Tafsir Al Baqarah Ayat 62

Tafsir Al-Baqarah ayat 62

     
      
          
 
Asbabul Wurud

Asbabul Wurud ayat ini dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Hatim dari Salman Alfarisi
berkata : “Sa’altu Nabiya SAW ‘An Ahli Dieni Kuntu Ma’ahum, Padzakartu Min Sholatihim Wa Ibadatihim,
Panajalat : Innaladzina Amanu….dst.

Dalam riwayat lain disebutkan As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan temanteman salam al-farisi. Ketika ia sedang berbincang-bincang dengan Nabi Saw., lalu ia menyebutkan perihal
teman-teman yang seagamanya di masa lalu, ia menceritakan kepada Nabi berita tentang mereka. Untuk
itu ia mengatakan, “ mereka salat, puasa, dan beriman kepadamu serta bersaksi bahwa kelak engkau akan
diutus sebagai seorang nabi.

Setelah Salman selesai bicaranya yang mengandung pujian kepada mereka, maka Nabi Saw. Bersabda
kepadanya, “Hai Salman, mereka termasuk ahli neraka.” Maka hal ini terasa berat bagi Salman. Lalu Allah
menurunkan ayat ini.
Tafsir





  

Dalam Tafsir Jalalain, lafadz alladina amanu diartikan sebagai orang-orang yang beriman kepada para nabi
di masa lalu atau masa sebelum kedatangan Nabi SAW.
Sementara dalam tafsir Ibnu Katsir, Lafadz alladina amanu maksudnya adalah orang-orang yang beriman
kepada para nabi di masa lalu dan orang orang-orang yang beriman kepada Nabi Muhammad SAW. Ketika
Allah swt mengutus Nabi Muhammad SAW sebagai penutup para nabi dan rasul kepada semua anak adam
secara mutlak, maka diwajibkan bagi mereka percaya kepada apa yang disampaikannya, taat kepada
perintahnya, dan mencegah diri dari apa yang dilarangnya. Mereka adalah orang-orang yang beriman
sebenar-benarnya. Umat Nabi Muhammad SAW dinamakan kaum mukmin karena banyaknya keimanan
mereka dan keyakinan mereka yang sangat kuat, mengingat mereka beriman kepada semua nabi terdahulu
dan perkara-perkara ghaib yang akan datang.

  




Orang-orang yahudi adalah pengikut Nabi Musa a.s. yaitu mereka yang berpegang teguh kepada taurat di
zamannya. Kata al-yahud diambil dari kata al-hawadah yang artinya kasih sayang atau berasal dari kata altahawud yang artinya tobat, seperti yang dikatakan Musa a.s. dalam firman Allah Q.S. Al-A’raf ayat 156:



Maksudnya, kami bertobat kepada Engkau. Seakan-akan mereka dinamakan demikian pada asal mulanya
karena tobat dan kasih sayang sebagian mereka kepada sebagian yang lain.
Menurut pendapat yang lain, nama Yahudi itu dinisbatkan dengan Yehuda, nama anak tertua Nabi Ya’kub.
Adapun anak-anak Nabi Yakub ada dua belas. Dari istriya Lea ialah Ruben, Simeon, Lewi , Yahuda, Isakhar,
dan Zebulon. Dari Istrinya Rahel ialah Yusuf dan Bunyamin. Dari Bilha, budak perempuan Rahel ialah Dan
serta Naftali, dan dari istrinya Zilfa , budak perempuan Lea ialah Gad dan Asyer.
Imam Abu Amr Ibnu A’la mengatakan, disebut demikian karena mereka selalu bergerak di kala membaca
taurat.








    

 

Ketika Nabi Isa diutus, kaum bani Israil diwajibkan untuk mengikuti dan menaatinya. Sahabat-sahabat nabi
Isa dan pemeluk agamanya dinamakan nasrani karena mereka saling tolong menolong diantara mereka.
Mereka disebut juga anshar, seperti yang dikatakan Nabi Isa dalam firman Allah QS. Ali Imran ayat 52.

        
       




Menurut pendapat yang lain, mereka dinamakan demikian karena pernah bertempat tinggal di suatu daerah
yang dikenal dengan nama Nasirah atau Nazareth. Demikian menurut Qatadah dan Ibnu Juraij serta
diriwayatkan pula oleh Ibnu Abbas.
Nasara adalah bentuk jama dari nasran, sama halnya dengan lafadz nasyawa bentuk jamak dari nasywan,
dan sukara bentuk jama dari lafadz sakran. Dikatakan Nasranah untuk seorag wanita nasrani. Salah seoang

penyair mengatakan, “Dan seorang wanita Nasranah yang tidak pernah beribadah.





Mengenai orang-orang shabi’in, para ulama berbeda pendapat. Sufyan As-Sauri mengatakan Shabi’in adalah
suatu kaum antara Majusi, Yahudi dan Nasrani, pada hakikatnya mereka tidak mempunyai agama.

1












Al-Khalil mengatakan bahwa Shabi’in adalah suatu kaum yang agamanya menyerupai agama nasrani,
hanya kiblat mereka mengarah kepada datangnya angin selatan, mereka menduga bahwa dirinya berada
dalam agama Nabi Nuh a.s.
Al-Qurtubi berpendapat bahwa Shabi’in adalah suatu kaum yang agamanya merupakan campuran antara
agama Yahudi dan agama Majusi, sembelihan mereka tidak boleh dimakan dan kaum wanitanya tidak boleh
dinikahi.
Lebih lanjut Al-Qurtubi menjelaskan bahwa Shabi’in adalah mereka yang mengesakan Tuhan dan meyakini
akan pengaruh bintang-bintang, bahwa bintang-bintang tersebutlah yang melakukannya.
Ar-Razi memilih pendapat yang mengatakan Shabi’in adalah suatu kaum yang menyembah bintang-bintang,
dengan pengertian bahwa Allah telah menjadikannya sebagai kiblat untuk ibadah dan doa, yakni Allah
menyerahkan pengaturan urusan alam ini kepada bintang-bintang tersebut. Selanjutnya Ar-Razi
mengatakan bahwa pendapat ini dinisbatkan kepada orang-orang Kasyrani yang didatangi Nabi Ibrahim a.s.
untuk membatalkan pendapat mereka dan memenangkan perkara yang hak.
Pendapat Mujahid dan pendapat Wahb Ibnu Munabbih menyatakan bahwa Shabi’in adalah suatu kaum
bukan pemeluk agama Yahudi, bukan Nasrani, bukan Majusi, bukan pula kaum Musyrik.
Sebagian ulama mengatakan, Sabi’in adalah orang-orang yang belum sampai kepada mereka dakwah
seorang Nabi pun.

        

        




Ibnu Katsir dalam tafsirnya, menerangkan bahwa maksud ayat ini adalah bahwa barang siapa yang berbuat
baik dari umat-umat terdahulu dan taat, baginya pahala yang baik. Demikianlah kaidah tetapnya sampai
hari kiamat nanti, yakni setiap orang yang mengikuti Rasulullah, Nabi yang ummi, maka baginya
kebahagiaan yang abadi. Tiada ketakutan bagi mereka dalam menghadapai masa yang mendatang, tidak
pula bersedih hati atas apa yang telah mereka tinggalkan atau lewatkan.
Ayat ini sama maknanya dengan fiman Allah dalam ayat 62 surat Yunus :

         



Juga seperti yang dikatakann oleh para malaikat kepada kaum mukmin disaat menghadapi kematiannya
yang disitir oleh Allah dalam Q.S. Fushilat ayat 30:

       







     






Dalam sebuah hadits Iman orang-orang yahudi itu ialah barang siapa yang berpegang kepada Kitab Taurat
dan sunnah Nabi Musa a.s., maka imannya diterima hingga Nabi Isa a.s. datang. Apabila Nabi Isa a.s. telah
dating, sedangkan yang tadinya berpegang teguh kepada kitab Taurat dan sunnah Nabi Musa a.s. tidak mau
meninggalkannya dan tidak mau mengikuti syariat Nabi Isa, maka ia termasuk orang yang binasa.
Iman orang nasrani adalah barang siapa yang berpegang kepada Injil dari kalangan mereka dan syariatsyariat Nabi Isa, maka dia termasuk orang yang mukmin lagi diterima imannya hingga Nabi Muhammad
SAW datang. Barang siapa dari kalangan mereka yang tidak mau mengikuti kepada Nabi Muhammad SAW
dan tidak mau meninggalkan sunnah Nabi Isa serta ajaran injil sesudah Nabi Muhammad SAW datang, maka

ia termasuk orang yang binasa.
Menurut Ibnu Abbas r.a. sesudah ayat ini turun maka turun ayat 85 surat Ali Imran :

         
   


Maksudnya adalah tidak akan diterima amal seseorang kecuali yang sesuai dengam
syariat Nabi
Muhammad SAW sesudah beliau diutus dan membawa risalah yang diembannya. Adapun sebelum itu,
setiap orang yang mengikuti rasul di zamanya, dia berada dalam jalan petunjuk dan jalan keselamatan.

2