Penerapan Sanksi Dagang Internasional Sebagai Alat Paksa Dalam Kegiatan Perdagangan Internasional

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perdagangan internasional adalah salah satu aktivitas ekonomi yang telah
sangat tua dan berperan penting dalam menjalankan roda kehidupan suatu negara.
Nopirin menyatakan bahwa perdagangan internasional mempunyai peranan yang
cukup besar bagi pertumbuhan ekonomi negara. 2 Salvatore menyatakan bahwa
perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan. Jika aktifitas perdagangan
internasional adalah ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut
atau kedua-duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. 3
Paul Samuelson berpendapat, perdagangan internasional memberi peluang
lebih baik bagi sebuah masyarakat dibandingkan dengan ekonomi yang
mengandalkan kekuatan sendiri. 4 Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith
menyatakan bahwa perdagangan internasional memainkan peran yang sangat
penting, sekalipun bukan peranan yang baik dalam sejarah pembangunan ekonomi
negara-negara berkembang. Bagi banyak negara berkembang pendapatan dari
hasil ekspor produk-produk primer memberi kontribusi yang cukup besar dan
penting terhadap Gross National Product/GNP (selanjutnya dalam skripsi ini
disebut GNP) mereka, dengan besaran kontribusi hasil ekspor produk-produk


2

Nopirin, Ekonomi Internasional, Edisi Ketiga (Yogyakarta: BPFE – UGM, 2000), hlm.

125-126.
3

Salvatore Dominick, “Trade as Engine of Growth”, Cambrige Journal of Economic
(Jakarta: Erlangga,2007).
4
M. Luthfi Hamidi, Gold Dinar, Sistem Moneter Global yang Stabil dan Berkeadilan
(Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2007), hlm. 3.

1
Universitas Sumatera Utara

primer diatas 25% terhadap GNP. Pada negara-negara penghasil minyak di Teluk
Persia dan kawasan lainnya, kontribusi hasil ekspor minyak terhadap GNP mereka
bisa mencapai 70%. Sehingga begitu banyak negara-negara berkembang yang
mengalami kebergantungan pada ekspor dengan mengandalkan satu atau dua

produk primer sebagai komoditi ekspor mereka, dimana hasil dari ekspor produk
primer itu memberi kontribusi hingga 40 (empat puluh) persen atau lebih terhadap
GNP mereka. Padahal sudah menjadi pengetahuan umum bahwa harga jual
komoditas primer ini sangat rentan dan tidak menentu. 5
Kaitan ini sangat menarik kondisi yang diungkapkan oleh Michael P.
Todaro dan Stephen C. Smith tentang fakta umum, bahwa negara-negara
berkembang lebih bergantung kepada perdagangan internasional dibandingkan
dengan negara-negara maju. Kebergantungan negara-negara maju terhadap ekspor
lebih

kecil

daripada

kebergantungan

yang dialami

oleh


negara-negara

berkembang, sebagaimana tercermin dari besaran kontribusi ekspor terhadap
Gross Domestic Product (GDP) negara-negara berkembang lebih besar daripada
besaran kontribusi ekspor terhadap Gross Domestic Product (GDP) pada negaranegara maju. 6 Menggambarkan bahwa perdagangan internasional memegang
peranan penting bagi perekonomian nasional negara-negara dan aktivitas
perdagangan internasional merupakan salah satu kebutuhan essensial negaranegara. Karena itu, aktivitas perdagangan internasional merupakan bagian penting
dari aktivitas hubungan internasional.

5

Rusli Pandika, Sanksi Dagang Unilateral di Bawah Sistem Hukum WTO (Bandung: PT.
Alumni, 2010), hlm. 22.
6
Michael P. Todaro dan Stephen C. Smith, Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga, 2.
Terjemahan Haris Munandar (Jakarta: Penerbitan Erlangga, 2004), hlm. 6-10, 12-19.

2
Universitas Sumatera Utara


Gangguan, ancaman atau hambatan terhadap aktivitas perdagangan
internasional yang dialami oleh suatu negara yang timbul dari penerapan sanksi
dagang oleh negara atau negara-negara lain, akan dapat membebani negara
sasaran tersebut. Risiko memikul beban akibat dari penerapan sanksi dagang itu
akan dapat menjadi tekanan yang mampu memaksa negara-negara sasaran untuk
mengakomodasi tuntunan negara atau negara-negara inisiator. 7
Perkembangan ekonomi setiap negara dapat diwujudkan dengan adanya
hubungan perdagangan internasional dengan negara lain. Hubungan perdagangan
internasional ini sudah ada sejak lama, yaitu sejak adanya negara-negara dalam
dalam arti modern. Perjuangan negara-negara untuk mendapatkan pengawasan
dan kemandirian terhadap perekonomian internasional, memaksa mereka untuk
melakukan hubungan kerjasama perdagangan dengan negara lain. Negara
menyadari bahwa perdagangan adalah satu-satunya cara untuk pembangunan
ekonomi mereka. 8
Perdagangan internasional yang dilakukan banyak negara saat ini
mengakibatkan pembentukan sebuah organisasi internasional yang bergerak di
bidang perdagangan yaitu World Trade Organization/WTO selanjutnya dalam
skrispsi ini disebut WTO. Pembentukan WTO memberikan konsep liberalisasi
perdagangan kepada setiap negara anggotanya. Pemikiran dasar dari liberalisasi


7

Rusli Pandika, Op. Cit., hlm. 22.
Huala Adolf, Hukum Perdagangan Internasional (Jakarta: Raja Grafindo Persada,
2005), hlm. 19.
8

3
Universitas Sumatera Utara

perdagangan yaitu untuk menghilangkan segala hambatan dalam perdagangan
internasional. 9
Perdagangan internasional merupakan faktor yang sangat penting bagi
setiap negara. Oleh karena itu sangat diperlukan hubungan perdagangan
antarnegara yang tertib dan adil. Untuk mewujudkan ketertiban dan keadilan
dibidang perdagangan internasional, diperlukan aturan-aturan yang mampu
menjaga serta memelihara hak-hak dan kewajiban para pelaku perdagangan
internasional yang mengatur hubungan dagang antarnegara terkandung dalam
dokumen General Agreement on Tariffs and Trade/GATT (selanjutnya dalam
skripsi ini disebut GATT) yang ditandatangani negara-negara tahun 1947, dan

mulai diberlakukan sejak tahun 1948.
Masa ke asa ketentuan GATT terus disempurnakan lewat berbagai putaran
perundingan, terakhir lewat berbagai perundingan-perundingan Putaran Uruguay
(1986-1994) yang berhasil membentuk sebuah organisasi perdagangan dunia
WTO. Badan inilah yang selanjutnya akan melaksanakan dan mengawasi aturanaturan perdagangan internasional yang telah dirintis GATT sejak tahun 1947.
Aturan-aturan GATT 1947 diintegrasikan ke dalam sistem WTO, yang tidak
hanya mengatur perdagangan barang, tetapi juga perdagangan jasa, masalah hak
milik intelektual, dan aspek-aspek penanaman modal yang terkait dengan
perdagangan internasional. 10

9

Eko Prilianto Sudraja, “Free Trade (Perdagangan Bebas) dan Fair Trade (Perdagangan
Berkeadilan) dalam Konsep Hukum”
http:/Whatbecomethegreaterme.blogspot.com/2007/12/konsep_hukum_fair_trade.html (diakses
pada tanggal 15 Maret 2016).
10
Syahmin AK, Hukum Dagang Internasional (dalam Kerangka Studi Analitis) (Jakarta:
Rajawali Pers, 2006), hlm. 12.


4
Universitas Sumatera Utara

Perdagangan internasional yang bermanfaat bagi seluruh umat manusia,
memerlukan pengaturan yang bersifat internasional yang akan mengatur
perdagangan internasional. Seperti yang dikemukakan oleh mantan Direktur
Jendral GATT dan WTO, Peter Sutherland pada tahun 1997 menyatakan bahwa
tantangan yang dunia hadapi adalah tantangan untuk membentuk suatu sistem
ekonomi internasional yang dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara
maksimal, tetapi juga dapat menciptakan keadilan. Sistem ini adalah sistem yang
dapat mengintegrasikan negara-negara yang kuat dan yang lemah dalam upaya
mereka memperluas tingkat pertumbuhan ekonomi.
Sutherland berpendapat, sistem yang dicita-citakan tersebut juga harus
dapat menciptakan perdamaian dan kemakmuran dimasa yang akan datang dan
sistem tersebut hanya dapat terwujud melalui terciptanya suatu kerja sama
internasional untuk mencari pendekatan-pendekatan dan lembaga internasional
yang efektif. 11 Kehidupan internasional yang kompleks, kepentingan negaranegara satu sama lain saling bertemu, saling bersinggungan. Bahkan saling
berhadapan, sehingga sikap atau tindakan suatu negara dapat secara langsung atau
tindakan suatu negara dapat secara langsung atau tak langsung merugikan atau
mengancam kepentingan negara lain.

Sikap, tindakan atau aktifitas suatu negara mungkin tidak berkenan,
mungkin tidak menguntungkan atau merugikan negara atau negara-negara lain.
Sikap, tindakan atau aktifitas suatu negara mungkin termasuk kategori tindakan
yang salah atau tindakan yang melawan hukum internasional (internationally

11

Huala Adolf, Op. Cit., hlm. 19.

5
Universitas Sumatera Utara

wrongful acts) sehingga dari sisi hukum internasional dapat dituntut
pertanggungjawaban hukumnya berdasarkan The principle of state responsibility.
Disini, negara yang menjadi korban dari sikap, tindakan atau aktifitas yang
melawan hukum internasional seperti itu dapat mengajukan tuntunan tanggung
jawab hukum terhadap negara yang melanggar hukum internasional tersebut
berdasarkan the principle of state responsibility.12
Kekuatan di bidang militer dan politik yang pada umumnya kerap
dijadikan alat paksa dalam mencapai tujuan suatu negara, kekuatan di bidang

ekonomi juga kerap dijadikan alat pemaksa terhadap negara lain yang lebih lemah
agar melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan sesuatu tindakan yang tentu
akan berdampak dalam sistem pemerintahan negara itu sendiri. 13 Penggunaan
kekuatan ekonomi dilaksanakan antara lain dalam bentuk ancaman atau penerapan
sanksi dagang berupa kebijakan-kebijakan tertentu. Sanksi dagang yang bersifat
multilateral, yaitu sanksi yang diterapkan secara kolektif oleh sejumlah negara
atau sanksi dagang yang diterapkan berdasarkan suatu keputusan organisasi
internasional (multilateral trade sanction) umumnya lebih dapat diterima sebagai
instrumen untuk menegakkan standar hukum atau moral internasional. Kekuatan
ekonomi juga dapat digunakan oleh suatu negara tertentu untuk melakukan
ancaman atau pelaksanaan sanksi dagang terhadap negara lain. 14
Rusli Pandika menyatakan sanksi dagang unilateral atau sanksi dagang
sepihak kerap digunakan sebagai alat kebijakan luar negeri, yaitu sebagai alat
paksaan agar negara lain mengubah kebijakan dalam atau luar negerinya.
12

Rusli Pandika, Op. Cit., hlm. 21.
Ibid.
14
Ibid.

13

6
Universitas Sumatera Utara

Tindakan ini tentu merendahkan kedaulatan atau mengganggu pertumbuhan
ekonomi negara-negara sasaran sanksi. Campur tangan negara dibutuhkan dalam
meregulasi pasar agar dapat berjalan baik. Namun motif ekonomi bukanlah satusatunya sebab negara memberikan kebijakan perdagangan, masih ada motif politik
dan budaya yang menjadi latar belakang penentuan kebijakan perdagangan. 15
Motif politik antara lain guna melindungi posisi sang pemimpin sendiri
yang akan goyah apabila kondisi ekonomi dalam negeri menurun akibat kebijakan
yang tidak tepat dan akan berujung pada keengganan masyarakat untuk memilih
pemimpin tersebut. Selain itu, kebijakan perdagangan juga dapat digunakan untuk
merespon perdagangan dari negara lain yang dianggap tidak adil. 16 Dalam motif
ekonomi, negara memberlakukan kebijakan perdagangan guna melindungi
industri yang masih baru berdiri agar dapat bersaing. Sedangkan motif budaya
dapat mempengaruhi penerapan kebijakan perdagangan sebab negara berupaya
untuk melindungi budaya dan identitas nasionalnya agar tidak tergerus oleh
budaya-budaya asing dan budaya populer yang inheren berada dalam produk
asing yang diimpor.

Secara umum, terdapat dua jenis kebijakan perdagangan yakni kebijakan
perdagangan untuk meningkatkan perdagangan, dan kebijakan perdagangan untuk
membatasi perdagangan. Kebijakan perdagangan ini memiliki implikasi masingmasing terhadap perdagangan internasional. Misalnya kebijakan subsidi barang

15

Ibid., hlm. 22.
John Wild, International Business: The Challenge of Globalization, Chapter
6 (Pearson: New Jersey, 2008).
16

7
Universitas Sumatera Utara

dapat membuat tingkat daya saing produk domestik di pasar internasional
meningkat akibat aliran dana bantuan dari pemerintah. 17
Perjanjian area perdagangan juga mampu meningkatkan volume aliran
barang dan jasa yang diperdagangkan antarnegara sebab peningkatan kemudahan
dalam perputaran arus barang yang keluar masuk dengan aturan yang relatif lebih
mudah. Namun, pemberlakuan tarif dan kuota dapat menyebabkan arus
perdagangan internasional dapat berkurang karena dengan pemberlakuan tarif,
harga produk yang diekspor akan lebih mahal dan dapat mengancam tingkat daya
beli produk yang bersangkutan. Sedangkan kuota dan embargo terhadap barang
dapat membuat tertutupnya akses perusahaan terhadap perdagangan internasional
karena tidak lagi dapat bebas menyuplai barangnya.
Penjelasan di atas disimpulan bahwa setiap kebijakan perdagangan
internasional memiliki konsekuensi tersendiri baik terhadap perdagangan
internasional maupun terhadap perdagangan domestik. Dibutuhkan pertimbangan
memadai dan formula yang tepat bagi pemerintah sebelum memutuskan akan
memakai kebijakan yang mana dalam menyikapi perdagangan internasional sebab
kebijakan yang kurang mumpuni akan menjadi bumerang bagi perekonomian
domestik sendiri.
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas membuat membuat
penulis tertarik untuk membahasnya dalam suatu karya ilmiah yang berjudul
Penerapan Sanksi Dagang Internasional sebagai Alat Paksa dalam Kegiatan
Perdagangan Internasional dengan rumusan masalah sebagai berikut :
17

Sekaringrat,
“Kebijakan
Perdagangan
Internasional”
fisip11.web.unair.ac.id/artikel_detail-75062-PPEIkebijakan%20Perdagangan%20internasional.html (diakses 6 April 2016).

http://sekaringrat-

8
Universitas Sumatera Utara

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis merumuskan masalah
sebagai berikut :
1.

Bagaimanakah pengaturan kegiatan perdagangan internasional dalam
kerangka WTO ?

2.

Bagaimanakah bentuk-bentuk kebijakan perdagangan internasional yang
dapat dikenai sanksi WTO?

3.

Bagaimanakah penerapan sanksi dagang internasional sebagai alat paksa
dalam perdagangan internasional ?

C.

Tujuan dan Manfaat Penulisan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan
sebagai berikut :

1.

Tujuan penelitian
Tujuan umum penulisan skripsi ini adalah guna :
a. melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pada
bidang penelitian yang dilakukan oleh mahasiswa;
b. mengembangkan ilmu pengetahuan hukum;
c. melatih mahasiswa dalam usaha menyatakan pikiran alamiah
secara tertulis.
Tujuan Khusus dalam penelitian ini adalah memberikan pandangan

yang layak dan sesuai dalam hal :

9
Universitas Sumatera Utara

a. untuk mempelajari dan memberikan gambaran mengenai pengaturan
kegiatan perdagangan internasional dalam kerangka WTO;
b.

untuk mempelajari, memahami dan memberikan gambaran bentukbentuk kebijakan-kebijakan perdagangan internasional yang dapat
dikenai sanksi;

c.

untuk memberikan pemahaman dan pendalaman terkait penerapan sanksi
dagang internasional yang dijadikan alat paksa oleh suatu negara.

2.

Manfaat
a.

Secara teoritis

Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan informasi awal dalam
bidang ilmu hukum bagi kalangan akademisi guna mengetahui lebih lanjut tentang
penerapan sanksi atau kebijakan dalam perdagangan internasional yang
dibenarkan organisasi perdagangan dunia terhadap negara-negara yang tergabung
dalam oganisasi ini.
b.

Secara praktis

Tulisan ini secara praktis dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi para
pihak yang berkaitan dengan penerapan kebijakan-kebijakan dagang internasional
dalam kaitannya dengan bentuk-bentuk proses baru di dalam menyelesaikan
sengketa perdagangan internasional di bawah WTO.

D. Keaslian Penulisan
Skripsi ini berjudul “Penerapan Sanksi Dagang Internasional sebagai Alat
Paksa dalam Kegiatan Perdagangan Internasional”. Sehubungan dengan keaslian

10
Universitas Sumatera Utara

judul skripsi ini, penulis sebelumnya melakukan penelusuran terhadap berbagai
judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara
untuk membuktikan bahwa judul skripsi tersebut belum ada atau belum terdapat
di Perpustakaan Universitas Sumatera Utara.
Terdapat pula penelitian dalam bentuk skripsi yang berjudul ”Penerapan
Prinsip Non Diskriminasi pada Sistem Perdagangan Multilateral dalam Kerangka
WTO” pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara oleh Suci Yunita
Siregar. Rumusan permasalahan dan substansi skripsi tersebut berbeda dengan
permasalahan dan substansi skripsi yang penulis teliti
Karya ilmiah lain ditemukan pula skripsi yang berjudul “Kebijakan NonTariff World Trade Organization (WTO) menurut Perspektif Hukum Islam” pada
Fakultas Syari’ah Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga oleh Dede Rahmat Ali
juga terdapat berbedaan dalam hal permasalahan dan pembahasan dalam skripsi
yang penulis teliti. Apabila dikemudian hari terdapat judul yang sama atau telah
ditulis orang lain dalam berbagai tingkat kesarjanaan sebelum skripsi ini dibuat,
maka hal tersebut dapat diminta pertanggungjawaban.

E. Tinjauan Kepustakaan
1.

Pengertian hukum perdagangan internasional
Hukum perdagangan internasional merupakan bidang hukum yang

berkembang cepat. Ruang lingkup bidang hukum ini pun cukup luas. Hubunganhubungan dagang yang sifatnya lintas batas dapat mencakup banyak jenisnya, dari

11
Universitas Sumatera Utara

bentuknya yang sederhana hingga hubungan atau transaksi dagang yang
kompleks. 18
Perkembangannya bidang hukum perdagangan internasional berjalan
cepat, namun untuk membuat suatu definisi terhadap bidang hukum ini berbedabeda satu sama lain. Laporan Sekjen PBB yang telah diajukan untuk memenuhi
resolusi sidang umum No.2102/XX/tgl.20 Desember 1965 menyebutkan bahwa
hukum dagang internasional adalah “the body of rules governing commercial
relationship of a private law nature involving different countries, yang diartikan
bebas adalah keseluruhan kaidah yang mengatur hubungan-hubungan dagang
bersifat hukum perdata dan mencakup berbagai negara. 19
Menurut M. Rafiqul Islam, Hukum Perdagangan Internasional adalah :
“...a wide ranging transnasional, commercial, exchange of goods and services
between individual business persons, trading bodies and states”. Definisi tersebut
menekankan keterkaitan antara hubungan finansial dengan perdagangan
internasional. Keterkaitan ini tampak karena hubungan-hubungan keuangan ini
mendampingi transaksi perdagangan antara para perdagang. 20 Paul Samuelson
menyatakan perdagangan internasional memberi peluang lebih baik bagi sebuah
masyarakat dibandingkan dengan ekonomi yang mengandalkan kekuatan
sendiri. 21
2.

World Trade Organization (WTO)

18
19

Huala Adolf, Op. Cit., hlm. 1.
Sudargo Gautama, Hukum Dagang Internasional (Bandung : PT.Alumni, 2010), hlm.

24.
20
21

Huala Adolf, Op. Cit., hlm. 7.
M. Luthfi Hamidi,Op. Cit., hlm. 3.

12
Universitas Sumatera Utara

Negara juga mempunyai peran baik itu secara langsung maupun tidak
langsung dalam pembentukkan organisasi-organisasi perdagangan internasional di
dunia, misalnya WTO 22. Salah satu sumber hukum yang penting dalam hukum
perdagangan internasional adalah GATT.
Pembentukan GATT pada Oktober tahun 1947. Lahirnya WTO
pada tahun 1994 sebagai perpanjangan dari GATT membawa dua
perubahan yang cukup penting. Pertama, WTO mengambil alih GATT dan
menjadikannya salah satu lampiran aturan WTO. Kedua, prinsip-prinsip
GATT menjadi kerangka aturan bagi bidang-bidang baru dalam perjanjian
WTO, khususnya Perjanjian mengenai jasa (General Agreement on Trade
in Services atau GATS), Penanaman Modal (Agreement on Trade
Measures, TRIMs), dan juga dalam Perjanjian mengenai Perdagangan
yang terkait dengan Hak Atas Kekayaan Intelektual (Agreement on Trade
Related Aspects of Intellectual Property Right, TRIPS). 23
Keberadaan

organisasi

internasional

yang

secara

khusus

menangani permasalahan penyelesaian sengketa, dapat digunakan
sebagai alternatif

penyelesaian sengketa. Dalam kasus sengketa

perdagangan internasional, salah satu contoh organisasi internasional
22

World Trade Organization (WTO) atau Organisasi Perdagangan Dunia merupakan satusatunya badan internasional yang secara khusus mengatur masalah perdagangan antar negara.
Sistem perdagangan multilateral WTO diatur melalui suatu persetujuan yang berisi aturan-aturan
dasar perdagangan internasional sebagai hasil perundingan yang telah ditandatangani oleh negaranegara anggota. Indonesia merupakan salah satu negara pendiri WTO dan telah meratifikasi
Persetujuan Pembentukan WTO melalui UU Nomor. 7/1994. WTO secara resmi berdiri pada
tanggal 1 Januari 1995 untuk menggantikan GATT. WTO mempunyai anggota 149 negara serta 32
negara pengamat yang sudah mendaftar untuk jadi anggota. Tugas utamanya adalah mendorong
perdagangan bebas, dengan mengurangi dan menghilangkan hambatan-hambatan perdagangan
seprti tariff dan non tariff
23
Huala Adolf, Op. Cit., hlm. 97.

13
Universitas Sumatera Utara

yang mengatur mengenai permasalahan ini adalah WTO. WTO adalah
organisasi yang berbasiskan aturan-aturan yang merupakan hasil
perundingan. Pembentukan WTO dilandasi untuk mengatur perdagangan
pada tingkat internasional, yang salah satu tujuannya adalah untuk
memfasilitasi penyelesaian sengketa akibat konflik atau sengketa yang
timbul dari perdagangan internasional.
Organisasi-organisasi seperti ini pada umumnya menyediakan
panel atau suatu badan yang bersifat sementara (ad hoc) yang dibentuk
khusus untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi. Penyelesaian
sengketa melalui organisasi internasional banyak dilakukan oleh negara
anggota, hingga negara yang bukan merupakan anggota organisasi
tersebut. Keputusan akhir yang dikeluarkan dalam penyelesaian sengketa
dapat bersifat mengikat atapun hanya sebatas masukan bagi negaranegara yang bersengketa.
Penyelesaian

sengketa

Perdagangan

internasional

dengan

berlandaskan itikad baik (good faith) atau penggunaan jalur damai,
dilakukan untuk mencegah timbulnya konflik lain yang dapat mengancam
kedamaian antar negara. Itikad baik dapat dikatakan sebagai prinsip
fundamental dan paling sentral dalam penyelesaian sengketa. 24 Apabila
salah satu negara sebagai pihak yang bersengketa tidak menunjukkan
itikad baiknya untuk menyelesaikan sengketa yang terjadi, maka
penyelesaian sengketa sangat sulit dilakukan. Salah satu cara yang dapat

24

Ibid., hlm. 198.

14
Universitas Sumatera Utara

dilakukan

untuk

menyelesaikan

sengketa

tersebut

yakni

dengan

penggunaan skema kekerasan. 25
Tujuan

hukum

perdagangan

internasional

sebenarnya

tidak

berbeda dengan tujuan GATT yang termuat dalam preambulenya. Tujuan
tersebut adalah: 26
a. untuk

mencapai

perdagangan

internasional

yang

stabil

dan

menghindari kebijakan-kebijakan dan praktik-praktik perdagangan
nasional yang merugikan negara lainnya;
b. untuk meningkatkan volume perdagangan dunia dengan menciptakan
perdagangan yang menarik dan menguntungkan bagi pembangunan
ekonomi semua negara;
c. meningkatkan standar hidup manusia;
d. meningkatkan lapangan tenaga kerja;
e. mengembangkan sistem perdagangan multilateral, bukan sepihak suatu
negara

tertentu,

yang

akan

mengimplementasikan

kebijakan

perdagangan terbuka dan adil yang bermanfaat bagi semua negara;
dan;
f. meningkatkan pemanfaatan sumber-sumber kekayaan dunia dan
meningkatkan produk dan transaksi jual-beli barang.
Sahnya hasil perundingan Putaran Uruguay dan dibentuknya WTO sebagai
lembaga penerus GATT, struktur dan sistem pengambilan keputusan yang berlaku
dalam GATT juga turut disesuaikan dengan ketentuan dalam perjanjian baru
25

Ibid.
Preambule GATT dan Preambule Perjanjian WTO (Marrakesh Agreement Establishing
“The World Trade Organization”).
26

15
Universitas Sumatera Utara

tersebut. WTO adalah suatu lembaga perdagangan multilateral yang permanen.
Sebagai suatu organisasi permanen, peranan WTO akan lebih kuat daripada
GATT. Hal ini secara langsung tercermin dalam struktur organisasi dan sistem
pengambilan keputusan.
Organisasi perdagangan dunia WTO memiliki status sebagai organ khusus
PBB seperti halnya International Monetary Fund (IMF) dan The International
Bank for Reconstruction and Development (IBRD). WTO memiliki fungsi
mendukung pelaksanaan administrasi dan menyelenggarakan persetujuan yang
telah dicapai untuk mewujudkan sasaran-sasaran. 27 Persetujuan-persetujuan
tersebut merupakan forum perundingan bagi negara anggota mengenai
persetujuan-persetujuan yang telah dicapai, termasuk keputusan-keputusan yang
ditentukan kemudian dalam Pertemuan tingkat menteri, mengadministrasikan
pelaksanaan

ketentuan

mengenai

penyelesaian

sengketa

perdagangan,

mengadministrasikan mekanisme peninjauan kebijakan dibidang perdagangan.
Menciptakan kerangka kerja sama internasional dengan IMF dan World Bank,
serta badan-badan lain yang terafiliasi.
Pembentukan WTO sebagai suatu organisasi perdagangan multilateral,
peranannya akan lebih meningkat dibandingkan GATT, yakni :
a. mengadministrasikan berbagai persetujuan yang dihasilkan Putaran
Uruguay di bidang barang dan jasa, baik multilateral maupun
plurilateral, serta mengawasi pelaksanaan komitmen akses pasar di
bidang tarif maupun non-tarif;
27

“World
Trade
Oragnization
(WTO)
beserta
Aspek
Hukumnya”
Mahfudfahrzi86.blogspot.co.id/2012/03/w-ord-trade-organisation-wto-beserta.html?m=1 (diakses
12 Juni 2016).

16
Universitas Sumatera Utara

b. mengawasi praktik-praktik perdagangan internasional dengan secara
reguler meninjau kebijaksanaan perdagangan negara anggotanya dan
melalui prosedur notifikasi;
c. sebagai forum dalam menyelesaikan sengketa dan menyediakan
mekanisme konsiliasi guna mengatur sengketa perdagangan yang
timbul;
d. menyediakan bantuan teknis yang diperlukan bagi anggotanya
termasuk bagi negara-negara berkembang dalam melaksanakan
Putaran Uruguay;
e. sebagai forum bagi negara anggotanya untuk terus menerus melakukan
perundingan pertukaran konsesi di bidang perdagangan guna
mengurangi hambatan perdagangan dunia.
Agreement Establishing WTO dalam preambulenya menekan kembali
tujuan GATT, yaitu meningkatkan standar kehidupan dan pendapatan, menjamin
tersedianya lapangan kerja, memperluas produksi dan perdagangan, dan
pemanfaatan secara optimal sumber daya di dunia, serta memperluas hal-hal
tersebut kepada perdagangan jasa. Disebutkan pula tentang pemikiran mengenai
pembangunan berkesinambungan dalam kaitannya dengan pemanfaatan secara
optimal berbagai sumber daya yang ada di dunia serta perlunya melindungi
lingkungan hidup sesuai dengan tingkat perkembangan perekonomian nasional
masing-masing negara. selain itu, terdapat pula pengakuan bahwa diperlukan
adanya suatu upaya khusus bagi negara berkembang terutama negara berkembang

17
Universitas Sumatera Utara

terbelakang agar dapat pula menikmati pertumbuhan dan perdagangan
internasional.
Proses pengambilan keputusan dalam WTO disebutkan bahwa WTO akan
melanjutkan praktik pengambilan keputusan yang selama ini dilaksanakan dalam
GATT, yaitu secara konsensus bila tidak ada anggota yang secara resmi merasa
keberatan atas suatu masalah. Dalam hal tidak dicapai suatu keputusan secara
konsensus, maka dapat diadakan pemungutan suara (voting). 28 Sebagaimana
diketahui bahwa pada prinsipnya WTO merupakan suatu sarana untuk mendorong
terjadinya suatu perdagangan bebas yang tertib dan adil didunia ini. Dalam
menjalankan tugasnya untuk mendorong terciptanya perdagangan bebas tersebut,
WTO memberlakukan beberapa prinsip yang menjadi pilar-pilar WTO. Yang
terpenting di antara prinsip-prinsip tersebut adalah 5 (lima) prinsip dasar sebagai
berikut:
a. prinsip perlindungan melalui tarif;
b. prinsip National Treatment;
c. prinsip Most Favoured Nations;
d. prinsip Reciprositas (timbal balik);
e. prinsip larangan pembatasan kuantitatif.
3.

Sanksi perdagangan internasional
Sanksi pada hakikatnya merupakan suatu tindakan atau kebijakan yang

bersifat penghukuman sebagai reaksi atas pelanggaran terhadap suatu norma

28

Syahmin AK, Op. Cit., hlm. 56.

18
Universitas Sumatera Utara

tingkah laku sosial atau tata aturan tertentu. 29 Sanksi adalah akibat dari suatu
perbuatan atau reaksi atas suatu perbuatan 30.
Margaret Doxey berpendapat yang dikutip Pieter Jan Kuyper (1987)
bahwa :
“Sanction in the contex of a legal system is negative measures which seek
to influence conduct by threatening and, if necessary, imposing penalties
for non-conformity with law” 31. (diartikan bebas bahwa sanksi dalam
konteks suatu sistem hukum adalah suatu tindakan negatif yang bertujuan
mempengaruhi tindakan dengan ancaman, dan jika perlu menerapkan
hukuman atas ketakpatuhan terhadap hukum).
Sanksi demikian biasanya bersifat ekonomi dalam bentuk pembatasan
ekspor dan impor terhadap negara sasaran. Setelah perang dunia kedua, peran
sanksi ekonomi sebagai instrumen untuk menegakkan hukum internasional
semakin besar, karena penggunaan kekuatan militer secara essensial terlarang dan
setiap sengketa internasional harus diselesaikan dengan cara-cara damai.

F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang dipakai dalam penulisan skripsi ini dapat diuraikan
sebagai berikut :
1.

Jenis dan sifat penelitian
Penelitian ini adalah penelitian hukum normatif atau penelitian hukum

kepustakaan, yaitu penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan

29

Rusli Pandika,Op. Cit., hlm. 161.
E. Utrech, Pengantar dalam Hukum Indonesia (Jakarta: Penerbit dan Balai Hukum
Indonesia, 1956), hlm. 15.
31
Pieter Jan Kuyper, The Implementation of International Sanction, The Netherlans and
Rhodesia, The Hague, (The T.M.C. Asser Institute, 1978), hlm. 1
30

19
Universitas Sumatera Utara

kepustakaan atau data sekunder belaka 32. Dengan metode penelitian normatif,
penelitian ini akan menganalisis hukum baik yang tertulis dalam literatur –
literatur.
Adapun data yang digunakan dalam menyusun penulisan ini diperoleh dari
penelitian kepustakaan (library research), yaitu teknik pengumpulan data dengan
memanfaatkan berbagai literatur berupa peraturan perundang-undangan, bukubuku, karya-karya ilmiah, majalah serta sumber data sekunder lainnya. Walaupun
penelitian yang dimaksud tidak lepas pula dari sumber lain selain sumber
kepustakaan, yakni penelitian terhadap bahan media massa ataupun internet.
Penelitian ini bersifat penelitian deskriptif normatif. Deskriptif normatif
berarti bahwa penelitian ini menggambarkan suatu peraturan hukum dalam
konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya.
2.

Data penelitian
Materi dalam skripsi ini diambil dari data sekunder, adapun data-data

sekunder yang dimaksud seperti berikut :
a. Bahan hukum primer, yaitu: Berbagai dokumen peraturan perundangundangan yang tertulis yang ada dalam dunia internasional yang mengikat
dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang. Dalam tulisan ini diantaranya
Marakesh Establishing the World Trade Organization (The WTO
Agreement), Understanding on Rules and Procedures Governing the
Settlement of Disputes/Dispute Settlement Understanding (DSU), GATT

32

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif : Suatu Tinjauan
Singkat, Cet. Ketujuh, Ed. Pertama (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2003), hlm. 13-14.

20
Universitas Sumatera Utara

Agreement 1947, Agreement on Implementation of Artikel VI of GATT
1994 (Antidumping Code 1994).
b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan-bahan yang memiliki hubungan
dengan bahan hukum primer dan dapat digunakan untuk menganalisis dan
memahami bahan hukum primer yang ada. Semua dokumen yang dapat
menjadi sumber informasi mengenai WTO dan Penerapan kebijakan dan
sanksi dalam perdagangan internasional, seperti hasil seminar atau
makalah-makalah dari para pakar hukum, koran, majalah, serta sumbersumber lain yakni internet yang memiliki kaitan erat dengan permasalahan
yang dibahas.
c. Bahan hukum tertier, yaitu : Mencakup kamus bahasa untuk pembenahan
tata bahasa Indonesia dan juga sebagai alat bantu pengalih bahasa
beberapa istilah asing. Juga termasuk dokumen yang berisi konsep-konsep
dan keterangan yang mendukung hukum primer dan sekunder, seperti
ensiklopedia.
3.

Teknik pengumpulan data
Jenis data dalam penelitian ini meliputi data sekunder. Teknik

pengumpulan data yang akan digunakan dalam penelitian ini dilakukan dengan
cara studi kepustakaan (library research). Studi kepustakaan dilakukan untuk
mengumpulkan data melalui pengkajian terhadap literatur, tulisan-tulisan para
pakar hukum, bahan kuliah, peraturan perundang-undangan, majalah, jurnal, surat
kabar, hasil seminar, dan sumber-sumber lain yang berkaitan dengan penelitian
ini.

21
Universitas Sumatera Utara

4.

Analisis data
Data yang diperoleh dari penelusuran kepustakaan, dianalisis dengan cara

deskriptif kualitatif yakni pemilihan teori-teori, asas-asas, norma-norma, doktrin
terpenting yang relevan dengan permasalahan. Metode deskriptif yaitu
menggambarkan

secara

menyeluruh

tentang

apa

yang

menjadi

pokok

permasalahan. Kualitatif yaitu metode analisa data yang mengelompokkan dan
menyeleksi data yang diperoleh menurut kualitas dan kebenarannya kemudian
dihubungkan dengan teori yang diperoleh dari penelitian kepustakaan.
Data primer dan data sekunder yang telah disusun secara sistematika dari
data-data tersebut kemudian dianalisis secara perspektif dengan menggunakan
metode deduktif induktif. Metode deduktif dilakukan dengan membaca,
menafsirkan dan membandingkan, sedangkan metode induktif dilakukan dengan
menerjemahkan berbagai sumber yang berhubungan dengan topik dengan skripsi
ini sehingga diperoleh kesimpulan yang sesuai dengan tujuan penelitian yang
telah dirumuskan.

G. Sistematika Penelitian
Pembahasan harus dilakukan secara sistematis demi menghasilkan karya
ilmiah yang baik. Untuk mempermudah penulisan skripsi ini diperlukan adanya
sistematis penulisan yang teratur yang terbagi dalam bab perbab yang saling
berangkai satu sama lain.

22
Universitas Sumatera Utara

Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari V Bab yang masing-masing
bab memiliki sub-babnya tersendiri, yang secara garis besarnya dapat diuraikan
sebagai berikut:
Bab I Bab ini merupakan bab pendahuluan yang isinya antara lain
merupakan uraian secara umum mengenai keadaan-keadaan yang berhubungan
dengan objek penelitian, latar belakang pemilihan judul, rumusan masalah,
kegunaan penelitian, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan
sistematika penulisan.
Bab II Bab ini akan dibahas mengenai tujuan umum tentang World Trade
Organization (WTO) sejarah dan hal yang melatar belakangi berdirinya WTO,
tujuan dari WTO, prinsip-prinsip perdagangan internasional dalam kerangka
WTO, kesepakatan-kesepakatan yang dihasilkan WTO, serta penyelesaian
sengketa dagang dalam kerangka WTO.
Bab III dalam bab ini akan dibahas mengenai kebijakan-kebijakan apa saja
yang umumnya diterapkan dalam kegiatan perdagangan Internasional. Kebijakankebijakan itu berupa kebijakan proteksi yang dibagi lagi menjadi lima kebijakan
(baca : tarif dan bea masuk impor, pelarangan dan pembatasan impor, subsidi,
dumping, premi) yang termasuk dalam kategori kebijakan proteksi, serta
kebijakan dagang bebas dan kebijakan autarki.
Bab IV dalam bab ini akan mengulas mengenai penerapan sanksi dagang
internasional di dalam kegiatan perdagangan, tindakan memaksa yang melanggar
kaidah hukum WTO dalam kegiatan perdagangan, serta tinjauan sanksi dagang
sebagai alat kebijakan dalam perdagangan internasional.

23
Universitas Sumatera Utara

Bab V merupakan bab terakhir yaitu sebagai bab penutup yang berisi
kesimpulan yang diambil terhadap bab-bab sebelumnya yang telah diuraikan dan
yang ditutup dengan memberikan saran-saran yang dianggap perlu dari
kesimpulan yang uraikan tersebut.

24
Universitas Sumatera Utara