Tanggungjawab Antara Dokter dengan Pasien Ditinjau dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit Permata Bunda Medan)

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan hukum Pasal
1 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,
sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945, sebagai dasar konstitusi Indonesia. Hukum bertujuan
untuk menjamin kepastian hukum pada masyarakat dan hukum itu harus pula
bersendikan pada rasa keadilan, yaitu asas-asas keadilan dari masyarakat sebagai
tujuan dari hukum. 1
Konsep hukum diartikan sebagai garis-garis kebijaksanaan hukum yang
dibentuk oleh suatu masyarakat hukum. Penetapan konsep ini merupakan tahap
awal yang sangat penting bagi proses pembentukan, penyelenggaraan, dan
pembangunan hukum suatu masyarakat hukum. Arti pentingnya terletak pada
potensi yang dimiliki oleh suatu konsep hukum, yang pada gilirannya merupakan
dasar dan orientasi bagi suatu proses penyelenggaraan dan pembangunan hukum. 2
Tujuan nasional bangsa Indonesia yang tercantum dalam Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945 adalah melindungi segenap bangsa

Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mencerdaskan kehidupan bangsa
dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan pada kemerdekaan,
perdamaian abadi serta keadilan sosial. 3

1

C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Negara Indonesia, Jakarta, Balai
Pustaka, 2002, hal 40-41
2
Lili Rasjidi dan I.B. Wyasa Putra, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Bandung, Mandar
Maju, 2013, hal 161
3
Ta’adi Ns. Hukum Kesehatan (Sanksi dan Motivasi Bagi Perawat), Jakarta, Buku
Kedokteran, 2011, hal 5.

Universitas Sumatera Utara

2

Amanat Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh
pelayanan kesehatan, kemudian dalam Pasal 34 ayat (3) dinyatakan negara
bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas
pelayanan umum yang layak. Rumah sakit sebagai salah satu fasilitas pelayanan
kesehatan merupakan bagian dari sumber daya kesehatan yang sangat diperlukan
dalam mendukung penyelenggaraan upaya kesehatan. 4Upaya peningkatan kualitas
hidup manusia di bidang kesehatan, merupakan suatu usaha yang sangat luas dan
menyeluruh, usaha tersebut meliputi peningkatan kesehatan masyarakat baik fisik
maupun non fisik. Di dalam sistem kesehatan nasional disebutkan, bahwa
kesehatan semua segi kehidupan yang ruang lingkupnya dan jangkauannya sangat
luas dan kompleks. 5 Hal ini sejalan dengan pengertian kesehatan yang diberikan
oleh dunia internasional sebagai A state of complete physical, mental and social,
well being and not merely the obsence of desease or infirmity. 6 Dapat dipahami
bahwa pada dasarnya masalah kesehatan menyangkut semua segi kehidupan dan
melingkupi sepanjang waktu kehidupan manusia baik kehidupan masa lalu,
kehidupan

sekarang

maupun


yang

akan

datang.

Dilihat

dari

sejarah

perkembangannya, telah terjadi perubahan orientasi nilai dan pemikiran mengenai
upaya memecahkan masalah kesehatan. Proses perubahan orientasi nilai dan
pemikiran dimaksud selalu berkembang sejalan dengan perkembangan teknologi
dan sosial budaya. Kebijakan pembangunan di bidang kesehatan yang semula
berupaya penyembuhan penderita, secara berangsur-angsur berkembang ke arah
4


Stefany B. Sandiata. Perlindungan Hukum Hak Mendapatkan Pelayanan Kesehatan di
Rumah Sakit Pemerintah, Artikel. Lex Administratum, Vol.I/No.2/Apr-Jun/2013, hal 187
5
Bahder Johan Nasution, Hukum Kesehatan Pertanggungjawaban Dokter, Jakarta,
Rineka Cipta, 2013, hal 1
6
Ibid

Universitas Sumatera Utara

3

kesatuan upaya pembangunan kesehatan untuk seluruh masyarakat dengan peran
serta masyarakat yang bersifat menyeluruh, terpadu dan kesinambungan.
Konflik hukum kesehatan yang sering terjadi adalah malpraktek dokter
yang merupakan kesalahan dokter dalam menerapkan ilmunya dalam menjalankan
praktik kedokteran yang mengakibatkan kerugian berupa luka, cacat bahkan
kematian. Dari hubungan yang timbul antara dokter dengan pasien, maka terlihat
bahwa kedudukan hukum antara dokter dengan pasien adalah seimbang dan
sederajat karena baik dokter dengan pasien mempunyai hak dan kewajiban yang

dilindungi oleh undang-undang. 7 Jika dilihat Pasal 3 Undang-Undang Nomor 29
Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran yang menyangkut perlindungan hak dan
kewajiban dokter maupun pasien atau masyarakat. Pengaturan praktik kedokteran
bertujuan untuk: 1) memberikan perlindungan kepada pasien; 2) mempertahankan
dan meningkatkan mutu pelayanan medis yang diberikan oleh dokter dan dokter
gigi; dan 3) memberikan kepastian hukum kepada masyarakat dokter dan dokter
gigi.
Kegiatan-kegiatan upaya kesehatan preventif, promotif dan kuratif serta
rehabilitatif memerlukan perangkat hukum yang memadai. Perangkat hukum
kesehatan yang memadai dimaksudkan agar adanya kepastian hukum dan
perlindungan yang menyeluruh baik bagi penyelenggara upaya kesehatan maupun
masyarakat penerima pelayanan masyarakat. 8 Guna memelihara, meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat diperlukan suatu pembangunan kesehatan.
Pembangunan kesehatan ini ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
7

Agriane Trenny Sumilat, Kedudukan Rekam Medis dalam Pembuktian Perkara
Malperaktek di Bidang Kedokteran, Jurnal Lex Crimen Vol. III/No.4/Ags-Nov/2014, hal 57.
8
Sri Siswati, Etika dan Hukum Kesehatan Dalam Perspektif Undang-Undang Kesehatan,

RajaGrafindo Persada, Jakarta,2013 hal. 8.

Universitas Sumatera Utara

4

dan kemampuan hidup sehat secara optimal.

9

Sebab hal-hal yang menyebabkan

terjadinya gangguan kesehatan pada masyarakat Indonesia akan menimbulkan
kerugian ekonomi yang besar bagi negara. Untuk itu, pembangunan kesehatan
berskala nasional juga berarti investasi bagi pembangunan negara. 10
Kesalahan dokter timbul sebagai akibat terjadinya tindakan yang tidak
sesuai, atau tidak memenuhi prosedur medis yang seharusnya dilakukan.
Kesalahan dapat terjadi karena faktor kesengajaan ataupun kelalaian dari seorang
dokter. Suatu kesalahan dalam melakukan profesi bisa terjadi karena adanya tiga
faktor, yaitu kurangnya pengetahuan, kurangnya pengalaman, dan kurangnya

pengertian profesi. Ketiga faktor tersebut dapat menyebabkan terjadinya
kesalahan dalam mengambil keputusan atau menentukan penilaian, baik pada saat
diagnosa maupun pada saat berlangsungnya terapi terhadap pasien. 11
Perkembangan dunia medis yang semakin pesat, peranan rumah sakit
sangat penting dalam menunjang kesehatan dari masyarakat. Maju atau
mundurnya rumah sakit akan sangat ditentukan oleh keberhasilan dari pihakpihak yang bekerja di rumah sakit, dalam hal ini dokter, perawat dan orang-orang
yang berada di tempat tersebut. Dari pihak rumah sakit diharapkan mampu
memahami konsumennya secara keseluruhan agar dapat maju dan berkembang.
Dalam pelayanan kesehatan, rumah sakit juga harus memperhatikan etika profesi
tenaga yang bekerja di rumah sakit yang bersangkutan, akan tetapi, tenaga
profesional yang bekerja di rumah sakit dalam memberikan putusan secara
profesional adalah mandiri. Putusan tersebut harus dilandaskan atas kesadaran,

9

Sunarto Ady Wibowo, Hukum Kontrak Terapeutik di Indonesia, Medan, Pustaka Bangsa
Press, 2009, hal.161
10
Ibid
11

Bahder Johan Nasution. Op.Cit, hal 50

Universitas Sumatera Utara

5

tanggung jawab dan moral yang tinggi sesuai dengan etika profesi masingmasing 12
Istilah malpraktek media tidak dikenal dalam hukum positif Indonesia.
Banyak pengertian yang sering ditulis para ahli. Ada yang membagi malpraktik
medis menjadi dua kelompok yaitu malpraktik medis yang disengaja dan
malpraktik medis karena kelalaian. Tetapi ada juga yang menggangap bahwa
malpraktik medis adalah malpraktik medis yang terjadi karena kelalaian atau
kompetensi dokternya di bawah standar. 13 Oleh karena alasan tersebut pelayanan
kesehatan pada rumah sakit merupakan hal yang penting dan harus dijaga maupun
ditingkatkan kualitasnya sesuai standar pelayanan yang berlaku agar masyarakat
sebagai konsumen dapat merasakan pelayanan yang diberikan. Terdapat 3 (tiga)
komponen yang terlihat dalam suatu proses pelayanan yaitu; pelayanan sangat
ditentukan oleh kualitas pelayanan yang diberikan, siapa yang melakukan
pelayanan, serta konsumen yang menilai sesuatu pelayanan melalui harapan yang
diinginkannya 14 Umumnya kesalahan atau kelalaian dokter dalam melaksanakan

profesi medis, merupakan suatu hal yang penting untuk dibicarakan karena akibat
kesalahan atau kelalaian tersebut dampak yang sangat merugikan. Selain
merusakkan/mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap profesi kedokteran
juga menimbulkan kerugian pada pasien. Untuk itu dalam memahami ada atau
tidak adanya kesalahan atau kelalaian tersebut, terlebih dahulu kesalahan atau
kelalalaian pelaksanaan profesi harus diletakkan berhadapan dengan kewajiban
profesi. Di samping itu harus pula diperhatikan aspek hukum yang mendasari
12

Titik Triwulan Tutik dan Shita Febriana, Perlindungan Hukum Bagi Pasien, Cetakan
Pertama. Jakarta, Prestasi Pustakaraya, 2010, hal. 1.
13
Sutarno, Hukum Kesehatan (Eutanasia Keadilan dan Hukum Positif Indonesia),
Malang, Setara Press, 2014, hal 38
14
Ibid

Universitas Sumatera Utara

6


terjadinya hubungan hukum yang mendasari terjadinya hubungan hukum antara
dokter dan pasien yang bersumber pada transaksi terapeutik. 15
Memenuhi kebutuhan sehari-hari, manusia kadang-kadang dihadapkan
pada kebutuhan hidup yang mendesak untuk mempertahankan status dirinya
kebutuhan semacam ini sering kali harus dapat dipenuhi dengan segera, sehingga
tanpa pemikiran yang matang orang tersebut telah melakukan perbuatan yang
dapat merugikan lingkungan maupun manusia lainnya. Akibat perbuatan dokter
tersebut suasana kehidupan menjadi tidak nyaman, masyarakat merasa terganggu,
yang hal ini harus dipertanggungjawabkan oleh pelaku yang menimbulkan
gangguan tersebut. 16
Langkah atau upaya meletakkan kesalahan atau kelalaian pelaksanaan
profesi berhadapan dengan kewajiban dalam pelaksanan profesi dilaksanakan
sesuai dengan standar profesi atau tidak. Pada bagian inilah transaksi terapeutik
tersebut tumbuh berawal dari rasa kepercayaan pasien kepada dokter sebagai
tenaga kesehatan. Pihak dokter mengikatkan diri untuk memberikan pelayanan
kesehatan. Pasien datang meminta kepada dokter untuk diberikan pelayanan
kesehatan sementara itu dokter menerima untuk memberikan pelayanan
kepadanya. Berkaitan dengan masalah pentingnya pemahaman tentang transaksi
terapeutik antara dokter dan pasien khususnya yang berada di sebuah rumah sakit,

maka perlu dilakukan penelitian dalam bentuk skripsi, sehingga penulis tertarik
mengangkat sebuah judul berkaitan denganTanggungjawab Antara Dokter
Dengan Pasien Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit
Permata Bunda Medan).
15

Bahder Johan Nasution. Op.Cit, hal 5
Anny Isfandyarie, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi Bangi Dokter Buku Ke II,
Jakarta, Prestasi Pustaka Publisher, 2006, hal 1
16

Universitas Sumatera Utara

7

B. Permasalahan
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan terdahulu, beberapa
masalah dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
D. Bagaimanakah hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah
sakit?
E. Bagaimanakah tanggung jawab perdata dokter dalam transaksi terapeutik
antara dokter dengan pasien?
F. Bagaimanakah tanggung jawab dokter dan rumah sakit kepada pasien pada
kegagalan pelayanan medis di rumah sakit?
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan penulisan ini adalah :
1. Untuk mengetahui hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di
rumah sakit
2. Untuk mengetahui tanggung jawab perdata dokter dalam transaksi terapeutik
antara dokter dengan pasien
3. Untuk mengetahui tanggung jawab dokter dan rumah sakit kepada pasien pada
kegagalan pelayanan medis di rumah sakit
D. Manfaat Penulisan
Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini diharapkan akan
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Secara Teoretis
Diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi ilmu hukum
khususnya hukum kedokteran, yang permasalahannya selalu berkembang
seiring dengan perkembangan ilmu kedokteran itu sendiri.

Universitas Sumatera Utara

8

2. Secara Praktis
Bagi pembuat kebijakan diharapkan skripsi ini dapat dijadikan masukan
dalam pengambilan kebijakan dan pemangku kepentingan (stakeholder) di
bidang pelayanan medis untuk publik atau masyarakat.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif. Metode
penelitian hukum normatif yaitu dengan meneliti bahan kepustakaan atau data
sekunder yang meliputi buku-buku serta norma-norma hukum yang terdapat pada
peraturan perundang-undangan, asas-asas hukum, kaedah hukum, dan sistematika
hukum serta mengkaji ketentuan perundang-undangan, putusan pengadilan dan
bahan hukum lainnya. 17 Penelitian normatif merupakan prosedur penelitian ilmiah
untuk menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuan hukum dari sisi
normatifnya. 18 Penelitian lapangan (field research) dilakukan melalui wawancara
guna mengetahui hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di rumah
sakit. Untuk mengetahui tanggung jawab perdata dokter dalam transaksi
terapeutik antara dokter dengan pasien, untuk mengetahui tanggung jawab dokter
dan rumah sakit kepada pasien pada kegagalan pelayanan medis di rumah sakit.
Wawancara ini dilakukan pada Plt. Rumah Sakit Permata Bunda Medan, Dr.
Hasnul Arifin sebagai orang yang berkompeten untuk memberikan keterangan.
2. Sifat penelitian
Sifat penelitiannya adalah deskriptif analitis. Penelitian ini menggunakan
deskriptif analistis adalah penelitian yang hanya semata-mata melukiskan keadaan
17

Jhonny Ibrahim, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Jakarta, Bayu
Media Publishing, 2005, hal.36
18
Ibid, hal 57

Universitas Sumatera Utara

9

objek atau peristiwa tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulankesimpulan secara umum. 19
3. Teknik pengumpulan data
Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan
sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang
diperlukan dan untuk selanjutnya dianalisa sesuai yang diharapkan berkaitan
dengan hal tersebut, maka dalam penelitian ini menggunakan pengumpulan data
sebagai berikut:
a. Data primer
Data primer yaitu data yang diperoleh secara langsung dari Rumah Sakit
Permata Bunda. Data primer diperoleh dengan wawancara, yaitu cara memperoleh
informasi dengan bertanya langsung pada pihak Rumah Sakit Permata Bunda.
Sistem wawancara yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah wawancara
bebas terpimpin, artinya terlebih dahulu dipersiapkan daftar pertanyaan sebagai
pedoman tetapi masih dimungkinkan adanya variasi pertanyaan yang disesuaikan
dengan situasi pada saat wawancara dilakukan.
b. Data sekunder
Data sekunder yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang
kelengkapan data primer. Data sekunder terdiri dari:
1) Bahan-bahan hukum primer, meliputi: Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945, Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit, Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 Tentang Praktik Kedokteran, Undang19

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia. Jakarta, UI
Press, 2008, hal.4

Universitas Sumatera Utara

10

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
2) Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang erat hubungannya
dengan bahan hukum primer dan dapat membantu menganalisa dan
memahami bahan hukum primer, meliputi: buku-buku yang membahas
tentang hukum tanggungjawab antara dokter dengan pasien dan jurnal,
makalah dan artikel yang membahas tentang tanggungjawab antara dokter
dengan pasien.
3) Bahan hukum tertier berupa bahan yang dapat mendukung bahan hukum
primer, terdiri dari kamus hukum, kamus Inggris-Indonesia dan kamus
besar Bahasa Indonesia serta ensiklopedia, dan internet.
4. Teknik analisa data
Data yang diperoleh baik dari studi lapangan maupun studi dokumen
merupakan data yang dianalisis secara kualitatif, yaitu setelah data terkumpul
kemudian dituangkan dalam bentuk uraian logis dan sistematis, selanjutnya
dianalisis untuk memperoleh kejelasan penyelesaian masalah, kemudian ditarik
kesimpulan secara deduktif, yaitu dari hal yang bersifat umum menuju hal yang
bersifat khusus. 20
F. Keaslian Penulisan
Berdasarkan penelusuran pada perpustakaan Universitas Sumatera Utara
khususnya Fakultas Hukum, tidak didapati bahwa Tanggungjawab Antara Dokter
Dengan Pasien Ditinjau Dari Aspek Hukum Perdata (Studi pada Rumah Sakit
Permata Bunda Medan), belum pernah ada yang meneliti sebelumnya. Namun ada
20

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, Jakarta, Rineka Cipta,
2006.hal. 87.

Universitas Sumatera Utara

11

beberapa judul skripsi yang terkait dengan tanggungjawab antara dokter dengan
pasien, antara lain:
Nova Iasha Kalo (2014), dengan judul penelitian Tanggung Jawab Perdata
Dokter Dalam Transaksi Terapeutik Antara Dokter Dengan Pasien (Studi Kasus
RSUD. Dr. Djoelham Binjai). Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini
adalah hubungan hukum antara dokter dengan pasien dalam transaksi terapeutik,
tanggung jawab dokter terhadap pasien dalam transaksi terapeutik dan
penyelesaian perkara perdata antara dokter dengan pasien dalam transaksi
terapeutik.
Abdul Hadi Putra (2014), dengan judul penelitian Tanggung Jawab Dokter
Akibat Terjadinya Kesalahan Medis Dari Sudut Hukum Perdata (Studi Pada Idi
Cabang Asahan). Adapun permasalahan dalam penelitian ini adala bentuk
kesalahan medis. Akibat hukum dari kesalahan medis. Proses pertanggung
jawaban dokter terhadap kesalahan medis.
Monica Hendrika H B (2013), dengan judul penelitian Perlindungan
Hukum Bagi Pasien Terhadap Tindakan Medis Yang Dilakukan Oleh Calon
Tenaga Kesehatan Profesional. Adapun permasalahan dalam penulisan skripsi ini
adalah Kedudukan Hukum Seorang Calon Tenaga Kesehatan dalam melakukan
Tindakan Medis di Rumah Sakit. Tanggung jawab Rumah Sakit terhadap
Tindakan Medis yang dilakukan oleh Calon Tenaga Kesehatan pada Pasien.
G. Sistematika Penulisan
Guna memperjelas dan terarahnya penulisan skripsi ini, maka akan
dibahas dalam bentuk sistematika. Adapun sistematika dalam penulisan skripsi

Universitas Sumatera Utara

12

terdiri dari lima bab, dalam bab-bab tersebut terdapat sub-bab. Adapun
sistematika skripsi ini disusun secara sistematis, yang terlihat dibawah ini :
BAB I

PENDAHULUAN
Bab ini merupakan awal dari penulisan skripsi yang berisikan latar
belakang, permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode
penelitian dan keaslian penulisan serta sistematika penulisan.

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG PENGATURAN PELAYANAN
KESEHATAN
Bab ini berisikan pengertian dan pengaturan pelayanan kesehatan asasasas pelayanan kesehatan dan syarat-syarat pelayanan kesehatan serta
standar pelayanan kesehatan, pengaturan pasien sebagai konsumen,
perlindungan hukum pasien sebagai konsumen dan hak dan kewajiban
pasien sebagai konsumen serta faktor-faktor yang mempengaruhi
perlindungan hukum pasien sebagai konsumen.

BAB III

KEDUDUKAN PASIEN MENURUT UNDANG-UNDANG YANG
BERLAKU
Bab ini berisikan pengertian pasien, hak dan kewajiban pasien,
pengaturan perlindungan hukum pasien dalam berbagai peraturan
perundang-undangan di Indonesia dan kedudukan pasien dalam
pelayanan kesehatan

BAB IV

TANGGUNGJAWAB ANTARA DOKTER PASIEN DITINJAU
DARI ASPEK HUKUM PERDATA (Studi pada Rumah Sakit Permata
Bunda Medan)
Bab ini berisikan hak mendapatkan pelayanan kesehatan bagi pasien di
rumah sakit, tanggungjawab perdata dokter dalam transaksi terapeutik

Universitas Sumatera Utara

13

antara dokter dengan pasien dan tanggung jawab dokter dan rumah
sakit kepada pasien pada kegagalan pelayanan medis di rumah sakit
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan bab akhir dari skripsi ini, dan merupakan penutup
dari rangkaian bab-bab sebelumnya dimana dalam bab ini penulis
membuat suatu kesimpulan atas pembahasan skripsi ini yang kemudian
dilanjutkan dengan memberi saran-saran atas masalah-masalah yang
tidak terpecahkan yang diharapkan akan berguna dalam kehidupan
masyarakat dan praktek perkembangan ilmu pengetahuan.

Universitas Sumatera Utara