Perawatan Menjelang Ajal Pada Pasien Lansia Menurut Perspektif Budaya Nias di Desa Ombolata Kecamatan Alasa Kabupaten Nias Utara

(1)

Lampiran 1

PENJELASAN TENTANG PENELITIAN

Nama saya adalah Asnita Hulu/121101074, mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, Medan. Saya ingin melakukan penelitian di desa Ombolata Kecamatan Alasa, Nias Utara dengan tujuan untuk menggambarkan cara perawatan pasien menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias. Penelitian ini akan memberikan manfaat bagi pengembangan ilmu keperawatan.

Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Dalam melakukan Penelitian ini, peneliti menjamin bahwa penelitian ini tidak menimbulkan dampak negatif kepada Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai responden. Peneliti juga menghargai dan menghormati hak responden dengan menjaga kerahasiaan identitas diri dan data yang diberikan responden selama pengumpulan data hingga penyajian data.

Peneliti sangat mengharapkan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri sebagai responden dalam penelitian ini, namun jika Bapak/Ibu/Sdra/Sdri tidak bersedia maka Bapak/Ibu/Sdra/Sdri berhak menolak karena tidak ada unsure paksaan untuk dijadikan sebagai responden.

Demikian informasi ini saya sampaikan, atas kesediaan dan partisipasi Bapak/Ibu/Sdra/Sdri saya ucapkan terima kasih.

Medan, Februari 2016


(2)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Kode Responden :

Umur :

JenisKelamin :

Setelah mendengarkan penjelasan dari peneliti tentang penelitian yang berjudul “Perawatan Menjelang Ajal Pada Pasien Lansia Menurut Perspektif Budaya Nias”, maka saya dengan sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia menjadi partisipan dalam penelitian tersebut.

Ombolata, Februari 2016


(3)

Lampiran 3

KUESIONER PENELITIAN

Perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias

1. Kuesioner Data Demografi (KDD)

Petunjuk pengisian: isilah data dibawah ini dengan tepat dan benar. Berilah tanda check list (√) pada kotak pilihan yang tersedia, atau dengan mengisi titik-titik sesuai dengan situasi dan kondisi Saudara saat ini. Setiap pertanyaan dijawab hanya satu jawaban yang sesuai menurut Saudara.

Kode (diisi oleh peneliti) :

1. Inisial :

2. Jenis Kelamin :

3. Usia :

4. Agama : Protestan Katolik Islam Hindu Budha Lain-lain 5. Peran dalam masyarakat :

6. Apakah ada pengalaman merawat pasien lansia dengan budaya tertentu pada saat menjelang ajal?


(4)

Lampiran 4

PANDUAN WAWANCARA

Perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias

1. Menurut Saudara, apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang ajal pada lansia?

2. Bagaimana budaya atau kebiasaan itu dilakukan?

3. Apa yang menjadi criteria pasien lansia untuk dilakukan budaya tersebut? 4. Apa manfaat kebudayaan tersebut terhadap kesehatan lansia?


(5)

(6)

(7)

(8)

(9)

(10)

(11)

Lampiran 10

JADWAL PENELITIAN

Jenis Kegiatan September Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Mengajukan judul

Menetapkan judul

Menyiapkan proposal

Mengajukan sidang proposal

Uji validitas

Sidang proposal

Revisi proposal

Pengumpulan data dan analisa data

Penyusunan laporan skripsi

Ujian skripsi

Revisi

Mengumpulkan skripsi


(12)

1 Lampiran 11

ANGGARAN DANA

NO KEGIATAN BIAYA

1 Menyiapkan proposal sampai sidang proposal  Biaya internet dan pulsa modem  Kertas A4 80 gr 2 rim

 Fotokopi sumber-sumber daftar pustaka  Memperbanyak proposal

 Sidang proposal

Rp. 80.000,00 Rp. 70.000,00 Rp. 30.000,00 Rp. 50.000,00 Rp. 200.000,00 2 Pengumpulan data dan analisa data

Izin penelitian dan ethical clearance Fakultas Keperawatan USU

 Fotokopi KDD dan informed consent  Cinderamata

Rp. 150.000,00

Rp. 10.000,00 Rp. 200.000,00 3 Pengumpulan laporan skripsi

 Kertas A4 80 gr 2 rim  Penjilidan

 Fotokopi laporan penelitian  Sidang skripsi

Rp. 70.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 100.000,00 Rp. 200.000,00

4 Biaya tak terduga Rp. 120.000,00


(13)

(14)

Lampiran 13

RIWAYAT HIDUP

Nama : Asnita Hulu

Tempat Tanggal Lahir : Ombolata, 14 April 1994 Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Kristen Protestan

Alamat : Jl. Jamin Ginting Gang Maju No. 26 Padang Bulan, Medan

Riwayat Pendidikan :

1. SDN No.071169 Ombolata Kecamatan Alasa Tahun 2000 - 2006

2. SMP Negeri 1 Gunungsitoli Tahun 2006 - 2009

3. SMA Negeri Unggulan Sukma Nias Tahun 2009 - 2012


(15)

TRANSKRIP WAWANCARA 1 Keterangan

In : Interviewer Pa : Partisipan

In: hari ini saya akan melakukan wawancara kepada bapak Vikar Gea atau Taliaro Gea, yang menjadi pertanyaan pertama, menurut saudara apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang ajal pada Lansia?

Pa: iyaaa, trimakasih. Itu awalnya dulu adalah sejarah dari nenek moyang kita atau dari leluhur kita itu mewariskan bahwa setiap orang tua yang mengalami lansia, selalu membuat suatu yang dinamakan fotome’o1. Kenapa??? Karna banyak yang perlu diwariskan kepada anak-anaknya jika seandainya dilaksanakan hal tersebut. Contoh, seperti pembagian harta warisan baik itu kebun, tanahnya, hartanya, segala macam. Dan orang tua itu memberi suatu oooo... hikmat kebijakan kepada anaknya semua baik itu anaknya laki-laki maupun anaknya perempuan selalu mendengar itu bimbingan dan arahan dari pada orang tua yang mengalami lansia. Kenapa itu? Karna itu adalah sebagai bahan nanti kepada seluruh ooo... keturunannya, nanti membicarakan hal ini karna turun-temurun nanti mengenai cara ini kepada seluruh masyarakat dan kepada seluruh keturunan bapak ibu yang mengalami ooo... lansia tersebut. Sehingga ada beberapa cara disitu, satu memberikan ooo... nasi, 1 telur, dan mengambil seekor babi memberikan hormat kepada bapak dan ibu yang mengalami lansia tersebut. Sehingga disitu nanti orang tua itu membicarakan bahwa, inilah harta saya, inilah kebun saya, inilah arahan-arahan yang perlu

1Fotome’o


(16)

disampaikan sehingga anak-anak ini semua mengerti apa tujuan dari pada pelaksanaan fotome’o kepada seluruh anak-anaknya.

In: hmm.. berarti haruskah dikerjakan itu semua untuk lansia yang menjelang ajal?

Pa: yahh harus, harus itu sama lansiakarna anaknya itu tau (tamu partisipan pamit pulang) sehingga ooo... wawancara dari pada orang tua itu, anak-anaknya semua mengerti bagaimana sejarahnya itu menjadi budaya di Nias, sehingga ooo... baik itu anak laki-laki dan perempuan sudah mengerti semua.

In: baik, berarti ada Fotome’o. Selain dari budaya ini, apakah ada hal lain lagi yang dilakukan kepada lansia menjelang ajal?

Pa: ya ada, contohnya itu mengenai lansia yang agak mau-mau ooo... tua, satu dulu mengenai itu, tempat tidurnya supaya tau seluruh keluarga, bagaimana cara membantu seandainya sakitttt, bagaimana cara membantu keeee.. seandainya dia itu ke toilet, kemana dia pergi, sehingga dia ditempatkan di tempat yang ooo... sangat dekat dilihat di suatu keluarga, dan berikut selalu ooo... diundang medis, contohnya sekali seminggu, ataupun satu kali sebulan sehingga perawatannya tetap jalan dan pengurusannya tetap terurus bagaimanaaaa... lansia tersebut sehingga pada akhirnya nanti kan semua keluarga tau.

In: itu biasanya selalu dilakukan untuk mengundang tenaga medis?


(17)

In: apakah ada hal lain lagi yang biasa dilakukan kepada lansia menjelang ajal menurut budaya, pak?

Pa: gak ada hal lain lagi, ehh ada lagi hal lain mengenai itu, jadi seandainya lansia itu sakit diundang dukun2 untuk mengusuk, ada itu ooo... tau dia gak bisa jalan, gak bisaaaa, ntah sakit apaa,,, bisa minta pertolongan itu diluar dari pada medis.

In: o..diundang dukun ya pak? Diundang dukun maksudnya, dukun apa ini pak?

Pa: dukun ini,, seperti mengusuk orang,, hmm ada seperti obat sama dia, seperti contoh, ooo... mengambil daun-daunan itu, seperti memberi bantuan, seandainya menolong sakit apa dia, contohnya sakit “panas”,, ada obat-obatan disitu yang dicari untuk orang tua, untuk membantu.. ataupun cucu-cucunya membantu dia. Yang kedua, seandainya, dia itu sakitnya dielus-elus dia supaya lansia itu tidak merasakan sakit apa yang dia derita, ituu..

In: berarti saat ini yang dilakukan ada fotome’o,terus menempatkan lansia di tempat yang sering dilihat oleh keluarga, diundang tenaga medis dan juga mengundang dukun untuk mengobati sakit yang diderita oleh lansia menjelang ajal. Apa ada hal lain lagi selain ini, pak?

Pa: dia dibawa ke dukun jika seandainya dia membutuhkan, dan untuk perawatan lansia hanya itu saja yang kami lakukan, mungkin beda-beda setiap rumah atau setiap KK, kadang ada lansia itu gak terurus, kenapa? Karna kemampuan setiap keluarga ada yang tidak mampu, maka lansia itu kadang makan 1 kali

2

Dukun : Seseorang yang memiliki keahlian memberi obat-obat tradisional atau tukang pijat


(18)

dalam sehari, kadang ya 2 kali, sebagaimana kemampuan masing-masing keluarga. Sehingga lansia itu bisa terurus ataupun tidak, gitu dia.

In: kalau pengalaman dalam merawat lansia terkait kebutuhannya juga, apakah terpenuhi kebutuhan orang tua bapak?

Pa: itulah, kami tetap berusaha mencukupkan segala kebutuhannya juga, baik dari makannya, pakaian, dan pengobatannya.

In: oke, untuk pertanyaan berikutnya, bapak tadi mengatakan bahwa melakukan fotome’o, bagaimana sebenarnya budaya atau kebiasaan tersebut dilakukan kepada lansia yang menjelang ajal?

Pa: oo.. baik, sebelum pelaksanaan fotome’o itu, banyak beberapa hal yang disampaikan oleh orang tua atau lansia itu, satu dulu memberitahu kepada seluruh saudara orang tua itu, sudah selesai itu, diberitahu kepada seluruh anak-anaknya apa rencana yang perlu dilaksanakan, contoh mereka itu membeli beberapa ekor babi, membeli telur, supaya ini nanti anak-anaknya dan cucu-cucunya itu disuapi nanti bapaknya atau lansia yang sudah menjelang ajal itu, atau nene/gawe3 dan tua4 itu disuapi anaknya, seluruh cucu-cucunya sehingga mereka meminta berkat kepada lansia tersebut. Jadi diberkatilah mereka itu semua, setelah selesai itu, baru nanti, ada beberapa kata-kata arahan mereka, sehingga cucu, anak dan saudaranya semua mengerti apa tujuan dari pada pelaksanaan fotome’o ini.

In: itu memberikannya apa harus nasi, daging babi dan telur yang diberikan, pak?

3

Nene/Gawe : Nenek

4


(19)

Pa: iya harus itu yang dikasih, itu sudah menjadi budaya atau kebiasaan atau dibilang sudah menjadi warisan nenek moyang kita dulu, gak pernah dikasih yang lain-lain, tidak, harus nasi dan telur dan daging babi, itu.

In: kalau arahan yang diberikan orang tua atau lansia tersebut kepada anak, cucu, dan saudaranya, itu seperti apa pak?

Pa: seperti contoh, bagi anak yang sudah punya kerja akan dibilang, ini kerjamu, jaga dengan baik, bagi anak yang belum kerja, berekonomilah dan berdoa kepada Tuhan buat segala rencanamu. Dan juga ada anak orang tua yang bandel, perlu dinasihati supaya anak itu tidak jatuh ke jurang, sehingga anak itu menjadi baik ke depan, dan memberikan beberapa petunjuk-petunjuk yang berguna sehingga anak itu dapat menjadi baik semua anak-anaknya. Itu sangat membanggakan orang tua kalau anaknya itu bekerja, mendapat rejeki yang baik dan hal-hal yang menuju o.. kepada persembahan kepada Tuhan, setiap

pekerjaan itu harus tetap sama Tuhan, sehingga berkat itu akan dilimpahkan kepada anak-anak itu semua. Nah, itu tujuannya diberikan arahan dan berkat kepada semua keluarganya.

In: dengan dilakukan fotome’o ini, apa yang menjadi dampak kepada lansia ini?

Pa: iya, setelah dilakukan fotome’o ini, itu lansia itu akan bahagia, senang walaupun dia meninggal nanti dia senang, kenapa? Karna sudah menyampaikan beberapa arahan dan bimbingan kepada cucunya dan anaknya semua. Sehingga pelaksanaan fotome’o secara adat budaya Nias sudah resmi


(20)

dikerjakan kepada lansia menjelang ajal, dan tidak ada masalah lagi, tidak ada beban lagi kepada anak dan cucunya, gak, gak ada lagi. Udah selesai semuanya.

In: dengan adanya fotome’o ini, ke depan dalam menjelang ajal/kematian lansia ini, pasien lansia ini bagaimana?

Pa: yah,, dia sudah merasa baik, bahagia, senang juga dia setelah meninggalkan dunia ini, kenapa? Karna bebannya semua kepada anak-anaknya, kepada cucunya semua sudah selesai, diberikan nasehat dan dia senang secara adat dan budaya Nias, dan tidak ada beban lagi, sudah selesai semuanya. Jadi, fotome’o ini suatu kebutuhan bagi lansia, harus itu, harus kepada pasien lansia itu.

In: ada gak pengaruhnya kepada kesehatan lansia itu?

Pa: ada juga,, kadang itu yang diberikan fotome’o itu, kembali lansia itu menjadi sehat, kadang nanti sudah sakit dan diberikan fotome’o, dia sehat kembali, dia senang jadinya, karna gak ada beban pikirannya lagi, itu..

In: kalau cara yang berikutnya tadi lagi, ada itu menempatkan lansia di tempat yang sering dilihat oleh keluarga, itu bagaimana melakukannya, pak?

Pa: kalau memang dia ditempatkan di tempat yang bisa dijangkau orang banyak, biasanya diletakkan di kamar tengah atau ruangan tengah yang bisa sering diliat orang, sehingga dia juga bisa dibantu dalam menukar pakaiannya, memenuhi segala kebutuhannya juga. Dan juga kalau dia sakit, cepat kita tau, kalau dia menjerit-jerit disitu, semua orang datang, atau keluarga datang


(21)

menolong dia, dan juga bisa dilihat orang kalau dia mau ke belakang, terus juga kalau ada di buat PA5 di rumah, gak usah dia di angkat, langsung di tempat itu aja dia, udah spesial tempatnya disitu, dan itu gak membuat repot, keluarga gak begitu repot jadinya, hmm begitulah.

In: oke, kalau yang lain juga tadi, ada yaitu mengundang tenaga medis, dukun juga jika perlu, itu bagaimana mengerjakannya pak?

Pa: oo kalau mengundang dukun itu kalau memang lansia itu menderita, dan dia harus dikusuk, dan dikasih air disitu, yah kalau dikusuk itu, dia senang kali, mungkin karna peredaran darahnya itu langsung lancar.

In: berarti apa ada hubungan juga dengan kesehatan tentang mengusuk ini?

Pa: ada kok, masa gak ada hubungannya dengan kesehatan, oh iya, satu juga tadi mengundang medis, kalau misalnya lansia itu tidur-tidur terus dan gak bisa jalan, yah pasti ada hubungannya dengan medis makanya diundang medis, tetapi yang pastinya fotome’o ini harus dilakukan karna itu sudah menjadi kewajiban seorang anak kepada orang tuanya atau kepada lansia yang sudah tua atau yang mendekati menjelang ajalnya.

In: baik, pertanyaan berikutnya adalah, apa yang menjadi kriteria lansia dalam mengerjakan budaya atau kebiasaan tersebut? Maksudnya, apakah ada hal yang menjadi tanda-tanda bahwa lansia itu sudah mau mendekati ajalnya dan harus dikerjakan budaya tersebut tadi?

Pa: iya, kalau memang hal-hal lain yang perlu kita berikan kepada lansia yang sudah tua itu, satu dulu, oo anak dan keluarganya mengerti bahwa umur


(22)

lansia itu sudah berakhir, maka segala kebutuhan yang dibutuhkan oleh lansia ini harus dipenuhi, kenapa? Karna kalau tidak dipenuhi, nanti dia itu marah-marah dan banyak nego-nego yang dia buat, sehingga kembali seperti anak-anak kalau sudah tua, jadi anak-anak-anak-anaknya disitu sudah harus mengerti apa kemauan dan keinginan, misalnya sebelum meninggal dunia, kenapa? Karna banyak yang diminta-minta disitu, mau minta makanan yang enak-enak, tapi hanya ala kadarnya aja, gak semua dimakannya itu nanti, yah itu pengaruhnya, jadi kalau medis pun datang, mereka memberikan petunjuk dan mendapat vitamin sama medis, itu aja yang diminta-minta lansia yang mendekati ajal ini.

In: banyak juga yang diminta-minta lansia ini ya pak?

Pa: iya, banyak kali yang diminta-mintanya, yang gak masuk-masuk akal kita, itulah tandanya kalau lansia itu mau berakhir hidupnya.

In: apakah hanya tanda itu aja akhirnya dibuat budaya tersebut? Apa ada hubungannya dengan vonis penyakit dari medis juga?

Pa: tidak, hanya anggapan atau asumsi orang Nias aja itu, atau sudah menjadi tradisi juga itu, bukan ada pengaruhnya dari medis dilihat itu, tapi dari kebiasaan orang Nias aja itu, bukan.

In: ada lagi mungkin tanda-tandanya pak?

Pa: oo pengalaman ini juga, kalau tanda-tanda mau-mau menjelang ajalnya itu, satu dulu banyak sekali permintaan-permintaannya, dan tidak teratur lagi untuk pergi ke belakang, dan cara tidurnya pun tidak merasa nyaman


(23)

dia,balik-balik aja dia, yah itu sih tanda-tandanya kalau mau mengakhiri hidupnya, itu tanda-tanda yang biasa dilihat, ahhh.. itu lagi, bicaranya gak jelas atau pembicaraannya gak teratur, itu pikiran gak teratur lagi, banyak yang tidak-tidak masuk akal, sehingga yahh orang rumah pun susah jadinya, susah mengurus, banyak yang tidak masuk akal, sehingga itu suatu tanda-tandanya bahwa lansia itu mau mengakhiri penyakitnya, ituu..

In: baik, pertanyaan yang berikutnya, kalau misalnya semuanya dilakukan untuk lansia menjelang ajal, apa manfaatnya bagi kesehatan lansia?

Pa: kalau manfaatnya itu, kalau sudah dilakukan budaya ini semua, tadi telah saya jelaskan bahwa itu sudah menjadi budaya Nias, bahwa lansia itu nanti, senang dia, karna sudah lepas semua bebannya kepada keluarganya, kepada anak-anaknya dan cucu-cucunya. Dan begitu pula medis, sehingga keluarga itu tidak ada suatu beban lagi seandainya lansia ini mengakhiri hidupnya, dia senang, sekali dilaksanakan itu semua, dia senang, itu, mengakhiri hayat hidupnya, tapi kalau itu tidak dilaksanakan, banyak sekali yang dia minta-minta yang tidak masuk-masuk akal, jadinya lama sekali dia menderita, jadi kalau udah di buat ini, dia sudah siap untuk mengakhiri hidupnya. Terus juga dari segi mentalnya terjadi kemunduran, jadi kita harus menjelaskan dengan baik kepada lansia tersebut, sehingga dia itu mengakhiri hidupnya sudah senang, jika Tuhan mau menjemput dia dan jiwanya. Jadi kalau banyak-banyak yang aneh-aneh sama dia, kita juga bisa jelaskan melalui PA menjelaskan sama dia tentang firman Tuhan sehingga hidupnya makin tenang karna berada di dalam tangan Tuhan Yesus. Jadi Tuhan suatu saat


(24)

memanggil, tidak ada masalah, dia sudah siap, sehingga segala dosa yang telah diperbuat, dia salam-salami itu semua hamba-hamba Tuhan, sehingga kapan suatu saat dia dipanggil, dia bahagia meninggalkan dunia ini.

In: selain dari memberikan arahan kepada anak-anak dan cucunya, ada hal lain lagi pak?

Pa: ada juga itu di keluarga, minta-minta maaf, minta maaf sama anaknya, sama cucunya semua, juga kepala lingkungannya, sehingga suatu saat nanti ada hamba Tuhan memberikan, menjelaskan sama dia itu firman Tuhan, sehingga dosanya itu, sehingga dia sadar bahwa semua dosa saya itu sudah dilepaskan oleh Tuhan Yesus, pokoknya dia udah bahagia lah, jadi banyak lah hal-hal yang disampaikan lansia sebelum mengakhiri hidupnya, kenapa? Karena lansia ini susah kali, tadi saya jelaskan, sehingga hamba Tuhan memberikan arahan, sehinggadia itu sadar segala dosa yang telah diperbuatnya, dan dia minta maaf dan minta tolong kepada Tuhan, supaya dia diterima di sisi Tuhan. Itu makna adri pelaksanaan PA-PA itu kepada lansia itu.

In: jadi, ada lagi gak pak yang dilakukan lagi kepada lansia?

Pa: pengalaman lansia ini emang susah kali, hanya acara yang perlu diketahui sama-sama aja, beda-beda motif lansia ini, yang penting kita tidak henti-hentinya memberikan arahan-arahan sama dia, menjelas firman Tuhan, dia itu sadar dosanya dan menerima dia di sisi Tuhan kalau Tuhan memanggil. Jadi ketika dikerjakan beban-beban ini, dia itu senang dan bahagia pada saat mengakhiri hidupnya.


(25)

In: ada gak ketakutan-ketakutan lansia saat menghadapi kematiannya?

Pa: yah,,, sepanjang pengetahuan kita dulu, banyak kali yang gak masuk akal kita. Jadi yang tugas sebagai anak dan cucunya mengarahkan dia. Ketika ada yang tidak masuk akal, kita arahkan aja mereka, sehingga dia itu sadar, itu.

In: di acara fotome’o ini, ada juga arahan-arahan yang diberi kepada lansia?

Pa: pasti ada itu, karna nanti tidak bermakna acara tersebut kalau tidak ada arahan atau menyampaikan firman Tuhan itu sama dia, dan tidak ada hal yang lebih penting selain mengarahkan lansia ini kepada Tuhan.

In: ok, pak. Terimakasih partisipasinya, yaahowu.6

Pa: yaahowu.

TRANSKRIP WAWANCARA

6


(26)

TRANSKRIP WAWANCARA 2 Keterangan

In: Interviewer Pa: Partisipan

In : selamat sore ibu, hari ini saya akan melakukan wawancara kepada ibu Yuniadi Hulu terkait dengan perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias. Menurut ibu sendiri, apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang ajal pada pasien lansia yang sudah pernah dilakukan dalam keluarga ibu?

Pa : pertama-tama dulu, lansia itu ooo... harus diarahkan mengenai rohani yaitu dengan cara diingatkan bagaimana cara, diingatkan berdoa pagi dan malam, terus diarahkan bahwa sebenarnya dunia ini tidak berarti, tapi yang lebih berarti lagi nanti, setelah dunia ini nanti, artinya setelah ajal memanggil atau setelah ajal tiba, maka ada ooo.. kita harus menghadap Tuhan yang maha kuasa, jadi itu nanti yang mengarahkan kita.

In : baik ibu, selain melakukan atau mengingatkan secara rohani pasien lansia, apa ada lagi yang pernah dilakukan?

Pa : iya, ada. In : seperti apa bu?

Pa : ooo.. seperti kebiasaan budaya Nias ya, seorang lansia ataupun tidak bergantung pada umur, jadi kewajiban anak kepada orangtuanya adalah melaksanakan, yang istilahnya hmm... itu fotome’o1. Yang mana arti dari fotome’o itu, ooo... orang tua melaksanakan kewajibannya kepada anak-anaknya, dan begitu juga anak-anaknya melaksanakan kewajibannya kepada orang tua, yaitu istilahnya itu fotome’o, anak-anak, semua anak-anak dari

1Fotome’o

: Kebiasaan masyarakat Nias, pemberian makan lansia. 2


(27)

orang tua berkumpul dan meminta berkat dari orang tua, berkat yang mana? Ooo... istilahnya howu-howu2 dan orang tua juga sebagai kewajibannya memberkati anak-anaknya adan juga semua warisannya atau semua harta dari orang tua tersebut membagi-bagi kepada anak-anaknya sesuai ketentuan di budaya Nias.

In : berarti fotome’o ini, apakah harus dilakukan kepada pasien lansia masyarakat Nias?

Pa : seharusnya begitu, itu ada 2 versi, ada secara besar-besaran, ada juga secara sederhana.

In : maksudnya bu? Secara besar-besaran bagaimana?

Pa : nah, kalau secara besar-besaran, bukan hanya anak-anaknya dan orang tua itu. Tetapi dipanggil seluruh sanak saudara, dan keponakan-keponakan, jadi itu dipotong bebrapa ekor babi, bukan hanya 1 ekor, itu secara besar-besaran. Ooo.. maksudnya ini, tergantung kemampuan dari anak-anaknya, tergantung kemampuan anak-anaknya. Jadi yang lain itu, orang banyak itu nanti, cuma menyaksikan saja, menyaksikan apa keputusan atau apa mufakat yang telah diberikan orang tua itu kepada anak-anaknya, satu-satu itu mengenai harta. In : itu kalau secara besar-besaran, kalau secara kecil-kecilan bu?

Pa : hmm.. kalau secara kecil-kecilan, hanya keluarga sendiri yaitu orang tua dan anak-anaknya.

In : hmm.. berarti ini harus dikerjakan?

Pa : iya, itu seharusnya, itu sudah kewajiban anak kepada orang tua.

In : baik, hmm ada lagi perawatan lain yang dilakukan pada pasien lansia menjelang ajal?


(28)

Pa : yah,, selain itulah, itu perawatan setiap hari, artinya ooo.. kebutuhannya setiap hari harus dicukupi, terus kesehatannya juga, sudah kita tau orang yang lansia itu, ikh... kembali seperti anak-anak. Jadi tingkahnya pun seperti anak-anak, jadi kita para perawat atau anak-anaknya, kita harus, sebenarnya kita harus memiliki extra sabar sama lansia ini, iya, karna betul-betul ooo... kembali seperti anak-anak. Jadi, terpaksalah kita mengarahkan, yah, kita kita berikan mana yang bagus dan mana yang tidak bagus, yah itu aja.

In : sewaktu ibu merawat pasien lansia ini juga, ada tidak hal-hal yang dialami lansia?

Pa : iya, iya, fisik dan mentalnya itu betul-betul drop, betul-betul seperti anak-anak, tingkahnya pun seperti anak-anak-anak, gak tau mana yang benar, mana yang tidak, tidak tau apakah udah siang, apa udah malam, gak bisa dibedakannya, yah harus butuh kesabaran yang super, sebenarnya, tapi kita sebagai manusia, kita tidak bisa pungkiri itu, kadang-kadang juga ada muncul, hmm apalagi kalau kita udah capek kan, terus nyampe dirumah, eh he, tingkahnya macam-macam lah, tentu kita emosi ya, cuman aja kita, hmm ya Tuhan maafkan saya, hehe

In : dari penjelasan ibu tadi, saya dapatkan ada 3, yaitu perawatan secara rohani, pemenuhan kebutuhan secara rohani, pemenuhan kebutuhan secara budaya, dan juga perawatan diri pasien lansia setiap hari. Kalau boleh tau bu, bagaimana kebiasaan atau budaya itu dilakukan? Pertama dari kegiatan rohani bu, itu biasanya dilakukan seperti apa bu?

Pa : aaa.. kalau, begini lah, kalau pagi-pagi itu, diajak ibu itu, atau diajaklah si lansia, untuk kita berdoa dulu, tetapi kalau malam, seperti disini, karna nenek


(29)

itu kan cepat tidur, yah diajak berdoa lagi, tetapi tetap diingatkan, tetap ingat Yesus, tetap berdoa, jangan ooo.. pikirkan lagi harta dunia ini, tetapi ingatlah bahwa Yesus, itulah tujuan hidup kita, itulah yang tetap diingatkan.

In : atau ada hal lain lagi bu untuk dilakukan kepada lansia secara rohani ini? Pa : aaa.. ada lagi, kalau biasanya kan di lingkungan kita ada PA-PA3, jadi bergilir

dirumah, jadi karna mama ini, udah tua gak bisa pergi kemana-mana, tetapi kalau giliran PA di rumah kita, yah nenek itu ikut, ataupun kadang-kadang tersendiri dipanggil pendeta, untuk melayani mama ini, yah sekali-sekali.. In : ok, kalau yang kedua itu pemenuhan kebutuhan secara budaya bu. Itu seperti

apa juga bu, bagaimana kebiasaan atau budaya tersebut dilakukan?

Pa : nah, itu lah tadi, pemenuhan secara budaya, kan udah dilaksanakan kalau, apa itu, udah dilaksanakan fotome’o itu sudah lama, kemarin bisa diadakan secara besar-besaran atau kecil-kecilan atau kekeluargaan. Nah, kalau sama nenek ini, dua-duanya sudah dikerjakan, sudah dikerjakan secara besar-besaran, secara keluarga pun sudah. Jadi, mengenai budaya yah, kalau nenek ini lagi, kalau soal budaya, udah gak ngerti dia lagi, udah gak ada lagi pikirannya disitu, jadi seperti budaya kita Nias itu, jadi berarti kita anak menantu, harus mengurus orang tua. Seperti mama talu4 lah, kan sejak nikah sampai sekarang, nenek tak pernah ooo.. meninggalkan mama talu, yah, itu juga termasuk budaya juga bahwa anak-anak wajib ooo.. mengurus orang tuanya kalau sakit atau sudah tua.

In : berarti itu kalau kebiasaannya? Pa : yah, itu kebiasaannya.

3

PA: Pendalaman Alkitab / Persekutuan Ibadah 4


(30)

In : terus, kebiasaan fotome’o tadi itu, maksudnya prosesnya seperti apa bu? Mungkin bentuk acaranya bu?

Pa : aaa.. anak-anaknya dulu, bukan orang tua yang mengumpulkan anak-anaknya, jadi anak-anak. Kalau ada anaknya yang tertua berarti itu sebagai koordinator, dia mengumpulkan adek-adeknya semua, dibicarakan begini,begini, begini. Nah, kalau udah dibicarakan, semua mufakat itu, hmm makanya dibicarakan sama orang tua, begini pak, ma, begini ooo.. maksud kami, kami ingin melaksanakan kewajiban kami kepada orang tua, karna kami, ooo... berjauhan tempat, manatau nanti, kita tidak tau-tau nanti kapan itu kita itu dipanggil Tuhan, tetapi kalau kami sudah melaksanakan kewajiban kami kepada orang tua kami, maka kami tidak merasa terbeban lagi. Nah, begitu...

In : lalu selanjutnya?

Pa : hmm, setelah itu. Diambil seekor babi, dipotong babinya, hmm udah kan?, kalau secara besar-besaran dulu, ooo.. dibagi-bagi itu daging babinya, satu ekor dari anak-anaknya, satu ekor dari anaknya perempuan, satu ekor dari pihak tante, artinya ooo.. adeknya, adek bapak perempuan, satu ekor itu, satu ekor dari paman-pamannya, atau anak paman-pamannya, sifasambua ama5, satu ekor itu, hmm jadi dibagi-bagi. Nah, kalau udah itu kan, ooo.. pada hari H nya, maka daging-daging itu dikasi ke orang tua, ini dari anakmu laki-laki 1 ekor, udah dimasak ya, ini dari anak-anakmu perempuan 1 ekor dikasi di meja, udah di apalah, ini dari pihak tante atau ponaan, ah itu, ini dari pihak-pihak paman, sifasambua ama. Nah kalau udah itu, baru dilaksanakan acara fotome’o, artinya pertama-tama dulu, anaknya yang tertua, yang laki-laki, jadi fotome’o itu kalau orang tua sepasang ada, maka diambil nasi sedikit,


(31)

dibentuk, dikasi dipiring, nah diambil nasi itu sedikit, langsung diambil otak uto6, dan ate 7 babi sedikit-sedikit diapa, dikasi, disuap, disuapin orang tua itu. Jadi, ada yang disuarakan disitu “ mabe‟e gou ina, mabe‟e gou ama, yatobali fangabolou ba wanuno Lowalangi” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya “kami berikan makanan buatmu mama, kami berikan makanan buat kamu bapak, biarlah menjadi kekuatan mu untuk memuji Tuhan”) . Baru nanti, bapak atau mama, membalas dengan cara memberikan berkat “ yamufahowu‟o ndaugo Lowalangi, ya anau nosou, ya mube‟e khou howu -howu” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya “semoga kamu diberkati Tuhan, semoga panjang umur, semoga kamu beroleh berkat”). Jadi itu tergantung hmm apa niat dari orang tua. Nah, setelah itu, satu itu, baru istrinya, baru anak-anaknya. Sesudah anak pertama, baru anak kedua, dan begitu seterusnya sampai habis.

In : baik ibu, secara kecil-kecilan mungkin ada bedanya bu?

Pa : aaa.. kalau secara kecil-kecilan, bedanya cuma jumlah orang yang datang, dan hanya jumlah babi yang dipotong, itu aja. Jadi cara memberinya sama.

In : maksudnya kata yang diberikan sama bu? Pa : iya, sama, sama.

In : ok. Terus yang ketiga, yaitu memenuhi kebutuhan lansia setiap hari, itu seperti apa juga

bu?

Pa : ooo.. kebutuhan sehari-hari, hmm itu, seperti disinilah sama nenek, karena nenek udah lama gak makan nasi, makan nasi, gak bisa makan nasi, nasi. Tidak makan nasi, yah harus bubur. Saya beli rice cooker kecil, haaa disitu

5

Sifasambua ama : Sepupu 6


(32)

saya masak bubur, karena saya pun juga setiap hari ke sekolah, jadi pagi-pagi bangun jam 5, dimasak makanan nenek, jadi ada meja dikamarnya, disitu ditaroh rice cookernya, cereknya, piringnya, lauknya, sendok semua dikasi disitu karna nenek itu bisa ngambil makanan sendiri, nah itu kebutuhan sehari-hari. Jadi, alat-alat mandinya tersendiri, sabunnya ada sendiri, sikatnya, aaa.. jadi nenek ini kalau mandi, dia tidak hafal udah mandi atau tidak, semaunya dia aja hahaha benar loh. Memang udah terjadi kemunduran mental dan fisik juga.

In : ooo. Itu untuk kebiasaan yang pernah dilakukan. Terus untuk fotome’o, ketika melakukan kegiatan ini, apa yang menjadi kriteria pasien lansia ini untuk dilakukan hal tersebut? Mungkin ada tanda-tanda yang kita dapati dari orang tua atau lansia? Akhirnya anak-anaknya secara bersama-sama, ayo kita buat fotome’o ini.

Pa : aaa.. fotome’o itu, ada juga, ada beberapa versi, untuk pertama, dilakukan fotome’o karena orang tua sering sakit-sakitan biar pun umurnya masih muda. Tetapi karna faktor kesehatan tidak mendukung, sering sakit-sakitan, bisa saja itu menjadi pemicu dilaksanakan fotome’o. Yah itu, kedua juga, biarpun orang tua kita ini ooo...karena udah lanjut sekali usia, udah sangat lanjut usianya, padahal dia sehat, dan anak-anaknya pun ooo... udah banyak yang ke seb‟rang atau tempat anak-anaknya berjauhan, jadi anak-anaknya merasa was-was manatau entah kapan, karna orang tua kita udah begitu tua, manatau nanti suatu waktu Tuhan memanggilnya secara dadakan, sementara kita anak-anaknya gak ada, yaudahlah kita laksanakan saja fotome’o. Jadi terlepas dari ooo... lepas beban dari anak-anaknya.


(33)

In : berarti tidak ada tanda-tanda tertentu, misalnya kalau anak-anaknya yang berinisiatif seperti itu, berarti menandakan bahwa orang tuanya da tanda-tanda untuk menjelang ajal?

Pa : nggak, nggak, hanya itu, penyakit, iyah penyakit.

In : itu divonis di medis atau kita lihat dari kebiasaan lansia ini?

Pa : iya, iya bukan dari medis, kita bisa menilai sendiri kalau memang orang tua ini udah mau ajal menjemputnya. Iyah faktor usia juga.

In : ok bu, itu tanda atau kriterianya dilakukan fotome’o ya bu? Jadi, ketika kita mengerjakan kebiasaan-kebiasaan itu, apakah ada hubungannya dengan kesehatan atau manfaatnya bu?

Pa : ada, ada, seperti nenek disini lah, waktu di fotome’o pertama sekali, aduh sudah nggak ada lagi harapan, udah nggak ada lagi, udah cepat-cepatlah di fotome’o saja hari ini karna kurasa besok nggak bisa lagi ditunggunya besok, jadi dilaksanakanlah malam itu, sehingga ada itu, ooo... sanak saudara di panggil dari kebun karna udah ini, udah sekarat ini, langsunglah di fotome’o. Wah,, taunya udah menjadi sembuh sampai sekarang, udah berpuluh-puluh tahun. Haha jadi makanya kubilang, ada juga hubungannya dengan faktor kesehatan dilakukan kegiatan ini. Begitu dilaksanakan itu, berdoa, berdoa, taunya udah sembuh nenek itu.

In : kenapa bisa seperti itu bu?

Pa : kurang tau juga saya, mungkin karena pemenuhan emosionalnya akhirnya keg gitu.


(34)

Pa : kurasa ada itu, ada, ada itu ooo.. kalau nenek ini sering sakit, langsung diapakan, selain obat dari medis, nah obatnya ini nggak bisa lagi dia meminum obat orang dewasa, biasanya dosisnya nenek ini, dosis anak-anak di kasi. Karna udah pernah dicoba dosis dewasa, aduh bahaya. Jadi dikasilah dosis kecil, dosis anak-anak. Makanya kalau dia sakit di umur-umur seperti ini, diarahkan berdoa, terus kami juga masuk dalam kamarnya berdoa, kalau dia sakit kami berdoa, dan tetap diingatkan biarpun kamu sakit seperti ini, tetap ingat Yesus, tolodo Yesu8 Itu tetap diingatkan, jadi ada juga itu hubungannya dengan kesehatan. Kalau ada motivasi dari keluarga, lansia bisa cepat pulih. Hmm.. kalau kulihat-lihat nenek ini, bisa sehat dia, bisa semangat dia, kalau diperhatikan, butuh perhatian, itu satu-satu pada lansia ini, butuh perhatian, yah maunya lansia ini sebenarnya harus ada satu orang khusus dia, memang itu, supaya ada yang menemaninya ngomong, semua-semualah, harus diperhatikan, yah itu sebenarnya, harus benar-benar diperhatikan, seorang lansia itu sebenarnya butuh perhatian, itu satu juga yang diperlukannya.

In : apa fotome’o ini juga termasuk bentuk perhatian kita kepada lansia?

Pa : itu juga termasuk. Tapi perhatian yang sangat dibutuhkan lansia sebenarnya, perhatian dalam kehidupannya sehari-hari, dari pagi sampai malam, hah itu dia. Terus juga, kalau makanannya teratur, berarti bagus, baguslah dia, tidak sakit-sakitan, seperti nenek ini, jarang sekali sakit. Ha.. kalau makanannya teratur ada ooo.. bisa, apa itu, yah bisa memberi kekuatan pada fisiknya dan dijaga kesehatannya. Nenek ini kan, dia tidak mau makan ikan asin, hmm nggak mau dia, jadi dulu, dia mau makan apa aja, eh tapi kadang-kadang dia


(35)

juga pembosan, maklumlah dikampung seperti ini, paling-paling telur lah, yang cepat kita ambil untuk lauk, udah pernah dia buang-buang itu, gak mau, udah masak dibuang, iyah di buang loh. Hmm jadi, ooo... ada juga lah itu, pemenuhannya, bisa mempengaruhi kesehatannya, kalau makanannya juga tidak teratur. Biar pun hanya sayur, nah ini nih, nenek ini senang dia makan sayur, haaa pokoknya ada sayur dan daging kalau ada, sekali-sekali. Tetapi ikan ooo.. basah, gak mau dia kalau banyak duri-duri, tulang-tulangnya itu, hah gak mau dia itu.

In : oke bu, ada tiga hal yang dikerjakan dalam perawatan menjelang ajal pada pasien lansia ya bu?

Pa : iya, harus kita kerjakan semua itu. Suatu keharusan itu

In : ok ibu, sekian untuk wawancaranya hari ini, terima kasih atas partisiapasi ibu, selamat sore, Ya’ahowu9.

Pa : selamat sore, Ya’ahowu.

6


(36)

TRANSKRIP WAWANCARA 3

Keterangan In : Interviewer Pa : Partisipan

In: Hari ini saya akan melakukan wawancara kepada Bapak ama Deti Hulu, mengenai penelitian saya perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias. Selamat pagi Pak.

Pa: Ya selamat pagi.

In: Hari ini saya akan melakukan wawancara kepada Bapak tentang budaya Nias dalam merawat lansia, yang jadi pertanyaan saya disini, menurut Bapak apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang ajal pada pasien lansia?

Pa: Ya, kalau kebiasaan di Nias untuk perawatan orang tua yang umurnya sudah lansia yang kurang lebih umur 60 keatas, kita liat kondisi orang tua kita pada umur itu, kalau memang orang tua kita sakit-sakitan maka kita sebagai anak berkewajiban supaya orang tua itu jangan lagi bekerja, mengangkat beban yang berat, dan kita harus memberikan rasa kasih kepada orang tua itu, supaya hati orang tua kita itu senang. Dan kalau dia sakit harus segera kita tangani, kita rawat, dan kita antar kerumah sakit, dan kita harus memberikan perawatan semaksimal mungkin menurut kemampuan kita. Kemudian kita harus mengurus belanjanya, jangan hanya sekedar pemberian, apa yang sanggup untuk kita, itu yang harus kita berikan kepada orang tua. Itu kira-kira


(37)

perawatan yang pertama yang harus kita berikan kepada orang tua kita yang sudah lanjut usia.

In: Kalau menurut Bapak begitu berarti saya bisa simpulkan yaitu kita bisa melihat kondisi orang tua, tidak lagi mengizinkan orang tua bekerja, dan ketika sakit akan dirawat, dan mengurus belanja orang tua atau kebutuhan orang tua sehari-hari. Kalau menurut budaya sendiri ataupun kebiasaan yang pernah dilakukan kepada orang tua Bapak selain ini apa saja Pak?

Pa: Yaa,,, kalau memang semakin menurun kesehatannya, maka menurut kebiasaan, bahkan bukan hanya kebiasaan tapi itu sudah menjadi kewajiban anak kepada orang tua, maka kalau tidak mantap perawatannnya, semakin hari semakin berkurang kesehatannya, maka kita selayak mungkin kita harus melakukan kebiasaan atau budaya kita yang namanya Fangotome‟o / La‟otome‟1. Kita musyawarah dalam keluarga secara khusus dan secara keseluruhan, maka kita datangkan sanak saudara kita, kita undang seluruh kemanakan, iparnya, family, kita undang untuk musyawarah karna orang tua kita semakin hari semakin berkurang kesehatannya. Pertama dulu, kita musyawarah bagaimana pelaksanaan fangotome‟o, kalau memang berkenan kepada orang tua kita, maka kita sepakati dulu tanggalnya, hari apa, jam berapa, sesuai dengan kesepakatan bersama, kalau sudah disepakati tanggalnya, baru kita mengundang seluruh famili, iparnya, kemenakannya, baru kita mengerjakan itu secara bersama-sama. Dan dipotong babi sebagai tanda hormat kepada orang tua. Kalau sudah siap semua maka orang tua kita itu di tempatkan di tengah-tengah tokoh-tokoh keluarga itu, dan semua


(38)

keluarga, anaknya, famili, menyuapi orang tua itu dengan otak babi, dan mengatakan : “Mabe‟e gou bapa, ena tobali fangabolou ba wokho andre, tenga ma tuhe o ndraugo ba wa‟a mate tetapi tandra i da‟a ya‟aga iraonou sebagai tanda terima kasih” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya “Kami berikan kamu makanan Bapak, supaya menjadi kekuatanmu menghadapi penyakit ini, kami bukan mendorong engkau supaya mati tetapi ini sebagai tanda terimakasih kami anak-anak mu)”. Karena susahnya orang tua kami dulu dari sejak kecil, dan ini bukan suatu balasan tetapi ini hanya sebagai tanda terima kasih, bagaimana jeripayah orang tua kami mengurus kami dari kecil hingga besar, disekolahkan dan dinikahkan. Dan akhirnya nanti harta Bapak yang Bapak miliki dari dulu dipindahkan kepada kami, dan ini yang kami tunggu pembagiannya dari orang tua, mana untuk sisulung, mana yang untuk nomor dua, mana yang untuk sibungsu, dan mana yang untuk pihak perempuan dan pihak keluarga lain, sesuai dengan kesepakatan yang Bapak bagikan kepada kami masing-masing. Dan kami mohon kepada orang tua, jika ada kesalahan-kesalahan kami sejak kecil, baik perkataan kami, tingkah kami, gerak-gerik kami kepada orang tua, kami mohon untuk dimaafkan. Dan juga kepada orang tua kami, jika ada kesilafan Bapak juga, perkataan mengutuk sekalipun, kami pun memaafkan Bapak, untuk sama-sama kita maafkan antara kita anak dan juga orang tua kami. Begitulah kira-kira gambaran Fangotome‟o yang dilakukan kepada orang tua sebelum menjelang ajal.

In: Berarti fangotome‟o ini harus dilakukan kepada orang tua yang sudah menjelang ajal?


(39)

Pa: Ya, ini kewajiban anak yang harus melakukan fangotome‟o kepada orang tua yang semakin hari kesehatannya semakin menurun dan sudah mengusahakannya kerumah sakit. Sudah usahakan perawatan, ya memang sudah mau menjelang ajal.

In: Berarti dari yang Bapak sampaikan tadi bahwa fangotome‟o ini harus dilakukan?

Pa : Ya harus.

In: Terus berdasarkan kebiasaan atau kebudayaan lain yang pernah Bapak lakukan kepada orang tua Bapak, seperti apa lagi Pak?

Pa: Kebiasaan lain yang pernah kami lakukan kepada orang tua, karena berbeda-beda cara setiap kampung, setiap desa, setiap keluarga, sesuai dengan kemampuan sang anak. Ada yang secara besar-besaran, dan ada yang sederhana saja, yang sering keluarga kita lakukan hanyalah yang sederhana saja, tapi bagi orang yang mampu, bagi turunan bangsawan, bagi tokoh-tokoh adat, biasanya mereka melakukan ini secara besar-besaran bahkan mengundang tokoh-tokoh karena mereka mampu atau berkeadaan secara materi, tapi yang sering terjadi di desa-desa hanyalah yang sederhana-sederhana saja. Dan sesuai pengalaman kami setelah dilaksanakan fangotome‟o, orang tua akan membagi-bagi harta, dan orang tua berpesan : “ jangan lagi berpisah-pisah pikiran, jangan ada rasa iri kepada satu sama lain” , itu nasehat-nasehat dari orang tua yang sudah di laksanakan fangotome‟o. Dalam hal ini orang tua sangat berpesan jangan kalian bertengkar, jangan kalian pecah pikiran, jangan menyakiti, jangan dengki, jangan berdusta pada


(40)

saudara, satukan pemikiran karena kekuatan yang paling kuat adalah bersatu karena segala kesulitan bisa dihadapi dengan bersatu. Satukan pemikiran untuk menuju yang terbaik.

In: Iya Pak, berarti yang sudah pernah dilakukan kepada orang tua Bapak itu secara sederhana atau secara besar-besaran?

Pa: Sederhana saja.

In: Kalau secara sederhana seperti apa Pak?

Pa: Kalau secara sederhana dalam fangotome‟o ini, ono matua lahalo laorodugo mbawi, simano goi ndraono ono alawe lahalo mbawi, simano goi fadono lahalo sageu mbawi, simano goi pihak dalifuso sageu mbawi. Ba la‟orodugo fefu da‟o dania, ba larino ba la be‟e o zatua. “Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya “pihak anak laki-laki menyediakan babi, begitu juga pihak anak perempuan menyediakan babi, begitu juga pihak menantu 1 ekor babi, begitu juga pihak saudara yang lain 1 ekor babi. Lalu dikumpulkan semua itu, lalu dimasak, lalu dikasih makan kepada orang tua yang lansia.”

In: Ya, itu kalau secara sederhana Pak, klo secara besaran Pak?

Pa: Kalau secara besar-besaran diundang semua tokoh-tokoh, dan dipotong babi bisa sampai 10-20 ekor babi.

In: Berarti itulah pengurusan orang tua secara budaya fangotome‟o, selain dari fangotome‟o apakah ada lagi biasanya kebiasaan yang pernah dilakukan pada orang tua?


(41)

Pa: Jika kita sudah melakukan fangotome‟o, jika orang tua kita sudah mendekati ajal, maka sebelum ajalnya itu, maka kita mengundang para tokoh kerohanian, pendeta, untuk melaksanakan pelayanan pribadi, supaya segala dosa-dosa yang dia buat selama hidupnya ucapannya, pemikirannya, tingkah-lakunya kepada semua orang supaya dimaafkan. Jadi Pendeta melayaninya supaya Tuhan memaafkan dosa-dosanya, supaya arwahnya ditempatkan ditempat yang layak oleh Tuhan.

In: Berarti yang dilakukan adalah mengundang Pendeta ya Pak?

Pa: Ya untuk pelayanan rohani, karena kita sudah upaya dalam kesehatan, maka kita juga merawat rohaninya.

In: Ya, berarti yang bisa saya simpulkan yang dilakukan yaitu kita bisa melihat kondisi orang tua, tidak lagi mengizinkan orang tua bekerja, dan ketika sakit akan dirawat, mengurus belanja orang tua atau kebutuhan orang tua sehari-hari, Fangotome‟o, dan mengundang tokoh rohani untuk melayani orang tua. Itu saja kebiasaannya Pak?

Pa: Ya, jika memang sudah meninggal maka kita akan mengabarkan keseluruh saudara-saudara, untuk datang kerumah untuk berdoa dan untuk melakukan fama‟iro2 atau peletakan orang tua di peti mati, dan tokoh adat akan berdoa agar arwah orang tua kita ditempatkan di tempat layak.

In: Ada lagi yang lain?

Pa: Setelah itu akan disepakati kapan akan di berangkatkan di tempat peristirahatan terakhir atau kuburan, maka seluruh family, seluruh keluarga,


(42)

seluruh tokoh, seluruh warga desa diundang untuk ikut mengantarkan jenazah ke tempat peristirahatan terakhir.

In: Berarti itu tadi setelah kematian, kalau sebelum kematian masih ada lagi?

Pa: Kalau orang tua sudah dikubur, maka ada acara lagi yang namanya syukuran yang artinya jangan hanya pada waktu duka kita bersyukur. Tapi kita juga harus bersyukur karena orang tua mati senang ditangan Tuhan, maka seluruh yang diundang pada pengantaran jenazah ke kuburan diundang lagi untuk syukuran, maka di potong babi lagi di acara itu, kalau dahulu namanya acara ini Fangasi3 tapi dirubah menjadi syukuran karna kurang baik dalam tata bahasa. Dan tokoh Agama, berdoa agar arwah tenang disana dan keluarga yang ditinggalkan dihiburkan.

In: Oke itu saja ya Pak, kemudian pertanyaan saya, kemudian pertanyaan kedua saya itu bagaimana budaya atau kebiasaan itu dilakukan, misalnya yang pertama mengurus belanja orang tua atau memenuhi kebutuhannya hari. Seperti apa Bapak mengurus belanja atau memenuhi kebutuhan sehari-hari orang tua Bapak?

Pa: Dalam hal memenuhi kebutuhan lansia itu, pertama-tama dulu perawatannya, perawatannya harus kita jaga kesehatannya, kedua belanjanya itu harus kita penuhi, kemudian segala kebutuhan pakaiannya, tempat tidurnya, makanannya, itu kewajiban kita sebagai anak untuk memenuhinya.


(43)

Pa: Iya dilakukan sehari-hari. Disamping itu kita tidak hanya memenuhi kebutuhan fisik, kita juga harus memenuhi kebutuhan rohani, kita harus sering membicarakan firman Tuhan kepadanya, supaya terhibur, supaya arwahnya itu rohnya itu dikuasai oleh Roh Kudus, supaya dia senang untuk kembali ke Yang Maha Kuasa. Apalagi kalau orang tua kita tuli, kita harus bersabar. Apa saja sesuai seleranya, kadang ga mau sayur dia mau telur, ya apa saja seleranya kita penuhi sesuai kemampuan kita, kalau memang tidak mampu memenuhi seleranya, maka kita coba tawarkan yang lain, apakah mau ayam, apa mau telur bebek, atau mau indomie, atau mau ikan kaleng, begitu juga air minum apa mau teh atau air putih. Jika dia minta seleranya tapi dilarang oleh kesehatan, misalnya dia minta yang manis - manis tapi dia menderita penyakit gula maka kita akan berikan pengertian supaya tidak meminum yang manis-manis itu dan menawarkan minuman lain yang tidak bertentangan.

In: Berarti tetap dilihat juga petunjuk atau larangan dari kesehatan ya Pak?

Pa: Iya tetap dilihat.

In: Berarti tadi sudah dijelaskan mengenai perawatan sehari-hari, kemudian kalau mengundang rohaniawan, itu biasanya Pendeta menyampaikan apa kepada lansia?

Pa: Kalau diundang rohaniawan, maka diberikan suatu sosialisasi kepada orang tua, supaya apa yang Pendeta tanyakan nanti, ia mampu mengungkapkan semua dosa-dosanya, maka Pendeta akan menuntun dia agar meminta ampun kepada Tuhan Yesus bagi orang kristen supaya di ampuni oleh Tuhan.


(44)

In: Itu yang dilakukan rohaniawan ya?

Pa: Ya.

In: Berarti itu saja proses-proses yang dilakukan ya?

Pa: Ya.

In: Kemudian mengenai fangotome‟o tadi Pak, apa yang menjadi kriterianya, kenapa orang Bapak melakukan fangotome‟o ini, apa kriterianya yang dillihat sehingga Bapak mau melakukan fangotome‟o.

Pa: Karena kita melaksanakan fangotome‟o supaya orang tua kita itu tidak merasa kesal terhadap seluruh hartanya yang ditinggalkan kepada anak, supaya diikhlaskan dengan senang hati, memberikan seluruh hartanya yang dia miliki dan akan ada pesan-pesannya nanti.

In: Maksud pertanyaan saya, kriteria apa yang kita lihat dari si lansia sehingga kita harus melakukan fangotome‟o?

Pa: Ya kriterianya pertama sudah mulai lemah, dikasih makan tidak makan, dikasih minum tidak minum, bahkan tidak bisa duduk sendiri, sehingga kondisinya semakin hari kesehatan orang tua kita melemah, sehingga timbul dihati kita melakukan fangotome‟o.

In: Mungkin secara pikiran apa yang terjadi kepada lansia makanya kita mau melakukan fangotome‟o?


(45)

Pa: Menurut pemikiran kita yang masih sehat bahwa tidak lama lagi waktu orang tua kita ini makanya kita harus melakukan fangotome‟o.

In: Berarti ada tanda-tandanya?

Pa: Ya, ada tanda-tandanya seperti yang saya bilang tadi, tidak bisa bangun sendiri, dikasih makan tidak makan, dikasih minum tidak minum.

In: Itu aja tanda-tandanya ya.

Pa: Iya itu aja.

In: Kemudian, kalaulah kita melakukan yang beberapa tadi seperti tidak membiarkannya bekerja, dirawat, terus melakukan fangotome‟o secara khusus fangotome‟o. Menurut Bapak apa yang menjadi manfaatnya pada kesehatan manusia, dengan melakukan fangotome‟o apa hubungannya dengan kesehatan manusia.

Pa: Iya, melalui fangotome‟o ini berarti dengan kita menyuapi orang tua, karena tadi dia tidak mau makan atau susah makan, tapi melalui fangotome‟o ini, jika semua keluarganya menyuapinya sesendok demi sesendok sudah bisa sampai 1 piring termakan. Sehingga secara tak langsung dengan banyak makan bisa menambah tenaga orang tua kita.

In: Kan lansia ini yang sudah mendekati ajal, dengan melakukan fangotome‟o ini apa dampaknya ketika dia menghadapi kematian itu Pak?


(46)

Pa: Kadang-kadang kalau kita sudah melakukan fangotome‟o ini, yang tadinya pandangan kita bawah orang kita sudah mau meninggal tetapi melalui cara ini kita merasa bahwa 10 tahun lagi orang tua kita akan meninggal.

In: Kalau misalkan itu dari segi kesehatan bisa pulih kembali, tapi kalau misalnya dia mau mendekati ajalnya apa dampaknya ketika akan melakukan fangotome‟o. Misalnya memang akan meninggal 2 minggu kedepan, apa dampaknya ketika kita sudah melakukan fangotome‟o ini Pak, mungkin ada keuntungannya dalam menghadapi kematian, mungkin dia akan seperti ini tau seperti ini atau seperti apa kira-kira dampaknya Pak?

Pa: Kalau kita sudah melaksanakan fangotome‟o maka akan ada dampaknya terhadap kita, kita anak-anaknya tidak merasa ada beban lagi, tidak merasa memiliki hutang atau kewajiban yang tidak terpenuhi dari pandangan orang lain. Karena kita sudah melakukan suatu cara untuk mengucapkan terima kasih seperti yang saya jelaskan diatas.

In: itu untuk anak-anaknya pak, untuk orang tua atau lansia ini apa manfaatnya pak?

Pa: iya, dia senang, dia tidak takut lagi dan dia senang, dan bebannya sudah hilang, ya sudah hilang.

In: Berarti itulah manfaatnya terhadap kesehatan lansia ya Pak?


(47)

In: Oke, berarti hari ini saya sudah melakukan wawancara, dan terimakasih kepada Bapak sudah memberikan jawaban yang baik, selamat pagi, Ya‟ahowu4.


(48)

TRANSKRIP WAWANCARA 4

Keterangan In : Interviewer Pa : Partisipan

In: hari ini saya akan melakukan wawancara kepada bapak Ama Heppy Hulu, ooo.. terkait penelitian saya, perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias. Pertanyaan pertama, menurut bapak apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat nias dalam perawatan menjelang ajal pada lansia?

Pa: hmmm... menurut kebiasaan para orang tua, pertama-tama,, oooo anak meeee.... melengkapi segala kebutuhan seperti makanan, pakaian, dan jika tidak bisa mandi, dimandikan. Berikut oooooo... kalau sakit dirawat dirumah sakit atau dipanggil.

In: okee,, itu saja... kalau oooo...menyediakan atau memenuhi kebutuhan sehari-hari dan jika sakit dibawa kerumah sakit atau di undang kerumah. Kalau menurut budaya sendiri atau kebiasaan-kebiasaan selain yang bapak sebutkan tadi ada lagi gak?

Pa: itu aja..

In: itu aja.... kalau dilakukan juga atau ada budaya yang dilakukan kepada lansia sebelum kematiannya.


(49)

Pa: haa... tradisi di nias ya,, kalau orang tua hampir oooo... mau meninggal, menurut perkiraan manusia menurut tradisi di nias ada istilahnya Fotome Zatua1

In: ini fotome ini maksudnya apa?

Pa: fotome’o, dikasi makan dia anak-anaknya, diwakili anak perempuan dan juga famili-famili dia undang pada acara itu, lalau setelah berkumpul ooo.. lalu anak-anaknya berganti-gantian dikasih nasi dipotong babi lalu setelah itu, sudah masak, anak sulung yang pertama yang mengasih kepada orang tua, dikasih nasi, disuapi oo.. nasi dengan ooo... daging babi dengan otak atau hati babi... mulai dari anak pertama sampai anak terakhir laki-laki juga berikut baru anak perempuan yang sudah nikah atau yang belum nikah menyuapi orang tua, lalu setelah itu ...orang tua yang sudah,, orang tua itu yang sakit memberikan pesan pada anaknya ooo.. lalu diberkati semua anak-anaknya berdoa,, berdoa supaya diberkati Tuhan, dan juga kalau ada harta warisan ya di bagikan itu dari anak pertama sampai anak terakhir, mungkin banyak oooo.. berbeda pembagian itu, kadang pembagian itu kalau anaknya 3 laki-laki, mungkin setengah untuk anak sulung dan dibagi 2 untuk anak ke 2 dan terakhir, ada juga di bagi 2 atau dibagi rata kalau 3 anak laki-laki,, sama-sama.

In: emm oke, kalau bapak bilang tadi ada dilakukan la’otome’o2 atau fangotome’o,, berarti apakah budaya ini harus dilakukan?

Pa: harus dilakukan, bergantung kepada orang tua kalau berterima, dan juga bergantung pada kemampuan anak.


(50)

In: biasanya di budaya kita di Nias ini memang kita harus melakukannya?

Pa: memang diharuskan itu, sehingga lama kelamaan di masa sekarang ini tidak diwajibkan bergantung pada orang tua dan bergantung kepada anaknya.

In: berarti dikeluarga bapak sudah dilakukan fangotome’o ini atau belum?

Pa: sudah.

In: emmmm... teruss... berarti saya bisa mendapatkan 3 disini ya, memberikan kebutuhan sehari hari, kemudian menolong pasien yang sakit juga, dan melakukan fangotome’o,,, kemudian ada hal lain juga yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat nias dalam perawatan lansia ini pak?

Pa: itu aja pengalaman saya

In: itu aja,, enggak ada yang lain pak...okee... berarti kalau misalnya melakukan fangotome’o ini lansia,, emmmm,,, apa yang menjadi perubahan-perubahan misalnya pada lansia... kalau sudah mendekati ajalnya?

Pa: yaaa... menurut pengalaman ya,, kalau sudah dilaksanakan fangotome’o tadi, kadang orang tua itu menurut penglihatan secara kemanusiaan dikira orang itu mati, tapi setelah dikasih nasi, disuap dia anak-anaknya, umurnya menjadi panjang,, kadang juga sesudah dikasih fangotome’o itu tadi 2 hari 3 hari meninggal.

In: okee,,, memang kalo meninggal itu bukan kita yang menentukan yaa.

Pa: iya bukan kita yang menentukan Tuhan yang menentukan itu.

1La’otome’o = Fotome Zatua= Fotome’o :

Kebiasaan masyarakat Nias, pemberian makan lansia.


(51)

In: berarti ada tanda yang bisa kita lihat dari lansia pak ya,,, ada tanda-tanda mungkin makanya kita melakukan fangotome’o ini ada tanda-tanda yang kita dapatkan dari lansia itu?

Pa: enggak ada.

In: jadi, enggak ada yang bisa kita lihat dari lansia makanya kita lakukan fangotome’o ini?

Pa: maksudnya?

In: maksudnya dalam hal fangotome’o apa tanda-tanda sehingga kita melakukan fangotome’o itu pak?

Pa: karena kan,, pertama kita lihat umurnya, udah tua, udah gak kerja lagi,, makanya anak-anaknya berembuk untuk di fotome’o orang tuanya.

In: berarti tanda-tandanya itu pak?

Pa: iaa,, kalau serius sakit.. baru dilaksanakan fotome’o itu tadi.... itu juga, ada orang yang kalau bukan orang tuanya tidak sakit tapi karena anaknya mau,, ya bisa dilaksanakan.

In: bisa dilaksanakan ya.. oke... berarti pertanyaan berikutnya itu kalau fangotome’o ini tadi bagaimana prosesnya,, maksudnya seperti yang bapak bilang tadi dikumpulkan sanak saudaranya terus setelah itu seperti apa pak,,, mungkin bisa digambarkan proses fangotome’o ini?


(52)

In: proses, maksudnya apa saja yang dipersiapkan dari keluarga, pak?

Pa: haaaa... prosesnya ooooo.... kalau direncanakan dikasih fotome’o sama orang tua, dan diberitahu kepada sanak saudara, termasuk anak-anak tadi, anak-anak si orang tua yang dikasih fotome’o,, harus ada kesepakatan baru dilaksanakan fangotome’o tadi.

In: berarti didalam melakukan fangotome’o ini tadi, bagaimana caranya pak?

Pa: hmmmmm???

In: setelah dilakukan perkumpulan apa yang dilakukan ooo.. sanak saudara itu kepada orang tua yang mau meninggal tadi?

Pa: di kasih lah,,, disuapi orang tua itu, anak mengatakan supaya kamu sembuh dari penyakit, supaya kamu panjang umur,, makanya kami kasih makanan,, kami suap kamu,,,

In: berarti,, bapak bilang tadi disuapi itu,, disuapi,, apa aja yang disuapi, maksudnya makanannya apa aja?

Pa: Nasi, daging,,, oooo hati,,,

In: berarti memang harus itu yang diberikan?

Pa: iya, memang sudah tradisi itu kalau fangotome’o itu nasi, daging, hati, otak,,

In: Siapa aja yang mau memberikan pak?


(53)

In: Semuanyaa... oke berarti terus tadi juga, kriteria pasien lansia dilakukan budaya tersebut seperti yang bapak bilang tadi sakit-sakitan makanya kita lakukan fangotome’o. Nah pertanyaan berikutnya kalau kita melakukan fangotome’o ini, apa dampaknya maksudnya apa dampaknya pada kesehatan manusia,,apa ada manfaatnya tidak?

Pa: ada manfaatnya, kadang ada manfaatnya seperti yang saya katakan tadi oo.. orang tua itu panjang umur,,,, juga kadang lebih cepat 1 atau 2 hari atau 5 hari meninggal.

In: berarti bisa panjang umurnya, bisa juga mati?

Pa: iyaaa, hahaha

In: terus kalau misalnya dia mati, maksudnya kalau dia misalnya mati berarti fangotome’o tadi, apa manfaatnya pak?

Pa: ada manfaatnya, walaupun dia meninggal, dia meninggal dengan tenang dan bahagia, hanya, sebagai kewajiban anak yaa.. kewajiban anak kepada orang tua dikasih fotome’o itu.

In: jadi itu kewajiban anak,,itu manfaat untuknya anaknya kan,,, untuk lansia sendiri apa manfaatnya bagi hidupnya, maksudnya ketika dia menghadapi kematian apa manfaatnya bagi hidupnya.

Pa: ya,, senanglah dia meninggalkan dunia karena udah anaknya melakukan fangotome’o dan juga orang tua itu sudah berdoa kepada Tuhan supaya anak-anak saya oooo... dapat berkat, segala rencana berhasil.


(54)

In: setelah dilakukan itu pak?

Pa: ya.. di fangotome’o ini juga diadakan kegiatan-kegiatan rohani.

In: berarti ada yang di panggil?

Pa: ya.

In: Siapa yang di panggil pak?

Pa: Pendeta, ketua adat ditempat itu.

In: untuk apa itu pak?

Pa: untuk dipersaksikanlah,, ooo ketua-ketua adat dan pendeta membawa renungan singkat tentang nasehat kepada lansia dan anak-anaknya.

In: oke,,, berarti dengan dilakukan fangotome’o ini ooo pasien lansia dalam menghadapi kematiannya merasa bahagia ya pak ya?

Pa: ya merasa bahagia, tidak akan mengalami ketakutan lagi dalam hal menjelang kematian.

In: berarti memang fangotome’o ini harus dilakukan ya??

Pa: ya harus. Itu sudah kewajiban kita anak kepada orang tua.

In: jadi?

Pa: iyaaa, berarti memang mempersiapkan lansia untuk menghadapi kematiannya.


(55)

In: oke,, berarti wawancaranya selesai, terimakasih partisipasinya, selamat siang pak.

Pa: ya selamat siang.

In: Ya’ahowu3.


(56)

TRANSKRIP WAWANCARA 5 Keterangan

In : Interviewer Pa : Partisipan

In: hari ini saya akan melakukan wawancara kepada bapak Ama Yuni Hulu di Sohahau, terkait penelitian saya perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias oooo... Selamat siang pak.

Pa: Ya Selamat Siang..

In: ya,,, hari ini saya akan melakukan wawancara kepada bapak yang pertama pertanyaan saya, menurut bapak apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat Nias dalam perawatan menjelang ajal pada lansia?

Pa: oooo... mungkin kalau orang tua sudah lanjut usia, sudah tua, maupun kalau sudah tua, tak bisa lagi kerja, anaknya lah yang bertanggung jawab, kebutuhannya sehari-hari, sakitnya dibeli obat dirawat kerumah sakit, sampai pulih atau tenaga lebih, ooo.. itu selaku tanggung jawab selaku anak itu kepada orang tua yang sudah tua yang sudah lanjut usianya, iya.. itu tanggung jawabnya.

In: oke,,, berarti memenuhi kebutuhan sehari-hari..

Pa: Kebutuhan sehari-hari..

In: dan dia jika dia sakit..


(57)

Pa: Meminta bantuan kepada medis.

In: tenaga medis?

Pa: iya, tenaga Medis,,, kalau dipanggil, kalau tidak ada masalah diantar kesana, dirumah sakit, ya itulah tanggung jawab anak itu pada orang tua kalau dia sudah lansia. Jadi kebiasaan,,, kebiasaan kalau sudah lanjut usia orang tua, berpikir keluarga atau anak-anaknya, berpikir mengambil musyawarah, malah kita tau orang tua kita ini meninggal, jadi kita harus meminta berkat dengan melalui Fotome1, aaaa.... sesudah ada pertemuan atau musyawarah dikeluarga baru dilaksanakan dipanggil yang bersaudara, ooo.... anak-anaknya perempuan, cucu-cucunya, kemenakannya, dan keluarga besarlah dikampung itu untuk berkumpul semua.

In: Oke, berarti Fotome’o?

Pa: Ya Fotome’o.

In: ini harus dilakukan kepada pasien lansia yang menjelang kematian?

Pa: oh Ia...

In: harus ya...

Pa: haruslah...

In: Kenapa Pak?

Pa: Terpaksa dilaksanakan itu sebenarnya, berhubungan kebiasaan atau tradisi Nias, oooo.... kalau sudah... tiba hari H nya, tiba hari H, itu sudah mereka


(58)

rencanakan bagaimana? Berapa ekor babi ? aaaa... kalau kira contoh 3 ekor persis setengah tanggung jawab anaknya laki-laki dan setengah untuk anaknya perempuan, lebih banyak anak laki-laki dari pada anak perempuan, caranya itu,,, caranya untuk melaksanakan itu terpaksa dimasak. Itu tantangannya, sebelum dikasih kepada orang tua yang lanjut usia itu, penghormatan itu tak bisa dimakan siapa pun,,, yaa,,, tidak bisa,,, terpaksa dia yang lebih dulu baru nanti dibagi kepada orang lain. Pada saat itu, berkumpul semua keluarganya dikasih pada tempatnya aaaaa... kalau tiga ekor buat 3 tempat dia,,aaaa,,,, ooooo... nasinya cuma satu, kalau satu dibentuk, bukan biasa saja ditaro aja dipiring, dibentuk dia, seperti bentuk gunung,,, seperti gunung dia dibentuk, jadi,,, sebelum makan terpaksalah kalau ada tokoh agama disitu, berdoa dulu.. jadi sesudah berdoa baru anaknya itu, menyuap dengan tangan ga usah sendok, langsung... langsung dikasih sama orang tua itu tadi,, dan setiap dikasih dari anaknya sampai cucunya, sampai kemenakannya, tetap diberkatinya,,, yaa,,, tetap diberkati. “Ya’ahowu ndraugo, ya’anau nosou ba dano, ya moharazaki ndraugo, ena’o tefahowu’o, he fohalowou, he folowiu, he fo’urifou bawi, he lala ba wangahalowo ba he lala wangalui ba te fahowu’o, ba te’arou’o goi fefu ngawalo wokho, ngawalo wamakao, ngawalo gabula, ena’o tola anau nosou ba dano, ni be’e Nama da siso ba zorugo” da’o howu-howu nia ne be’e nia ba ndraono nia, ero ibe’e da’o... ba i fahowu-howu’o, ba i fahowu-howu’o, ba i fahowu -howu’o, irege ahori fefu” (Kalimat dalam bahasa daerah Nias yang artinya “Diberkatilah engkau, semoga panjang umur di dunia, semoga kamu mendapat rejeki supaya terberkati, pekerjaan mu, kebun mu, ternak babi mu,


(59)

segala kegiatan mu dan juga semua usaha mu terberkatilah, dan terjauhkan juga dari segala penyakit, segala penderitaan, segala masalah, supaya panjang umur mu di dunia ini yang di berikan Bapa kita yang di Surga”, itulah berkat yang diberikannya kepada anak-anaknya tiap diberikan kepadanya, dan diberkati-berkatinya, dan diberkati-berkatinya dan diberkati-berkatinya, sampi habis semua).

In: oooo.. seperti itu ya pak, berarti ooo.... dilakukan memberikan berkat ya kepada anak-anaknya?

Pa: anaknya.. aaa... setiap dia dikasih dia makan,, diberkati langsung, dan sesudah itu, sesudah dia dikasih makan,, aaaa.... baru dia kalau ada hartanya,, pembagian harta warisan, kalau warisan dia kalau ada uangnya dibaginya sama anaknya laki-laki, setengah pada anak yang pertama atau pada anak yang sulung dan setengah pada anak yang lain, begitu warisan kebun.

In: memang harus setengah untuk...

Pa: haruss... harus setengah, itu caranya itu terpaksa setengah tanggung jawab dia yang sulung itu.

In: ooo... berarti dengan memberikan warisan setengah juga maka...

Pa: dia bekerja setengah secara beban, lebih berperan dia dari pada anak-anak yang lain-lain.


(60)

Pa: setengah untuk anak yang lain,, yaa itulah haaa.. itu syarat untuk membagi harta warisan warisan,, baik setelah itu sesuai itu cara untuk membagi-bagi tadi caranya, ntah dikasih dia satu piring, yang lain dibagi-bagikan sama saudaranya, sama anak-anaknya lah yang hadir saat itu.

In: iya pak itu menurut budaya Nias sendiri ya, menurut budaya, kalau yang bapak bilang tadi mengenai kebutuhan sehari-hari, seperti apa itu pak kebutuhan sehari lansia?

Pa: ya,, kebutuhan sehari-hari itu sederhana, makan minum itulah kebutuhannya sehari-hari, pakaiannya, kebutuhannya lagi kalau orang-orang dulunya makan sirih dia itu, itulah kebutuhannya itu, segala kebutuhannya kitalah yang menanggung, sakit pun kita tanggung jawab, sampai mati dia,,, tapi jika saatnya kalau sudah dilaksanakan itu, kebanyakan itu menjadi kesehatannya, menjadi penyembuhannya, kadang nanti menjadi..., kadang entah besoknya entah lusanya, tak bisa dipastikan,, oleh sebab itu nanti panjang umurnya.

Enggak, tidak bisa dipastikan, itu pasti terjadi itu.

In: setelah melakukan hal itu, apa yang dialami lansia menjelang kematiannya pak?

Pa: yaa.. senang dia lah, karena tanggungan anak-anak, tanggungannya sama anak-anaknya sudah selesai, dan anaknya sudah senang menghadapi masa tuanya itu, kematiannya itu, segala beban anak-anak sama dia, sudah selesai lah,, yaaa... ooo.. begitulah yang bisa saya sampaikan.


(61)

In: teruskan pak, pertanyaan berikutnya ooooo.... dalam melakukan fangotome’o2

ini, apa tanda-tanda atau apa kriteria yang bisa kita liat makanya kita melakukan fangotome’o?

Pa: ooooo.... beginilah tanda-tandanya kalau sudah lansia, kadang tuh dalam keadaan sakit keras, dalam keadaan gawat lah, kita laksanakan... karna kadang terjadi pada masa tuanya itu karena anaknya sudah mungkin yaaa agak berkeadaan dimintanya sama anaknya, apa yang dikasih fangotome’o,,, ya dilaksanakanlah,, yaaa... jadi kalau menurut kemampuanlah kalau dia masih sehat, tapi keadaannya pasti sebenarnya dalam keadaan sakit keras ya gawat lah.

In: sakit keras seperti apa pak tanda-tandanya yang bisa kita lihat?

Pa: tidak bisa bicara, atau sesak nafas dia, atau lemah dia, enggak teratur lagi, kalau kita ngomong sama dia bicara samanya enggak teratur lagi, enggak terarah lagi bicaranya, begini begitu aja,, enggak teratur lagi..

In: enggak terarah lagi, Berarti itulah tanda-tandanya..

Pa: ya tanda-tandanya, jadi ntah begitu lah kalau sudah lanjut usia, mungkin orang itu kalau sudah lanjut usia, pelupa dia itu, haaa... pelupa ... kalau kita tidak biasanya makan ga mau dia,, haa diam aja disitu.

In: berarti waktu orang bapak melakukan perawatan pada lansia, berarti ini yang orang bapak lakukan ya?

Pa: ya ini lah,, terpaksa itu kita lakukan kalau orang tua sudah tua.


(62)

In: berarti itu yang menjadi kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan orang Nias ya?

Pa: Ya kebiasaan,,, tanggung jawab itu.

In: berarti ini harus dilakukan?

Pa: diharuskanlah siapa lagi yang bertanggung jawab sama orang tua itu selain anaknya... tidak ada yang lain.

In: Oke, berarti ooooo... saya bisa menyimpulkan bahwa ada 2 ya pak ya,, mengenai kebutuhan sehari-hari, kemudian melakukan ritual atau budaya yaitu fangotome’o kepada lansia, oooo... sudah dijelaskan tadi bagaimana prosesnya, tanda-tandanya, dan manfaatnya kebudayaan fangotome’o ini..

Pa: haaaa.... itulah manfaatnya menjadi berkat pada anak-anaknya dan keturunannya.

In: ketika menyuapi itu pak, apa aja makanan yang diberikan kepada orang tua?

Pa: nasi tadi dan babi tadi...

In: ia,, bagian apa pak yang diberikan?

Pa: haaaa.... otak yang atas,, otaknya yang diberikan,, hati,, tapi sikit-sikit,, kalau terlalu besar tidak mau dia makan itu, sikit-sikit aja,, karena banyak nanti kenyang dia itu.

In: berarti bagian-bagian otak, hati? Kenapa pak?


(63)

In: berarti ketika melakukan fangotome’o itu ada manfaatnya ya pak bagi lansia?

Pa: ya bisa menjadi penyembuhan biar sembuh, bisa menjadi panjang umur, terus dalam menghadapi kematian bisa bangga dia, ya bangga dia, dan beban-bebannya juga selesai ya pada anak-anaknya. Ya sudah selesai,,

In: oke baik,,ooo sekian wawancara hari ini.. oo terimakasih kepada bapak,, selamat siang.. ya’ahowu.3


(64)

TRANSKRIP WAWANCARA 6

Keterangan In : Interviewer Pa : Partisipan

In: ya hari ini saya akan melakukan wawancara terkait dengan penelitian saya mengenai perawatan menjelang ajal menurut perspektif budaya Nias, ooooo hari ini saya akan melakukan wawancara terhadap bapak ama Sidi Hulu atas nama Aronasokhi Hulu ,oooo hari ini saya akan melakukan wawancara. Selamat siang pak?

Pa: Ya Selamat siang.

In: ya, pertanyaan dari penelitian saya ini yang pertama, apa yang menjadi kebiasaan atau budaya masyarakat nias dalam perawatan menjelang ajal pada lansia?

Pa: hmmm... menurut kebiasaan adat istiadat ya.. ooo... kepada lansia yang menjelang ajal... ada juga dengan permintaan sendiri,, karna dia tau umurnya sudah lanjut, ada juga karena kekuatan penyakit yang keras, jadi untuk itu baik permintaan lansia tersebut maupun kesediaan anak-anak, langkah-langkah yang pertama adalah anak yang sulung mengumpulkan saudara-saudaranya, dan saudari-saudari yang sudah nikah dimana-mana, dikumpulkan semuanya dan semua penduduk kampung berkumpul. Dan masing masing mereka, anak laki-laki memotong babi seekor seorang, dan anak perempuan dihitung kalau 10 orang dibagi-bagikan, ada diberikan beban 4 ekor, sehingga merupakan pesta kecil, dan sesudah itu dimasak nasi yang


(65)

bersih, dan diberikan sebagai penghormatan terakhir bagi orang tuanya namanya dalam bahasa daerah kita “Fangotome’o ma Fame’e Fakhe Safusi”1 dan masing-masing anak itu sendiri, dimulai dari yang sulung dan keluarganya sampai anak yang paling terakhir, demikian juga anak perempuan yang sudah kawin dimana-mana, ada juga anak-anak saudara masing masing memberikan makanan sesuap-sesuap kepada lansia tersebut. Dan sesudah itu orang tua juga membalas utang dengan mendoakan anaknya, dan selanjutnya dia membagikan hartanya, baik hartanya dirumah maupun harta di tanah seperti kebun, dan sesudah itu ada juga efeknya pemberian makanan, ada juga si penerima mau sehat ada juga mau menemui ajal , 2 akibat yang diterima sesudah dilakukan penghormatan terakhir atau fangotome’o.

In: iya teruskan pak, bapak bilang tadi melakukan fangotome’o... ooo fangotome’o ini apa sebenarnya pak?

Pa: ya, sudah menjadi kewajiban anak dan sudah menjadi budaya yang harus dilaksanakan.

In: berarti ini harus dilaksanakan ya pak?

Pa: ya harus dilakukan.

In: kepada keluarga bapak kemarin sudah dilakukan?

Pa: sudah dilakukan.


(66)

Pa: ada.

In: manfaatnya seperti apa pak?

Pa: manfaatnya bahwa semua anak-anak laki laki menerima pembagian warisan dari orang tua itu manfaat bagi anak-anak.

In: kalau manfaat dari lansia itu sendiri?

Pa: ya kalo kepada lansia itu sendiri, semua bebannya sampai saat dia menerima penghormatan dari anak-anaknya sudah lepas.

In: apa hubungannya dilaksanakan kegiatan ini ketika lansia menjelang ajal, pak?

Pa: sudah merasa senang, kebutuhan psikisnya sudah plong, yah senang, bahagia dia menerima kematian itu.

In: ok pak, selain budaya fangotome’o kemarin apa saja yang pernah dilakukan keluarga disini dalam hal mengurus lansia yang menjelang ajal selain dari fangotome’o?

Pa: iya.. mengurus lansia atau lanjut umur ataupun mau menjelang ajal, ya semua anak-anak bertanggung jawab mengurus sampai orang tuanya meninggal dan sesudah meninggal mereka juga mengurus sampai penguburan, dan sesudah penguburan mereka juga berkumpul semua baik anak laki laki dan perempuan untuk membayar beban kepada orang tua itu.

In: berarti fangotome’o ini beban anak-anak kepada orang tuanya...?


(67)

In: berarti ketika melakukan fangotome’o ini apa tanda-tandanya makanya kita melakukan fangotome’o, misalnya ada hal hal yang ditunjukan oleh lansia sendiri misalnya ada keanehan yang kita temui pada lansia ?

Pa: iyaa,, pastinyalah anak-anaknya itu melihat keadaan kondisi orang tuanya, besar kemungkinan bahwa orang tuanya itu tidak membaik lagi.

In: berarti tanda-tanda lain, misalnya dari segi medis sudah menyatakan mau mendekati ajal, selain itu ada enggak hal lain pak yang bisa kita temui dari diri lansia itu?

Pa: ada tanda-tanda artinya tidak bisa makan, tidak mau makan, tidak mau minum, kata-katanya sudah tidak teratur, itulah tanda-tandanya.

In: oke berarti dalam merawat lansia hanya fangotome’o ini yang dilakukan keluarga disini pak? Mungkin ada hal lain?

Pa: ya ada seperti mengurus, mengurus tempat tidur, mengurus kebutuhannya juga.

In: mengurus kebutuhan ini seperti apa pak?

Pa: seperti makanan, minuman, apapun keinginan lansia itu dicukupkan oleh anak-anaknya.

In: biasanya keinginan-keinginan lansia itu seperti apa pak?

Pa: keinginan lansia itulah makanan yang begitu enaklah, apa yang seleranya, mesti di cukupkan oleh anak-anaknya.


(68)

In: berarti hanya itu saja ya pak?

Pa: ya itu saja.

In: berarti manfaat juga ketika dilakukan itu kepada lansia apa dampaknya pak?

Pa: ya... manfaatnya ada juga keberhasilan karena dipenuhi oleh doa orang tua mereka kepada anak-anaknya tadi, ada juga penyakitnya sembuh, ada juga meninggal, tapi walaupun demikian dia tetap bahagia di sisa hidupnya.

In: jadi, dengan menghadapi kematian dia bahagia ya pak?

Pa: iya.

In: oke berarti sekarang pertanyaannya proses fangotome’o, sudah dikatakan tadi dari atas yaitu dikumpulkan saudara-saudaranya, setelah itu apa yang dilakukan kepada lansia coba bapak ceritakan proses fangotome’o itu?

Pa: ya setelah berkumpul disediakan tadi penghormatan tadi babi yang sudah dimasak, dibuat di tempat yang besar dan dihitung umpanya 5 orang mereka, satu tempat untuk anak yang sulung, anak ke 2, anak ke 3, anak ke 4, dan ke 5, untuk anak perempuan juga yang sudah menikah, dan ada juga kalau orang tua ini ketua adat, ada juga perkumpulan kampung itu sendiri ada 1 ekor itu, semua anak-anak mereka nanti memberikan makanan itu pada lansia.


(69)

Pa: iaaaaa, diambil nasi sedikit, dan potong daging babi itu ada telur yang sudah dimasak, dan ada daging atau rahang babi diambil dan di potong kecil-kecil dan disuapi orang tua tersebut.

In: siapa aja yang menyuapi pak?

Pa: semua anak dari anak sulung sampai anak terakhir, cucunya, anak-anaknya yang sudah menikah.

In: waktu dilakukan pemberian makan selanjutnya apa lagi pak?

Pa: setelah itu ya berdoa kepada Tuhan supaya anak-anaknya itu diberkati itu Tuhan, dan menyatakan bahwa semua anak-anak saya telah memberikan makanan yang cukup, berkati mereka, dan setelah siap doanya langsung dibagikan harta bendanya.

In: harta benda seperti apa pak?

Pa: seperti emas, rumah, kebun, semua warisannya.

In: okee, ketika fangotome’o, apa lagi yang dilakukan pak?

Pa: ya,, di undang pendeta, jadi selain saudara-saudara siapa lagi yang dihadirkan juga dari kerohanian.

In: untuk apa diundang pendeta pak?

Pa: ya untuk berdoa, mendampingi anak-anaknya mendampingi orang tua mereka, mana tau Tuhan memberkati, pendeta ini memberikan bimbingan, yaaaaa..


(70)

In: karena kita dapati juga bahwa lansia takut menghadapi kematian, apakah dengan mengerjakan ini ada hasil yang baik?

Pa: iyaaa, dia senang, tidak khawatir kalau dia mau meninggal.

In: dari segi budaya sudah terpenuhi kan pak, terpenuhi oleh anak-anaknya, perawatan dirumah sudah dilakukan, maka dia sudah siap menghadapi kematian. Seperti itu prosesnya ya pak, makanya kita sampai di topik ini. Jadi mungkin itu saja yang bisa saya tanyakan, terimakasih partisipasi bapak, selamat sore, Ya’ahowu2.

Pa: Ya’ahowu.

2Ya’ahowu :


(1)

(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Perawatan menjelang ajal pada pasien lansia menurut perspektif budaya Nias di desa Ombolata kecamatan Alasa kabupaten Nias Utara”.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak dan Mama serta keempat saudara (Elman, Memo, Viat dan Indah) penulis yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan baik secara moral maupun materil.

Penyusunan skripsi ini tidak berjalan dengan baik tanpa dukungan materil serta moril, kritik serta saran dari berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini, yaitu:

1. Setiawan, S.Kp, MNS, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Sri Eka Wahyuni, S.Kep, Ns, M.Kep selaku Wakil Dekan 1 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Rika Endah Nurhidayah, S.Kp, M.Pd selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan masukan selama proses pembuatan skripsi ini. 4. Ismayadi, S.Kep, Ns, M.Kes, CWCCA, CHt.N selaku dosen penguji I yang

banyak memberi saran dalam metode penelitian skripsi ini.

5. Asrizal, S.Kep, Ns, M.Kep, WOC (ET) N, CHt.N selaku dosen penguji II yang banyak memberikan saran dan masukan yang membangun.

6. Drs. Yulianus Harefa, Med TESOL selaku validator instrumen penelitian yang telah berpartisipasi dan mengarahkan dalam pengumpulan data pada penelitian ini.

7. Sokhi‟aro Zebua selaku Camat Alasa kabupaten Nias Utara yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian dan pengambilan data di desa Ombolata.

8. Kepada teman seperjuangan penulis yaitu Ines, Indah, Jenny, Debora, dan Yeni yang telah membantu dan memberikan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwasanya dalam penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu dengan kerendahan hati penulis menerima segala kritik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca demi kebaikan dan kesempurnaan skripsi ini.

Medan, Juli 2016 (Asnita Hulu)


(4)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Lembar Persetujuan Sidang skripsi ... ii

Prakata ... iii

Daftar Isi... iv

Abstrak ... vii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang ... 1

1.2 Pertanyaan Penelitian ... 6

1.3 Tujuan Penelitian... 6

1.4 Manfaat Penelitian... 7

1.4.1 Praktek Pelayanan Keperawatan ... 7

1.4.2 Pendidikan Keperawatan ... 7

1.4.3 Penelitian Keperawatan ... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Konsep Perawatan Menjelang Ajal ... 8

2.1.1 Ciri/Tanda Klien Lansia Menjelang Ajal ... 8

2.1.2 Tahap Kematian ... 8

2.1.3 Perawatan Menjelang Ajal ... 10

2.2 Konsep Lansia ... 11

2.2.1 Pengertian Lansia ... 11

2.2.2 Batasan Usia Lanjut Usia ... 11

2.2.3 Proses Menua ... 12

2.3 Konsep Budaya ... 13

2.3.1 Definisi Kebudayaan ... 13

2.3.2 Sifat dan Hakikat Kebudayaan ... 14

2.3.3 Isi Utama Kebudayaan ... 14

2.3.4 Kebudayaan di Indonesia ... 16


(5)

2.3.6 Teori Transkultur Keperawatan……… 17

BAB 3 METODE PENELITIAN ... 19

3.1 Desain penelitian ... 19

3.2 Partisipan ... 19

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 20

3.3.1 Tempat Penelitian ... 20

3.3.2 Waktu Penelitian ... 20

3.4 Pertimbangan Etik ... 20

3.5 Instrumen Penelitian ... 21

3.6 Pengumpulan data ... 21

3.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.6.2 Alat Pengumpulan Data ... 23

3.7 Analisa Data ... 24

3.8 Tingkat Kepercayaan Data ... 25

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 27

4.2 Karakteristik Partisipan ... 27

4.3 Perawatan Menjelang Ajal pada Pasien Lansia menurut Perspektif Budaya Nias ... 28

4.4 Pembahasan ... 57

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan... 70

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 72

LAMPIRAN

Lampiran 1 Informed Consent/ Penjelasan tentang Penelitian Lampiran 2 Lembar Persetujuan menjadi partisipan penelitian


(6)

Lampiran 3 Instrumen penelitian (Kuesioner Penelitian) Lampiran 4 Instrumen Penelitian (Panduan wawancara) Lampiran 5 Lembar Persetujuan Uji Validitas

Lampiran 6 Lembar Uji Validitas Panduan Wawancara Lampiran 7 Surat Etik Keperawatan

Lampiran 8 Surat Penelitian Lampiran 9 Surat Izin Penelitian Lampiran 10 Jadwal Tentafif Penelitian Lampiran 11 Taksasi Dana

Lampiran 12 Lembar Bukti Bimbingan Lampiran 13 Riwayat Hidup