Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.5 Latar Belakang Masalah
Perusahaan merupakan salah satu elemen yang memiliki peran penting dalam
pembangunan perekonomian di suatu negara. Dalam pembangunan perekonomian
ini perusahaan membutuhkan peran aktif masyarakat serta arahan dan bimbingan
dari pemerintah untuk menciptakan iklim ekonomi yang baik, atas timbal baliknya
dunia usaha atau perusahaan seharusnya memberikan tanggapan yang positif
terhadap peran serta masyarakat dan regulasi dari pemerintah, akan tetapi
kebanyakan perusahaan masih memfokuskan dirinya sebagai organisasi yang
mencari keuntungan saja. Mereka memandang bahwa sumbangan kepada
masyarakat cukup diberikan dalam bentuk penyediaan lapangan pekerjaan,
pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui produknya, dan pembayaran pajak
kepada negara. Seiring dengan berjalannya waktu, masyarakat tidak sekedar
menuntut perusahaan untuk menyediakan barang dan jasa yang diperlukannya
saja, melainkan juga menuntut untuk bertanggung jawab secara sosial karena
kegiatan operasional perusahaan umumnya juga memberikan dampak negatif
terhadap lingkungan dan sosial, misalnya eksploitasi sumber daya dan rusaknya
lingkungan di sekitar operasi perusahaan. Itulah yang kemudian melatarbelakangi
munculnya konsep CSR (Corporate Social Responsibility) atau tanggung jawab

social perusahaanyang paling primitif. Konsep CSR juga muncul karena
dilatarbelakangi oleh adanya prinsip-prinsip etika bisnis.

1

Universitas Sumatera Utara

Agoes dan Ardana (2009:126) dalam bukunya “Etika Bisnis dan Profesi”
menyatakan:
Dunia bisnis belajar dari berbagai kasus penyelewengan yang telah
menimpa banyak perusahaan multinasional di AS dan krisis ekonomi yang
menimpa Indonesia menjelang akhir abad ke-20 serta kerusakan
lingkungan dan pemanasan global yang sebagian besar diakibatkan oleh
praktik-praktik bisnisamoral yang dijalankan oleh para eksekutif
perusahaan. Para eksekutif puncak bisnis multinasional akhirnya semakin
menyadari perlunya dikembangkan prinsip-prinsip etika bisnis universal
yang berlaku secara global.
Menurut John Naisbitt yang dikemukakan oleh Agoes dan Ardana
(2009:75)bahwa kinerja ekonomi (berupa keuntungan) dan kinerja etis bukanlah
dua kutub yang bertentangan dari suatu kontinum, melainkan kinerja etis justru

akan menjadi faktor strategis dalam menentukan kinerja ekonomis. Adapun
prinsip etika bisnis menurut Caux Round Table yang dikemukakan oleh Agoes
dan Ardana (2009:100) adalah:
1. Tanggung jawab bisnis: dari Shareholder ke Stakeholder
2. Dampak ekonomis dan social dari bisnis: menuju inovasi, keadilan dan
komunitas dunia
3. Perilaku bisnis: dari hukum yang tersurat ke semangat saling percaya
4. Sikap saling menghormati aturan
5. Dukungan bagi perdagangan multilateral
6. Sikap hormat bagi lingkungan alam
7. Menghindari operasi-operasi yang tidak etis
Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa istilah CSR juga muncul
dilandasi karena secara umum ada prinsip-prinsip etika bisnis yang berlaku dalam
aktifitas

bisnis

selama

ini


hingga

akhirnya

istilah

Corporate

Social

Responsibility(CSR) atau tanggung jawab sosial saat ini sudah menjadi sangat
popular dan ramai diperbincangkan dalam dunia bisnis. CSR merupakan
serangkaian kegiatan yang dilakukan perusahaan sebagai wujud nyata atas

2

Universitas Sumatera Utara

tanggung jawabnya terhadap seluruh pihak yang terkena dampak dalam aktivitas

bisnis perusahaan tersebut, diantaranya konsumen, karyawan, pemegang saham,
komunitas dan lingkungan. Menurut Wibisono (2007:110) mengemukakan bahwa
cara pandang perusahaan terhadap CSR diklasifikasikan dalam tiga kategori.
Ketiga kategori tersebut dipaparkan secara ringkas sebagai berikut:
Pertama, CSR dilakukan hanya sekedarnya saja artinya pemenuhan
tanggung jawab sosial lebih karena keterpaksaan akibat tuntutan
ketimbang kesukarelaan, seperti pemenuhan tanggung jawab oleh PT
Lapindo Brantas kepada para korban lumpur panas, berikutnya karena
reputation driven yaitu untuk mendongkrak citra perusahaan. Contohnya
saat bencana tsunami di Aceh banyak korporasi memberikan bantuan
berupa uang, sembako, medis, dan sebagainya. Kemudian perusahaan
melakukan publikasi positif untuk mendongkrak citra korporasi.
Kedua, sebagai upaya memenuhi kewajiban (compliance). CSR
diimplementasikan karena ada regulasi, hukum, dan aturan yang
memaksanya. Misalnya karena adanya market driven. Selain market
driven, drivenlain yang sanggup memaksa perusahaan untuk
mempraktikkan CSR adalah adanya penghargaan (reward)yang diberikan
institusi atau lembaga. Misalnya CSR Award baik yang regional maupun
global, Padma (Pandu Daya Masyarakat) Award yang digelar oleh
Departemen Sosial, dan Proper (Program Peringkat Kinerja Perusahaan)

yang dihelat oleh Kementrian Lingkungan Hidup.
Ketiga, CSR dipandang bukan lagi sekedar compliance tetapi beyond
compliance atau compliance plus. CSR diimplementasikan karena
memang ada dorongan yang tulus dari dalam (internal driver). Perusahaan
meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demipertumbuhan dan
keberlanjutan (sustainability) usaha. Artinya, CSR bukan lagi dilihat
sebagai sentra biaya melainkan sebagai sentra laba di masa mendatang.
CSR merupakan nyawa korporasi. Aktivitas CSR berada dalam koridor
strategi perusahaan yang diserahkan untuk mencapai bottom line business
goal yaitu mendatangkan keuntungan, dan efeknya positif ke arah
pembentukan citra, melampaui standar regulasi yang berlaku,
mendongkrak nilai saham, atau memenangi kompetisi dan memperoleh
penghargaan.
CSR menjadi hal yang penting untuk diimplementasikan dalam sebuah
perusahaan karena akan menentukan keberlanjutan hidup perusahaan dalam
jangka panjang.

3

Universitas Sumatera Utara


Menurut Elkington yang dikemukakan oleh Agoes dan Ardana (2009:90)
mengemukakan bahwa “tanggung jawab sosial perusahaan mencakup tiga
dimensi, yang lebih popular dengan singkatan 3P, yaitu mencapai keuntungan
(profit) bagi perusahaan, pemberdayaan masyarakat (people), dan memelihara
kelestarian alam/bumi (planet)”.
Pengungkapan CSR dalam laporan keuangan juga dapat memfasilitasi para
investor dan pemegang saham untuk menilai apakah kebijakan CSR yang
dilakukan perusahaan sejalan dengan kepentingan mereka atau tidak.
Nawaiseh (2015 : 98) mengemukakan bahwa
Stakeholder groups claim that their companies should provide all the
information relating to their firm’s performance in spite of competing
interests. Stockholders, think information about CSR activities in annual
reports plays an important role in increasing the financial performance of a
company. More specifically, Jordanian companies believe that CSRD is more
likely to have a positive effect on the company’s performance.
Di sisi lain, masyarakat saat ini sudah cukup kritis atas dampak negatif yang
dirasakannya sebagai akibat dari aktivitas bisnis suatu perusahaan. Sikap
masyarakat yang merasa dirugikan dapat ditunjukkan melalui demonstrasi atau
bahkan menuntut untuk menutup perusahaan. Akibatnya keberlangsungan hidup

perusahaan akan terancam, oleh karena itu tujuan perusahaan tidak dapat
mencapai keuntungan saja, seperti pada kasus terkait permasalahan nya yang
muncul dikarenakan perusahaan dalam melaksanakan operasinya kurang
memperhatikan kondisi lingkungan dan sosial disekitarnya. Salah satunya yang
terjadi di Indonesia adalah konflik antara masyarakat papua dengan PT. Freeport
Indonesia yang merupakan perusahaan tambang terbesar di Indonesia yang
beralokasi di Papua. Penggunaan lahan tanah adat, perusakan dan penghancuran

4

Universitas Sumatera Utara

lingkungan hidup, penghancuran perekonomian, dan pengikaran eksistensi
penduduk Amungme merupakan kenyataan pahit yang harus diterima rakyat
Papua akibat keberadaan operasi penambangan PT. Freeport Indonesia.
Menurut Rudito dan Famiola (2007:87) mengemukakan bahwa
Bencana kerusakan lingkungan hidup dan komunitas lain yang
ditimbulkan adalah jebolnya Danau Wanagon hingga tiga kali (20 Juni
1998; 20-21 Maret 2000; 4 Mei 2000) akibat pembuangan limbah yang
sangat besar kapasitasnya dan tidak sesuai dengan daya dukungan

lingkungan.
Jika diliat dari beberapa kasus diatas, masalah sosial dan lingkungan yang
tidak diatur dengan baik oleh perusahaan ternyata memberikan dampak yang
sangat besar yang bersifat merugikan. Bahkan tujuan meraih keuntungan dalam
aspek bisnis malah berbalik menjadi kerugian. Pada kaasus-kasus diatas
dibutuhkan kesadaran terhadap CSR (Coorporate Social Responsibility) demi
tercapainya sebuah keseimbangan dunia usaha antara pelaku dan masyarakat
sekitar.
Tanggung jawab sosial perusahaan atau dikenal dengan istilah Coorporate
Social Responsibility (CSR), merupakan aspek penting yang harus dilakukan
perusahaan dalam operasionalnya.
Menurut Surbakti (2014: 17)mengemukakan bahwa ada tiga alasan
penting mengapa kalangan dunia usaha mesti merespon dan mengembangkan isu
tanggung jawab sosial sejalan dengan operasi usahanya yaitu :
1. Perusahaan adalah bagian dari masyarakat dan oleh karenanya wajar
bila perusahaan memperhatikan kepentingan masyarakat
2. kalangan bisnis dan masyaraakat sebaiknya memiliki hubungan yang
bersifat simbiosis mutualisme.
3. kegiatan tanggung jawab sosial merupaka salah satu cara untuk
meredan atau bahkan menghindari konflik sosial.


5

Universitas Sumatera Utara

Menurut Solihin (2009:51) mengemukakan bahwa
Definisi pembangunan berkelanjutan menurut The World Commission On
Environment and Development yang lebih dikenal dengan The Brundtland
Comission, bahwa pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang
dapat memenuhi kebutuhan manusia saat ini tanpa mengorbankan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan
mereka.
Menurut Solihin (2009:52) mengemukakan bahwa
The Brundtland Comission di bentuk untuk menanggapi keprihatinan yang
semakin meningkat dari para pemimpin dunia terutama menyangkut
peningkatan kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam yang
semakin cepat. Selain itu komisi ini juga dibentuk untuk mencermati
dampak kerusakan lingkungan hidup dan sumber daya alam terhadap
ekonomi dan pembangunan sosial. Oleh karenanya, konsep sustainability
development di bangun atas tiga pilar yang berhubungan dan saling

mendukung satu dengan lainnya. Ketiga pilar tersebut adalah sosial,
ekonomi, dan lingkungan, dan sebagaimana ditegaskan kembali dalam The
United Nation 2005 World Summit Outcome Document.
Pengenalan konsep SustainanbilityDevelopment memberikan dampak
kepada perkembangan devinisi dan konsep CSR selanjutnya. Sebagai The
Organization for economic cooperation and Development (OECD) merumuskan
CSR sebagai “Kontribusi bisnis bagi pembangunan berkelanjutan serta adanya
perilaku korporasi yang tidak semata-mata menjamin adanya pengembalian bagi
pemegang saham, upah bagi para karyawan, dan pembuatan produk serta jasa bagi
para pelanggan, melainkan perusahaan bisnis juga harus memberi perhatian
terhadap berbagai hal yang dianggap penting serta nilai-nilai masyarakat.
Perusahaan meyakini bahwa program CSR merupakan investasi demi
pertumbuhan dan berkelanjutan (sustainability) usaha. Artinya, CSR bukan lagi
dilihat sebagai sentra biaya (cost centre) melainkan sentra laba (profit center)
dimasa yang akan datang. Logikanya adalah bila CSR diabaikan, kemudian terjadi

6

Universitas Sumatera Utara


insiden, maka biaya untuk mengcover resikonya jauh lebih besar ketimbang
nilaiyang hendak dihemat dari alokasi anggaran CSR itu sendiri. Belum lagi
resiko non-finansial yang berpengaruh buruk pada pada citra korporasi dan
kepercayaan masyarakat pada perusahaan. Dengan demikian, CSR bukan lagi
sekedar aktifitas tempelan yang kalau terpaksa bisa dikorbankan demi mencapai
efisiensi, namun CSR merupakan nyawa korporasi. CSR telah masuk kedalam
jantung strategi korporasi. CSR disikapi secara strategis dengan melakukan
inisiatif CSR dengan strategi koporasi. Caranya, inisiatif CSR dikonsep untuk
memperbaiki konteks kompetitif korporasi yang berupa kualitas bisnis tempat
korporasi beroperasi.
Terdapat tiga peraturan yang mewajibkan perusahaan pengelola sumber
daya alam untuk menjalankan program tanggung jawab sosial perusahaan atau
CSR, diantaranya diatur dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas (PT) No. 40
Tahun 2007 dalam pasal 74 yang menyatakan bahwa :
1. Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya dibidang dan/atau
berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung
Jawab Sosial dan Lingkungan,
2. Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud ayat
(1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan
diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan
dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran,
3. Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan,
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan
Lingkungan diatur dengan peraturan pemerintah.
Selain Undang-Undang PT, peraturan lain yang sifatnyaumum namun
terkait dengan kewajiban pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial perusahaan adalah
UU No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Pasal 15 (b) menyatakan

7

Universitas Sumatera Utara

bahwa : “setiap penanam modal berkewajiban melaksanakan tanggung jawab
sosial perusahaan.”
Khusus bagi perusahaan yang operasionalnya mengelola Sumber Daya
Alam (SDA), terkait dalam Undang-Undang No. 22 Tahun 2001 , tentang Minyak
dan Gas Bumi, Pasal 13 ayat 3 (p) menyatakan bahwa “kontrak Kerja Sama
sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) wajib memuat paling sedikit ketentuanketentuan pokok yaitu : (p) pengembangan masyarakat sekitarnya dan jaminan
hak-hak masyarakat adat.”
Berbagai penelitian terdahulu telah dilakukan untuk analisis pengaruh
profitabilitas dan size perusahaan terhadap Corporate Social Responsibility
Disclosure, namun belum menunjukan hasil yang konsisten. Misalnya penelitian
yang telah di lakukan oleh Gusti Ayu Dyah Indraswari (2015) yang menguji
pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, dan kepemilikan saham publik teradap
pengungkapan CSR pada perusahaan makanan dan minuman. Hasil penelitian
menunjukan bahwa profitabilitas dan ukuran perusahaan

berpengaruh positif

pada pengungkapan corporate social responsibility, sedangkan kepemilikan
saham publik berpengaruh negative pada pengungkapan corporate social
responsibility. Penelitian lain dilakukan oleh Suhaenah (2015) yang menguji
analisis pengaruh ukuran perusahaan, profitabilitas dan leverage terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa secara parsial semua variable independen berpengaruh signifikan terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial, dan secara simultas semua variable
independen berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial. Andre
Cristian Sitepu (2008) menguji Ukuran dewan komisaris, finansial leverage,
8

Universitas Sumatera Utara

ukuran perusahaan, dan tingkat profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang
terdaftar di BEI. Hasil penelitian menunjukan secara parsial hanya variabel dewan
komisaris dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap pengungkapan
sosial perusahaan. Sedangkan, ukuran dewan komisaris, tingkat leverage , ukuran
perusahaan

dan

profitabilitas

secara

simultan

memiliki

kemampuan

mempengaruhi jumlah informasi soaial yang diungkapkan dalam laporan tahunan
perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. I Gusti Agung Arista
Prandayani (2015) menguji pengukuran ukuran perusahaan, profitabilitas,
leverage dan ukuran dewan komisaris pada pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan.

Hasil penelitian menunjukan profitabilitas berpengaruh positif

terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, leverage tidak
mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan, ukuran dewan
komisaris berpengaruh positif terhadap pengungkapan tanggung jawab sosial
perusahaan. Berdasarkan perbedaan penelitian-penelitian di atas, peneliti ini
bermaksud untuk meneliti kembali apakah profitabilitas dan ukuran perusahaan
mempunyai pengaruh atau tidak terhadap pengungkapan tangung jawab sosial
perusahaan.
Maka judul penelitian ini adalah “Pengaruh Profitabilitas, Size
Perusahaan Dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab
Sosial Pada Perusahaaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek
Indonesia”.

9

Universitas Sumatera Utara

1.6 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan sebelumnya, maka
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan
maupun secara parsial ?
2. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung
jawab sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara
simultan maupun secara parsial ?
3. Apakah media exposure berpengaruh terhadap pengungkapan tanggung jawab
sosial perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia baik secara simultan
maupun secaraa parsial ?

1.7 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan dalam penelitian ini, maka tujuan dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui dan apakah profitabilitas berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
2. Untuk mengetahui apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI).

10

Universitas Sumatera Utara

3. Untuk mengetahui apakah media exposure berpengaruh terhadap
pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan manufaktur yang
terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia (BEI).
1.8 Manfaat Penelitian
Adapun hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi Pihak Peneliti
Peneliti ini diharapkan dapat memberikan tambahan wawasan pengetahuan
dalam pengembangan ilmu ekonomi, khususnya dibidang akuntansi. Hasil
penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan referensi dan perbandingan
untuk penelitian-penelitian selanjutnyayang berkaitan dengan pengungkapan
tanggung jawab sosial perusahaan.
2. Bagi Pihak Perusahaan/Manajemen
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk pengambilan
kebijakan oleh manajemen perusahaan yang berkaitan dengan pengungkapan
informasi sosial dalam laporan keuangan yang disajikan.
3. Bagi Pihak Investor
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi atau masukan bagi
investor dalam pengambilan keputusan investasi.

11

Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 28 102

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 43 102

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 1 14

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 13

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 32

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Profitabilitas, Size Perusahaan dan Media Exposure Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 18

Pengaruh Profitabilitas Dan Size Perusahaan Terhadap Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 0 14

SKRIPSI PENGARUH PROFITABILITAS DAN SIZE PERUSAHAAN TERHADAP PENGUNGKAPAN TANGGUNG JAWAB SOSIAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 12