AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH ETISYA FARADI

AKUNTANSI KEUANGAN SYARIAH
KERANGKA DASAR PENYUSUNAN DAN PENYAJIAN
LAPORAN KEUANGAN SYARIAH DAN LAPORAN
KEUANGAN ENTITAS SYARIAH

DISUSUN OLEH:

ETISYA FARADILLA WICAKSONO (1534031226)
RUANG 210

PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KRISNADWIPAYANA
2015/2016

KERANGKA

DASAR

PENYUSUNAN


DAN

PENYAJIAN

LAPORAN KEUANGAN SYARIAH (PSAK)

Kerangka dasar atau kerangka konseptual akuntansi, adalah suatu sistem yang melekat
dengan tujuan-tujuan serta sifat dasar yang mengarah pada standar yang konsisten dan terdiri
atas sifat, fungsi dan batasan dari akuntansi keuangan dan laporan keuangan.

A. Asas Transaksi Syariah-Bisnis Syariah
Transaksi syariah berasaskan pada prinsip berikut:
1. Persaudaraan (Ukhuwah)
Transaksi syariah menjunjung tinggi nilai kebersamaan dalam memperoleh manfaat,
sehingga seseorang tidak boleh mendapatkan keuntungan diatas kerugian orang lain.
Prinsip ini didasarkan atas prinsip saling mengenal (ta’aruf), saling memahami
(tafahum), saling menolong (ta’awun), saling menjamin (takaful), saling bersinergi
dan saling beraliansi (tahaluf).
2. Keadilan (‘adalah)
Selalu menempatkan sesuatu hanya pada yang berhak dan sesuai dengan posisinya.

Realisasi prinsip ini dalam bingkai aturan muamalah adalah melarang adanya unsur
berikut ini:
a. Riba/Bunga, tambahan pokok piutang yang dipersyaratkan dalam transaksi
pinjam-meminjam serta derivasinya dan transaksi tidak tunai lainnya.
b. Kezaliman, memberikan sesuatu tidak sesuai ukuran, kualitas, dan temponya,
mengambil sesuatu yang bukan haknya dan memperlakukan sesuatu tidak
sesuai posisinya.
c. Judi, bersifat spekulatif dan tidak berhubungan dengan produktivitas.
d. Unsur Ketidakjelasan, tidak adanya kepastian akad.
e. Haram, unsur yang dilarang tegas dalam Al-Quran dan As-Sunah.

3. Kemaslahatan (Maslahah)
Segala bentuk kebaikan dan manfaat yang berdimensi duniawi dan ukhrawi, material
dan spiritual, serta individual dan kolektif. Kemaslahatan harus memenuhi 2 unsur
yaitu: halal dan thayib.
4. Keseimbangan (tawazun)

Transaksi syariah memerhatikan kepentingan semua pihak sehingga dapat
merasakan manfaat suatu kegiatan ekonomi.
5. Universalisme (syumuliyah)

Dapat dilakukan oleh semua pihak yang berkepentingan tanpa membedakan suku,
ras, agama, dan golongan.
B. Karakteristik Transaksi Syariah
1. Transaksi berdasarkan prinsip saling paham dan rida
2. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui selama objeknya halal dan baik
3. Uang berfungsi sebagai alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai
4.
5.
6.
7.
8.
9.

komoditas
Tidak mrngandung unsur riba
Tidak mengandung unsur kezaliman
Tidak mengandung unsur maysir
Tidak mengandung unsur gharar
Tidak mengandung unsur haram
Tidak menganut prinsip nilai waktu dari uang (time value of money) karena

keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan resiko yang melekat
pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip al-ghunmu bil ghurmi (no gain

without accompanying risk)
10. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar serta untuk
keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain.
11. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan atau penawaran
12. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap-menyuap.
C. Asumsi Dasar
1. Dasar akrual
Pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian dan diungkapkan
dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang
bersangkutan. Laporan keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan
informasi kepada pemakai transaksi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan
pembayaran kas dan kewajiban pembayaran kas di masa depan serta sumber daya
yang mempresentasikan kas yang akan diterima dimasa depan.
2. Kelangsungan usaha
Laporan keuangan disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha entitas syariah
yang akan melanjutkan usahanya di masa depan. Entitas syariah diasumsikan tidak
bermaksud atau berkeinginan melikuidasi skala usahanya,jika maksud itu timbul

maka laporan keuangan harus disusun dengan dasar yang berbeda dan harus
diungkapkan.

D. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Syariah
1. Dapat dipahami
2. Relevan
3. Keandalan
4. Dapat dibandingkan
E. Unsur Laporan Keuangan Entitas Syariah
1. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan komersial yang terdiri
atas laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta laporan
perubahan ekuitas.
 Posisi keuangan
a. Aset
b. Kewajiban
c. Dana Syirkah temporer
d. Ekuitas


Kinerja

a. Penghasilan
b. Beban
c. Hak pihak ketiga atas bagi hasil dana syirkah temporer

2. Komponen laporan keuangan yang mencerminkan kegiatan sosial.
3. Komponen laporan keuangan lainnya yangmencerminkan kegiatan dan tanggung
jawab khusus entitas syariah tersebut.
F. Pengakuan dan Pengukuran
Penilaian pengakuan dan pengukuran untuk akuntansi umum didasarkan pada (SAK, 2009:
15-18):

1. Untuk pengakuan penilainnya atas dasar probabilitas (kemungkinan yang dapat terjadi
dalam suatu peristiwa) manfaat ekonomi masa depan dan keandalan pengukuran.

2. Untuk pengukuran penilaiannya atas dasar biaya historis, biaya kini, nilair ealisasi, nilai
sekarang.

G. Lain-lain Terkait dengan KDPPLKS
1. Tujuan dan Peranan KDPPLKS
IAI (2007) menjelaskan bahwa Kerangka dasar ini menyajikan konsep yang

mendasari penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi para penggunanya.
Tujuan kerangka dasar ini adalah untuk digunakan sebagai acuan bagi :
a. Penyusun standar akuntansi keuangan syariah
b. Penyusunan laporan keuangan
c. Auditor
d. Para pemakai laporan keuangan
2. Ruang Lingkup
Seperti dijelaskan (IAI, 2007), Kerangka dasar ini membahas :
a.

tujuan laporan keuangan

b.

karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan
keuangan

c.

defenisi pengakuan dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan

keuangan.

Kerangka dasar ini berlaku untuk semua jenis transaksi syariah yang dilaporkan dalam
laporan keuangan entitas syariah maupun entitas konvensional, baik sektor publik maupun
sektor swasta. Entitas syariah pelapor adalah entitas syariah yang laporan keuangannya
digunakan oleh pemakai yang mengandalkan laporan keuangan tersebut sebagai sumber
utama informasi keuangan entitas syariah. Entitas konvensional yang melakukan transaksi
syariah tidak perlu menyiapkan laporan keuangan syariah secara lengkap melainkan hanya
melaporkan transaksi syariah sesuai dengan ketentuan standar akuntansi syariah dalam
laporan keuangan konvensional.
3. Pemakai dan Kebutuhan Informasi
Dijelaskan oleh IAI (2007) bahwa pemakai laporan keuangan meliputi investor sekarang dan
investor potensial, pemilik dana qardh, pemilik dana investasi mudharabah, pemilik dana

titipan, pembayar dan penerima zakat, infak, sedekah dan wakaf, pengawas syariah,
karyawan, pemasok dan mitra usaha lainnya, pelanggan, pemerintah serta lembagalembaganya, dan masyarakat. Mereka menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi
beberapa kebutuhan.
4. Paradigma Transaksi Syariah
IAI (2007) menetapkan, transaksi syariah berlandaskan pada paradigma dasar bahwa alam
semesta diciptakan oleh Tuhan sebagai amanah (kepercayaan ilahi) dan sarana kebahagiaan

hidup bagi seluruh umat manusia untuk mencapai kesejahteraan hakiki secara material dan
spiritual (al-falah). Paradigma dasar ini menekankan setiap aktivitas umat manusia memiliki
akuntabilitas dan nilai ilahiah yang menempatkan perangkat syariah dan akhlak sebagai
parameter baik dan buruk, benar dan salahnya aktivitas usaha. Paradigma ini akan
membentuk integritas yang membantu terbentuknya karakter tata kelola yang baik (good
governance) dan disiplin pasar (market discipline) yang baik.

H. Perbandingan Laporan Keuangan Akuntansi Konvensional dengan Akuntansi Syariah