Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia

(1)

SKRIPSI

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, UKURAN PERUSAHAAN DAN STRUKTUR KEPEMILIKAN TERHADAP MANAJEMEN LABA

PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

OLEH

FRETTY SIAGIAN 070503084

PROGRAM STUDI STRATA SATU AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul: “Pengaruh Corporate

Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen

Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program regular S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2011 Yang membuat pernyataan

(Fretty Siagian) NIM: 070503084


(3)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini berjudul : “Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini yakni kepada:

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Firman Syarif M.Si., Ak selaku Ketua Program Studi S-1 Akuntansi dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.M., Ak selaku Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Rina Br. Bukit, M.Si., Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dan sekaligus sebagai motivator kepada penulis selama proses penyelesaian skripsi ini.


(4)

4. Bapak Drs. Rustam, M.Si., Ak selaku dosen pembanding I dan Ibu Risanty, SE, M.Si., Ak selaku dosen pembanding II yang telah memberikan arahan, kritikan bagi penulis untuk menyempurnakan dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Orangtua penulis, Ibunda Raini Panjaitan yang telah memberikan kasih sayang, doa, didikan, dan menjadi motivator sehingga penulis tetap bersemangat mengerjakan skripsi ini. Terimakasih buat doa dan dukungan baik moral dan materi bagi penulis. Saudara penulis Andre, Daniel, Vincent, Adinda yang selalu membantu dan memberikan dukungan, semangat maupun doa bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar bahwa skripsi ini belum sempurna karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca. Terimakasih.

Medan, Agustus 2011

Penulis,

(Fretty Siagian)


(5)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance,

ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Corporate governance yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Struktur kepemilikan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan kepemilikan konsentrasi.

Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan yang telah diaudit yang dipublikasikan melalui website yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial komposisi dewan komisaris mempengaruhi manajemen laba. Variabel ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan konsentrasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : corporate governance, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, manajemen laba.


(6)

ABSTRACT

This research aims to examine the effect of corporate governance, firm size and ownership structure on earning management in the manufacturing companies on Indonesia Stock Exchange in 2009. Corporate governance that used in this research, such as: board of commissioner and board of commissioner composition. Ownership structure that used in this research, such as: institutional ownership, managerial ownership and ownership concentration.

Research data are taken from the audited financial statements of each company that published on website www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is multiple regression analysis. Results of this research show that board of commissioner composition have significant influence to earning management partially. Board of commissioner, size firm, institutional ownership, managerial ownership and ownership concentration had not significant influence to earning management.

Keyword : corporate governance, firm size, ownership structure, earning management


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 7

C. Batasan Masalah... 7

D. Tujuan Penelitian ... 8

E. Manfaat Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis ... 10

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 26

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 28

1. Kerangka Konseptual ... 28


(8)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian ... 33

B. Populasi dan Sampel Penelitian ... 33

C. Jenis dan Sumber Data ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data ... 38

E. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

F. Metode Analisis Data ... 43

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian ... 49

B. Analisis Hasil Penelitian ... 50

C. Pembahasan dan Hasil Penelitian ... 79

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 85

B. Keterbatasan Penelitian ... 86

C. Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 88


(9)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 2.1 Tinjauan Peneliti Terdahulu ... 27

Tabel 3.1 Daftar Populasi dan Sampel Perusahaan ... 34

Tabel 3.2 Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukurannya ... 42

Tabel 3.3 Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ... 45

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif ... 50

Tabel 4.2 Nonparametric-test Kolmogorov-Smirnov ... 56

Tabel 4.3 Nonparametric-test Kolmogorov-Smirnov ... 59

Tabel 4.4 Koefisien ... 60

Tabel 4.5 Koefisien Korelasi ... 61

Tabel 4.6 Hasil Uji Durbin-Watson ... 62

Tabel 4.7 Analisis Hasil Regresi ... 65

Tabel 4.8 Hasil Uji Simultan (Uji F) ... 68

Tabel 4.9 Analisis Koefisien Determinasi ... 70


(10)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 29

Gambar 4.1 Grafik Histogram ... 54

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot ... 55

Gambar 4.3 Grafik Histogram ... 57

Gambar 4.4 Grafik Normal Plot ... 58


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

Lampiran I Data Perusahaan Manufaktur Tahun 2008-209 ... 91

Lampiran II Data Perusahaan Manufaktur ... 99

Lampiran III Data Manajemen Laba dan Variabel Independen ... 104

Lampiran IV Statistik Deskriptif Data ... 109

Lampiran IV.1 Hasil Uji Normalitas: Nonparametric-test Kolmogorov-Smirnov ... 110

Lampiran IV.2 Hasil Uji Normalitas Data: Analisis Grafik Histogram ... 111

Lampiran IV.3 Hasil Uji Normalitas Data: Analisis Grafik P-P Plots ... 112

Lampiran IV.4 Hasil Uji Multikolinearitas Data ... 113

Lampiran IV.5 Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 115

Lampiran IV.6 Hasil Uji Autokorelasi dan Model Regresi ... 116

Lampiran IV.7 Hasil Uji t ... 116


(12)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh corporate governance,

ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan terhadap manajemen laba

perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Corporate governance yang digunakan pada penelitian ini antara lain: ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris. Struktur kepemilikan yang digunakan pada penelitian ini antara lain: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan kepemilikan konsentrasi.

Data dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan yang telah diaudit yang dipublikasikan melalui website yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara parsial komposisi dewan komisaris mempengaruhi manajemen laba. Variabel ukuran dewan komisaris, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan konsentrasi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Kata Kunci : corporate governance, ukuran perusahaan, struktur kepemilikan, manajemen laba.


(13)

ABSTRACT

This research aims to examine the effect of corporate governance, firm size and ownership structure on earning management in the manufacturing companies on Indonesia Stock Exchange in 2009. Corporate governance that used in this research, such as: board of commissioner and board of commissioner composition. Ownership structure that used in this research, such as: institutional ownership, managerial ownership and ownership concentration.

Research data are taken from the audited financial statements of each company that published on website www.idx.co.id. Sampling method that used in this research is purposive sampling method. Analysis model that used is multiple regression analysis. Results of this research show that board of commissioner composition have significant influence to earning management partially. Board of commissioner, size firm, institutional ownership, managerial ownership and ownership concentration had not significant influence to earning management.

Keyword : corporate governance, firm size, ownership structure, earning management


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Salah satu sumber informasi dari pihak eksternal dalam menilai kinerja perusahaan adalah laporan keuangan. Sebuah perusahaan secara periodik menyiapkan laporan keuangan untuk pihak-pihak yang berkepentingan seperti pemegang saham, investor, dan pemerintah. Laporan keuangan berfungsi sebagai salah satu sumber informasi yang digunakan untuk menilai kinerja perusahaan. Laporan keuangan merupakan ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan (Baridwan, 2004). Salah satu tujuan pelaporan keuangan adalah memberikan informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba (earning per share). Informasi keuangan yang dapat menunjukkan prestasi perusahaan dalam menghasilkan laba adalah laporan laba rugi (Chariri dan Ghozali, 2007).

Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu (Kieso dan Weygandt, 2002). Laporan laba rugi digunakan oleh para investor untuk melihat profitabilitas perusahaan dan memprediksi prospek perusahaan pada masa yang akan datang. Oleh karena itu proses penyusunan laporan keuangan dipengaruhi oleh faktor-faktor tertentu yang dapat menentukan kualitas laporan keuangan. Manajemen perusahaan dapat memberikan kebijakan dalam penyusunan laporan keuangan tersebut untuk mencapai tujuan tertentu. Scott (2006) di dalam bukunya yang berjudul Teori


(15)

Akuntansi Keuangan mengatakan bahwa pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik itulah disebut dengan manajemen laba. Selain itu informasi laba juga membantu pemilik atau pihak lain dalam menaksir

earnings power perusahaan dimasa yang akan datang. Oleh karena itu,

manajemen mempunyai kecenderungan untuk melakukan tindakan yang dapat membuat laporan keuangan menjadi baik. Tindakan manajer ini kadang bertentangan dengan tujuan perusahaan. Tindakan yang menyimpang tersebut salah satu bentuknya adalah manajemen laba.

Banyak kasus manipulasi keuangan yang muncul karena perusahaan melakukan manajemen laba, misalnya kasus manipulasi laporan keuangan yang dilakukan Enron, World Com, Merck dan mayoritas perusahaan lain di Amerika Serikat (Cornett, 2006). Selain itu, di Indonesia juga terjadi hal serupa, seperti PT. Lippo Tbk dan PT. Kimia Farma Tbk juga melibatkan pelaporan keuangan yang berawal dari terdeteksi adanya manipulasi (Gideon, 2005).

Dari beberapa contoh kasus tersebut di atas, maka sangat relevan bila ditarik suatu pertanyaan tentang bagaimana efektivitas penerapan corporate governance. Corporate governanace merupakan salah satu elemen kunci dalam meningkatkan efesiensi ekonomis, yang meliputi serangkaian hubungan antara manajemen perusahaan, dewan komisaris, para pemegang saham dan stakeholders lainnya. Corporate governance juga memberikan suatu struktur yang memfasilitasi penentuan sasaran - sasaran dari suatu perusahaan, dan sebagai sarana untuk menentukan teknik monitoring kinerja (Khomsiyah, 2004).


(16)

Pengertian corporate governance menurut Forum for Corporate

Governance in Indonesia

(

FCGI) yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Nasution dan Setyawan (2007) mendefinisikan corporate governance sebagai konsep yang diajukan demi peningkatan kinerja perusahaan melalui supervisi atau

monitoring kinerja manajemen dan menjamin akuntabilitas manajemen terhadap stakeholder dengan berdasarkan pada kerangka peraturan.

Perusahaan memerlukan pengawasan yang efektif oleh pihak-pihak yang berkaitan dalam pengelolaan perusahaan. Di dalam pengelolaan perusahaan terdapat tiga pihak yang terlibat yaitu: board of directors, top management, dan

shareholders. Salah satu pihak tersebut yang merupakan bagian terpenting dari

terlaksananya konsep Good Corporate Governance (GCG) ini adalah dewan komisaris yang terdiri dari komisaris independen. Dewan komisaris merupakan pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan (Egon dalam FCGI, 2008) karena dewan komisaris bertanggungjawab untuk mengawasi manajemen, sedangkan manajemen bertanggungjawab untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing perusahaan, sehingga dewan komisaris dapat mengawasi segala tindakan manajemen dalam mengelola perusahaan termasuk kemungkinan manajemen melakukan manajemen laba.


(17)

Selain penerapan corporate governance, faktor lain yang mempengaruhi praktik manajemen laba yaitu ukuran perusahaan. Ukuran perusahaan mungkin mempengaruhi praktik manajemen laba. Contohnya, penelitian Nuryaman (2008) yang melakukan penelitian pada 101 perusahaan manufaktur pada tahun 2005 dimana pada hasil penelitian menunjukkan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Semakin besar ukuran perusahaan maka semakin meningkat manajemen laba. Ini mengindikasikan perusahaan besar yang banyak di sorot oleh publik dan analis pasar modal akan banyak memberikan informasi dibandingkan perusahaan kecil (Nuryaman, 2008).

Struktur kepemilikan dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan dan pendekatan informasi asimetri (Itturiaga dan Sanz, 2000) dalam Faisal (2004). Menurut pendekatan keagenan, struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik kepentingan antara manajer dengan pemegang saham. Menurut Jensen dan Meckling (1976), kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah dua mekanisme

corporate governance utama yang membantu mengendalikan masalah keagenan.

Kepemilikan Manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007), sedangkan kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et.al. 2006) dalam Isnanta (2008).


(18)

Saat ini telah banyak penelitian mengenai efektifitas GCG dan pengaruhnya terhadap manajemen laba, antara lain: Hastuti (2005), Ujiyantho dan Pramuka (2007), Isnanta (2008). Hasil yang diungkapkan pun berbeda-beda, antara lain: menurut Ujiyantho dan Pramuka (2007) mengungkapkan bahwa keberadaan komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba artinya keberadaan komisaris independen pada dewan komisaris akan mengurangi tindakan manajemen laba. Namun pendapat tersebut bertolak belakang dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Isnanta (2008) bahwa keberadaan komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen laba dikarenakan penerapan

corporate governance baru dirasakan dampaknya dalam waktu yang panjang,

setelah semua aturan dilaksanakan sesuai mekanisme yang ada. Dalam penyesuaian ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sehingga belum terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap manajemen laba.

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah menguji kembali faktor – faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba karena adanya perbedaan hasil penelitian pada penelitian-penelitian sebelumnya. Pada penelitian ini, variabel yang digunakan yaitu corporate governance (ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris), ukuran perusahaan, dan struktur kepemilikan (kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, kepemilikan konsentrasi).

Penelitian ini menguji perusahaan manufaktur. Perusahaan manufaktur adalah perusahaan yang menjual produknya yang dimulai dengan proses produksi yang tidak terputus nilai dari pembelian bahan baku dilanjutkan dengan proses


(19)

pengolahan bahan baku serta menjadi produk yang siap dijual dilakukan sendiri oleh perusahaan tersebut.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari situs www.depdag.go.id, peningkatan ekspor non migas periode Januari-September 2010, banyak didorong oleh industri manufaktur. Ekspor produk manufaktur mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 34,2% setelah pada tahun 2009 mengalami kontraksi sebesar 25,5%. Hal ini terkait dengan pulihnya perekonomian dunia dari krisis global yg terlihat dari adanya peningkatan permintaan produk ekspor manufaktur Indonesia. Meningkatnya ekspor manufaktur tersebut didorong oleh menguatnya kinerja ekspor beberapa produk yang naik signifikan, yaitu produk karet, otomotif, serta alas kaki. Kinerja industri manufaktur yang mengalami peningkatan ini menunjukkan kebijakan manajemen perusahaan dalam mengelola aktiva dan pendanaan perusahaan untuk meningkatkan volume penjualan.

Pemilihan pada sektor industri manufaktur ini didasarkan pada alasan bahwa industri manufaktur merupakan kelompok emiten yang terbesar dibandingkan kelompok industri yang lain, sehingga dengan asumsi semakin besar objek yang diamati maka akan semakin akurat hasil penelitian terkhusus pada tahun 2009. Sektor manufaktur dipilih juga karena sektor tersebut memiliki tingkat kompetisi yang kuat serta adanya terdapat kasus manipulasi laporan keuangan dalam perusahaan manufaktur. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti tertarik untuk menguji pengaruh corporate


(20)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulisan skripsi yang telah diuraikan sebelumnya, penulis mengidentifikasikan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?

2. Apakah komposisi dewan komisaris berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?

3. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?

4. Apakah kepemilikan institusional berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?

5. Apakah kepemilikan manajerial berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?

6. Apakah kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh secara parsial terhadap manajemen laba?

7. Apakah ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh secara simultan terhadap manajemen laba?

C. Batasan Masalah


(21)

dijadikan indikator corporate governance, yakni: ukuran dewan komisaris dan komposisi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan serta struktur kepemilikan yakni: kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial dan kepemilikan konsentrasi.

D. Tujuan penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

2. Memperoleh bukti empiris apakah komposisi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

3. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

4. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

5. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.

6. Memperoleh bukti empiris apakah kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.


(22)

7. Memperoleh bukti empiris apakah ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh terhadap manajemen laba.

E. Manfaat penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan dan penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan literatur mengenai pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur di Indonesia.

2. Bagi perusahaan, peneliti berharap penelitian ini menjadi masukan bagi perusahaan dan dapat memberikan gambaran mengenai pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan dan corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur yang go publik di Indonesia sehingga dapat membantu investor dalam membuat keputusan investasi yang tepat.

3. Bagi peneliti lainnya, dapat menjadi bahan referensi untuk melanjutkan penelitian dengan topik yang sama.


(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Teori Keagenan (Agency Theory)

Konsep agency teory menurut Anthony dan Govindarajan (1995) dalam Ma’ruf (2006) adalah hubungan atau kontak antara principal dan

agent. Principal mempekerjakan agent untuk melakukan tugas untuk

kepentingan principal, termasuk pendelegasian otorisasi pengambilan keputusan dari principal kepada agent. Pada perusahaan yang modalnya terdiri atas saham, pemegang saham bertindak sebagai principal, dan CEO (Chief Executive Officer ) sebagai agent mereka.

Perspektif hubungan keagenan merupakan dasar yang digunakan untuk memahami hubungan antara manajer dan pemegang saham. Jensen dan Meckling (1976) menyatakan bahwa hubungan keagenan adalah sebuah kontrak antara manajer (agent) dengan pemegang saham (principal). Hubugan kegenan tersebut terkadang menimbulkan masalah antara manajer dan pemegang saham. Konflik yang terjadi karena manusia adalah makhluk ekonomi yang mempunyai sifat dasar mementingkan kepentingan diri sendiri. Pemegang saham dan manajer memiliki tujuan yang berbeda dan masing–masing menginginkan tujuan mereka terpenuhi. Akibat yang terjadi adalah munculnya konflik kepentingan. Pemegang saham menginginkan pengembalian yang lebih besar dan secepat–cepatnya atas investasi yang


(24)

mereka tanamkan sedangkan manajer menginginkan kepentingannya diakomodasi dengan pemberian kompensasi atau insentif yang sebesar– besarnya atas kinerjanya dalam menjalankan perusahaan.

Kondisi perusahaan yang dilaporkan oleh manajer tidak sesuai atau tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan perbedaan informasi yang dimiliki antara manajer dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer lebih mengetahui keadaan yang ada dalam perusahaan daripada pemegang saham. Keadaan tersebut dikenal sebagai asimetri informasi. Asimetri informasi antara manajemen (agent) dengan pemilik (principal) dapat memberikan kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba (Richardson, 1998) dalam Suryani (2010).

Eisenhardt (1989), dalam Ujiyanto dan Pramuka (2007) menyatakan bahwa teori agensi menggunakan tiga asumsi sifat manusia yaitu: (1) manusia pada umumya mementingkan diri sendiri (self interest), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3) manusia selalu menghindari resiko (risk

averse). Dari asumsi sifat dasar manusia tersebut dapat dilihat bahwa

konflik agensi yang sering terjadi antara manajer dengan pemegang saham dipicu adanya sifat dasar tersebut. Manajer dalam mengelola perusahaan cenderung mementingkan kepentingan pribadi daripada kepentingan untuk meningkatkan nilai perusahaan. Dengan perilaku opportunictis dari manajer, manajer bertindak untuk mencapai kepentingan mereka sendiri, padahal


(25)

sebagai manajer seharusnya memihak kepada kepentingan pemegang saham karena mereka adalah pihak yang memberi kuasa manajer untuk menjalankan perusahaan.

2. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan

Definisi laporan keuangan menurut Baridwan, 2004 yaitu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku yang bersangkutan. Manajemen membuat laporan keuangan dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1 (2009):

Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.

Menurut Leopold A Berstein (1998) dalam Suryani (2010) laporan keuangan merupakan kinerja keuangan yang lampau dan posisi keuangan saat ini. Laporan keuangan dirancang untuk menyediakan informasi pada empat aktivitas usaha utama yaitu kegiatan perencanaan, keuangan, investasi, dan operasi. Laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan


(26)

kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Menurut Zaki Baridwan laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri dari :

1) Neraca

yaitu laporan yang menunjukan keadaan keuangan suatu perusahan pada tanggal tertentu.

2) Laporan Rugi Laba

yaitu laporan yang menunjukan hasil usaha dan biaya-biaya selama suatu periode akuntansi.

3) Laporan Perubahan Modal

yaitu laporan yang menunjukan sebab-sebab perubahan modal dari jumlahpada awal periode menjadi jumlah modal pada akhir periode.

4) Laporan Perubahan Posisi Keuangan

yaitu laporan yang menunjukan arus dana (arus kas) dan perubahan dalamposisi keuangan selama tahun buku.

Menurut Zaki Baridwan bahwa laporan keuangan akan bermanfaat bila memenuhi ketujuh kualitas sebagai berikut :

1) Relevan.

Relevansi suatu informasi harus dihubungkan dengan maksud penggunaanya. Bila informasi tidak relevan untuk keperluan para pengambil keputusan, informasi demikian tidak akan ada gunanya, betapapun kualitas lainnya terpenuhi. Sehubungan dengan tujuan relevansi seyogyanya dipilih metode-metode pengukuran dan


(27)

pelaporan akuntansi keuangan yang akan membantu sejauh mungkin para pemakai dalam pengambilan jenis-jenis keputusan yang memerlukan penggunaan data akuntansi keuangan. Dalam mempertimbangkan relevansi dari pada informasi yang bertujuan umum (general purpose information), perhatian difokuskan pada kebutuhan umum pemakai dan bukan pada kebutuhan khusus pihak-pihak tertentu; dengan demikian, suatu informasi mungkin mempunyai tingkat relevansi yang tinggi untuk kegunaan khusus tertentu, sementara kecil sekali relevansinya bagi kegunaan yang lain.

2) Dapat Dimengerti

Informasi harus dapat dimengerti oleh pemakainya, dan dinyatakan dalam bentuk dan dengan istilah yang disesuaikan dengan batas pengertian para pemakai. Dalam hal ini, dari pihak pemakai juga diharapkan adanya pengertian/pengetahuan mengenai aktivits-aktivitas ekonomi perusahaan, proses akuntansi keuangan, serta istilah-istilah teknis yang digunakan dalam laporan keuangan.

3) Daya Uji

Pengukuran tidak dapat sepenuhnya lepas dari pertimbangan-pertimbangan dan pendapat yang subyektif. Sehubungan dengan keterlibatan manusia didalam proses pengukuran dan penyajian informasi, sehingga proses tersebut tidak lagi berlandaskan pada realita obyektf semata. Dengan demikian untuk meningkatkan manfaatnya,


(28)

informasi harus dapat diuji kebenarannya oleh para pengukur yang independen dengan menggunakan metode pengukuran yang sama. 4) Netral

Informasi harus diarahkan pada kebutuhan umum pemakai, dan tidak bergantung pada kebutuhan dan keinginan pihak-pihak tertentu.

5) Tepat Waktu

Informasi harus disampaikan sedini mungkin untuk digunakan sebagai dasar untuk membantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi dan untuk menghindari tertundanya pengambilan keputusan tersebut.

6) Daya Banding.

Informasi dalam laporan keuangan akan lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya dari perusahaan yang sama, maupun dengan laporan keuangan perusahaan-perusahaan lainnya pada periode yang sama.

7) Lengkap.

Informasi akuntansi yang lengkap meliputi semua data akuntansi keuangan yang dapat memenuhi secukupnya enam tujuan kualitas diatas; dapat juga diartikan sebagai pemenuhan standar pengungkapan yang memadai dalam laporan keuangan.


(29)

3. Konsep Laba

Konsep Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan, (IAI, 1994) mengartikan income sebagai berikut:

“Penghasilan (income) adalah kenaikan manfaat ekonomi selama suatu periode akuntansi dalam bentuk pemasukan atau penambahan aktiva atau penurunan kewajiban yang mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal”.

Fisher (1912) dan Bedford (1965) dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan bahwa pada dasarnya ada tiga konsep yang laba yang umum dibicarakan dan digunakan dalam ekonomi. Konsep laba tersebut adalah:

1. Psychic Income

Menunjukkan konsumsi barang / jasa yang dapat memenuhi kepuasan dan keinginan indivdiu.

2. Real income

Menunjukkan kenaikan dalam kemakmuran ekonomi yang ditunjukkan oleh kenaikan cost of living

3. Money Income

Menunjukkan kenaikan nilai moneter sumber–sumber ekonomi yang digunakan untuk konsumsi sesuai dengan cost of living

Informasi tentang laba dapat dilihat dalam Laporan laba rugi perusahaan. Laporan laba rugi adalah laporan yang mengukur keberhasilan operasi perusahaan selama periode tertentu (Kieso, 2002). Unsur–unsur utama yang terdapat dalam laporan laba rugi, antara lain :


(30)

1. Pendapatan

Pendapatan adalah aliran masuk atau kenaikan aktiva suatu entitas ( atau kombinasi keduanya) selama satu periode, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama perusahaan secara terus menerus.

2. Expense

Biaya adalah aliran keluar atau pemakaian aktiva suatu entitas, atau penambahan hutang suatu entitas (atau kombinasi keduanya) selama satu periode, yang berasal dari pengiriman atau produksi barang, penyerahan jasa, atau pelaksanaan kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan perusahaan secara terus-menerus.

3. Keuntungan (Gain)

Keuntungan adalah kenaikan ekuitas (aktiva neto) dari transaksi insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam suatu periode di luar transaksi yang berasal ari pendapatan dan investasi oleh pemilik. 4. Kerugian (Losses)

Kerugian adalah penurunan ekuitas (aktiva neto) dari transaksi insidentil suatu entitas dan berasal dari semua transaksi, peristiwa, dan kondisi lainnya yang mempengaruhi entitas dalam satu periode di luar transaksi yang berasal dari biaya dan distribusi pada pemilik.


(31)

4. Manajemen Laba

Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan– pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diinginkan (Belkaoui, 2004). Scott (2006) mendefinisikan manajemen laba sebagai pilihan kebijakan akuntansi yang dilakukan manajer untuk tujuan spesifik. Dari definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa manajer mempunyaiperilaku opportunistic dalam mengelola perusahaan. Manajer mempunyai kebebasan untuk memilih dan menggunakan alternatif–alternatif yang tersedia utuk menyusun laporan keuangan sehingga laba yang dihasilkan dapat sesuai dengan yang diinginkan walaupun laba yang dihasilkan tersebut tidak mencerminkan keadaan perusahaan yang sebenarnya. Scott (2006) membagi pola manajemen laba menjadi 4:

1. Taking a bath

Pola ini terjadi saat reorganisasi termasuk pengangkatan CEO baru dengan melaporkan kerugian dalam jumlah besar. Tindakan ini diharapkan dapat meningkatkan laba di masa datang.

2. Income minimization

Pola ini mirip dengan pola taking a bath namun lebih sedikit ekstrim. Pola ini biasanya dilakukan saat perusahaan mendapatkan profitabilitas yang tinggi sehingga jika profitabilitas pada periode yang akan datang diperkirakan akan mengalami penurunan yan cukup drastis, maka


(32)

perusahaan dapat menggunakan laba sebelumnya untuk mengatasi hal tersebut.

3. Income maximization

Manajer perusahaan melaporkan net income yang tinggi untuk tujuan mendapatkan bonus. Income maximization dilakukan saat perusahaan mengalami penurunan laba.

4. Income smoothing

Income smoothing merupakan salah satu pola manajemen laba yang dilakukan dengan cara meratakan perolehan laba yang perusahaan sehingga laba yang diperoleh tidak terlalu berfluktuasi. Biedelman (1973) dalam Chariri dan Ghozali (2007) menyatakan 2 alasan yang digunakan manajemen untuk melakukan income smoothing. Alasan pertama didasarkan pada asumsi bahwa pola laba periodik yang stabil dapat mendukung tingkat dividen yang lebih tinggi dibandingkan pola laba periodik yang berfluktuasi. Kedua, berkaitan dengan upaya meratakan kemampuan untuk mengantisipasi pola fluktuasi laba periodik.

5. Corporate Governance

Pengertian corporate governance menurut FCGI yaitu seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur, pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan ekstern lainnya yang berkaitan dengan


(33)

hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan. Corporate governance bertujuan untuk menciptakan nilai tambah bagi pihak-pihak pemegang kepentingan (Almilia dan Sifa, 2006). Menurut Linan (2000) dalam Hastuti (2005) terdapat empat prinsip dasar pengelolaan perusahaan yang baik. Keempat prinsip tersebut adalah :

1. Keadilan (fairness) yang meliputi :

a. Perlindungan bagi seluruh hak pemegang saham. b. Perlakuan yang sama bagi para pemegang saham. 2. Transparansi (transparancy) yang meliputi:

a. Pengungkapan informasi yang bersifat penting.

b. Informasi harus disiapkan, diaudit, diungkapkan dengan pembukuan berkualitas.

c. Penyebaran informasi harus bersifat adil, tepat waktu dan efisien. 3. Dapat dipertanggungjawabkan (accountability) yang meliputi

meliputi:

a. Dewan direksi bertindak mewakili kepentingan perusahaan dan pemegang saham.

b. Penilaian yang bersifat independen terlepas dari manajemen. c. Akses terhadap informasi secara akurat, relevan dan tepat waktu 4. Pertanggungjawaban (responsibility) meliputi:

a. Menjamin dihormatinya segala hak pihak-pihak yang berkepentingan.


(34)

b. Para pihak yang berkepentingan harus mempunyai kesempatan untuk mendapatkan ganti rugi yang efektif atas pelanggaran hak-hak mereka.

c. Dibukanya mekanisme pengembangan prestasi bagi pihak yang berkepentingan.

d. Jika diperlukan, para pihak yang berkepentingan harus mempunyai akses terhadap informasi yang relevan.

Secara umum dewan komisaris ditugaskan dan diberi tanggung jawab atas pengawasan kualitas informasi yang terkandung dalam laporan keuangan (Nasution dan Setiawan, 2007). Pengawasan dilakukan agar kecenderungan manajer untuk melakukan manajemen laba berkurang agar investor tetap memberikan kepercayaan untuk menanamkan investasinya pada perusahaan. Vafeas (2000) dalam Siallagan dan Machfoedz (2006) mengatakan bahwa peranan dewan komisaris diharapkan dapat meningkatkan kualitas laba dengan membatasi tingkat manajemen laba melalui fungsi monitoring atas pelaporan keuangan. Tugas dari dewan komisaris yang dirumuskan oleh FCGI, antara lain:

1) Menilai dan mengarahkan strategi perusahaan, garis-garis besar rencana kerja, kebijakan pengendalian risiko, anggaran tahunan dan rencana usaha, menetapkan sasaran kerja, mengawasi pelaksanaan dan kinerja perusahaan, serta memonitor penggunaan modal perusahaan, investasi dan penjualan aset.


(35)

2) Menilai sistem penetapan penggajian pejabat pada posisi kunci dan penggajian anggota dewan direksi, serta menjamin suatu proses pencalonan anggota dewan direksi yang transparan dan adil.

3) Memonitor dan mengatasi masalah benturan kepentingan pada tingkat manajemen, anggota dewan direksi dan anggota dewan komisaris, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan manipulasi transaksi perusahaan.

4) Memonitor pelaksanaan Governance, dan mengadakan perubahan jika perlu.

5) Memantau proses keterbukaan dan efektifitas komunikasi dalam perusahaan.

6. Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap manajemen laba perusahaan. Perusahaan besar cenderung bertindak hati – hati dalam melakukan pengelolaan perusahaan dan cenderung melakukan pengelolaan laba secara efisien. Perusahaan yang besar lebih diperhatikan oleh masyarakat sehingga mereka akan lebih berhati-hati dalam melakukan pelaporan keuangan, sehingga berdampak perusahaan tersebut melaporkan kondisinya lebih akurat (Nuryaman, 2008).


(36)

7. Struktur Kepemilikan

Struktur kepemilikan merupakan jenis institusi atau perusahaan yang memegang saham terbesar dalam suatu perusahaan (Wahyudi dan Pawestri, 2006) dalam Isnanta (2008). Struktur kepemilikan dapat berupa investor individual, pemerintah, dan institusi swasta. Struktur kepemilikan dipercaya memiliki kemampuan untuk mempengaruhi jalannya perusahaan yang nantinya dapat mempengaruhi kinerja perusahaan. Agency problem dapat dikurangi dengan adanya struktur kepemilikan. Struktur kepemilikan merupakan suatu mekanisme untuk mengurangi konflik antara manajemen dan pemegang saham (Faisal, 2004). Jensen dan Meckling (1976) dalam Faisal (2004) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial dan kepemilikan institusional adalah mekanisme pengawasan kepemilikan yang dapat mengendalikan masalah keagenan.

Struktur kepemilikan dalam suatu perusahaan dapat dikelompokkan dalam beberapa kategori. Struktur kepemilikan dapat dikelompokkan dalam kepemilikikan terkonsentrasi dan menyebar. Selain itu juga dapat dikelompokkan secara lebih spesifik lagi dalam kategori struktur kepemilikan yang meliputi kepemilikan oleh institusi domestik, institusi asing, pemerintah, karyawan, dan individual domestik (Xu, 1997) dalam Isnanta (2008). Namun, dalam penelitian ini hanya mencakup 3 kategori yaitu :


(37)

Kepemilikan institusional memiliki kemampuan untuk mengendalikan pihak manajemen melalui proses monitoring secara efektif sehingga dapat mengurangi manajemen laba (Ujiyantho dan Pramuka, 2007). Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pemerintah, institusi keuangan, institusi berbadan hukum, institusi luar negeri, dana perwalian serta institusi lainnya pada akhir tahun (Shien, et.al. 2006) dalam Isnanta (2008). Adanya kepemilikan oleh investor institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap kinerja manajemen.

2. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial merupakan kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Menurut Itturiaga dan Sanz (2000) dalam Isnanta (2008) struktur kepemilikan manajerial dapat dijelaskan dari dua sudut pandang yaitu pendekatan keagenan (agency approach) dan pendekatan ketidakseimbangan (asymmetric information approach). Selain kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial juga dianggap bisa mengurangi perilaku

opportunistic manajer. Besar kecilnya jumlah kepemilikan saham

manajerial dalam perusahaan dapat mengindikasikan adanya kesamaan (congruance) kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham


(38)

(Faisal, 2004). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manajer yang mempunyai kepemilikan saham di perusahaan akan cenderung bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham karena terdapat kesamaan kepentingan antara keduanya.

3. Kepemilikan Terkonsentrasi

Kepemilikan terkonsentrasi merupakan kepemilikan yang memiliki dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest (kepemilikan saham pengendalian) dan minorit interest (kepemilikan saham minoritas) (shareholders). Anderson (2002) dalam Isnanta (2008) mengatakan bahwa perusahaan yang dikendalikan oleh keluarga mempunyai struktur yang menyebabkan berkurangnya konflik agensi antara pemegang saham dan kreditur, dimana kreditur menganggap kepemilikan keluarga lebih melindungi kepentingan kreditur. Anderson (2002) dalam Isnanta (2008) menunjukkan bahwa pemegang saham minoritas justru diuntungkan dari adanya kepemilikan keluarga. Arifin (2003) dalam Isnanta (2008) menunjukkan bahwa perusahaan publik di Indonesia yang dikendalikan keluarga atau negara atau institusi keuangan masalah agensinya lebih baik jika dibandingkan perusahaan yang dikontrol oleh publik atau tanpa pengendali utama. Menurutnya, dalam perusahaan yang dikendalikan keluarga, masalah agensinya lebih kecil karena berkurangnya konflik antara principal dan agent. Jika kepemilikan keluarga lebih efisien, maka pada perusahaan dengan kepemilikan keluarga yang tinggi pengelolaan laba yang oportunis dapat dibatasi. Tetapi pengendalian yang lebih efisien


(39)

dalam kepemilikan keluarga tersebut besar kemungkinan tidak berlaku di perusahaan konglomerasi – seperti yang banyak terdapat di Indonesia (Isnanta,2008).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilaksanakan sekarang ini, merujuk pada penelitian yang dilakukan sebelumnya antara lain Faisal (2004) menguji hubungan antara struktur kepemilikan, corporate governance, dan biaya agency. Sampel dalam penelitian ini adalah 33 perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 1999 – 2001. Variabel yang digunakan dalan penelitian ini adalah kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran dewan direksi, ukuran perusahaan, leverage,

dividen, dan risk. Hasil penelitian menunjukkan variabel kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan risiko berpengaruh negatif terhadap biaya keagenan, ukuran dewan direksi dan dividen berpengaruh positif terhadap biaya keagenan. Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya keagenan. Nasution dan Setiawan (2007) pada industri perbankan selama tahun pengamatan 2000-2004 menunjukkan bahwa proporsi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, dan keberadaan komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba. Ujiyantho dan Pramuka (2007) dalam penelitiannya terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI selama tahun 2001-2004 menunjukkan bahwa kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba, sedangkan kepemilikan manajerial dan keberadaan komisaris independen


(40)

terbukti berpengaruh terhadap manajemen laba. Nuryaman (2008) meneliti pengaruh konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, dan mekanisme

corporate governance terhadap manajemen laba pada perusahaan manufaktur

yang terdaftar di BEI. Variabel yang digunakan adalah konsentrasi kepemilikan, ukuran perusahaan, komposisi dewan komisaris, spesialisasi KAP, manajemen laba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi kepemilkan, dan ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba, komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.

Tabel 2.1 Penelitian terdahulu No Nama

Peneliti Variabel Penelitian Metode Analisis Hasil

1 Faisal (2004) Kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional Ukuran dewan direksi, Agecy cost, ukuran perusahaan, leverage, dividen, risk Regresi Berganda Variabel kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, ukuran perusahaan dan risiko berpengaruh negatif terhadap biaya keagenan, ukuran dewan direksi dan dividen berpengaruh positif terhadap biaya keagenan. Leverage tidak berpengaruh terhadap biaya keagenan 2 Nasution

dan Setyawan (2007) Komposisi dewan komisaris, ukuran dewan komisaris, komite audit, ukuran perusahan, manajemen laba Regresi Berganda

Komposisi dewan komisaris, dan komite audit

berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, ukuran dewan komisaris berpengaruh positif terhadap manajemen laba, dan ukuran perusahaan tidak

berpengaruh terhadap manajemen laba.


(41)

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan sintesis atau eksplorasi dari tinjauan teori yang mencerminkan antara variabel yang diteliti dan merupakan tuntutan untuk memecahkan masalah penelitian serta merumuskan hipótesis (Jurusan Akuntansi 2004:13).

3 Ujiyantho dan Pramuka (2007) Kepemilikan Institusional, kepemilikan manajerial, proporsi dewan komisaris independen, Ukuran dewan komisaris, manajemen laba, kinerja keuangan Regresi Berganda Kepemilikan institusional dan ukuran dewan komisaris tidak berpengaruh terhadap manajemen laba,

kepemilikan manajerial berpengaruh negatif terhadap manajemen laba, Sedangkan proporsi dewan komisaris independen berpengaruh positif terhadap manajemen laba.

Manajemen laba tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan 4 Nuryaman

(2008) Konsentrasi kepemilikan, Ukuran perusahaan, Komposisi dewan komisaris, spesialisasi KAP, manajemen laba Regresi Berganda Konsentrasi kepemilikan, dan Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap manajemen laba. Sedangkan komposisi dewan komisaris dan spesialisasi industri KAP tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.


(42)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Ukuran dewan komisaris berarti jumlah dewan komisaris yang ada dalam suatu perusahaan. Jumlah dewan komisaris yang terlalu besar akan mengurangi efektivitas pengawasan terhadap kinerja manajemen. Komite Nasional Kebijakan Governance (2004) dalam Isnanta (2008) mengemukakan:

Corporate Governance

Ukuran Dewan Komisaris (X1)

Komposisi Dewan Komisaris (X2)

Ukuran Perusahaan (X3)

Struktur Kepemilikan

Kepemilikan konsentrasi(X6)

Kepemilikan Manajerial(X5)

Kepemilikan Institusional

(X4)

MANAJEMEN LABA


(43)

Komisaris independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan manajemen, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen atau bertindak semata-mata demi kepentingan perusahaan.

Komposisi dewan komisaris independen diukur dengan menggunakan indikator persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan. Keberadaan komisaris independen dalam perusahaan akan mengurangi tindakan manajemen laba.

Ukuran perusahaan dapat menentukan banyak sedikitnya praktik manajemen laba perusahaan. Perusahaan dengan ukuran yang relatif besar akan dilihat kinerjanya oleh publik sehingga perusahaan tersebut akan melaporkan kondisi keuangannya dengan lebih berhati – hati, lebih menunjukkan keinformatifan informasi yang terkandung di dalamnya, dan lebih transparan. Oleh karena itu, perusahaan lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba. Sedangkan perusahaan yang mempunyai ukuran yang lebih kecil mempunyai kecenderungan untuk melakukan manajemen laba dengan melaporkan laba yang lebih besar untuk menunjukkan kinerja perusahaan yang memuaskan.

Institusional selaku pemilik perusahaan memiliki insentif untuk membatasi perilaku manajemen laba yang dilakukan manajer atas investasi yang telah dilakukannya, sehingga kepemilikan institusional yang lebih besar mampu melakukan mekanisme monitoring atas tindakan pengelolaan yang


(44)

dilakukan oleh manajer perusahaan (Nikmah dan Suranta, 2005). Masulis (1980) dalam Isnanta (2008) melakukan penelitian dalam kaitannya dengan relevansi keputusan pendanaan, menemukan bahwa sehari sebelum dan sesudah pengumuman peningkatan proporsi hutang terdapat kenaikan

abnormal return, sebaliknya pada saat perusahaan mengumumkan penurunan

proporsi hutang berpengaruh kepada penurunan abnormal return. Pengaruh dari struktur kepemilikan perusahaan secara lebih lanjut dapat dijelaskan dari hasil penelitian berikut ini: (1) Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara kepemilikan terkonsentrasi dan produktifitas sebagai salah satu proksi dari kinerja perusahaan. (2) Pengaruh kepemilikan terkonsentrasi lebih kuat untuk perusahaan yang didominasi oleh legal person shareholders daripada perusahaan yang didominasi oleh perusahaan. (3) Profitabilitas perusahaan berhubungan positif dengan proksi pemilikan saham oleh legal person tetapi berhubungan negatif dengan proksi pemilikan saham oleh perusahaan (4) Produktifitas tenaga kerja cenderung menurun saat proporsi kepemilikan saham oleh perusahaan meningkat. Kepemilikan saham oleh legal person

shareholders dapat memonitor manjemen secara efektif melalui pengendalian

oleh board of directors, pemilihan karyawan perusahaan dan pemberian kompensasi terhadap chief corporate officer.

2. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H1 : Ukuran dewan komisaris berpengaruh signifikan terhadap


(45)

H2 : Komposisi dewan komisaris independen berpengaruh

signifikan terhadap manajemen laba.

H3 : Ukuran perusahaan berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

H4 : Kepemilikan institusional berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

H5 : Kepemilikan manajerial berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

H6 : Kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh signifikan terhadap

manajemen laba.

H7 : Ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris

independen, ukuran perusahaan, kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan terkonsentrasi berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba secara simultan.


(46)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian asosiatif yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono, 2007) dalam Suryani (2010).

B. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dari penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Periode penelitian mencakup data pada tahun 2009 agar lebih mencerminkan manajemen laba dalam satu tahun dan kondisi saat ini. Sampel dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak pada bidang manufaktur. Perusahaan manufaktur dipilih karena perusahaan manufaktur memiliki kontribusi relatif besar terhadap perekonomian dan memiliki tingkat kompetisi yang kuat. Teknik pengambilan sampel dilakukan secara purposive sampling agar diperoleh sampel yang representatif sesuai dengan kriteria yang ditentukan. Adapun kriteria yang digunakan untuk memilih sampel adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2009

2. Perusahaan menerbitkan laporan keuangan tahunan untuk periode 31 Desember 2009.


(47)

perusahaan maupun data yang diperlukan untuk mendeteksi manajemen laba.

Tabel 3.1

Daftar perusahaan Manufaktur yang menjadi sampel

NO KODE POPULASI KRITERIA SAM

PEL 1 2 3

01 ADES Ades Waters Indonesia Tbk √ √ √ 1 02 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk √ √ X 03 AQUA Aqua Golden Mississippi Tbk √ √ √ 2

04 CEKA Cahaya Kalbar Tbk √ √ √ 3

05 DAVO Davomas Abadi Tbk √ √ √ 4

06 DLTA Delta Djakarta Tbk √ √ X -

07 FAST Fast Food Indonesia Tbk √ √ √ 5

08 INDF Indofood Sukses Makmur Tbk √ √ √ 6 09 MLBI Multi Bintang Indonesia Tbk √ √ √ 7

10 MYOR Mayora Indah Tbk √ √ √ 8

11 PSDN Prasidha Aneka Niaga Tbk √ √ √ 9

12 PTSP Pioneerindo Gourmet International Tbk √ √ √ 10

13 SIPD Sierad Produce Tbk √ √ √ 11

14 SKBM Sekar Bumi Tbk √ X X -

15 SKLT Sekar Laut Tbk √ √ X -

16 SMAR SMART Tbk √ √ √ 12

17 STTP Siantar TOP Tbk √ X X -

18 TBLA Tunas Baru Lampung Tbk √ X X -

19 ULTJ Ultra Jaya Milk Tbk √ √ √ 13

20 BATI BAT Indonesia Tbk √ X X -

21 RMBA Bentoel International Investama Tbk √ √ √ 14

22 GGRM Gudang Garam Tbk √ X X -

23 HMSP HM Sampoerna Tbk √ √ √ 15

24 ARGO Argo Pantes Tbk √ √ X -

25 CNTX Century Textile Industry (Centex) Tbk √ √ X -

26 ERTX Eratex Djaja Tbk √ X X -

27 PAFI Panasia Filament Inti Tbk √ √ √ 16

28 HDTX Panasia Indosyntec Tbk √ X X -

29 RDTX Roda Vivatex Tbk √ √ √ 17

30 SSTM Sunson Textile Manufacture Tbk √ X X - 31 TEJA Textile Manufacturing Company Jaya Tbk √ X X -

32 TFCO TIFICO Tbk √ √ X -

33 UNTX Unitex Tbk √ √ √ 18

34 MYTX APAC Citra Centertex Tbk √ √ X - 35 DOID Delta Dunia Petroindo Tbk √ √ X - 36 ESTI Ever Shine Textile Industry Tbk √ √ √ 19 37 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk √ √ √ 20 38 MYRX Hanson International Tbk √ √ X -

39 SRSN Indo Acidatama Tbk √ √ √ 21

40 INDR Indorama Syntetics Tbk √ X X -

41 KARW Karwell Indonesia Tbk √ √ √ 22


(48)

43 BIMA Primarindo Asia Infrastructure Tbk √ √ √ 24 44 RICY Ricky Putra Globalindo Tbk √ √ √ 25

45 BATA Sepatu Bata Tbk √ √ √ 26

46 SIMM Surya Intrindo Makmur Tbk √ √ √ 27

47 BRPT Barito Pacific Tbk √ √ √ 28

48 DSUC Daya Sakti Unggul Corporation Tbk √ X X - 49 SULI Sumalindo Lestari Jaya Tbk √ √ √ 29 50 TIRT Tirta Mahakam Resources Tbk √ X X -

51 FASW Fajar Surya Wisesa Tbk √ √ X -

52 INKP Indah Kiat Pulp & Paper Tbk √ X X - 53 TKIM Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk √ X X -

54 SPMA Suparma Tbk √ √ √ 30

55 SAIP Surabaya Agung Industry Pulp Tbk √ X X -

56 INRU Toba Pulp Lestari Tbk √ X X -

57 AKRA AKR Corporindo Tbk √ √ √ 31

58 BUDI Budi Acid Jaya Tbk √ √ √ 32

59 CLPI Colorpak Indonesia Tbk √ X X -

60 ETWA Eterindo Wahanatama Tbk √ √ √ 33

61 LTLS Lautan Luas Tbk √ √ √ 34

62 POLY Polysindo Eka Perkasa Tbk √ X X - 63 SOBI Sorini Agro Asia Corporindo Tbk √ X X - 64 UNIC Unggul Indah Cahaya Tbk √ X X -

65 TPIA Tri Polyta Indonesia Tbk √ √ √ 35

66 DPNS Duta Pertiwi Nusantara Tbk √ √ √ 36 67 EKAD Ekadharma International Tbk √ √ X - 68 INCI Intanwijaya Internasional Tbk √ X X - 69 KKGI Resource Alam Indonesia Tbk √ X X - 70 AKKU Aneka Kemasindo Utama Tbk √ √ √ 37 71 AKPI Argha Karya Prima Industry Tbk √ √ √ 38 72 AMFG Asahimas Flat Glass Tbk √ X X -

73 APLI Asiaplast Industries Tbk √ √ √ 39

74 BRNA Berlina Tbk √ √ √ 40

75 DYNA Dynaplast Tbk √ √ √ 41

76 FPNI Titan Kimia Nusantara Tbk √ X X - 77 IGAR Kageo Igar Jaya (formerly Igarjaya) Tbk √ √ √ 42 78 LAPD Leyand International Tbk √ X X - 79 LMPI Langgeng Makmur Plastik Industry Ltd Tbk √ √ √ 43

80 SIMA Siwani Makmur Tbk √ √ √ 44

81 TALF Tunas Alfin Tbk √ X X -

82 TRST Trias Sentosa Tbk √ √ √ 45

83 YPAS PT Yanaprima Hastapersada Tbk √ √ √ 46

84 SMCB Holcim Indonesia Tbk √ √ √ 47

85 INTP Indocement Tunggal Prakarsa Tbk √ √ √ 48 86 SMGR Semen Gresik (Persero) Tbk √ √ √ 49 87 ALMI Alumindo Light Metal Industry Tbk √ X X -

88 BTON Betonjaya Manunggal Tbk √ √ √ 50

89 CTBN Citra Tubindo Tbk √ √ X -

90 INAI Indal Aluminium Industry Tbk √ √ √ 51 91 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works Tbk √ √ √ 52

92 JPRS Jaya Pari Steel Tbk √ √ √ 53

93 LMSH Lion Mesh Prima Tbk √ √ √ 54

94 LION Lion Metal Works Tbk √ √ √ 55


(49)

96 TBMS Tembaga Mulia Semanan Tbk √ X X -

97 TIRA Tira Austenite Tbk √ √ √ 57

98 ITMA Itamaraya Gold Industri Tbk √ X X -

99 KICI Kedaung Indah Can Tbk √ √ √ 58

100 KDSI Kedawung Setia Industrial Tbk √ √ √ 59

101 ARNA Arwana Citramulia Tbk √ √ √ 60

102 IKAI Intikeramik Alamasri Industry Tbk √ X X -

103 MLIA Mulia Industrindo Tbk √ √ √ 61

104 TOTO Surya Toto Indonesia Tbk √ √ √ 62

105 KIAS Keramika Indonesia Assosiasi Tbk √ √ √ 63 106 KBLI GT Kabel Indonesia Tbk √ X X - 107 JECC Jembo Cable Company Tbk √ X X -

108 KBLM Kabelindo Murni Tbk √ √ √ 64

109 SCCO Supreme Cable Manufacturing & Commerce Tbk √ X X -

110 IKBI Sumi Indo Kabel Tbk √ √ √ 65

111 VOKS Voksel Electric Tbk √ X X -

112 ASGR Astra Graphia Tbk √ √ √ 66

113 MTDL Metrodata Electronics Tbk √ √ √ 67 114 MLPL Multipolar Corporation Tbk √ X X -

115 PTSN Sat Nusapersada Tbk √ √ √ 68

116 MYOH Myoh Technology Tbk √ √ √ 69

117 ASII Astra International Tbk √ √ X -

118 AUTO Astra Otoparts Tbk √ √ √ 70

119 BRAM Indo Kordsa (formerly Branta Mulia) Tbk √ √ √ 71

120 GJTL Gajah Tunggal Tbk √ √ √ 72

121 GDYR Goodyear Indonesia Tbk √ √ √ 73

122 HEXA Hexindo Adiperkasa Tbk √ X X -

123 IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk √ X X -

124 INDS Indospring Tbk √ √ √ 74

125 INTA Intraco Penta Tbk √ √ √ 75

126 LPIN Multi Prima Sejahtera Tbk √ √ √ 76 127 MASA Multistrada Arah Sarana Tbk √ √ √ 77

128 NIPS Nipress Tbk √ √ √ 78

129 ADMG Polychem Indonesia Tbk √ √ √ 79

130 PRAS Prima Alloy Steel Tbk √ X X -

131 SQMI Allbond Makmur Usaha Tbk √ √ √ 80

132 SMSM Selamat Sempurna Tbk √ √ √ 81

133 SUGI Sugi Samapersada Tbk √ √ √ 82

134 TURI Tunas Ridean Tbk √ √ √ 83

135 UNTR United Tractors Tbk √ √ √ 84

136 INTD Inter Delta Tbk √ √ √ 85

137 MDRN Modern Internasional Tbk √ √ √ 86

138 KONI Perdana Bangun Pusaka Tbk √ √ √ 87 139 SQBI Bristol-Myers Squibb Indonesia Tbk √ √ √ 88 140 DVLA Darya-Varia Laboratoria Tbk √ √ √ 89

141 INAF Indofarma (Persero) Tbk √ √ X -

142 KLBF Kalbe Farma Tbk √ √ √ 90

143 KAEF Kimia Farma (Persero) Tbk √ √ √ 91

144 MERK Merck Tbk √ √ √ 92

145 PYFA Pyridam Farma Tbk √ √ √ 93

146 SCPI Schering Plough Indonesia Tbk √ √ √ 94

147 TSPC Tempo Scan Pacific Tbk √ √ √ 95


(50)

149 MRAT Mustika Ratu Tbk √ √ √ 97

150 UNVR Unilever Indonesia Tbk √ √ √ 98

151 PROD Sara Lee Body Care Indonesia Tbk √ X X - 152 APOL Arpeni Pratama Ocean Line Tbk √ X X - 153 BLTA Berlian Laju Tanker Tbk √ X X - 154 CMPP Centris Multipersada Pratama Tbk √ √ √ 100 155 HITS Humpuss Intermoda Transportasi Tbk √ √ √ 101 156 IATA Indonesia Air Transport Tbk √ √ √ 102

157 MIRA Mitra Rajasa Tbk √ X X -

158 TMAS Pelayaran Tempuran Emas Tbk √ √ √ 103

159 RIGS Rig Tenders Tbk √ √ X -

160 SMDR Samudera Indonesia Tbk √ √ √ 104

161 SAFE Steady Safe Tbk √ X X -

162 WEHA Panorama Transportasi Tbk √ √ √ 105

163 ZBRA Zebra Nusantara Tbk √ √ √ 106

164 JASS Jasa Angkasa Semesta Tbk √ X X -

165 BTEL Bakrie Telecom Tbk √ X X -

166 EXCL Excelcomindo Pratama Tbk √ √ √ 107

167 ISAT INDOSAT Tbk √ √ √ 108

168 IATG Infoasia Teknologi Global Tbk √ X X -

169 FREN Mobile-8 Telecom Tbk √ √ √ 109

170 TLKM Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk √ √ √ 110

171 ALFA Alfa Retailindo Tbk √ √ √ 111

172 TMPI AGIS Tbk √ √ √ 112

173 AIMS Akbar Indo Makmur Stimec Tbk √ √ √ 113 174 EPMT Enseval Putra Megatrading Tbk √ √ √ 114

175 FISH FKS Multi Agro Tbk √ √ √ 115

176 HERO Hero Supermarket Tbk √ √ X -

177 MPPA Matahari Putra Prima Tbk √ √ √ 116 178 SDPC Millenium Pharmacon Internasional Tbk √ √ √ 117

179 MAPI Mitra Adiperkasa Tbk √ √ √ 118

180 MICE Multi Indocitra Tbk √ √ √ 119

181 META Nusantara Infrastructure Tbk √ X X - 182 RALS Ramayana Lestari Sentosa Tbk √ √ X -

183 RIMO Rimo Catur Lestari Tbk √ √ √ 120

184 TGKA Tigaraksa Satria Tbk √ √ √ 121

185 TKGA Toko Gunung Agung Tbk √ √ √ 122

186 WICO Wicaksana Overseas International Tbk √ √ √ 123 187 ACES Ace Hardware Indonesia Tbk √ √ √ 124

188 MACO Courts Indonesia Tbk √ X X -

189 OKAS TD Resources Tbk √ √ √ 125

190 CSAP Catur Sentosa Adiprana Tbk √ √ √ 126 191 TRIL Triwira Insanlestari Tbk √ √ √ 127

192 SING Singer Indonesia Tbk √ X X -


(51)

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari laporan keuangan tahunan perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2009. Data tersebut diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory

(ICMD), situs Bursa Efek Indonesia www.idx.co.id.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yaitu cara yang dipergunakan untuk memperoleh data yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data pada penelitian adalah data sekunder. Teknik yang digunakan peneliti adalah studi dokumentasi yaitu, dengan mengumpulkan data sekunder yang berkaitan dengan penelitian ini, data berupa catatan, laporan keuangan maupun informasi lainnya. Data penelitian ini diperoleh melalui media internet dengan cara mengunduh laporan keuangan perusahaan-perusahaan manufaktur yang diperlukan melalui situs resmi Bursa Efek Indonesia dan dari Indonesian

Capital Market Directory (ICMD).

E. Definisi Operasional Variabel

Definisi operasional merupakan petunjuk tentang bagaimana suatu variabel di ukur sehingga peneliti dapat mengetahui baik atau buruk pengukuran tersebut. Definisi operasional dari variabel terikat dan variabel bebas yang dijadikan indikator empiris dari penelitian ini adalah:


(52)

1. Manajemen laba

Manajemen laba yaitu suatu kemampuan untuk memanipulasi pilihan – pilihan yang tersedia dan mengambil pilihan yang tepat untuk dapat mencapai tingkat laba yang diinginkan (Belkaoui, 2004). Menurut McNichols (2000) dalam Isnanta (2008), menurutnya ada tiga pendekatan yang dapat digunakan untuk proksi manajemen laba: (1) pendekatan yang mendasarkan pada model agregat akrual, model Jones dan modified Jones, (2) pendekatan yang mendasarkan pada model spesifik akrual, misal McNichols (1998), dan (3) pendekatan berdasarkan distribusi frekuensi, fokusnya adalah perilaku laba yang dikaitkan dengan spesifik benchmark dimana praktik manajemen laba dapat dilihat dari banyaknya frekuensi perusahan yang melaporkan laba di atas atau di bawah benchmark, misal Burgstahler dan Dichev (1997) serta Myers dan Skinner (1999). Hasil kajian McNichols (2000) juga menyarankan bahwa agar riset mengenai manajemen laba untuk menggunakan model spesifik akrual dan distribusi frekuensi. Manajemen laba dalam penelitian ini diukur dengan dasar rasio akrual kerja dengan pendapatan (penjualan) berdasarkan penelitian McNichols (2000) dan Girsang (2010), yang secara matematis dapat digambarkan sebagai berikut:


(53)

Keterangan :

∆AL = Perubahan aktiva lancar pada periode t

∆HL = Perubahan hutang lancar pada periode t

∆Kas = Perubahan kas dan ekuivalen kas pada periode t

Data akrual modal kerja dapat diperoleh langsung dari laporan arus kas aktivitas operasi, sehingga investor dapat langsung memperoleh data tersebut tanpa melakukan perhitungan yang rumit.

2. Ukuran dewan komisaris

Variabel ukuran dewan komisaris diukur dengan jumlah total anggota dewan komisaris, baik yang berasal dari internal perusahaan maupun dari eksternal perusahaan sampel.

UDK = Jumlah total anggota dewan komisaris

3. Komposisi dewan komisaris

Komposisi dewan komisaris diukur dengan persentase jumlah dewan komisaris independen yang ada dalam perusahaan terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan sampel. Beasley (1996) dalam Nasution dan Setiawan (2007) menyatakan bahwa masuknya dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan meningkatkan efektivitas dewan tersebut dalam mengawasi manajemen untuk mencegah kecurangan laporan keuangan.

KDK = jumlah dewan komisaris independen jumlah total komisaris


(54)

4. Ukuran perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan variabel yang diukur dari jumlah total asset perusahaan sampel yang ditransformasi dalam bentuk logaritma natural.

SIZE = Log Total Aset

5. Kepemilikan Institusional

Kepemilikan institusional adalah jumlah persentase hak suara yang dimiliki oleh institusi (Beiner et al, 2003 dalam Ujiyanto & Pramuka, 2007). Moh’d et al. (1998) dalam Pratana dan Mas’ud (2003) menyatakan bahwa investor institusional merupakan pihak yang dapat memonitor agen dengan kepemilikannya yang besar, sehingga motivasi manajer untuk mengatur laba menjadi berkurang. Kepemilikan institusional dalam penelitian ini menggunakan indikator jumlah saham yang dimiliki institusi (perusahaan asuransi, bank, dana pensiun, dan sebagainya) dari seluruh modal saham yang beredar.

KI = Jumlah saham yang dimiliki oleh Institusi Jumlah total saham biasa

6. Kepemilikan Manajerial

Kepemilikan manajerial adalah kepemilikan saham oleh manajemen perusahaan yang diukur dengan persentase jumlah saham yang dimiliki oleh manajemen (Sujoko dan Soebiantoro, 2007). Menurut Faisal (2004) kepemilikan manajerial adalah persentase saham yang dimiliki oleh


(55)

eksekutif dan direksi. Indikator yang digunakan adalah jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan.

KM = Jumlah saham yang dimiliki Direksi & Komisaris Jumlah total saham biasa

7. Kepemilikan Konsentrasi

Dalam tipe kepemilikan seperti ini timbul dua kelompok pemegang saham, yaitu controlling interest (kepemilikan saham pengendalian) dan

minorit interest (kepemilikan saham minoritas) (shareholders).

Konsentrasi kepemilikan diproksikan dengan jumlah kepemilkan terbesar oleh individu (Nuryaman, 2008). Variabel kepemilikan konsentrasi diukur dengan mengurutkan pemegang saham terbesar dari perusahaan.

KK = Jumlah saham yang dimiliki Pemegang saham terbesar Jumlah total saham biasa

Tabel 3.2

Ringkasan Definisi Operasional dan Pengukurannya No. Jenis

Variabel

Nama Variabel

Definisi Skala

Pengukuran

1 Dependen Manajemen

Laba

Potensi penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi

Rasio

2. Independen Ukuran Dewan Komisaris

Jumlah keseluruhan dewan komisaris dalam masing-masing perusahaan sampel

Nominal

3. Independen Komposisi Dewan Komisaris

Persentase anggota dewan komisaris yang berasal dari luar perusahaan dari seluruh ukuran anggota dewan komisaris perusahaan


(56)

4. Independen Ukuran Perusahaan

Jumlah total asset perusahaan sampel

Nominal 5 Independen Kepemilikan

Institusional

Persentase kepemilikan saham perusahaan oleh institusi bisnis tertentu

Rasio

6 Independen Kepemilikan Manajerial

Persentase jumlah saham yang dimiliki manajemen dari seluruh modal saham perusahaan

Rasio

7 Independen Kepemilikan Konsentrasi

Persentase jumlah saham yang dimiliki pemegang saham terbesar dari seluruh modal saham perusahaan

Rasio

F. Metode Analisis Data

1. Pengujian Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, residual memiliki distribusi normal. Cara untuk mendeteksi apakah residual berdistribusi normal atau tidak adalah dengan menggunakan analisis grafik dan uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) . Pada uji normalitas dengan menggunakan analisis grafik, normalitas dapat dideteksi dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dari grafik atau dengan melihat histogram dari residualnya. Dasar pengambilan keputusannya:

1. Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogramnya menunjukkan pola


(57)

distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.

2. Jika data menyebar jauh dari diagonalnya dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal atau grafik histogram tidak menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.

Cara pengambilan keputusan pada uji statistik non-parametrik

Kolmogorov-Smirnov (K-S) :

1. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) < 0,05 artinya data residual tidak berdistribusi normal.

2. Jika nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05 artinya data residual berdistribusi normal.

b. Uji Multikolinieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada atau tidakya multikolinieritas di dalam model regresi dapat dilihat dari nilai tolerance dan variance inflation factor (VIF). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.


(58)

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t – 1 (sebelumnya). Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lain. Untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi dilakukan dengan menggunakan uji Durbin-Watson

(DW-Test).

Tabel 3.1

Pengambilan Keputusan Uji Durbin-Watson ( DW-Test)

Hipotesis Nol Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d <dl Tidak ada autokorelasi poitif No decision dl < d < du Tidak ada korelasi negatif Tolak 4 - dl < d < 4 Tidak ada korelasi negatif No Decision 4 - du < d < 4 – dl Tidak ada autokorelasi positif

atau negatif

Tidak ditolak du < d < 4 – du

d. Uji Heterokedastisitas

Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Model regresi yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas. Pengujian heterokedastisitas dilakukan dengan menggunakan grafik scatterplot. Dasar analisis yang


(59)

1. Jika ada pola tertentu , seperti titik – titik yang ada membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heterokedastisitas.

2. Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik–titik menyebar di atas dan dibawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

2. Analisis Regresi Berganda

Dalam penelitian ini, metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah metode regresi berganda. Metode regresi berganda yaitu metode statistik untuk menguji hubungan antara beberapa variabel bebas terhadap satu variabel terikat. Model yang digunakan dalam regresi berganda untuk melihat pengaruh corporate

governance, ukuran perusahaan dan struktur kepemilikan terhadap

manajemen laba dalam penelitian ini adalah :

Keterangan :

Y = Manajemen Laba

A = Konstanta

b1, b2, b3, b4, b5, b6 = Koefisien Regresi


(60)

X2 = Komposisi Dewan Komisaris

X3 = Ukuran Perusahaan

X4 = Kepemilikan Institusional

X5 = Kepemilikan Manajerial

X6 = Kepemilikan Konsentrasi

= Faktor pengganggu

3. Pengujian Hipotesis

a. Uji Pengaruh Simultan (F Test)

Uji statistik F menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama–sama terhadap variabel independen. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi f < 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara semua variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi f > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen.

b. Uji Koefisien Determinasi ( R2 )

Koefisien determinasi (R2) mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu.Nilai R2 yang kecil berarti


(61)

kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel – variabel independn memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

c. Uji Parsial (T test)

Uji statistik t menunjukkan seberapa jauh variabel independen secara individual menerangkan variasi. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%. Jika nilai signifikansi t < 0,05 artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara satu variabel independen terhadap variabel dependen. Jika nilai signifikansi t > 0,05 artinya tidak terdapat pengaruh antara satu variabel independen terhadap variabel dependen.


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini dianalisis dengan menggunakan metode analisis statistik dengan menggunakan analisis persamaan regresi berganda, yakni studi mengenai ketergantungan variabel dependen (terikat) dengan satu atau lebih variabel independen (bebas), yang bertujuan untuk mengestimasi dan/atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang diketahui (Gujarati, 2003). Populasi pada penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar di BEI tahun 2009. Sedangkan sampel pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Berdasarkan data yang didapat dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD), terdapat 193 perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.Analisis data dimulai dengan mengolah data mentah yang diperoleh dari menggunakan Microsoft Excel. Selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan uji hipotesis dengan menggunakan regresi berganda. Pengujian asumsi klasik dan regresi berganda dilakukan dengan menggunakan sotware SPSS versi 17. Prosedur pengujian dimulai dengan memasukkan data yang akan diuji ke dalam program SPSS, yang kemudian akan menghasilkan output-output sesuai dengan metode analisis yang telah ditetapkan sebelumnya. Adapun jumlah perusahaan manufaktur yang dijadikan sampel dalam penelitian ini 128 perusahaan, yang dipilih berdasarkan metode purposive sampling.


(63)

B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif akan memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai minimum, maksimum, rata–rata (mean), dan standar deviasi yang dihasilkan dari variabel penelitian. Penelitian ini menggunakan manajemen laba sebagai variabel dependen (terikat) dan menggunakan variable independen (bebas) yaitu corporate governance yang diproksikan ke dalam komponen-komponen penyusunnya, yakni ukuran dewan komisaris, komposisi dewan komisaris independen, ukuran perusahaan serta struktur kepemilikan yang diproksikan ke dalam kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan konsentrasi. Hasil analisis dengan statistik deskrptif menghasilkan data sebagai berikut:

Tabel 4.1 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Ukuran dewan komisaris 128 2.000 10.000 4.10938 1.832491

Komposisi dewan komisaris 128 .000 1.000 .36509 .140765

Ukuran perusahaan 128 22.6592 32.2115 27.336880 1.7165200

Kepemilikan Institusional 128 .000 .850 .23823 .180720

Kepemilikan Manajerial 128 .000 .700 .03533 .095736

Kepemilikan Konsentrasi 128 .087 .997 .54677 .232059

Manajemen Laba 128 -2.7065 1.7564 -.063609 .5142103


(64)

Dari hasil analisis statistik deskriptif tersebut diketahui bahwa jumlah observasi dalam penelitian (N) adalah 128. Variabel ukuran dewan komisaris menunjukkan rata–rata 4,10938 yang berarti bahwa rata–rata perusahaan sampel memiliki jumlah dewan komisaris sebanyak 4,1 orang. Jumlah dewan komisaris yang dimiliki perusahaan paling sedikit 2 orang, paling banyak 10 orang dan standar deviasi yang dihasilkan yaitu 1,832491.

Variabel komposisi dewan komisaris independen mempunyai nilai rata– rata 0,36509 atau rata–rata kompossisi dewan komisaris independen yang dimiliki perusahaan sebesar 36,5%. Nilai komposisi dewan komisaris independen terkecil yang dimiliki perusahaan sampel yaitu 0% dan nilai terbesar yaitu 100% atau semua komisaris yang ada dalam perusahaan merupakan komisaris independen. Standar deviasi untuk variabel komposisi dewan komisaris sebesar 0,140765.

Untuk variabel ukuran perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel nilai terkecil adalah 22,6592 dan nilai terbesar 32,2115. Rata–rata menunjukkan nilai 27,336880, artinya rata–rata ukuran perusahaan yang dimiliki perusahaan sampel sebesar 27,336880 dan nilai dari standar deviasi 1,7165200.

Kepemilikan institusional nilai minimumnya adalah 0,000, nilai maksimum 0,850, mean 0,23823, dan standar deviasi 0,180720. Artinya, kepemilikan institusional yang dimiliki oleh perusahaan sampel paling kecil 0% yang menunjukkan bahwa masih ada perusahaan manufaktur yang


(65)

belum menyertakan publik dalam kepemilikan sahamnya, paling besar 85%, rata–rata kepemilikan institusional yang dimiliki perusahaan sampel adalah 23,82%, dan standar deviasi yang menunjukkan variasi yang terdapat dalam kepemilikan institusional adalah 18,07%.

Kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan sampel mempunyai nilai minimum 0.0000, maksimum 0,700, mean 0,03533, dan standar deviasi 0,095736. Artinya kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan sampel paling kecil 0% dan paling besar adalah 70%. Sedangkan rata–rata kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan sampel adalah 3,53% dengan standar deviasi 9,57%.

Kepemilikan konsentrasi yang dimiliki perusahaan sampel mempunyai nilai minimum 0.087, maksimum 0,997, mean 0,54677, dan standar deviasi 0,232059. Artinya kepemilikan konsentrasi yang dimiliki perusahaan sampel paling kecil 8,7% dan paling besar adalah 99,7%. Sedangkan rata– rata kepemilikan manajerial yang dimiliki perusahaan sampel adalah 54,67% dengan standar deviasi 23,20%.

Variabel manajemen laba memiliki nilai minimum -2,7065 dan maksimum 1.7564 yang berarti bahwa perusahaan manufaktur di Indonesia masih melakukan tindakan manajemen laba baik dengan cara menurunkan laba (nilai earnings management negatif) maupun menaikkan laba (nilai

earnings management positif) dengan ratarata manajemen laba sebesar


(66)

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Cara yang dilakukan untuk melihat normalitas adalah menggunakan grafik histogram, normal probability plot, dan uji kolmogorov-smornov

(K-S). Grafik histogram membandingkan antara data observasi dengan

distribusi yang mendekati distribusi normal. Dalam normal probability

plot, jika distribusi data residual normal maka garis yang

menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis diagonalnya. Berikut adalah hasil analisis grafik variabel pengganggu atau residual dalam model regresi berganda yang digunakan.


(67)

Gambar 4.1 Grafik Histogram


(68)

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot


(1)

(2)

Lampiran IV.4

Hasil Uji Multikolinearitas Data

Coefficientsa

Model Collinearity Statistics

Tolerance VIF 1 (Constant)

Ukuran dewan komisaris .624 1.603 Komposisi dewan komisaris .912 1.097

Ukuran perusahaan .598 1.673

Kepemilikan Institusional .644 1.554 Kepemilikan Manajerial .944 1.060 Kepemilikan Konsentrasi .652 1.533 a. Dependent Variable: LN_ManajemenLaba


(3)

Coefficient Correlations Model Kepemilikan Konsentrasi Ukuran perusahaa n Kepemilikan Manajerial Komposisi dewan komisaris Kepemilikan Institusi Ukuran dewan komisaris 1 Correlations Kepemilikan

Konsentrasi

1.000 -.114 .125 .174 .545 .074

Ukuran perusahaan

-.114 1.000 .144 -.057 -.182 -.610

Kepemilikan Manajerial

.125 .144 1.000 .036 .141 -.112

Komposisi dewan komisaris

.174 -.057 .036 1.000 -.085 -.019

Kepemilikan Institusional

.545 -.182 .141 -.085 1.000 .106

Ukuran dewan komisaris

.074 -.610 -.112 -.019 .106 1.000

Covariances Kepemilikan Konsentrasi

.820 -.012 .318 .172 .537 .008

Ukuran perusahaan

-.012 .014 .048 -.007 -.024 -.009

Kepemilikan Manajerial

.318 .048 7.883 .110 .432 -.037

Komposisi dewan komisaris

.172 -.007 .110 1.183 -.101 -.002

Kepemilikan Institusional

.537 -.024 .432 -.101 1.186 .014

Ukuran dewan komisaris

.008 -.009 -.037 -.002 .014 .014


(4)

Lampiran IV.5


(5)

Hasil Uji Autokorelasi dan Model Regresi

Lampiran IV.7

Hasil Uji t

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of the

Estimate Durbin-Watson

1 .342a .117 .032 1.34998 1.959

a. Predictors: (Constant), KepemilikanKonsentrasi, Ukuranperusahaan, KepemilikanManajerial, Komposisidewankomisaris, KepemilikanInstitusi, Ukurandewankomisaris

b. Dependent Variable: LN_ManajemenLaba

Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

t Sig.

Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) .014 2.999 .005 .996

Ukuran dewan komisaris .009 .118 .011 .075 .941 .624 1.603 Komposisi dewan komisaris -2.230 1.088 -.256 -2.050 .045 .912 1.097 Ukuran perusahaan -.113 .119 -.146 -.946 .348 .598 1.673 Kepemilikan Institusional 1.799 1.089 .246 1.652 .104 .644 1.554 Kepemilikan Manajerial -1.982 2.808 -.087 -.706 .483 .944 1.060 Kepemilikan Konsentrasi .542 .905 .088 .599 .551 .652 1.533 a. Dependent Variable: LN_ManajemenLaba


(6)

Lampiran IV.8

Hasil Uji F

ANOVAb

Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.

1 Regression 14.988 6 2.498 1.371 .241a

Residual 112.992 62 1.822

Total 127.981 68

a. Predictors: (Constant), KepemilikanKonsentrasi, Ukuranperusahaan, KepemilikanManajerial, Komposisidewankomisaris, KepemilikanInstitusi, Ukurandewankomisaris


Dokumen yang terkait

Pengaruh Good Corporate Governance Ukuran Perusahaan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 63 101

PENGARUH CORPORATE GOVERNANCE, STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, DAN LEVERAGE TERHADAP MANAJEMAN LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 0 34

PENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, ENGARUH STRUKTUR KEPEMILIKAN, UKURAN PERUSAHAAN, LEVERAGE DAN PRAKTEK CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP MANAJEMEN LABA (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia).

0 1 14

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 8

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 17

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Chapter III V

0 0 37

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 3

Pengaruh Corporate Governance, Ukuran Perusahaan Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 16