Perawatan Menjelang Ajal Pada Pasien Lansia Menurut Perspektif Budaya Nias di Desa Ombolata Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1

Latar Belakang
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat menjadi sorotan yang paling

penting. Salah satu yang menjadi perhatian adalah meningkatkan derajat
kesehatan yang berdampak pada peningkatan jumlah lanjut usia. Keberhasilan
pembangunan kesehatan ditandai dengan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat, melindungi kesehatan masyarakat, menjamin ketersediaan dan
pemerataan sumber daya kesehatan, menciptakan tata kelola pemerintahan yang
baik (DEPKES RI, 2014).
Hasil sensus penduduk menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia
adalah 237,6 juta jiwa (Badan Pusat Statistik, 2010). Laju pertumbuhan penduduk
1,49 persen masih lebih tinggi dari target yang harus dicapai pada tahun 2010
yaitu 1,27 persen. Piramida penduduk Indonesia mengindikasikan bahwa
Indonesia akan menghadapi triple burden, yaitu meningkatnya jumlah penduduk
balita, remaja, dan lansia. Peningkatan jumlah penduduk tersebut didapatkan
sebesar 28% atau 64 juta jiwa adalah remaja, dengan jumlah penduduk lanjut usia
atau lansia sebesar 18 juta jiwa.

Sensus penduduk pada tahun 2007 di Sumatera Utara, jumlah penduduk
yang berumur 60 tahun ke atas mencapai 693.494 jiwa, atau 5,4% dari jumlah
penduduk di Sumatera Utara yakni 12.834.371 jiwa. Berdasarkan survei awal
yang dilakukan pada penelitian ini didapatkan jumlah penduduk lansia di Desa
Ombolata Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara sebanyak 289 jiwa dari 3.824

Universitas Sumatera Utara

jiwa penduduk, yakni 175 laki-laki dan 114 perempuan (Data dari Camat Alasa,
2015).
Peningkatan jumlah lansia di Indonesia tentunya perlu mendapat perhatian
yang serius dari pemerintah berkaitan dengan pelayanan sosial dan pelayanan
kesehatan terkait dengan proses menua. Lansia membutuhkan perhatian khusus
dalam kesehatan, kemandirian, perawatan, dan penghargaan. Alasan lansia
membutuhkan perhatian khusus dikarenakan masalah pada lansia dimasukkan ke
dalam “Empat Besar” penderitaan geriatrik yaitu mempunyai masalah yang
kompleks, tidak ada pengobatan sederhana, penurunan kemandirian, dan
membutuhkan bantuan orang lain dalam perawatan (Nugroho, 2008).
Masa dewasa akhir atau usia tua adalah periode penutup dalam rentang
hidup seseorang, yaitu suatu periode dimana seseorang telah beranjak jauh dari

periode dahulu yang lebih menyenangkan. Masa lanjut usia ditandai dengan
terjadinya berbagai perubahan, baik perubahan fisik, psikologis maupun sosial.
Perubahan-perubahan tersebut sesuai dengan hukum kodrat manusia yang pada
umumnya dikenal dengan istilah „menua‟. Perubahan-perubahan tersebut
mempengaruhi struktur baik fisik maupun mental. Periode selama usia lanjut atau
lansia yaitu ketika kemunduran fisik dan mental terjadi secara perlahan dikenal
dengan istilah senescence yaitu masa proses menjadi tua (Bandiyah, 2009).
Selain perubahan kemunduran fisik dan mental, lansia juga cenderung
berkonsentrasi pada masalah kematian. Semakin lanjut usia seseorang, biasanya
individu menjadi lebih mementingkan tentang kematian itu sendiri dan kematian
diri sendiri. Pemikiran tentang kematian merupakan bagian yang penting pada
tahap akhir kehidupan bagi banyak individu dalam proses menjelang ajal.

Universitas Sumatera Utara

Menjelang ajal adalah sebuah proses berakhirnya perjalanan hidup seseorang
dalam dunia. Semua individu akan mendekati ajalnya dengan pengalaman hidup
yang unik, dengan kekuatan serta kelemahan, dan dengan beberapa isu psikososial
dan spiritual yang terpecahkan dan tak terpecahkan (Kemp, 2009).
Weisman (1972, dalam Kemp 2009) mengembangkan konsep “kematian

yang tepat”, suatu kematian pada individu yang menjelang ajal yang memenuhi
kriteria yakni tetap relatif bebas dari nyeri, penderitaan berkurang, pemiskinan
emosi dan sosial dipertahankan minimum, mengenali dan mengatasi konflik yang
tersisa serta memenuhi apapun keinginan yang masih ada sesuai dengan situasi
dan ideal ego, dan mampu memberi kendali terhadap orang lain yang dipercaya.
Kriteria ini berfungsi dengan baik sebagai tujuan dasar dalam merawat individu
yang menjelang ajal (Kemp, 2009).
Menghadapi kematian atau proses menjelang ajal, lanjut usia sangat
membutuhkan kebutuhan jasmaniah yakni tindakan yang memungkinkan
memberikan rasa nyaman bagi klien lanjut usia. Selain kebutuhan jasmaniah,
lansia juga membutuhkan kebutuhan emosi yakni klien lanjut usia mengalami
ketakutan yang hebat yang timbul akibat menyadari bahwa dirinya tidak mampu
mencegah kematian, dan juga mendapatkan perhatian yang khusus untuk
melakukan pendampingan bagi klien lanjut usia. Lanjut usia juga sangat
membutuhkan pemenuhan kebutuhan emosi yaitu mengkaji pengaruh kebudayaan
terhadap kesehatan klien lanjut usia (Nugroho, 2008).
Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, yang tinggal di berbagai
daerah, memiliki beraneka ragam kebudayaan antara lain bahasa, sistem
pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi. Dari segi


Universitas Sumatera Utara

organisasi sosial secara informal terdapat ketua adat atau ketua suku,

dan

beberapa adat atau budaya yang dilakukan dalam setiap aspek kehidupannya
(Sunaryo, 2014).
Sikap budaya dan agama terhadap kematian mempengaruhi bagaimana
individu dari usia tertentu memandang kematian (Papalia, 2009). Kebudayaan
yang dianut individu dapat menjadi prediktor penting untuk menentukan sikap
individu terhadap kematian. Hal senada juga dapat berlaku bagi lanjut usia,
pandangan budaya yang dianut oleh lanjut usia akan mempengaruhi bagaimana
lanjut usia memandang dan bersikap terhadap kematian. Sikap terhadap kematian
meliputi sikap tentang diri individu pada saat sekarat, sikap tentang kematian diri,
sikap tentang apa yang akan terjadi pada diri setelah kematian, serta sikap yang
berkaitan dengan kematian atau rasa kehilangan orang lain yang dicintai.
Memahami individu seutuhnya adalah satu cara untuk mulai menghargai
individu yang menjelang ajal dan pengalaman hidup terkait kondisi terminal.
Menghargai individu sebagai manusia yang mempunyai harkat dan martabat,

memiliki keanekaragaman sifat, kepribadian, jenis kelamin, sosial, dan budaya
(Sunaryo, 2014).
Menurut Leininger & McFarland (2000 dalam Sunaryo 2014), perawat
memberikan

asuhan

keperawatan

kepada

klien

harus

memperhatikan

keanekaragaman budaya dan nilai-nilai yang hidup dan berkembang dalam
masyarakat. Dalam melakukan asuhan atau praktik keperawatan sangat perlu
mengenal aspek sosial budaya, antara lain pemahaman untuk mengetahui budaya

individu terkait perawatan menjelang ajal.

Aspek sosial dan budaya

mempengaruhi pemberian asuhan keperawatan terkait mengembalikan fungsi

Universitas Sumatera Utara

pasien sebagai manusia yang sehat secara biologis, psikologi, sosial kultural dan
spiritual (Sunaryo, 2014).
Perawat dapat menerapkan salah satu pedoman dalam asuhan keperawatan
dengan memahami perbedaan kebudayaan yaitu transkultur keperawatan.
Pemahaman perawat akan perawatan pasien menjelang ajal pada lansia dengan
segala alasan dapat dijadikan sebagai bahan yang dapat diketahui oleh perawat
dalam melaksanakan tugasnya sebagai pemberi asuhan keperawatan untuk
meningkatkan keberhasilan pelayanan kesehatan kepada pasien menjelang ajal
lansia (Sunaryo, 2014).
Berdasarkan penelitian Pin Pin (2013) tentang kajian lansia perspektif
budaya Tionghoa, disimpulkan bahwa sangat kuat akar kebudayaan orang di
Tionghoa di Medan dalam menghormati orang tuanya. Orang Tionghoa Medan

sekitar 99,9 % lebih suka merawat orang tuanya di rumah sendiri. Hal ini dilihat
dari jumlah penghuni panti jompo yang hanya sekitar 100-an orang, dalam arti
hanya sekitar 0,1 % dari jumlah keturuan etnis Tionghoa di Medan, maka jumlah
itu memang sangat sedikit. Penelitian ini menggambarkan bahwa dalam
melakukan perawatan pada lansia tetap memperhatikan kebudayaan yang dianut
oleh lanjut usia.
Masyarakat Nias merupakan salah satu suku yang memiliki adat- istiadat
atau kebiasaan-kebiasaan dalam hidup bermasyarakat. Masyarakat Nias
melakukan praktik kebudayaan terhadap lansia yang menjelang ajal yakni
Fangotome’o (kata benda), yang artinya seorang lansia yang menjelang ajal
dijadikan tamu. Budaya fangotome’o ini sangat dijunjung tinggi di Nias karena
menandakan bahwa seorang anak ingin memenuhi kebutuhan emosional atau

Universitas Sumatera Utara

psikologis orang tuanya dengan melakukan ritual ini. Masyarakat Nias berasumsi
bahwa setelah melakukan praktik ini, lansia atau orangtua akan bahagia
menghadapi kematiannya dan beberapa orang percaya bahwa lansia akan sembuh
dari penyakitnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Efiani (2009) tentang perawatan

keluarga terhadap lansia di desa Sukajadi kecamatan Hinai kabupaten Langkat
menunjukkan bahwa tidak ada perawatan keluarga yang buruk, sedangkan
perawatan keluarga yang baik dalam jumlah terbesar yaitu 28 responden (66,0%),
dan responden dengan perawatan sangat baik sebanyak 8 responden (18,7%).
Dengan penelitian ini diharapkan kepada semua pihak, khususnya keluarga dan
pelayan kesehatan agar dapat memahami pentingnya perawatan terhadap lansia,
sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup lansia.
Berdasarkan data diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian terkait
perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias di
desa Ombolata kecamatan Alasa kabupaten Nias Utara. Peneliti ingin menggali
dan menganalisa lebih dalam tentang kebudayaan di Nias dalam melakukan
perawatan menjelang ajal pada lanjut usia.
1.2

Pertanyaan Penelitian
Bagaimana masyarakat Nias melakukan perawatan menjelang ajal pada

pasien lansia menurut perspektif budaya Nias?
1.3


Tujuan Penelitian
Menggambarkan cara perawatan pasien menjelang ajal pada pasien lansia

menurut perspektif budaya Nias.

Universitas Sumatera Utara

1.4

Manfaat Penelitian

1.4.1 Pelayanan Keperawatan
Hasil penelitian yang diperoleh dapat dijadikan sebagai sumber
pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam melakukan pengkajian yang lebih
akurat dan menegakkan diagnosa tentang masalah perawatan menjelang ajal yang
lebih komprehensif pada lanjut usia tanpa mengesampingkan faktor budaya.
1.4.2 Pendidikan Keperawatan
Penelitian ini dijadikan sebagai konsep bagi mahasiswa dalam menerapkan
asuhan keperawatan khususnya perawatan menjelang ajal pada lansia secara
komprehensif tanpa mengesampingkan faktor budaya.

1.4.3 Penelitian Keperawatan
Penelitian ini diharapkan memberikan pengetahuan tentang aspek budaya
yang mempengaruhi pola pikir masyarakat sehingga dapat menerapkan
pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang.

Universitas Sumatera Utara