Analisis Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Deli Serdang)

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Anggaran
Menurut Garrison (2007) “Anggaran adalah rencana terperinci
tentang pemerolehan dan penggunaan sumber daya keuangan dan sumber
daya lainnya selama suatu periode tertentu”.
Menurut Mardiasmo (2002),anggaran merupakan pernyataan mengenai
estimasi kinerja yang hendak dicapai selama periode waktu tertentu yang
dinyatakan dalam ukuran finansial. Konsep anggaran di sector publik,
selama ini telah banyak mengalami perkembangan sehingga muncul dua
pendekatan utama dalam penyusunan dan perencanaan anggaran publik,
yaitu pendekatan anggaran tradisional dan pendekatan New Public
Management (NPM). Anggaran tradisional lebih menekankan pengawasan
dan pertanggungjawaban yang terpusat, sedangkan NPM lebih
menekankan pada kinerja organisasi bukan sekedar kebijakan yang
terkesan kaku, birokratis dan hirarkis.

Anggaran memiliki beberapa fungsi yang sangat penting dalam
upaya mencapai tujuan organisasi. Menurut Mardiasmo (2002) anggaran
sektor publik mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut

:
a. Alat perencanaan, anggaran digunakan untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, baik terkait tujuan atau sasaran
kebijakan, program dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut,
serta dana yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
b. Alat pengendalian, anggaran yang dipertanggungjawabkan kepada
publik akan mengendalikan alokasi sumber daya dan membatasi
kekuasaan eksekutif sehingga anggaran tidak salah sasaran
(misappropriation).
c. Alat kebijakan fiskal, anggaran dapat digunakan terkait kebijakan
fiskal, yakni dalam rangka menstabilkan dan mendorong
pertumbuhan ekonomi.

9
Universitas Sumatera Utara

d. Alat politik, anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif terhadap pengguna dana publik. Anggaran
digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan atas
prioritas.

e. Alat koordinasi dan komunikasi, proses penyusunan anggaran
memerlukan mekanisme koordinasi dan komunikasi dari setiap pihak
yang terlibat di dalamnya. Anggaran perlu dikomunikasikan ke
setiap satuan kerja untuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
f. Alat penilai kinerja, anggaran merupakan alat yang efektif dalam
pengendalian dan penilaian kinerja. Kinerja manajer publik akan
dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran.
g. Alat motivasi, anggaran dapat mendorong manajer maupun stafnya
melakukan tindakan yang ekonomis, efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan organisasi.
h. Alat untuk menciptakan ruang publik, proses penganggaran harus
melibatkan publik sebagai salah satu komponen penting. Publik
dapat menyampaikan aspirasi dan pendapatnya untuk menciptakan
suatu mekanisme pertanggungjawaban keuangan terhadap publik
yang lebih transparan dan akuntabel
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Tabel 2.1 Perbedaan Anggaran Tradisionaldengan
Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran Tradisional

Sentralistis
Berorientasi pada input
Tidak terkait dengan
perencanaan jangka panjang
Lineitem dan incrementalism
Batasan departemen yang
kaku (rigid department)
Menggunakan aturan klasik:
Vote accounting
Prinsip anggaran bruto
Bersifat tahunan

Anggaran Berbasis Kinerja
Desentralisasi & devolved management
Berorientasi pada input, output, dan outcome
(value for money)
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang
Berdasarkan sasaran dan target kinerja
Lintas departemen (cross department)

Zero-Base Budgeting, Planning Programming
Budgeting System
Sistematik dan rasional
Bottom-up budgeting

Sumber: Mardiasmo (2002)

Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line

10
Universitas Sumatera Utara

budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa
rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah
ditentukan,

namun

lebih


dititikberatkan

pada

kebutuhan

untuk

belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan
diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau
tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja
yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Proses penyusunan dan sasaran
yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta
mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang

dimiliki daerah yang bersangkutan.
Tolak ukur anggaran berbasis kinerja dinilai dari indikasi adanya
peningkatan input, output, outcome serta kinerja dan perbaikan kinerja yang
signifikan dalam pelaksanaannya dan berdasarkan data laporan keuangan
pemerintah daerah.
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja sebagai
sistem penganggaran yang berorientasi pada output suatu organisasi dan erat
kaitannya dengan adanya visi, misi, dan rencana strategis organisasi”.
Rivenbark dan Kelly (2004) mendefinisikan “anggaran berbasis kinerja

11
Universitas Sumatera Utara

sebagai elemen dari kinerja manajemen, yang mana program kinerjanya
relevan untuk setiap pengambilan keputusan, tidak hanya pengalokasian
sumber daya”.
Menurut Robinson dan Brumby (2005) “anggaran berbasis kinerja
merupakan prosedur atau mekanisme yang dimaksud untuk memperkuat hubungan
antara dana yang diberikan pada suatu entitas sector publik dengan outcome
dan/atau outcome melalui penggunaan informasi kinerja formal dalam pengambilan

keputusan alokasi sumber daya.”

Mardiasmo, (2002) menjelaskan bahwa “Tujuan utama anggaran
berbasis kinerja ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik”.
“Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan
pada konsep value for money yang mencakup prinsip ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas” Sancoko (2008).
Andayani (2007) mendefinisikan “ekonomis sebagai upaya untuk
memperoleh input dengan kualitas dan kuantitas dengan harga terendah”.
Rai (2008) menjelaskan “efisiensi merupakan perbandingan output dan
input”. Efektif didefinisikan oleh Andayani (2007) “sebagai tingkat
pencapaian hasil dengan target yang telah ditentukan”.
“Anggaran berbasis kinerja juga erat kaitannya dengan prinsip good
corporate

governance,

termasuk


adanya

pertanggungjawaban

para

pengambil keputusan atas pengguna uang yang dianggarkan untuk mencapai
tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan” Sancoko (2008). Hal
ini didukung dengan berlakunya Undang-Undang nomor 17 tahun 2003
12
Universitas Sumatera Utara

tentang keuangan negara, Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang
perbendaharaan negara, dan Undang-Undang nomoe 15 tahun 2004 tentang
pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Menurut Sancoko (2008), penerapan anggaran berbasis kinerja dapat
memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Anggaran yang terbatas kinerja memungkinkan pengalokasian sumber
daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas sehingga tujuan
dapat tercapai dengan efisien dan efektif

2. Penerapan anggaran berbasis kinerja digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan dan program yang transparan. Dengan anggaran yang jelas,
dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara
pengeluaran dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta
transparansi
3. Organisasi pembuat kebijakan akan berada pada posisi yang lebih baik
untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional

“Anggaran berbasis kinerja dipercaya memberikan manfaat bagi
berbagai pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama dalam
mendorong tata kelola pemerintahan yang lebih baik” Utomo (2007).
Pengimplementasian tersebut diharapkan akan meningkatkan proses
pembangunan menjadi lebih efisien dan partisipatif, karena melibatkan
masyarakat sebagai penerima manfaat dari kegiatan pelayanan publik.
Meninjau tujuan dan manfaat anggaran berbasis kinerja penting untuk
dilaksanakan terutama dengan berpedoman pada peraturan-peraturan terkait
yang mewajibkan pelaksanaan anggaran berbasis kinerja.
2.1.3. PenerapanAnggaranBerbasisKinerja
Dalam menerapkan Anggaran Berbasis Kinerja, terdapat prinsipprinsip yangdapatdijadikanpedomanBPKP, (2005),yaitu:
1)Transparansidan akuntabilitasanggaran


13
Universitas Sumatera Utara

Anggaran harus dapatmenyajikan informasiyang jelas mengenai
tujuan,
sasaran,hasil,danmanfaatyang
diperoleh
masyarakat
darisuatukegiatanatau
proyekyangdianggarkan.
Anggotamasyarakatmemilikihakdanaksesyang
samauntuk
mengetahuiprosesanggarankarena
menyangkut
aspirasi
dan
kepentinganmasyarakat,terutamapemenuhankebutuhan-kebutuhan
hidup
masyarakat.Masyarakatjugaberhakuntukmenuntutpertanggungjawaban

atas rencanaataupunpelaksanaananggarantersebut.
2) Disiplinanggaran
Pendapatanyang
direncanakan
merupakanperkiraanyang
terukursecara rasionalyangdapatdicapaiuntuksetiapsumberpendapatan.
Sedangkanbelanja
yangdianggarkan
padasetiappos/pasalmerupakanbatastertinggipengeluaran
belanja.Penganggaranpengeluaranharusdidukung
denganadanyakepastian tersedianya penerimaandalamjumlahyangcukup
dantidakdibenarkan
melaksanakankegiatan/proyekyangbelum/tidaktersediaanggarannya.
Dengan
katalain,bahwapenggunaan
setiapposanggaranharussesuaidengan kegiatan/proyekyangdiusulkan.
3)Keadilananggaran
Perguruantinggiwajibmengalokasikanpenggunaananggarannyas
ecaraadil agar dapat dinikmati oleh seluruh kelompok sivitas
akademika
dan
karyawantanpadiskriminasidalampemberianpelayanan,karenapendapata
n perguruantinggi pada hakikatnyadiperolehmelaluiperan serta
masyarakat secarakeseluruhan.
4)

Efisiensidanefektivitasanggaran
Penyusunan
anggaranhendaknyadilakukanberlandaskanazasefisiensi,tepat
guna,tepatwaktupelaksanaan,
danpenggunaannya
dapat
dipertanggungjawabkan.
Danayangtersediaharusdimanfaatkandengansebaik
mungkinuntuk
dapatmenghasilkan
peningkatan
dankesejahteraanyang
maksimaluntukkepentinganstakeholders.

5)

Disusundenganpendekatankinerja
Anggaranyang
disusun
denganpendekatankinerjamengutamakanupaya
pencapaianhasilkerja(output/outcome)dariperencanaanalokasibiayaatau
inputyang
telahditetapkan.
Hasilkerjanyaharussepadanataulebihbesardari
biayaatauinputyang
telahditetapkan.
Selainituharusmampumenumbuhkan
profesionalismekerjadisetiaporganisasikerjayangterkait.

14
Universitas Sumatera Utara

PenganggaranBerbasis Kinerja mengalokasikan sumber daya
didasarkan
padapencapaianoutcomeyangdapatdiukursecaraspesifik.Outcome
didefinisikan melaluiprosesperencanaanstrategisyang mempertimbangkan
isu

kritis

yang

dihadapilembaga,kapabilitaslembaga,danmasukandaristakeholder.
Terdapatbeberapakarakteristikpenyusunan
anggaranyangdidasarkanpada

kinerja.Asmoko(2006)

menjelaskanbeberapakarakteristikkunci dalamPBKdiantaranya:
1. Pengeluarananggarandidasarkan

padaoutcomeyang
ingindicapai,dimana
outcomemerupakandampaksuatuprogramataukegiatanterhadapmasya
rakat. Misalnya,untukorganisasisepertiUniversitas Diponegoro,
outcomeyang
ingindicapaiadalahmeningkatnyaperanserta
Undipdalampembangunan
masyarakatkhususnya
dibidangilmupengetahuan.Maka,atasdasaroutcomeitulahpengeluaran
anggarandilaksanakan.

2.

Adanyahubunganantaramasukan(input)dengankeluaran(output)
danoutcomeyangdiinginkan.Inputatau masukanmerupakan sumber
daya
yang
digunakan
untuk
pelaksanaansuatukebijakan,program,danaktivitas. Outputataukeluaran
merupakanhasilataunilaitambahyang
dicapaiolehkebijakan,programdan
aktivitas.Sementaraoutcomemerupakandampakyang
ditimbulkandarisuatu
aktivitastertentu.Konsepvalueformoney
dalamkerangkaanggaranberbasis
kinerjadapattercapaiapabilaorganisasitelahmenggunakan
biayainputpaling
keciluntuk
mencapaioutputyangoptimumsertamemperolehoutcomeyang
berkualitas.

3.

Adanyaperananindikatorefisiensidalamprosespenyusunananggaran.
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.
Pengukuran
efisiensidilakukandenganmenggunakanperbandingan
antara
outputyangdihasilkanterhadapinputyangdigunakan
(costofoutput). Proses kegiatanoperasional dikatakan efisienapabila
suatuproduk atauhasilkerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan
sumber
daya
dan
dana
yang
serendah-rendahnya
(spendingwell).Dalamkonsepanggaranberbasiskinerja,
15
Universitas Sumatera Utara

pemerintahharus
berdasarkanfokuspadabiaya(costminded)dan harusefisien.

bertindak

4. Adanyapenyusunantargetkinerjadalamanggaran.
Tujuanditetapkannyatargetkinerjadalam
anggaranadalahuntukmemudahkan
pengukurankinerjaatasoutputyangdicapai.Pengukuran
kinerjasektorpublik
dilakukanuntukmemenuhitigamaksud.Pertama,pengukuran
kinerjasektor
publikdimaksudkan
untukdapatmembantumemperbaikikinerjapemerintah,
dimanaukurankinerja
dimaksudkanuntukmembantupemerintahberfokus
padatujuandansasaran program unitkerja.Halinipadaakhirnyaakan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam pemberianpelayananpublik. Kedua,ukurankinerjadigunakan
untuk
pengalokasian
sumberdayadanpembuatankeputusan.Ketiga,ukurankinerja
dimaksudkanuntukmewujudkanpertanggungjawabanpublikdanmemp
erbaiki komunikasikelembagaan.

2.2. Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berhubungan dengan efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain disajikan
pada Tabel 2.2 berikut.
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu

Tahun
2009

Peneliti
Cahya

Variabel
Variabel bebas:
Sumber daya,
informasi, orientasi
tujuan dan
pengukuran kinerja.

Variabel terikat
Efektivitas

Hasil penelitian
Dari analisis regresi yang
dilakukan dapat disimpulkan
bahwa variabel sumber daya dan
pengembangan sistem pengukuran
kinerja, terbukti mempengaruhi
secara positif efektivitas
implementasi anggaran berbasis
kinerja pada pemerintah kota
Surakarta. Kata kunci: Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja, Sumber Daya, Informasi,
Orientasi Tujuan, Pengukuran
16
Universitas Sumatera Utara

Implementasi
Anggaran Berbasis
Kinerja

2011

Meutia dan
Nurfitriana

2011

Izzaty

Berdasarkan hasil penelitian,
maka secara simultan variabel
akuntabilitas, transparansi,
Akuntabilitas,Transpa partisipasi masyarakat, efisiensi
ransi, Partisipasi
dan efektivitas berpengaruh
Masyarakat, Efisiensi
terhadap penyusunan anggaran
dan Efektifitas.
berbasis kinerja. Secara parsial
variabel akuntabilitas,
Variabel Terikat :
transparansi, partisipasi
Penyusunan Anggaran masyarakat,
efisiensi dan efektivitas juga
Berbasis Kinerja
berpengaruh terhadap
penyusunan anggaran berbasis
kinerja.
Lanjutan Tabel 2.2
Variabel Bebas :

Variabel Bebas :
Gaya Kepemimpinan,
dan Kualitas SDM

Variabel Terikat :
Penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja

Kusuma
2013

Kinerja

Variabel Bebas :
Kejelasan Sasaran
Anggaran, Komitmen
Organisasi, dan
Ketidakpastian
Lingkungan.
Variabel Terikat :
Ketetapan Anggaran
Pendapatan,

Hasil dari pengujian hipotesis di
dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Kualitas SDM juga memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Kejelasan Sasaran
Anggaran dan
Komitmen Organisasi
berpengaruh positif pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan
berpengaruh pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan
17
Universitas Sumatera Utara

Ketetapan Anggaran
Belanja

2013

Nugraeni

Variabel bebas
Faktor Rasional,
Faktor Politik dan
Faktor Budaya
Variabel terikat:
Efektivitas
Implementasi
Anggaran Berbasis
Kinerja

2015

Nawastri

Variabel Bebas
Kompetensi SDM,
Informasi, Orientasi
Tujuan, Pengukuran
Kinerja, Gaya
Kepemimpinan,
Komitmen.
Variabel Terikat
Efektifitas Anggaran
Berbasis Kinerja

dan Belanja.

Hasil penelitian ini menemukan
bahwa faktor rasional yaitu
sumber daya, informasi, orientasi
tujuan, dan pengukuran kinerja
berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi
anggaran berbasis kinerja.
Sedangkan faktor politik yang
diukur oleh kelompok internal
berpengaruh positif signifikan.
Faktor budaya yang diukur oleh
sikap memiliki pengaruh positif
tidak signifikan
Berdasarkan hasil penelitian,
kompetensi sumber daya manusia,
Informasi,
penggunaan anggaran, dan gaya
kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
efektivitas anggaran berbasis
kinerja sedangkan orientasi tujuan
dan komitmen tidak berpengaruh
terhadap efektivitas anggaran
berbasis kinerja.

18
Universitas Sumatera Utara

Lanjutan Tabel 2.2
2015

Adiwirya,
dan Sudana.

Variabel bebas
Akuntabilitas,
Transparansi.
Variabel Terikat
Anggaran Berbasis
Kinerja

2015

Bakrie

Variabel Bebas :
Perencanaan, Umpan
Balik, dan Interaksi
Pengendalian.

Variabel Terikat :
Anggaran Berbasis
Kinerja

Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
akuntabilitas dan transparansi
berpengaruh positif secara
simultan
pada anggaran berbasis kinerja.
Secara parsial, transparansi
berpengaruh positif pada anggaran
berbasis kinerja

Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas
Pengendalian Anggaran (X)
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Pelaksanaan Anggaran Berbasis
Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial
menunjukkan bahwa Perencanaan
(X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja sebesar 44%,
Umpan Balik (X2) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Berbasis
Kinerja (Y) sebesar 24,9%,
Interaksi Pengendalian
(X3) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar
35,5%. Adapun variabel lain yang
tidak diteliti dan
ikut mempengaruhi variabel Y
adalah sebesar 27,7%

Sumber: diolah sendiri (2016)

Cahya (2009) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kota Surakarta. Dari
analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya

19
Universitas Sumatera Utara

dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara
positif efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pada pemerintah kota
Surakarta.
Meutia dan Nurfitriani (2011) melakukan penelitian mengenai pengaruh
penerapan good governance terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja pada
pemerintah aceh. Dari hasil penelitian, maka secara simultan variable

akuntabilitas, transparansi,
partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas berpengaruh terhadap
penyusunan anggaran berbasis kinerja. Secara parsial variabel akuntabilitas,
transparansi, partisipasi masyarakat, efisiensi dan efektivitas juga berpengaruh
terhadap penyusunan anggaran berbasis kinerja.
Izzaty (2011) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja Badan Layanan Umum Universitas Diponegoro
Semarang. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa gayakepemimpinan
berpengaruh

positif

dan

signifikan

terhadap

anggaranberbasiskinerja.KualitasSDMjugamemilikipengaruh

penerapan
positifdan

signifikan

terhadappenerapananggaranberbasiskinerja.Secarasimultan,gaya

kepemimpinan

dankualitassumberdayamanusiamemilikipengaruhyang

dansignifikan

terhadappenerapananggaranberbasiskinerja

positif

badanlayananumum

(BLU).
Kusuma (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai ketetapan
anggaran pada SKPD di pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi
20
Universitas Sumatera Utara

berpengaruh positif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh negatif pada Ketepatan Anggaran
Pendapatandan Belanja.
Nugraeni (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya,
informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja. Sedangkan faktor
politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor
budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan.
Nawastri (2015) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil
penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi, penggunaan anggaran,
dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas anggaran
berbasis kinerja sedangkan orientasi tujuan dan komitmen tidak berpengaruh
terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan kebaikan model, model regresi dapat dipergunakan untuk
memprediksi efektivitas anggaran berbasis kinerja. Sedangkan efektivitas
anggaran berbasis kinerja mampu dijelaskan oleh keenam variabel yaitu
kompetensi sumber daya manusia, informasi, orientasi tujuan, penggunaan
anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen sebesar 89,6%.
Adiwirya dan Sudana (2015) melakukan penelitian mengenai anggaran
berbasis kinerja pada SKPD Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian ini

21
Universitas Sumatera Utara

menyimpulkan
positifsecarasimultan

bahwaakuntabilitas

dantransparansiberpengaruh

padaanggaranberbasiskinerja.Secaraparsial,transparansi

berpengaruh

positifpada

kinerja.Penelitianini,menunjukkanbahwaresponden

anggaranberbasis
memiliki

persepsi

yanglebihcondongpadatransparansidibandingkandenganakuntabilitas.
Bakri (2015) melakukan penelitain mengenai pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran (X) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan (X1) berpengaruh
positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan
Balik (X2) secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian (X3) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja (Y)
sebesar 35,5%. Adapun variabel lain yang tidak diteliti dan ikut mempengaruhi
variabel Y adalah sebesar 27,7%.

22
Universitas Sumatera Utara

2.3 Kerangka Konseptual

��

Sumber Daya
Manusia (� � )
Akuntabilitas
(� � )

��

Penerapan
Teknologi (� � )

��

Ketidakpastian
Lingkungan (� � )

��

Efektivitas
Implementasi
Anggaran
Berbasis Kinerja
(Y)

Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.3.1. Efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja
“Efektivitasimplementasianggaranberbasiskinerjaadalahtahappenggun
aan

kinerja

dalam

proses

penganggaranuntukmemberikandampakpadatingkat

hasil

programyangditetapkan”Asmadewa,

( 2006).

“Sistem

anggaranberbasiskinerjapada
dasarnyamerupakansistemyangmencakupkegiatanpenyusunanprogramdantol
ak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program” Mardiasmo, (2002).
Implementasi menurut Julnes dan Holzer (2001) “merupakan
penggunaan pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis, alokasi

23
Universitas Sumatera Utara

sumber daya, manajemen program, pengawasan, pengevaluasian, dan
pelaporan kepada manajemen internal, kantor terkait, masyarakat, dan
media massa”.
2.3.2. Sumber Daya Manusia
Nogi,

(2006)

berpendapat

SDMadalahunsuryangsangatpenting

bahwa

“kualitas

dalammeningkatkan

organisasi

pelayanan

terhadapkebutuhan

publik”.Olehkarenaitu,terdapatduaelemenmendasaryang
berkaitandenganpengembangan
SDMyaitutingkatpendidikandanketerampilan
yangdimilikikaryawan/pekerja.
SedangkanNotoadmodjo
“kualitasSDMmenyangkut

(2006)

menyatakanbahwa

duaaspek,yaituaspekkualitasfisik

danaspekkualitasnonfisik,yang

menyangkut

kemampuanbekerja,berpikir,dan keterampilan-keterampilanlain”.
Sumberdayamanusia(SDM)
berkualitastinggiadalahSDMyang
mampu
menciptakanbukansaja
nilaikomparatif,tetapi
juganilaikompetitif-generatifinovatifdenganmenggunakan
energitertinggisepertiintelligence,creativity,dan
imagination;
tidaklagisemata-matamenggunakanenergykasarsepertibahan
mentah,lahan,air,tenagaotot,dansebagainya (Ndraha 1997).

2.3.3. Akuntabilitas
Mardiasmo,

(2002)

“akuntabilitas

menunjukkan

bagaimana

kemampuan untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait

24
Universitas Sumatera Utara

pelayanan-pelayanan yang dibuat oleh pemerintah”. Penelitian yang
dilakukan oleh Asrida, (2012) menunjukkan bahwa “akuntabilitas secara
parsial mempengaruhi kinerja penyusunan RAPBD Kabupaten Bireuen”.
2.3.4. Penerapan Teknologi
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. “Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai” Julnes dan Holzer, (2001).
Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah
faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan
pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi.
Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa “terdapat hubungan positif
antar lembaga yang memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan
target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika
menyusun atau merevisi target kinerja” GAO, (2005).
2.3.5. Ketidakpastian Lingkungan
Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkunganterdiri
dari:
Tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, danstateduncertainty).
Effect uncertainty adalah ketidakmampuan memprediksipengaruh
lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Responseuncertainty
adalah ketidakmampuan memprediksi konsekuensi daripilihan-pilihan
keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertaintymerupakan suatu
hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastianlingkungan (preceived
environmental uncertainty).

25
Universitas Sumatera Utara

“Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal
darilingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,
danteknologi

yang

dibutuhkan”

Govindarajan,

(1986).

“Ketidakpastianlingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala
untukmemprediksi

situasi

disekitarnya

sehingga

mencoba

untuk

melakukansesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Luthans,
(2006).
“Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Minanda,
(2009).
Ketidakpastian

lingkungan

dalam

suatu

organisasi

khususnya

organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Tetapi dalam hal ini
lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri
bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian
dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan
yang diinginkan.

26
Universitas Sumatera Utara

2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang
hubungan dari beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai tuntunan
sementara dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.
2.4.1. Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Keberhasilan

implementasi

anggaran

berbasis

kinerja

sangat

dipengaruhi kemampuan organisasi menyediakan sumber daya yang
memadai, pegawai dengan kemampuan analisis kerja program, alokasi dana
untuk mengumpulkan dana, atau dana untuk pengembangan implementasi
anggaran berbasis kinerja, dan waktu yang cukup untuk menilai keandalan
data kinerja penting bagi keberhasilan implementasi. Wang (2000)
berpendapat bahwa penggunaan anggaran memerlukan pembangunan
kapasitas dalam standar akuntansi, sistem informasi, personil, dan dana.
Organisasi-organisasi

publik

yang

memiliki

pengalaman

dengan

penggunaan anggaran memberikan perhatian besar atas kebutuhan staf
untuk kinerja, dan mengumpulkan data.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nawastri (2015), Achyani dan Cahya
(2011), Cholifah (2013), Fitri (2013), dan Nalarreason (2014) yang
menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:

27
Universitas Sumatera Utara

�� : Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.

2.4.2. Akuntabilitas Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi
Anggaran Berbasis Kinerja
Mardiasmo (2002) akuntabilitas menunjukkan bagaimana kemampuan
untuk memberikan penjelasan kepada masyarakat terkait pelayananpelayanan yang dibuat oleh pemerintah. Penelitian yang dilakukan oleh
Nurfitriana (2011), yang menunjukkan bahwa hasil penelitian secara parsial
variabel akuntabilitas berpengaruh terhadap penyusunan anggaran berbasis
kinerja.
�� : Akuntabilitas Berpengaruh Terhadap Efektivitas Implementasi

Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.3. Penerapan

Teknologi

Berpengaruh

Terhadap

Efektivitas

Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai (Julnes dan Holzer, 2001). Literatur manajemen
kinerja

menjelaskan

bahwa

pelatihan

adalah

faktor

kunci

dalam

memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus
dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi. Survei GPRA tahun
2003 menemukan bahwa terdapat hubungan positif antar lembaga yang

28
Universitas Sumatera Utara

memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan target kinerja
program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau
merevisi target kinerja (GAO, 2005).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
�� : Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

2.4.4. Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
"Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut”Minanda,
2009. Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi.
Tetapi dalam hal ini lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau
pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk
membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari penjelasan di atas maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
�� : Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja

29
Universitas Sumatera Utara