan pangan, terutama protein hewani,
pengembangan peternakan yang terintegrasi merupakan salah satu pilar
pembangunan sosial ekonomi (Suharti, 2014).
Salah satu kendala yang dihadapi peternak dalam melakukan usahatani produksi
maupun peningkatan skala usaha. Peningkatan skala usaha sampai dengan skala

ekonomis perlu mendapatkan perhatian agar usaha menjadi lebih efisien sehingga
pendapatan akan meningkat. Meningkatnya pendapatan pada gilirannya akan
meningkatkan kesejahteraan para petani/peternak, yang selanjutnya akan
meningkatkan daya beli sehingga menimbulkan efek berantai yang positif bagi
perekonomian.
Usaha peternakan yang diusahakan petani peternak sebagian besar merupakan
usaha peternakan rakyat dan termasuk kriteria usaha mikro kecil, hasil
produksinya belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan pasar. Hal ini
disebabkan karena volume usaha masih kecil, disebabkan permodalan terbatas.
Upaya untuk meningkatkan permodalan usaha beternak sapi dilakukan antara lain
dengan memberikan fasilitas kredit sebagai tambahan modal usaha. Kredit dengan
persyaratan ringan dibutuhkan oleh para peternak, dengan permodalan yang cukup
peternak akan lebih leluasa dalam mengelola usahanya. Pada umumnya peternak
akan melakukan tindakan rasional untuk memaksimumkan pendapatannya, namun
ada kendala permodalan dalam usahanya, peternak belum dapat memperoleh
pendapatan yang seharusnya dapat dicapai. Implementasi KUPS ini didasarkan
pada

2


peraturan

menteri

yaitu

peraturan

menteri

pertanian

nomor:40/Permentan/PD.400/9/2009, tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
3
Universitas Sumatera Utara

Pembibitan Sapi, yang diterbitkan pada tanggal 18 September 2009. Serta
Peraturan Menteri Keuangan No.131/PMK.05/2009, tentang Kredit Usaha
Pembibitan


Sapi,

yang

berlaku

mulai

18

Agustus

2009.

Sebagai

langkah implementasi kedua peraturan menteri ini, ditunju sebanyak 11 bank
pemerintah sebagai pelaksana, yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Bukopin, Bank
Mandiri, Bank BPD Sumut, Bank BPD Sumbar, Bank BPD Jateng, Bank BPD
DIY, Bank BPD Jatim, Bank BPD Bali, dan Bank BPD NTB.

Pemberian kredit tambahan modal bagi para peternak sapi merupakan salah satu
upaya dalam meningkatkan kapasitas udaha para peternak. Harapan semakin
bertambahnya permodalan untuk kegiatan usaha ternak sapi, akan dapat
meningkatkan pendapatan peternak penerima kredit. Berdasarkan hal tersebut
perlu dianalisis mengenai “Dampak Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS)
Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Ternak Sapi di Kabupaten
Asahan”
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan KUPS (Kredit Usaha Peternakan Usaha) pada
kelompok ternak di Kabupaten Asahan ?
2. Bagaimana dampak KUPS (Kredit Usaha Peternakan Usaha) terhadap
peningkatan pendapatan usaha ternak sapi di Kabupaten Asahan?

4
Universitas Sumatera Utara

1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menganalisis penggunaan kredit pada usaha ternak sapi di Kabupaten
Asahan.
2. Untuk menganalisis dampak kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha
ternak sapi di Kabupaten Asahan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebagai sumber informasi dan study bagi pelaku usaha sapi potong di
Kabupaten Asahan.
2. Sebagai sumber informasi dan bahan pertimbangan kepada pihak pemerintah
untuk terus mengembangkan usaha sapi potong di Kabupaten Asahan.
3. Sebagai bahan informasi dan referensi yang dapat menambah dan
memperkaya bahan kajian teori untuk pengembangan penelitian selanjutnya.

5
Universitas Sumatera Utara