S PPB 1202556 Chapter3

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain
penelitian survei (survey research design) yaitu prosedur dalam penelitian
kuantitatif yang menyelidiki sampel atau populasi untuk mendeskripsikan
sikap, pendapat, perilaku, atau karakteristik dari populasi. Dalam penelitian
survei, peneliti mengumpulkan data berupa angka-angka menggunakan
kuesioner atau wawancara, dan menganalisis data tersebut secara statistik
untuk mendeskripsikan tanggapan partisipan serta menguji pertanyaan
penelitian (Creswell, 2012).
Tujuan utama dari survei adalah mengetahui gambaran umum karakteristik
dari populasi. Pada dasarnya yang ingin dicari peneliti adalah bagaimana
anggota dari suatu populasi tersebar dalam satu atau lebih variabel (Hamdi &
Bahruddin, 2014). Desain penelitian survei yang dipilih adalah survei jenis
cross-sectional karena peneliti mengumpulkan pengukuran sikap pada satu
titik waktu yang dalam prosesnya tidak membutuhkan waktu lama serta
memungkinkan peneliti untuk melakukan perbandingan.
Rancangan


studi

survei

dalam

penelitian

ini

bertujuan

untuk

mendeskripsikan kecenderungan burnout pada guru BK Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) Negeri di Kota Bandung dan penyebarannya pada 6 variabel
demografi yaitu status kerja, usia, masa kerja, jenis kelamin, tingkat
pendidikan serta latar belakang pendidikan guru BK.

B. Partisipan

1. Partisipan
Partisipan penelitian yang ikut serta dalam penelitian yaitu guru BK/
konselor SMK Negeri se-Kota Bandung.
2. Sampel
Partisipan dipilih menggunakan teknik sampling jenuh yaitu teknik
penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel
54
Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

55

(Sugiyono, 2002). Adapun banyaknya populasi dalam penelitian ini
berjumlah 60 orang yang terbagi dalam 15 sekolah, dengan rincian sebagai
berikut:

No.
1.
2.

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.

Tabel 3.1
Partisipan Penelitian
Nama Sekolah
SMKN 1 Bandung
SMKN 2 Bandung
SMKN 3 Bandung

SMKN 4 Bandung
SMKN 5 Bandung
SMKN 6 Bandung
SMKN 7 Bandung
SMKN 8 Bandung
SMKN 9 Bandung
SMKN 10 Bandung
SMKN 11 Bandung
SMKN 12 Bandung
SMKN 13 Bandung
SMKN 14 Bandung
SMKN 15 Bandung
Jumlah

Jumlah Guru BK
5 orang
4 orang
6 orang
3 orang
5 orang

5 orang
3 orang
4 orang
3 orang
3 orang
4 orang
3 orang
3 orang
4 orang
4 orang
60 orang

C. Penyusunan Instrumen Penelitian
1. Definisi Operasional
Burnout merupakan kombinasi beberapa penyakit fisik dan emosional
yang termanifestasi baik secara kognitif, maupun di tempat kerja. Burnout
terdiri dari 5 aspek yaitu (1) perasaan kelelahan mengacu pada emosi dan
keletihan fisik yang dapat dipengaruhi oleh sifat pekerjaan konselor,
seperti tipe konseli yang dihadapi, masalah yang dimiliki konseli, serta
faktor lingkungan, (2) inkompetensi mencerminkan ketidakyakinan

internal yang dimiliki konselor bahwa ia mampu melakukan pekerjaannya,
(3) lingkungan kerja yang negatif, berfokus pada sikap dan emosi konselor
terhadap lingkungan kerja, (4) mendevaluasi konseli merupakan
kurangnya hubungan emosional, empati, dan kepedulian terhadap konseli,
dan (5) penurunan pencapaian pribadi berfokus pada hubungan
interpersonal konselor, yakni dampak pekerjaan terhadap kehidupan
pribadi seperti hubungan sosial, hobi, dan hal-hal yang dianggap

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

56

menyenangkan diluar pekerjaan (Lee dkk., 2010; Gnilka, Karpinski &
Smith, 2015).
Lee dkk. menggunakan konsep yang dikemukakan Maslach dimana
burnout merupakan sindrom individual. Namun penelitian terbaru
mengarahkan burnout lebih kepada faktor domain lingkungan dan
organisasi yang lebih spesifik. Maslach juga menyebutkan pengukuran

burnout perlu mengukur faktor utama dan lingkungan/ organisasi. Untuk
mengatasi hal ini, Lee dkk. mendefinisikan burnout dengan faktor
lingkungan/ organisasi di dalamnya (Gnilka, Karpinski, & Smith, 2015).
2. Jenis Instrumen
Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Counselor
Burnout Inventory (CBI) yang dikembangkan oleh Lee dkk. pada tahun
2007 dan berisikan 5 subskala, yaitu perasaan kelelahan, lingkungan kerja
yang negatif, inkompetensi, mendevaluasi konseli, dan penurunan
pencapaian pribadi. CBI terdiri dari 20 item pengukuran dengan skala 1
untuk tidak pernah benar hingga 5 untuk selalu benar, semakin besar
angka maka akan semakin merepresentasikan simptom burnout yang lebih
tinggi (Lee dkk., 2007; Carrola dkk., 2012; Khalsa, 2012). Kisi-kisi
instrumen berdasarkan aspek burnout konselor adalah sebagai berikut:

No.
1.
2.
3.
4.
5.


Tabel 3.2
Kisi-Kisi Instrumen
Dimensi yang Diukur
Perasaan kelelahan
Inkompetensi
Lingkungan kerja yang negatif
Mendevaluasi konseli
Penurunan pencapaian pribadi

No. Item
1, 5, 10, 15
6, 11
2, 7, 12, 16
3, 8, 13, 17
4, 9, 14, 18

CBI dilaporkan memiliki realibilitas yang baik yakni test-retest
reliabilitas aspek yang berkisar antara 72 hingga 85, serta Chronbach 's
alpha sebesar 0.88. Validitas CBI juga baik, korelasi item berkisar diantara

-.53 hingga -.10 (Lee dkk. 2007; Khalsa, 2012). Oleh karena itu, penelitian
kali ini menggunakan instrumen adaptasi dari CBI karena kebaruan dan
kecocokan instrumen pada profesi konselor.

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

57

3. Uji Coba Instrumen Penelitian
a. Uji Kelayakan
Uji kelayakan dilakukan untuk mendapatkan instrumen yang layak
digunakan dalam penelitian dengan cara meminta pendapat para ahli
(expert judgment). Dalam hal ini, setelah instrumen CBI diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia,kemudian dikonsultasikan dengan ahli. Ahli
yang diikusertakan dalam judgment adalah dosen Jurusan Psikologi
Pendidikan dan Bimbingan untuk melihat apakah pernyataan yang
terdapat dalam angket dapat dipahami makna dan redaksinya. Dari
pelaksanaan judgment, beberapa hal yang diperbaiki antara lain:

1) Mengubah kalimat pasif menjadi aktif
2) Perbaikan penulisan
3) Mengganti istilah dari luar negeri menjadi yang lebih familiar oleh
konselor di lapangan, seperti supervisor menjadi pengawas BK dan
klien menjadi konseli.
b. Uji Keterbacaan
Uji keterbacaan dilakukan dengan menyebarkan instrumen uji coba
kepada 30 orang sampel yang dianggap setara dengan populasi
penelitian, yakni guru BK tingkat SMP/ SMA/ SMK Swasta. Uji
keterbacaan dilakukan untuk mengukur keterbacaan instrumen oleh
partisipan. Berdasarkan hasil uji keterbacaan, seluruh pernyataan
mampu dipahami oleh partisipan.
c. Uji Validitas
Suatu instrumen dikatakan valid apabila instrumen dapat mengukur
apa yang hendak diukur. Validitas suatu instrumen penelitian adalah
derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur apa yang hendak diukur
(Sukardi, 2011). Validitas instrumen dibedakan menjadi dua yaitu
validitas internal (validitas isi dan konstruk) serta validitas eksternal
(validitas kesejajaran dan prediksi). Dalam penelitian, terutama
penelitian dalam rangka tugas akhir studi, peneliti lebih banyak

menggunakan validitas internal dibandingkan validitas eksternal

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

58

(Widoyoko, 2014). Oleh karenanya, peneliti bermaksud menguji
validitas instrumen menggunakan validitas internal.
Dalam prosedur penyusunan tes, dilakukan terlebih dahulu
prosedur analisis item, dengan cara menguji karakteristik masingmasing item yang akan menjadi bagian tes yang bersangkutan. Itemitem yang tidak memenuhi persyaratan kualitas tidak boleh diikutkan
sebagai bagian dari tes (Azwar, 2014). Data hasil uji coba instrumen
diolah validitasnya menggunakan bantuan software SPSS versi 23.0.
Validitas item dilakukan dengan menganalisis daya pembeda
mengunakan prosedur pengujian Spearman's rho.
Sebagai kriteria pemilihan item berdasar korelasi item total,
digunakan batasan koefisien >0,30. Semua item yang mencapai
koefisien korelasi minimal 0,3 daya pembedanya dinyatakan
memenuhi syarat psikometrik sebagai bagian dari tes (Azwar, 2014).
Artinya apabila rxy lebih besar atau sama dengan 0,3 (rxy > 0,3), nomor
butir tersebut dapat dikatakan valid. Sebaliknya, apabila rxy lebih kecil
dari 0,3 (rxy < 0,3), nomor butir tersebut dikatakan tidak valid
(Widoyoko, 2014). Melalui perhitungan dengan bantuan software
SPSS versi 23.0, hasil memperlihatkan dari ke-20 butir item yang
diujicobakan, diperoleh 18 item yang memiliki korelasi > 0,3
berdarkan skor total (lampiran 2).
d. Uji Reliabilitas
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajegan. Suatu
instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang
tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam
mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2011). Secara garis besar ada
dua jenis reliabilitas yaitu eksternal (pararel dan tes berulang) serta
internal (instrumen skor diskrit dan skor non diskrit). Untuk instrumen
skor non diskrit ini, analisis reliabilitasnya menggunakan rumus Alpha
(Widoyoko, 2014).
Selanjutnya untuk mengatahui instrumen reliabel atau tidak adalah
mengkonsultasikan dengan harga kritik/ standar reliabilitas. Harga

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

59

kritik untuk indeks reliabilitas instrumen menurut Kaplan adalah 0,7.
Artinya, suatu instrumen dikatakan reliabel jika mempunyai nilai
koefisien Alpha sekurang-kurangnya 0,7 (Widoyoko, 2014).
Berdasarkan perhitungan dengan bantuan software SPSS versi
23.0, hasil memperlihatkan indeks reliabilitas instrumen CBI adalah
sebesar 0,927 (lampiran 2). Indeks tersebut menunjukkan instrumen
tersebut reliabel (> 0,7) dan dapat digunakan dalam penelitian.

D. Prosedur Penelitian
Pengumpulan data berupa angket dilakukan peneliti dengan mengunjungi
seluruh SMK Negeri di Kota Bandung secara bergantian. Pada setiap sekolah
dilakukan pengulangan langkah sebagai berikut:
1. Mempersiapkan kelengkapan dan petunjuk pengerjaan instrumen.
2. Mengecek kesiapan guru BK yang menjadi partisipan dalam penelitian.
Apabila terdapat personel BK yang tidak berada ditempat, maka angket
akan dititipkan pada personel BK yang ada untuk kemudian diambil jika
telah diisi.
3. Menjelaskan petunjuk pengisian kepada para guru BK dan memberikan
kesempatan guru BK untuk bertanya apabila ada petunjuk yang kurang
dipahami.
4. Mempersilahkan guru BK untuk mengisi angket yang telah dipersiapkan
sebelumnya selama 10 menit.
5. Mengumpulkan kembali angket yang telah selesai diisi serta mengecek
kelengkapan identitas maupun jawaban para guru BK.

E. Teknik Analisis Data
1. Verifikasi Data
Verifikasi data bertujuan untuk menyeleksi data yang dianggap layak
untuk diolah. Tahapan verifikasi dilakukan sebagai berikut:
a. Melakukan pengecekan jumlah instrumen yang terkumpul.
b. Memberikan nomor urut pada setiap instrumen untuk menghindari
kesalahan pada saat melakukan rekapitulasi data.

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

60

c. Melakukan rekapitulasi data, kemudian dilakukan perhitungan statistik
sesuai dengan analisis yang dibutuhkan.
2. Pedoman Penyekoran (Scoring)
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai
acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat
ukur, sheingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengkukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Pengukuran menggunakan aturan tertentu
yang dikenal dengan aturan skoring (Widoyoko, 2014). Dalam penelitian
ini, seluruh pernyataan instrumen adalah pernyataan negatif. Pada
alternatif jawaban digunakan skala

interval

1-5. Skala

interval

mendeskripsikan perbedaan jarak antara titik-titik angka tertentu dengan
nilai interval yang sama untuk setiap angka karena menggunakan unit
pengukuran yang konsisten. Oleh karena itu, angka dalam data interval
dapat dioperasikan dengan operasi hitungan (Djaali & Muljono, 2008,
hlm. 27).
3. Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk menghitung tingkatan burnout
berdasarkan karakteristik demografi (jenis kelamin, usia, masa kerja,
tingkat dan latar belakang pendidikan). Pengolahan data dilakukan melalui
tahapan awal sebagai berikut:
a. Melakukan input data partisipan untuk menghitung tingkatan burnout
guru BK SMK Negeri se-Kota Bandung.
b. Menghitung skor total setiap partisipan.
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke-1, dilanjutkan dengan
tahapan:
a. Menghitung rata-rata skor seluruh partisipan pada data secara
menyeluruh. Rumus rata-rata adalah:

Keterangan:
x̄ = rata-rata data
∑X = jumlah semua nilai
N = besar sampel
Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

61

b. Menghitung simpangan baku skor seluruh partisipan pada data secara
menyeluruh. Rumus simpangan baku adalah:

Keterangan:
S = simpangan baku
xi = data ke-i
x̄ = rata-rata
n = banyaknya data
c. Mendapatkan hasil rata-rata keseluruhan burnout konselor, yang
selanjutnya dikategorikan sesuai dengan kategori burnout yakni tinggi,
sedang, dan rendah (Maslach, Jackson, & Leiter, 1996).
Tabel 3.3
Kategori Skor Burnout
Interval Mean
Kategori
>68
Tinggi
43-67
Sedang
18-42
Rendah
Untuk menjawab pertanyaan penelitian ke-2 sampai dengan 6, tahapan
awal dilanjutkan dengan tahapan:
a.

Mengelompokkan data berdasarkan karakteristik demografi yang
dibutuhkan dalam penelitian yaitu status kerja, jenis kelamin, usia,
masa kerja, status kepegawaian, tingkat dan latar belakang
pendidikan.

b.

Menghitung rata-rata skor partisipan berdasarkan demografi.

c.

Menghitung simpangan baku skor partisipan berdasarkan demografi.

d.

Melakukan perbandingan rata-rata dan simpangan baku partisipan
pada masing-masing demografi.

Hanna Harsy Apsarie, 2016
FENOMENA BURNOUT GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu