ANALISIS FITUR BAHASA PADA STATUS FACEBOOK: KAJIAN BAHASA DAN GENDER

ANALISIS FITUR BAHASA PADA STATUS

  FACEBOOK:

KAJIAN BAHASA DAN GENDER SKRIPSI

  Oleh AYU CANDRA HAMIDAH NIM 121211132020 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

ANALISIS FITUR BAHASA PADA STATUS

  FACEBOOK: KAJIAN BAHASA DAN GENDER SKRIPSI Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada Program Studi Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga Oleh AYU CANDRA HAMIDAH NIM 121211132020 PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2016

  ii

  

SKRIPSI ANALISIS FITUR BAHASA.... AYU CANDRA HAMIDAH

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillah, rasa syukur saya ucapkan atas kehadirat Allah SWT pemilik segala keilmuan di muka bumi ini yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul “Analisis Fitur Bahasa pada Status Facebook: Kajian Bahasa dan Gender” dapat selesai. Salawat serta salam tidak lupa penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah memberikan siraman cahaya kepada umat Islam untuk menuju jalan yang diridhoi-Nya. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan studi Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya Universitas Airlangga. Penelitian ini berisi tentang bentuk kebahasaan fitur bahasa pada status Facebook dengan analisis bahasa dan gender.

  Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

  1. Diah Ariani Arimbi, S.S., M.A., Ph.D., selaku Dekan Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga;

  2. Dra. Dwi Handayani, M.Hum., sebagai Ketua Departemen Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Airlangga;

  3. Dr. Ni Wayan Sartini, Dra., M.Hum., sebagai dosen pembimbing skripsi yang memberikan ilmu, bimbingan, dan arahan kepada penulis;

  4. Dr. Trisna Kumala Satya Dewi sebagai dosen wali yang selalu memberikan pengarahan akademik kepada penulis; v

  5. Seluruh dosen Sastra Indonesia yang dengan sabar memberikan pengajaran dan pendidikan berharga kepada penulis;

  6. Bapak Moh Aminin dan Ibu Muinah, orangtua yang selalu memberikan semangat, dorongan dan doa tiada henti, serta Bapak Moh Syahid dan Ibu Saudah yang selalu mengingatkan dan memberikan nasehat kepada penulis;

  7. Citra Bahrinsyah ST., MT., suami tercinta yang telah memberikan pengorbanan begitu besar, waktu, materi, tenaga, dan semuanya untuk membantu penulis dari awal hingga skripsi ini terselesaikan;

  8. Arinda, Ipeh, Molly, Eka, Ela, Nurie, Yulis, Yuni, yang tetap menjadi dulur di manapun kita berada, serta kawan Sastra Indonesia 2012 yang selalu memberikan hiburan dan semangat;

  9. LPM SITUS yang turut serta membantu penulis untuk lebih mengenal dunia jurnalistik, mampu memandang sesuatu dari sudut pandang berbeda, dan Beasiswa Bidikmisi yang membuat penulis melangkah jauh dan bermimpi, serta seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan. Semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan bagi penulis khususnya.

  Surabaya, 13 Juni 2016 Penulis vi vii

  Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan (QS. Al Insyirah 94:6)

  ABSTRAK

  Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk fitur bahasa pada status facebook dengan kajian bahasa dan gender melalui dua hal, yaitu struktur dan diksi/ karakteristik kebahasaan yang digunakan oleh pengguna laki-laki dan perempuan, serta menguraikan keterkaitan gender (dalam hal ini, konsep maskulinitas dan feminitas) dengan fitur bahasa tersebut.

  Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Proses pengumpulan data dilakukan dengan metode simak atau penyimakan. Kemudian, data tersebut diklasifikasikan dan dianalisis menjadi dua bentuk, yaitu struktur berdasar pada teori Verhaar (2010), dan analisis diksi/karakteristik kebahasaan berdasar pada teori Coates (1986) dan Lakoff (1975), serta menarik keterkaitan fitur bahasa tersebut dengan konsep/tema maskulinitas Tuncay (2006) dan tema feminitas Cholik (2016). Selanjutnya hasil analisis disajikan dalam bentuk informal dan teknik analisis deskriptif.

  Hasil analisis menunjukkan bahwa dari segi struktur kebahasaan ditemukan perempuan cenderung menggunakan bentuk struktur taklengkap sehingga terkadang masih membutuhkan interpretasi, namun juga sering mengunggah status panjang yang bertele-tele untuk mendeskripsikan sesuatu/seseorang. Sedangkan, pengguna laki-laki cenderung menggunakan bentuk struktur lengkap hingga tidak menimbulkan pertanyaan bagi pembaca, juga mengunggah status panjang untuk memberikan wawasan baru dan mengkritisi hal-hal di sekitarnya. Dari segi karakteristik kebahasaan, pengguna laki-laki maupun perempuan menggunakan karakteristik kebahasaan yang sama, namun frekuensi penggunaannya jauh berbeda. Pengguna laki-laki cenderung mengunggah status dengan karakteristik swearing and taboo language, command

  and directive, dan impolite form, sedangkan pengguna perempuan cenderung

  mengunggah status dengan karakteristik empty adjective, hedges, intensifier,

  rising intonation on declaratives, superpolite form, avoidance of strong swear words, dan emphatic stress. Untuk temuan terakhir, keterkaitan fitur bahasa

  dengan gender terlihat dari tema status yang diunggah. Pengguna laki-laki cenderung mengunggah tema-tema untuk mencerminkan sisi maskulinitasnya, seperti kekuatan fisik, altruisme, perempuan dan seks, cinta dan keluarga, serta spiritualitas, sedangkan pengguna perempuan cenderung mengunggah tema untuk mencerminkan sisi feminitasnya, seperti kecantikan, memasak, fashion, parenting, dan traveling. Selain itu, pengklasifikasian bahasa maskulin dan feminis dalam status Facebook ini juga dapat dilihat baik dari aspek bentuk kebahasan maupun penggunaan emoticon dan ragam bahasa yang digunakan (yakni bahasa Indonesia, bahasa Daerah dan bahasa Asing) Kata kunci: fitur bahasa, status facebook, media sosial, gender. x

  DAFTAR ISI

  Sampul Depan .......................................................................................................... i Sampul Dalam ......................................................................................................... ii Prasyarat Gelar ....................................................................................................... iii Persetujuan Pembimbing Skripsi ........................................................................... iv Pengesahan Dewan Penguji Skripsi ......................................................................... v Lembar Motto......................................................................................................... vi KATA PENGANTAR .......................................................................................... vii PERNYATAAN ..................................................................................................... ix ABSTRAK ............................................................................................................... x DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv DAFTAR GRAFIK ................................................................................................ xv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xvi

  BAB I PENDAHULUAN

  .................................................................................... 1

  1.1 Latar Belakang Masalah ............................................................................... 1

  1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 6

  1.3 Tujuan Penelitian ......................................................................................... 6

  1.4 Pembatasan Masalah .................................................................................... 7

  1.5 Manfaat Penelitian ....................................................................................... 8

  1.5.1 Manfaat Teoritis ............................................................................... 8

  1.5.2 Manfaat Praktis ................................................................................ 8

  1.6 Tinjauan Pustaka .......................................................................................... 9

  1.7 Landasan Teori ........................................................................................... 12

  1.7.1 Bentuk Kebahasaan ........................................................................ 12

  1.7.1.1 Struktur Kebahasaan .......................................................... 13

  1.7.1.1.1 Kata .................................................................... 13

  1.7.1.1.2 Frasa ................................................................... 13

  1.7.1.1.3 Klausa ................................................................. 14

  1.7.1.1.4 Kalimat ............................................................... 14

  1.7.1.1.5 Paragraf atau Wacana ....................................... 15

  1.7.1.2. Diksi atau Karakteristik Kebahasaan ............................... 15

  1.7.1.2.1 Fitur Bahasa Laki - laki .................................... 15

  1.7.1.2.2 Fitur Bahasa Perempuan .................................. 16

  1.7.1.2.3 Fungsi Fitur-Fitur Bahasa Perempuan ............. 20

  1.7.2 Gender ............................................................................................ 21

  1.7.2.1. Relasi Bahasa dan Gender ................................................ 24

  1.7.2.2. Maskulinitas ..................................................................... 25

  1.7.2.2.1 Tema Maskulinitas ........................................... 27

  1.7.1.3. Feminitas .......................................................................... 29

  1.7.1.3.1 Tema Feminitas ................................................ 30

  1.8 Metode Penelitian....................................................................................... 32

  1.8.1 Sampel, Topik, dan Waktu Penelitian ............................................ 33

  1.8.2 Operasionalisasi Konsep ................................................................ 35

  1.8.3 Teknik Pengumpulan Data ............................................................. 36

  1.8.4 Teknik Analisis Data ...................................................................... 38

  1.9 Sistematika Penyajian ................................................................................ 39

  BAB II GAMBARAN UMUM OBJEK

  ............................................................ 40

  2.1 Internet dan Media Sosial .......................................................................... 40

  2.1.1 Macam-macam Media Sosial ......................................................... 44

  2.2 Facebook dan Reseprentasi Diri ................................................................ 46

  2.2.1 Fitur – fitur Facebook .................................................................... 48

  2.2.2 Kelebihan dan Kekurangan Facebook ........................................... 53

  BAB III PEMBAHASAN

  .................................................................................... 55

  3.1 Bentuk Bahasa Status Facebook ................................................................ 55

  3.1.1 Struktur Kebahasaan Bahasa Status Facebook .............................. 56

  3.1.1.1. Analisis Struktur Kata ....................................................... 56

  3.1.1.2. Analisis Struktur Frasa ...................................................... 58

  3.1.1.3. Analisis Struktur Klausa ................................................... 61

  3.1.1.4. Analisis Struktur Kalimat .................................................. 63

  3.1.1.5. Analisis Struktur Wacana / Paragraf ................................. 79

  3.1.1.6. Rekapitulasi ....................................................................... 84

  3.1.2 Karakteristik Kebahasaan/Diksi Fitur Bahasa Status Facebook .... 87

  3.1.2.1. Analisis Fitur Bahasa Laki - laki ....................................... 87

  3.1.2.1.1. Swearing and Taboo Language ....................... 88

  3.1.2.1.2. Command and Directives .................................. 93

  3.1.2.1.3. Impolite Forms ................................................ 98

  3.1.2.2. Analisis Fitur Bahasa Perempuan ................................... 104

  3.1.2.2.1. Empty adjectives ............................................. 104

  3.1.2.2.2. Hedges ............................................................ 108

  3.1.2.2.3. Intensifier ....................................................... 112

  3.1.2.2.4. Super Polite Form .......................................... 118

  3.1.2.2.5. Rising Intonation on Declaratives ................. 123

  3.1.2.2.6. Avoidance of Strong Swear Words ................. 126

  3.1.2.2.7. Emphatic Stress ............................................... 130

  3.1.2.3. Rekapitulasi ..................................................................... 136

  3.2 Keterkaitan Gender dengan Status Facebook .................................. ……142

  3.2.1 Keterkaitan Konsep Maskulinitas dengan Fitur Bahasa Status

  Facebook ...................................................................................... 143

  3.2.2 Keterkaitan Konsep Feminitas dengan Fitur Bahasa Status

  Facebook ...................................................................................... 156

  3.2.3 Rekapitulasi……………………………………………..………170

  3.2.4 Klasifikasi Ciri Bahasa Maskulin dan Bahasa Feminis pada Fitur Bahasa Status Facebook .............................................................. 171

  BAB IV PENUTUP

  ........................................................................................... 174

  4.1 Simpulan .................................................................................................. 174

  4.2 Saran ......................................................................................................... 176 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 179

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1 Asosiasi sifat perempuan menurut Lips, H.M dalam “Sex and

  Gender: An Introduction” …………………………………….....22

  Tabel 2 Asosiasi sifat laki-laki menurut Lips, H.M. dalam “Sex and

  Gender: An Introduction” ……………………………………….23

  Tabel 3 Core Theme of Masculinity ……………………………………...27 Tabel 4 Additional Theme of Masculinity ……………………………......28 Tabel 5 Penggunaan struktur kebahasaan yang dikemukakan oleh Verhaar

  (2010) pada status Facebook …………………………………….84 Tabel 6 Penggunaan karakteristik kebahasaan yang dikemukakan oleh

  Coates dan Lakoff pada status Facebook ………………………137 Tabel 7 Bentuk maskulinitas pada fitur bahasa status Facebook ……….143 Tabel 8 Keterkaitan tema/topik status yang diunggah dengan fitur bahasa yang digunakan ………………………………………………...173 xiv

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 1 Perbandingan prosentase facebooker laki-laki dan perempuan dalam struktur kebahasaan status Facebook …...………………..86 Grafik 2 Perbandingan prosentase Facebooker laki-laki dan perempuan dalam karakteristik kebahasaan status Facebook ……………....141 xv

  DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Indonesia dan Pengguna Facebook

  ( sumber : checkfacebook.com) ...………………………………..42 Gambar 2 The latest number on web, mobile, and social media in Indonesia

  (Sumber ......................................................................................43

  Gambar 3 Tampilan beranda pada Facebook …………………………........49 Gambar 4 Tampilan Timeline/Profil pada Facebook ……………………….49 Gambar 5 Tampilan permintaan pertemanan Facebook …………...……….50 Gambar 6 Tampilan lambang “like” pada Facebook ……………………….50 Gambar 7 Tampilan keamanan pada Facebook …………………………….52 Gambar 8 Tampilan pemberitahuan Facebook, (diambil dalam Putra, 2014

  “Menguak Jejaring Sosial”) ……………………………………..53 xvi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

  Perkembangan dunia teknologi dan informasi yang melejit pesat beberapa tahun terakhir, menjadikan media sosial online sebagai alat komunikasi yang banyak diminati oleh masyarakat. Media sosial adalah media yang didesain untuk memudahkan interaksi sosial, bersifat interaktif dengan berbasis teknologi internet yang mengubah pola penyebaran informasi dari sebelumnya bersifat broadcast

  media monologue (satu ke banyak audiens) ke social media dialogue (banyak

  audiens ke banyak audiens). Media sosial online turut mendukung terciptanya demokratisasi informasi dan ilmu pengetahuan yang mengubah perilaku audiens dari yang sebelumnya pengonsumsi konten beralih ke pemroduksi konten (media.kompasiana.com).

  Di era globalisasi saat ini, media sosial semakin trand dan berkembang di kalangan generasi muda di seluruh negara, namun media sosial tersebut tidak hanya berkembang di kalangan tertentu, melainkan dari segala umur ikut serta menggunakan media sosial. Salah satu media sosial yang berkembang sangat pesat di Indonesia pada semua kalangan adalah Facebook. Melalui Facebook, orang bisa mengenal satu sama lain lebih jauh, hanya dengan melihat profil, fitur pertemanan, status dan kronologi, juga melalui foto yang mereka tampilkan.

  Facebook merupakan cermin kepribadian dari si pemilik account dengan adanya

  1 fitur update status untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran, sehingga bisa dikatakan Facebook sebagai cermin dari identitas diri seseorang.

  Kepopuleran Facebook ini dapat berkembang dengan cepat karena memiliki kelebihan yang memungkinkan pengguna menampilkan diri sesuai dengan keinginan mereka, dalam membangun jaringan sosial yang terdiri dari lingkaran pertemanan serta berfungsi untuk memperkuat dan memelihara hubungan pertemanan. Hal tersebut dapat menjadi penyebab yang mendorong individu untuk bergabung dengan situs media sosial Facebook.

  Di samping itu, jenis kelamin mengindikasikan adanya pengaruh terhadap penggunaan Facebook. Asumsi ini ternyata menjadi temuan menarik dalam studi yang dilakukan oleh Baron (2007:47). Baron menemukan perbedaan perilaku antara laki-laki dan perempuan dalam menggunakan Facebook. Perempuan ditemukan lebih sering log-on setiap hari, menghabiskan waktu lebih banyak setiap harinya di Facebook, mengirim pesan, menulis di kronologi dan membuka profil orang lain dibandingkan laki-laki. Realita yang ada, seringkali menggambarkan perempuan sebagai pihak yang paling aktif dan perhatian dalam upaya untuk membentuk image yang menarik atau untuk personal branding dibandingkan dengan pengguna laki-laki.

  Jika berbicara tentang laki-laki dan perempuan, maka pasti menyangkut tentang seks dan gender. Gender bukanlah bawaan individu dari lahir dan bukan sesuatu yang kita punya melainkan sesuatu yang kita lakukan. Gender merupakan bentukan dari kebudayaan, gender merepresentasikan suatu pembagian penting dalam masyarakat bahwa seseorang itu termasuk laki-laki atau perempuan bukanlah sebuah faktanya biologis, melainkan sebuah kontruksi masyarakat dan kebudayaan.

  Salah satu sistem sosial yang merefeleksikan keadaan budaya masyarakatnya adalah Bahasa. Bahasa mencerminkan nilai-nilai yang tersirat, sikap, dan pikiran masyarakat pemakainya. Keberadaan bahasa, baik bahasa lisan maupun tulisan diibaratkan sebuah belati yang dapat digunakan untuk membelah apapun yang ingin diketahui bagian dalamnya. Kebudayaan telah menimbulkan perbedaan yang sangat menonjol antara laki-laki dan perempuan khususnya dalam aspek berbahasa. Perbedaan itu bisa diamati dengan fitur-fitur bahasa yang digunakan, baik aspek karakteristik kebahasaan maupun struktur kebahasaan, serta penggunaan tema/topik yang diunggah.

  Bahasa hakikatnya mempunyai bentuk, fungsi, dan makna. Adapun bentuk kebahasaan dalam penelitian ini merupakan aspek kesatuan yang mengandung arti, berupa struktur gramatikal bahasa (berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat), dan karakteristik kebahasaan (diksi/pilihan kata) yang digunakan oleh pengguna laki-laki dan perempuan. Adanya keterkaitan bahasa dan gender juga dapat dilihat melalui tema yang ditulis. Bentuk fitur bahasa maskulin dan feminin sangat bervariasi. Oleh sebab itu, relasi bahasa dan gender dapat ditunjukkan melalui analisis bentuk kebahasaan.

  Secara umum, hubungan bahasa dan gender, dapat dieksplorasi melalui prilaku bahasa dalam berbagai konteks sosial secara langsung, bahkan konteks media sosial. Coates (1986) memandang perbedaan linguistik merupakan suatu cerminan perbedaan sosial. Sepanjang masyarakat memandang laki-laki dan perempuan berbeda dan tidak setara, maka perbedaan dalam bahasa laki-laki dan perempuan akan terus berlangsung. Dengan kata lain penggunaan bahasa bersifat sensitif terhadap pola-pola hidup dan pola-pola interaksi. Perbedaan-perbedaan jenis kelamin tertentu dalam perilaku bahasa merupakan efek samping dari pengalaman sosial laki-laki dan perempuan yang secara sistematis berbeda (Sunardi, 2007).

  Penggunaan bahasa pada tiap gender memiliki perbedaan baik dari bentuk bahasa, tujuan pembicaraan, dan cara berbicara. Menurut Eckert dan Ginet (2003:134) perempuan lebih sopan dalam menggunakan bahasa daripada laki-laki karena mereka lebih peduli terhadap orang lain, lebih mudah bekerjasama, tetapi perempuan dianggap kurang efektif dalam membahasakan bahasanya dari pada laki-laki.

  Gender merupakan salah satu pokok penentu variasi bahasa, tetapi sampai saat ini studi dan kajian tentang perbedaan gender dalam berbahasa, masih relatif terpinggirkan. Penulis mengamati bahwa penelitian mengenai relevansi bahasa dan gender di Indonesia masih dikategorikan terbatas, terutama yang berhubungan dengan fitur bahasa status Facebook . Penelitian ini secara rinci membahas bentuk kebahasaan fitur bahasa status Facebook menurut analisis struktur dan diksi/karakteristik kebahasaan. Penulis juga ingin mengeksploitasi lebih jauh tentang keterkaitan gender bersadarkan tema yang diunggah dengan bentuk kebahasaan fitur bahasa status Facebook. Penelitian ini diharapkan mampu mengisi minimnya penelitian-penelitian sebelumnya mengenai bahasa dan gender, terutama yang berkaitan dengan fitur-fitur bahasa di media sosial.

  menggunakan pilihan kata yang merendahkan wanita, walaupun hal itu dilakukan secara tidak sadar. Laki-laki menggunakan nada yang rendah saat berbicara dan menggunakan bahasa yang langsung pada sasaran kepada lawan bicaranya.

  Dengan berbagai macam pertimbangan serta adanya data yang menarik dari objek penelitian, maka penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan di atas menjadi sebuah judul “Analisis Fitur Bahasa pada Status Facebook: Kajian Bahasa dan Gender”.

  1.2 Rumusan Masalah

  Bertitik tolak dari permasalahan yang telah digambarkan dalam latar belakang, maka diperlukan adanya perumusan masalah. Rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi :

  1.2.1 Bagaimanakah bentuk struktur dan diksi/karakteristik kebahasaan pada status Facebook?

  1.2.2 Bagaimanakah keterkaitan antara gender dengan fitur bahasa status

  Facebook?

  1.3 Tujuan Penelitian

  Secara umum tulisan ini bertujuan untuk meneliti fitur bahasa status

  Facebook dengan kajian bahasa dan gender, sedangkan tujuan penelitian yang

  berkaitan dengan rumusan masalah adalah:

  1.3.1 Mendeskripsikan bentuk struktur dan diksi/karakteristik kebahasaan pada status Facebook.

  1.3.2 Menguraikan keterkaitan antara gender dengan fitur bahasa status

  Facebook?

1.4 Pembatasan Masalah

  Batasan masalah diperlukan dalam penelitian ini agar pembahasan mengenai relasi bahasa dan gender di media sosial ini tidak meluas dan keluar dari topik permasalahan sehingga masalah dapat terjawab secara akurat. Selain itu, supaya penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan dapat terarah sesuai dengan kebutuhan penelitian dan pokok bahasan yang telah direncanakan, maka batasan masalah dianggap perlu dan penting.

  Adapun batasan masalah dalam penelitian ini dapat ditentukan sebagai berikut:

  1.4.1 Penelitian ini berfokus pada bentuk bahasa status Facebook, bentuk di sini meliputi dua aspek, yaitu struktur dan karakteristik kebahasaan

  1.4.2 Penelitian ini dititikberatkan pada facebooker (pengguna Facebook) yang aktif baik laki-laki maupun perempuan. Adapun sampel diambil secara

  random atau acak, tanpa memperhatikan aspek sosiolek (usia, gender,

  tingkat pendidikan, pekerjaan, tingkat ekonomi, maupun kebangsawanan) para facebooker.

  1.4.3 Facebook dipilih sebagai media sosial dalam penelitian ini, karena

  Facebook sangat trand dan berkembang tidak hanya di kalangan remaja,

  namun juga di semua kalangan. Facebook juga memiliki keunggulan seperti adanya kompleksitas fitur yang memberikan fasilitas lebih inovatif sehingga para facebooker (pengguna Facebook) merasakan kemudahan dan kenyamanan dalam melakukan komunikasi serta memperoleh informasi melalui Facebook.

1.5 Manfaat Penelitian

  Dalam tulisan ini, terdapat dua manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian, yaitu manfaat teoretis dan manfaat praktis.

  1.5.1 Manfaat Teoretis Manfaat penelitian ini dalam pengembangan keilmuan diharapkan dapat menambah kekayaan penelitian terhadap perkembangan ilmu linguistik, terutama kajian bahasa dan gender. Disamping itu, dengan melihat fitur-fitur bentuk kebahasaan di media sosial melalui kacamata teori struktur dan karakteristik kebahasaan, serta keterkaitannya dengan tema maskulinitas dan feminitas, diharapkan menjadi hal yang nantinya dapat lebih dikembangkan dalam penelitian berikutnya.

  1.5.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis yang diperoleh dari penelitian ini berguna untuk memberikan pengetahuan dan wawasan baru kepada masyarakat mengenai perbandingan bentuk kebahasaan yang digunakan oleh laki-laki dan perempuan, terutama dalam fitur-fitur bahasa pada status Facebook sehingga mungkin dapat berguna dikemudian hari. Selain itu, diharapkan penelitian ini dapat menjadi acuan bagi peneliti sosiolinguistik lain yang berminat dalam bidang bahasa dan gender, terutama dengan objek kajian fitur-fitur bahasa laki-laki dan perempuan yang tercermin dalam status-status pengguna media sosial.

1.6 Tinjauan Pustaka

  Penelitian mengenai fitur bahasa pada status Facebook ini merupakan kajian bahasa dan gender yang mulai mendapatkan perhatian lebih mendalam untuk diteliti. Konsep tersebut dapat digunakan secara luas dalam berbagai hal untuk memproblematisasi isu-isu yang berkaitan dengan bahasa maskulin dan bahasa feminis. Pada awalnya, maskulinitas dan feminitas hanya dianggap sebagai atribut yang melambangkan kejantanan seorang laki-laki dan kewanitaan/ keayuan seorang perempuan, namun sekarang ini sudah mulai menjadi kerangka kerja konseptual dalam memahami seksisme dalam bahasa, realita, ataupun permasalahan sosial.

  Aulya (2014) meneliti mengenai Woman Linguistic Features reflected by

  Margaret Thatcher in the Film Iron Lady. Tujuan penelitian ini adalah untuk

  mendeskripsikan fitur tuturan perempuan yang ditemukan dalam film Iron Lady dan fitur yang paling dominan digunakan oleh Margaret Thatcher dalam film tersebut. Hasil analisis menunjukkan bahwa ada 114 tuturan yang diucapkan oleh Margaret Thatcher yang dapat diklasifikasikan ke dalam delapan fitur tuturan perempuan. Dalam penelitian tersebut, terdapat dua puluh hedges, dua tag question, delapan rising intonation on declarative, tiga puluh empty

  adjective, tiga puluh tiga intensifiers, empat belas superpolite form, tiga avoidance of strong swear words, dan empat emphatic stress yang diucapkan

  oleh karakter utama dalam film the Iron Lady.

  Studi lain tentang maskulinitas di Indonesia juga pernah dilakukan oleh Edriastuti (2014) dalam tesisnya yang berjudul “Konsep Maskulinitas Bonek Surabaya dalam Perspektif Budaya Arek” mengidentifikasi atribut-atribut maskulinitas bonek yang termanifestasi dalam aksi-aksi yang mereka lakukan dalam perspektif budaya arek serta menformulasikan hubungan dan makna yang terjalin di antara keduanya. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsep laki- laki ideal menurut bonek meliputi atribut maskulinitas inti yakni kekuatan fisik, kepemimpinan, altruisme, dan spiritualitas. Bedasarkan temuan tersebut, identitas maskulin bonek merupakan representasi gaya militan pejuang ‟45 yang menjunjung lokalitas nilai-nilai budaya arek di mana terdapat perbedaan dan persamaan antara maskulinitas yang diidealkan dengan yang dimanfestasikan.

  Sunardi (2007) dalam jurnal Linguistika yang berjudul “Diferensiasi Linguistik Berdasarkan Gender dalam Teks Sastra Inggris” membahas perbedaan bahasa gender dalam teks sastra. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kedua teks yang diteliti juga menunjukkan kesamaan dalam hal tematik yaitu berkisar pada upaya perempuan memperjuangkan kebebasan dari standar umum masyarakat mengenai kaumnya yang tersubordinasi, terdominasi, terdiskriminasi, terkontrol dan tersupresi oleh hegemoni laki-laki. perbedaan peran sosial perempuan dalam teks sastra selanjutnya merepresentasikan pula pola-pola perbedaan bahasa antara keduanya. Penelitian ini juga mengidentifikasikan berbagai pola-pola yang digunakan dalam sebuah teks sastra, juga dapat memahami adanya perbedaan pola linguistik yang merepresentasikan hubungan antara laki-laki dan wanita dalam sebuah teks sastra. Perbedaan bahasa antara laki-laki dan perempuan tertuang dalam penggunaan bentuk-bentuk leksikal yang secara stereotipe dianggap mengandung isyarat dan bias gender dan perbedaan gaya interaksi.

  Hidayati (2015) dalam tesis berjudul “Karakteristik Kebahasaan Tuturan Laki-Laki dan Perempuan dalam Film Anak: Studi Kasus Film Cars dan Barbie

  And 12 Dancing Princesses” meneliti tentang karakteristik kebahasaan yang

  dikemukakan oleh Lakoff (1975) pada tokoh laki-lakindan perempuan dalam kedua film tersebut. Hasil penelitian tersebut menyebutkan karakteristik kebahasaan yang menunjukkan perbedaan paling mencolok adalah hypercorrect

  grammar dimana golongan laki-laki menggunakan tuturan informal dalam

  frekuensi tinggi. Di samping itu, ditemukan faktor sosial yang melingkupi penggunaan tuturan, yakni participants. Pada temuan terakhir, dua film anak yang telah disebutkan menunjukkan representasi laki-laki dan perempuan yang sesuai dan tidak sesuai dengan stereotipe yang berkembang di masyarakat, namun, secara umum laki-laki dan perempuan digambarkan secara positif di dalam dua film tersebut.

  Berdasarkan studi terhadap penelitian-penelitian terdahulu, penulis mengamati bahwa penelitian tentang bahasa maskulin dan bahasa feminis di Indonesia masih sangat terbatas. Begitupula yang berhubungan dengan bentuk kebahasaan fitur bahasa pada status Facebook yang dikaitkan dengan gender, sejauh ini belum ditemukan. Selama ini penelitian mengenai bahasa maskulin dan feminis lebih banyak diterapkan pada objek seperti film, iklan, televisi, serta kelompok etnis dan komunitas tertentu. Adapun pembahasan mengenai Facebook dan media sosial lebih diarahkan pada penelitian media komunikasi, teknologi, dan informatika, bahkan alih kode dan campur kode bahasa facebooker. Sejauh ini, belum ada penelitian secara detail membahas tentang fitur bahasa status

  Facebook dengan analisis bahasa dan gender. Oleh karena itu, penulis tertarik

  untuk mengeksploitasi lebih jauh tentang bentuk linguistik pada fitur bahasa pada status Facebook. Penelitian ini diharapkan mampu mengisi dan melengkapi minimnya penelitian mengenai relasi bahasa dan gender, khususnya pada fitur bahasa media sosial.

1.7 Landasan Teori

  Penelitian ini berfokus pada bentuk kebahasaan fitur-fitur bahasa pada status Facebook, serta keterkaitan bentuk kebahasaan tersebut dengan gender.

1.7.1 Bentuk Kebahasaan

  Kridalaksana (2008: 32) menyatakan bahwa bentuk (form) adalah penampakan atau rupa satuan bahasa; penampakan atau rupa satuan gramatikal atau leksikal dipandang secara fonis atau grafemis. Sementara itu, Ngafenan (1985:11) menyatakan bentuk sama dengan bentuk linguistik adalah kesatuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatikal. Gramatikal itu bisa berupa morfem, kata, frasa, klausa, dan kalimat (Ramlan, 1983: 22). Jadi, konsep bentuk yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mencakup aspek tema maskulinitas dan feminitas, struktur kebahasaan, dan diksi/ karakteristik kebahasaan.

1.7.1.1 Struktur Kebahasaan

  Struktur bahasa dalam penelitian ini yaitu unsur kebahasaan dari tataran paling rendah sampai dengan tataran paling luas, yakni kata, frase, klausa, kalimat,dan paragraf. Berikut elemen struktur tatabahasa menurut Verhaar (2010).

  1.7.1.1.1 Kata

  O‟Grady et al (1993:112) mengatakan bahwa “A word is a free form”, yaitu kata sebagai bentuk bebas atau free form. Kata yaitu satuan bahasa yang bebas dan memiliki makna utuh dan lengkap. Kata mempunyai beberapa golongan/kelas, meliputi verba, nomina, ajektiva, adverbial, numeralia, konjungsi, dst. Menurut Chaer (2008: 63), kata adalah suatu bentuk yang mempunyai susunan fonologi yang stabil. Kata juga merupakan unsur utama dalam membentuk kalimat. Selain bentuk dasarnya, kata juga dapat dibentuk melalui proses morfologis, yaitu afiksasi (pengimbuhan), reduplikasi (perulangan), dan komposisi (penggambungan) untuk menyampaikan maksud yang terkandung di dalam kalimat.

  1.7.1.1.2 Frasa

  Frasa merupakan satuan gramatikal yang terdiri dari dua kata atau lebih dan tidak memiliki unsur predikat. Unsur-unsur pembentuk frasa aadalah morfem bebas. Miller (2002:1) mengatakan “the phrase is that certain relationship hold

  between word where by one word, the head, controls the other words, the modifiers”. Frasa berdasarkan kelas katanya meliputi frasa verbal, frasa

  adjektival, frasa nominal, frasa pronominal, frasa adverbial, frasa numeralia, dst.

  1.7.1.1.3 Klausa

  Klausa adalah satuan gramatikal berupa kelompok kata yang sekurang- kurangnya terdiri dari S dan P, dan mempunyai potensi untuk menjadi kalimat (Kridalaksana, 1984:100). Namun demikian, Subjek juga sering juga dibuangkan, misalnya dalam kalimat luas sebagai akibat dari penggabungan klausa, dan kalimat jawaban (Ramlan, 1988:62). Klausa terbagi menjadi dua, yaitu klausa bebas atau induk kalimat dan klausa terikat atau anak kalimat. Klausa bebas dapat berdiri sendiri karena memiliki pola yang lengkap. Adapun klausa terikat tidak dapat berdiri sendiri karena memiliki struktur yang tidak lengkap. Klausa terikat tergantung pada klausa bebas walaupun memiliki subjek dan predikat sendiri. Klausa terikat ditandai dengan adanya penggunaan subordinatif seperti meskipun,

  jika, karena, dan pronominal seperti siapa, yang bagaimana, yang seperti apa, yang apa, yang mana, milik siapa, dst.

  1.7.1.1.4 Kalimat

  Satuan terbesar dalam analisis sintaksis adalah kalimat yang dibentuk dengan menggabungkan NP (noun phrase) dan VP (verb phrase) yang sesuai dengan aturan sintaksis. Sejalan dengan yang dikemukakan oleh O‟Grady et al,

  “Traditionally, the largest of unit of syntactic analysis is the sentence. It is form by combining an NP and a VP in accordance with a rule”. Kalimat adalah

  keseluruhan pemakaian bahasa yang mengandung pikiran lengkap/utuh, dimulai dengan huruf kapital, berpola gramatikal, dan diakhiri dengan intonasi final.

1.7.1.1.5 Paragraf atau wacana

  Paragraf yaitu sekumpulan kalimat yang mempunyai kohesi dan koherensi yang baik. Wacana adalah satuan kebahasaan yang berada pada hierarki tertinggi dan terlengkap, serta memiliki pola koheresi dan kohesin yang baik. Pada dasarnya wacana dibagi menjadi dua jenis, wacana lisan (spoken discourse) dan wacana tulis (written discourse). Adapun aspek yang dianggap paling esensial dalam konstruksi wacana antara lain kelengkapan makna dan keberadaan konteks, jadi struktur bahasa bisa menjadi wacana atau bukan tergantung ketentuan tersebut.

1.7.1.2 Diksi/ Karakteristik Kebahasaan

  Tidak semua orang dapat mengungkapkan perasaan atau gagasan dengan bahasa yang tepat atau baik. Hal ini sangat dipengaruhi oleh penguasaan pembendaharaan kata seseorang. Keraf (2002) mengemukakan point penting tentang diksi yaitu pilihan kata, mencakup kata–kata yang dipakai untuk mencapai suatu gagasan, pengelompokan kata–kata yang tepat atau menggunakan ungkapan–ungkapan, dan gaya bahasa yang baik digunakan dalam situasi tertentu.

  Diksi/pemilihan kata sangat dipengaruhi oleh perbedaan gender, sehingga terdapat pula perbedaan fitur-fitur atau karakteristik kebahasaan laki-laki dan perempuan sebagai berikut.

1.7.1.2.1 Fitur Bahasa Laki-laki

  Lakoff (2004) menyebutkan bahwa terdapat banyak hal yang menjadi dasar munculnya perbedaan antara perempuan dan laki-laki dalam berbahasa. Digambarkan bahwa bahasa laki-laki lebih tegas, matang, dan laki-laki suka berbicara terang-terangan dengan kosakata yang tepat. Karakteristik bahasa laki- laki menurut Holmes (1992) adalah seperti ungrammatical form, multiple

  negations, pronounced –in form, delete –ed at the end of form in pronunciation,

  dan impolite forms. Teori tentang perbedaan bahasa perempuan dan bahasa laki-laki secara linguistik menggunakan teori yang ditulis oleh Coates (1986).

  Coates menyebutkan beberapa perbedaan tersebut seperti verbosity, tag questions, question, command and directives, dan swearing and taboo language.

  Oleh karena itu, bahasa laki-laki dianggap sebagai bahasa normatif. Tuturan laki-laki bersifat referensial dan kompetitif. Pengunaan kata makian dan kata-kata tabu diterima. Pengunaan kata makian dan kata-kata tabu diterima, laki- laki sering menggunakan kata makian yang kasar dan terlarang seperti damn,

  bloody hell and shit sering ditemukan dalam bahasa laki-laki. Penggunaan

  imperatif yang murni tanpa menambahkan kata-kata apapun seperti „ambilkan bola itu‟, „bawa tas ini‟ adalah biasa dan lumrah. Memotong pembicaraan orang lain dianggap hal yang biasa. Lebih sering mengajukan pertanyaan. Pujian dan permintaan maaf diminimalkan karena itu dianggap merendahkan posisinya.

  Bahasa digunakan sebagai alat kekuasaan. Bentuk tidak baku lebih disukai dari bentuk yang baku.

1.7.1.2.2 Fitur bahasa perempuan

  Robin Tolmach Lakoff adalah seorang professor linguistik di Universitas California, Berkeley. Dia menjadi linguis pertama yang memulai penelitian mengenai fitur-fitur tuturan perempuan. Menurutnya, bahasa yang digunakan oleh perempuan tidak tegas, tidak secara terang-terangan (menggunakan kata- kata kiasan), dan berhati-hati ketika mengemukakan sesuatu, serta kerap menggunakan kata yang lebih halus dan sopan atau melalui isyarat.

  Adapun Lakoff (1975) dalam Eckert dan Ginet (2006:158), mengidentifikasi seperangkat ciri yang dinyatakan lebih sering terjadi pada pada tuturan perempuan dibanding laki-laki, dan tuturan tersebut disebut sebgai bahasa perempuan. Fitur-fiturnya sebagai berikut (dalam Wahyuni, 2015).

  1) Lexical Hedges Ungkapan Hedges sebagai salah satu karakteristik fitur bahasa perempuan termasuk modal verb seperti could, might, may, would, should, serta bentuk leksikal seperti perhaps, dan pragmatik partikel seperti sort a/

  sort of, I think, you know, well, kinda/ kind of, like dan i guess. Ketika

  seseorang menggunakan hedges secara linguistik, mereka menghindari mengatakan sesuatu secara pasti dan menjaga pilihan mereka terbuka (Coates, 1996: 152). Alasan menggunakan hedges adalah untuk memberi isyarat/tanda bahwa si pembicara tidak bertanggungjawab dan ragu atas apa yang dikatakannya. Namun, apabila dikaitkan dengan kesantunan, maka fitur bahasa ini berfungsi untuk memagari agar suatu tuturan tidak terkesan langsung atau “kasar” (Hidayati, 2015). 2) Tag questions

  Tag question yaitu sebuah petanyaan yang direkatkan pada sebuah kalimat

  deklaratif, umumnya terjadi diakhir sebuah tuturan dan diucapkan dengan menaikkan intonasi atau menurunkannya dalam setiap pernyataan, karena intonasi naik dipandang feminin. Contoh: it’s good, isn’t it?, it’s so hot, isn’t

  it? are they?, isn’t he?, can’t you?, dst. Konstruksi tag baik berfungsi sebagai

  hedges maupun booster merupakan unsur modal, sebagaimana yang dinyatakan oleh Talboet (1998:85) karena unsur yang mengubah kekuatan sebuah pernyataan, entah melemahkan/ memperkuatnya. 3) Rising Intonation on Declaratives

  Sebagaimana yang Lakoff temukan (dalam Cameron, 1990: 230) di dalam bahasa Inggris, ada pola intonasi kalimat khas diantara perempuan. Yaitu menambahkan intonasi pertanyaan pada berbagai konteks pernyataan. Perempuan lebih suka bertanya. Contoh : what’s your name dear? Marry

  smith?, When will dinner be ready?. Perempuan sering menggunakan intonasi