Laporan Praktikum Fisika Farmasi Dispers
PRAKTIKUM FISIKA FARMASI
DISPERSI KOLLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengerti gambaran mengenai sifat-sifat larutan kolloidal dan
mengenal penggolongan larutan kolloidal.
2. Mahasiswa dapat mengenal macam-macam dispersi koloidal dengan baik dan benar.
II. DASAR TEORI
Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil (fase terdisper) yang terdistribusi
dalam medium (medium terdispersi). Partikel-partikel kecil yang terdispersi terdiri dari
berbagai ukuran mulai dari ukuran atom dan molekul hingga partikel-partikel besar yang
dapat diukur dalam satuan millimeter. Untuk itu system terdispers digolongkan dalam 3
golongan yaitu dispersi molekul, dispersi koloid, dan dispersi kasar. Mobilitas koloid
dipengaruhi oleh perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya- gaya antara
permukaan koloid dan butiranaquifer. Gaya antar muka itu terdiri dari gaya tarik menarik
Londonvan der Waals dan gaya tolak menolak. Hasil netto dari interaksi kedua gaya
permukaan tersebut dijelaskan dengan teori DLVO. Agar koloid dapat bergerak perubahan
kimia larutan harus menghasilkan gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang
lebih besar dari gaya tarik menariknya. Transport koloid ini dapat dihambat dengan
filtrasi. Karenaukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid
mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsure terlarut (Stoker, 1993).
Koloid Liofilik adalah partikel kolid yang suka dengan pelarutnya, maka partikel
koloidnya banyak berinteraksi dengan medium dispersi. Karena afinitasnya terhadap
medium dispersi, maka bahan-bahan tersebut relatif mudah membentuk dispersi koloid.
Jadi kolodal liofilik biasanya hanya diperoleh dengan melarutkan bahan dalam pelarut
yang digunakan. Koloidal Liofobik adalah partikel yang benci pelarutnya, maka partikel
koloidnya mempunyai gaya tarik menarik kecil terhadap medium dispers sehingga selimut
pelarut disekitar partikel tidak terbentuk. Umumnya pada partikel anorganik yang
terdispersi dalam air. Koloid gabungan atau koloid amfifilik merupakan golongan ke tiga
dari penggolongan koloid. Molekula-molekul atau ion-ion tertentu disebut amfifil atau zat
aktif permukaan. Amfifil atau zat aktif permukaan ini berciri mempunyai dua daerah yang
berbeda yang melawan afinitas larutan dalam molekul atau ion yang sama. Jika ada dalam
suatu medium cair dengan konsentrasi rendah, amfifil berada dalam suatu medium cair
1
dengan konsentrasi rendah. Jika konsentgrasi ditingkatkan, terjadi agregasi pada suatu
jangkauan konsentrasi yang sangat sempit (Martin, 2008).
Terdapat 2 metode yang umum digunakan untuk membentuk suatu larutan koloidal
yaitu:
Metode kondensasi, menggabungkan partikel-partikel kecil (ion-ion dan molekul)
untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran
koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solvent atau pelarut atau dengan
jalan melakukan reaksi kimia tertentu. Metode dispersi, menggunakan teknik pengecilan
ukuran dari partikel yang berdimensi koloidal. Untuk digunakan disintegrator mekanik
seperti koloid mill. Seringkali solvent/pelarut atau solvent dari pelarut yang dicampur
dengan zat lain dapat menyebabkan partikel non koloidal menjadi koloidal. Metode
dispersi tipe ini khusus dinamakan peptisas (Koordinator Praktikum Farmasi Fisika,
2013).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Beker Glass
BAHAN
1. Mucilago Gum Arabici 35%
2. Viskometer
2. Larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%
3. Piknometer
3. Larutan Gelatin 5% dan 10%
4. Mortir/ Stamper
4. Larutan FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram
5. Labu Ukur
5. Larutan NaCl 20%
6. Cawan Porselin
6. Alkohol
7. Erlenmeyer
7. Air Es
8. Buret
9. Gelas Ukur
10. Pompa filler
11. Neraca digital
IV. CARA KERJA
2
A. Pembuatan Larutan Kolloidal
1. Pembuatan larutan mucilago gom arab 35% sebanyak 100mL
Ditimbang gom arab 35gr, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga batas tanda, homogenkan
2. Pembuatan larutan Natrium lauril sulfat 0,1% sebanyak 100mL
Ditimbang Na laurel sulfat 0,1 gr, dimasukan dalam beaker glass
Diukur aquadest setengah volume total, dimasukan dalam beaker glass aduk homogen
Dimasukan larutan yang terbentuk dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
3. Pembuatan larutan FeCl3 0,25% dan 0,5% sebanyak 100mL
Ditimbang FeCl3 0,25 gram dan 0,5gram, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
5. Pembuatan larutan gelatin 5% sebanyak 100mL
3
Ditimbang gelatin 5 gr, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
6. Pembuatan larutan gelatin 10% sebanyak 100mL
Ditimbang gelatin 10 gr, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
B. Penentuan Bj zat
1. penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
Ditimbang piknometer yang bersih dan kering
Diisi piknometer dengan air hingga penuh
Direndam piknometer dalam air es hingga ±20 dibawah suhu percobaan
Ditutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu air naik sampai mencapai
suhu percobaan lalu pipa kapiler piknometer ditutup
Dibiarkan suhu air dalam piknometer hingga mencapai suhu kamar
Diusap air yang menempel dengan tissue kemudian piknometer ditimbang
4
Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan yang digunakan untuk
menghitung volume air = volume piknometer
Cara Perhitungan :
Bobot piknometer + air
= A (gram)
Bobot piknometer kosong
= B (gram) -
Bobot air
= C (gram)
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel)
= �air
Volume piknometer (Vp 1)
= C (gram)
�air (gram/ml)
2. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat cair
Diisi piknometer dengan zat cair hingga penuh
Direndam piknometer dalam air es hingga ±20 dibawah suhu percobaan
Ditutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu zat cair naik sampai
mencapai suhu percobaan lalu pipa kapiler piknometer ditutup
Dibiarkan suhu air dalam piknometer hingga mencapai suhu kamar
Diusap air yang menempel dengan tissue kemudian piknometer ditimbang. Misal
bobot zat X= D (gram)
Dihitung dengan cara perhitungan berikut:
1. Bobot piknometer kosong
= B (gram)
2. Volume piknometer
= Vp (ml)
3. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel)= �air
4. Kerapatan zat cair:
ρ=
D−B(gram)
= .......... gram.ml-1
Vp(ml)
5. Berat jenis zat cair:
d=
ρ kloroform
ρ air
C. Viskositas Kolloid
5
1. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,25%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl3 0,25% masukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
2. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,5%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl3 0,5% dimasukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
3. Pengecekan viskositas larutan gelatin 5%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin 5% dimasukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
4. Pengecekan viskositas larutan gelatin 10%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin 10% masukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
D. Pengaruh elektrolit terhadap kolloid
6
1. Titrasi larutan mucilago gom arab 35% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan gom 35%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
2. Titrasi larutan Na lauril sulfat 0,1% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan tiap berapa mL terjadi endapan
3. Titrasi larutan FeCl3 0,25% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan FeCl3 0,25%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
4. Titrasi larutan FeCl3 0,5% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan FeCl3 0,5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
5. Titrasi larutan gelatin 5% dengan NaCl 20%
7
Diambil 20mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
\
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
6. Titrasi larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
7. Titrasi campuran larutan FeCl3 0,5% dan larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan FeCl3, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Diambil 5 mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu Erlenmeyer, homogenkan
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
E. Pengaruh alkohol terhadap kolloid
1. Titrasi larutan gelatin 5% dengan Alkohol 96%
Diambil 10mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 95%
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form
8
2. Titrasi larutan gelatin 10% dengan Alkohol 96%
Diambil 10mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 96%
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form
F. Reversibilitas Kolloid
1. Reversibilitas larutan gom 35%
Diambil 10 mL larutan mucilago gom arab 35%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
2. Reversibilitas larutan Na lauril sulfat 0,1%
Diambil 10 mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
3. Reversibilitas larutan FeCl3 0,25%
Diambil 10 mL larutan FeCl3 0,25%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
9
4. Reversibilitas larutan FeCl3 0,5%
Diambil 10 mL larutan FeCl3 0,5%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK
A. Hasil Pengamatan
1. Kelompok 1
A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield
Replikasi I
η
%
4,2 Cp
0,7%
7,2 Cp
1,2%
0,6 Cp
0,5%
1,8 Cp
1,5%
Larutan
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
Replikasi II
η
%
3,0 Cp
0,5%
7,2 Cp
1,2%
0,8 Cp
0,7%
1,6 Cp
1,3 %
Replikasi III
η
%
3,0 Cp
0,6%
8,4 Cp
1,4%
1,2 Cp
1,0 %
1,4 Cp
1,2 %
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid
Larutan : PGA 10% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
-
II
-
III
I
V
VI
-
V
-
-
+
15,6
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
ml
Larutan : PGA 10% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
-
-
-
-
-
VI
VII
VIII
IX
X
XI
+
15 ml
Larutan : PGA 10% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% ke10
I
II
III
IV
V
VI
VII VIII
-
-
-
-
-
+
15,4 ml
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
-
III
I
V
VI
VII
-
V
-
-
-
+
20,4
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
ml
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
VI
VI
VIII
IX
X
XI
I
-
-
-
-
-
+
15,5
ml
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
VI
VII
-
-
-
-
-
+
16,2 ml
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
Larutan : Gelatin 5% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
VI
VI
VIII
IX
X
XI
I
-
-
-
-
+
8,6
11
ml
Larutan : Gelatin 5% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
-
II
-
III
-
IV
-
V
V
VI
I
I
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
+
6,4
ml
Larutan : Gelatin 5% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
-
II
II
-
I
-
IV
V
V
VII
VIII
IX
X
XI
I
-
9,5
ml
Larutan : Gelatin 10% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
+
4,2
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
ml
Larutan : Gelatin 10% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
+
4 ml
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : Gelatin 10% (Replikasi III)
12
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
+
3,6
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
ml
Larutan : FeCl3 0,5 % dan Gelatin 5% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
4,6 ml
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 5% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
5 ml
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 5% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
4,8 ml
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : FeCl3 0,25% dan Gelatin 5% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
4,2 ml
IV
Keterangan : (-)
(+)
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
= belum terjadi endapan
= sudah terjadi endapan
13
A. Reversibilitas Kolloid
Replikasi I
No
Nama Larutan
Hasil
.
1.
2.
PGA 10%
Na Lauril Sulfat
Reversibel (Kembali seperti semula)
Reversibel (Kembali seperti semula)
3.
0,1%
FeCl3 0,5%
Ireversibel (Tidak kembali seperti semula,
ada endapan)
Replikasi II
No
Nama Larutan
Hasil
.
1.
2.
PGA 10%
Na Lauril Sulfat
Reversibel (Kembali seperti semula)
Reversibel (Kembali seperti semula)
3.
0,1%
FeCl3 0,5%
Ireversibel (Tidak kembali seperti semula,
ada endapan)
Replikasi III
No
Nama Larutan
Hasil
.
1.
2.
PGA 10%
Na Lauril Sulfat
Reversibel (Kembali seperti semula)
Reversibel (Kembali seperti semula)
3.
0,1%
FeCl3 0,5%
Reversibel (Kembali seperti semula)
2. Kelompok 2
A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield
Larutan
Replikasi I
η
%
Replikasi II
η
%
Replikasi III
η
%
14
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
4,2 Cp
7,2 Cp
0,6 Cp
1,8 Cp
0,7%
1,2%
0,5%
1,5%
3,0 Cp
7,2 Cp
0,8 Cp
1,6 Cp
0,5%
1,2%
0,7%
1,3 %
3,0 Cp
8,4 Cp
1,2 Cp
1,4 Cp
0,6%
1,4%
1,0 %
1,2 %
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Kolloid
Larutan : PGA 10%
I
II
III
IV
-
-
-
-
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
V VI
IX
X
XI
I
I
I
+
-
-
-
-
-
XII
XI
X
I
V
V
XII
XI
I
V
XII
XI
X
I
V
V
(19,8
)
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(20,3
)
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(19,9
)
Rata-rata : 20 mL
Larutan : Gelatin 10%
I
II
III
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
IV V VI
IX X XI
I
I
I
XV
+
-
(3,5
)
+
-
-
(5,0
)
+
-
-
(5,3
)
Rata-rata : 4,6 mL
Larutan : Gelatin 5%
I
II
III
IV
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
V VI
IX X XI
I
I
I
15
+
-
-
(5,8
)
+
-
-
(6,0
)
+
-
-
(5,9
)
Rata-rata : 5,9 mL
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1%
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI
XI
I
II III IV V VI
VIII IX X XI
I
I
+
-
-
-
-
-
-
-
XII
XI
I
V
XII
XI
X
I
V
V
XV
(4,8
)
+
-
-
-
-
-
-
-
(4,8
)
+
-
-
-
-
-
-
-
(4,0
)
Rata-rata : 4,53 mL
Larutan : FeCl3 0,5%
I
II
III
IV
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
V VI
IX X XI
I
I
I
+
-
-
(5,4
)
+
-
-
(6,0
-
-
)
+
(5,6
16
)
Rata-rata : 5,67 mL
Larutan : FeCl3 0,25%
I
II
III
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
IV V VI
IX X XI
I
I
I
XII
XI
X
I
V
V
+
-
-
(5,4
)
+
-
-
(6,0
)
+
-
-
(5,4
)
Rata-rata : 5,6 mL
C. Pengaruh Alkohol Terhadap Kolloid
No
.
1.
2.
Nama Larutan
Gelatin 10%
Gelatin 5%
Alkohol 96% yang dibutuhkan (mL)
I
II
III
1,8
2,1
2,2
2,5
2,5
2,45
Rata-rata
(mL)
2,03
2,48
D. Reversibilitas Kolloid
No
.
1.
2.
3.
Nama Larutan
FeCl3 0,5%
Na Lauril Sulfat 0,1%
PGA 10%
Replikasi I
Irreversible
Reversible
Reversible
Hasil
Replikasi II
Irreversible
Reversible
Reversible
Replikasi III
Irreversible
Reversible
Reversible
3. Kelompok 3
A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield
Gelatin 5% = I 4,2 cp ; 0,1%
FeCl3 0,25% = I 0,6 cp ; 0,5 %
II 3,0 cp ; 0,5%
II 0,8 cp ; 0,2%
III 3,0 cp ; 0,6%
III 1,2 cp ; 1,0 %
17
Gelatin 10% = I 7,2 cp ; 1,2 %
FeCl3 0,5% = I 1,8 cp ; 1,5%
II 7,2 cp ; 1,2 %
II 1,6 cp ; 1,3 %
III 8,2 cp ; 1,4 %
III 1,4 cp ; 1,2%
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Kolloid
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1%
Penambahan Larutan NaCl 10%
I
II
III
IV V VI VII VIII IX
-
-
+ (4,2 ml)
-
-
+ (5,2 ml)
+ (4,6 ml)
X
Rata-rata
Replikasi
Ke 1
4,67 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
Larutan : Gelatin 10%
I
II
Penambahan Larutan NaCl 10%
IV V VI VII VIII IX
III
-
+ (3,7 ml)
-
+ (3,4 ml)
-
X
Ke 1
4,27 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
+ (5,7 ml)
Larutan : Gelatin 5%
I
II
-
Penambahan Larutan NaCl 10%
IV V VI VII VIII IX
III
X
Ke 1
+ (2 ml)
-
+ (3,5 ml)
-
3,33 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
+ (4,5ml)
Larutan : Gum Arabici 10%
I
II
-
+ (2,2 ml)
Penambahan Larutan NaCl 10%
III IV V VI VII VIII IX
X
Ke 1
+ (1,2 ml)
+ (1,8 ml)
1,73 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
Larutan : FeCl3 0,25%
I
II
Penambahan Larutan NaCl 10%
III IV V VI VII VIII IX
X
18
Ke 1
+ (1,9ml)
+ (1,5 ml)
-
1,97 ml
2
3
+ (2,5 ml)
Larutan : FeCl3 0,5%
I
+ (0,5 ml)
II
III
Penambahan Larutan NaCl 10%
IV V VI VII VIII IX X
+ (1,0 ml)
+ (0,8 ml)
Rata-rata
Replikasi Ke1
0,77 ml
2
3
Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 10%
Penambahan Larutan NaCl 10%
I
II
III
IV V VI VII VIII IX X
- + (2,6 ml)
-
+ (3,2 ml)
-
Replikasi Ke1
3,77 ml
2
3
+ (5,5 ml)
Larutan : FeCl3 0,25% dan Gelatin 10%
Penambahan Larutan NaCl 10%
I
II
III IV V VI VII VIII IX X
+ (3,1 ml)
-
Rata-rata
+ (2,6 ml)
+ (2,0 ml)
Rata-rata
Replikasi Ke1
2,57 ml
2
3
Keterangan : -- Belum terjadi endapan
+ Sudah terjadi endapan
C. Pengaruh Alkohol terhadap Kolloid
Alkohol 96% yang dibutuhkan
No.
Nama Larutan
I
II
III
Rata-rata
1.
Gelatin 5%
1,1 ml
1,2 ml
2,8 ml
1,7 ml
2.
Gelatin 10 %
0,5 ml
0,6 ml
1,2 ml
0,77 ml
D. Reversibilitas Kolloid
19
No
Nama Larutan
1.
2.
3.
FeCl3 0,5%
Gum Arabici 10%
Na Lauril Sulfat 0,1%
Replikasi I
Irreversibel
Reversibel
Reversibel
Hasil
Replikasi II
Irreversibel
Reversibel
Reversibel
Replikasi III
Irreversibel
Reversibel
Reversibel
4. Kelompok 4
A. Viskositas Kolloid
Larutan
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
Replikasi I
η
%
4,2 Cp
0,7%
7,2 Cp
1,2%
0,6 Cp
0,5%
1,8 Cp
1,5%
Replikasi II
η
%
3,0 Cp
0,5%
7,2 Cp
1,2%
0,8 Cp
0,7%
1,6 Cp
1,3 %
Replikasi III
η
%
3,0 Cp
0,6%
8,4 Cp
1,4%
1,2 Cp
1,0 %
1,4 Cp
1,2 %
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid
Larutan : Gelatin 5 %
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
-
-
+6m
l
-
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XI
XII
XIII XIV
XV
+7,4m
l
+6,7m
l
Larutan : Gelatin 10%
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
IV
-
-
-
+8,1m
V
VI
VII
VIII
IX
X
l
Larutan : PGA 10 %
Penambahan larutan NaCl 10% ke20
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
-
-
-
-
-
+12,8ml
-
-
+17ml
+17,2ml
X
XI
XII
XIII XIV
XV
Larutan : Na Lauril Sulfat
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
IV
V
VI
+2,5m
-
-
-
-
-
VIII
IX
X
XI
XII XIII XIV XV
+13m
l
+3,5m
l
-
VII
l
Larutan : FeCl3 0,25 %
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
-
-
+6m
l
-
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII XIV
XV
XI
XII
XIII
XV
+7,4m
l
+6,7m
l
Larutan : FeCl3 5 %
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XIV
+0,6m
l
+1ml
Keterangan : (-)
(+)
= belum terjadi endapan
= sudah terjadi endapan
C. Pengaruh Alkohol Terhadap Kolloid
21
Alkohol 96% yang dibutuhkan
No
.
1.
2.
Nama
Larutan
Gelatin 5%
Gelatin 10%
I
II
III
Rata –
1,2 mL
0,4 mL
1,3 mL
0,6 mL
1,7 mL
0,7 mL
Rata
1,4 mL
0,56 mL
D. Reversibilitas Koloid
Reversibilita
Nama Larutan
Hasil
s Kolloid No.
1.
PGA 10 %
Reversibe
Reversibel
Reversibel
2.
Na Lauril Sulfat
l
Reversibe
Reversibel
Reversibel
3.
0,1 %
FeCl3 0,5 %
l
Ireversibe
Ireversibel
Ireversibel
l
Reversibel (Kembali seperti semula)*
Ireversibel (Tidak kembali seperti semula, ada endapan)*
B. Grafik Kelompok 3
ml larutan NaCl
Stabilitas larutan koloid dengan larutan elektrolit
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
N
a
il
ur
la
t
fa
l
su
3
Cl
e
F
%
25
,
0
3
Cl
e
F
5%
0,
in
at
l
e
G
5%
in
at
l
e
G
%
10
om
G
ab
ar
3
Cl
e
(F
%
10
5%
0,
+
in
at
el
G
3
Cl
e
(F
)
%
0
1
%
25
,
0
+
in
at
el
G
)
%
0
1
n
n
ra
u
ra
u
p
p
m
m (ml)
Jumlah NaCl yangCadibutuhkan
a
C
22
Stabilitas larutan koloid dengan alkohol
1.8
1.6
ml larutan alkohol
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Gelatin5%
Gelatin 10%
Viskositas Kolloid Menggunakan Viskometer Brookfield
8
7
Viskositas Kolloid
6
5
Rata-rata
Viskositas
(cp)
4
3
2
1
0
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Fisika Farmasi kali ini melakukan praktikum yaitu “Dispersi
Kolloid dan Sifat-sifatnya” untuk mengetahui Stabilitas larutan kolloid terhadap larutan
elektrolit (NaCl), mengetahui Stabilitas larutan kolloid dengan alkohol, dan mengetahui
viskositas kolloid suatu larutan dengan menggunakan viskometer brookfield. Koloid
merupakan suatu larutan yang terdiri dari suatu partikel-partikel yang terdistribusi merata
dalam suatu medium. Yang fase dispersnya memiliki ukuran partikel antara 10-5000A o
23
(μm). Sehingga partikel terdispernya tidak dapat dilihat oleh mata telanjang namun dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Setiap kelompok 1,2,3, dan 4 mendapatkan
setiap sampel yang sama dengan kadar yang masing-masing sama. Pada praktikum
Fisika Farmasi yang bertemakan “dispersi koloid dan sifat-sifatnya” ini menggunakan
beberapa sample yaitu larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, FeCl 3 0,25%, FeCl3 0,5%,
gelatin 5%, gelatin 10%, dan gom arab 10%. Pada pembuatan larutan sample sebelum
praktikum dimulai, yang perlu diperhatikan adalah penggunaan air panas saat melarutkan
FeCl3 dan gelatin. Untuk FeCl3 akan membentuk larutan koloid dengan metode
kondensasi yaitu dengan cara menghidrolisis FeCl3 menggunakan air panas sehingga
terbentuk larutan Fe(OH)3 yang merupakan larutan koloid. Sedangkan pada pembuatan
larutan Na.lauril sulfat dan gom arab cukup menggunakan aquadest tanpa pemanasan
namun yang harus diperhatikan adalah pada pembuatan larutan Na lauril sulfat dan gom
akan timbul busa/gelembung udara maka untuk pengadukan diusahakan tidak terlalu
kencang karena sifat dasar Na lauril sulfat dan gom adalah bahan yang mudah larut
dalam air.
Pengujian viskositas pada praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar
zat koloid akan mempengaruhi kekentalan suatu zat dan selain itu untuk mengetahui fase
terdisper dan pendisper suatu koloid dengan menggunakan viscometer brookfield.
Setelah didapatkan data dari hasil pengamatan Gelatin dan FeCl 3 perbedaan viskositas
semakin meningkat akibat dari penambahan kadar zat dikarenakan jumlah partikelpartikel zat terdispersi semakin banyak sehingga kekentalan pun akan meningkat dan
perbedaan kekentalan yang sangat berarti antara Gelatin dan FeCl 3, karena pada koloid
FeCl3 merupakan koloid yang fase terdispersinya adalah zat padatnya sedangkan zat
cairnya merupakan fase pendispersi. Berbeda dengan gelatin yang fase padatnya
merupakan fase pendispersi dan fase cairannya merupakan fase terdispersi sehingga
viskositas pun gelatin pun lebih tinggi dibanding FeCl3. Pada hasil yang diperoleh ratarata kelompok 1,2,3, dan 4 memperoleh hasil yang sama karena ini dilakukan 1
kelompok besar. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata viskositas Gelatin 5% sebesar 3,4 cp
dan rata-rata prosentasenya sebesar 0,4%, sedangkan pada Gelatin 10% memiliki
viskositas dengan rata-rata 7,53 cp dan rata-rata prosentasenya adalah 1,27%. Hal ini
menunjukkan benar adanya jika semakin meningkatnya suatu kadar atau konsentrasi dari
suatu larutan atau zat maka viskositas atau kekentalannya juga semakin meningkat. Pada
FeCl3 0,25% memiliki rata-rata viskositas 0,87 cp dan rata-rata prosentasenya 0,57%,
24
sedangkan pada FeCl3 0,5% rata-rata viskositas sebesar 1,6 cp dan rata-rata
prosentasenya sebesar 1,33%.
Larutan koloid sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu koloid liofilik yang suka dengan
pelarutnya karena partikel terlarut banyak berinteraksi dengan medium dispersinya.
Selain koloid liofilik ada pula koloid liofobik yang tidak suka dengan pelarutnya karena
kecilnya gayatarik menarik partikel terlarutnya dengan medium pelarutnya. Dan ada pula
koloid campuran yaitu yang sebagian liofilik dan sebagian liofobik atau sering disebut
koloid ampifilik. Pada praktikum ini dapat kita lihat sifat tersebut pada pengujian
reversibilitas koloid, karena seperti dijelaskan diatas bahwa koloid liofilik akan dengan
mudah berinteraksi dengan pelarutnya sehingga akan mudah membentuk koloid kembali
setelah dipanaskan, sedangkan koloid liofobik akan sulit bercampur dengan pelarutnya.
Pada pengujian reversibilitas menggunakan 4 cawan porselin yang masing-masing berisi
larutan Na.lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,5%, dan gom arab 10% sebanyak 5ml untuk tiap
cawan porselin dan kemudian dipanaskan hingga menguap dan tersisa padatannya.
Untuk menentukan sifat reversibilitasnya maka ditambahkan 5ml air dingin (air es),
maka setelah penambahan akan terbentuk suatu larutan. Jika larutan tersebut kembali
kebentuk semulan dan tercampur maka dapat diartikan bahwa larutan tersebut liofilik
dan sebaliknya liofobik ketika larutan tidak kembali seperti semula (tidak tercampur
kembali). Pada pengujian didapatkan bahwa larutan FeCl3 0,5% merupakan koloid
liofobik karena larutan tidak tercampur kembali dengan hasil untuk FeCl 3 0,5% tidak
terbentuk koloid karena padatan tetap mengendap dan tidak bercampur dengan air maka
hal ini disebut Irreversible. Berbeda dengan gom arab karena penambahan dengan air es
terbentuk larutan koloid gom arab seperti sebelum diuapkan sehingga dapat dikatan
reversible dan dapat disimpulkan bahwa gom arab merupaka larutan koloid liofilik
sedangkan Na. lauril sulfat 0,1% membentuk larutan yang terpisah antara larutan air
dengan larutan seperti minyak sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Na.lauril sulfat
adalah koloid yang masuk dalam kategori koloid campuran atau ampifilik karena
terbentuknya 2 larutan yang suka air dan tidak suka air dan dapat dikatakan reversible.
Selanjutnya dilakukan pengujian stabiltas koloid dengan penambahan larutan
elektrolit dalam praktikum digunakan larutan NaCl 10% yang bertujuan untuk memecah
ikatan partikel dan membentuk koagulasi. Koagulasi adalah peristiwa pengedapaan yang
diakibatkan fase terdispernya terlepas dari fase pendispernya (Martin,2008). Sample
yang digunakan adalah larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, FeCl 3 0,25%, FeCl3 0,5%,
gelatin 5%, gelatin 10%, gom arab 10%, dan campuran FeCl 3 0,5% 10ml dengan gelatin
25
10% 2,5ml. Kemudian masing-masing sample dimasukan dalam erlenmeyer sebanyak
10ml dan dititrasi dengan larutan NaCl 10% hingga timbul endapan atau perubahan
warna pada larutan yang diuji. Pada larutan Na.lauril sulfat didapatkan titik akhir titrasi
berupa partikel berbentuk seperti benang-benang kecil yang menyebabkan larutan
Na.lauril sulfat lebih keruh dibandingkan dengan kontrol negative yang tanpa perlakuan.
Titik akhir titrasi pada setiap larutan yaitu hingga pada larutan terjadi perubahan (keruh
dan partikel berbentuk seperti benang) dibandingkan dengan larutan kontrol negative
tanpa perlakuan. Penentuan titik akhir titrasi adalah hal yang harus diperhatikan karena
kesalahan penentuan titik akhir titrasi akan berpengaruh pada hasil bisa terjadi larutan
yang lebih dari TAT (Titik Akhir Titrasi) atau belum TAT sehingga akan mengganggu
data yang ada. Untuk titik akhir titrasi pada campuran FeCl3 0,5% 10ml dengan gelatin
10% 2,5ml ditandai dengan munculnya endapan kental atau yang disebut peristiwa
koagulasi yang berwarna putih kekuningan. Untuk larutan koloid liofilik diperlukan
NaCl (larutan elektrolit) yang lebih banyak dibandingkan dengan larutan koloid liofobik
karena pada koloid liofilik terdapat cincin pelindung yang mengelilingi partikel sehingga
partikel koloid lebih sulit berikatan dengan ion-ion dari larutan elektrolit dibandingkan
dengan larutan koloid liofobik yang cenderung mudah berikatan dengan ion-ion larutan
elektrolit karena tidak adanya cincin pelindung pada larutan koloid tersebut. Namun pada
pengujian didapatkan beberapa hasil yang berbeda jika dibanding dengan dasar teori.
Hasil yang diperoleh rata-rata volume NaCl 10% yang dibutuhkan oleh kelompok 3
untuk mendapatkan TAT Na Lauril Sulfat 0,1% sebesar 4,67 ml, sedangkan pada gelatin
10% membutuhkan 4,27 ml berbeda dengan gelatin 5% yang hanya membutuhkan 3,33
ml. Pada gom arab 10% membutuhkan larutan NaCl 10% sebanyak 1,73 ml, sedangkan
untuk FeCl3 0,25% sebanyak 1,97 ml dan FeCl3 0,5% sebanyak 0,77 ml. Hal ini
menunjukkan FeCl3 merupakan kolloid liofobik dimana larutan ini membutuhkan NaCl
(larutan elektrolit) yang lebih sedikit dibandingkan larutan-larutan yang tergolong kolloid
liofilik. Sedangkan untuk campuran 10ml FeCl3 0,5% dan 2,5 ml Gelatin 10%
membutuhkan rata-rata larutan elektrolit NaCl sebanyak 3,77 ml. Sedangkan pada
kelompok 1,2, dan 4 hasil yang diperoleh rata-ratanya hampir sama dengan yang
diperoleh kelompok 3. Kebutuhan NaCl untuk merusak kestabilitasan koloid liofilik
(gelatin dan gom arab) khususnya pada larutan gelatin seharusnya lebih besar dibanding
dengan koloid liofobik (FeCl3) dan ampifilik (Na lauril sulfat). Namun pada praktikum
didapat hasil yang tidak sesuai dengan dasar teori hal ini ditunjukkan dengan hasil yang
tidak sesuai dari Na Lauril Sulfat 0,1% jika dibandingkan dengan Gom arab 10%.
26
Penyimpangan hasil ini terjadi kemungkinan akibat penggojokan yang dilakuan sebelum
titrasi dengan elektrolit sehingga terjadi ketidak sesuaian dengan dasar teori.
Pengujian kestabilan koloid juga dapat dilakukan dengan penambahan alkohol
yang berfungsi sebagai perusak kestabilan koloid dengan jalan menarik air dalam sistem
koloid sehingga koloid akan semakin mengental dan muncul endapan. Hasil yang didapat
sesuai dengan teori karena semakin tinggi kadar koloid dalam larutan maka semakin
sedikit pula jumlah air sebagai pelarut sehingga alkohol 96% yang dibutuhkan juga akan
semakin sedikit. Sementara untuk kadar koloid yang rendah maka jumlah alkohol 96%
yang dibutuhkan untuk menarik air dari larutan juga semakin banyak. Dalam percobaan
ini gelatin 10% yang memiliki kadar lebih tinggi lebih sedikit membuthkan alkohol 96%
yang lebih sedikit untuk menarik air dalam larutan dibanding gelatin 5% yang jauh lebih
banyak membutuhkan alkohol 96% untuk merusak sistem koloidnya. Hasil yang
diperoleh pada kelompok 1,2,3, maupun 4 gelatin 5% maka rata-rata alkohol 96% yang
dibutuhkan yaitu 1,7 ml untuk kelompok 3, 1,4 ml untuk kelompok 4, 2,48 ml untuk
kelompok 2, dan 2,8 ml untuk kelompok 1. Sedangkan pada gelatin 10% rata-rata
alkohol 96% yang dibutuhkan pada kelompok 3 sebesar 0,77 ml, pada kelompok 4
sebesar 0,56 ml, kelompok 1 sebesar 1,8 ml, dan pada kelompok 2 sebesar 2,03 ml.
VII. KESIMPULAN
1. Gelatin dan PGA merupakan koloid liofilik, FeCl3 merupakan koloid liofobik, dan
Na.lauril sulfat merupakan koloid ampifilik (campuran). Hasil ini didapatkan dengan
melakukan percobaan reversibilitas koloid.
2. Semakin kecil kadar suatu zat dalam larutan koloid maka viskositas koloidnya juga
semakin kecil. Sebaliknya semakin tinggi kadar atau konsentrasi suatu larutan maka
semakin tinggi pula viskositas atau kekentalannya.
3. Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan yang terjadi akibat putusnya ikatan fase
terdisper dengan fase pendisper pada suatu larutan koloid, ini terjadi akibat
penambahan elektrolit (NaCl) sebagai perusak stabilitas koloid. Dan didapatkan bahwa
koloid liofil (gom arab dan gelatin) lebih sukar dirusak karena terdapat cincin
pelindung dibanding dengan koloid liofobik (FeCl3) yang tidak memilki cincin
pelindung.
4. Semakin tinggi kadar koloid liofilik maka kebutuhan alkohol untuk merusak
kestabilitasan koloid akan semakin sedikit karena semakin tinggi kadar zat dalam
27
larutan maka semakin sedikit kadar air dalam suatu larutan tersebut. Sehingga air lebih
mudah tertarik oleh alkohol.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013, Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika,
Stifar Yayasan Farmasi, Semarang.
Martin, 2008, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Stoker, H. S., 1993, Introduction to Chemical Principles, Macmillan Publishing
Tim Dosen Praktikum Fisika Farmasi Akfar Theresiana, 2015, Panduan Praktikum
Fisika Farmasi, Akfar Theresiana, Semarang.
Semarang, 25 November 2015
Praktikan
Dosen Pengampu
(Septiana Laksmi Ramayani, M.Sc.,Apt)
(Ika Fajrin Kurniapuspa A)
Mahasiswa
28
DISPERSI KOLLOIDAL DAN SIFAT-SIFATNYA
I. TUJUAN
1. Mahasiswa dapat mengerti gambaran mengenai sifat-sifat larutan kolloidal dan
mengenal penggolongan larutan kolloidal.
2. Mahasiswa dapat mengenal macam-macam dispersi koloidal dengan baik dan benar.
II. DASAR TEORI
Sistem terdispersi terdiri dari partikel-partikel kecil (fase terdisper) yang terdistribusi
dalam medium (medium terdispersi). Partikel-partikel kecil yang terdispersi terdiri dari
berbagai ukuran mulai dari ukuran atom dan molekul hingga partikel-partikel besar yang
dapat diukur dalam satuan millimeter. Untuk itu system terdispers digolongkan dalam 3
golongan yaitu dispersi molekul, dispersi koloid, dan dispersi kasar. Mobilitas koloid
dipengaruhi oleh perubahan kimia larutan yang mengubah interaksi gaya- gaya antara
permukaan koloid dan butiranaquifer. Gaya antar muka itu terdiri dari gaya tarik menarik
Londonvan der Waals dan gaya tolak menolak. Hasil netto dari interaksi kedua gaya
permukaan tersebut dijelaskan dengan teori DLVO. Agar koloid dapat bergerak perubahan
kimia larutan harus menghasilkan gaya repulsi pada permukaan koloid dan butiran yang
lebih besar dari gaya tarik menariknya. Transport koloid ini dapat dihambat dengan
filtrasi. Karenaukurannya yang relatif besar dibandingkan dengan larutan, maka koloid
mempunyai sifat yang sangat berbeda dengan unsure terlarut (Stoker, 1993).
Koloid Liofilik adalah partikel kolid yang suka dengan pelarutnya, maka partikel
koloidnya banyak berinteraksi dengan medium dispersi. Karena afinitasnya terhadap
medium dispersi, maka bahan-bahan tersebut relatif mudah membentuk dispersi koloid.
Jadi kolodal liofilik biasanya hanya diperoleh dengan melarutkan bahan dalam pelarut
yang digunakan. Koloidal Liofobik adalah partikel yang benci pelarutnya, maka partikel
koloidnya mempunyai gaya tarik menarik kecil terhadap medium dispers sehingga selimut
pelarut disekitar partikel tidak terbentuk. Umumnya pada partikel anorganik yang
terdispersi dalam air. Koloid gabungan atau koloid amfifilik merupakan golongan ke tiga
dari penggolongan koloid. Molekula-molekul atau ion-ion tertentu disebut amfifil atau zat
aktif permukaan. Amfifil atau zat aktif permukaan ini berciri mempunyai dua daerah yang
berbeda yang melawan afinitas larutan dalam molekul atau ion yang sama. Jika ada dalam
suatu medium cair dengan konsentrasi rendah, amfifil berada dalam suatu medium cair
1
dengan konsentrasi rendah. Jika konsentgrasi ditingkatkan, terjadi agregasi pada suatu
jangkauan konsentrasi yang sangat sempit (Martin, 2008).
Terdapat 2 metode yang umum digunakan untuk membentuk suatu larutan koloidal
yaitu:
Metode kondensasi, menggabungkan partikel-partikel kecil (ion-ion dan molekul)
untuk membentuk partikel-partikel yang lebih besar yang masuk dalam jarak ukuran
koloidal. Ini biasanya dilakukan dengan jalan mengganti solvent atau pelarut atau dengan
jalan melakukan reaksi kimia tertentu. Metode dispersi, menggunakan teknik pengecilan
ukuran dari partikel yang berdimensi koloidal. Untuk digunakan disintegrator mekanik
seperti koloid mill. Seringkali solvent/pelarut atau solvent dari pelarut yang dicampur
dengan zat lain dapat menyebabkan partikel non koloidal menjadi koloidal. Metode
dispersi tipe ini khusus dinamakan peptisas (Koordinator Praktikum Farmasi Fisika,
2013).
III. ALAT DAN BAHAN
ALAT
1. Beker Glass
BAHAN
1. Mucilago Gum Arabici 35%
2. Viskometer
2. Larutan Natrium Lauril Sulfat 0,1%
3. Piknometer
3. Larutan Gelatin 5% dan 10%
4. Mortir/ Stamper
4. Larutan FeCl3 0,25 gram dan 0,5 gram
5. Labu Ukur
5. Larutan NaCl 20%
6. Cawan Porselin
6. Alkohol
7. Erlenmeyer
7. Air Es
8. Buret
9. Gelas Ukur
10. Pompa filler
11. Neraca digital
IV. CARA KERJA
2
A. Pembuatan Larutan Kolloidal
1. Pembuatan larutan mucilago gom arab 35% sebanyak 100mL
Ditimbang gom arab 35gr, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga batas tanda, homogenkan
2. Pembuatan larutan Natrium lauril sulfat 0,1% sebanyak 100mL
Ditimbang Na laurel sulfat 0,1 gr, dimasukan dalam beaker glass
Diukur aquadest setengah volume total, dimasukan dalam beaker glass aduk homogen
Dimasukan larutan yang terbentuk dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
3. Pembuatan larutan FeCl3 0,25% dan 0,5% sebanyak 100mL
Ditimbang FeCl3 0,25 gram dan 0,5gram, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
5. Pembuatan larutan gelatin 5% sebanyak 100mL
3
Ditimbang gelatin 5 gr, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
6. Pembuatan larutan gelatin 10% sebanyak 100mL
Ditimbang gelatin 10 gr, dimasukan dalam mortir
Diukur aquadest panas, dimasukan dalam mortir sedikit demi sedikit
Diaduk hingga homogen, larutan yang terbentuk dimasukan dalam labu takar 100mL
Ditambahkan aquadest hingga tanda, homogenkan
B. Penentuan Bj zat
1. penentuan volume piknometer pada suhu percobaan
Ditimbang piknometer yang bersih dan kering
Diisi piknometer dengan air hingga penuh
Direndam piknometer dalam air es hingga ±20 dibawah suhu percobaan
Ditutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu air naik sampai mencapai
suhu percobaan lalu pipa kapiler piknometer ditutup
Dibiarkan suhu air dalam piknometer hingga mencapai suhu kamar
Diusap air yang menempel dengan tissue kemudian piknometer ditimbang
4
Lihat dalam tabel berapa kerapatan air pada suhu percobaan yang digunakan untuk
menghitung volume air = volume piknometer
Cara Perhitungan :
Bobot piknometer + air
= A (gram)
Bobot piknometer kosong
= B (gram) -
Bobot air
= C (gram)
Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel)
= �air
Volume piknometer (Vp 1)
= C (gram)
�air (gram/ml)
2. Penentuan kerapatan dan berat jenis zat cair
Diisi piknometer dengan zat cair hingga penuh
Direndam piknometer dalam air es hingga ±20 dibawah suhu percobaan
Ditutup piknometer, biarkan pipa kapiler terbuka dan suhu zat cair naik sampai
mencapai suhu percobaan lalu pipa kapiler piknometer ditutup
Dibiarkan suhu air dalam piknometer hingga mencapai suhu kamar
Diusap air yang menempel dengan tissue kemudian piknometer ditimbang. Misal
bobot zat X= D (gram)
Dihitung dengan cara perhitungan berikut:
1. Bobot piknometer kosong
= B (gram)
2. Volume piknometer
= Vp (ml)
3. Kerapatan air pada suhu percobaan (tabel)= �air
4. Kerapatan zat cair:
ρ=
D−B(gram)
= .......... gram.ml-1
Vp(ml)
5. Berat jenis zat cair:
d=
ρ kloroform
ρ air
C. Viskositas Kolloid
5
1. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,25%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl3 0,25% masukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
2. Pengecekan viskositas larutan FeCl3 0,5%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan FeCl3 0,5% dimasukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
3. Pengecekan viskositas larutan gelatin 5%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin 5% dimasukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
4. Pengecekan viskositas larutan gelatin 10%
Disiapkan viscometer brookfield, diambil larutan gelatin 10% masukan dalam beaker
Diletakan beaker berisi larutan di bawah spindle, alat diatur
Dilakukan pengecekan dan catat hasil
D. Pengaruh elektrolit terhadap kolloid
6
1. Titrasi larutan mucilago gom arab 35% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan gom 35%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
2. Titrasi larutan Na lauril sulfat 0,1% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan tiap berapa mL terjadi endapan
3. Titrasi larutan FeCl3 0,25% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan FeCl3 0,25%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
4. Titrasi larutan FeCl3 0,5% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan FeCl3 0,5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
5. Titrasi larutan gelatin 5% dengan NaCl 20%
7
Diambil 20mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
\
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
6. Titrasi larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
7. Titrasi campuran larutan FeCl3 0,5% dan larutan gelatin 10% dengan NaCl 20%
Diambil 20mL larutan FeCl3, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Diambil 5 mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu Erlenmeyer, homogenkan
Dilakukan titrasi dengan larutan NaCl 20%, catat perubahan tiap 2 mL pada form
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan
E. Pengaruh alkohol terhadap kolloid
1. Titrasi larutan gelatin 5% dengan Alkohol 96%
Diambil 10mL larutan gelatin 5%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 95%
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form
8
2. Titrasi larutan gelatin 10% dengan Alkohol 96%
Diambil 10mL larutan gelatin 10%, dimasukan dalam labu erlenmeyer
Dilakukan titrasi dengan larutan Alkohol 96%
Dicatat pada penambahan berapa mL terjadi endapan pada form
F. Reversibilitas Kolloid
1. Reversibilitas larutan gom 35%
Diambil 10 mL larutan mucilago gom arab 35%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
2. Reversibilitas larutan Na lauril sulfat 0,1%
Diambil 10 mL larutan Na lauril sulfat 0,1%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
3. Reversibilitas larutan FeCl3 0,25%
Diambil 10 mL larutan FeCl3 0,25%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
9
4. Reversibilitas larutan FeCl3 0,5%
Diambil 10 mL larutan FeCl3 0,5%, diuapkan hingga kering
Diukur 10 mL air dingin, dicampurkan pada hasil pengeringan
Diamati perubahan yang terjadi, catat hasil
V. HASIL DAN PENGOLAHAN DATA SERTA GRAFIK
A. Hasil Pengamatan
1. Kelompok 1
A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield
Replikasi I
η
%
4,2 Cp
0,7%
7,2 Cp
1,2%
0,6 Cp
0,5%
1,8 Cp
1,5%
Larutan
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
Replikasi II
η
%
3,0 Cp
0,5%
7,2 Cp
1,2%
0,8 Cp
0,7%
1,6 Cp
1,3 %
Replikasi III
η
%
3,0 Cp
0,6%
8,4 Cp
1,4%
1,2 Cp
1,0 %
1,4 Cp
1,2 %
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid
Larutan : PGA 10% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
-
II
-
III
I
V
VI
-
V
-
-
+
15,6
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
ml
Larutan : PGA 10% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
-
-
-
-
-
VI
VII
VIII
IX
X
XI
+
15 ml
Larutan : PGA 10% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% ke10
I
II
III
IV
V
VI
VII VIII
-
-
-
-
-
+
15,4 ml
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
-
III
I
V
VI
VII
-
V
-
-
-
+
20,4
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
ml
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
VI
VI
VIII
IX
X
XI
I
-
-
-
-
-
+
15,5
ml
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
VI
VII
-
-
-
-
-
+
16,2 ml
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
Larutan : Gelatin 5% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
IV
V
VI
VI
VIII
IX
X
XI
I
-
-
-
-
+
8,6
11
ml
Larutan : Gelatin 5% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
-
II
-
III
-
IV
-
V
V
VI
I
I
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
+
6,4
ml
Larutan : Gelatin 5% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
-
II
II
-
I
-
IV
V
V
VII
VIII
IX
X
XI
I
-
9,5
ml
Larutan : Gelatin 10% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
+
4,2
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
ml
Larutan : Gelatin 10% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
+
4 ml
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : Gelatin 10% (Replikasi III)
12
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
-
+
3,6
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
XII
XIII
XIV
XV
ml
Larutan : FeCl3 0,5 % dan Gelatin 5% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
4,6 ml
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 5% (Replikasi II)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
5 ml
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 5% (Replikasi III)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
4,8 ml
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
Larutan : FeCl3 0,25% dan Gelatin 5% (Replikasi I)
Penambahan larutan NaCl 20% keI
II
III
-
-
+
4,2 ml
IV
Keterangan : (-)
(+)
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
= belum terjadi endapan
= sudah terjadi endapan
13
A. Reversibilitas Kolloid
Replikasi I
No
Nama Larutan
Hasil
.
1.
2.
PGA 10%
Na Lauril Sulfat
Reversibel (Kembali seperti semula)
Reversibel (Kembali seperti semula)
3.
0,1%
FeCl3 0,5%
Ireversibel (Tidak kembali seperti semula,
ada endapan)
Replikasi II
No
Nama Larutan
Hasil
.
1.
2.
PGA 10%
Na Lauril Sulfat
Reversibel (Kembali seperti semula)
Reversibel (Kembali seperti semula)
3.
0,1%
FeCl3 0,5%
Ireversibel (Tidak kembali seperti semula,
ada endapan)
Replikasi III
No
Nama Larutan
Hasil
.
1.
2.
PGA 10%
Na Lauril Sulfat
Reversibel (Kembali seperti semula)
Reversibel (Kembali seperti semula)
3.
0,1%
FeCl3 0,5%
Reversibel (Kembali seperti semula)
2. Kelompok 2
A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield
Larutan
Replikasi I
η
%
Replikasi II
η
%
Replikasi III
η
%
14
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
4,2 Cp
7,2 Cp
0,6 Cp
1,8 Cp
0,7%
1,2%
0,5%
1,5%
3,0 Cp
7,2 Cp
0,8 Cp
1,6 Cp
0,5%
1,2%
0,7%
1,3 %
3,0 Cp
8,4 Cp
1,2 Cp
1,4 Cp
0,6%
1,4%
1,0 %
1,2 %
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Kolloid
Larutan : PGA 10%
I
II
III
IV
-
-
-
-
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
V VI
IX
X
XI
I
I
I
+
-
-
-
-
-
XII
XI
X
I
V
V
XII
XI
I
V
XII
XI
X
I
V
V
(19,8
)
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(20,3
)
+
-
-
-
-
-
-
-
-
-
(19,9
)
Rata-rata : 20 mL
Larutan : Gelatin 10%
I
II
III
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
IV V VI
IX X XI
I
I
I
XV
+
-
(3,5
)
+
-
-
(5,0
)
+
-
-
(5,3
)
Rata-rata : 4,6 mL
Larutan : Gelatin 5%
I
II
III
IV
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
V VI
IX X XI
I
I
I
15
+
-
-
(5,8
)
+
-
-
(6,0
)
+
-
-
(5,9
)
Rata-rata : 5,9 mL
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1%
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI
XI
I
II III IV V VI
VIII IX X XI
I
I
+
-
-
-
-
-
-
-
XII
XI
I
V
XII
XI
X
I
V
V
XV
(4,8
)
+
-
-
-
-
-
-
-
(4,8
)
+
-
-
-
-
-
-
-
(4,0
)
Rata-rata : 4,53 mL
Larutan : FeCl3 0,5%
I
II
III
IV
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
V VI
IX X XI
I
I
I
+
-
-
(5,4
)
+
-
-
(6,0
-
-
)
+
(5,6
16
)
Rata-rata : 5,67 mL
Larutan : FeCl3 0,25%
I
II
III
Penambahan Larutan NaCl 20% keVI VII
XI
IV V VI
IX X XI
I
I
I
XII
XI
X
I
V
V
+
-
-
(5,4
)
+
-
-
(6,0
)
+
-
-
(5,4
)
Rata-rata : 5,6 mL
C. Pengaruh Alkohol Terhadap Kolloid
No
.
1.
2.
Nama Larutan
Gelatin 10%
Gelatin 5%
Alkohol 96% yang dibutuhkan (mL)
I
II
III
1,8
2,1
2,2
2,5
2,5
2,45
Rata-rata
(mL)
2,03
2,48
D. Reversibilitas Kolloid
No
.
1.
2.
3.
Nama Larutan
FeCl3 0,5%
Na Lauril Sulfat 0,1%
PGA 10%
Replikasi I
Irreversible
Reversible
Reversible
Hasil
Replikasi II
Irreversible
Reversible
Reversible
Replikasi III
Irreversible
Reversible
Reversible
3. Kelompok 3
A. Viskositas Kolloid menggunakan Viskometer Brookfield
Gelatin 5% = I 4,2 cp ; 0,1%
FeCl3 0,25% = I 0,6 cp ; 0,5 %
II 3,0 cp ; 0,5%
II 0,8 cp ; 0,2%
III 3,0 cp ; 0,6%
III 1,2 cp ; 1,0 %
17
Gelatin 10% = I 7,2 cp ; 1,2 %
FeCl3 0,5% = I 1,8 cp ; 1,5%
II 7,2 cp ; 1,2 %
II 1,6 cp ; 1,3 %
III 8,2 cp ; 1,4 %
III 1,4 cp ; 1,2%
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Kolloid
Larutan : Na Lauril Sulfat 0,1%
Penambahan Larutan NaCl 10%
I
II
III
IV V VI VII VIII IX
-
-
+ (4,2 ml)
-
-
+ (5,2 ml)
+ (4,6 ml)
X
Rata-rata
Replikasi
Ke 1
4,67 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
Larutan : Gelatin 10%
I
II
Penambahan Larutan NaCl 10%
IV V VI VII VIII IX
III
-
+ (3,7 ml)
-
+ (3,4 ml)
-
X
Ke 1
4,27 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
+ (5,7 ml)
Larutan : Gelatin 5%
I
II
-
Penambahan Larutan NaCl 10%
IV V VI VII VIII IX
III
X
Ke 1
+ (2 ml)
-
+ (3,5 ml)
-
3,33 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
+ (4,5ml)
Larutan : Gum Arabici 10%
I
II
-
+ (2,2 ml)
Penambahan Larutan NaCl 10%
III IV V VI VII VIII IX
X
Ke 1
+ (1,2 ml)
+ (1,8 ml)
1,73 ml
2
3
Rata-rata
Replikasi
Larutan : FeCl3 0,25%
I
II
Penambahan Larutan NaCl 10%
III IV V VI VII VIII IX
X
18
Ke 1
+ (1,9ml)
+ (1,5 ml)
-
1,97 ml
2
3
+ (2,5 ml)
Larutan : FeCl3 0,5%
I
+ (0,5 ml)
II
III
Penambahan Larutan NaCl 10%
IV V VI VII VIII IX X
+ (1,0 ml)
+ (0,8 ml)
Rata-rata
Replikasi Ke1
0,77 ml
2
3
Larutan : FeCl3 0,5% dan Gelatin 10%
Penambahan Larutan NaCl 10%
I
II
III
IV V VI VII VIII IX X
- + (2,6 ml)
-
+ (3,2 ml)
-
Replikasi Ke1
3,77 ml
2
3
+ (5,5 ml)
Larutan : FeCl3 0,25% dan Gelatin 10%
Penambahan Larutan NaCl 10%
I
II
III IV V VI VII VIII IX X
+ (3,1 ml)
-
Rata-rata
+ (2,6 ml)
+ (2,0 ml)
Rata-rata
Replikasi Ke1
2,57 ml
2
3
Keterangan : -- Belum terjadi endapan
+ Sudah terjadi endapan
C. Pengaruh Alkohol terhadap Kolloid
Alkohol 96% yang dibutuhkan
No.
Nama Larutan
I
II
III
Rata-rata
1.
Gelatin 5%
1,1 ml
1,2 ml
2,8 ml
1,7 ml
2.
Gelatin 10 %
0,5 ml
0,6 ml
1,2 ml
0,77 ml
D. Reversibilitas Kolloid
19
No
Nama Larutan
1.
2.
3.
FeCl3 0,5%
Gum Arabici 10%
Na Lauril Sulfat 0,1%
Replikasi I
Irreversibel
Reversibel
Reversibel
Hasil
Replikasi II
Irreversibel
Reversibel
Reversibel
Replikasi III
Irreversibel
Reversibel
Reversibel
4. Kelompok 4
A. Viskositas Kolloid
Larutan
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
Replikasi I
η
%
4,2 Cp
0,7%
7,2 Cp
1,2%
0,6 Cp
0,5%
1,8 Cp
1,5%
Replikasi II
η
%
3,0 Cp
0,5%
7,2 Cp
1,2%
0,8 Cp
0,7%
1,6 Cp
1,3 %
Replikasi III
η
%
3,0 Cp
0,6%
8,4 Cp
1,4%
1,2 Cp
1,0 %
1,4 Cp
1,2 %
B. Pengaruh Elektrolit Terhadap Koloid
Larutan : Gelatin 5 %
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
-
-
+6m
l
-
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XI
XII
XIII XIV
XV
+7,4m
l
+6,7m
l
Larutan : Gelatin 10%
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
IV
-
-
-
+8,1m
V
VI
VII
VIII
IX
X
l
Larutan : PGA 10 %
Penambahan larutan NaCl 10% ke20
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
-
-
-
-
-
+12,8ml
-
-
+17ml
+17,2ml
X
XI
XII
XIII XIV
XV
Larutan : Na Lauril Sulfat
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
IV
V
VI
+2,5m
-
-
-
-
-
VIII
IX
X
XI
XII XIII XIV XV
+13m
l
+3,5m
l
-
VII
l
Larutan : FeCl3 0,25 %
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
-
-
+6m
l
-
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII XIV
XV
XI
XII
XIII
XV
+7,4m
l
+6,7m
l
Larutan : FeCl3 5 %
Penambahan larutan NaCl 10% keI
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XIV
+0,6m
l
+1ml
Keterangan : (-)
(+)
= belum terjadi endapan
= sudah terjadi endapan
C. Pengaruh Alkohol Terhadap Kolloid
21
Alkohol 96% yang dibutuhkan
No
.
1.
2.
Nama
Larutan
Gelatin 5%
Gelatin 10%
I
II
III
Rata –
1,2 mL
0,4 mL
1,3 mL
0,6 mL
1,7 mL
0,7 mL
Rata
1,4 mL
0,56 mL
D. Reversibilitas Koloid
Reversibilita
Nama Larutan
Hasil
s Kolloid No.
1.
PGA 10 %
Reversibe
Reversibel
Reversibel
2.
Na Lauril Sulfat
l
Reversibe
Reversibel
Reversibel
3.
0,1 %
FeCl3 0,5 %
l
Ireversibe
Ireversibel
Ireversibel
l
Reversibel (Kembali seperti semula)*
Ireversibel (Tidak kembali seperti semula, ada endapan)*
B. Grafik Kelompok 3
ml larutan NaCl
Stabilitas larutan koloid dengan larutan elektrolit
5
4.5
4
3.5
3
2.5
2
1.5
1
0.5
0
N
a
il
ur
la
t
fa
l
su
3
Cl
e
F
%
25
,
0
3
Cl
e
F
5%
0,
in
at
l
e
G
5%
in
at
l
e
G
%
10
om
G
ab
ar
3
Cl
e
(F
%
10
5%
0,
+
in
at
el
G
3
Cl
e
(F
)
%
0
1
%
25
,
0
+
in
at
el
G
)
%
0
1
n
n
ra
u
ra
u
p
p
m
m (ml)
Jumlah NaCl yangCadibutuhkan
a
C
22
Stabilitas larutan koloid dengan alkohol
1.8
1.6
ml larutan alkohol
1.4
1.2
1
0.8
0.6
0.4
0.2
0
Gelatin5%
Gelatin 10%
Viskositas Kolloid Menggunakan Viskometer Brookfield
8
7
Viskositas Kolloid
6
5
Rata-rata
Viskositas
(cp)
4
3
2
1
0
Gelatin 5%
Gelatin 10%
FeCl3 0,25%
FeCl3 0,5%
VI. PEMBAHASAN
Pada praktikum Fisika Farmasi kali ini melakukan praktikum yaitu “Dispersi
Kolloid dan Sifat-sifatnya” untuk mengetahui Stabilitas larutan kolloid terhadap larutan
elektrolit (NaCl), mengetahui Stabilitas larutan kolloid dengan alkohol, dan mengetahui
viskositas kolloid suatu larutan dengan menggunakan viskometer brookfield. Koloid
merupakan suatu larutan yang terdiri dari suatu partikel-partikel yang terdistribusi merata
dalam suatu medium. Yang fase dispersnya memiliki ukuran partikel antara 10-5000A o
23
(μm). Sehingga partikel terdispernya tidak dapat dilihat oleh mata telanjang namun dapat
dilihat dengan menggunakan mikroskop. Setiap kelompok 1,2,3, dan 4 mendapatkan
setiap sampel yang sama dengan kadar yang masing-masing sama. Pada praktikum
Fisika Farmasi yang bertemakan “dispersi koloid dan sifat-sifatnya” ini menggunakan
beberapa sample yaitu larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, FeCl 3 0,25%, FeCl3 0,5%,
gelatin 5%, gelatin 10%, dan gom arab 10%. Pada pembuatan larutan sample sebelum
praktikum dimulai, yang perlu diperhatikan adalah penggunaan air panas saat melarutkan
FeCl3 dan gelatin. Untuk FeCl3 akan membentuk larutan koloid dengan metode
kondensasi yaitu dengan cara menghidrolisis FeCl3 menggunakan air panas sehingga
terbentuk larutan Fe(OH)3 yang merupakan larutan koloid. Sedangkan pada pembuatan
larutan Na.lauril sulfat dan gom arab cukup menggunakan aquadest tanpa pemanasan
namun yang harus diperhatikan adalah pada pembuatan larutan Na lauril sulfat dan gom
akan timbul busa/gelembung udara maka untuk pengadukan diusahakan tidak terlalu
kencang karena sifat dasar Na lauril sulfat dan gom adalah bahan yang mudah larut
dalam air.
Pengujian viskositas pada praktikum bertujuan untuk mengetahui pengaruh kadar
zat koloid akan mempengaruhi kekentalan suatu zat dan selain itu untuk mengetahui fase
terdisper dan pendisper suatu koloid dengan menggunakan viscometer brookfield.
Setelah didapatkan data dari hasil pengamatan Gelatin dan FeCl 3 perbedaan viskositas
semakin meningkat akibat dari penambahan kadar zat dikarenakan jumlah partikelpartikel zat terdispersi semakin banyak sehingga kekentalan pun akan meningkat dan
perbedaan kekentalan yang sangat berarti antara Gelatin dan FeCl 3, karena pada koloid
FeCl3 merupakan koloid yang fase terdispersinya adalah zat padatnya sedangkan zat
cairnya merupakan fase pendispersi. Berbeda dengan gelatin yang fase padatnya
merupakan fase pendispersi dan fase cairannya merupakan fase terdispersi sehingga
viskositas pun gelatin pun lebih tinggi dibanding FeCl3. Pada hasil yang diperoleh ratarata kelompok 1,2,3, dan 4 memperoleh hasil yang sama karena ini dilakukan 1
kelompok besar. Hasil yang diperoleh yaitu rata-rata viskositas Gelatin 5% sebesar 3,4 cp
dan rata-rata prosentasenya sebesar 0,4%, sedangkan pada Gelatin 10% memiliki
viskositas dengan rata-rata 7,53 cp dan rata-rata prosentasenya adalah 1,27%. Hal ini
menunjukkan benar adanya jika semakin meningkatnya suatu kadar atau konsentrasi dari
suatu larutan atau zat maka viskositas atau kekentalannya juga semakin meningkat. Pada
FeCl3 0,25% memiliki rata-rata viskositas 0,87 cp dan rata-rata prosentasenya 0,57%,
24
sedangkan pada FeCl3 0,5% rata-rata viskositas sebesar 1,6 cp dan rata-rata
prosentasenya sebesar 1,33%.
Larutan koloid sendiri terdiri dari 3 jenis yaitu koloid liofilik yang suka dengan
pelarutnya karena partikel terlarut banyak berinteraksi dengan medium dispersinya.
Selain koloid liofilik ada pula koloid liofobik yang tidak suka dengan pelarutnya karena
kecilnya gayatarik menarik partikel terlarutnya dengan medium pelarutnya. Dan ada pula
koloid campuran yaitu yang sebagian liofilik dan sebagian liofobik atau sering disebut
koloid ampifilik. Pada praktikum ini dapat kita lihat sifat tersebut pada pengujian
reversibilitas koloid, karena seperti dijelaskan diatas bahwa koloid liofilik akan dengan
mudah berinteraksi dengan pelarutnya sehingga akan mudah membentuk koloid kembali
setelah dipanaskan, sedangkan koloid liofobik akan sulit bercampur dengan pelarutnya.
Pada pengujian reversibilitas menggunakan 4 cawan porselin yang masing-masing berisi
larutan Na.lauril sulfat 0,1%, FeCl3 0,5%, dan gom arab 10% sebanyak 5ml untuk tiap
cawan porselin dan kemudian dipanaskan hingga menguap dan tersisa padatannya.
Untuk menentukan sifat reversibilitasnya maka ditambahkan 5ml air dingin (air es),
maka setelah penambahan akan terbentuk suatu larutan. Jika larutan tersebut kembali
kebentuk semulan dan tercampur maka dapat diartikan bahwa larutan tersebut liofilik
dan sebaliknya liofobik ketika larutan tidak kembali seperti semula (tidak tercampur
kembali). Pada pengujian didapatkan bahwa larutan FeCl3 0,5% merupakan koloid
liofobik karena larutan tidak tercampur kembali dengan hasil untuk FeCl 3 0,5% tidak
terbentuk koloid karena padatan tetap mengendap dan tidak bercampur dengan air maka
hal ini disebut Irreversible. Berbeda dengan gom arab karena penambahan dengan air es
terbentuk larutan koloid gom arab seperti sebelum diuapkan sehingga dapat dikatan
reversible dan dapat disimpulkan bahwa gom arab merupaka larutan koloid liofilik
sedangkan Na. lauril sulfat 0,1% membentuk larutan yang terpisah antara larutan air
dengan larutan seperti minyak sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa Na.lauril sulfat
adalah koloid yang masuk dalam kategori koloid campuran atau ampifilik karena
terbentuknya 2 larutan yang suka air dan tidak suka air dan dapat dikatakan reversible.
Selanjutnya dilakukan pengujian stabiltas koloid dengan penambahan larutan
elektrolit dalam praktikum digunakan larutan NaCl 10% yang bertujuan untuk memecah
ikatan partikel dan membentuk koagulasi. Koagulasi adalah peristiwa pengedapaan yang
diakibatkan fase terdispernya terlepas dari fase pendispernya (Martin,2008). Sample
yang digunakan adalah larutan Natrium lauril sulfat 0,1%, FeCl 3 0,25%, FeCl3 0,5%,
gelatin 5%, gelatin 10%, gom arab 10%, dan campuran FeCl 3 0,5% 10ml dengan gelatin
25
10% 2,5ml. Kemudian masing-masing sample dimasukan dalam erlenmeyer sebanyak
10ml dan dititrasi dengan larutan NaCl 10% hingga timbul endapan atau perubahan
warna pada larutan yang diuji. Pada larutan Na.lauril sulfat didapatkan titik akhir titrasi
berupa partikel berbentuk seperti benang-benang kecil yang menyebabkan larutan
Na.lauril sulfat lebih keruh dibandingkan dengan kontrol negative yang tanpa perlakuan.
Titik akhir titrasi pada setiap larutan yaitu hingga pada larutan terjadi perubahan (keruh
dan partikel berbentuk seperti benang) dibandingkan dengan larutan kontrol negative
tanpa perlakuan. Penentuan titik akhir titrasi adalah hal yang harus diperhatikan karena
kesalahan penentuan titik akhir titrasi akan berpengaruh pada hasil bisa terjadi larutan
yang lebih dari TAT (Titik Akhir Titrasi) atau belum TAT sehingga akan mengganggu
data yang ada. Untuk titik akhir titrasi pada campuran FeCl3 0,5% 10ml dengan gelatin
10% 2,5ml ditandai dengan munculnya endapan kental atau yang disebut peristiwa
koagulasi yang berwarna putih kekuningan. Untuk larutan koloid liofilik diperlukan
NaCl (larutan elektrolit) yang lebih banyak dibandingkan dengan larutan koloid liofobik
karena pada koloid liofilik terdapat cincin pelindung yang mengelilingi partikel sehingga
partikel koloid lebih sulit berikatan dengan ion-ion dari larutan elektrolit dibandingkan
dengan larutan koloid liofobik yang cenderung mudah berikatan dengan ion-ion larutan
elektrolit karena tidak adanya cincin pelindung pada larutan koloid tersebut. Namun pada
pengujian didapatkan beberapa hasil yang berbeda jika dibanding dengan dasar teori.
Hasil yang diperoleh rata-rata volume NaCl 10% yang dibutuhkan oleh kelompok 3
untuk mendapatkan TAT Na Lauril Sulfat 0,1% sebesar 4,67 ml, sedangkan pada gelatin
10% membutuhkan 4,27 ml berbeda dengan gelatin 5% yang hanya membutuhkan 3,33
ml. Pada gom arab 10% membutuhkan larutan NaCl 10% sebanyak 1,73 ml, sedangkan
untuk FeCl3 0,25% sebanyak 1,97 ml dan FeCl3 0,5% sebanyak 0,77 ml. Hal ini
menunjukkan FeCl3 merupakan kolloid liofobik dimana larutan ini membutuhkan NaCl
(larutan elektrolit) yang lebih sedikit dibandingkan larutan-larutan yang tergolong kolloid
liofilik. Sedangkan untuk campuran 10ml FeCl3 0,5% dan 2,5 ml Gelatin 10%
membutuhkan rata-rata larutan elektrolit NaCl sebanyak 3,77 ml. Sedangkan pada
kelompok 1,2, dan 4 hasil yang diperoleh rata-ratanya hampir sama dengan yang
diperoleh kelompok 3. Kebutuhan NaCl untuk merusak kestabilitasan koloid liofilik
(gelatin dan gom arab) khususnya pada larutan gelatin seharusnya lebih besar dibanding
dengan koloid liofobik (FeCl3) dan ampifilik (Na lauril sulfat). Namun pada praktikum
didapat hasil yang tidak sesuai dengan dasar teori hal ini ditunjukkan dengan hasil yang
tidak sesuai dari Na Lauril Sulfat 0,1% jika dibandingkan dengan Gom arab 10%.
26
Penyimpangan hasil ini terjadi kemungkinan akibat penggojokan yang dilakuan sebelum
titrasi dengan elektrolit sehingga terjadi ketidak sesuaian dengan dasar teori.
Pengujian kestabilan koloid juga dapat dilakukan dengan penambahan alkohol
yang berfungsi sebagai perusak kestabilan koloid dengan jalan menarik air dalam sistem
koloid sehingga koloid akan semakin mengental dan muncul endapan. Hasil yang didapat
sesuai dengan teori karena semakin tinggi kadar koloid dalam larutan maka semakin
sedikit pula jumlah air sebagai pelarut sehingga alkohol 96% yang dibutuhkan juga akan
semakin sedikit. Sementara untuk kadar koloid yang rendah maka jumlah alkohol 96%
yang dibutuhkan untuk menarik air dari larutan juga semakin banyak. Dalam percobaan
ini gelatin 10% yang memiliki kadar lebih tinggi lebih sedikit membuthkan alkohol 96%
yang lebih sedikit untuk menarik air dalam larutan dibanding gelatin 5% yang jauh lebih
banyak membutuhkan alkohol 96% untuk merusak sistem koloidnya. Hasil yang
diperoleh pada kelompok 1,2,3, maupun 4 gelatin 5% maka rata-rata alkohol 96% yang
dibutuhkan yaitu 1,7 ml untuk kelompok 3, 1,4 ml untuk kelompok 4, 2,48 ml untuk
kelompok 2, dan 2,8 ml untuk kelompok 1. Sedangkan pada gelatin 10% rata-rata
alkohol 96% yang dibutuhkan pada kelompok 3 sebesar 0,77 ml, pada kelompok 4
sebesar 0,56 ml, kelompok 1 sebesar 1,8 ml, dan pada kelompok 2 sebesar 2,03 ml.
VII. KESIMPULAN
1. Gelatin dan PGA merupakan koloid liofilik, FeCl3 merupakan koloid liofobik, dan
Na.lauril sulfat merupakan koloid ampifilik (campuran). Hasil ini didapatkan dengan
melakukan percobaan reversibilitas koloid.
2. Semakin kecil kadar suatu zat dalam larutan koloid maka viskositas koloidnya juga
semakin kecil. Sebaliknya semakin tinggi kadar atau konsentrasi suatu larutan maka
semakin tinggi pula viskositas atau kekentalannya.
3. Koagulasi adalah peristiwa penggumpalan yang terjadi akibat putusnya ikatan fase
terdisper dengan fase pendisper pada suatu larutan koloid, ini terjadi akibat
penambahan elektrolit (NaCl) sebagai perusak stabilitas koloid. Dan didapatkan bahwa
koloid liofil (gom arab dan gelatin) lebih sukar dirusak karena terdapat cincin
pelindung dibanding dengan koloid liofobik (FeCl3) yang tidak memilki cincin
pelindung.
4. Semakin tinggi kadar koloid liofilik maka kebutuhan alkohol untuk merusak
kestabilitasan koloid akan semakin sedikit karena semakin tinggi kadar zat dalam
27
larutan maka semakin sedikit kadar air dalam suatu larutan tersebut. Sehingga air lebih
mudah tertarik oleh alkohol.
VIII. DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI, 1979, Farmakope Indonesia Edisi III, Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
DepKes RI, 1995, Farmakope Indonesia Edisi IV. Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta.
Koordinator Praktikum Farmasi Fisika, 2013, Petunjuk Praktikum Farmasi Fisika,
Stifar Yayasan Farmasi, Semarang.
Martin, 2008, Farmasi Fisik, Universitas Indonesia Press, Jakarta.
Stoker, H. S., 1993, Introduction to Chemical Principles, Macmillan Publishing
Tim Dosen Praktikum Fisika Farmasi Akfar Theresiana, 2015, Panduan Praktikum
Fisika Farmasi, Akfar Theresiana, Semarang.
Semarang, 25 November 2015
Praktikan
Dosen Pengampu
(Septiana Laksmi Ramayani, M.Sc.,Apt)
(Ika Fajrin Kurniapuspa A)
Mahasiswa
28