Dampak Kredit Usaha Pembibitan Sapi (KUPS) Terhadap Peningkatan Pendapatan Usaha Ternak Sapi di Kabupaten Asahan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kredit
Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani yaitu credere yang berarti kepercayaan
(truth atau faith), oleh karena itu dasar dari kredit adalah kepercayaan. Arti
percaya dari pemberi kredit adalah ia percaya kepada penerima kredit bahwa
kredit yang disalurkannya pasti akan dikembalikan sesuai dengan perjanjian.
Sedangkan bagi penerima kredit merupakan penerimaan kepercayaan sehingga
mempunyai kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu. Seseorang
atau suatu badan yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima
kredit (debitur) di masa mendatang akan sanggup memenuhi segala sesuatu yang
telah dijanjikan yang berupa uang, jasa atau barang (Suyatno et al., 2007).
Pengertian kredit menurut Undang-undang Perbankan Nomor 10 tahun 1998
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka
waktu tertentu dengan pemberian bunga. Sedangkan pengertian bank menurut
Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 adalah usaha yang menghimpun dana dari
masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat
dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf

hidup rakyat banyak (Bank Indonesia, 2002).
Di Indonesia sistem perbankan yang berlaku pada saat ini ada dua macam (dual
system), yaitu sistem konvensional bank masih menerapkan sistem bunga dan

6
Universitas Sumatera Utara

sistem syariah menitik beratkan pada bagi hasil sebagai padanan kredit pada bank
konvensional sehingga pada bank syariah dikenal dengan aktivitas pembiayaan
(Suyatno et al., 2007).
Pengertian kredit diatas dapat dijelaskan bahwa kredit adalah pemberian pinjaman
(kredit) dalam jangka waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh perusahaan.
Nasabah menyelesaikan pinjamannya kepada perusahaan sebagai pemberi
pinjaman (kreditur), dengan cara mengembalikan uang pinjaman dan membawa
sewa modalnya berdasarkan ketentuan yang berlaku. Manusia memerlukan kredit
karena manusia adalah homo economicus dan setiap manusia selalu berusaha
untuk memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan manusia beraneka ragam sesuai
dengan harkatnya yang selalu meningkat, sedangkan kemampuannya untuk
mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini menyebabkan manusia
memerlukan bantuan untuk memenuhi hasrat dan citacitanya, dalam hal ini ia

berusaha. Maka untuk meningkatkan usahanya atau untuk meningkatkan daya
guna suatu barang, manusia sangat memerlukan bantuan dalam bentuk
permodalan. Bantuan pada lembaga keuangan bank maupun non perbankan
disebut kredit.
Dalam memberikan kredit, lembaga keuangan khususnya bank mempunyai
kriteria penilaian terhadap nasabah. Suyatno et al. (2007) menjelaskan beberapa
unsur-unsur kredit adalah:
1. Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi kredit bahwa kredit yang diberikan (berupa uang,
barang atau jasa) akan benar-benar diterima kembali dimasa tertentu dimasa yang
akan datang. Kepercayaan ini diberikan oleh bank, sebelumnya sudah dilakukan
7
Universitas Sumatera Utara

penelitian penyelidikan tentang nasabah baik secara internal maupun eksternal.
Penelitian dan penyelidikan tentang kondisi masa lalu dan sekarang terhadap
nasabah pemohon kredit.
2. Kesepakatan
Disamping unsur percaya didalam kredit juga mengandung unsur kesepakatan
antara pemberi kredit dengan penerima kredit. Kesepakatan ini dituangkan dalam

suatu

perjanjian

dan

masing-masing

pihak

menandatangani

hak

dan

kewajibannya.
3. Jangka Waktu
Setiap kredit yang diberikan memiliki jangka waktu tertentu, jangka waktu ini
mencakup masa pengembalian kredit yang telah disepakati. Jangka waktu tersebut

bisa berbentuk jangka pendek, jangka menengah atau jangka panjang.
4. Risiko
Adanya suatu tenggang waktu pengembalian akan menyebabkan suatu resiko
tidak tertagihnya/macet pemberian kredit. Semakin panjang suatu kredit semakin
besar risikonya demikian pula sebaliknya. Risiko ini menjadi tanggungan bank,
baik risiko yang disengaja oleh nasabah yang lalai, maupun oleh risiko yang tidak
disengaja. Misalnya terjadi bencana alam atau bangkrutnya usaha nasabah tanpa
ada unsur kesengajaan lainnya.
5. Balas Jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu kredit atau jasa tersebut yang kita
kenal dengan nama bunga.

8
Universitas Sumatera Utara

2.2 Pentingnya Kredit Dalam Mendukung Usaha Tani
Kredit sangat dibutuhkan untuk melaksanakan pembagunan. Kredit memiliki
fungsi dan tujuan yaitu:
1. Mencari keuntungan
Yaitu bertujuan untuk memperoleh hasil dari pemberian kredit tersebut. Hal

tersebut terutama dalam bentuk bunga yang diterima oleh bank sebagai balas jasa
dan biaya administrasi kredit yang dibebankan kepada nasabah. Keuntungan ini
penting untuk kelangsungan hidup lembaga keuangan tersebut. Jika lembaga
keuangan terus menerus rugi, maka besar kemungkinan lembaga keuangan
tersebut akan dilikuidasi atau dibubarkan.
2. Membantu usaha nasabah
Tujuan lainnya adalah untuk membantu usaha nasabah yang memerlukan dana,
baik dana investasi maupun dana untuk modal kerja. Dengan dana tersebut, maka
pihak debitur dapat mengembangkan dan memperluas usahanya.
3. Membantu pemerintah
Bagi pemerintah semakin banyak kredit yang disalurkan oleh pihak perbankan,
maka semakin baik, mengingat semakin banyak kredit berarti adanya peningkatan
pembangunan di berbagai sektor. Keuntungan bagi pemerintah dengan
menyebarnya pemberian kredit adalah:
a. Penerimaan pajak, dari keuntungan yang diperoleh nasabah dan bank.
b. Membuka kesempatan kerja, dalam hal ini untuk kredit pembangunan usaha
baru atau perluasan usaha akan membutuhkan tenaga kerja baru sehingga dapat
menyerap tenaga kerja yang masih menganggur.

9

Universitas Sumatera Utara

c. Meningkatkan jumlah barang dan jasa, jelas sekali bahwa sebagian besar kredit
yang disalurkan akan dapat meningkatkan jumlah barang dan jasa yang beredar di
masyarakat.
d. Menghemat devisa negara, terutama untuk produk-produk yang sebelumnya
diimpor dan apabila sudah dapat diproduksi di dalam negeri dengan fasilitas
kredit yang ada jelas akan dapat menghemat devisa negara.
e. Meningkatkan devisa negara, apabila produk dari kredit yang dibiayai untuk
keperluan ekspor.
Pemerintah ada menyalurkan kredit untuk membantu petani. Pusat Pembiayaan
Pertanian (2009) menyatakan bahwa untuk sektor pertanian penyaluran kredit
bertujuan untuk: (1) meningkatkan akses kredit/pembiayaan petani, kelompok tani
dan gabungan kelompok tani kepada lembaga keuangan perbankan, (2)
mempercepat pertumbuhan sektor riil (tanaman pangan, hortikultura, perkebunan
dan peternakan), (3) mendukung program ketahanan pangan dan programprogram lain yang ada di Departemen Pertanian, dan (4) dalam rangka
penanggulangan kemiskinan dan perluasan kesempatan kerja di sektor pertanian.
Pemberian kredit melalui perbankan merupakan intervensi pemerintah bagi dunia
usaha agar roda perekonomian terus berjalan. Menurut Ellis (1992), bahwa
pemberian kredit merupakan salah satu bentuk intervensi pemerintah yang cukup

populer untuk sektor pertanian di negara berkembang dengan tujuan: (1)
mengatasi kendala kritis yang menghambat produktivitas pertanian, misalnya
untuk pembelian sarana produksi, (2) mempercepat proses adopsi teknologi oleh
petani, (3) membantu petani kecil mengatasi ketidak mampuan mereka untuk

10
Universitas Sumatera Utara

meminjam modal dari sumber keuangan informal dan komersial, dan (4) untuk
pemerataan.
Kredit sangat berperan penting dalam pembangunan pertanian Indonesia. Hastuti
(2004), pentingnya kredit terkait dengan tipologi petani yang sebagian besar
merupakan petani kecil dengan penguasaan lahan yang sempit sehingga tidak
memungkinkan untuk melakukan pemupukan modal. Untuk melakukan
pemupukan modal usahatani, salah satu caranya adalah akses terhadap kredit.
Peningkatan akses terhadap kredit akan meningkatkan kemampuan petani
membeli sarana produksi dan menggunakan teknologi produksi sehingga dapat
dicapai peningkatan efisiensi usahatani (Hazarika dan Alwang, 2003).
Dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan salah satu pendukung utama
pengembangan adopsi teknologi usahatani yang akhirnya diharapkan dapat

meningkatkan produktivitas, nilai tambah dan pendapatan usahatani. Syukur et al.
(1990) selain meningkatkan adopsi terhadap teknologi, kredit untuk sektor
pertanian seperti Bimas, kredit intensifikasi dan Kredit Usaha Tani (KUT), kredit
juga berfungsi efektif sebagai perangkat introduksi. Hubungan adopsi teknologi
dengan kredit adalah dengan adanya akses petani terhadap sumber kredit maka
diharapkan petani dapat mengalokasikan kredit yang didapatnya untuk
mengadopsi teknologi baru yang dapat meningkatkan produktivitas usahataninya.
Kita ketahui bahwa untuk mengadopsi teknologi baru umumnya membutuhkan
modal yang besar, maka dengan adanya akses petani terhadap kredit petani dapat
mengadopsi teknologi yang sesuai dengan kebutuhan petani. Maka dapat
disimpulkan bahwa kredit usahatani itu penting dan pemberian kredit usahatani

11
Universitas Sumatera Utara

harus dilaksanakan dengan efisien sehingga kredit tersedia dan mudah di dapatkan
oleh petani. Petani yang dapat mengelola kredit dengan baik, akan dapat
mengembalikan kredit tepat waktu.
Dari keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa keberadaan kredit dapat
meningkatkan efisiensi usahatani. Peningkatan efisiensi dapat diukur dari

produksi, produktivitas dan pendapatan petani yang meningkat. Pentingnya
pembiayaan berupa kredit dalam rangka peningkatan produksi, produktivitas dan
pendapatan ushatani telah dibuktikan oleh beberapa peneliti. Tetapi seperti yang
ketahui bahwa sumber kredit dipedesaan beraneka ragam, ada yang berasal dari
lembaga keuangan formal (Bank Komersil/Cabang, Bank Komersil/Unit,
BPR/BPRS, Koperasi, Pengadaian, Bank Kredit/Desa/LKDP, dan Bantuan
BUMN) dan lembaga keuangan non formal (kios sarana produksi pertanian,
pengolah hasil pertanian, pedagang hasil pertanian, pelepas uang, Bank
Keliling/harian, famili/tetangga dan lainnya) (Hastuti dan Supadi, 2001).
Simatupang dan Rachmat (1989) mendukung bahwa permasalahan utama dalam
usahatani adalah masalah modal, modal menjadi kendala karena petani semakin
kesulitan dalam mengelola usahataninya karena harga input terutama harga pupuk
terus mengalami kenaikan. Nizar (2004) menyatakan bahwa kredit usahatani
masih sangat diperlukan sebagai tambahan modal kerja petani dalam
melaksanakan usahatani terutama kebutuhan pupuk dan bibit, namun dalam
pelaksanaannya masih terdapat kendala-kendala yang dihadapi oleh pihak-pihak
yang terlibat dalam proses penyaluran dan pengembalian kredit. Maka dengan
demikian kredit sangat berperan sebagai pelancar pembangunan pedesaan dan
meningkatkan produktivitas dan pendapatan usahatani.


12
Universitas Sumatera Utara

2.3 Modal
Pengertian Modal Pengertian modal usaha menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia dalam Listyawan Ardi Nugraha (2011) “modal usaha adalah uang yang
dipakai sebagai pokok (induk) untuk berdagang, melepas uang, dan sebagainya;
harta benda (uang, barang, dan sebagainya) yang dapat dipergunakan untuk
menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan”. Modal dalam pengertian ini
dapat

diinterpretasikan

sebagai

sejumlah

uang

yang digunakan


dalam

menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis.
Macam-macam Modal
1) Modal Sendiri
Menurut Mardiyatmo (2008) mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal yang
diperleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan,
sumbangan, hibah, saudara, dan lain sebagainya. Kelebihan modal sendiri adalah:
a) Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak
menjadi beban perusahaan; b) Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan
dana diperoleh dari setoran pemilik modal; c) Tidak memerlukan persyaratan
yang rumit dan memakan waktu yang relatif lama; d) Tidak ada keharusan
pengembalian modal, artinya modal yang ditanamkan pemilik akan tertanam lama
dan tidak ada masalah seandainya pemilik modal mau mengalihkan ke pihak lain.
Kekurangan modal sendiri adalah:
a) Jumlahnya terbatas, artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat
tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.

13
Universitas Sumatera Utara

b) Perolehan modal sendiri dalam jumlah tertentu dari calon pemilik baru (calon
pemegang saham baru) sulit karena mereka akan mempertimbangkan kinerja dan
prospek usahanya.
c) Kurang motivasi pemilik, artinya pemilik usaha yang menggunakan modal
sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan modal
asing.
2) Modal Asing (Pinjaman)
Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari
pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal
pinjaman adalah jumlahnya yang tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlah
banyak. Di samping itu, dengan menggunakan modal pinjaman biasanya timbul
motivasi dari pihak manajemen untuk mengerjakan usaha dengan sungguhsungguh. Sumber dana dari modal asing dapat diperoleh dari:
a) Pinjaman dari dunia perbankan, baik dari perbankan swasta maupun
pemerintah atau perbankan asing.
b) Pinjaman dari lembaga keuangan seperti perusahaan pegadaian, modal ventura,
asuransi leasing, dana pensiun, koperasi atau lembaga pembiayaan lainnya.
c) Pinjaman dari perusahaan non keuangan.
Kelebihan modal pinjaman adalah:
a) Jumlahnya tidak terbatas, artinya perusahaan dapat mengajukan modal
pinjaman ke berbagai sumber. Selama dana yang diajukan perusahaan layak,
perolehan dana tidak terlalu sulit. Banyak pihak berusaha menawarkan dananya ke
perusahaan yang dinilai memiliki prospek cerah.

14
Universitas Sumatera Utara

b) Motivasi usaha tinggi. Hal ini merupakan kebalikan dari menggunakan modal
sendiri. Jika menggunakan modal asing, motivasi pemilik untuk memajukan usaha
tinggi, ini disebabkan adanya beban bagi perusahaan untuk mengembalikan
pinjaman. Selain itu, perusahaan juga berusaha menjaga image dan kepercayaan
perusahaan yang memberi pinjaman agar tidak tercemar.
Kekurangan modal pinjaman adalah:
a) Dikenakan berbagai biaya seperti bunga dan biaya administrasi. Pinjaman yang
diperoleh dari lembaga lain sudah pasti disertai berbagai kewajiban untuk
membayar jasa seperti: bunga, biaya administrasi, biaya provisi dan komisi,
materai dan asuransi.
b) Harus dikembalikan. Modal asing wajib dikembalikan dalam jangka waktu
yang telah disepakati. Hal ini bagi perusahaan yang sedang mengalami likuiditas
merupakan beban yang harus ditanggung.
c) Beban moral. Perusahaan yang mengalami kegagalan atau masalah yang
mengakibatkan kerugian akan berdampak terhadap pinjaman sehingga akan
menjadi beban moral atas utang yang belum atau akan dibayar (Kasmir, 2007:91).
3. Modal Patungan
Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha dengan
cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan
menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu orang teman atau
beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha) (Jackie Ambadar, 2010:15)
2.4 Lembaga Keuangan Dan Permodalan Usaha Tani
Lembaga keuangan adalah semua badan yang kegiatannya di bidang keuangan,
secara langsung maupun tidak langsung, menghimpun dana dan menyalurkannya
15
Universitas Sumatera Utara

kepada masyarakat, terutama untuk membiaya investasi perusahaan-perusahaan
(SK Menteri Keuangan Nomor Kep-38/MKIV.I/72). Secara umum lembaga
keuangan berfungsi sebagai penerima dan penyalur dana bagi nasabah. Salah satu
bentuk penyaluran dana adalah kredit. Sariwulan (2000) menyatakan peran kredit
merupakan kebutuhan penting bagi nasabah, dan juga menjadi pengerak utama
perkembangan lembaga keuangan.
2.5 Perkembangan Kredit Peternakan
Untuk mencapai target swasembada daging sapi pada tahun 2014, pemerintah
membuat beberapa kebijakan yaitu pembatasan impor daging beku dan sapi
bakalan, penyelamatan sapi betina produktif, dan penambahan populasi sapi.
Kebijakan pembatasan impor daging beku dan sapi bakalan dilakukan melalui
sistem kuota impor. Kebijakan penyelamatan sapi betina produktif dilaksanakan
berupa pemberian insentif kepada peternak yang memelihara sapi betina.
Sedangkan penambahan populasi sapi dicapai melalui dorongan kepada peternak,
kelompok peternak, dan perusahaan untuk membentuk bisnis pembibitan sapi.
Dorongan tersebut berupa penyaluran kredit usaha dengan bunga yang disubsidi
oleh pemerintah, sehingga besar bunga pinjaman dipatok sebesar 5%. Inilah yang
dikenal sebagai kredit usaha pembibitan sapi KUPS. Besaran bunga yang harus
ditanggung oleh pemerintah sendiri adalah 6.5 %. Implementasi KUPS ini
didasarkan

pada

2

peraturan

menteri

yaitu

PERATURAN

MENTERI

PERTANIAN NOMOR : 40/Permentan/PD.400/9/2009, tentang PEDOMAN
PELAKSANAAN KREDIT USAHA PEMBIBITAN SAPI, yang diterbitkan pada
tanggal

18 September

2009. Serta Peraturan Menteri

Keuangan

No.

16
Universitas Sumatera Utara

131/PMK.05/2009, tentang Kredit Usaha Pembibitan Sapi, yang berlaku mulai 18
Agustus 2009.
KUPS adalah kredit yang diberikan bank kepada pelaku usaha pembibitan sapi,
termasuk sapi perah, yang memperoleh subsidi bunga dari pemerintah. Pelaku
usaha

yang

dimaksud

adalah

perusahaan

pembibitan,

koperasi,

kelompok/gabungan kelompok peternak yang melakukan usaha pembibitan sapi.
KUPS bertujuan untuk meningkatkan populasi sapi, menyediakan bibit sapi
berkelanjutan,

menumbuhkan

industri

dan

kelompok

pembibitan

serta

memperluas lapangan kerja. Sasaran yang akan dicapai sampai dengan tahun 2014
adalah tersedianya 1 (satu) juta ekor sapi induk dalam kurun waktu 5 tahun
(200.000 ekor/tahun), untuk pembibitan sapi potong (80%) dan sapi perah (20%),
pelaku usaha yaitu perusahaan, koperasi, kelompok/gabungan kelompok, peternak
yang melakukan usaha pembibitan. KUPS adalah kredit executing, dimana 100%
merupakan uang perbankan dan diberikan secara langsung kepada pelaku usaha
(perusahaan, koperasi, kelompok dan gapoktan). Bank yang ditunjuk oleh
pemerintah dalam program ini adalah BRI, BNI, Mandiri dan Bukopin. Calon
peserta KUPS direkomendasikan oleh instansi yang membidangi fungsi
peternakan ditingkat kabupaten/kota dan tingkat pusat oleh Ditjen Peternakan
(Ditjen Perbibitan).
Penyaluran KUPS dilakukan sesuai ketentuan yang ditetapkan oleh bank terkait
dan Peraturan Menteri Pertanian yang mengatur KUPS. Bank menetapkan peserta
KUPS berdasarkan penilaian kelayakan calon peserta sesuai asas-asas perkreditan
yang sehat, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku. Manfaat dari disalurkannya dana KUPS adalah untuk memberi
17
Universitas Sumatera Utara

kesempatan bagi pelaku usaha untuk dapat mengembangkan usaha yang
dimilikinya. Bagi para masyarakat yang memiliki usaha tetapi terkendala di
bidang modal untuk dapat mengembangkan usaha yang dimilikinya dapat
mengajukan prmohonan kredit dan mendapatkan pinjaman. Dengan begitu, usaha
yang dimiliki oleh mereka akan dapat lebih maju dan berkembang baik itu dari
segi produksi, pemasaran serta untung yang diperoleh kemudian.
2.6 Penerimaan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani dapat dilakukan dengan
mengalikan jumlah produksi yang diperoleh dengan harga jualnya. Sedangkan
Shinta (2005), juga mendefinisikan penerimaan yang hampir sama dengan
penjelasan Soekartawi (1995), dimana penerimaan usahatani adalah perkalian
Universitas Sumatera Utara antar produksi yang dihasilkan dengan harga jual.
Dalam usahatani istilah penerimaan sering disebut sebagai pendapatan kotor
usahatani (gross farm income) yaitu nilai total produk usahatani dalam jangka
waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual. Istilah lain penerimaan
hasil usahatani yaitu nilai produksi (value of production) atau penerimaan kotor
usahatani (gross return).

18
Universitas Sumatera Utara

2.6.1 Biaya Usahatani
Biaya usahatani merupakan semua pengeluaran yang dipergunakan dalam suatu
usahatani ( Soekartawi, 1995). Dari segi sifat biaya dalam hubungannya dengan
tingkat output, biaya dapat dibagi, sebagai berikut:
1. Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost) = TFC Menurut Soekartawi (1995),
biaya tetap total adalah biaya yang relatif tetap jumlahnya dan selalu
dikeluarkan walaupun produksi yang dihasilkan banyak atau sedikit. Contoh
dari biaya tetap adalah pajak, alat-alat pertanian, sewa tanah dan irigasi.
Sedangkan Shinta (2011) menjelaskan bahwa Total Fixed Cost (TFC)
merupakan biaya yang dikeluarkan perusahaan atau petani yang tidak
mempengaruhi hasil output atau hasil produksi. Berapapun jumlah output
yang dihasilkan biaya tetap itu sama saja
2. Biaya Variabel Total (Total Variable Cost) = TVC Biaya variabel total
merupakan biaya yang besar-kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang
dihasilkan atau keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh faktor
produksi variabel. Contohnya biaya untuk sarana produksi (input) seperti
biaya penggunaan tenaga kerja, biaya penggunaan benih, biaya penggunaan
pupuk dan biaya penggunaan pestisida.
3. Biaya Total (Total Cost) = TC Biaya total adalah keseluruhan biaya yang
dikeluarkan untuk menghasilkan produksi. Yang merupakan penjumlahan
antara biaya tetap total dan biaya variabel total. TC = TFC + TVC Dimana :
TC = Biaya total / Total Cost TFC = Biaya tetap total / Fixed Cost TVC =
Biaya variabel total / Variable Cost.

19
Universitas Sumatera Utara

2.6.2 Pendapatan Usahatani
Menurut Soekartawi (1995), pendapatan usahatani adalah selisih antara
penerimaan dan semua biaya. Analisis pendapatan dilakukan untuk menghitung
seberapa besar pendapatan yang diperoleh dari suatu usahatani. Tingkat
pendapatan ini dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Π = TR – TC
Keterangan :
Π = Income / Pendapatan (keuntungan usahatani)
TR = Total Revenue / Penerimaan Total
TC = Total Cost / Biaya Total
Keterangan:
Apabila nilai TR > TC, maka petani memperoleh keuntungan dalam berusahatani.
Apabila nilai TR < TC, maka petani mengalami kerugian dalam berusahatani.
Pendapatan usaha adalah selisih antara peneirmaan usaha dengan pengeluaran
usaha untuk menghasilkan uang. Selain itu untuk menganalisis biaya dan
pendapatan disertai analisis rasio penerimaan atas biaya, analisis rasio keuntungan
atas biaya dan analisi titk impas (break even point)
Soeharjo dan patong (1991:19) menyatakan bahwa ratio penerimaan atas biaya
menunjukan berapa besarnya penerimaan yang akan diperoleh dari setiap rupiah
yang dikeluarkan dalam usaha. Rasio penerimaan atas biaya produksi dapat
digunakan untuk mengukur tingkat keuntungan relatif kegiatan usaha, artinya dari
angka penerimaan atas biaya tersebut dapat diketahui apakah suatu usaha
menguntungkan atau tidak.

20
Universitas Sumatera Utara

Nilai R/C ratio lebih besar dari satu menunjukan bahwa penambahan biaya satu
satuan mata uang (rupiah) maka akan menghasilkan tambahan penerimaan yang
lebih besar dari satu satuan mata uang. Sebaliknya jika nilai ratio lebih kecil dari
satu berarti penambahan biaya satu satuan mata uang akan menghasilkan
penerimaan kurang dari satu satuan mata uang. Suatu usaha dapat dikatakan layak
dan menguntungkan apabila R/C ratio lebih besar dari satu, begitupun sebaliknya.
B/C ratio merupakan metode yang dilakukan untuk melihat berapa manfaat yang
diterima oleh proyek untuk satu satuan mata uang yang dikeluarkan. B/C ratio
adalah suatu ratio yang membandingkan antara benefit atau pendapatan dari suatu
usaha dengan biaya yang dikeluarkan.
Suatu usaha dikatakan layak dan memberikan manfaat apabila nilai B/C lebih
besar dari nol, semakin besar nilai B/C maka semakin besar pula manfaat yang
diperoleh dari usaha tersebut dan menunjukan semakin besar pula pendapatan
yang diperoleh dari setiap rupiah yang dikeluarkan.
2.7 Teori Biaya Produksi
Biaya kesempatan adalah nilai sumberdaya dalam penggunaan yang terbaik.
Biaya kesempatan perlu dipertimbangkan dalam mengukur segala biaya produksi.
Biaya eksplisit adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi yang
berbentuk kas, sedangkan biaya implisit adalah biaya yang dikeluarkan dalam
proses produksi dalam bentuk nonkas. Keuntungan ekonomi adalah penerimaan
dikurangi semua biaya, tercakup didalamnya pengembalian normal atau
manajemen dan modal. Biaya marjinal adalah perubahan biaya totalyang
berkaitan dengan perubahan satu unit output. Sedangkan, biaya inkremental dapat

21
Universitas Sumatera Utara

diartikan sebagai tambahan biaya total dari penerapan keputusan manajerial
(Sukirno, 2002) Fungsi biaya rata-rata atau unit-1 kadang-kadang lebih berguna
dari fungsi biaya totaldalam pengambuilan keputusan suatu usaha disektor
pertanian.
Fungsi biaya rata-rata dapat diperoleh dengan membagi fungsi biaya total yang
relevan dengan output. Biaya marjinal adalah perubahan biaya total yang berkitan
dengan perubahan biaya output. Fungsi biaya marjinal berpotongan dengan fungsi
biaya Universitas Sumatera Utara total rata-rata dan fungsi biaya variabel rata-rata
dititik minimum kedua fungsi tersebut. Fungsi biaya rata-rata jangka panjang
akan: a. Menurun, apanila skala pengembalian dalam produksi adalah meningkat.
b. Konstan, apabila skala pengembalian dalam produksi adalah konstan, dan c.
Meningkat, apabila skala ppengembalian dalam produksi adalah menurun
(Suhartati, 2002).
Fungsi biaya rata-rata jangka panjang adalah merupakan kurva amplop dari
sejumlah kurva biaya rata-rata jangka pendek. Pada tingkat output yang hasilnya
disfesifikasi tingkat keuntungan ekonomi diperoleh dengan membagi keuntungan
ditambah biaya tetap total dengan kontribusi keuntungan. Suatu usaha dapat
dikatakan tinggi tingkat pengungkitannya adalah apabiala biaya tetap adalah
relatif lebih besar (tinggi) dari pada biaya variabel. Pada umumnya, penggunaan
analisis pengungkitan operasi menyatakan secara tidak langsung tingginya tingkat
resikokeuntungan sepanjang waktu. Dalam arti kata, peningkatan nilai
pengungkitan operasi menyatakan lebih bervariasinya keuntungan sepanjang
waktu, oleh karena itu tinggi tingkat resikonya.

22
Universitas Sumatera Utara

2.8 Landasan Teori
Usaha peternakan yang diusahakan petani peternak sebagian besar merupakan
usaha peternakan rakyat dan termasuk kriteria usaha mikro kecil, hasil
produksinya belum mampu memenuhi permintaan kebutuhan pasar. Hal ini
disebabkan karena volume usaha masih kecil, disebabkan permodalan terbatas.
Upaya untuk meningkatkan permodalan usaha beternak sapi dilakukan antara lain
dengan memberikan fasilitas kredit sebagai tambahan modal usaha. Kredit dengan
persyaratan ringan dibutuhkan oleh para peternak, dengan permodalan yang cukup
peternak akan lebih leluasa dalam mengelola usahanya. Pada umumnya peternak
akan melakukan tindakan rasional untuk memaksimumkan pendapatannya, namun
ada kendala permodalan dalam usahanya, peternak belum dapat memperoleh
pendapatan yang seharusnya dapat dicapai. Implementasi KUPS ini didasarkan
pada

2

peraturan

menteri

yaitu

peraturan

menteri

pertanian

nomor:40/Permentan/PD.400/9/2009, tentang Pedoman Pelaksanaan Kredit Usaha
Pembibitan Sapi, yang diterbitkan pada tanggal 18 September 2009. Serta
Peraturan Menteri Keuangan No.131/PMK.05/2009, tentang Kredit Usaha
Pembibitan

Sapi,

yang

berlaku

mulai

18

Agustus

2009.

Sebagai

langkah implementasi kedua peraturan menteri ini, ditunju sebanyak 11 bank
pemerintah sebagai pelaksana, yaitu Bank BRI, Bank BNI, Bank Bukopin, Bank
Mandiri, Bank BPD Sumut, Bank BPD Sumbar, Bank BPD Jateng, Bank BPD
DIY, Bank BPD Jatim, Bank BPD Bali, dan Bank BPD NTB.

23
Universitas Sumatera Utara

2.9 Penelitian Terdahulu
Penelitian Nugroho (2007), yang berjudul Pengaruh Pemberian Kredit PD BPR
Badan Kredit Kecamatan (BKK) Ngadirojo terhadap peningkatan pendapatan
pedagang kecil di Kecamatan Ngadirojo Wonogiri Jawa Tengah. Hasil penelitian
adalah terdapat pengaruh yang signifikan antara pemberian kredit dari PD BPR
Badan Kredit Kecamatan (BKK) Ngadirojo terhadap perkembangan pendapatan
kecil di Kecamatan Ngadirojo ditinjau dari segi perbedaan pendapatan rata-rata
per bulan yang diperoleh sebelum dan sesudah mendapatkan kredit dari PD BPR
Badan Kredit Kecamatan (BKK) Kecamatan Ngadirojo.
Penelitian Rachmawati dan Hotniar (2009) yang berjudul Analisis Pengaruh
Kredit, Aset Dan Jumlah Pegawai Terhadap Pendapatan Usaha Kecil Menengah
(UKM) Penerima Kredit Bank Perkreditan Rakya. Dalam Penelitian Rachmawati
Malik dan Hotniar Siringoringo kredit yang diterima oleh UKM dari BPR
berpengaruh positif, langsung dan signifikan terhadap jumlah aset. Kredit
yang diterima oleh UKM dari BPR berpengaruh positif, langsung dan signifikan
terhadap jumlah

pegawai.

Kredit

yang diterima

oleh

UKM

dari BPR

berpengaruh positif, langsung dan signifikan terhadap pendapatan UKM. Aset
UKM berpengaruh negatif, tidak langsung dan signifikan terhadap pendapatan
UKM.
Jurnal Penelitian Lukytawati dan Aji Muchamad Huda (2011) yang berjudul
Dampak Pemberian Kredit Program CSR Terhadap Peningkatan Pendapatan
Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Kabupaten Garut, Provinsi Jawa
Barat. Penelitian ini menunjukkan bahwa kredit berpengaruh nyata positif pada

24
Universitas Sumatera Utara

taraf nyata sepuluh persen. Hal ini berarti pemberian kredit berpengaruh
positif terhadap peningkatan pendapatan
2.10 Kerangka Pemikiran
Peternak mengunakan kredit sebagai bantuan modal untuk mengembangkan usaha
ternak serta meningkatkan pendapatan peternak. Namun, untuk menghitung
pendapatan kita harus mengetahui selisih penerimaan (revenue) dengan biaya
(cost). Dimana penerimaan itu ialah hasil penjualan daging sapi, sedangka biaya
itu ialah pengeluaran yg digunakan untuk usahatani tersebut dalam hal ini
biayanya digunakan untuk biaya pembelian bibit, pembelian pakan, biaya tenaga
kerja, serta biaya perbaikan kandang.

Peternak
Pengusaha

Sebelum
Menggunakan
KUPS

Sesudah
Menggunakan
KUPS

Pendapatan

Pendapatan

Keterangan :
: Menyatakan Alur
: Menyatakan Perbedaan

Gambar 2.1 Kerangka Penelitian

25
Universitas Sumatera Utara

2.11

Hipotesis Penelitian

Ada perbedaan pendapatan usaha ternak sebelum dan sesudah menggunakan
kredit usaha pembibitan sapi (KUPS) di daerah penelitian.

26
Universitas Sumatera Utara