Analisis Efektivitas Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja (Studi Kasus pada SKPD Pemerintah Kabupaten Deli Serdang)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Anggaran
Anggaran adalah rencana terperinci tentang pemerolehan dan
penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu
periode tertentu yang di ukur dalam ukuran finansial. Konsep anggaran
terbagi dua yaitu pendekatan anggaran tradisional dan pendekatan New Public
Management (NPM). Anggaran tradisional lebih menekankan pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat, sedangkan NPM lebih menekankan pada
kinerja organisasi bukan sekedar kebijakan yang terkesan kaku, birokratis dan
hirarkis.
Anggaran memiliki beberapa fungsi – fungsi yang sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut :
a. Alat perencanaan, anggaran digunakan untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, baik terkait tujuan atau sasaran
kebijakan, program dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut,
serta dana yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
b. Alat pengendalian, anggaran yang dipertanggungjawabkan kepada
publik akan mengendalikan alokasi sumber daya dan membatasi
kekuasaan eksekutif sehingga anggaran tidak salah sasaran
(misappropriation).
10
Universitas Sumatera Utara
c. Alat kebijakan fiskal, anggaran dapat digunakan terkait kebijakan
fiskal,
yakni
dalam
rangka
menstabilkan
dan
mendorong
pertumbuhan ekonomi.
d. Alat politik, anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif terhadap pengguna dana publik. Anggaran
digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan atas
prioritas.
e. Alat koordinasi dan komunikasi, proses penyusunan anggaran
memerlukan mekanisme koordinasi dan komunikasi dari setiap pihak
yang terlibat di dalamnya. Anggaran perlu dikomunikasikan ke
setiap satuan kerja untuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
f. Alat penilai kinerja, anggaran merupakan alat yang efektif dalam
pengendalian dan penilaian kinerja. Kinerja manajer publik akan
dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran.
g. Alat motivasi, anggaran dapat mendorong manajer maupun stafnya
melakukan tindakan yang ekonomis, efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan organisasi.
h. Alat untuk menciptakan ruang publik, proses penganggaran harus
melibatkan publik sebagai salah satu komponen penting. Publik
dapat menyampaikan aspirasi dan pendapatnya untuk menciptakan
suatu mekanisme pertanggungjawaban keuangan terhadap publik
yang lebih transparan dan akuntabel.
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja sebagai
sistem penganggaran yang berorientasi pada output suatu organisasi dan erat
kaitannya dengan adanya visi, misi, dan rencana strategis organisasi”.
Menurut Robinson dan Brumby (2005) “anggaran berbasis kinerja
merupakan prosedur atau mekanisme yang dimaksud untuk memperkuat
hubungan antara dana yang diberikan pada suatu entitas sector publik
dengan outcome dan/atau outcome melalui penggunaan informasi kinerja
formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.” Dari kutipan
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam anggaran berbasis kinerja yang
sangat penting ialah output yang dicapai pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya pada periode waktu tertentu.
Tabel 2.1 Perbedaan Anggaran Tradisionaldengan
Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran Tradisional
Sentralistis
Berorientasi pada input
Tidak terkait dengan
perencanaan jangka panjang
Lineitem dan incrementalism
Batasan departemen yang
kaku (rigid department)
Menggunakan aturan klasik:
Vote accounting
Prinsip anggaran bruto
Bersifat tahunan
Anggaran Berbasis Kinerja
Desentralisasi & devolved management
Berorientasi pada input, output, dan outcome
(value for money)
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang
Berdasarkan sasaran dan target kinerja
Lintas departemen (cross department)
Zero-Base Budgeting, Planning, Programming,
and Budgeting System
Sistematik dan rasional
Bottom-up budgeting
Sumber: Mardiasmo (2002)
12
Universitas Sumatera Utara
Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional:
1. Cara
penyusunan
anggaran
berdasarkan
pendekatan
incrementalism, yakni:
Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya
penambahan/pengurangan tanpa kajian yg mendalam/kebutuhan yg
wajar.
2. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item,yakni:
a) Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat (nature)
dari penerimaan dan pengeluaran.
b) Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan
atau pengeluaran yg sebenarnya sudah tidak relevan lagi
c) Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yg digunakan hanya
pada ketaatan dalam menggunakan dana yg diusulkan.
3. Cenderung sentralistis.
4. Bersifat spesifikasi.
5. Tahunan.
6. Menggunakan prinsip anggaran bruto.
Adapun Ciri-ciri Anggaran Berbasis Kinerja adalah :
1. Desentralisasi dan devolved management.
2. Berorientasi pada input, output dan income (value for money).
3. Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang.
13
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan sasaran dan target kinerja.
5. Lintas departemen.
6. ZERO-BASE BUDGETTING (ZBB) adalah sistem anggaran yang
mengasumsikan
bahwa
kegiatan
pada
tahun
anggaran
yang
bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan
anggaran yang lalu.Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu
didasarkan pada kegiatan di masa yang lalu tetapi anggaran harus
diciptakan dari sesuatu yang sedang atau akan dilakukan. Setiap
kegiatan harus dapat diformulasikan ke dalam paket keputusan. ZBB
lebih memusatkan perhatian pada sasaran untuk memperbaiki
manajemen
menekankan
melalui
penilaian
perbaikan
atas
pelayanan
permintaan
manajerial
pendanaan
dengan
unit-unit
pelaksanaan.
PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)
PPBS merupakan proses perencanaan, penyusunan program, dan
penganggaran suatu organisasi yang diikat dalam satu sistem sebagai
satu kesatuan yang terpadu, bulat, dan tidak terpisahkan. Dasar
pemikirannya adalah anggaran merupakan hasil kerja dari suatu proses
kegiatan-kegiatan perencanaan yang dituangkan dalam program.
7. Sistematik dan Rasional.
8. Bottom-up budgetting.
14
Universitas Sumatera Utara
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line
budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa
rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah
ditentukan,
namun
lebih
dititikberatkan
pada
kebutuhan
untuk
belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan
diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau
tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja
yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Proses penyusunan dan sasaran
yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta
mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan.
Tolak ukur anggaran berbasis kinerja dinilai dari indikasi adanya
peningkatan input, output, outcome serta kinerja dan perbaikan kinerja yang
signifikan dalam pelaksanaannya dan berdasarkan data laporan keuangan
pemerintah daerah.
15
Universitas Sumatera Utara
Mardiasmo, (2002) menjelaskan bahwa “Tujuan utama anggaran
berbasis kinerja ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik”.
Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan
pada konsep value for money yang mencakup prinsip ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas.
Andayani (2007) mendefinisikan “ekonomis sebagai upaya untuk
memperoleh
input
dengan
kualitas
dan
kuantitas
dengan
harga
terendah”.Anggaran berbasis kinerja juga erat kaitannya dengan prinsip
good corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para
pengambil keputusan atas pengguna uang yang dianggarkan untuk mencapai
tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini didukung
dengan berlakunya Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan
negara, Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan
negara, dan Undang-Undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
penerapan anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Anggaran yang terbatas kinerja memungkinkan pengalokasian sumber
daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas sehingga tujuan
dapat tercapai dengan efisien dan efektif
2. Penerapan anggaran berbasis kinerja digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan dan program yang transparan. Dengan anggaran yang jelas,
16
Universitas Sumatera Utara
dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara
pengeluaran dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta
transparansi
3. Organisasi pembuat kebijakan akan berada pada posisi yang lebih baik
untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional.
Anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama dalam mendorong tata
kelola pemerintahan yang lebih baik lagi. Pengimplementasian tersebut
diharapkan akan meningkatkan proses pembangunan menjadi lebih efisien
dan partisipatif, karena melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat
dari kegiatan pelayanan publik. Meninjau tujuan dan manfaat anggaran
berbasis kinerja penting untuk dilaksanakan terutama dengan berpedoman
pada peraturan-peraturan terkait yang mewajibkan pelaksanaan anggaran
berbasis kinerja.
2.1.3. PenerapanAnggaranBerbasisKinerja
PenganggaranBerbasis Kinerja mengalokasikan sumber daya
didasarkan
padapencapaianoutcomeyangdapatdiukursecaraspesifik.Outcome
didefinisikan melaluiprosesperencanaanstrategisyang mempertimbangkan
isu
kritis
yang
dihadapilembaga,kapabilitaslembaga,danmasukandaristakeholder.
17
Universitas Sumatera Utara
Terdapatbeberapakarakteristikpenyusunan
anggaranyangdidasarkanpada
kinerja.Asmoko(2006)
menjelaskanbeberapakarakteristikkunci dalamPBKdiantaranya:
1. Pengeluarananggarandidasarkan
padaoutcomeyang
ingindicapai,dimana
outcomemerupakandampaksuatuprogramataukegiatanterhadapmasya
rakat. Misalnya,untukorganisasisepertiUniversitas Diponegoro,
outcomeyang
ingindicapaiadalahmeningkatnyaperanserta
Undipdalampembangunan
masyarakatkhususnya
dibidangilmupengetahuan.Maka,atasdasaroutcomeitulahpengeluaran
anggarandilaksanakan.
2.
Adanyahubunganantaramasukan(input)dengankeluaran(output)
danoutcomeyangdiinginkan.Inputatau masukanmerupakan sumber
daya
yang
digunakan
untuk
pelaksanaansuatukebijakan,program,danaktivitas. Outputataukeluaran
merupakanhasilataunilaitambahyang
dicapaiolehkebijakan,programdan
aktivitas.Sementaraoutcomemerupakandampakyang
ditimbulkandarisuatu
aktivitastertentu.Konsepvalueformoney
dalamkerangkaanggaranberbasis
kinerjadapattercapaiapabilaorganisasitelahmenggunakan
biayainputpaling
keciluntuk
mencapaioutputyangoptimumsertamemperolehoutcomeyang
berkualitas.
3.
Adanyaperananindikatorefisiensidalamprosespenyusunananggaran.
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.
Pengukuran
efisiensidilakukandenganmenggunakanperbandingan
antara
outputyangdihasilkanterhadapinputyangdigunakan
(costofoutput). Proses kegiatanoperasional dikatakan efisienapabila
suatuproduk atauhasilkerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan
sumber
daya
dan
dana
yang
serendah-rendahnya
(spendingwell).Dalamkonsepanggaranberbasiskinerja,
pemerintahharus
bertindak
berdasarkanfokuspadabiaya(costminded)dan harusefisien.
4. Adanyapenyusunantargetkinerjadalamanggaran.
Tujuanditetapkannyatargetkinerjadalam
anggaranadalahuntukmemudahkan
pengukurankinerjaatasoutputyangdicapai.Pengukuran
kinerjasektorpublik
dilakukanuntukmemenuhitigamaksud.Pertama,pengukuran
kinerjasektor
publikdimaksudkan
untukdapatmembantumemperbaikikinerjapemerintah,
dimanaukurankinerja
18
Universitas Sumatera Utara
dimaksudkanuntukmembantupemerintahberfokus
padatujuandansasaran program unitkerja.Halinipadaakhirnyaakan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam pemberianpelayananpublik. Kedua,ukurankinerjadigunakan
untuk
pengalokasian
sumberdayadanpembuatankeputusan.Ketiga,ukurankinerja
dimaksudkanuntukmewujudkanpertanggungjawabanpublikdanmemp
erbaiki komunikasikelembagaan.
PBK adalah anggaran kinerja menghubungkan pengeluaran
dengan
hasil.
PBKdapatdikatakan
diarahkan
berupahalbarukarenapusatperhatian
padaoutcomedanmencobauntukmenghubungkan
alokasisumberdayasecara eksplisitdenganoutcomeyangingindicapai.
2.2. Penelitian Terdahulu
Cahya (2009) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kota Surakarta. Dari
analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya
dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara
positif efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pada pemerintah kota
Surakarta.
Izzaty (2011) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja Badan Layanan Umum Universitas Diponegoro
Semarang. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa gayakepemimpinan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
anggaranberbasiskinerja.KualitasSDMjugamemilikipengaruh
penerapan
positifdan
signifikan
terhadappenerapananggaranberbasiskinerja.Secarasimultan,gaya
kepemimpinan
dankualitassumberdayamanusiamemilikipengaruhyang
positif
19
Universitas Sumatera Utara
dansignifikan
terhadappenerapananggaranberbasiskinerja
badanlayananumum
(BLU).
Kusuma (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai ketetapan
anggaran pada SKPD di pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi
berpengaruh positif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh negatif pada Ketepatan Anggaran
Pendapatandan Belanja.
Nugraeni (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya,
informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja. Sedangkan faktor
politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor
budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan.
Nawastri (2015) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil
penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi, penggunaan anggaran,
dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas anggaran
berbasis kinerja sedangkan orientasi tujuan dan komitmen tidak berpengaruh
terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan kebaikan model, model regresi dapat dipergunakan untuk
memprediksi efektivitas anggaran berbasis kinerja. Sedangkan efektivitas
20
Universitas Sumatera Utara
anggaran berbasis kinerja mampu dijelaskan oleh keenam variabel yaitu
kompetensi sumber daya manusia, informasi, orientasi tujuan, penggunaan
anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen sebesar 89,6%.
Adiwirya dan Sudana (2015) melakukan penelitian mengenai anggaran
berbasis kinerja pada SKPD Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian ini
menyimpulkan
positifsecarasimultan
berpengaruh
bahwaakuntabilitas
dantransparansiberpengaruh
padaanggaranberbasiskinerja.Secaraparsial,transparansi
positifpada
kinerja.Penelitianini,menunjukkanbahwaresponden
anggaranberbasis
memiliki
persepsi
yanglebihcondongpadatransparansidibandingkandenganakuntabilitas.
Bakri (2015) melakukan penelitain mengenai pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 98,28%. Dan
secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan Balik secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja
sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 35,5%. Adapun variabel
lain yang tidak diteliti dan ikut mempengaruhi variabel Y adalah sebesar 27,7%.
Penelitian yang berhubungan dengan efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain disajikan
pada Tabel 2.2 berikut.
21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tahun
2009
Peneliti
Cahya
Variabel
Variabel bebas:
Sumber daya,
informasi, orientasi
tujuan dan
pengukuran kinerja.
Variabel terikat
2011
Izzaty
Efektivitas
Implementasi
Anggaran Berbasis
Kinerja
Variabel Bebas :
Gaya Kepemimpinan,
dan Kualitas SDM
Variabel Terikat :
Penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja
Kusuma
2013
Variabel Bebas :
Kejelasan Sasaran
Anggaran, Komitmen
Organisasi, dan
Hasil penelitian
Dari analisis regresi yang
dilakukan dapat disimpulkan
bahwa variabel sumber daya dan
pengembangan sistem pengukuran
kinerja, terbukti mempengaruhi
secara positif efektivitas
implementasi anggaran berbasis
kinerja pada pemerintah kota
Surakarta. Kata kunci: Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja, Sumber Daya, Informasi,
Orientasi Tujuan, Pengukuran
Kinerja
Hasil dari pengujian hipotesis di
dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Kualitas SDM juga memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Kejelasan Sasaran
Anggaran dan
Komitmen Organisasi
22
Universitas Sumatera Utara
Ketidakpastian
Lingkungan.
2013
Nugraeni
2015
Nawastri
berpengaruh positif pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja, sedangkan
Variabel Terikat :
Ketidakpastian Lingkungan
Ketetapan Anggaran
berpengaruh pada
Pendapatan,
Ketepatan Anggaran Pendapatan
Ketetapan Anggaran
dan Belanja.
Lanjutan Tabel 2.2
Belanja
Hasil penelitian ini menemukan
Variabel bebas
bahwa faktor rasional yaitu
sumber daya, informasi, orientasi
Faktor Rasional,
tujuan, dan pengukuran kinerja
Faktor Politik dan
berpengaruh positif tidak
Faktor Budaya
signifikan terhadap implementasi
anggaran berbasis kinerja.
Variabel terikat:
Sedangkan faktor politik yang
Efektivitas
diukur oleh kelompok internal
Implementasi
berpengaruh positif signifikan.
Anggaran Berbasis
Faktor budaya yang diukur oleh
Kinerja
sikap memiliki pengaruh positif
tidak signifikan
Berdasarkan hasil penelitian,
Variabel Bebas
kompetensi sumber daya manusia,
Kompetensi SDM,
Informasi,
Informasi, Orientasi
penggunaan anggaran, dan gaya
Tujuan, Pengukuran
kepemimpinan berpengaruh
Kinerja, Gaya
positif dan signifikan terhadap
Kepemimpinan,
efektivitas anggaran berbasis
Komitmen.
kinerja sedangkan orientasi tujuan
dan komitmen tidak berpengaruh
Variabel Terikat
terhadap efektivitas anggaran
Efektifitas Anggaran
berbasis kinerja.
Berbasis Kinerja
23
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
2015
Adiwirya,
dan Sudana.
Variabel bebas
Akuntabilitas,
Transparansi.
Variabel Terikat
Anggaran Berbasis
Kinerja
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
akuntabilitas dan transparansi
berpengaruh positif secara
simultan
pada anggaran berbasis kinerja.
Secara parsial, transparansi
berpengaruh positif pada anggaran
berbasis kinerja
Lanjutan Tabel 2.2
2015
Bakrie
Variabel Bebas :
Perencanaan, Umpan
Balik, dan Interaksi
Pengendalian.
Variabel Terikat :
Anggaran Berbasis
Kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas
Pengendalian Anggaran (X)
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Pelaksanaan Anggaran Berbasis
Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial
menunjukkan bahwa Perencanaan
(X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja sebesar 44%,
Umpan Balik (X2) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Berbasis
Kinerja (Y) sebesar 24,9%,
Interaksi Pengendalian
(X3) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar
35,5%. Adapun variabel lain yang
tidak diteliti dan
ikut mempengaruhi variabel Y
adalah sebesar 27,7%
Sumber: diolah sendiri (2016)
24
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
��
Sumber Daya
Manusia (� � )
Penerapan
Teknologi (� � )
��
Ketidakpastian
Lingkungan (� � )
��
Efektivitas
Implementasi
Anggaran
Berbasis Kinerja
(Y)
��
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.3.1. Efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja
“Efektivitasimplementasianggaranberbasiskinerjaadalahtahappenggun
aan
kinerja
dalam
proses
penganggaranuntukmemberikandampakpadatingkat
hasil
programyangditetapkan”Asmadewa,
( 2006).
“Sistem
anggaranberbasiskinerjapada
dasarnyamerupakansistemyangmencakupkegiatanpenyusunanprogramdantol
ak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program” Mardiasmo, (2002).
25
Universitas Sumatera Utara
Implementasi menurut Julnes dan Holzer (2001) “merupakan
penggunaan pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis, alokasi
sumber daya, manajemen program, pengawasan, pengevaluasian, dan
pelaporan kepada manajemen internal, kantor terkait, masyarakat, dan
media massa”.
2.3.2. Sumber Daya Manusia
Nogi,
(2006)
berpendapat
SDMadalahunsuryangsangatpenting
bahwa
“kualitas
dalammeningkatkan
organisasi
pelayanan
terhadapkebutuhan
publik”.Olehkarenaitu,terdapatduaelemenmendasaryang
berkaitandenganpengembangan
SDMyaitutingkatpendidikandanketerampilan
yangdimilikikaryawan/pekerja.
SedangkanNotoadmodjo
“kualitasSDMmenyangkut
danaspekkualitasnonfisik,yang
(2006)
menyatakanbahwa
duaaspek,yaituaspekkualitasfisik
menyangkut
kemampuanbekerja,berpikir,dan keterampilan-keterampilanlain”.
Sumberdayamanusia(SDM)
berkualitastinggiadalahSDMyang
mampu
menciptakanbukansaja
nilaikomparatif,tetapi
juganilaikompetitif-generatifinovatifdenganmenggunakan
energitertinggisepertiintelligence,creativity,dan
imagination;
tidaklagisemata-matamenggunakanenergykasarsepertibahan
mentah,lahan,air,tenagaotot,dansebagainya (Ndraha 1997).
2.3.3. Penerapan Teknologi
26
Universitas Sumatera Utara
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. “Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai” Julnes dan Holzer, (2001).
Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah
faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan
pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi.
Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa “terdapat hubungan positif
antar lembaga yang memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan
target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika
menyusun atau merevisi target kinerja” GAO, (2005).
2.3.4. Ketidakpastian Lingkungan
Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkunganterdiri
dari:
Tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, danstateduncertainty).
Effect uncertainty adalah ketidakmampuan memprediksipengaruh
lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Responseuncertainty
adalah ketidakmampuan memprediksi konsekuensi daripilihan-pilihan
keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertaintymerupakan suatu
hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastianlingkungan (preceived
environmental uncertainty).
“Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal
darilingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,
danteknologi
yang
dibutuhkan”
Govindarajan,
(1986).
“Ketidakpastianlingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala
27
Universitas Sumatera Utara
untukmemprediksi
situasi
disekitarnya
sehingga
mencoba
untuk
melakukansesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Luthans,
(2006).
“Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Minanda,
(2009).
Ketidakpastian
lingkungan
dalam
suatu
organisasi
khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Tetapi dalam hal ini
lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri
bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian
dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan
yang diinginkan.
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang
hubungan dari beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai tuntunan
sementara dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.
2.4.1. Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Keberhasilan
implementasi
anggaran
berbasis
kinerja
sangat
dipengaruhi kemampuan organisasi menyediakan sumber daya yang
28
Universitas Sumatera Utara
memadai, pegawai dengan kemampuan analisis kerja program, alokasi dana
untuk mengumpulkan dana, atau dana untuk pengembangan implementasi
anggaran berbasis kinerja, dan waktu yang cukup untuk menilai keandalan
data kinerja penting bagi keberhasilan implementasi. Wang (2000)
berpendapat bahwa penggunaan anggaran memerlukan pembangunan
kapasitas dalam standar akuntansi, sistem informasi, personil, dan dana.
Organisasi-organisasi
publik
yang
memiliki
pengalaman
dengan
penggunaan anggaran memberikan perhatian besar atas kebutuhan staf
untuk kinerja, dan mengumpulkan data.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nawastri (2015), Achyani dan Cahya
(2011), Cholifah (2013), Fitri (2013), dan Nalarreason (2014) yang
menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
�� : Sumber Daya Manusia BerpengaruhTerhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
2.4.2. Penerapan
Teknologi
Berpengaruh
Terhadap
Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
29
Universitas Sumatera Utara
kinerja yang memadai (Julnes dan Holzer, 2001). Literatur manajemen
kinerja
menjelaskan
bahwa
pelatihan
adalah
faktor
kunci
dalam
memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus
dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi. Survei GPRA tahun
2003 menemukan bahwa terdapat hubungan positif antar lembaga yang
memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan target kinerja
program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau
merevisi target kinerja (GAO, 2005).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
�� : Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.3. Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
"Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut”Minanda,
2009. Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi.
Tetapi dalam hal ini lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau
30
Universitas Sumatera Utara
pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk
membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari penjelasan di atas maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
�� : Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.4. Sumber
Daya
Manusia,
Penerapan
Teknologi,
dan
Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Secara Simultan.
Setelah mengetahui penjelasan dari variabel sumber daya manusia,
penerapan teknologi dan ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja, peneliti ingin mengembangkan
hipotesis penelitian untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia,
penerapan teknologi dan ketidakpastian lingkungan secara simultan sebagai
berikut.
��
Sumber
Ketidakpastian
Daya
Manusia,
Lingkungan
Penerapan
Berpengaruh
Teknologi,
Terhadap
dan
Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Secara Simultan.
31
Universitas Sumatera Utara
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Konsep Anggaran
Anggaran adalah rencana terperinci tentang pemerolehan dan
penggunaan sumber daya keuangan dan sumber daya lainnya selama suatu
periode tertentu yang di ukur dalam ukuran finansial. Konsep anggaran
terbagi dua yaitu pendekatan anggaran tradisional dan pendekatan New Public
Management (NPM). Anggaran tradisional lebih menekankan pengawasan dan
pertanggungjawaban yang terpusat, sedangkan NPM lebih menekankan pada
kinerja organisasi bukan sekedar kebijakan yang terkesan kaku, birokratis dan
hirarkis.
Anggaran memiliki beberapa fungsi – fungsi yang sangat penting
dalam upaya mencapai tujuan organisasi. Anggaran sektor publik
mempunyai beberapa fungsi utama, antara lain sebagai berikut :
a. Alat perencanaan, anggaran digunakan untuk merencanakan
tindakan yang akan dilakukan, baik terkait tujuan atau sasaran
kebijakan, program dan kegiatan untuk mencapai tujuan tersebut,
serta dana yang dibutuhkan untuk menjalankannya.
b. Alat pengendalian, anggaran yang dipertanggungjawabkan kepada
publik akan mengendalikan alokasi sumber daya dan membatasi
kekuasaan eksekutif sehingga anggaran tidak salah sasaran
(misappropriation).
10
Universitas Sumatera Utara
c. Alat kebijakan fiskal, anggaran dapat digunakan terkait kebijakan
fiskal,
yakni
dalam
rangka
menstabilkan
dan
mendorong
pertumbuhan ekonomi.
d. Alat politik, anggaran merupakan bentuk komitmen eksekutif dan
kesepakatan legislatif terhadap pengguna dana publik. Anggaran
digunakan untuk memutuskan prioritas dan kebutuhan keuangan atas
prioritas.
e. Alat koordinasi dan komunikasi, proses penyusunan anggaran
memerlukan mekanisme koordinasi dan komunikasi dari setiap pihak
yang terlibat di dalamnya. Anggaran perlu dikomunikasikan ke
setiap satuan kerja untuk dapat dilaksanakan secara menyeluruh.
f. Alat penilai kinerja, anggaran merupakan alat yang efektif dalam
pengendalian dan penilaian kinerja. Kinerja manajer publik akan
dinilai berdasarkan pencapaian target anggaran dan efisiensi
pelaksanaan anggaran.
g. Alat motivasi, anggaran dapat mendorong manajer maupun stafnya
melakukan tindakan yang ekonomis, efektif dan efisien dalam
pencapaian tujuan organisasi.
h. Alat untuk menciptakan ruang publik, proses penganggaran harus
melibatkan publik sebagai salah satu komponen penting. Publik
dapat menyampaikan aspirasi dan pendapatnya untuk menciptakan
suatu mekanisme pertanggungjawaban keuangan terhadap publik
yang lebih transparan dan akuntabel.
11
Universitas Sumatera Utara
2.1.2 Anggaran Berbasis Kinerja
Bastian (2006) mendefenisikan “anggaran berbasis kinerja sebagai
sistem penganggaran yang berorientasi pada output suatu organisasi dan erat
kaitannya dengan adanya visi, misi, dan rencana strategis organisasi”.
Menurut Robinson dan Brumby (2005) “anggaran berbasis kinerja
merupakan prosedur atau mekanisme yang dimaksud untuk memperkuat
hubungan antara dana yang diberikan pada suatu entitas sector publik
dengan outcome dan/atau outcome melalui penggunaan informasi kinerja
formal dalam pengambilan keputusan alokasi sumber daya.” Dari kutipan
diatas dapat disimpulkan bahwa dalam anggaran berbasis kinerja yang
sangat penting ialah output yang dicapai pemerintah dalam menjalankan
pemerintahannya pada periode waktu tertentu.
Tabel 2.1 Perbedaan Anggaran Tradisionaldengan
Anggaran Berbasis Kinerja
Anggaran Tradisional
Sentralistis
Berorientasi pada input
Tidak terkait dengan
perencanaan jangka panjang
Lineitem dan incrementalism
Batasan departemen yang
kaku (rigid department)
Menggunakan aturan klasik:
Vote accounting
Prinsip anggaran bruto
Bersifat tahunan
Anggaran Berbasis Kinerja
Desentralisasi & devolved management
Berorientasi pada input, output, dan outcome
(value for money)
Utuh dan komprehensif dengan perencanaan
jangka panjang
Berdasarkan sasaran dan target kinerja
Lintas departemen (cross department)
Zero-Base Budgeting, Planning, Programming,
and Budgeting System
Sistematik dan rasional
Bottom-up budgeting
Sumber: Mardiasmo (2002)
12
Universitas Sumatera Utara
Adapun ciri-ciri dari sistem anggaran tradisional:
1. Cara
penyusunan
anggaran
berdasarkan
pendekatan
incrementalism, yakni:
Bersifat incrementalism, yaitu hanya menambah atau mengurangi
jumlah rupiah pada item-item anggaran yang sudah ada sebelumnya
dengan data tahun sebelumnya sebagai dasar menyesuaikan besarnya
penambahan/pengurangan tanpa kajian yg mendalam/kebutuhan yg
wajar.
2. Struktur dan susunan anggaran yg bersifat line-item,yakni:
a) Struktur anggaran bersifat line-item didasarkan atas sifat (nature)
dari penerimaan dan pengeluaran.
b) Tak memungkinkan untuk menghilangkan item-item penerimaan
atau pengeluaran yg sebenarnya sudah tidak relevan lagi
c) Penilaian kinerja tidak akurat, karena tolok ukur yg digunakan hanya
pada ketaatan dalam menggunakan dana yg diusulkan.
3. Cenderung sentralistis.
4. Bersifat spesifikasi.
5. Tahunan.
6. Menggunakan prinsip anggaran bruto.
Adapun Ciri-ciri Anggaran Berbasis Kinerja adalah :
1. Desentralisasi dan devolved management.
2. Berorientasi pada input, output dan income (value for money).
3. Utuh dan komprehensif dengan perencanaan jangka panjang.
13
Universitas Sumatera Utara
4. Berdasarkan sasaran dan target kinerja.
5. Lintas departemen.
6. ZERO-BASE BUDGETTING (ZBB) adalah sistem anggaran yang
mengasumsikan
bahwa
kegiatan
pada
tahun
anggaran
yang
bersangkutan dianggap berdiri sendiri, tidak ada kaitannya dengan
anggaran yang lalu.Dasar pemikirannya adalah anggaran tidak selalu
didasarkan pada kegiatan di masa yang lalu tetapi anggaran harus
diciptakan dari sesuatu yang sedang atau akan dilakukan. Setiap
kegiatan harus dapat diformulasikan ke dalam paket keputusan. ZBB
lebih memusatkan perhatian pada sasaran untuk memperbaiki
manajemen
menekankan
melalui
penilaian
perbaikan
atas
pelayanan
permintaan
manajerial
pendanaan
dengan
unit-unit
pelaksanaan.
PLANNING, PROGRAMMING, AND BUDGETING SYSTEM (PPBS)
PPBS merupakan proses perencanaan, penyusunan program, dan
penganggaran suatu organisasi yang diikat dalam satu sistem sebagai
satu kesatuan yang terpadu, bulat, dan tidak terpisahkan. Dasar
pemikirannya adalah anggaran merupakan hasil kerja dari suatu proses
kegiatan-kegiatan perencanaan yang dituangkan dalam program.
7. Sistematik dan Rasional.
8. Bottom-up budgetting.
14
Universitas Sumatera Utara
Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode
penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line
budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa
rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah
ditentukan,
namun
lebih
dititikberatkan
pada
kebutuhan
untuk
belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan
diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau
tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya
keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran
tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal.
Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja
yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya
dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Proses penyusunan dan sasaran
yang ingin dicapai dari sistem anggaran berbasis kinerja menggambarkan
adanya peluang bagi daerah untuk mengembangkan visi dan misi serta
mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat sesuai dengan potensi yang
dimiliki daerah yang bersangkutan.
Tolak ukur anggaran berbasis kinerja dinilai dari indikasi adanya
peningkatan input, output, outcome serta kinerja dan perbaikan kinerja yang
signifikan dalam pelaksanaannya dan berdasarkan data laporan keuangan
pemerintah daerah.
15
Universitas Sumatera Utara
Mardiasmo, (2002) menjelaskan bahwa “Tujuan utama anggaran
berbasis kinerja ini adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas belanja
publik”.
Secara umum prinsip-prinsip anggaran berbasis kinerja didasarkan
pada konsep value for money yang mencakup prinsip ekonomis, efisiensi,
dan efektivitas.
Andayani (2007) mendefinisikan “ekonomis sebagai upaya untuk
memperoleh
input
dengan
kualitas
dan
kuantitas
dengan
harga
terendah”.Anggaran berbasis kinerja juga erat kaitannya dengan prinsip
good corporate governance, termasuk adanya pertanggungjawaban para
pengambil keputusan atas pengguna uang yang dianggarkan untuk mencapai
tujuan, sasaran, dan indikator yang telah ditetapkan. Hal ini didukung
dengan berlakunya Undang-Undang nomor 17 tahun 2003 tentang keuangan
negara, Undang-Undang nomor 1 tahun 2004 tentang perbendaharaan
negara, dan Undang-Undang nomor 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
penerapan anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat
sebagai berikut :
1. Anggaran yang terbatas kinerja memungkinkan pengalokasian sumber
daya yang terbatas untuk membiayai kegiatan prioritas sehingga tujuan
dapat tercapai dengan efisien dan efektif
2. Penerapan anggaran berbasis kinerja digunakan untuk pelaksanaan
kegiatan dan program yang transparan. Dengan anggaran yang jelas,
16
Universitas Sumatera Utara
dan juga output yang jelas, serta adanya hubungan yang jelas antara
pengeluaran dan output yang hendak dicapai maka akan tercipta
transparansi
3. Organisasi pembuat kebijakan akan berada pada posisi yang lebih baik
untuk menentukan prioritas kegiatan pemerintah yang rasional.
Anggaran berbasis kinerja dapat memberikan manfaat bagi berbagai
pihak, baik pemerintah maupun masyarakat terutama dalam mendorong tata
kelola pemerintahan yang lebih baik lagi. Pengimplementasian tersebut
diharapkan akan meningkatkan proses pembangunan menjadi lebih efisien
dan partisipatif, karena melibatkan masyarakat sebagai penerima manfaat
dari kegiatan pelayanan publik. Meninjau tujuan dan manfaat anggaran
berbasis kinerja penting untuk dilaksanakan terutama dengan berpedoman
pada peraturan-peraturan terkait yang mewajibkan pelaksanaan anggaran
berbasis kinerja.
2.1.3. PenerapanAnggaranBerbasisKinerja
PenganggaranBerbasis Kinerja mengalokasikan sumber daya
didasarkan
padapencapaianoutcomeyangdapatdiukursecaraspesifik.Outcome
didefinisikan melaluiprosesperencanaanstrategisyang mempertimbangkan
isu
kritis
yang
dihadapilembaga,kapabilitaslembaga,danmasukandaristakeholder.
17
Universitas Sumatera Utara
Terdapatbeberapakarakteristikpenyusunan
anggaranyangdidasarkanpada
kinerja.Asmoko(2006)
menjelaskanbeberapakarakteristikkunci dalamPBKdiantaranya:
1. Pengeluarananggarandidasarkan
padaoutcomeyang
ingindicapai,dimana
outcomemerupakandampaksuatuprogramataukegiatanterhadapmasya
rakat. Misalnya,untukorganisasisepertiUniversitas Diponegoro,
outcomeyang
ingindicapaiadalahmeningkatnyaperanserta
Undipdalampembangunan
masyarakatkhususnya
dibidangilmupengetahuan.Maka,atasdasaroutcomeitulahpengeluaran
anggarandilaksanakan.
2.
Adanyahubunganantaramasukan(input)dengankeluaran(output)
danoutcomeyangdiinginkan.Inputatau masukanmerupakan sumber
daya
yang
digunakan
untuk
pelaksanaansuatukebijakan,program,danaktivitas. Outputataukeluaran
merupakanhasilataunilaitambahyang
dicapaiolehkebijakan,programdan
aktivitas.Sementaraoutcomemerupakandampakyang
ditimbulkandarisuatu
aktivitastertentu.Konsepvalueformoney
dalamkerangkaanggaranberbasis
kinerjadapattercapaiapabilaorganisasitelahmenggunakan
biayainputpaling
keciluntuk
mencapaioutputyangoptimumsertamemperolehoutcomeyang
berkualitas.
3.
Adanyaperananindikatorefisiensidalamprosespenyusunananggaran.
Pengertian efisiensi berhubungan erat dengan konsep produktivitas.
Pengukuran
efisiensidilakukandenganmenggunakanperbandingan
antara
outputyangdihasilkanterhadapinputyangdigunakan
(costofoutput). Proses kegiatanoperasional dikatakan efisienapabila
suatuproduk atauhasilkerja tertentu dapat dicapai dengan penggunaan
sumber
daya
dan
dana
yang
serendah-rendahnya
(spendingwell).Dalamkonsepanggaranberbasiskinerja,
pemerintahharus
bertindak
berdasarkanfokuspadabiaya(costminded)dan harusefisien.
4. Adanyapenyusunantargetkinerjadalamanggaran.
Tujuanditetapkannyatargetkinerjadalam
anggaranadalahuntukmemudahkan
pengukurankinerjaatasoutputyangdicapai.Pengukuran
kinerjasektorpublik
dilakukanuntukmemenuhitigamaksud.Pertama,pengukuran
kinerjasektor
publikdimaksudkan
untukdapatmembantumemperbaikikinerjapemerintah,
dimanaukurankinerja
18
Universitas Sumatera Utara
dimaksudkanuntukmembantupemerintahberfokus
padatujuandansasaran program unitkerja.Halinipadaakhirnyaakan
meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi sektor publik
dalam pemberianpelayananpublik. Kedua,ukurankinerjadigunakan
untuk
pengalokasian
sumberdayadanpembuatankeputusan.Ketiga,ukurankinerja
dimaksudkanuntukmewujudkanpertanggungjawabanpublikdanmemp
erbaiki komunikasikelembagaan.
PBK adalah anggaran kinerja menghubungkan pengeluaran
dengan
hasil.
PBKdapatdikatakan
diarahkan
berupahalbarukarenapusatperhatian
padaoutcomedanmencobauntukmenghubungkan
alokasisumberdayasecara eksplisitdenganoutcomeyangingindicapai.
2.2. Penelitian Terdahulu
Cahya (2009) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kota Surakarta. Dari
analisis regresi yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa variabel sumber daya
dan pengembangan sistem pengukuran kinerja, terbukti mempengaruhi secara
positif efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja pada pemerintah kota
Surakarta.
Izzaty (2011) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja Badan Layanan Umum Universitas Diponegoro
Semarang. Berdasarkan penelitian menunjukkan bahwa gayakepemimpinan
berpengaruh
positif
dan
signifikan
terhadap
anggaranberbasiskinerja.KualitasSDMjugamemilikipengaruh
penerapan
positifdan
signifikan
terhadappenerapananggaranberbasiskinerja.Secarasimultan,gaya
kepemimpinan
dankualitassumberdayamanusiamemilikipengaruhyang
positif
19
Universitas Sumatera Utara
dansignifikan
terhadappenerapananggaranberbasiskinerja
badanlayananumum
(BLU).
Kusuma (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai ketetapan
anggaran pada SKPD di pemerintah Provinsi Bali. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Kejelasan Sasaran Anggaran dan Komitmen Organisasi
berpengaruh positif pada Ketepatan Anggaran Pendapatan dan Belanja, sedangkan
Ketidakpastian Lingkungan berpengaruh negatif pada Ketepatan Anggaran
Pendapatandan Belanja.
Nugraeni (2013) melakukan penelitian studi kasus mengenai efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja di Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Hasil penelitian ini menemukan bahwa faktor rasional yaitu sumber daya,
informasi, orientasi tujuan, dan pengukuran kinerja berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap implementasi anggaran berbasis kinerja. Sedangkan faktor
politik yang diukur oleh kelompok internal berpengaruh positif signifikan. Faktor
budaya yang diukur oleh sikap memiliki pengaruh positif tidak signifikan.
Nawastri (2015) melakukan penelitian studi kasus mengenai penerapan
anggaran berbasis kinerja di Pemerintah Kabupaten Grobogan. Berdasarkan hasil
penelitian, kompetensi sumber daya manusia, Informasi, penggunaan anggaran,
dan gaya kepemimpinan berpengaruh positif terhadap efektivitas anggaran
berbasis kinerja sedangkan orientasi tujuan dan komitmen tidak berpengaruh
terhadap efektivitas anggaran berbasis kinerja.
Berdasarkan kebaikan model, model regresi dapat dipergunakan untuk
memprediksi efektivitas anggaran berbasis kinerja. Sedangkan efektivitas
20
Universitas Sumatera Utara
anggaran berbasis kinerja mampu dijelaskan oleh keenam variabel yaitu
kompetensi sumber daya manusia, informasi, orientasi tujuan, penggunaan
anggaran, gaya kepemimpinan dan komitmen sebesar 89,6%.
Adiwirya dan Sudana (2015) melakukan penelitian mengenai anggaran
berbasis kinerja pada SKPD Kota Denpasar. Berdasarkan hasil penelitian ini
menyimpulkan
positifsecarasimultan
berpengaruh
bahwaakuntabilitas
dantransparansiberpengaruh
padaanggaranberbasiskinerja.Secaraparsial,transparansi
positifpada
kinerja.Penelitianini,menunjukkanbahwaresponden
anggaranberbasis
memiliki
persepsi
yanglebihcondongpadatransparansidibandingkandenganakuntabilitas.
Bakri (2015) melakukan penelitain mengenai pelaksanaan anggaran berbasis
kinerja pada Dinas Pendidikan Kabupaten Boalemo. Berdasarkan hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas Pengendalian Anggaran berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Pelaksanaan Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 98,28%. Dan
secara parsial menunjukkan bahwa Perencanaan berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 44%, Umpan Balik secara
parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja
sebesar 24,9%, Interaksi Pengendalian secara parsial berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran Berbasis Kinerja sebesar 35,5%. Adapun variabel
lain yang tidak diteliti dan ikut mempengaruhi variabel Y adalah sebesar 27,7%.
Penelitian yang berhubungan dengan efektivitas implementasi anggaran
berbasis kinerja pernah dilakukan oleh beberapa peneliti antara lain disajikan
pada Tabel 2.2 berikut.
21
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2
Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tahun
2009
Peneliti
Cahya
Variabel
Variabel bebas:
Sumber daya,
informasi, orientasi
tujuan dan
pengukuran kinerja.
Variabel terikat
2011
Izzaty
Efektivitas
Implementasi
Anggaran Berbasis
Kinerja
Variabel Bebas :
Gaya Kepemimpinan,
dan Kualitas SDM
Variabel Terikat :
Penerapan Anggaran
Berbasis Kinerja
Kusuma
2013
Variabel Bebas :
Kejelasan Sasaran
Anggaran, Komitmen
Organisasi, dan
Hasil penelitian
Dari analisis regresi yang
dilakukan dapat disimpulkan
bahwa variabel sumber daya dan
pengembangan sistem pengukuran
kinerja, terbukti mempengaruhi
secara positif efektivitas
implementasi anggaran berbasis
kinerja pada pemerintah kota
Surakarta. Kata kunci: Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis
Kinerja, Sumber Daya, Informasi,
Orientasi Tujuan, Pengukuran
Kinerja
Hasil dari pengujian hipotesis di
dalam penelitian ini menunjukkan
bahwa
gaya kepemimpinan berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Kualitas SDM juga memiliki
pengaruh positif dan
signifikan terhadap penerapan
anggaran berbasis kinerja.
Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Kejelasan Sasaran
Anggaran dan
Komitmen Organisasi
22
Universitas Sumatera Utara
Ketidakpastian
Lingkungan.
2013
Nugraeni
2015
Nawastri
berpengaruh positif pada
Ketepatan Anggaran Pendapatan
dan Belanja, sedangkan
Variabel Terikat :
Ketidakpastian Lingkungan
Ketetapan Anggaran
berpengaruh pada
Pendapatan,
Ketepatan Anggaran Pendapatan
Ketetapan Anggaran
dan Belanja.
Lanjutan Tabel 2.2
Belanja
Hasil penelitian ini menemukan
Variabel bebas
bahwa faktor rasional yaitu
sumber daya, informasi, orientasi
Faktor Rasional,
tujuan, dan pengukuran kinerja
Faktor Politik dan
berpengaruh positif tidak
Faktor Budaya
signifikan terhadap implementasi
anggaran berbasis kinerja.
Variabel terikat:
Sedangkan faktor politik yang
Efektivitas
diukur oleh kelompok internal
Implementasi
berpengaruh positif signifikan.
Anggaran Berbasis
Faktor budaya yang diukur oleh
Kinerja
sikap memiliki pengaruh positif
tidak signifikan
Berdasarkan hasil penelitian,
Variabel Bebas
kompetensi sumber daya manusia,
Kompetensi SDM,
Informasi,
Informasi, Orientasi
penggunaan anggaran, dan gaya
Tujuan, Pengukuran
kepemimpinan berpengaruh
Kinerja, Gaya
positif dan signifikan terhadap
Kepemimpinan,
efektivitas anggaran berbasis
Komitmen.
kinerja sedangkan orientasi tujuan
dan komitmen tidak berpengaruh
Variabel Terikat
terhadap efektivitas anggaran
Efektifitas Anggaran
berbasis kinerja.
Berbasis Kinerja
23
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan Tabel 2.2
2015
Adiwirya,
dan Sudana.
Variabel bebas
Akuntabilitas,
Transparansi.
Variabel Terikat
Anggaran Berbasis
Kinerja
Penelitian ini
menyimpulkan bahwa
akuntabilitas dan transparansi
berpengaruh positif secara
simultan
pada anggaran berbasis kinerja.
Secara parsial, transparansi
berpengaruh positif pada anggaran
berbasis kinerja
Lanjutan Tabel 2.2
2015
Bakrie
Variabel Bebas :
Perencanaan, Umpan
Balik, dan Interaksi
Pengendalian.
Variabel Terikat :
Anggaran Berbasis
Kinerja
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa Efektifitas
Pengendalian Anggaran (X)
berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
Pelaksanaan Anggaran Berbasis
Kinerja (Y) sebesar
98,28%. Dan secara parsial
menunjukkan bahwa Perencanaan
(X1) berpengaruh positif dan
signifikan terhadap Anggaran
Berbasis Kinerja sebesar 44%,
Umpan Balik (X2) secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Anggaran Berbasis
Kinerja (Y) sebesar 24,9%,
Interaksi Pengendalian
(X3) secara parsial berpengaruh
positif dan signifikan terhadap
Anggaran
Berbasis Kinerja (Y) sebesar
35,5%. Adapun variabel lain yang
tidak diteliti dan
ikut mempengaruhi variabel Y
adalah sebesar 27,7%
Sumber: diolah sendiri (2016)
24
Universitas Sumatera Utara
2.3 Kerangka Konseptual
Variabel Independen
Variabel Dependen
��
Sumber Daya
Manusia (� � )
Penerapan
Teknologi (� � )
��
Ketidakpastian
Lingkungan (� � )
��
Efektivitas
Implementasi
Anggaran
Berbasis Kinerja
(Y)
��
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.3.1. Efektivitas implementasi anggaran berbasis kinerja
“Efektivitasimplementasianggaranberbasiskinerjaadalahtahappenggun
aan
kinerja
dalam
proses
penganggaranuntukmemberikandampakpadatingkat
hasil
programyangditetapkan”Asmadewa,
( 2006).
“Sistem
anggaranberbasiskinerjapada
dasarnyamerupakansistemyangmencakupkegiatanpenyusunanprogramdantol
ak ukur kinerja sebagai instrumen untuk mencapai tujuan dan sasaran
program” Mardiasmo, (2002).
25
Universitas Sumatera Utara
Implementasi menurut Julnes dan Holzer (2001) “merupakan
penggunaan pengukuran kinerja untuk perencanaan strategis, alokasi
sumber daya, manajemen program, pengawasan, pengevaluasian, dan
pelaporan kepada manajemen internal, kantor terkait, masyarakat, dan
media massa”.
2.3.2. Sumber Daya Manusia
Nogi,
(2006)
berpendapat
SDMadalahunsuryangsangatpenting
bahwa
“kualitas
dalammeningkatkan
organisasi
pelayanan
terhadapkebutuhan
publik”.Olehkarenaitu,terdapatduaelemenmendasaryang
berkaitandenganpengembangan
SDMyaitutingkatpendidikandanketerampilan
yangdimilikikaryawan/pekerja.
SedangkanNotoadmodjo
“kualitasSDMmenyangkut
danaspekkualitasnonfisik,yang
(2006)
menyatakanbahwa
duaaspek,yaituaspekkualitasfisik
menyangkut
kemampuanbekerja,berpikir,dan keterampilan-keterampilanlain”.
Sumberdayamanusia(SDM)
berkualitastinggiadalahSDMyang
mampu
menciptakanbukansaja
nilaikomparatif,tetapi
juganilaikompetitif-generatifinovatifdenganmenggunakan
energitertinggisepertiintelligence,creativity,dan
imagination;
tidaklagisemata-matamenggunakanenergykasarsepertibahan
mentah,lahan,air,tenagaotot,dansebagainya (Ndraha 1997).
2.3.3. Penerapan Teknologi
26
Universitas Sumatera Utara
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. “Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
kinerja yang memadai” Julnes dan Holzer, (2001).
Literatur manajemen kinerja menjelaskan bahwa pelatihan adalah
faktor kunci dalam memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan
pegawai harus dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi.
Survei GPRA tahun 2003 menemukan bahwa “terdapat hubungan positif
antar lembaga yang memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan
target kinerja program dengan penggunaan informasi kinerja ketika
menyusun atau merevisi target kinerja” GAO, (2005).
2.3.4. Ketidakpastian Lingkungan
Miliken (1987) menjelaskan bahwa ketidakpastian lingkunganterdiri
dari:
Tiga tipe (effect uncertainty, response uncertainty, danstateduncertainty).
Effect uncertainty adalah ketidakmampuan memprediksipengaruh
lingkungan di masa akan datang terhadap organisasi. Responseuncertainty
adalah ketidakmampuan memprediksi konsekuensi daripilihan-pilihan
keputusan untuk merespon lingkungan. Stated uncertaintymerupakan suatu
hal selalu dihubungkan dengan ketidakpastianlingkungan (preceived
environmental uncertainty).
“Bagi suatu organisasi, sumber utama ketidakpastian berasal
darilingkungan, yang meliputi pesaing, konsumen, pemasok, regulator,
danteknologi
yang
dibutuhkan”
Govindarajan,
(1986).
“Ketidakpastianlingkungan merupakan situasi dimana seorang terkendala
27
Universitas Sumatera Utara
untukmemprediksi
situasi
disekitarnya
sehingga
mencoba
untuk
melakukansesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Luthans,
(2006).
“Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut” Minanda,
(2009).
Ketidakpastian
lingkungan
dalam
suatu
organisasi
khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi. Tetapi dalam hal ini
lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh. Tidak dapat dipungkiri
bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga dapat mempengaruhi
kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau pegawai merupakan bagian
dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk membantu mencapai tujuan
yang diinginkan.
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah kesimpulan sementara atau proposisi tentatif tentang
hubungan dari beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai tuntunan
sementara dalam penelitian untuk menguji kebenarannya.
2.4.1. Sumber Daya Manusia Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
Keberhasilan
implementasi
anggaran
berbasis
kinerja
sangat
dipengaruhi kemampuan organisasi menyediakan sumber daya yang
28
Universitas Sumatera Utara
memadai, pegawai dengan kemampuan analisis kerja program, alokasi dana
untuk mengumpulkan dana, atau dana untuk pengembangan implementasi
anggaran berbasis kinerja, dan waktu yang cukup untuk menilai keandalan
data kinerja penting bagi keberhasilan implementasi. Wang (2000)
berpendapat bahwa penggunaan anggaran memerlukan pembangunan
kapasitas dalam standar akuntansi, sistem informasi, personil, dan dana.
Organisasi-organisasi
publik
yang
memiliki
pengalaman
dengan
penggunaan anggaran memberikan perhatian besar atas kebutuhan staf
untuk kinerja, dan mengumpulkan data.
Hal ini sesuai dengan penelitian Nawastri (2015), Achyani dan Cahya
(2011), Cholifah (2013), Fitri (2013), dan Nalarreason (2014) yang
menyatakan bahwa kompetensi sumber daya manusia berpengaruh positif
dan signifikan terhadap anggaran berbasis kinerja. Dengan demikian
hipotesis yang diajukan:
�� : Sumber Daya Manusia BerpengaruhTerhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja.
2.4.2. Penerapan
Teknologi
Berpengaruh
Terhadap
Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
Penguasaan informasi atau pengetahuan teknis untuk melaksanakan
reformasi anggaran sangat penting bagi keberhasilan implementasi anggaran
berbasis kinerja. Informasi dan pengetahuan tersebut dapat diperoleh
melalui pelatihan atau akses terhadap informasi terkait anggaran berbasis
29
Universitas Sumatera Utara
kinerja yang memadai (Julnes dan Holzer, 2001). Literatur manajemen
kinerja
menjelaskan
bahwa
pelatihan
adalah
faktor
kunci
dalam
memperbaiki kapabilitas pegawai, dan pemberdayaan pegawai harus
dilibatkan untuk mencapai perbaikan kinerja organisasi. Survei GPRA tahun
2003 menemukan bahwa terdapat hubungan positif antar lembaga yang
memberikan pelatihan dan pengembangan penyusunan target kinerja
program dengan penggunaan informasi kinerja ketika menyusun atau
merevisi target kinerja (GAO, 2005).
Dengan demikian hipotesis yang diajukan:
�� : Penerapan Teknologi Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.3. Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
"Ketidakpastian lingkungan merupakan situasi dimana seseorang
terkendala untuk memprediksi situasi disekitarnya sehingga mencoba untuk
melakukan sesuatu untuk menghadapi ketidakpastian tersebut”Minanda,
2009. Ketidakpastian lingkungan dalam suatu organisasi khususnya
organisasi sektor publik disebabkan karena lingkungan umum dan khusus
yang mempengaruhi perkembangan organisasi.
Tetapi dalam hal ini lingkungan khususlah yang lebih berpengaruh.
Tidak dapat dipungkiri bahwa aturan atau regulasi yang berkembang juga
dapat mempengaruhi kondisi lingkungan organisasi. Karyawan atau
30
Universitas Sumatera Utara
pegawai merupakan bagian dari lingkungan khusus dalam organisasi untuk
membantu mencapai tujuan yang diinginkan.
Dari penjelasan di atas maka dapat dikembangkan hipotesis penelitian
sebagai berikut:
�� : Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja
2.4.4. Sumber
Daya
Manusia,
Penerapan
Teknologi,
dan
Ketidakpastian Lingkungan Berpengaruh Terhadap Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Secara Simultan.
Setelah mengetahui penjelasan dari variabel sumber daya manusia,
penerapan teknologi dan ketidakpastian lingkungan terhadap efektivitas
implementasi anggaran berbasis kinerja, peneliti ingin mengembangkan
hipotesis penelitian untuk mengetahui pengaruh sumber daya manusia,
penerapan teknologi dan ketidakpastian lingkungan secara simultan sebagai
berikut.
��
Sumber
Ketidakpastian
Daya
Manusia,
Lingkungan
Penerapan
Berpengaruh
Teknologi,
Terhadap
dan
Efektivitas
Implementasi Anggaran Berbasis Kinerja Secara Simultan.
31
Universitas Sumatera Utara