S PPB 1202556 Chapter5

BAB V
SIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Simpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan guru
BK SMK Negeri di Kota Bandung memiliki kecenderungan burnout yang
rendah. Guru BK berusia 18-40 tahun memiliki rata-rata burnout lebih tinggi
dibandingkan guru BK berusia 41-60 tahun. Guru BK dengan masa kerja 1-10
tahun memiliki rata-rata burnout lebih tinggi dibandingkan guru BK dengan
masa kerja 11-20 tahun, 21-30 tahun, dan > 31 tahun. Guru BK perempuan
memiliki rata-rata burnout lebih tinggi dibandingkan guru BK laki-laki. Guru
BK honorer memiliki rata-rata burnout lebih tinggi dibandingkan guru BK
PNS. Guru BK dengan pendidikan terakhir S-1 memiliki rata-rata burnout
lebih tinggi dibandingkan guru BK dengan pendidikan terakhir S-2. Guru BK
dengan latar belakang pendidikan Non-BK memiliki rata-rata burnout lebih
tinggi dibandingkan guru BK dengan latar belakang BK.

B. Rekomendasi
Berdasarkan temuan penelitian mengenai profil burnout guru BK SMK
Negeri di Kota Bandung, maka dikemukakan beberapa rekomendasi untuk:
1. Pihak Sekolah:

a. Memberikan pelatihan untuk mengantisipasi burnout khususnya bagi
seluruh guru BK dan di fokuskan pada guru BK muda, perempuan,
serta honorer.
b. Menciptakan iklim kerja yang lebih kondusif agar guru BK nyaman
melaksanakan tugasnya.
c. Membagikan beban kerja yang lebih proporsional untuk mencegah
intensitas kerja guru BK yang terlalu tinggi.
d. Memberikan feedback terhadap kinerja guru BK untuk mencegah
pengaruh negatif di tempat kerja dan memberikan arahan untuk
mengatasi masalah di tempat kerja.

83
Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

84

e. Memberi pekerjaaan pada guru sesuai latar belakang pendidikan agar
terhindar dari ambiguitas peran.

2. Guru BK:
a. Meningkatkan

komitmen,

membangun

rasa

kebersamaan

dan

melakukan kolaborasi dengan guru BK lainnya untuk proaktif
mencegah burnout.
b. Meningkatkan komunikasi dengan rekan satu profesi (termasuk
sekolah lain) serta personel sekolah lainnya untuk meningkatkan
pengetahuan, pemahaman, dan sense of community dalam rangka
supervisi BK.
c. Meningkatkan kompetensi termasuk manajemen stres dan waktu. Hal

ini dapat dilakukan dengan mengikuti studi lanjutan seperti S-2,
pendidikan profesi konselor, dan khususnya S-1 kedua untuk guru BK
dengan latar belakang Non-BK dalam rangka meningkatkan kualifikasi
akademik.
d. Guru BK muda, perempuan, dan honorer perlu meningkatkan sikap
realistik dan memiliki fleksibilitas dalam mencapai tujuan profesional
untuk menghindari kekecewaan dan frustrasi.
e. Guru BK yang lebih tua, laki-laki, dan PNS lebih waspada dan
responsif terhadap pemunculan gejala burnout dan berusaha mencegah
efeknya.
3. Peneliti Selanjutnya:
a. Melakukan penelitian eksperimen untuk menurunkan intensitas
burnout, khususnya pada guru BK yang memiliki rata-rata burnout
yang lebih tinggi sesuai variabel demografi.
b. Melakukan penelitian komparatif pada guru BK di tingkat pendidikan
yang lain.

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu