this PDF file PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALAM KAWAH WURUNGABUPATEN BONDOWOSO | Hidayat | Jurnal Administrasi Bisnis 1 PB

PENGEMBANGAN PRODUK WISATA ALAM KAWAH WURUNG,
KABUPATEN BONDOWOSO

Fajar Rasyiidi Hidayat
Yusri Abdillah
Luchman Hakim
Fakultas Ilmu Administrasi
Universitas Brawijaya
fajarrasyiidi@gmail.com
ABSTRACT

Wurung Crater is one of the tourist attractions in Bondowoso. Wurung Crater has beautiful natural scenery as
well as some tourism potentials, but the elements of tourist attraction such as something to see, something to buy
and something to do, have not been explored as the design of product development. Tourism product development
is expected to attract tourists to conduct tourism activities in Wurung Crater, as well as to invite related
stakeholders such as local people and government to participate, so that it can succeed the development of natural
tourism product of Wurung Crater. Based on the results of the research tourism potential that can be used as a
tourist product in Wurung Crater based on the wishes of the visitor are Mountain bike tour, which is tour around
some interesting places in Wurung Crater by mountain bike. Village tour, the tour enjoys the village life of coffee
workers and learns how to manage coffee. This Research suggest that it needs a brodder involvement of the local
community expecially for providing homestay, a tour guide and tour site manager. The local government should

provide more community services such as Human Resources training, conduct marketing activities, and build
facilities and infrastructure.
Keywords: Product Development, Role of Government, Community Roles, and Kawah Wurung.

ABSTRAK
Kawah Wurung merupakan salah satu daya tarik wisata yang berada di Kabupaten Bondowoso. Kawah Wurung
memiliki pemandangan alam yang indah serta beberapa potensi wisata, tetapi unsur atraksi wisata seperti
something to see, something to buy dan something to do belum banyak digali sebagai desain dari pengembangan
produk. Pengembangan produk wisata di harapkan mampu menarik wisatwan untuk melakukan kegiatan wisata
di Kawah Wurung, serta mengajak para pemangku kepentigan terkait seperti masyarakat setempat dan pemerintah
untuk berpartisipasi, sehingga dapat mensukseskan pengembangan produk wisata alam Kawah Wurung.
Berdasarkan hasil penelitian potensi wisata yang dapat dijadikan produk wisata di Kawah Wurung berdasarkan
keinginan dari wisatawan adalah Mountain bike tour , yaitu tur mengelilingi beberapa tempat menarik di Kawah
Wurung dengan menggunakan sepeda gunung. Village tour , yaitu tur menikmati kehidupan desa para pekerja
kopi dan belajar cara pengelolaan kopi. Hasil penelitian ini menyarankan agar terdapat peran lebih dari
masyarakat sekitar dalam hal menyediakan penginapan, menjadi pemandu wisata dan pengelola lokasi wisata.
Pada sisi yang lain, pemerintah dapat melakukan pelatihan Sumber Daya Manusia, melakukan aktivitas
pemasaran, serta membangun sarana dan prasarana.
Kata Kunci: Pengembangan Produk, Peran Pemerintah, Peran Masyarakat, dan Kawah Wurung


Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

101

PENDAHULUAN
Kawah wurung merupakan sebuah potensi
wisata alam berupa cekungan berwarna hijau yang
menyerupai kawah. Masyarakat lokal menyebutnya
Kawah Wurung karena arti dari “wurung” yaitu tidak
jadi, dengan kata lain Kawah Wurung merupakan
sebuah kawah yang tidak jadi terbentuk.
Pada tahap awal, sekelompok pemuda
sekitarlah yang mempunyai ide untuk menjadikan
Kawah Wurung sebagai sebuah tempat wisata. Ide
tersebut muncul karena sekelompok pemuda itu
melihat keindahaan alam di Kawah Wurung yang
berpotensi untuk dijadikan tempat wisata. Seiring
perkembangan waktu, saat ini tidak hanya
sekelompok pemuda yang terlibat dalam pengelolaan

Kawah Wurung, tetapi masyarakat sekitar,
pemerintah Kabupaten Bondowoso dan Perhutani
juga sudah mulai berpartisipasi. Bentuk dari
partisipasi ketiga stakeholder tersebut adalah dengan
memperbaiki aksesibilitas, menambah fasilitas
penunjang seperti toilet dan warung serta
mengadakan promosi (Putri, 2013).
Kunjungan wisata di Kawah Wurung juga
sudah mulai ramai meskipun belum ada data yang
menunjang karena destinasi ini masih baru.
Sementara dengan ramainya kunjungan tersebut
tidak diimbangi oleh kegiatan yang dapat dilakukan
wisatawan di Kawah Wurung sehingga wisatawan
hanya sekedar datang, melihat pemandangan
kemudian pulang. Seperti yang diketahui bahwa
sebuah destinasi harus memiliki 3 unsur something
to see, something to do dan something to buy (Yoeti,
1996:177). Sebagai sebuah destinasi baru, unsur
something to se, something to do dan something to
buy belum banyak digali sebagai desain dari

pengembangan produk wisata di Kawah Wurung.
Oleh karena itu, perlu adanya upaya pengembangan
produk wisata alam yang ada di Kawah Wurung
selain bertujuan untuk mengorganisir kegiatan
wisatawan juga dapat menjadi tambahan pemasukan
bagi kelompok masyarakat yang mengelola kawasan
tersebut.
Perencanaan dan pengembangan suatu
produk wisata pada destinasi seperti Kawah Wurung
memerlukan kerjasama dari pemerintah setempat,
perencana fisik, arsitek, analisis finansial, investor,
masyarakat sekitar dan banyak profesional lainnya
(Hadinoto, 1996), selain itu pemerintah, masyarakat
lokal dan swasta juga berperan dalam memfasilitasi
pengembangan destinasi yang berkelanjutan (Corte,
Gaudio, dan Iavazzi, 2013). Masyarakat lokal dalam

pembentukan sebuah produk wisata harus lebih
dominan. Hal ini disebabkan karena masyarakat
sekitarlah yang lebih mengetahui tentang potensi

serta seluk-beluk dari daya tarik yang akan dikemas
menjadi sebuah produk wisata tersebut. Sedangkan
pemerintah merupakan instansi yang memiliki
tempat tersebut sehingga pada tahap awal perlu
adanya regulasi-regulasi yang jelas dalam
pengembangannya. Selain itu, pada tahap awal
pengembangan pemerintah juga berperan dalam hal
promosi serta pembangunan fasilitas yang
menunjang destinasi tersebut (Zang dan Xiao, 2013).
Atas dasar itulah peneliti mengambil judul
“Pengembangan Produk Wisata Alam Kawah
Wurung Kabupaten Bondowoso”.
KAJlAN PUSTAKA
Industri Pariwisata
Hakim (2004) mengemukakan bahwa industri
pariwisata adalah suatu sekumpulan usaha wisata
yang mempunyai peluang untuk aktif berperan
dalam konservasi dan pembangunan berkelanjutan
dengan mendesain suatu konsep wisata berbasis
konservasi atau yang biasa disebut dengan industri

ekowisata
Pemasaran Pariwisata
Yoeti (1996) menyatakan pemasaran terpadu atau
marketing mix terdiri dari unsur product mix,
distribution mix, communication mix dan service mix
Pengembangan Produk Wisata
Gun (2005) menyatakan dalam mengembangkan
sebuah produk harus meliputi beberapa aspek seperti
objek dan atraksi, amenitas, aksesibilitas, dan
kelembagaan. Selain itu dalam penerapannya perlu
dilakukan diversifikasi produk dengan cara
diversifikasi konsentris, diverseifikasi horisontal dan
diversifikasi konglomerat.
Pengembangan Destinasi Wisata
Richardson dan Fluker (2004) mengemukakan
bahwa pengembangan suatu destinasi tidak lepas
dari siklus evolusi yang terdiri dari fase pengenalan
,pertumbuhan, pendewasaan, penurunan dan
peremajaan.
Peran Serta Masyarakat

Adisasmita (2006) mengutarakan bahwa paritipasi
masyarakat adalah pemberdayaan masyarakat, peran
sertanya dalam kegiatan penyusunan perencanaan
implementasi program atau proyek pembangunan,
dan merupakan aktualisasi dan kesediaan dan
kemauan masyarakat untuk berkorban dan
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

102

berkontribusi terhadap implementasi program
tersebut
Peran Serta Pemerintah
Menurut UN-WTO dalam Pitana (2009) peran
pemerintah adalah dalam membuat kebijakan yang
strategis
dan
bertanggungjawab
serta

memperhatikan
beberapa
aspek
seperti
pembangunan insfrastruktur, aktivitas pemasaran,
peningkatan budaya dan lingkungan serta
pengembangan SDM
METODE PENElITIAN
Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini
adalah penelitian deskriptif kualitatif yaitu dengan
mendeskripsikan tentang pengembangan destinasi
awal serta peran pemerintah dan masyarakat di
dalam pengembangannya.
Fokus Penelitian
a. Profil daya tarik Kawah Wurung
b. Pengembangan produk wisata di Kawah
Wurung yang meliputi aspek atraksi, amenitas,
aksesibilitas, kelembagaan
c. Peran serta masyarakat dan pemerintah dalam

upaya menggembangkan destinasi Kawah
Wurung
d. Desain pemasaran yang diterapkan di Kawah
Wurung
Lokasi Dan Situs Penelitian
Lokasi yang dipilih dari penelitian ini adalah
Kawah Wurung yang berada dalam wilayah
Kabupaten Bondowoso.
Analisis Data
Adapun proses analisis data dengan teknik
analisis deskriptif kualitatif dalam penelitian ini
menurut Miles dan Huberman (1992:16-19) yakni
reduksi data, penyajian data, dan menarik
kesimpulan/verifikasi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Potensi Daya Tarik Wisata Kawah Wurung
Letaknya yang berada di perkebunan kopi
membuat Kawah Wurung memiliki keunikan
tersendiri seperti akses jalan menuju kawah
wurung yang dikelilingi oleh pohon kopi dapat

menjadi sebuah potensi tersendiri. Selain potensi
dari tanaman kopi terdapat keunikan lain seperti
rumah dari penduduk lokal. Karakter dari rumah
penduduk yang bermukim di sekitar Kawah
Wurung memiliki bentuk yang seragam dengan
tanaman buah dan sayur di depannya.

Potensi lainnya yang terdapat di Kawah
Wurung adalah tentang pemandangan alamnya,
dari view point wisatawan dapat melihat kawah
yang luas dengan hamaparan rerumputan
berwarna hijau dan terdapat beberapa bukit di
tengahnya. Selainitu juga terdapat lokasi yang
menarik untuk dikunjungi, tetapi masih banyak
wisatawan yang belum mengetahui tentang
lokasi-lokasi tersebut. Lokasi pertama adalah
makam tua yang terletak sekitar 2 km di sebelah
kiri dari view point. Selain terdapat makam, pada
sisi kanan view point, sekitar 1 Km juga terdapat
peninggalan purba yang berupa batu-batu yang

tersusun rapi dan membetuk satu garis. Terdapat
juga susunan batu yang menyerupai rumah serta
makam dari penduduk terdahulu.
Berikut merupakan tabel rangkuman
mengenai potensi-potensi yang terdapat di
wilayah Kawah Wurung .
Tabel 1. Potensi Dasar Lanskap Kawah Wurung
Objek
Perkebunan Kopi

Rumah Penduduk
Lokal.
View Point

Bukit Teletubbies

Makam Tua

Situs Purbakala

Feeding Ground

Keterangan
Terdapat perkebunan kopi jenis
arabica serta pabrik kopi
peninggalan Belanda.
Tipe rumah yang seragam
dengan ciri khas pekerja di
perkebunan kopi.
Merupakan titik tertinggi dan
tempat bagi wisatawan untuk
melihat seluruh wilayah Kawah
Wurung.
Merupakan
jejeran
bukit
berwarna hijau yang berbentuk
seperti rumah teletubbies dan
terdapat kegiatan pemeliharaan
dan penggembalaan sapi dengan
cara yang unik.
Merupakan makam dari orang
yang pertama kali menemukan
dan menetap di area Kawah
Wurung.
Merupakan jejeran batu vulkanis
yang
memiliki
bentuk
menyerupai makam dan patung,
serta cerita tentang pertempuran
Bandung Bondowoso.
Merupakan hamparan lembah
yang
dipenuhi
dengan
rerumputan hijau. Digunakan
oleh masyarakat sekitar untuk
menggembala hewan ternak
seperti sapi atau kambing.

Sumber: Wawancara dan Olahan Peneliti, 2016.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

103

2. Persepsi Wisatawan Terhadap Produk Wisata
Berdasarkan hasil wawancara yang telah
dilakukan terhadap 50 orang wisatawan,
didapatkan bahwa sebanyak 22 orang memilih
untuk melakukan kegiatan adventure, yaitu
berkeliling Kawah Wurung dengan mengamati
vegetasi dan hewan yang ada disekitarnya.
Sebagian wisatawan menginginkan kegiatan yang
berkaitan dengan proses penggembalaan hewan di
lahan terbuka atau feeding ground. Selain
melakukan kegiatan adventure, sebanyak 16
orang memilih untuk melakukan kegiatan
menikmati kehidupan desa atau village tour , yaitu
menginap dirumah warga dan melakukan
aktivitas seperti yang dilakukan masyarakat
sekitar.
Sebanyak 5 orang wisatawan lebih
memilih untuk bersantai, yaitu meilihat-lihat
pemandangan alam yang ada di Kawah Wurung.
Selain beberapa kegiatan tersebut, sebanyak 3
orang dari 50 reponden yang telah diwawancarai
menyatakan
ingin
melakukan
kegiatan
pengamatan bintang, yaitu kegiatan pengamatan
rasi
bintang,
gugusan
bintang,
serta
berkesempatan untuk melihat milkyway.
Berikut merupakan grafik dari beberapa
kegiatan yang diinginkan oleh wisatawan dan
berpotensi untuk dijadikan sebuah produk wisata.
Produk tersebut diharapkan kedepannya dapat
menjadi tambahan penghasilan bagi masyarakat
sekitar Kawah Wurung.

Gambar 1. Jenis Kegiatan Wisata di Kawah
Wurung.
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2016.

Berdasar atas Gambar 1 di atas dapat
diketahui bahwa 2 kegiatan yang memiliki pasar
potensial karena banyak diminati oleh wisatawan
adalah adventure dan village tour . Kedua hal
tersebut yang menjadi prioritas untuk dijadikan
sebuah produk wisata.

3. Pengembangan Produk Wisata
Berdasarkan identifikasi potensi yang terdapat di
Kawah Wurung maka diversifikasi produk
merupakan jenis pengembangan produk yang
cocok untuk diterapkan. Produk wisata yang
utama dari Kawah Wurung adalah mountain bike
tour . Hal ini karena banyaknya minat wisatawan
yang ingin melakukan kegiatan adventure. Jalur
dari mountain bike tersebut rencananya akan
memutari Kawah Wurung dengan melewati
beberapa lokasi yang menarik seperti perkebunan
kubis warga, makam tua, jejeran bukit teletubbies,
dan situs purbakala. Hal tersebut seperti yang
terlihat pada Gambar 2 di bawah ini.

Gambar 2. Jalur Mountain Bike Tour di Kawah
Wurung.
Sumber: Data Olahan Peneliti, 2016

Jalur mountain bike tersebut memakan waktu
sekitar 3 jam dengan beberapa titik pemberhentian
seperti di makam tua, perkebunan warga, bukit
teletubbies dan situs purbakala. Untuk menambah
kesan atraktif, selanjutnya pada setiap titik
pemberhentian, pemandu lokal akan menjelaskan
tentang cerita yang memiliki keterkaitan dengan
spot yang dikunjungi. Misalnya, ketika berhenti di
makam tua, pemandu lokal menceritakan tentang
bentuk bangunan, menceritakan tentang sejarah
makam tersebut, keterkaitan makam tersebut
dengan Kawah Wurung karena makam tersebut
merupakan makam orang yang menemukan Kawah
Wurung.
Selanjutnya di titik perkebunan warga,
muatan cerita yang disampaikan adalah tentang
jenis tanaman yang ditanam, masa panen dari
tanaman tersebut, tujuan tanaman tersebut
dipasarkan, harga pasar dari tanaman tersebut,
kemudian tata cara tanam masyarakat lokal. Setelah
melewati perkebunan warga, lokasi selanjutnya
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

104

yang akan di kunjungi adalah Bukit Teletubbies.
Pada bukit tersebut wisatawan dapat melihat jajaran
bukit-bukit kecil dengan hamaparan rumput hijau,
selain itu juga terdapat sapi-sapi yang dilepaskan
oleh masyarakat lokal untuk merumput. Pemandu
lokal juga dapat bercerita tentang keunikan cara
masyarakat lokal dalam memelihara sapi seperti
kenyataan bahwa sapi tersebut dilepas untuk
merumput dalam jangka waktu satu tahun.
Titik
situs
purbakala
merupakan
pemberhentian terakhir dari tur mountain bike ini.
Pada titik ini wisatawan dapat menyaksikan
pemandangan hamparan batu vulkanik dengan
bentuk aneh yang tersusun rapih. Cerita yang dapat
diberikan pada titik ini adalah sejarah tentang
peninggalan purbakala dan cerita rakyat tentang
Darmawulan dan Minakjinggo. Cerita berupa folklor
yang disampaikan oleh pemandu lokal tersebut
merupakan sebuah intrepretasi dari sebuah produk
wisata.
Intrepretasi diartikan sebagai proses penjelasan
terhadap wisatawan dan masyarakat pendukungnya
tentang arti penting tempat, masyarakat dan obyek
yang dikunjungi sehingga menjadi daya tarik dan
sekaligus menumbuhkan sikap peduli terhadap
pelestarian daya tarik tersebut, sehingga intrepretasi
folklor yang disampaikan oleh pemandu lokal dapat
menjadi sebuah atraksi tersendiri bagi wisatawan
karena intrepretasi merupakan sebuah komponen
dalam perjalanan wisata yang dapat memberikan
pengalaman perjalanan dan kepuasan kepada
wisatawan (Sugiarti, 2005). Setelah selesai
melakukan tur, wisatawan dipersilahkan untuk
menikmati minuman dan makanan ringan yang telah
dipersiapkan.
Penetapan harga dari paket wisata sepeda
gunung (mountain bike) ditentukan melalui dua
faktor yaitu, fixed cost dan variable cost (Suyitno,
2001) dengan margin keuntungan sebesar 20%.
Fixed cost yang termasuk dalam paket wisata sepeda
gunung adalah jasa pemandu lokal sedangkan
variable cost yang termasuk adalah biaya sewa
sepeda, biaya tiket masuk, biaya untuk minuman dan
makanan ringan. Keuntungan dari penjualan paket
wisata tersebut sepenuhnya akan digunakan sebagai
kas pengelola Kawah Wurung yang nantinya akan
digunakan untuk kepentingan perbaikan jalan,

menjaga keamanan serta pemeliharaan. Berikut
merupakan mekanisme pembayaran bagi setiap
wisatawan yang ingin melakukan aktivitas mountain
bike tour dengan asumsi peserta setiap paket wisata
sebanyak 6 orang.
Tabel 3. Besaran Biaya
Uraian Biaya
Jasa Pemandu
Biaya sewa sepeda
Biaya tiket masuk
Biaya snack
TOTAL

Fixed Cost
Rp. 150.000

Variable Cost
Rp. 35.000
Rp. 5.000
Rp. 10.000
Rp. 50.000

Rp. 150.000

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasarkan Tabel 3 di atas dapat diketahui
besar biaya yang diperlukan untuk melakukan satu
kali perjalanan wisata sepeda gunung. Tahap
selanjutnya adalah menghitung harga jual dengan
asumsi jumlah peserta setiap paket wisata adalah 6
orang. Berikut cara menghitung harga jual tersebut:
1. Menentukan Net Buying Price/Pax:


��





=

+

� .

=� .

.

.





+� .

.

2. Mengitung pendapatan sebesar 20%.
= Net Buying Price/Pax x 20%

= Rp. 75.000 x 20%
= Rp. 15.000
3. Menentukan harga jual.
= Net Buying Price/Pax + Profit
= Rp. 75.000 + Rp. 15.000
= Rp. 90.000
Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
diketahui harga jual paket wisata mountain bike
untuk 6 orang adalah sebesar Rp.90.000 dengan
rincian sebesar Rp. 75.000 digunakan untuk biaya
operasional yang meliputi honor pemandu wisata,
biaya sewa sepeda, biaya tiket masuk dan biaya
untuk makan dan minum. Rp 15.000 adalah
pendapatan yang didapat oleh masyarakat. Hasil
tersebut nantinya akan dijadikan sebagai uang kas
dan selanjutnya akan digunakan untuk memperbaiki
jalan serta melakukan perawatan terhadap Kawah
Wurung.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

105

Produk wisata yang kedua dari Kawah Wurung
adalah village tour , yaitu kegiatan wisata dimana
wisatawan dapat menikmati kehidupan masyarakat
lokal serta dapat berinteraksi langsung dengan
masyarakat tersebut. Program utama dari kegiatan ini
difokuskan dalam hal perkopian seperti belajar
tentang kopi, sejarah kopi di daerah tersebut, cara
memetik kopi, serta melihat proses pengolahan kopi.
Hal tersebut dikarenakan pekerjaan utama dari
masyarakat di Kawah Wurung adalah sebagai
pekerja di perkebunan kopi. Langkah pertama dalam
menyusun produk kedua ini adalah dengan membuat
acara wisata atau itinerary (Suyitno, 2001). Rencana
dari paket wisata ini berdurasi 2 Hari 1 Malam
dimulai pada siang hari pada hari pertama dan
berakhir pada siang hari di hari kedua. Rangkuman
program pada paket wisata village tour dapat dilihat
pada Tabel 4 sebagai berikut:
Tabel 4. Rencana Perjalanan Village Tour
Waktu
Hari I

Hari II

Itinerary
1. Peserta sampai di Kawah Wurung pada
siang hari
2. Check in homestay, istirahat.
3. Sore hari menuju Puncak Wifi untuk
melihat sunset dan pengamatan bintang.
4. Malam hari istirahat, acara bebas.
1. Pagi hari berwisata keliling kampung,
melihat pembuatan kopi secara tradisional.
2. Kemudian menuju kebun dan pabrik kopi
untuk melihat proses mengolah kopi.
3. Siang hari check out, acara selesai.

Sumber: Olahan Peneliti, 2016

Berdasar Tabel 4 tersebut, dapat diketahui
untuk program dari village tour pada hari pertama
dimulai dari kedatangan peserta siang hari. Setelah
istirahat dan makan siang, peserta berangkat menuju
Puncak Wifi untuk menikmati pemandangan Kawah
Wurung dan sunset serta dapat melakukan
pengamatan bintang pada malam hari. Setelah dari
Puncak Wifi kembali menuju homestay untuk makan
malam dan istirahat.
Pada hari kedua, kegiatan dimulai pagi hari
dengan melakukan wisata berkiling kampung. Saat
program keliling kampung, pemandu lokal
menjelaskan tentang tata letak rumah, arti dari
bentuk rumah yang mayoritas memiliki arsitektur
yang sama, fungsi dari tanaman yang ditanam di
depan rumah serta dapat bercerita tantang gambaran
umum desa tersebut, kemudian peserta diajak untuk
melihat proses pengolahan kopi secara tradisional.
Peserta dapat juga berinteraksi dengan penduduk

sekitar supaya mendapatkan informasi yang
mendalam. Para penduduk yang rumahnya akan
dikunjungi oleh wisatawan diberikan penjelasan
tentang hak dan kewajiban yang harus diperhatikan
terkait dengan kegiatan wisata keliling desa. Hak
yang dimiliki seperti penduduk tersebut akan
diberikan prosentasi keuntungan dari setiap
kunjungan wisatawan yang datang. Kewajiban yang
harus dipenuhi adalah menjaga kebersihan area
rumah. Setelah melakukan kegiatan keliling desa,
peserta kembali menuju homestay untuk persiapan
menuju kebun dan pabrik kopi. Saat pelaksanaan
program keliling kebun dan pabrik kopi, pemandu
lokal menceritakan tentang jenis kopi yang tumbuh,
ciri-ciri dari kopi tersebut, masa panen kopi, cara
memanen kopi, serta cara mengolah kopi. Pada saat
di pabrik, pemandu menceritakan tahapan proses
pengolahan kopi sampai akhirnya menuju ke
pengamasan dan siap untuk dikirimkan. Seletah
program keliling kebun dan pabrik kopi peserta
kembali menuju homestay untuk check out.
Penetapan harga dari paket wisata keliling desa
(village tour ) ditentukan melalui dua faktor yaitu,
fixed cost dan variable cost (Suyitno, 2001) dengan
margin keuntungan sebesar 20%. Fixed cost yang
termasuk dalam paket wisata sepeda gunung adalah
jasa pemandu lokal, jasa homestay, donasi
kunjungan ke rumah warga, dan transportasi.
Sedangkan yang termasuk variable cost adalah biaya
makan, biaya tiket masuk Kawah Wurung, biaya
tiket masuk pabrik. Keuntungan dari penjualan paket
wisata tersebut sepenuhnya akan digunakan sebagai
kas pengelola Kawah Wurung yang nantinya akan
digunakan untuk kepentingan perbaikan jalan,
menjaga keamanan serta pemeliharaan. Berikut
merupakan mekanisme pembayaran bagi setiap
wisatawan yang ingin melakukan aktivitas village
tour dengan asumsi peserta setiap paket wisata
sebanyak 6 orang.
Tabel 5. Perhitungan Biaya Village Tour
Uraian Biaya
Jasa Pemandu
Biaya masuk
pabrik
Biaya tiket masuk
Biaya makan 4x
Donasi rumah
warga
Homestay
Transportasi
TOTAL

Fixed Cost
Rp. 150.000

Variable Cost
-

-

Rp. 35.000

-

Rp. 5.000
Rp. 60.000

Rp. 50.000

-

Rp. 100.000
Rp. 200.000
Rp. 500.000

Rp. 100.000

Sumber: Olahan Peneliti, 2016
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

106

Tahap selanjutnya adalah menghitung harga
jual dengan asumsi jumlah peserta setiap paket
wisata adalah 6 orang. Berikut cara menghitung
harga jual tersebut:
1. Menentukan Net Buying Price/Pax:


��





=

+

� .

=� .

.

.





+� .

2. Mengitung pendapatan sebesar 20%.
= Net Buying Price/Pax x 20%
= Rp. 183.334 x 20%
= Rp. 36.666
3. Menentukan harga jual.
= Net Buying Price/Pax + Profit
= Rp. 183.334 + Rp. 36.666
= Rp. 220.000

.

Berdasarkan perhitungan tersebut dapat
diketahui harga jual paket wisata mountain bike
untuk 6 orang adalaha sebesar Rp.220.000 dengan
rincian sebesar Rp. 183.334 digunakan untuk biaya
operasional yang meliputi honor pemandu wisata,
biaya masuk pabrik kopi, biaya tiket masuk, biaya
makan, donasi rumah warga, biaya penginapan dan
biaya transportasi. Rp 36.666 adalah pendapatan
yang didapat oleh masyarakat. Hasil tersebut
nantinya akan dijadikan sebagai uang kas dan
selanjutnya akan digunakan untuk memperbaiki
jalan serta melakukan perawatan terhadap Kawah
Wurung.
Berdasarkan teori dari Kotler (1994), kedua
produk wisata tersebut termasuk kedalam produk
sekunder yang bertujuan supaya wisatawan dapat
menikmati keindahan Kawah Wurung secara
optimal, sedangkan Kawah Wurung sendiri termasuk
kedalam produk utama karena Kawah Wurung
merupakan objek dan daya tarik wisata yang menjadi
tujuan utama bagi wisatawan untuk berkunjung.
Tentunya untuk menjamin kualitas dari kedua
tingkatan produk tersebut dibutuhkan produk
tambahan yaitu berupa pelayanan yang baik, suasana
yang menyenangkan dan profesionalitas dalam
bekerja.
4. Peran Masyarakat dalam Pengembangan
Destinasi
Bentuk peran serta masyarakat di Kawah
Wurung menurut Tosun (2004) termasuk kedalam
Spontaneus
Participation.
Hal
tersebut

ditunjukkan dengan pemikiran dari pemuda
setempat yang menilai Kawah Wurung
mempunyai pemandangan alam yang indah dan
cocok untuk dijadikan sebuah tempat wisata.
Langkah selanjutnya yang dilakukan pemuda
tersebut
adalah
membentuk
kelompok
beranggotakan 6 orang.
Bentuk partisipasi dari kelompok tersebut
adalah bergotong-royong memperbaiki akses
jalan, mendirikan tenda terpal untuk penitipan
kendaraan bermotor, melakukan pemasaran
melalui media sosial serta melakukan negosiasi
kepada tokoh masyarakat setempat. Tahap
berikutnya yang dilakukan kelompok tersebut
adalah mengajak masyarakat lainnya untuk
terlibat dalam pengembangan Kawah Wurung
seperti membangun toilet, membuka warung,
menyediakan penginapan, menyewakan kuda dan
ojek.
5. Peran Pemerintah dalam Pengembangan
Destinasi
Peran serta Dinas Pariwisata Pemuda
Olahraga
dan
Perhubungan
Kabupaten
Bondowoso dalam pengembangan sebuah
destinasi wisata biasanya lebih terfokus pada
pembuatan kebijakan. Berdasarkan fenomena
dilapangan bentuk kebijakan yang dibuat oleh
pemerintah mencakup empat aspek yaitu:
a. Pembangunan fasilitas penunjang yang
dilakukan secara bertahap. Pada tahun 2015
pemerintah membangun musholla, toilet,
shelter, dan kantor pengawasan. Tahun 2016
pemerintah berencana untuk membangun
rumah peristirahatan, pengadaan peralatan
penunjang produk wisata seperti sepeda
gunung, pengaspalan jalan, membuat ramburambu, menambah gazebo dan membangun
gapura di pintu masuk.
b. Melakukan kegiatan pemasaran dengan cara
mengundang
program
dari
televisi,
menyebarkan brosur, mengadakan farmtrip
dan melalui media sosial seperti facebook,
twitter dan instagram.
c. Peningkatan kualitas budaya dan lingkungan
diterapkan pemerintah melalui program
pelatihan desa wisata.
d. Pelatihan pemandu dan penyuluhan untuk
pemilik rumah yang bersedia dijadikan
homestay.
Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

107

6. Pemasaran Kawah Wurung
Pemasaran yang terdapat di Kawah Wurung
dilakukan oleh masyarakat lokal dan Dinas
Pariwisata Pemuda Olahraga dan Perhubungan
Kabupaten Bondowoso. Cara publikasi yang telah
dilakukan oleh masyarakat lokal adalah dengan
menggunakan facebook, Sedangkan Pemerintah
dengan mengadakan promotional event (Yoeti,
1996). Adapun publikasi yang dilakukan
pemerintah yaitu melalui public items (Yoeti,
1996), seperti menyebarkan brosur, pamflet dan
liflet.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
a. Kawah Wurung memiliki banyak potensi yang
dapat dikembangkan menjadi sebuah produk
wisata baru. Potensi tersebut terdiri dari
keindahan bentang alam, jenis flora & fauna,
cerita rakyat dibalik terbentuknya Kawah
Wurung, situs purbakala, hamparan perkebunan
kopi dan pemukiman khas pekerja perkebunan
kopi yang unik.
b. Berdasarkan beberapa potensi yang dimiliki
serta keinginan dari wisatawan, maka produk
kegiatan adventure yang dikembangkan adalah
mountain bike tour, bersepeda mengelilingi
Kawah Wurung dan menikmati pemandangan
yang ada serta mengunjungi lokasi-lokasi yang
menarik. Kegiatan kedua adalah village tour ,
yaitu menikamti kehidupan desa serta belajar
tentang perkopian.
c. Peran masyarakat dalam pengembangan Kawah
Wurung termasuk dalam jenis spontaneus
participation. Sedangkan bentuk partisipasinya
meliputi sumbangan tenaga, pemikiran, tenaga
dan pemikiran, serta uang atau barang.
d. Peran Pemerintah dalam hal ini adalah
membantu masyarakat dalam bentuk melakukan
promosi, mengadakan pelatihan, membantu
untuk mendirikan lembaga, membantu untuk
menambah
fasilitas
penunjang
serta
memperbaiki akses menuju Kawah Wurung.
e. Kegiatan pemasaran yang dilakukan dan
dikembangkan di Kawah Wurung dilakukan
oleh masyarakat melalui media sosial,
sedangkan pemerintah lebih beragam yaitu
menggunakan media sosial serta website
pariwisata. Selain itu pemerintah juga
mengadakan farmtrip, event-event pariwisata,

membuat brosur dan mengundang program
televisi.
Saran
1. Saran untuk kelompok masyarakat
a. Memperkaya souvenir khas dari Kawah
Wurung sehingga wisatawan yang datang
kesana tidak hanya membeli kopi tetapi dapat
memilih jenis souvenir lainnya.
b. Mengadakan forum untuk menilai kinerja dari
anggota
kelompok
dan
melakukan
perencanaan program untuk kedepannya.
Forum tersebut dapat diadakan dalam janggka
waktu 1 bulan sekali.
c. Turut menjaga fasilitas yang disumbang oleh
Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga dan
Perhubungan seperti toilet, musholla, gazebo
dan shelter .
d. Mendirikan lembaga sadar wisata yang
nantinya akan menjadi bagian dari desa
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES).
2. Saran untuk Dinas Pariwisata Pemuda Olahraga
dan Perhubungan Kabupaten Bondowoso.
a. Membuat kebijakan tentang pengembangan
Kawah Wurung yang sesuai dengan aspek
keberlanjutan karena Kawah Wurung
merupakan tempat wisata yang berbasis alam.
b. Mengajak masyarakat dalam pembuatan
sebuah kebijakan tentang Kawah Wurung,
karena masyarakat lokal lebih mengetahui
seluk beluk dari tempat tersebut.
c. Menyediakan pusat informasi bagi wisatawan
untuk membantu menjawab pertanyaan dari
wisatawan yang berkunjung.
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmita, R. 2006. Pembangunan Pedesaan dan
Perkotaan. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Corte, V. D., G. D. Glaudio, dan A. Lavazzi. 2013.
Managerial Approaches to Sustainable
Tourism and Destination Development.
University Federico, Naples: Jurnal.
Hadinoto, K. 1996. Perencanaan Pengembangan
Destinasi Pariwasita . Jakarta: Penerbit
Universitas Indonesia.
Hakim, L. 2004. Dasar-dasar Ekowisata . Malang:
Bayumedia.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

108

Putri, F.C. P. 2013. Pengembangan Destinasi
Pariwisata di Kabupaten Cilacap . Universitas
Negeri Sebelas Maret, Solo: Jurnal.
Richardson dan Fluker. 2004. Understanding and
Managing Tourism. Australia: Pearson
Education Australia, NSW Australia.
Yoeti, O. A. 1996. Pemasaran Pariwsata Terpadu.
Bandung: Angkasa.
Yoeti, O. A. 1996. Pengantar Ilmu Pariwisata .
Bandung: Angkasa.
Zhang, C dan Xiao, Honggen. 2013. Destination
Development in China: towards an effective model
of explanation. Sun Yat-sen University,
Guangzhou: Jurnal.

Jurnal Administrasi Bisnis (JAB)|Vol. 55 No. 3 Februari 2018|
administrasibisnis.studentjournal.ub.ac.id

109