Analisis Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Deli Serdang)
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak
dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya
kinerja pemerintah dalam mengelola sumber daya publik. “Perubahan suatu
sistem politik, sosial, dan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi telah
menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan yang
baik” Asmadewa, (2006).
“Agenda-agenda reformasi terhadap tuntutan perubahan organisasional
kemudian menciptakan sejumlah prinsip atau doktrin tata kelola pemerintahan
seperti terangkum dalam konsep new public management (Hood 1991. Beberapa
agenda perubahan yang mengacu pada prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah
pemerintah berpicu pada misi (mission-driven government), pemerintah
berorientasi pada hasil (result-oriented government), pemerintah berpicu pada
pelanggan (customer-driven government), standar atau ukuran kinerja yang jelas,
tingkat pelayanan yang diinginkan. Seperti yang telah dilakukan di Amerika
Serikat pada awal mula mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja yaitu
dengan dibentuknya Komisi Hoover pada tahun 1949 untuk mendukung konsep
anggaran
berbasis
kinerja hingga diberlakukannya
GPRA
(Government
Performance and Result Act) tahun 1993. GAO (General Accounting Office)
tahun 1993 juga menjelaskan bahwa “reformasi anggaran telah berusaha merubah
1
Universitas Sumatera Utara
penekanan anggaran dari pengendalian belanja line item kepada alokasi sumber
daya berdasarkan tujuan program dan ukuran-ukuran hasil”.
Anggaran berbasis kinerja di Indonesia telah diperkenalkan dalam
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menjelaskan
bahwa “rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai atau berbasis kinerja”. Penjelasan Undang-Undang tersebut menguraikan
bahwa anggaran berbasis prestasi kerja merupakan upaya untuk memperbaiki
proses penganggaran di sektor publik.
Dengan disahkannya Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang
keuangan negara, pemerintah bersama DPR kemudian mengesahkan juga
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UndangUndang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah. Dikeluarkannya kedua Undang-Undang tersebut telah merubah paradigma
pembangunan di daerah, terkait perubahan sistem dan mekanisme perencanaan
pembangunan daerah. Kemudian, perubahan dalam sistem penganggaran sesuai
Kepmendagri No. 29 tahun 2002 yang sekarang telah direvisi dengan
dikeluarkannya Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah. Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006 penganggaran
yang baik akan memberikan dasar bagi pengukuran kinerja dan menghasilkan
informasi kinerja yang valid dan akurat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan kinerja untuk pengendalian.
Melihat kondisi di pemerintahan daerah maupun pusat serta dengan
didukung oleh aturan-aturan yang berlaku maka sudah seharusnya sistem
2
Universitas Sumatera Utara
penganggaran di Indonesia yang masih bersifat tradisional diganti dengan sistem
penganggaran yang mampu merespon perubahan-perubahan tersebut. Sebagai
gantinya adalah Anggaran Negara Berdasarkan Prestasi Kerja atau istilah yang
lebih sering digunakan adalah Anggaran Berbasis Kinerja. Proses penyusunan dan
sasaran yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta
mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan.
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja adalah teknik
penyusunan anggaran berdasarkan beban kerja (work load) dan unit cost dari
setiap kegiatan yang terstruktur”. Anggaran berbasis kinerja di Indonesia
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan anggaran berbasis
kinerja di Indonesia adalah tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan, tidak
semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif, dan tidak ada kejelasan
mengenai pengambil keputusan dan pemegang beban dari sebuah keputusan, dan
kelebihan anggaran berbasis kinerja di Indonesia adalah adanya kemungkinan
pendelegasian
wewenang
dalam
pengambilan
keputusan,
meningkatkan
partisipasi dan motivasi kinerja pegawai melalui penilaian anggaran, membantu
perencanaan dan mempertajam pebuatan keputusan, adanya kemungkinan
pengalokasian dana secara optimal,dan mengindarkan keborosan anggaran.
3
Universitas Sumatera Utara
Penelitian implementasi dan pengadopsian pemenfaatan pengukuran
kinerja yang dilakukan Julnes dan Holzer, (2001), menunjukkan bahwa “faktor
rasional meliputi sumber daya, informasi, dan orientasi tujuan mempunyai
pengaruh terhadap pengadopsian dan implementasi terkait pemanfaatan
pengukuran kinerja di Amerika”.
Di Indonesia, Suhardjanto dan Cahya, (2008) meneliti faktor rasional yang
terdiri atas sumber daya, informasi, orientasi tujuan dan pengukuran kinerja. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa “sumber daya dan pengukuran kinerja
berpengaruh pada implementasi anggaran berbasis kinerja, sedangkan informasi
tidak berpengaruh signifikan. Orientasi tujuan memiliki pengaruh yang negatif”.
Kusuma (2013) meneliti kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi
dan ketidakpastian lingkungan. Hasilpenelitianinimenunjukkanbahwa kejelasan
sasarananggarandan
komitmenorganisasiberpengaruhpositif
pada
ketepatananggaranpendapatan
danbelanja,sedangkanketidakpastianlingkunganberpengaruhnegatif
pada
ketepatananggaran pendapatan danbelanja.
Marlina, Tungga dan Adi Putra (2014) meneliti Good Governance dan
kompetensi sumberdaya manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good
governance dan kompetensi sumber daya manusiaberpengaruh signifikan terhadap
implementasi anggaran berbasis kinerja, good governance dan kompetensi sumber
daya
manusia
secara
simultan
manusiaberpengaruh
signifikan
terhadap
implementasi anggaran berbasis kinerja.
4
Universitas Sumatera Utara
Dengan mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan anggaran berbasis
kinerja dan perkembangan yang masih beragam, maka evaluasi atas status
implementasi anggaran berbasis kinerja yang telah dicapai pemerintah daerah saat
ini penting untuk diteliti. Hal ini untuk mengetahui apakah perubahan pendekatan
anggaran ini efektif dijalankan atau hanya menjadi aksi simbolis yang terjebak
pada formalitas penyusunan anggaran dan pada akhirnya berujung pada kegagalan
reformasi.
Fenomenayang
terjadiakhir-akhir
ini,terdapatpenyimpanganyang
berkaitandengananggarandisuatuinstansipemerintah.
Adanyaberbagaikasus
korupsi, menyebabkankepercayaanyang dimiliki masyarakatterhadappelaku
pengelola
keuangannegarasemakinhari
percayatersebut terjadi
karena
pemerintahadalahuangyang
uang
berasaldari
periodetertentu.Anggaran
semakin
yang
menipis.Penipisanrasa
dimiliki
dan dikelolaoleh
pajakyangdibayarolehrakyat
menunjukkanrencana
pada
pemerintahuntuk
membelanjakan uang yang berasal dari rakyat tersebut (Mardiasmo,2002).
Adapundampakdari berkurangnyarasa percaya masyarakatterhadappemerintah
adalahsalah
satunyadengansikap
keengganandalammembayarpajak.UntukmewujudkanfungsiAPBNyangbersih
dari
korupsi dan mengembalikan rasapercaya masyarakat makadiperlukan
sistemanggaranyang
lebihkomprehensif
penatausahaan
atas
yaitu
dengan
melakukan
penerimaandanpengeluarannegara
secaracermatdansistematis.
5
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan anggarantersebut,setiap organisasipadadasarnya
dihadapkanpada berbagaipilihandalam memilihjenis penganggaran,sebabada
banyakjenispenganggaranyang
tersedia.penelitian
yang
dilakukan
Janti
(2009)juga menunjukkan fenomena penyimpangan yang berkaitan dengan
anggaran di suatu instansi pemerintah di Kabupaten Karanganyarmerupakan
salah satukabupaten di Provinsi JawaTengah yangtelah menerapkan sistem
Anggaran
Berbasis
Pemerintah
Kinerjapada
penyelenggaraan
Kabupaten Karanganyar menyadariakanketerbatasan daerah
dalamhal
sumberdayamanusiayang
mampu
untukmenyusunanggaranberbasiskinerjasepertiyang
awalyang
pemerintahannya.
diharapkan.Darisurvei
telahdilakukanpenelitidiPemerintahDaerah
pegawaiyang
Karanganyar,banyak
menyatakanbahwapelaksanaananggaranberbasiskinerjabelum
optimal.HalinidikarenakankurangnyapenyelenggaraandiklatolehPemerintah
Daerah Karanganyar.
Oleh
karena
itu,
diperlukannya
suatu
mekanisme penyusunan anggaran yang dapat membantu pemerintah daerah
dalam penyusunanAnggaranPendapatanBelanja Daerahsesuaidenganperaturan
perundang-undanganyang
berlaku.Begitujugadenganpelaksanaananggaran
berbasiskinerja,diharapkanpelaksanaannya
dilakukansesuaidenganmekanisme
kepada
pemerintahdaerahdapat
pelaksanaananggaranberbasiskinerja
agar
dapat mencapai tujuanyangtelah ditetapkan.
Permasalahannyaadalahketika
diberlakukan
tidak
diimbangidengan
sistembarutersebutsudahmulaiefektif
pelatihan-pelatihan
khususseputar
pelaksanaananggaranyang sesuaidenganperundang-undanganyang berlaku. Salah
6
Universitas Sumatera Utara
satunya
adalah
pemerintahan
kabupaten
Karanganyar.
Pelatihan
pelaksanaananggarandiberikanhanya beberapakali,danmasihbanyakpegawai yang
belummengertidenganbaikbagaimanapelaksanaannya.
Sadjiarto,(2000)menyatakan
“penyalahgunaanwewenang
dalampengelolaan anggarandaerahkerapterjadidanmunculke permukaansehingga
masyarakat seringkalimempertanyakan kinerja pemimpin daerah”.
Karenanya, penelitian ini akan meneliti status perkembangan atau
efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pemerintah daerah terkait
aspek-aspek yang mempengaruhinya dari perspektif teori organisasi yang melihat
perubahan dalam pendekatan anggaran sebagai perubahan organisasional.
Penelitian ini akan menanyakan persepsi pada pejabat (penganggar) pada
lembaga/instansi di lingkup Pemerintah Kabupaten Deli Serdang tentang sejauh
mana efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja di setiap SKPD mereka
dan sikap mereka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja. Hal inilah yang merupakan perluasan
penelitian yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
1.2. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang penelitian di atas dan beberapa hasil penelitian
sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini antara
lain:
1. Apakah sumber daya manusia berpengaruh terhadap efektivitas implementasi
anggaran berbasis kinerja?
7
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah penerapan teknologi berpengaruh terhadap efektivitas implementasi
anggaran berbasis kinerja?
3. Apakah
ketidakpastian
lingkungan
berpengaruh
terhadap
efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja?
4. Apakah sumber daya manusia, penerapan teknologi dan ketidakpastian
lingkungan berpengaruh terhadap efektivitas implementasi anggaran berbasis
kinerja secara simultan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk megetahui pengaruh sumber daya manusia terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan teknologi terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
3. Untuk mengetahui pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
4. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia, penerapan teknologi dan
ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja secara simultan.
8
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian mengenai efektivitas implementasi anggaran berbasis
kinerja ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, gambaran, dan
bukti-bukti mengenai sumber daya manusia, penerapan teknologi, dan
ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para
peneliti yang melaksanakan penelitian-penelitian sejenis dan penelitianpenelitian lanjutan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi dasar
evaluasi dalam upaya meningkatkan efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
3. Manfaat Peneliti
Peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan
dengan efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang.
9
Universitas Sumatera Utara
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan reformasi sektor publik yang begitu dinamis saat ini tidak
dapat dilepaskan dari tuntutan masyarakat yang melihat secara kritis buruknya
kinerja pemerintah dalam mengelola sumber daya publik. “Perubahan suatu
sistem politik, sosial, dan serta ekonomi yang dibawa oleh arus reformasi telah
menimbulkan tuntutan yang beragam terhadap pengelolaan pemerintahan yang
baik” Asmadewa, (2006).
“Agenda-agenda reformasi terhadap tuntutan perubahan organisasional
kemudian menciptakan sejumlah prinsip atau doktrin tata kelola pemerintahan
seperti terangkum dalam konsep new public management (Hood 1991. Beberapa
agenda perubahan yang mengacu pada prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah
pemerintah berpicu pada misi (mission-driven government), pemerintah
berorientasi pada hasil (result-oriented government), pemerintah berpicu pada
pelanggan (customer-driven government), standar atau ukuran kinerja yang jelas,
tingkat pelayanan yang diinginkan. Seperti yang telah dilakukan di Amerika
Serikat pada awal mula mengimplementasikan anggaran berbasis kinerja yaitu
dengan dibentuknya Komisi Hoover pada tahun 1949 untuk mendukung konsep
anggaran
berbasis
kinerja hingga diberlakukannya
GPRA
(Government
Performance and Result Act) tahun 1993. GAO (General Accounting Office)
tahun 1993 juga menjelaskan bahwa “reformasi anggaran telah berusaha merubah
1
Universitas Sumatera Utara
penekanan anggaran dari pengendalian belanja line item kepada alokasi sumber
daya berdasarkan tujuan program dan ukuran-ukuran hasil”.
Anggaran berbasis kinerja di Indonesia telah diperkenalkan dalam
Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara yang menjelaskan
bahwa “rencana kerja dan anggaran disusun berdasarkan prestasi kerja yang akan
dicapai atau berbasis kinerja”. Penjelasan Undang-Undang tersebut menguraikan
bahwa anggaran berbasis prestasi kerja merupakan upaya untuk memperbaiki
proses penganggaran di sektor publik.
Dengan disahkannya Undang-Undang No. 17 tahun 2003 tentang
keuangan negara, pemerintah bersama DPR kemudian mengesahkan juga
Undang-Undang No.32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah dan UndangUndang No.33 tahun 2004 tentang perimbangan keuangan pemerintah pusat dan
daerah. Dikeluarkannya kedua Undang-Undang tersebut telah merubah paradigma
pembangunan di daerah, terkait perubahan sistem dan mekanisme perencanaan
pembangunan daerah. Kemudian, perubahan dalam sistem penganggaran sesuai
Kepmendagri No. 29 tahun 2002 yang sekarang telah direvisi dengan
dikeluarkannya Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang pedoman pengelolaan
keuangan daerah. Sesuai dengan Permendagri No. 13 tahun 2006 penganggaran
yang baik akan memberikan dasar bagi pengukuran kinerja dan menghasilkan
informasi kinerja yang valid dan akurat, sehingga dapat digunakan sebagai bahan
penyusunan laporan kinerja untuk pengendalian.
Melihat kondisi di pemerintahan daerah maupun pusat serta dengan
didukung oleh aturan-aturan yang berlaku maka sudah seharusnya sistem
2
Universitas Sumatera Utara
penganggaran di Indonesia yang masih bersifat tradisional diganti dengan sistem
penganggaran yang mampu merespon perubahan-perubahan tersebut. Sebagai
gantinya adalah Anggaran Negara Berdasarkan Prestasi Kerja atau istilah yang
lebih sering digunakan adalah Anggaran Berbasis Kinerja. Proses penyusunan dan
sasaran yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta
mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan.
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja adalah teknik
penyusunan anggaran berdasarkan beban kerja (work load) dan unit cost dari
setiap kegiatan yang terstruktur”. Anggaran berbasis kinerja di Indonesia
mempunyai kelemahan dan kelebihan. Adapun kelemahan anggaran berbasis
kinerja di Indonesia adalah tidak semua kegiatan dapat distandarisasikan, tidak
semua hasil kerja dapat diukur secara kuantitatif, dan tidak ada kejelasan
mengenai pengambil keputusan dan pemegang beban dari sebuah keputusan, dan
kelebihan anggaran berbasis kinerja di Indonesia adalah adanya kemungkinan
pendelegasian
wewenang
dalam
pengambilan
keputusan,
meningkatkan
partisipasi dan motivasi kinerja pegawai melalui penilaian anggaran, membantu
perencanaan dan mempertajam pebuatan keputusan, adanya kemungkinan
pengalokasian dana secara optimal,dan mengindarkan keborosan anggaran.
3
Universitas Sumatera Utara
Penelitian implementasi dan pengadopsian pemenfaatan pengukuran
kinerja yang dilakukan Julnes dan Holzer, (2001), menunjukkan bahwa “faktor
rasional meliputi sumber daya, informasi, dan orientasi tujuan mempunyai
pengaruh terhadap pengadopsian dan implementasi terkait pemanfaatan
pengukuran kinerja di Amerika”.
Di Indonesia, Suhardjanto dan Cahya, (2008) meneliti faktor rasional yang
terdiri atas sumber daya, informasi, orientasi tujuan dan pengukuran kinerja. Hasil
penelitian ini menemukan bahwa “sumber daya dan pengukuran kinerja
berpengaruh pada implementasi anggaran berbasis kinerja, sedangkan informasi
tidak berpengaruh signifikan. Orientasi tujuan memiliki pengaruh yang negatif”.
Kusuma (2013) meneliti kejelasan sasaran anggaran, komitmen organisasi
dan ketidakpastian lingkungan. Hasilpenelitianinimenunjukkanbahwa kejelasan
sasarananggarandan
komitmenorganisasiberpengaruhpositif
pada
ketepatananggaranpendapatan
danbelanja,sedangkanketidakpastianlingkunganberpengaruhnegatif
pada
ketepatananggaran pendapatan danbelanja.
Marlina, Tungga dan Adi Putra (2014) meneliti Good Governance dan
kompetensi sumberdaya manusia. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa good
governance dan kompetensi sumber daya manusiaberpengaruh signifikan terhadap
implementasi anggaran berbasis kinerja, good governance dan kompetensi sumber
daya
manusia
secara
simultan
manusiaberpengaruh
signifikan
terhadap
implementasi anggaran berbasis kinerja.
4
Universitas Sumatera Utara
Dengan mempertimbangkan kelemahan dan kelebihan anggaran berbasis
kinerja dan perkembangan yang masih beragam, maka evaluasi atas status
implementasi anggaran berbasis kinerja yang telah dicapai pemerintah daerah saat
ini penting untuk diteliti. Hal ini untuk mengetahui apakah perubahan pendekatan
anggaran ini efektif dijalankan atau hanya menjadi aksi simbolis yang terjebak
pada formalitas penyusunan anggaran dan pada akhirnya berujung pada kegagalan
reformasi.
Fenomenayang
terjadiakhir-akhir
ini,terdapatpenyimpanganyang
berkaitandengananggarandisuatuinstansipemerintah.
Adanyaberbagaikasus
korupsi, menyebabkankepercayaanyang dimiliki masyarakatterhadappelaku
pengelola
keuangannegarasemakinhari
percayatersebut terjadi
karena
pemerintahadalahuangyang
uang
berasaldari
periodetertentu.Anggaran
semakin
yang
menipis.Penipisanrasa
dimiliki
dan dikelolaoleh
pajakyangdibayarolehrakyat
menunjukkanrencana
pada
pemerintahuntuk
membelanjakan uang yang berasal dari rakyat tersebut (Mardiasmo,2002).
Adapundampakdari berkurangnyarasa percaya masyarakatterhadappemerintah
adalahsalah
satunyadengansikap
keengganandalammembayarpajak.UntukmewujudkanfungsiAPBNyangbersih
dari
korupsi dan mengembalikan rasapercaya masyarakat makadiperlukan
sistemanggaranyang
lebihkomprehensif
penatausahaan
atas
yaitu
dengan
melakukan
penerimaandanpengeluarannegara
secaracermatdansistematis.
5
Universitas Sumatera Utara
Dalam melaksanakan anggarantersebut,setiap organisasipadadasarnya
dihadapkanpada berbagaipilihandalam memilihjenis penganggaran,sebabada
banyakjenispenganggaranyang
tersedia.penelitian
yang
dilakukan
Janti
(2009)juga menunjukkan fenomena penyimpangan yang berkaitan dengan
anggaran di suatu instansi pemerintah di Kabupaten Karanganyarmerupakan
salah satukabupaten di Provinsi JawaTengah yangtelah menerapkan sistem
Anggaran
Berbasis
Pemerintah
Kinerjapada
penyelenggaraan
Kabupaten Karanganyar menyadariakanketerbatasan daerah
dalamhal
sumberdayamanusiayang
mampu
untukmenyusunanggaranberbasiskinerjasepertiyang
awalyang
pemerintahannya.
diharapkan.Darisurvei
telahdilakukanpenelitidiPemerintahDaerah
pegawaiyang
Karanganyar,banyak
menyatakanbahwapelaksanaananggaranberbasiskinerjabelum
optimal.HalinidikarenakankurangnyapenyelenggaraandiklatolehPemerintah
Daerah Karanganyar.
Oleh
karena
itu,
diperlukannya
suatu
mekanisme penyusunan anggaran yang dapat membantu pemerintah daerah
dalam penyusunanAnggaranPendapatanBelanja Daerahsesuaidenganperaturan
perundang-undanganyang
berlaku.Begitujugadenganpelaksanaananggaran
berbasiskinerja,diharapkanpelaksanaannya
dilakukansesuaidenganmekanisme
kepada
pemerintahdaerahdapat
pelaksanaananggaranberbasiskinerja
agar
dapat mencapai tujuanyangtelah ditetapkan.
Permasalahannyaadalahketika
diberlakukan
tidak
diimbangidengan
sistembarutersebutsudahmulaiefektif
pelatihan-pelatihan
khususseputar
pelaksanaananggaranyang sesuaidenganperundang-undanganyang berlaku. Salah
6
Universitas Sumatera Utara
satunya
adalah
pemerintahan
kabupaten
Karanganyar.
Pelatihan
pelaksanaananggarandiberikanhanya beberapakali,danmasihbanyakpegawai yang
belummengertidenganbaikbagaimanapelaksanaannya.
Sadjiarto,(2000)menyatakan
“penyalahgunaanwewenang
dalampengelolaan anggarandaerahkerapterjadidanmunculke permukaansehingga
masyarakat seringkalimempertanyakan kinerja pemimpin daerah”.
Karenanya, penelitian ini akan meneliti status perkembangan atau
efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pemerintah daerah terkait
aspek-aspek yang mempengaruhinya dari perspektif teori organisasi yang melihat
perubahan dalam pendekatan anggaran sebagai perubahan organisasional.
Penelitian ini akan menanyakan persepsi pada pejabat (penganggar) pada
lembaga/instansi di lingkup Pemerintah Kabupaten Deli Serdang tentang sejauh
mana efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja di setiap SKPD mereka
dan sikap mereka terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja. Hal inilah yang merupakan perluasan
penelitian yang membedakan dengan penelitian-penelitian sebelumnya.
1.2. Perumusan Masalah
Atas dasar latar belakang penelitian di atas dan beberapa hasil penelitian
sebelumnya, maka masalah yang hendak dijawab melalui penelitian ini antara
lain:
1. Apakah sumber daya manusia berpengaruh terhadap efektivitas implementasi
anggaran berbasis kinerja?
7
Universitas Sumatera Utara
2. Apakah penerapan teknologi berpengaruh terhadap efektivitas implementasi
anggaran berbasis kinerja?
3. Apakah
ketidakpastian
lingkungan
berpengaruh
terhadap
efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja?
4. Apakah sumber daya manusia, penerapan teknologi dan ketidakpastian
lingkungan berpengaruh terhadap efektivitas implementasi anggaran berbasis
kinerja secara simultan?
1.3. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan yang hendak dicapai
dalam penelitian ini antara lain:
1. Untuk megetahui pengaruh sumber daya manusia terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
2. Untuk mengetahui pengaruh penerapan teknologi terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
3. Untuk mengetahui pengaruh ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja.
4. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia, penerapan teknologi dan
ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja secara simultan.
8
Universitas Sumatera Utara
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian mengenai efektivitas implementasi anggaran berbasis
kinerja ini diharapkan dapat memberikan manfaat, antara lain :
1. Manfaat akademis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, gambaran, dan
bukti-bukti mengenai sumber daya manusia, penerapan teknologi, dan
ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja. Selain itu, penelitian ini dapat menjadi referensi bagi para
peneliti yang melaksanakan penelitian-penelitian sejenis dan penelitianpenelitian lanjutan.
2. Manfaat praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan menjadi dasar
evaluasi dalam upaya meningkatkan efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Deli Serdang.
3. Manfaat Peneliti
Peneliti untuk menambah pengetahuan dan wawasan peneliti sehubungan
dengan efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah
Kabupaten Deli Serdang.
9
Universitas Sumatera Utara