Perawatan Menjelang Ajal Pada Pasien Lansia Menurut Perspektif Budaya Nias di Desa Ombolata Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara

Lampiran 1
PENJELASAN TENTANG PENELITIAN
Nama saya adalah Asnita Hulu/121101074, mahasiswi Program Studi
Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di desa Ombolata
Kecamatan Alasa, Nias Utara dengan tujuan untuk menggambarkan cara
perawatan pasien menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya
Nias. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu
keperawatan.
Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas
akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara. Dalam melakukan Penelitian ini, peneliti menjamin bahwa
penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri
sebagai responden. Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden
dengan menjaga kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden
selama pengumpulan data hingga penyajian data.
Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai
responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak bersedia
maka Bapak/Ibu/Sdra/Sdri berhak menolak karena tidak ada unsure paksaan untuk
dijadikan sebagai responden.
Demikian informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi

Bapak/Ibu/Sdra/Sdri saya ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016

Peneliti

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:
Kode Responden
:
Umur
:
JenisKelamin
:
Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul
“Perawatan Menjelang Ajal Pada Pasien Lansia Menurut Perspektif Budaya

Nias”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia
menjadi partisipan dalam penelitian tersebut.

Ombolata, Februari 2016

Responden

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 3
KUESIONER PENELITIAN
Perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya
Nias

1.

Kuesioner Data Demografi (KDD)
Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar.

Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi

titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini. Setiap pertanyaan
dijawab hanya satu jawaban yang sesuai menurut Saudara.
Kode (diisi oleh peneliti)

:

1.

Inisial

:

2.

Jenis Kelamin

:

3.


Usia

:

4.

Agama

:

Protestan

Katolik

Islam

Hindu

Budha


Lain-lain

5.

Peran dalam masyarakat :

6.

Apakah ada pengalaman merawat pasien lansia dengan budaya tertentu
pada saat menjelang ajal?

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 4
PANDUAN WAWANCARA
Perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya
Nias
1.

Menurut Saudara, apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat

Nias dalam perawatan menjelang ajal pada lansia?

2.

Bagaimana budaya atau kebiasaan itu dilakukan?

3.

Apa yang menjadi criteria pasien lansia untuk dilakukan budaya tersebut?

4.

Apa manfaat kebudayaan tersebut terhadap kesehatan lansia?

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 5

Universitas Sumatera Utara


Lampiran 6

Universitas Sumatera Utara

Universitas Sumatera Utara

lampiran 7

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 8

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 9

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 10
JADWAL PENELITIAN

Jenis Kegiatan

September
1 2 3

4

Oktober
1 2 3

4

November
1 2

3

4

Desember

1 2 3

4

Januari

Februari

Maret

1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

3

April
4 1 2

3

Mei


Juni

Juli

4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan judul
Menetapkan judul
Menyiapkan
proposal
Mengajukan sidang
proposal
Uji validitas
Sidang proposal
Revisi proposal
Pengumpulan data
dan analisa data
Penyusunan
laporan skripsi

Ujian skripsi
Revisi
Mengumpulkan
skripsi

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 11
ANGGARAN DANA
NO
1

2

KEGIATAN

BIAYA

Menyiapkan proposal sampai sidang proposal
 Biaya internet dan pulsa modem

Rp. 80.000,00

 Kertas A4 80 gr 2 rim

Rp. 70.000,00

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka

Rp. 30.000,00

 Memperbanyak proposal

Rp. 50.000,00

 Sidang proposal

Rp. 200.000,00

Pengumpulan data dan analisa data
 Izin penelitian dan ethical clearance Fakultas

Rp. 150.000,00

Keperawatan USU

3

 Fotokopi KDD dan informed consent

Rp. 10.000,00

 Cinderamata

Rp. 200.000,00

Pengumpulan laporan skripsi
 Kertas A4 80 gr 2 rim

Rp. 70.000,00

 Penjilidan

Rp. 100.000,00

 Fotokopi laporan penelitian

Rp. 100.000,00

 Sidang skripsi

Rp. 200.000,00

4

Biaya tak terduga

Rp. 120.000,00

5

TOTAL

Rp. 1.380.000,00

1

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 12

Universitas Sumatera Utara

Lampiran 13
RIWAYAT HIDUP
Nama

: Asnita Hulu

Tempat Tanggal Lahir

: Ombolata, 14 April 1994

Jenis Kelamin

: Perempuan

Agama

: Kristen Protestan

Alamat

: Jl. Jamin Ginting Gang Maju No. 26 Padang Bulan,
Medan

Riwayat Pendidikan

:

1.

SDN No.071169 Ombolata Kecamatan Alasa

Tahun 2000 - 2006

2.

SMP Negeri 1 Gunungsitoli

Tahun 2006 - 2009

3.

SMA Negeri Unggulan Sukma Nias

Tahun 2009 - 2012

4.

Fakultas Keperawatan USU

Tahun 2012 - Sekarang

Universitas Sumatera Utara

TRANSKRIP WAWANCARA 1
Keterangan
In : Interviewer
Pa : Partisipan
In: hari ini saya akan melakukan wawancara kepada bapak Vikar Gea atau
Taliaro Gea, yang menjadi pertanyaan pertama, menurut saudara apa yang
menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang
ajal pada Lansia?
Pa: iyaaa, trimakasih. Itu awalnya dulu adalah sejarah dari nenek moyang kita
atau dari leluhur kita itu mewariskan bahwa setiap orang tua yang mengalami
lansia, selalu membuat suatu yang dinamakan fotome’o1. Kenapa??? Karna
banyak yang perlu diwariskan kepada anak-anaknya jika seandainya
dilaksanakan hal tersebut. Contoh, seperti pembagian harta warisan baik itu
kebun, tanahnya, hartanya, segala macam. Dan orang tua itu memberi suatu
oooo... hikmat kebijakan kepada anaknya semua baik itu anaknya laki-laki
maupun anaknya perempuan selalu mendengar itu bimbingan dan arahan dari
pada orang tua yang mengalami lansia. Kenapa itu? Karna itu adalah sebagai
bahan nanti kepada seluruh ooo... keturunannya, nanti membicarakan hal ini
karna turun-temurun nanti mengenai cara ini kepada seluruh masyarakat dan
kepada seluruh keturunan bapak ibu yang mengalami ooo... lansia tersebut.
Sehingga ada beberapa cara disitu, satu memberikan ooo... nasi, 1 telur, dan
mengambil seekor babi memberikan hormat kepada bapak dan ibu yang
mengalami lansia tersebut. Sehingga disitu nanti orang tua itu membicarakan
bahwa, inilah harta saya, inilah kebun saya, inilah arahan-arahan yang perlu
1

Fotome’o: Kebiasaan masyarakat Nias, pemberian makan lansia.

Universitas Sumatera Utara

disampaikan sehingga anak-anak ini semua mengerti apa tujuan dari pada
pelaksanaan fotome’o kepada seluruh anak-anaknya.
In: hmm.. berarti haruskah dikerjakan itu semua untuk lansia yang menjelang
ajal?
Pa: yahh harus, harus itu sama lansiakarna anaknya itu tau (tamu partisipan pamit
pulang) sehingga ooo... wawancara dari pada orang tua itu, anak-anaknya
semua mengerti bagaimana sejarahnya itu menjadi budaya di Nias, sehingga
ooo... baik itu anak laki-laki dan perempuan sudah mengerti semua.
In: baik, berarti ada Fotome’o. Selain dari budaya ini, apakah ada hal lain lagi
yang dilakukan kepada lansia menjelang ajal?
Pa: ya ada, contohnya itu mengenai lansia yang agak mau-mau ooo... tua, satu
dulu mengenai itu, tempat tidurnya supaya tau seluruh keluarga, bagaimana
cara membantu seandainya sakitttt, bagaimana cara membantu keeee..
seandainya dia itu ke toilet, kemana dia pergi, sehingga dia ditempatkan di
tempat yang ooo... sangat dekat dilihat di suatu keluarga, dan berikut selalu
ooo... diundang medis, contohnya sekali seminggu, ataupun satu kali sebulan
sehingga perawatannya tetap jalan dan pengurusannya tetap terurus
bagaimanaaaa... lansia tersebut sehingga pada akhirnya nanti kan semua
keluarga tau.
In: itu biasanya selalu dilakukan untuk mengundang tenaga medis?
Pa: ya harus, ya sekali sebulan, harus itu.

Universitas Sumatera Utara

In: apakah ada hal lain lagi yang biasa dilakukan kepada lansia menjelang ajal
menurut budaya, pak?
Pa: gak ada hal lain lagi, ehh ada lagi hal lain mengenai itu, jadi seandainya
lansia itu sakit diundang dukun2 untuk mengusuk, ada itu ooo... tau dia gak
bisa jalan, gak bisaaaa, ntah sakit apaa,,, bisa minta pertolongan itu diluar dari
pada medis.
In: o..diundang dukun ya pak? Diundang dukun maksudnya, dukun apa ini pak?
Pa: dukun ini,, seperti mengusuk orang,, hmm ada seperti obat sama dia, seperti
contoh, ooo... mengambil daun-daunan itu, seperti memberi bantuan,
seandainya menolong sakit apa dia, contohnya sakit “panas”,, ada obat-obatan
disitu yang dicari untuk orang tua, untuk membantu.. ataupun cucu-cucunya
membantu dia. Yang kedua, seandainya, dia itu sakitnya dielus-elus dia
supaya lansia itu tidak merasakan sakit apa yang dia derita, ituu..
In: berarti saat ini yang dilakukan ada fotome’o,terus menempatkan lansia di
tempat yang sering dilihat oleh keluarga, diundang tenaga medis dan juga
mengundang dukun untuk mengobati sakit yang diderita oleh lansia
menjelang ajal. Apa ada hal lain lagi selain ini, pak?
Pa: dia dibawa ke dukun jika seandainya dia membutuhkan, dan untuk perawatan
lansia hanya itu saja yang kami lakukan, mungkin beda-beda setiap rumah
atau setiap KK, kadang ada lansia itu gak terurus, kenapa? Karna kemampuan
setiap keluarga ada yang tidak mampu, maka lansia itu kadang makan 1 kali
2

Dukun : Seseorang yang memiliki keahlian memberi obat-obat tradisional
atau tukang pijat

Universitas Sumatera Utara

dalam sehari, kadang ya 2 kali, sebagaimana kemampuan masing-masing
keluarga. Sehingga lansia itu bisa terurus ataupun tidak, gitu dia.
In: kalau pengalaman dalam merawat lansia terkait kebutuhannya juga, apakah
terpenuhi kebutuhan orang tua bapak?
Pa: itulah, kami tetap berusaha mencukupkan segala kebutuhannya juga, baik dari
makannya, pakaian, dan pengobatannya.
In: oke, untuk pertanyaan berikutnya, bapak tadi mengatakan bahwa melakukan
fotome’o, bagaimana sebenarnya budaya atau kebiasaan tersebut dilakukan
kepada lansia yang menjelang ajal?
Pa: oo.. baik, sebelum pelaksanaan fotome’o itu, banyak beberapa hal yang
disampaikan oleh orang tua atau lansia itu, satu dulu memberitahu kepada
seluruh saudara orang tua itu, sudah selesai itu, diberitahu kepada seluruh
anak-anaknya apa rencana yang perlu dilaksanakan, contoh mereka itu
membeli beberapa ekor babi, membeli telur, supaya ini nanti anak-anaknya
dan cucu-cucunya itu disuapi nanti bapaknya atau lansia yang sudah
menjelang ajal itu, atau nene/gawe3 dan tua 4 itu disuapi anaknya, seluruh
cucu-cucunya sehingga mereka meminta berkat kepada lansia tersebut. Jadi
diberkatilah mereka itu semua, setelah selesai itu, baru nanti, ada beberapa
kata-kata arahan mereka, sehingga cucu, anak dan saudaranya semua
mengerti apa tujuan dari pada pelaksanaan fotome’o ini.
In: itu memberikannya apa harus nasi, daging babi dan telur yang diberikan, pak?
3
4

Nene/Gawe
Tua

: Nenek
: Kakek

Universitas Sumatera Utara

Pa: iya harus itu yang dikasih, itu sudah menjadi budaya atau kebiasaan atau
dibilang sudah menjadi warisan nenek moyang kita dulu, gak pernah dikasih
yang lain-lain, tidak, harus nasi dan telur dan daging babi, itu.
In: kalau arahan yang diberikan orang tua atau lansia tersebut kepada anak, cucu,
dan saudaranya, itu seperti apa pak?
Pa: seperti contoh, bagi anak yang sudah punya kerja akan dibilang, ini kerjamu,
jaga dengan baik, bagi anak yang belum kerja, berekonomilah dan berdoa
kepada Tuhan buat segala rencanamu. Dan juga ada anak orang tua yang
bandel, perlu dinasihati supaya anak itu tidak jatuh ke jurang, sehingga anak
itu menjadi baik ke depan, dan memberikan beberapa petunjuk-petunjuk yang
berguna sehingga anak itu dapat menjadi baik semua anak-anaknya. Itu
sangat membanggakan orang tua kalau anaknya itu bekerja, mendapat rejeki
yang baik dan hal-hal yang menuju o.. kepada persembahan kepada Tuhan,
setiap
pekerjaan itu harus tetap sama Tuhan, sehingga berkat itu akan dilimpahkan
kepada anak-anak itu semua. Nah, itu tujuannya diberikan arahan dan berkat
kepada semua keluarganya.
In: dengan dilakukan fotome’o ini, apa yang menjadi dampak kepada lansia ini?
Pa: iya, setelah dilakukan fotome’o ini, itu lansia itu akan bahagia, senang
walaupun dia meninggal nanti dia senang, kenapa? Karna sudah
menyampaikan beberapa arahan dan bimbingan kepada cucunya dan anaknya
semua. Sehingga pelaksanaan fotome’o secara adat budaya Nias sudah resmi

Universitas Sumatera Utara

dikerjakan kepada lansia menjelang ajal, dan tidak ada masalah lagi, tidak ada
beban lagi kepada anak dan cucunya, gak, gak ada lagi. Udah selesai
semuanya.
In: dengan adanya fotome’o ini, ke depan dalam menjelang ajal/kematian lansia
ini, pasien lansia ini bagaimana?
Pa: yah,, dia sudah merasa baik, bahagia, senang juga dia setelah meninggalkan
dunia ini, kenapa? Karna bebannya semua kepada anak-anaknya, kepada
cucunya semua sudah selesai, diberikan nasehat dan dia senang secara adat
dan budaya Nias, dan tidak ada beban lagi, sudah selesai semuanya. Jadi,
fotome’o ini suatu kebutuhan bagi lansia, harus itu, harus kepada pasien lansia
itu.
In: ada gak pengaruhnya kepada kesehatan lansia itu?
Pa: ada juga,, kadang itu yang diberikan fotome’o itu, kembali lansia itu menjadi
sehat, kadang nanti sudah sakit dan diberikan fotome’o, dia sehat kembali, dia
senang jadinya, karna gak ada beban pikirannya lagi, itu..
In: kalau cara yang berikutnya tadi lagi, ada itu menempatkan lansia di tempat
yang sering dilihat oleh keluarga, itu bagaimana melakukannya, pak?
Pa: kalau memang dia ditempatkan di tempat yang bisa dijangkau orang banyak,
biasanya diletakkan di kamar tengah atau ruangan tengah yang bisa sering
diliat orang, sehingga dia juga bisa dibantu dalam menukar pakaiannya,
memenuhi segala kebutuhannya juga. Dan juga kalau dia sakit, cepat kita tau,
kalau dia menjerit-jerit disitu, semua orang datang, atau keluarga datang

Universitas Sumatera Utara

menolong dia, dan juga bisa dilihat orang kalau dia mau ke belakang, terus
juga kalau ada di buat PA5 di rumah, gak usah dia di angkat, langsung di
tempat itu aja dia, udah spesial tempatnya disitu, dan itu gak membuat repot,
keluarga gak begitu repot jadinya, hmm begitulah.
In: oke, kalau yang lain juga tadi, ada yaitu mengundang tenaga medis, dukun
juga jika perlu, itu bagaimana mengerjakannya pak?
Pa: oo kalau mengundang dukun itu kalau memang lansia itu menderita, dan dia
harus dikusuk, dan dikasih air disitu, yah kalau dikusuk itu, dia senang kali,
mungkin karna peredaran darahnya itu langsung lancar.
In: berarti apa ada hubungan juga dengan kesehatan tentang mengusuk ini?
Pa: ada kok, masa gak ada hubungannya dengan kesehatan, oh iya, satu juga tadi
mengundang medis, kalau misalnya lansia itu tidur-tidur terus dan gak bisa
jalan, yah pasti ada hubungannya dengan medis makanya diundang medis,
tetapi yang pastinya fotome’o ini harus dilakukan karna itu sudah menjadi
kewajiban seorang anak kepada orang tuanya atau kepada lansia yang sudah
tua atau yang mendekati menjelang ajalnya.
In: baik, pertanyaan berikutnya adalah, apa yang menjadi kriteria lansia dalam
mengerjakan budaya atau kebiasaan tersebut? Maksudnya, apakah ada hal
yang menjadi tanda-tanda bahwa lansia itu sudah mau mendekati ajalnya dan
harus dikerjakan budaya tersebut tadi?
Pa: iya, kalau memang hal-hal lain yang perlu kita berikan kepada lansia yang
sudah tua itu, satu dulu, oo anak dan keluarganya mengerti bahwa umur
5

PA: Pendalaman Alkitab / Persekutuan Ibadah
Universitas Sumatera Utara

lansia itu sudah berakhir, maka segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh lansia
ini harus dipenuhi, kenapa? Karna kalau tidak dipenuhi, nanti dia itu marahmarah dan banyak nego-nego yang dia buat, sehingga kembali seperti anakanak kalau sudah tua, jadi anak-anaknya disitu sudah harus mengerti apa
kemauan dan keinginan, misalnya sebelum meninggal dunia, kenapa? Karna
banyak yang diminta-minta disitu, mau minta makanan yang enak-enak, tapi
hanya ala kadarnya aja, gak semua dimakannya itu nanti, yah itu
pengaruhnya, jadi kalau medis pun datang, mereka memberikan petunjuk dan
mendapat vitamin sama medis, itu aja yang diminta-minta lansia yang
mendekati ajal ini.
In: banyak juga yang diminta-minta lansia ini ya pak?
Pa: iya, banyak kali yang diminta-mintanya, yang gak masuk-masuk akal kita,
itulah tandanya kalau lansia itu mau berakhir hidupnya.
In: apakah hanya tanda itu aja akhirnya dibuat budaya tersebut? Apa ada
hubungannya dengan vonis penyakit dari medis juga?
Pa: tidak, hanya anggapan atau asumsi orang Nias aja itu, atau sudah menjadi
tradisi juga itu, bukan ada pengaruhnya dari medis dilihat itu, tapi dari
kebiasaan orang Nias aja itu, bukan.
In: ada lagi mungkin tanda-tandanya pak?
Pa: oo pengalaman ini juga, kalau tanda-tanda mau-mau menjelang ajalnya itu,
satu dulu banyak sekali permintaan-permintaannya, dan tidak teratur lagi
untuk pergi ke belakang, dan cara tidurnya pun tidak merasa nyaman

Universitas Sumatera Utara

dia,balik-balik aja dia, yah itu sih tanda-tandanya kalau mau mengakhiri
hidupnya, itu tanda-tanda yang biasa dilihat, ahhh.. itu lagi, bicaranya gak
jelas atau pembicaraannya gak teratur, itu pikiran gak teratur lagi, banyak
yang tidak-tidak masuk akal, sehingga yahh orang rumah pun susah jadinya,
susah mengurus, banyak yang tidak masuk akal, sehingga itu suatu tandatandanya bahwa lansia itu mau mengakhiri penyakitnya, ituu..
In: baik, pertanyaan yang berikutnya, kalau misalnya semuanya dilakukan untuk
lansia menjelang ajal, apa manfaatnya bagi kesehatan lansia?
Pa: kalau manfaatnya itu, kalau sudah dilakukan budaya ini semua, tadi telah saya
jelaskan bahwa itu sudah menjadi budaya Nias, bahwa lansia itu nanti, senang
dia, karna sudah lepas semua bebannya kepada keluarganya, kepada anakanaknya dan cucu-cucunya. Dan begitu pula medis, sehingga keluarga itu
tidak ada suatu beban lagi seandainya lansia ini mengakhiri hidupnya, dia
senang, sekali dilaksanakan itu semua, dia senang, itu, mengakhiri hayat
hidupnya, tapi kalau itu tidak dilaksanakan, banyak sekali yang dia mintaminta yang tidak masuk-masuk akal, jadinya lama sekali dia menderita, jadi
kalau udah di buat ini, dia sudah siap untuk mengakhiri hidupnya. Terus juga
dari segi mentalnya terjadi kemunduran, jadi kita harus menjelaskan dengan
baik kepada lansia tersebut, sehingga dia itu mengakhiri hidupnya sudah
senang, jika Tuhan mau menjemput dia dan jiwanya. Jadi kalau banyakbanyak yang aneh-aneh sama dia, kita juga bisa jelaskan melalui PA
menjelaskan sama dia tentang firman Tuhan sehingga hidupnya makin tenang
karna berada di dalam tangan Tuhan Yesus. Jadi Tuhan suatu saat

Universitas Sumatera Utara

memanggil, tidak ada masalah, dia sudah siap, sehingga segala dosa yang
telah diperbuat, dia salam-salami itu semua hamba-hamba Tuhan, sehingga
kapan suatu saat dia dipanggil, dia bahagia meninggalkan dunia ini.
In: selain dari memberikan arahan kepada anak-anak dan cucunya, ada hal lain
lagi pak?
Pa: ada juga itu di keluarga, minta-minta maaf, minta maaf sama anaknya, sama
cucunya semua, juga kepala lingkungannya, sehingga suatu saat nanti ada
hamba Tuhan memberikan, menjelaskan sama dia itu firman Tuhan, sehingga
dosanya itu, sehingga dia sadar bahwa semua dosa saya itu sudah dilepaskan
oleh Tuhan Yesus, pokoknya dia udah bahagia lah, jadi banyak lah hal-hal
yang disampaikan lansia sebelum mengakhiri hidupnya, kenapa? Karena
lansia ini susah kali, tadi saya jelaskan, sehingga hamba Tuhan memberikan
arahan, sehinggadia itu sadar segala dosa yang telah diperbuatnya, dan dia
minta maaf dan minta tolong kepada Tuhan, supaya dia diterima di sisi
Tuhan. Itu makna adri pelaksanaan PA-PA itu kepada lansia itu.
In: jadi, ada lagi gak pak yang dilakukan lagi kepada lansia?
Pa: pengalaman lansia ini emang susah kali, hanya acara yang perlu diketahui
sama-sama aja, beda-beda motif lansia ini, yang penting kita tidak hentihentinya memberikan arahan-arahan sama dia, menjelas firman Tuhan, dia itu
sadar dosanya dan menerima dia di sisi Tuhan kalau Tuhan memanggil. Jadi
ketika dikerjakan beban-beban ini, dia itu senang dan bahagia pada saat
mengakhiri hidupnya.

Universitas Sumatera Utara

In: ada gak ketakutan-ketakutan lansia saat menghadapi kematiannya?
Pa: yah,,, sepanjang pengetahuan kita dulu, banyak kali yang gak masuk akal
kita. Jadi yang tugas sebagai anak dan cucunya mengarahkan dia. Ketika ada
yang tidak masuk akal, kita arahkan aja mereka, sehingga dia itu sadar, itu.
In: di acara fotome’o ini, ada juga arahan-arahan yang diberi kepada lansia?
Pa: pasti ada itu, karna nanti tidak bermakna acara tersebut kalau tidak ada arahan
atau menyampaikan firman Tuhan itu sama dia, dan tidak ada hal yang lebih
penting selain mengarahkan lansia ini kepada Tuhan.
In: ok, pak. Terimakasih partisipasinya, yaahowu.6
Pa: yaahowu.

6

Yaahowu: sapaan masyarakat
Nias WAWANCARA
TRANSKRIP

Universitas Sumatera Utara

TRANSKRIP WAWANCARA 2
Keterangan
In: Interviewer
Pa: Partisipan

In : selamat sore ibu, hari ini saya akan melakukan wawancara kepada ibu
Yuniadi Hulu terkait dengan perawatan menjelang ajal pada pasien lansia
menurut perspektif budaya Nias. Menurut ibu sendiri, apa yang menjadi
kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang ajal pada
pasien lansia yang sudah pernah dilakukan dalam keluarga ibu?
Pa : pertama-tama dulu, lansia itu ooo... harus diarahkan mengenai rohani yaitu
dengan cara diingatkan bagaimana cara, diingatkan berdoa pagi dan malam,
terus diarahkan bahwa sebenarnya dunia ini tidak berarti, tapi yang lebih
berarti lagi nanti, setelah dunia ini nanti, artinya setelah ajal memanggil atau
setelah ajal tiba, maka ada ooo.. kita harus menghadap Tuhan yang maha
kuasa, jadi itu nanti yang mengarahkan kita.
In : baik ibu, selain melakukan atau mengingatkan secara rohani pasien lansia,
apa ada lagi yang pernah dilakukan?
Pa : iya, ada.
In : seperti apa bu?
Pa : ooo.. seperti kebiasaan budaya Nias ya, seorang lansia ataupun tidak
bergantung pada umur, jadi kewajiban anak kepada orangtuanya adalah
melaksanakan, yang istilahnya hmm... itu fotome’o1. Yang mana arti dari
fotome’o itu, ooo... orang tua melaksanakan kewajibannya kepada anakanaknya, dan begitu juga anak-anaknya melaksanakan kewajibannya kepada
orang tua, yaitu istilahnya itu fotome’o, anak-anak, semua anak-anak dari
1

2

Fotome’o
: Kebiasaan masyarakat Nias, pemberian makan lansia.
Howu-howu : Bahasa daerah Nias yang artinya Berkat
Universitas Sumatera Utara

orang tua berkumpul dan meminta berkat dari orang tua, berkat yang mana?
Ooo... istilahnya howu-howu2 dan orang tua juga sebagai kewajibannya
memberkati anak-anaknya adan juga semua warisannya atau semua harta dari
orang tua tersebut membagi-bagi kepada anak-anaknya sesuai ketentuan di
budaya Nias.
In : berarti fotome’o ini, apakah harus dilakukan kepada pasien lansia masyarakat
Nias?
Pa : seharusnya begitu, itu ada 2 versi, ada secara besar-besaran, ada juga secara
sederhana.
In : maksudnya bu? Secara besar-besaran bagaimana?
Pa : nah, kalau secara besar-besaran, bukan hanya anak-anaknya dan orang tua itu.
Tetapi dipanggil seluruh sanak saudara, dan keponakan-keponakan, jadi itu
dipotong bebrapa ekor babi, bukan hanya 1 ekor, itu secara besar-besaran.
Ooo.. maksudnya ini, tergantung kemampuan dari anak-anaknya, tergantung
kemampuan anak-anaknya. Jadi yang lain itu, orang banyak itu nanti, cuma
menyaksikan saja, menyaksikan apa keputusan atau apa mufakat yang telah
diberikan orang tua itu kepada anak-anaknya, satu-satu itu mengenai harta.
In : itu kalau secara besar-besaran, kalau secara kecil-kecilan bu?
Pa : hmm.. kalau secara kecil-kecilan, hanya keluarga sendiri yaitu orang tua dan
anak-anaknya.
In : hmm.. berarti ini harus dikerjakan?
Pa : iya, itu seharusnya, itu sudah kewajiban anak kepada orang tua.
In : baik, hmm ada lagi perawatan lain yang dilakukan pada pasien lansia
menjelang ajal?

Universitas Sumatera Utara

Pa : yah,, selain itulah, itu perawatan setiap hari, artinya ooo.. kebutuhannya setiap
hari harus dicukupi, terus kesehatannya juga, sudah kita tau orang yang lansia
itu, ikh... kembali seperti anak-anak. Jadi tingkahnya pun seperti anak-anak,
jadi kita para perawat atau anak-anaknya, kita harus, sebenarnya kita harus
memiliki extra sabar sama lansia ini, iya, karna betul-betul ooo... kembali
seperti anak-anak. Jadi, terpaksalah kita mengarahkan, yah, kita kita berikan
mana yang bagus dan mana yang tidak bagus, yah itu aja.
In : sewaktu ibu merawat pasien lansia ini juga, ada tidak hal-hal yang dialami
lansia?
Pa : iya, iya, fisik dan mentalnya itu betul-betul drop, betul-betul seperti anakanak, tingkahnya pun seperti anak-anak, gak tau mana yang benar, mana yang
tidak, tidak tau apakah udah siang, apa udah malam, gak bisa dibedakannya,
yah harus butuh kesabaran yang super, sebenarnya, tapi kita sebagai manusia,
kita tidak bisa pungkiri itu, kadang-kadang juga ada muncul, hmm apalagi
kalau kita udah capek kan, terus nyampe dirumah, eh he, tingkahnya macammacam lah, tentu kita emosi ya, cuman aja kita, hmm ya Tuhan maafkan saya,
hehe
In : dari penjelasan ibu tadi, saya dapatkan ada 3, yaitu perawatan secara rohani,
pemenuhan kebutuhan secara rohani, pemenuhan kebutuhan secara budaya,
dan juga perawatan diri pasien lansia setiap hari. Kalau boleh tau bu,
bagaimana kebiasaan atau budaya itu dilakukan? Pertama dari kegiatan rohani
bu, itu biasanya dilakukan seperti apa bu?
Pa : aaa.. kalau, begini lah, kalau pagi-pagi itu, diajak ibu itu, atau diajaklah si
lansia, untuk kita berdoa dulu, tetapi kalau malam, seperti disini, karna nenek

Universitas Sumatera Utara

itu kan cepat tidur, yah diajak berdoa lagi, tetapi tetap diingatkan, tetap ingat
Yesus, tetap berdoa, jangan ooo.. pikirkan lagi harta dunia ini, tetapi ingatlah
bahwa Yesus, itulah tujuan hidup kita, itulah yang tetap diingatkan.
In : atau ada hal lain lagi bu untuk dilakukan kepada lansia secara rohani ini?
Pa : aaa.. ada lagi, kalau biasanya kan di lingkungan kita ada PA-PA3, jadi bergilir
dirumah, jadi karna mama ini, udah tua gak bisa pergi kemana-mana, tetapi
kalau giliran PA di rumah kita, yah nenek itu ikut, ataupun kadang-kadang
tersendiri dipanggil pendeta, untuk melayani mama ini, yah sekali-sekali..
In : ok, kalau yang kedua itu pemenuhan kebutuhan secara budaya bu. Itu seperti
apa juga bu, bagaimana kebiasaan atau budaya tersebut dilakukan?
Pa : nah, itu lah tadi, pemenuhan secara budaya, kan udah dilaksanakan kalau, apa
itu, udah dilaksanakan fotome’o itu sudah lama, kemarin bisa diadakan secara
besar-besaran atau kecil-kecilan atau kekeluargaan. Nah, kalau sama nenek
ini, dua-duanya sudah dikerjakan, sudah dikerjakan secara besar-besaran,
secara keluarga pun sudah. Jadi, mengenai budaya yah, kalau nenek ini lagi,
kalau soal budaya, udah gak ngerti dia lagi, udah gak ada lagi pikirannya
disitu, jadi seperti budaya kita Nias itu, jadi berarti kita anak menantu, harus
mengurus orang tua. Seperti mama talu4 lah, kan sejak nikah sampai
sekarang, nenek tak pernah ooo.. meninggalkan mama talu, yah, itu juga
termasuk budaya juga bahwa anak-anak wajib ooo.. mengurus orang tuanya
kalau sakit atau sudah tua.
In : berarti itu kalau kebiasaannya?
Pa : yah, itu kebiasaannya.
3
4

PA: Pendalaman Alkitab / Persekutuan Ibadah
mama talu: Tante

Universitas Sumatera Utara

In : terus, kebiasaan fotome’o tadi itu, maksudnya prosesnya seperti apa bu?
Mungkin bentuk acaranya bu?
Pa : aaa.. anak-anaknya dulu, bukan orang tua yang mengumpulkan anak-anaknya,
jadi anak-anak. Kalau ada anaknya yang tertua berarti itu sebagai koordinator,
dia mengumpulkan adek-adeknya semua, dibicarakan begini,begini, begini.
Nah, kalau udah dibicarakan, semua mufakat itu, hmm makanya dibicarakan
sama orang tua, begini pak, ma, begini ooo.. maksud kami, kami ingin
melaksanakan kewajiban kami kepada orang tua, karna kami, ooo... berjauhan
tempat, manatau nanti, kita tidak tau-tau nanti kapan itu kita itu dipanggil
Tuhan, tetapi kalau kami sudah melaksanakan kewajiban kami kepada orang
tua kami, maka kami tidak merasa terbeban lagi. Nah, begitu...
In : lalu selanjutnya?
Pa : hmm, setelah itu. Diambil seekor babi, dipotong babinya, hmm udah kan?,
kalau secara besar-besaran dulu, ooo.. dibagi-bagi itu daging babinya, satu
ekor dari anak-anaknya, satu ekor dari anaknya perempuan, satu ekor dari
pihak tante, artinya ooo.. adeknya, adek bapak perempuan, satu ekor itu, satu
ekor dari paman-pamannya, atau anak paman-pamannya, sifasambua ama 5,
satu ekor itu, hmm jadi dibagi-bagi. Nah, kalau udah itu kan, ooo.. pada hari
H nya, maka daging-daging itu dikasi ke orang tua, ini dari anakmu laki-laki
1 ekor, udah dimasak ya, ini dari anak-anakmu perempuan 1 ekor dikasi di
meja, udah di apalah, ini dari pihak tante atau ponaan, ah itu, ini dari pihakpihak paman, sifasambua ama . Nah kalau udah itu, baru dilaksanakan acara
fotome’o, artinya pertama-tama dulu, anaknya yang tertua, yang laki-laki, jadi
fotome’o itu kalau orang tua sepasang ada, maka diambil nasi sedikit,

Universitas Sumatera Utara

dibentuk, dikasi dipiring, nah diambil nasi itu sedikit, langsung diambil otak
uto6, dan ate 7 babi sedikit-sedikit diapa, dikasi, disuap, disuapin orang tua itu.

Jadi, ada yang disuarakan disitu “ mabe‟e gou ina, mabe‟e gou ama, yatobali
fangabolou ba wanuno Lowalangi” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang
artinya “kami berikan makanan buatmu mama, kami berikan makanan buat
kamu bapak, biarlah menjadi kekuatan mu untuk memuji Tuhan”) . Baru
nanti, bapak atau mama, membalas dengan cara memberikan berkat “
yamufahowu‟o ndaugo Lowalangi, ya anau nosou, ya mube‟e khou howuhowu” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya “semoga kamu
diberkati Tuhan, semoga panjang umur, semoga kamu beroleh berkat”). Jadi
itu tergantung hmm apa niat dari orang tua. Nah, setelah itu, satu itu, baru
istrinya, baru anak-anaknya. Sesudah anak pertama, baru anak kedua, dan
begitu seterusnya sampai habis.
In : baik ibu, secara kecil-kecilan mungkin ada bedanya bu?
Pa : aaa.. kalau secara kecil-kecilan, bedanya cuma jumlah orang yang datang, dan
hanya jumlah babi yang dipotong, itu aja. Jadi cara memberinya sama.
In : maksudnya kata yang diberikan sama bu?
Pa : iya, sama, sama.
In : ok. Terus yang ketiga, yaitu memenuhi kebutuhan lansia setiap hari, itu
seperti apa juga
bu?
Pa : ooo.. kebutuhan sehari-hari, hmm itu, seperti disinilah sama nenek, karena
nenek udah lama gak makan nasi, makan nasi, gak bisa makan nasi, nasi.
Tidak makan nasi, yah harus bubur. Saya beli rice cooker kecil, haaa disitu
5

Sifasambua ama : Sepupu
Uto
: Otak
7
Ate
: Hati
6

Universitas Sumatera Utara

saya masak bubur, karena saya pun juga setiap hari ke sekolah, jadi pagi-pagi
bangun jam 5, dimasak makanan nenek, jadi ada meja dikamarnya, disitu
ditaroh rice cookernya , cereknya, piringnya, lauknya, sendok semua dikasi
disitu karna nenek itu bisa ngambil makanan sendiri, nah itu kebutuhan
sehari-hari. Jadi, alat-alat mandinya tersendiri, sabunnya ada sendiri, sikatnya,
aaa.. jadi nenek ini kalau mandi, dia tidak hafal udah mandi atau tidak,
semaunya dia aja hahaha benar loh. Memang udah terjadi kemunduran mental
dan fisik juga.
In : ooo. Itu untuk kebiasaan yang pernah dilakukan. Terus untuk fotome’o, ketika
melakukan kegiatan ini, apa yang menjadi kriteria pasien lansia ini untuk
dilakukan hal tersebut? Mungkin ada tanda-tanda yang kita dapati dari orang
tua atau lansia? Akhirnya anak-anaknya secara bersama-sama, ayo kita buat
fotome’o ini.
Pa : aaa.. fotome’o itu, ada juga, ada beberapa versi, untuk pertama, dilakukan
fotome’o karena orang tua sering sakit-sakitan biar pun umurnya masih muda.
Tetapi karna faktor kesehatan tidak mendukung, sering sakit-sakitan, bisa saja
itu menjadi pemicu dilaksanakan fotome’o. Yah itu, kedua juga, biarpun
orang tua kita ini ooo...karena udah lanjut sekali usia, udah sangat lanjut
usianya, padahal dia sehat, dan anak-anaknya pun ooo... udah banyak yang
ke seb‟rang atau tempat anak-anaknya berjauhan, jadi anak-anaknya merasa
was-was manatau entah kapan, karna orang tua kita udah begitu tua, manatau
nanti suatu waktu Tuhan memanggilnya secara dadakan, sementara kita anakanaknya gak ada, yaudahlah kita laksanakan saja fotome’o. Jadi terlepas dari
ooo... lepas beban dari anak-anaknya.

Universitas Sumatera Utara

In : berarti tidak ada tanda-tanda tertentu, misalnya kalau anak-anaknya yang
berinisiatif seperti itu, berarti menandakan bahwa orang tuanya da tandatanda untuk menjelang ajal?
Pa : nggak, nggak, hanya itu, penyakit, iyah penyakit.
In : itu divonis di medis atau kita lihat dari kebiasaan lansia ini?
Pa : iya, iya bukan dari medis, kita bisa menilai sendiri kalau memang orang tua
ini udah mau ajal menjemputnya. Iyah faktor usia juga.
In : ok bu, itu tanda atau kriterianya dilakukan fotome’o ya bu? Jadi, ketika kita
mengerjakan kebiasaan-kebiasaan itu, apakah ada hubungannya dengan
kesehatan atau manfaatnya bu?
Pa : ada, ada, seperti nenek disini lah, waktu di fotome’o pertama sekali, aduh
sudah nggak ada lagi harapan, udah nggak ada lagi, udah cepat-cepatlah di
fotome’o saja hari ini karna kurasa besok nggak bisa lagi ditunggunya besok,
jadi dilaksanakanlah malam itu, sehingga ada itu, ooo... sanak saudara di
panggil dari kebun karna udah ini, udah sekarat ini, langsunglah di fotome’o.
Wah,, taunya udah menjadi sembuh sampai sekarang, udah berpuluh-puluh
tahun. Haha jadi makanya kubilang, ada juga hubungannya dengan faktor
kesehatan dilakukan kegiatan ini. Begitu dilaksanakan itu, berdoa, berdoa,
taunya udah sembuh nenek itu.
In : kenapa bisa seperti itu bu?
Pa : kurang tau juga saya, mungkin karena pemenuhan emosionalnya akhirnya keg
gitu.
In : terus, secara rohani tadi, itu ada hubungannya juga dengan kesehatan lansia?

Universitas Sumatera Utara

Pa : kurasa ada itu, ada, ada itu ooo.. kalau nenek ini sering sakit, langsung
diapakan, selain obat dari medis, nah obatnya ini nggak bisa lagi dia
meminum obat orang dewasa, biasanya dosisnya nenek ini, dosis anak-anak
di kasi. Karna udah pernah dicoba dosis dewasa, aduh bahaya. Jadi dikasilah
dosis kecil, dosis anak-anak. Makanya kalau dia sakit di umur-umur seperti
ini, diarahkan berdoa, terus kami juga masuk dalam kamarnya berdoa, kalau
dia sakit kami berdoa, dan tetap diingatkan biarpun kamu sakit seperti ini,
tetap ingat Yesus, tolodo Yesu8 Itu tetap diingatkan, jadi ada juga itu
hubungannya dengan kesehatan. Kalau ada motivasi dari keluarga, lansia bisa
cepat pulih. Hmm.. kalau kulihat-lihat nenek ini, bisa sehat dia, bisa semangat
dia, kalau diperhatikan, butuh perhatian, itu satu-satu pada lansia ini, butuh
perhatian, yah maunya lansia ini sebenarnya harus ada satu orang khusus dia,
memang itu, supaya ada yang menemaninya ngomong, semua-semualah,
harus diperhatikan, yah itu sebenarnya, harus benar-benar diperhatikan,
seorang lansia itu sebenarnya butuh perhatian, itu satu juga yang
diperlukannya.
In : apa fotome’o ini juga termasuk bentuk perhatian kita kepada lansia?
Pa : itu juga termasuk. Tapi perhatian yang sangat dibutuhkan lansia sebenarnya,
perhatian dalam kehidupannya sehari-hari, dari pagi sampai malam, hah itu
dia. Terus juga, kalau makanannya teratur, berarti bagus, baguslah dia, tidak
sakit-sakitan, seperti nenek ini, jarang sekali sakit. Ha.. kalau makanannya
teratur ada ooo.. bisa, apa itu, yah bisa memberi kekuatan pada fisiknya dan
dijaga kesehatannya. Nenek ini kan, dia tidak mau makan ikan asin, hmm
nggak mau dia, jadi dulu, dia mau makan apa aja, eh tapi kadang-kadang dia

Universitas Sumatera Utara

juga pembosan, maklumlah dikampung seperti ini, paling-paling telur lah,
yang cepat kita ambil untuk lauk, udah pernah dia buang-buang itu, gak mau,
udah masak dibuang, iyah di buang loh. Hmm jadi, ooo... ada juga lah itu,
pemenuhannya, bisa mempengaruhi kesehatannya, kalau makanannya juga
tidak teratur. Biar pun hanya sayur, nah ini nih, nenek ini senang dia makan
sayur, haaa pokoknya ada sayur dan daging kalau ada, sekali-sekali. Tetapi
ikan ooo.. basah, gak mau dia kalau banyak duri-duri, tulang-tulangnya itu,
hah gak mau dia itu.
In : oke bu, ada tiga hal yang dikerjakan dalam perawatan menjelang ajal pada
pasien lansia ya bu?
Pa : iya, harus kita kerjakan semua itu. Suatu keharusan itu
In : ok ibu, sekian untuk wawancaranya hari ini, terima kasih atas partisiapasi ibu,
selamat sore, Ya’ahowu9.
Pa : selamat sore, Ya’ahowu.

6

Yaahowu: sapaan masyarakat Nias

Universitas Sumatera Utara

TRANSKRIP WAWANCARA 3
Keterangan
In : Interviewer
Pa : Partisipan
In: Hari ini saya akan melakukan wawancara kepada Bapak ama Deti Hulu,
mengenai penelitian saya perawatan menjelang ajal pada pasien lansia
menurut perspektif budaya Nias. Selamat pagi Pak.
Pa: Ya selamat pagi.
In: Hari ini saya akan melakukan wawancara kepada Bapak tentang budaya Nias
dalam merawat lansia, yang jadi pertanyaan saya disini, menurut Bapak apa
yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan
menjelang ajal pada pasien lansia?
Pa: Ya, kalau kebiasaan di Nias untuk perawatan orang tua yang umurnya sudah
lansia yang kurang lebih umur 60 keatas, kita liat kondisi orang tua kita pada
umur itu, kalau memang orang tua kita sakit-sakitan maka kita sebagai anak
berkewajiban supaya orang tua itu jangan lagi bekerja, mengangkat beban
yang berat, dan kita harus memberikan rasa kasih kepada orang tua itu,
supaya hati orang tua kita itu senang. Dan kalau dia sakit harus segera kita
tangani, kita rawat, dan kita antar kerumah sakit, dan kita harus memberikan
perawatan semaksimal mungkin menurut kemampuan kita. Kemudian kita
harus mengurus belanjanya,

jangan hanya sekedar pemberian, apa yang

sanggup untuk kita, itu yang harus kita berikan kepada orang tua. Itu kira-kira

Universitas Sumatera Utara

perawatan yang pertama yang harus kita berikan kepada orang tua kita yang
sudah lanjut usia.
In: Kalau menurut Bapak begitu berarti saya bisa simpulkan yaitu kita bisa
melihat kondisi orang tua, tidak lagi mengizinkan orang tua bekerja, dan
ketika sakit akan dirawat, dan mengurus belanja orang tua atau kebutuhan
orang tua sehari-hari. Kalau menurut budaya sendiri ataupun kebiasaan yang
pernah dilakukan kepada orang tua Bapak selain ini apa saja Pak?
Pa: Yaa,,, kalau memang semakin menurun kesehatannya, maka menurut
kebiasaan, bahkan bukan hanya kebiasaan tapi itu sudah menjadi kewajiban
anak kepada orang tua, maka kalau tidak mantap perawatannnya, semakin
hari semakin berkurang kesehatannya, maka kita selayak mungkin kita harus
melakukan kebiasaan atau budaya kita yang namanya Fangotome‟o /
La‟otome‟1. Kita musyawarah dalam keluarga secara khusus dan secara
keseluruhan, maka kita datangkan sanak saudara kita, kita undang seluruh
kemanakan, iparnya, family, kita undang untuk musyawarah karna orang tua
kita semakin hari semakin berkurang kesehatannya. Pertama dulu, kita
musyawarah bagaimana pelaksanaan fangotome‟o, kalau memang berkenan
kepada orang tua kita, maka kita sepakati dulu tanggalnya, hari apa, jam
berapa, sesuai dengan kesepakatan bersama, kalau sudah disepakati
tanggalnya, baru kita mengundang seluruh famili, iparnya, kemenakannya,
baru kita mengerjakan itu secara bersama-sama. Dan dipotong babi sebagai
tanda hormat kepada orang tua. Kalau sudah siap semua maka orang tua kita
itu di tempatkan di tengah-tengah tokoh-tokoh keluarga itu, dan semua

Universitas Sumatera Utara

keluarga, anaknya, famili, menyuapi orang tua itu dengan otak babi, dan
mengatakan : “Mabe‟e gou bapa, ena tobali fangabolou ba wokho andre,
tenga ma tuhe o ndraugo ba wa‟a mate tetapi tandra i da‟a ya‟aga iraonou
sebagai tanda terima kasih” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya
“Kami berikan kamu makanan Bapak, supaya menjadi kekuatanmu
menghadapi penyakit ini, kami bukan mendorong engkau supaya mati tetapi
ini sebagai tanda terimakasih kami anak-anak mu)”. Karena susahnya orang
tua kami dulu dari sejak kecil, dan ini bukan suatu balasan tetapi ini hanya
sebagai tanda terima kasih, bagaimana jeripayah orang tua kami mengurus
kami dari kecil hingga besar, disekolahkan dan dinikahkan. Dan akhirnya
nanti harta Bapak yang Bapak miliki dari dulu dipindahkan kepada kami, dan
ini yang kami tunggu pembagiannya dari orang tua, mana untuk sisulung,
mana yang untuk nomor dua, mana yang untuk sibungsu, dan mana yang
untuk pihak perempuan dan pihak keluarga lain, sesuai dengan kesepakatan
yang Bapak bagikan kepada kami masing-masing. Dan kami mohon kepada
orang tua, jika ada kesalahan-kesalahan kami sejak kecil, baik perkataan
kami, tingkah kami, gerak-gerik kami kepada orang tua, kami mohon untuk
dimaafkan. Dan juga kepada orang tua kami, jika ada kesilafan Bapak juga,
perkataan mengutuk sekalipun, kami pun memaafkan Bapak, untuk samasama kita maafkan antara kita anak dan juga orang tua kami. Begitulah kirakira gambaran Fangotome‟o yang dilakukan kepada orang tua sebelum
menjelang ajal.
In: Berarti fangotome‟o ini harus dilakukan kepada orang tua yang sudah
menjelang ajal?

Universitas Sumatera Utara

Pa: Ya, ini kewajiban anak yang harus melakukan fangotome‟o kepada orang tua
yang

semakin

hari

kesehatannya

semakin

menurun

dan

sudah

mengusahakannya kerumah sakit. Sudah usahakan perawatan, ya memang
sudah mau menjelang ajal.
In: Berarti dari yang Bapak sampaikan tadi bahwa fangotome‟o ini harus
dilakukan?
Pa : Ya harus.
In: Terus berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan lain yang pernah Bapak
lakukan kepada orang tua Bapak, seperti apa lagi Pak?
Pa: Kebiasaan lain yang pernah kami lakukan kepada orang tua, karena berbedabeda cara setiap kampung, setiap desa, setiap keluarga, sesuai dengan
kemampuan sang anak. Ada yang secara besar-besaran, dan ada yang
sederhana saja, yang sering keluarga kita lakukan hanyalah yang sederhana
saja, tapi bagi orang yang mampu, bagi turunan bangsawan, bagi tokohtokoh adat, biasanya mereka melakukan ini secara besar-besaran bahkan
mengundang tokoh-tokoh karena mereka mampu atau berkeadaan secara
materi, tapi yang sering terjadi di desa-desa hanyalah yang sederhanasederhana saja. Dan sesuai pengalaman kami setelah dilaksanakan
fangotome‟o, orang tua akan membagi-bagi harta, dan orang tua berpesan : “
jangan lagi berpisah-pisah pikiran, jangan ada rasa iri kepada satu sama lain”
, itu nasehat-nasehat dari orang tua yang sudah di laksanakan fangotome‟o.
Dalam hal ini orang tua sangat berpesan jangan kalian bertengkar, jangan
kalian pecah pikiran, jangan menyakiti, jangan dengki, jangan berdusta pada

Universitas Sumatera Utara

saudara, satukan pemikiran karena kekuatan yang paling kuat adalah bersatu
karena segala kesulitan bisa dihadapi dengan bersatu. Satukan pemikiran
untuk menuju yang terbaik.
In: Iya Pak, berarti yang sudah pernah dilakukan kepada orang tua Bapak itu
secara sederhana atau secara besar-besaran?
Pa: Sederhana saja.
In: Kalau secara sederhana seperti apa Pak?
Pa: Kalau secara sederhana dalam fangotome‟o ini, ono matua lahalo laorodugo
mbawi, simano goi ndraono ono alawe lahalo mbawi, simano goi fadono
lahalo sageu mbawi, simano goi pihak dalifuso sageu mbawi. Ba la‟orodugo
fefu da‟o dania, ba larino ba la be‟e o zatua. “Kalimat dalam bahasa daerah
Nias yang artinya “pihak anak laki-laki menyediakan babi, begitu juga pihak
anak perempuan menyediakan babi, begitu juga pihak menantu 1 ekor babi,
begitu juga pihak saudara yang lain 1 ekor babi. Lalu dikumpulkan semua itu,
lalu dimasak, lalu dikasih makan kepada orang tua yang lansia.”
In: Ya, itu kalau secara sederhana Pak, klo secara besaran Pak?
Pa: Kalau secara besar-besaran diundang semua tokoh-tokoh, dan dipotong babi
bisa sampai 10-20 ekor babi.
In: Berarti itulah pengurusan orang tua secara budaya fangotome‟o, selain dari
fangotome‟o apakah ada lagi biasanya kebiasaan yang pernah dilakukan pada
orang tua?

Universitas Sumatera Utara

Pa: Jika kita sudah melakukan fangotome‟o, jika orang tua kita sudah mendekati
ajal, maka sebelum ajalnya itu, maka kita mengundang para tokoh
kerohanian, pendeta, untuk melaksanakan pelayanan pribadi, supaya segala
dosa-dosa yang dia buat selama hidupnya ucapannya, pemikirannya, tingkahlakunya kepada semua orang supaya dimaafkan. Jadi Pendeta melayaninya
supaya Tuhan memaafkan dosa-dosanya, supaya arwahnya ditempatkan
ditempat yang layak oleh Tuhan.
In: Berarti yang dilakukan adalah mengundang Pendeta ya Pak?
Pa: Ya untuk pelayanan rohani, karena kita sudah upaya dalam kesehatan, maka
kita juga merawat rohaninya.
In: Ya, berarti yang bisa saya simpulkan yang dilakukan yaitu kita bisa melihat
kondisi orang tua, tidak lagi mengizinkan orang tua bekerja, dan ketika sakit
akan dirawat, mengurus belanja orang tua atau kebutuhan orang tua seharihari, Fangotome‟o, dan mengundang tokoh rohani untuk melayani orang tua.
Itu saja kebiasaannya Pak?
Pa: Ya, jika memang sudah meninggal maka kita akan mengabarkan keseluruh
saudara-saudara, untuk datang kerumah untuk berdoa dan untuk melakukan
fama‟iro2 atau peletakan orang tua di peti mati, dan tokoh adat akan berdoa
agar arwah orang tua kita ditempatkan di tempat layak.
In: Ada lagi yang lain?
Pa: Setelah itu akan disepakati kapan akan di berangkatkan di tempat
peristirahatan terakhir atau kuburan, maka seluruh family, seluruh keluarga,

Universitas Sumatera Utara

seluruh tokoh, seluruh warga desa

diundang untuk ikut mengantarkan

jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.
In: Berarti itu tadi setelah kematian, kalau sebelum kematian masih ada lagi?
Pa: Kalau orang tua sudah dikubur, maka ada acara lagi yang namanya syukuran
yang artinya jangan hanya pada waktu duka kita bersyukur. Tapi kita juga
harus bersyukur karena orang tua mati senang ditangan Tuhan, maka seluruh
yang diundang pada pengantaran jenazah ke kuburan diundang lagi untuk
syukuran, maka di potong babi lagi di acara itu, kalau dahulu namanya acara
ini Fangasi3 tapi dirubah menjadi syukuran karna kurang baik dalam tata
bahasa. Dan tokoh Agama, berdoa agar arwah tenang disana dan keluarga
yang ditinggalkan dihiburkan.
In: Oke itu saja ya Pak, kemudian pertanyaan saya, kemudian pertanyaan kedua
saya itu bagaimana budaya atau kebiasaan itu dilakukan, misalnya yang
pertama mengurus belanja orang tua atau memenuhi kebutuhannya seharihari. Seperti apa Bapak mengurus belanja atau memenuhi kebutuhan seharihari orang tua Bapak?
Pa: Dalam hal memenuhi kebutuhan lansia itu, pertama-tama dulu perawatannya,
perawatannya harus kita jaga kesehatannya, kedua belanjanya itu harus kita
penuhi,

kemudian

segala

kebutuhan

pakaiannya,

tempat

tidurnya,

makanannya, itu kewajiban kita sebagai anak untuk memenuhinya.
In: Berarti pemenuhannya kebutuhan itu harus dilakukan sehari-hari ya Pak?

Universitas Sumatera Utara

Pa: Iya dilakukan sehari-hari. Disamping itu kita tidak hanya memenuhi
kebutuhan fisik, kita juga harus memenuhi kebutuhan rohani, kita harus
sering membicarakan firman Tuhan kepadanya, supaya terhibur, supaya
arwahnya itu rohnya itu dikuasai oleh Roh Kudus, supaya dia senang untuk
kembali ke Yang Maha Kuasa. Apalagi kalau orang tua kita tuli, kita harus
bersabar. Apa saja sesuai seleranya, kadang ga mau sayur dia mau telur, ya
apa saja seleranya kita penuhi sesuai kemampuan kita, kalau memang tidak
mampu memenuhi seleranya, maka kita coba tawarkan yang lain, apakah mau
ayam, apa mau telur bebek, atau mau indomie, atau mau ikan kaleng, begitu
juga air minum apa mau teh atau air putih. Jika dia minta seleranya tapi
dilarang oleh kesehatan, misalnya dia minta yang manis - manis tapi dia
menderita penyakit gula maka kita akan berikan pengertian supaya tidak
meminum yang manis-manis itu dan menawarkan minuman lain yang tidak
bertentangan.
In: Berarti tetap dilihat juga petunjuk atau larangan dari kesehatan ya Pak?
Pa: Iya tetap dilihat.
In: Berarti tadi sudah dijelaskan mengenai perawatan sehari-hari, kemudian kalau
mengundang rohaniawan, itu biasanya Pendeta menyampaikan apa kepada
lansia?
Pa: Kalau diundang rohaniawan, maka diberikan suatu sosialisasi kepada orang
tua, supaya apa yang Pendeta tanyakan nanti, ia mampu mengungkapkan
semua dosa-dosanya, maka Pendeta akan menuntun dia agar meminta ampun
kepada Tuhan Yesus bagi orang kristen supaya di ampuni oleh Tuhan.

Universitas Sumatera Utara

In: Itu yang dilakukan rohaniawan ya?
Pa: Ya.
In: Berarti itu saja proses-proses yang dilakukan ya?
Pa: Ya.
In: Kemudian mengenai fangotome‟o tadi Pak, apa yang menjadi kriterianya,
kenapa orang Bapak melakukan fangotome‟o ini, apa kriterianya yang dillihat
sehingga Bapak mau melakukan fangotome‟o.
Pa: Karena kita melaksanakan fangotome‟o supaya orang tua kita itu tidak
merasa kesal terhadap seluruh hartanya yang ditinggalkan kepada anak,
supaya diikhlaskan dengan senang hati, memberikan seluruh hartanya yang
dia miliki dan akan ada pesan-pesannya nanti.
In: Maksud pertanyaan saya, kriteria apa yang kita lihat dari si lansia sehingga
kita harus melakukan fangotome‟o?
Pa: Ya kriterianya pertama sudah mulai lemah, dikasih makan tidak makan,
dikasih minum tidak minum, bahkan tidak bisa duduk sendiri, sehingga
kondisinya semakin hari kesehatan orang tua kita melemah, sehingga timbul
dihati kita melakukan fangotome‟o.
In: Mungkin secara pikiran apa yang terjadi kepada lansia makanya kita mau
melakukan fangotome‟o?

Universitas Sumatera Utara

Pa: Menurut pemikiran kita yang masih sehat bahwa tidak lama lagi waktu orang
tua kita ini makanya kita harus melakukan fangotome‟o.
In: Berarti ada tanda-tandanya?
Pa: Ya, ada tanda-tandanya seperti yang saya bilang tadi, tidak bisa bangun
sendiri, dikasih makan tidak makan, dikasih minum tidak minum.
In: Itu aja tanda-tandanya ya.
Pa: Iya itu aja.
In: Kemudian, kalaulah kita melakukan yang beberapa tadi seperti tidak
membiarkannya bekerja, dirawat, terus melakukan fangotome‟o secara
khusus fa