Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tinjauan Teoritis
2.1.1. Teori Agensi (Agency Theory)
Untuk dapat memahami tentang corporate governance maka
digunakanlah dasar perspektif teori keagenan. Teori keagenan (Agency
Theory) menyebutkan bahwa hubungan agensi muncul ketika satu orang
atau lebih (principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan
suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut (Jensen dan Meckling, 1976).
Manajer

sebagai

agen

mempunyai

peranan

penting


dalam

mengoptimalkan laba dan berkontribusi untuk kemajuan perusahaan dimasa
yang akan datang. Setiap informasi keuangan perusahan yang diketahui oleh
pihak manajemen, wajib diberitahukan kepada pihak pemilik (principal)
sebagai bentuk pertanggungjawaban manajer. Namun, informasi yang
disampaikan manajer seringkali tidak sesuai dengan kondisi perusahaan
yang sebenarnya. Hal ini dikarenakan adanya kepentingan manajer yang
tidak sejalan dengan pemilik.
Menurut Eisenhardt (1989) teori keagenan dilandasi oleh tiga asumsi
umum, yaitu:
1. Asumsi tentang sifat manusia
Menekankan bahwa manusia memiliki sifat untuk mementingkan
diri sendiri (self interest), memiliki keterbatasan rasionalitas
(bounded rationality), dan tidak menyukai risiko (risk aversion).

10
Universitas Sumatera Utara


2. Asumsi tentang keorganisasian
Asumsi keorganisasian adalah adanya konflik antar anggota
organisasi, efisiensi sebagai kriteria efektivitas, dan adanya
asimetri informasi antara prinsipal dan agen.
3. Asumsi tentang informasi
Asumsi tentang informasi adalah bahwa informasi dipandang
sebagai barang komoditi yang bisa diperjualbelikan.
Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia, setiap individu terdorong
untuk memuaskan dirinya sendiri sehingga seringnya menimbulkan konfilik
antar prinsipal dan agen. Pihak prinsipal mempunyai kepentingan untuk
meningkatkan kemakmuran perusahaannya dengan cara mengadakan
kontrak dengan agen, sedangkan agen cenderung bersifat opportunis yaitu
berusaha memenuhi kebutuhan ekonomi dan psikologinya. Agar dapat
memenuhi kontrak pihak prinsipal serta mendapatkan kompensasi yang
tinggi, manajer seringkali memanipulasi beberapa kondisi perusahaan
sehingga terlihat bahwa perusahaan sudah mencapai target.

2.1.2. Laporan Keuangan
Laporan keuangan adalah salah satu bentuk pertanggungjawaban
seorang manajer yang dilakukan setiap suatu periode tertentu. Manajer

melakukan pencatatan dari setiap transaksi-transaksi yang dilakukan
perusahaan sebagai laporan yang akan diberikan kepada pihak pemakai.
Menurut

IAI (2009) tujuan laporan keuangan adalah menyediakan

informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja perusahaan, serta
perubahan posisi keuangan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai
dan pengambilan keputusan ekonomi.

11
Universitas Sumatera Utara

Laporan keuangan yang telah disiapkan oleh manajer perusahan akan
menjadi sumber informasi utama yang akan digunakan untuk mengevaluasi
kondisi perusahaan saat ini dan untuk memperkirakan hasil operasi
perusahaan di masa depan. Dari laporan keuangan yang dibuat oleh manajer
maka para pemakai laporan dapat melihat kinerja perusahaan baik dari
kewajiban perusahaan dalam melunasi hutang-hutang perusahaan serta
ekuitas dari perusahaan


2.1.3. Manajemen Laba (Earnings Management)
2.1.3.1. Definisi Manajemen Laba
Assih dan Gudono (2000) manajemen laba diartikan
sebagai suatu proses yang dilakukan dengan sengaja, dalam batasan
general accepted accounting principles, untuk mengarah pada suatu
tingkat yang diinginkan atas laba yang dilaporkan. Navissi (1999)
menyimpulkan bahwa penurunan laba discretionary accruals oleh
perusahaan-perusahaan manufaktur pada periode waktu tertentu
dapat digunakan untuk menaikkan harga saham perusahaan yang
bersangkutan.
Definis lain dari manajemen laba Sugiri (1998) adalah
dengan membagi manajemen laba menjadi dua, yaitu:
1. Definisi sempit
Manajemen laba dalam hal ini hanya berkaitan dengan
pemilihan metode akuntansi. Manajemen laba dalam
arti sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajer
untuk bermain dengan komponen discretionary accrual
dalam menentukan besarnya laba.
2. Definisi luas


12
Universitas Sumatera Utara

Manajemen laba merupakan tindakan manajer untuk
meningkatkan (mengurangi) laba yang dilaporkan saat
ini atas suatu unit usaha dimana manajer bertanggung
jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan)
profitabilitas ekonomi jangka panjang unit tersebut.
Dalam perusahaan, informasi laba merupakan sangat
penting bagi penggunanya, karena informasi laba bermanfaat untuk
menaikkan harga saham perusahaan serta untuk memperediksi hasil
usaha untuk tahun berikutnya. Sehingga membuat manajemen
perusahaan melakukan tindakan meningkatkan maupun mengurangi
laba perusahaan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan dan
kebutuhan pribadi agar kinerjanya terlihat baik.

2.1.3.2. Motivasi Terjadinya Manajemen Laba
Healy dan Wahlen (1999) beberapa motivasi terjadinya
manajemen laba:

1. Motivasi pasar modal (capital market motivations),
Motivasi ini berhubungan dengan harga saham, dimana harga
saham merupakan sumber informasi yang digunakan oleh
investor untuk melihat laporan keuangan perusahaan.
2. Motivasi kontrak (contracting motivations)
Berkaitan dengan penggunaan data akuntansi dalam
memonitor dan meregulasi kontrak atas perusahaan dan
pihak-pihak lain yang berkepentingan (stakeholders). Secara
eksplisit maupun implisit, kontrak-kontrak yang berjenis
kompensasi manajemen banyak dikaitkan dengan kinerja
keuangan perusahaan.
3. Motivasi regulasi (regulatory motivation)
Manajemen laba mengeksplor dua bentuk dari motivasi
regulasi yaitu tentang spesifik industri dan kepercayaan.
Motivasi ini digunakan untuk menghindari biaya politik.
Selain tiga motivasi terjadinya manajemen laba yang dikemukan
Healy dan Wahlen (1999), Scott (2003) juga mengemukakan beberapa

13
Universitas Sumatera Utara


faktor lain yang memotivasi terjadinya manajemen laba, yaitu bonus
sheme, kontrak jangka panjang (debt covenmant), motivasi politik
(political

motivation),

motivasi

perpajakan

(taxation

motivation),

pergantian CEO(chief executive officer), IPO (initial public offering), dan
mengkomunikasikan informasi pada investor.
Beberapa motivasi terjadinya manajemen laba diatas, dapat
dilihat bahwa manajemen laba dilakukan dengan cara meningkatkan laba
bersih untuk menarik perhatian investor dan menurunkan laba untuk

menghindari pembayaran pajak yang besar. Terjadi penyimpangan ini
tidak hanya dilakukan oleh pihak manajemen tetapi juga dilakukan oleh
CEO perusahaan untuk kepentingan pribadinya. Jika hal ini tidak cepat
ditangani bukan hanya perusahaan yang akan mengalami kerugian tetapi
Negara juga akan mengalami kerugian karena perusahaan melakukan
praktik laba untuk menghemat pembayaran pajak.

2.1.4. Corporate Governance
2.1.4.1. Definisi dan Tujuan Corporate Governance
Good corporate governance pertama kali dikemukakan
oleh Cadbury Committee (1992) bahwa :
“Corporate governance is the system by which companies
are directed and controlled. Boards of directors are
responsible for the governance of their companies. The
shareholders role in governance is to appoint the directors
and the auditors and to satisfy themselves that an
appropriate governance structure in place.”
Tujuan corporate governance menurut FCGI (2001) adalah

14

Universitas Sumatera Utara

untuk

menciptakan

nilai

tambah

bagi

semua

pihak

yang

berkepentingan (stakeholders). Dengan adanya prinsip tersebut
diharapkan


dapat

mengurangi

praktik

manajemen

laba,

meningkatkan kinerja perusahaan dan perilaku dari manajemen. Bila
corporate governance pdaa perusahaan berjalan dengan baik maka
perusahaan akan penilaian yang baik dari pihak prinsipal, kreditor
dan masyarakat. Pihak prinsipal dan agen akan sama-sama
mendapatkan keuntungan, prinsipal mendaptkan deviden yang besar
sedangkan agen akan mendapatkan bonus karena telah melakukan
pekerjaannya dengan baik.

2.1.4.2. Manfaat Corporate Governance

Manfaat corporate governance menurut FCGI (2001)
adalah:
1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya
proses pengambilan keputusan yang lebih baik,
meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta
lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholders.
2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang
lebih murah sehingga dapat meningkatkan corporate
value.
3. Mengembalikan
kepercayaan
investor
untuk
menanamkan modalnya di Indonesia.
4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja
perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan
shareholder value dan dividen.

2.1.4.3. Asas Governance Corporate Governance
Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG)
(2006) asas good corporate governance ada lima, yaitu:

15
Universitas Sumatera Utara

1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis,
perusahaan harus menyediakan informasi yang material
dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan
dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan
harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak
hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting
untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham,
kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntanbilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan
kinerjanya secara transparan dan wajar. Untuk itu
perusahaan harus dikelola secar benar, terukur dan
sesuai dengan kepentingan perusahaan dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan
pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang
berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundangundangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap
masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan
mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG harus
dikelola secara independen sehingga masing-masing
organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak
dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegitannya, perusahaan harus
senantiasa memperhatikan kepentingan pemegang
saham dan pemangku kepetingan lainnya berdasarkan
asas kewajaran dan kesetaraan.

2.1.4.4. Mekanisme Corporate Governance
Menurut Barnhart dan Rosenstein (1998) mekanisme
corporate governance dibagi menjadi dua kelompok, yaitu:
1. Mekanisme internal (internal mechanism), seperti
struktur dewan direksi, kepemilikan manajerial dan
kompensasi eksklusif.

16
Universitas Sumatera Utara

2. Mekanisme eksternal (external mechanism), seperti
pasar untuk kontrol perusahaan, kepemilikan
institusional dan tingkat pendanaan dengan hutang.
Beberapa mekanisme corporate governance yang sering
digunakan dalam penelitian adalah untuk mengetahui pengaruhnya
terhadap

manajemen

laba,

diantaranya

adalah

konsentrasi

kepemilikan, proporsi dewan komisaris independen, dan komite
audit.

2.1.5. Ukuran Perusahaan
Ezat dan Masry (2008) ukuran perusahaan merupakan variabel yang
paling lazim dalam mempengaruhi tingkat pengungkapan. Riyanto (2002)
mendeskripsikan ukuran perusahaan sebagai besar kecilnya perusahaan
dilihat dari besarnya nilai equity, nilai penjualan, atau nilai aktiva. Ashbaugh
et al. (1999) perusahaan besar kemungkinan besar lebih banyak
menggunakan Teknologi Informasi daripada perusahaan kecil dalam
meningkatkan informasi keuangan untuk mencukupi kebutuhan informasi
yang besar
Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat diartikan bahwa ukuran
perusahaan merupakan suatu acuan untuk melihat besar kecilnya suatu
perusahaan dan untuk melihat seberapa besar pengaruh suatu ukuran
perusahaan

terhadap

pengungkapan

laporan

keuangan

perusahaan.

Perusahaan yang berukuran besar biasanya memiliki peran sebagai
pemegang kepentingan yang lebih luas. Sehingga perusahaan tersebut
mempunyai kebijakan, hukum, dan peraturan yang dipatuhi karena

17
Universitas Sumatera Utara

perusahaan harus melaporakan keuangan perusahaan dengan sebenarnya
kepada pemakai laporan keuangan dan masyarakat. Sebaliknya perusahaan
yang berukuran kecil tidak memiliki kebijakan, hukum, dan peraturan yang
harus dipatuhi, sehingga tindakan manajemen laba lebih sering terjadi pada
perusahaan yang berukuran kecil

2.1.6. Kepemilikan Manajerial
Jensen dan Meckling (1976) memperbesar kepemilikan saham
perusahaan oleh manajemen (managerial ownership), sehingga kepentingan
pemilik atau pemegang saham akan dapat disejajarkan dengan kepentingan
manajer. Siswantaya (2007) menyatakan bahwa kepemilkan manajerial
berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, tetapi secara signifikan
pengaruh sanagt kecil terhadap manajemen
Motivasi yang berbeda akan menghasilkan besaran manajemen laba
yang berbeda, seperti antara manajer yang juga sekaligus sebagai pemegang
saham dan manajer yang tidak sebagai pemegang saham. Hal ini sesuai
dengan sistem pengelolaan perusahaan dalam dua kriteria, yaitu perusahaan
dipimpin oleh manajer dan pemilik (owner-manager) dan perusahaan yang
dipimpin oleh manajer dan non pemilik (non owners-manager) (Boediono,
2005).
Kepemilikan saham oleh manajemen pada perusahaan dapat
mempengaruhi tindakan manajemen dalam mengambil keputusan. Apabila
manajemen mempunyai kepentingan yang sama antara manajer dan pemilik
akan mengurangi teori keagenan, karena akan berpengaruh terhadap saham

18
Universitas Sumatera Utara

yang akan diterimanya. Manajer juga akan termotivasi untuk meningkatkan
kinerja perusahaan.

2.1.7. Kepemilikan Institusional
Persentase saham tertentu yang dimiliki oleh institusi dapat
mempengaruhi proses penyusunan laporan keuangan yang tidak menutup
kemungkinan terdapat akrualisasi sesuai kepentingan pihak manajemen
(Boediono, 2005). Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham
perusahaan oleh institusi keuangan seperti perusahaan asuransi, bank, dana
pensiun, dan investment banking (Siregar dan Utama, 2005).
Kepemilikan saham oleh institusional mempunyai peranan penting
untuk mengawasi manajemen pada saat penyampaian laporan keuangan
karena pemegang saham institusional memiliki informasi yang lebih banyak.
Pemegang saham institusional cenderung mengotrol setiap pergerakan
manajemen serta terlibat dalam pengambilan keputusan. Pengawasan yang
dilakukan pihak institusional akan lebih efektif, sehingga akan menggurangi
tindakan manajemen untuk melakukan manajemen laba.

2.1.8. Dewan Komisaris
KNKG (2006) dewan komisaris sebagai organ perusahaan bertugas
dan bertanggungjawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada Direksi serta memastikan bahwa perusahaan
melaksanakan corporate governance. Boediono (2005) karakteristik dewan
komisaris secara umum dan khususnya komposisi dewan dapat menjadi

19
Universitas Sumatera Utara

suatu mekanisme yang menentukan tindakan manajemen laba. Melalui
peranan dewan komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan terhadap
operasional perusahaan oleh pihak manajemen, komposisi dewan komisaris
dapat memberikan kontribusi yang efektif terhadap hasil dari proses
penyusunan laporan keuangan yang berkualitas atau kemungkinan terhindar
dari kecurangan laporan keuangan.
Untuk menjamin pelaksanaan good corporate governance diperlukan
anggota dewan komisaris yang memiliki kemampuan dan tidak memiliki
hubungan bisnis ataupun hubungan lainnya dengan pemegang saham
pengendali (mayoritas) baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam
menjalankan tugasnya anggota dewan komisaris harus mendahulukan
kepentingan perusahaan dibandingan kepentingan pribadinya. Sehingga
anggota dewan komisaris dilarang menyalahgunakan jabatannya untuk
kepentingan

pribadi

maupun

kepentingan

pihak-pihak

lain

yang

mengakibatkan kerugian pada perusahaan.

2.1.9. Komite Audit
Berdasarkan hukum yang ada di Indonesia, perusahaan-perusahaan
yang go public diwajibkan untuk membentuk komite audit. Pembentukan
komite audit tersebut dibentuk oleh dewan komisaris. KNKG (2006) komite
audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memastikan bahwa apakah
laporan keuangan disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
yang berlaku umum, struktur pengendalian internal perusahaan dilaksanakan
dengan baik, pelaksanaan audit internal maupun eksternal dilaksanakan

20
Universitas Sumatera Utara

sesuai dengan standar audit yang berlaku, dan tindak lanjut temuan hasil
audit dilaksanakan oleh manajemen. FCGI (2001) komite audit sekurangkurangnya terdiri dari 3 anggota, seorang diantaranya komisaris independen
perusahaan tercatat sekaligus menjadi ketua komite, sedangkan yang lain
adalah pihak ekstern yang independen dan minimal salah seorang memiliki
kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. Tugiman (1995) komite
audit adalah sekelompok orang yang dipilih oleh kelompok yang lebih besar
untuk mengerjakan pekerjaan tertentu atau untuk melakukan tugas-tugas
khusus atau sejumlah anggota dewan komisaris perusahaan klien yang
bertanggung jawab untuk membantu auditor dalam mempertahankan
independensinya dari manajemen.
Komite audit bersifat independen yang mempunyai tanggung jawab
untuk melakukan pengawasan terhadap sistem internal dalam perusahaan.
Komite audit juga bertanggung jawab untuk memastikan perusahaan
melakukan tugasnya serta mematuhi peraturan dalam pelaksanaan corporate
governance. Komite audit mempunyai peranan yang berkaitan dengan good
corporate governance serta dapat dijadikan tolak ukur kesuksesan suatu
perusahaan. Komite audit mempunyai peran dalam evaluasi laporan
keuangan perusahaan. Oleh karena itu, komite audit harus memiliki
pengalaman dibidangnya dan mematuhi peraturan

dan unndang-undang

yang berlaku.

21
Universitas Sumatera Utara

2.2. Tinjauan Peneliti Terdahulu
Midiastuty dan Machfoed (2003) meneliti “Analisis Hubungan Mekanisme
Corporate Governance dan Indikasi Manajemen Laba”. Variabel dependen
penelitian ini adalah manajemen laba dan
independennya

kepemilikan

manajerial,

kualitas laba dengan variabel

ukuran

dewan

direksi,

ukuran

perusahaan, kepemilikan institusional, leverage, pertumbuhan, variabel dummy.
Penelitan ini dilakukan pada perusahaan non industri perbankan dan asuransi di
Indonesia yang terdaftar di BEJ selama periode 1995-2000. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan
ukuran perusahaan berpengaruh negatif signifikanterhadap manajemen laba.
Ukuran dewan direksi berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen
laba, leverage dan pertumbuhan berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manajemen laba, variabel dummny berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba. Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, dan leverage
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas laba. Ukuran dewan direksi,
manajemen laba, ukuran perusahaan, dan pertumbuhan berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap manajemen laba. Variabel dummy berpengaruh negatif
signifikan terhadap manajemen laba..
Boediono (2005) meneliti “Kulitas Laba: Studi Pengaruh Mekanisme
Corporate Governance dan Dampak Manajemen Laba dengan Menggunakan
Analisis Jalur”. Variabel dependen penelitian ini adalah manajemen laba dan
kualitas laba

dengan variabel

independennya

kepemilikan institusional,

kepemilkan manajerial, komposisi dewan komisaris. Penelitan ini dilakukan pada

22
Universitas Sumatera Utara

industri manufaktur di Indonesia yang terdaftar di BEJ selama periode 1996-2000
ukuran populasi yang memenuhi kriteria atau kelengkapan data sebanyak 96
emiten di tahun 2002. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa kepemilikan
institusional dan kepemilikan manajerial berpengaruh positif signifikan terhadap
manajemen laba, sedangkan komposisi dewan komisaris berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap manajemen laba. Kepemilikan institusional, kepemilikan
manajerial dan komposisi dewan komisaris berpengaruh positif signifikan
terhadap kualitas laba, sedangkan manajemen laba berpengaruh positif tidak
signifikan terhadap kualitas laba.
Nasution dan Setiawan (2007) meneliti “Pengaruh Corporate Governance
terhadap Manajemen Laba di Industri perbankan Indonesia”. Variabel dependen
penelitian ini adalah manajemen laba dan ukalitas laba dengan variabel
independennya komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, keberadaan
komite audit, ukuran perusahaan. Penelitan ini dilakukan pada industri perbankan
di Indonesia yang terdaftar di BEJ selama periode 2000-2004 mempunyai
populasi sebanyak 27 dan hanya 20 sampel yang memenuhi kriteria. Hasil
penelitian ini menyimpulkan bahwa komposisi dewan komisaris berpengaruh
negatif tidak signifikan, keberadaan komite audit berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris dan ukuran perusahaan
berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
Ningsaptiti (2010) meneliti “Analisis pengaruh Ukuran Perusahaan Dan
Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba”. Variabel
dependen penelitian ini adalah manajemen laba dengan variabel independennya

23
Universitas Sumatera Utara

ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, komposisi
dewan komisaris, komite audit. Penelitan ini dilakukan pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode 2006-2008 mempunyai populasi
sebanyak 143 dan hanya 37 sampel yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan, konsentrasi kepemilikan, dan
spesialisasi industri KAP berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba, spesialisasi industri KAP dan komite audit berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap manajemen laba, dan komposisi dewan komisaris berpengaruh
positif tidak signifikan. Secara simultan mekanisme corporate governance
(kosentrasi kepemilikan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi industri KAP,
dan komite audit dapat berpengaruh terhadap manajemen laba.
Panjaitan (2012) meneliti “Analisis Pengaruh Mekanisme Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2011”. Variabel dependen
penelitian ini adalah manajemen laba dengan variabel independennya kepemilikan
manejerial, proporsi dewan komisaris, komite audit . Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial

berpengaruh negatif signifikan

terhadap manajemen laba, sedangkan proporsi dewan komisaris dan komite audit
berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemn laba. Penelitan ini
dilakukan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama periode
penelitian mempunyai populasi sebanyak 136 dan hanya 25 sampel yang
memenuhi kriteria. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa proporsi dewan
komisaris dan komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap

24
Universitas Sumatera Utara

manajemn laba. Kepemilikan manajerial yang berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba.
Aprianti (2012) meneliti “Analisis Pengaruh Penerapan Good Corporate
Governance Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan Go Public
Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Pada Periode 2009-2011”. Variabel
dependen penelitian ini adalah manajemen laba dengan variabel independennya
leverage, kepemilikan instutisional, proporsi dewan komisaris independen, komite
audit. Penelitan ini dilakukan pada perusahaan perbankan go public yang terdaftar
di BEI selama periode penelitian mempunyai populasi sebanyak 31 dan hanya 23
sampel yang memenuhi kriteria. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa
leverage berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba, kepemilikan
institusional berpengaruh positif signifikan terhadap manajemen laba, proposi
dewan komisaris independen berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
manajemen laba, dan komite audit berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manajemen laba. Secara simultan leverage, kepemilikan institusional, proporsi
dewan komisaris independen, dan komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Difianti (2014) meneliti “Pengaruh Pengungkapan Corporate Governance,
Ukuran Perusahaan, Dan Dewan Komisaris Terhadap Manajemen Laba Pada
Perusahaan Pertambangan Dan Perkebunan Yang Terdaftar Di BEI Tahun 20102012”. Variabel dependen penelitian ini adalah manajemen laba dengan variabel
independennya corporate governance, ukuran perusahaan, dewan komisaris.
Perusahaan pertambangan dan perkebunan yang terdaftar di BEI selama periode

25
Universitas Sumatera Utara

penelitian mempunyai populasi sebanyak 56 dan hanya 18 sampel yang
memenuhi kriteria. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa Corporate
governance, dan dewan komisaris berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap
manjemen laba, ukuran perusahaan berpengaruh positif tidak signifikan terhadap
manajemen laba.Secara simultan corporate governance , ukuran perusahaan, dan
dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Beberapa ringkasan penelitian terlebihi dahulu akan disajikan pada tabel
dibawah ini.
Tabel 2.1
Ringkasan Penelitian Terdahulu
No

Peneliti

Judul

1.

Midiastuty
dan
Machfoedz
(2003)

Analisis Hubungan
Mekanisme
Corporate
Governance dan
Indikasi Manajemen
Laba

Variabel

Hasil

Variabel Dependen: • Kepemilikan manajerial,
• Manajemen laba kepemilikan institusional,
• Kualitas laba
dan ukuran perusahaan
berpengaruh negatif
signifikanterhadap
Variabel
Independen:
manajemen laba. Ukuran
• Kepemilikan
dewan direksi berpengaruh
positif tidak signifikan
manajerial
terhadap manajemen laba.
• Ukuran Dewan
Direksi
Leverage dan pertumbuhan
berpengaruh negatif tidak
• Ukuran
signifikan terhadap
Perusahaan
manajemen laba. Variabel
• Kepemilikan
dummny berpengaruh positif
Institusional
signifikan terhadap
• Leverage
manajemen laba
• Pertumbuhan
• Variabel Dummy • Kepemilikan manajerial,
kepemilikan institusional,
dan leverage berpengaruh
positif signifikan terhadap
kualitas laba. Ukuran dewan
direksi, manajemen laba,
ukuran perusahaan, dan
pertumbuhan berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap manajemen laba.
Variabel dummy
berpengaruh negatif

26
Universitas Sumatera Utara

signifikan terhadap
manajemen laba.
2.

Boediono
(2005)

Kulitas Laba: Studi
Pengaruh Mekanisme
Corporate
Governance dan
Dampak Manajemen
Laba dengan
Menggunakan
Analisis Jalur

3.

Nasution
dan
Setiawan
(2007)

Pengaruh Corporate
Governance

terhadap Manajemen

Laba di
Industri perbankan
Indonesia





4. Ningsaptiti Analisis pengaruh
(2010)
Ukuran Perusahaan •
Dan Mekanisme
Corporate
Governance
Terhadap

Manajemen Laba



Variabel Dependen: • Kepemilikan institusional
• Manajemen laba dan kepemilikan manajerial
• Kualitas laba
berpengaruh positif
signifikan terhadap
manajemen laba, sedangkan
Variabel
Independen:
komposisi dewan komisaris
berpengaruh positif tidak
• Kepemilikan
signifikan terhadap
institusional
manajemen laba.
• Kepemilikan
manajerial
• Kepemilikan institusional,
• Komposisi dewan kepemilikan manajerial dan
komposisi dewan komisaris
komisaris
berpengaruh positif
signifikan terhadap kualitas
laba, sedangkan manajemen
laba berpengaruh positif
tidak signifikan terhadap
kualitas laba
Variabel Dependen:• Komposisi dewan komisaris
Manajemen laba berpengaruh negatif tidak
Kualitas laba
signifikan.
• Keberadaan komite audit
Variabel
berpengaruh negatif
Independen:
signifikan terhadap
Komposisi dewan
manajemen laba.
komisaris
• Ukuran dewan komisaris dan
Ukuran dewan
ukuran perusahaan
komisaris
berpengaruh positif tidak
Keberadaan
signifikan terhadap
komite audit
manajemen laba.
Ukuran
perusahaan
Variabel Dependen:• Ukuran perusahaan,
Manajemen laba
konsentrasi kepemilikan, dan
spesialisasi industri KAP
Variabel
berpengaruh negatif
Independen:
signifikan terhadap
Ukuran
manajemen laba.
perusahaan
• Spesialisasi industri KAP dan
Komposisi
Komite audit berpengaruh
kepemilikan
negatif tidak signifikan
terhadap manajemen laba.
Komposisi dewan
• Komposisi dewan komisaris
komisaris

27
Universitas Sumatera Utara

• Spesialisasi
Industri KAP
• Komite Audit

5.

Panjaitan
(2012)

6.

Aprianti
(2012)

7.

Difianti
(2014)

berpengaruh positif tidak
signifikan
• Secara simultan mekanisme
corporate governance
(kosentrasi kepemilikan,
komposisi dewan komisaris,
spesialisasi industri KAP,
dan komite audit
berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba.

Variabel Dependen:•
Analisis Pengaruh
Mekanisme Good • Manajemen laba
Corporate
Governance
Variabel Independen:

Terhadap
• Kepemilikan
Manajemen Laba
manajerial
Pada Perusahaan • Proporsi dewan
Manufaktur Yang
komisaris
Terdaftar Di Bursa
• Komite audit
Efek Indonesia
Periode 2009-2011
Variabel Dependen:
Analisis Pengaruh
Penerapan Good • Manajemen laba
Corporate
Governance
Variabel
Terhadap
Independen:
Manajemen Laba •
Leverage
Pada Perusahaan • Kepemilikan
Perbankan Go
institusional
Public Yang
• Proporsi dewan
Terdaftar Di Bursa
komisaris
Efek Indonesia
Pada Periode 2009- independen

Komite audit
2011

Pengaruh
Pengungkapan

Corporate
Governance,
Ukuran Perusahaan,

Variabel Dependen:
Manajemen laba
Variabel
Independen:

Kepemilikan manajerial yang
berpengaruh negatif
signifikan terhadap
manajemen laba.
Proporsi dewan komisaris
dan komite audit
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap
manajemn laba.

• Leverage berpengaruh
negatif signifikan
terhadap manajemen laba,
Kepemilikan institusional
berpengaruh positif
signifikan terhadap
manajemen laba, dan
proposi dewan komisaris
independen berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap manajemen laba,
dan komite audit
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap
manajemen laba.
• Secara simultan leverage,
kepemilikan institusional,
proporsi dewan komisaris
independen, dan komite
audit tidak berpengaruh
terhadap manajemen laba.
• Corporate governance,
dan dewan komisaris
berpengaruh negatif tidak
signifikan terhadap

28
Universitas Sumatera Utara

Dan Dewan
• Corporate
Komisaris Terhadap governance
Manajemen Laba • Ukuran
Pada Perusahaan
perusahaan
Pertambangan Dan
• Dewan komisaris
Perkebunan Yang
Terdaftar Di BEI
Tahun 2010-2012

manjemen laba, ukuran
perusahaan berpengaruh
positif tidak signifikan
terhadap manajemen laba.
• Secara simultan corporate
governance , ukuran
perusahaan, dan dewan
komisaris tidak
berpengaruh terhadap
manajemen laba.

2.3. Kerangka Konseptual
Manajer sebagai pengelola perusahaan lebih lebih banyak mengetahui
informasi internal dan prospek perusahaaan dimasa yang akan datang
dibandingkan dengan pemilik (pemegang saham). Hal ini menyebabkan adanya
konflik antara agen dan prinsipal dalam teori agensi, menyebabkan timbulnya
manajemen laba yang dilakukan oleh manajer. Banyak kasus manipulasi
manajemen laba yang sering dilakukan oleh manajemen membuat perusahaan
melakukan mekanisme pengawasan atau monitoring untuk meminimalkan praktik
manajemen laba. Salah satu mekanisme yang dapat digunakan perusahaan untuk
mengurangi praktik manajemen laba adalah penerapan corporate governance.
Penerapan corporate governance khususnya struktur kepemilikan, proporsi dewan
komisaris

independen,

dan

keberadaan

komite

audit

diduga

mampu

mempengaruhi praktik manajemen laba. Oleh karena itu, peneliti ingin meneliti
lebih lanjut apakah ukuran perusahaan dan mekanisme corporate governance
berpengaruh terhadap manajemen laba serta dapat meminimalisasi manajemen
laba tersebut.
Berdasarkan keterangan di atas, maka kerangka konseptual dalam

29
Universitas Sumatera Utara

penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Ukuran Perusahaan
(X1)
Mekanisme CG

H1

Kepemilikan Manajerial
(X2)
Kepemilikan Institusional
(X3)
Dewan Komisaris
(X4)

H2

Manajemen Laba
(Y)

H3
H4
H5

Komite Audit
(X5)
H6
Gambar 2.1
Kerangka Konseptual
2.3.1. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba
Ukuran perusahaan mempunyai pengaruh terhadap manajemen laba.
Semakin besar ukuran perusahaan akan sedikit terjadinya manajemen laba.
karena banyaknya peraturan dan hukum yang diberlakukan pada perusahaan.
Sedangkan perusahaan yang berukuran relatif kecil sering terjadinya
manajemen laba karenya kurangnya pengawasaan pada saat penyampaian
laporan keuangan. Ningsaptiti (2010) menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba.
Penelitian ini didukung dengan dengan penelitian yang dilakukan

30
Universitas Sumatera Utara

Mediastuty dan Machfoedz (2003),

sedangkan penelitian Nasution dan

Setiawan (2007) dan Difianti (2014) menyimpulkan bahwa ukuran
perusahaan berpengaruh positif tidak signifikanterhadap manajemen laba.
H1: Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.3.2. Hubungan Kepemilikan Manajerial dengan Manajemen Laba
Boediono

(2005)

kepemilikan

manajerial

adalah

presentase

kepemilikan saham yang dipegang oleh pihak manajemen perusahaam.
Kepemilikan manajerial akan mempengaruhi kinerja dari manajemen,
karena salah satu tugas manajemen adalah untuk mengambil keputusan.
Semakin banyak saham yang dimiliki pihak manjemen akan memberikan
dampak yang baik untuk perusahaan, karena keputusan yang diambil sesuai
dengan kepentingan para pemegang saham yang berasal dari luar
perusahaan. Kinerja manajemen yang baik akan terlihat pada laporan
keuangan yang disampaikan oleh manajemen.
Menurut

Panjaitan

(2012)

kepemilikan

manajerial

memiliki

pengaruh negatif signifikan terhadap manajeme laba. Penelitian ini didukung
dengan dengan penelitian yang dilakukan Mediastuty dan Machfoedz
(2003), bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh negatif signifikan
terhadap manajemen laba, sedangkan menurut Boediono (2005) kepemilikan
manajerial berperngaruh positif signifikan terhadap manajemen laba
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.

31
Universitas Sumatera Utara

2.3.3. Hubungan Kepemilikan Institusional dengan Manajemen Laba
Kepemilikan institusional akan memberikan dampak manajemen
laba, karena kepemilikan saham berasal dari luar perusahaan sehingga akan
memungkinkan terjadinya manajemen laba pada perusahaan. Menurut
Midiastuty dan Machfoedz (2003) hubungan kepemilikan institusional
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Boediono (2005)
dan Aprianti (2012) bahwa kepemilikan institusional memiliki berpengaruh
positif signifikan terhadap manajemen
H3 : Kepemilkan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.3.4. Hubungan Dewan Komisaris dengan Manajemen Laba
Dewan komisaris memiliki tanggung jawab yang besar serta harus
melakukan pengawasan terhadap perusahaan. Apabila dewan komisaris
tidak melakukan tugasnya dengan baik maka akan terjadinya manajemen
laba yang akan berdampak pada laporan keuangan perusahaan. Jumlah
dewan komisaris pada perusahaan juga memiliki pengaruh terhadap
perusahaan. Semakin banyak dewan komisaris perusahaan akan mengurangi
terjadinya manajemen laba, sebaliknya semakin sedikit jumlah dewan
komisaris pada perusahaan akan memungkinkan terjadinya manajemen laba.
Karena dewan komisaris akan mengalami kesusahan pada saat melakukan
tugasnya.
Pengaruh dewan komisaris memiliki hasil yang beragam. Penelitian
Difianti (2014) menyimpulkan bahwa dewan komisaris berpengaruh negatif

32
Universitas Sumatera Utara

tidak signifikan terhadap manajemen laba, penelitian ini konsisten dengan
penelitian Nasution dan Setiawan (2007) dan Panjaitan (201), sedangkan
penelitian yang dilakukan Aprianti (2014) menyimpulkan bahwa dewan
komisaris berpengaruh positif tidak signifikan terhadap manajemen laba,
penelitian ini konsisten dengan penelitian yang dilakukan Boediono (2005)
dan Ningsaptiti (2010).
H4: Dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.3.5. Hubungan Komite Audit dengan Manajemen Laba
Komite audit mempunyai tanggung jawab pada tiga bidang yaitu
laporan keuangan, corporate governance, dan pengawasan perusahaan
(FCGI, 2001). Dengan adanya komite audit akan membuat laporan
perusahaan menjadi lebih baik. Peneliti Ningsaptiti (2010) menyimpulkan
bahwa komite audit berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen
laba, penelitian ini bertolak belakang dengan penelitian yang dilakukan oleh
Panjaitan (2012) dan Aprianti (2012) menyimpulkan bahwa komite audit
perpengaruh negatif tidak signifikan terhadap manajemen laba.
H5 : Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.3.6. Hubungan Mekanisme Corporate Governance (Kepemilikan
Manajerial, Kepemilikan Institusional, Dewan Komisaris, dan
Komite Audit) dengan Manajemen Laba
FCGI (2001) gambaran untuk berhasil di pasar yang bersaing, suatu
perusahaan harus mempunyai pengelola perusahaan yang inovatif, yang

33
Universitas Sumatera Utara

bersedia untuk mengambil risiko yang wajar, dan yang senantiasa
mengembangkan strategi baru untuk mengantisipasi situasi yang berubahubah. Aprianti (2012) dan Difianti (2014) menyimpulkan bahwa variabel
leverage, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite
audit secara bersama – sama tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Nasution dan Setiawan (2007) menyimpulkan bahwa dewan komisaris,
ukuran dewan komisaris, keberadaan komite audit dan ukuran perusahaan
secara bersama-sama berpengaruh terhadap manajemen laba. Panjaitan
(2012) menyimpulkan bahwa pengaruh variabel independen kepemilikan
manajerial, proporsi dewan komisaris dan komite audit secara serempak atau
bersama – sama adalah signifikan terhadap manajemen laba.
H6:

Mekanisme

corporate

governance

(kepemilikan

manajerial,

kepemilikan institusional, dewan komisaris, dan komite audit) tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba.

2.4. Hipotesis Penelitian
Proposisi merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya,
disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep yang menjelaskan atau
memprediksi fenomena-fenomena. Dengan demikian hipotesis merupakan
penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaaan yang telah terjadi
atau akan terjadi. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka pemikiran yang
telah diuraikan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis bahwa:
H1 : Ukuran perusahaan berpengaruh terhadap manajemen laba.
H2 : Kepemilikan manajerial berpengaruh terhadap manajemen laba.

34
Universitas Sumatera Utara

H3 : Kepemilikan institusional berpengaruh terhadap manajemen laba.
H4 : Dewan komisaris berpengaruh terhadap manajemen laba.
H5 : Komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
H6 : Mekanisme corporate governance (kepemilikan manajerial, kepemilikan
institusional, dewan komisaris, dan komite audit) berpengaruh terhadap
manajemen laba

35
Universitas Sumatera Utara

Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance dan Ukuran Perusahaan terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

4 102 87

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

6 67 129

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 6 103

PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 14

PENDAHULUAN PENGARUH MEKANISME CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 7

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 0 12

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 0 2

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 0 9

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 1 3

Pengaruh Ukuran Perusahaan dan Mekanisme Corporate Governance Terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012 – 2014

0 0 15