OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI CAMAT UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE DALAM IMPLEMENTASI - Repository IPDN
OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI
OPTIMALISASI PERAN DAN FUNGSI
CAMAT
CAMAT
UNTUK MEWUJUDKAN GOOD GOVERNANCE
DALAM IMPLEMENTASI OTONOMI DAERAH
BAHAN PENATARAN UNTUK CAMAT DI SELURUH INDONESIAIPDN-KEMDAGRI Biodata Narasumber
- Nama : Dr. Fernandes Simangunsong, S.STP, S.AP, M.Si
- Lahir : Jambi, 4 Maret 1977
- NIP : 19770304 1995 11 1 001
- Jabatan : Dosen Fungsional (Lektor Kepala)
- Pangkat : Pembina TK. I (IV/b)
- Instansi : Kampus IPDN Jatinangor
- Alamat : Komp. Singgasana Pradana Jl. Karangkamulyan No.2 A Cibaduyut-Bandung
PENDAHULUAN PENDAHULUAN # # Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semula Fungsi utama Pemerintah Daerah yang semula Sebagai “Promotor Pembangunan” berubah menjadi Sebagai “Promotor Pembangunan” berubah menjadi “ “ Pelayan Masyarakat” Pelayan Masyarakat”
Perlu mendayagunakan secara optimal unit-unit
Perlu mendayagunakan secara optimal unit-unit
Pemerintahan yang langsung berhubungan dengan Pemerintahan yang langsung berhubungan dengan masyarakat, seperti : masyarakat, seperti :- Dinas Daerah
Dinas Daerah
- Kecamatan Kecamatan & Kelurahan & Kelurahan #
#
Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi
Kecamatan bukan lagi merupakan wilayah administrasi
Pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja, Pemerintahan, melainkan sebagai lingkungan kerja, dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagai dengan konsekuensi Camat bukan lagi sebagai
Per ubah an Paradigma Camat & Kecamatan
Per ubah an Paradigma Camat & Kecamatan
Unsur Perbandingan UU No. 5/1974 UU No. 22/1999 Kedudukan Wilayah Administrasi Lingkungan Kerja Kecamatan Pemerintahan Perangkat Daerah Kedudukan Camat Kepala Wilayah Perangkat Daerah Kewenangan Camat Bersifat Atributif Bersifat Delegatif (Psl 80 & 81) (Psl 66 (4))
a. Delegasinya dari pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat (Camat);
a. Delegasinya dari pejabat (Bupati/Walikota) kepada pejabat (Camat);
Unsur Perbandingan UU No. 22/1999 UU No. 32/2004 Kedudukan Lingkungan Kerja Lingkungan Kerja Kecamatan Perangkat Daerah Perangkat Daerah Kedudukan Camat Perangkat Daerah Perangkat Daerah Kewenangan Camat Bersifat Delegatif Bersifat Atributif (Psl 66 (4)) (pasal 126 ayat 3) dan Delegatif (Psl 126 ayat 2)
TUGAS DAN WEWENANG CAMAT Tugas adalah suatu pekerjaan yang berkaitan dengan status, yang harus ditunaikan.
Kewenangan adalah kekuasaan yang sah (legitimate power) atau kekuasaan yang
terlembagakan (institutionalized power).Wewenang adalah hak seseorang pejabat untuk mengambil tindakan yang diperlukan
agar tugas serta tanggung jawabnya dapat dilaksanakan dengan berhasil baik.(Ensiklopedi Administrasi, 1977 : 28). Kewajiban adalah tanggung jawab yang harus dilaksanakan.
Antara tugas, wewenang, kewajiban dan tanggung jawab mempunyai kaitan yang sangat
erat.Ada dua alasan penting perlunya pendelegasian kewenangan : 1) kemampuan seseorang menangani pekerjaan ada batasnya; 2) perlu adanya pembagian tugas dan kaderisasi kepemimpinan.
Nilai 4E yang dimaksimumkan dalam pendelegasian sebagian
kewenangan pemerintahan dari Bupati/Walikota kepada Camat :1) Efektivitas; 2) Efisiensi; 3) Equity/Adil/kesetaraan; 4) Ekonomik.
Tujuan Pendelegasian Kewenangan dari Bupati/Walikota kepada
Camat : 1) utk mempercepat pengambilan keputusan berkaitan dgn kepentingan dan kebutuhan masyarakat setempat; 2) utk mendekatkan pelayanan pemerintahan kepada masyarakat; 3) utk mempersempit rentang kendali dari Bupati/Walikota
POLA PENDELEGASIAN WEWENANG
POLA PENDELEGASIAN WEWENANG
POLA PENDELEGASIAN WEWENANG POLA PENDELEGASIAN WEWENANG
karakteristik wilayah &
(
ditambah kewenangan
ditambah kewenangan
spesifik sesuai
spesifik sesuai
karakteristik wilayah &
penduduk (KEWENANGAN KONDISIONAL). (KEWENANGAN KONDISIONAL).
penduduk
Menjadikan Kecamatan sbg PUSAT
Menjadikan Kecamatan sbg PUSAT
PELA-
PELA-
YANAN MASYARAKAT UTK PELAYANAN YG SEDERHANA, MURAH & CEPAT. YG SEDERHANA, MURAH & CEPAT.
(
bersifat umum
bersifat umum
Seragam utk kewenangan tertentu yg
Pola I
Pola I
:
:
Seragam untuk semua Kecamatan
Seragam untuk semua Kecamatan
Pola II
Pola II
:
:
Beraneka ragam
Beraneka ragam
Seragam utk kewenangan tertentu yg
KEWENANGAN GENERIK),
YANAN MASYARAKAT UTK PELAYANAN
Keunggulan Pola Seragam Keunggulan Pola Seragam 1.
1. Mudah dalam pembuatannya; Mudah dalam pembuatannya; 2.
2. Mudah dalam pengaturan dan pengendaliannya; Mudah dalam pengaturan dan pengendaliannya; 3.
3. Mudah dalam pembinaan personil, anggaran & logistik. Mudah dalam pembinaan personil, anggaran & logistik.
Kelemahan Pola Seragam Kelemahan Pola Seragam 1.
1. Tidak responsif dgn kebutuhan masyarakat; Tidak responsif dgn kebutuhan masyarakat; 2.
2. Penyediaan personil, anggaran & logistik tdk sesuai
Penyediaan personil, anggaran & logistik tdk sesuai
dgn kebutuhan nyata shg sulit untuk mencapai efektivitas dgn kebutuhan nyata shg sulit untuk mencapai efektivitas dan efisiensi; dan efisiensi; 3.3. Sulit utk mengukur kinerja organisasi s Sulit utk mengukur kinerja organisasi s ecara ecara obyektif. obyektif.
Keunggulan Pola Beraneka Ragam Keunggulan Pola Beraneka Ragam 1.
1. Lebih responsif thd kebutuhan pelayanan masyarakat; Lebih responsif thd kebutuhan pelayanan masyarakat; 2.
2. Kebutuhan personil, anggaran & logistik dpt dihitung Kebutuhan personil, anggaran & logistik dpt dihitung scr obyektif & rasional; scr obyektif & rasional; 3.
3. Memudahkan dalam pengukuran kinerja Memudahkan dalam pengukuran kinerja
Kelemahan Pola Beraneka Ragam Kelemahan Pola Beraneka Ragam 1.
1. Memerlukan waktu & tenaga utk menyusunnya;
Memerlukan waktu & tenaga utk menyusunnya;
2.2. Agak sulit dlm pengendalian & pengawasannya;
Agak sulit dlm pengendalian & pengawasannya;
3.3. Memerlukan personil yg memiliki kualifikasi sesuai Memerlukan personil yg memiliki kualifikasi sesuai dgn kebutuhan pelayanan masyarakat dgn kebutuhan pelayanan masyarakat
Tipologi Kecamatan Tipologi Kecamatan A . Di atas Rata – rata
A . Di atas Rata – rata
3 Tipologi
b. Rata – rata
3 Tipologi
b. Rata – rata
c. Di bawah Rata – rata
c. Di bawah Rata – rata
Rumus :
Rumus :
TK = f (LK, JP, KW, KT, JD) TK = f (LK, JP, KW, KT, JD) TK = f (LK, JP, KW, KT, JD) TK = f (LK, JP, KW, KT, JD)
Ket. :
Ket. :
TK : Tipologi Kecamatan
TK : Tipologi Kecamatan LK : Luas/banyaknya Kewenangan
CONTOH PERHITUNGAN SKOR PEMBENTUKAN TIPOLOGI KECAMATAN No. Faktor Penentu Bobot*)
1. Banyaknya kewenangan 10%
2. Jumlah Penduduk 30%
3. Karakteristik Wilayah 30%
4. Kualitas transportasi & komunikasi 20% Jumlah Desa/Kelurahan 5. ………………………………. 10% 6. Bobot ditentukan sendiri oleh masing-masing
- )
100%
- * *
Bupati/Walikota kepada Camat :
2. Karakteristik penduduk dilihat dari jenis pendidikan, Karakteristik penduduk dilihat dari jenis pendidikan, mata pencaharian, dsb; mata pencaharian, dsb; 3.
1. Karakteristik geografis Karakteristik geografis (Daratan atau kepulauan, dataran atau pegunungan, dsb) (Daratan atau kepulauan, dataran atau pegunungan, dsb) 2.
5. Kewenangan Pengawasan 1.
5. Kewenangan Pengawasan
4. Kewenangan Pembinaan
4. Kewenangan Pembinaan
3. Kewenangan Koordinasi
3. Kewenangan Koordinasi
2. Kewenangan Rekomendasi
2. Kewenangan Rekomendasi
1. Kewenangan Perijinan,
1. Kewenangan Perijinan,
Bupati/Walikota kepada Camat :
kewenangan yang Dapat didelegasikan oleh
Faktor
kewenangan yang Dapat didelegasikan oleh
Jenis-jenis
Jenis-jenis
Kewenangan
Kewenangan
endelegasian
endelegasian
P
P
Penting Dalam Menentukan
Penting Dalam Menentukan
Faktor
3. Karakteristik wilayah Karakteristik wilayah (Perkotaan, pedesaan, perkebunan, kehutanan, perindus- (Perkotaan, pedesaan, perkebunan, kehutanan, perindus- trian, perumahan, dsb) trian, perumahan, dsb)
Matriks Identifikasi Kewenangan yg Mungkin Dilimpahkan dari Bupati/Walikota kpd Camat
- -
Bidang Pem. Pekerjaan - - dst
Jenis Umum Pertanian Umum s/d 21 bid
Kewenangan
Perijinan Rekomendasi Koordinasi Pembinaan Pengawasan Fasilitasi Penetapan Pengumpulan &Penyampaian Informasi Penyelenggaraan
Prasyarat Pendelegasian Kewenangan Bupati/Walikota
Prasyarat Pendelegasian Kewenangan Bupati/Walikota
Kepada Camat
Kepada Camat
:
: 1.
1. Adanya keinginan politik dari Bupati/Walikota Adanya keinginan politik dari Bupati/Walikota 2.
2. Adanya kemauan politik dari Pemerintahan Daerah
Adanya kemauan politik dari Pemerintahan Daerah
(Kepala Daerah & DPRD) utk menjadikan kecamatan (Kepala Daerah & DPRD) utk menjadikan kecamatan s s e e b b a a g g ai ai P P usat Pelayanan Masyarakat; usat Pelayanan Masyarakat; 3.
3. Adanya kelegawaan dari Adanya kelegawaan dari D D inas dan/ inas dan/ atau atau Lemtekda Lemtekda untuk untuk melimpahkan sebagian kewenangan teknis yg melimpahkan sebagian kewenangan teknis yg dapat dapat dijalankan oleh kecamatan dijalankan oleh kecamatan , melalui Keputusan , melalui Keputusan
Langkah Langkah
Lemtekda beserta para Camat utk mencocokan bagian
utk dijadikan keputusan;
3. Menyiapkan rancangan keputusan Kepala Daerah Menyiapkan rancangan keputusan Kepala Daerah
dilaksanakan oleh Camat; 3.
dilaksanakan oleh Camat;
kewenangan yg dpt didelegasikan dan yg mampu
kewenangan yg dpt didelegasikan dan yg mampu
2
2
Lemtekda beserta para Camat utk mencocokan bagian
Mengadakan rapat teknis antara dinas daerah dan
2
Mengadakan rapat teknis antara dinas daerah dan
2 . .
2
pengisian daftar isian;
pengisian daftar isian;
dan/Lemtekda yg dpt didelegasikan kpd Camat mll
dan/Lemtekda yg dpt didelegasikan kpd Camat mll
1. Melakukan inventarisasi bagian2 kewenangan dari Dinas Melakukan inventarisasi bagian2 kewenangan dari Dinas
2 Teknis Yg Perlu Dilakukan Utk Teknis Yg Perlu Dilakukan Utk Mengimplementasikan Pendelegasian Mengimplementasikan Pendelegasian 1.
utk dijadikan keputusan;
5. Mengisi organisasi dgn orang2 yg sesuai d en g a n
5. Mengisi organisasi dgn orang2 yg sesuai d en g a n
kebutuhan, a pa bila perlu dilakukan persiapan
kebutuhan, a pa bila perlu dilakukan persiapan
m e l a l ui pendidikan teknis f ungsional sesuai
m e l a l ui pendidikan teknis f ungsional sesuai
kebutuhan lapangan;
kebutuhan lapangan;
6. Menghitung perkiraan anggaran u n t u k masing2
6. Menghitung perkiraan anggaran u n t u k masing2
kecamatan sesuai dgn beban tugasnya d en g a n
kecamatan sesuai dgn beban tugasnya d en g a n
mempertimbangkan kemampuan keuangan
mempertimbangkan kemampuan keuangan
Pemerintah Daerah bersangkutan;
Pemerintah Daerah bersangkutan;
7 . Menghitung perkiraan kebutuhan logistik u n t u k
7 . Menghitung perkiraan kebutuhan logistik u n t u k
masing2 kecamatan;
masing2 kecamatan; 8. Menyiapkan tolok ukur kinerja kecamatan .
8. Menyiapkan tolok ukur kinerja kecamatan .
Seksi Seksi
2 Yg Dpt Dibentuk
5. Seksi Pe Seksi Pe
Yg Dpt Dibentuk
di Kecamatan dgn Tipologi B di Kecamatan dgn Tipologi B 1.2
Seksi Seksi
merintahan
merintahan
4. Seksi Ketentraman & Ketertiban Seksi Ketentraman & Ketertiban 5.
2
3. Seksi Kesehatan Seksi Kesehatan 4.
2. Seksi Pendidikan Seksi Pendidikan 3.
Seksi Pelayanan Masyarakat 2.
Seksi Pelayanan Masyarakat
1 . .
1
Yg Dpt Dibentuk
di Kecamatan dgn Tipologi A
di Kecamatan dgn Tipologi A
2 Yg Dpt Dibentuk
1. Seksi Pelayanan Masyarakat Seksi Pelayanan Masyarakat
Seksi Seksi
2
Yg Dpt Dibentuk
di Kecamatan dgn Tipologi C
di Kecamatan dgn Tipologi C 1.2 Yg Dpt Dibentuk
1. Seksi Pelayanan Masyarakat Seksi Pelayanan Masyarakat 2.
2. Seksi Ketentraman & Ketertiban Seksi Ketentraman & Ketertiban 3.
3. Seksi Pem Seksi Pem
erintahan
erintahan
Alur Pikir Penataan Alur Pikir Penataan Kelembagaan Kecamatan Kelembagaan Kecamatan Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota Delegasi Kewenangan Kpd Camat Delegasi Kewenangan Kpd Camat Susunan Organisasi Yg Sesuai dgn Kewenangan Susunan Organisasi Yg Sesuai dgn Kewenangan Pemberian Pelayanan Prima kepada Masyarakat Pemberian Pelayanan Prima kepada Masyarakat Kepuasan Masyarakat Kepuasan Masyarakat
Dukungan politik Dukungan politik Dukungan dengan : Dukungan dengan :
Pola Hubungan Kerja Antara Pola Hubungan Kerja Antara Camat dgn Kepala Desa Camat dgn Kepala Desa Dari Pola Dari Pola
1. Fasilitatif Berubah Hirarkhis Hirarkhis
2. Koordinatif & menjadi &
3. Kerjasama Subordinatif
4. Pembinaan & Pengawasan Subordinatif
a. Hubungan Kerja Fasilitatif
a. Hubungan Kerja Fasilitatif Camat m en j a d i penghubung antara Desa dgn kebijakan dari Camat m en j a d i penghubung antara Desa dgn kebijakan dari Pemerintah Kabupaten; Pemerintah Kabupaten;
b. Hubungan Kerja Koordinatif
b. Hubungan Kerja Koordinatif
c
c . . Hubungan Kerjasama Hubungan Kerjasama Camat yg memimpin satuan unit pemerintahan Camat yg memimpin satuan unit pemerintahan bekerjasama bekerjasama dgn dgn K K epala epala D D esa yg memimpin satu esa yg memimpin satu unit pemerintahan d unit pemerintahan d a a l l a a
m
m k k edudukan setara utk edudukan setara utk mencapai tujuan bersama; mencapai tujuan bersama; d.d. Hubungan Pembinaan & Hubungan Pembinaan & Pengawasan Pengawasan Berdasarkan perintah UU Nomor 32 Tahun 2004, Berdasarkan perintah UU Nomor 32 Tahun 2004, Camat Camat
melaksanakan fungsi pembinaan &
melaksanakan fungsi pembinaan &
pengawasan pengawasan jalannya pemerintahan desa,termasuk jalannya pemerintahan desa,termasuk mengatasi mengatasi k k onflik intra & antar pemerintah desa onflik intra & antar pemerintah desa . . Pola Pe Pola Pe limpahan Sebagian limpahan Sebagian Kewenangan dari Kewenangan dari Bupati/Walikota Bupati/Walikota kepada Camat & Lurah kepada Camat & Lurah m m e e n n u u r r ut ut UU 22/1999 UU 22/1999
Bupati/Walikota
Bupati/Walikota
Bupati/Walikota
Bupati/Walikota Camat Camat Camat Camat
Susunan Organisasi Kecamatan
Susunan Organisasi Kecamatan
Pola I
Pola I Camat Camat Unsur Lini Unsur Lini Sekcam Sekcam Unsur Staf Unsur Staf
Susunan Organisasi Kecamatan
Susunan Organisasi Kecamatan
Pola II
Pola II Camat Camat Unsur Lini Unsur Lini Sekcam Sekcam Unsur Staf Unsur Staf UPTD UPTD
DINAS
DINAS
ORGANISASI KECAMATAN (Sumber : Lampiran II Kep. Mendagri Nomor 158 Tahun 2004) CAMAT KELOMPOK SEKRETARIS JAB.FUNG KECAMATAN SEKSI SEKSI TRAM SEKSI SEKSI SEKSI PEM. TIB
ESENSI MENGENAI
KECAMATAN, KELURAHAN DAN PEMERINTAH
DESA
MENURUT
UU NOMOR 32 TAHUN 2004
TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH
KECAMATAN Kecamatan dibentuk di wilayah Kab/Kota.
Kecamatan dipimpin oleh camat yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan sebagian wewenang bupati atau walikota untuk menangani sebagian urusan otonomi daerah. KEWENANGAN DELEGATIF (pasal 126 ayat 2).
Camat menyelenggarakan Tugas Umum Pemerintahan meliputi: 1. mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat; 2. mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketentraman dan ketertiban umum;
3. mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan; 4. mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum; 5. mengoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan; 6. membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan;
7. melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang
lingkup tugasnya dan/atau yg belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan;
Camat diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul sekretaris
daerah kabupaten/kota dari pegawai negeri sipil yang menguasai pengetahuan teknis pemerintahan.
Camat dalam menjalankan tugas-tugasnya dibantu oleh
perangkat kecamatan dan bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Sekretaris Daerah kabupaten/kota.
Perangkat kecamatan bertanggung jawab kepada camat.
KELURAHAN Kelurahan dibentuk di wilayah kecamatan Kelurahan dipimpin oleh Lurah yang dalam pelaksanaan tugasnya memperoleh pelimpahan dari Bupati/Walikota. KEWENANGAN DELEGATIF. Lurah mempunyai tugas: 1. pelaksanakan kegiatan pemerintahan kelurahan.
2. pemberdayaan masyarakat. 3. pelayanan masyarakat; 4. penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum; dan 5. pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum;
Lurah diangkat oleh Bupati/Walikota atas usul Camat dari PNS yang menguasai
pengetahuan teknis pemerintahan dan memenuhi persyaratan sesuai dengan
peraturan perundang-undangan. (Pasal 127 ayat 4). Dalam melaksanakan tugas, Lurah bertanggung jawab kepada Bupati/Walikota melalui Camat.
Pe Pe limpahan limpahan Kewenangan & Tanggung jawab Kewenangan & Tanggung jawab
Lurah Menurut Pasal 127 ayat 2 UU 32/2004
Lurah Menurut Pasal 127 ayat 2 UU 32/2004
Bupati/Walikota
Bupati/Walikota
Bupati/Walikota
Bupati/Walikota Camat Camat Camat Camat Lurah
ORGANISASI KELURAHAN (Sumber : Lampiran III Kep. Mendagri Nomor 159 Tahun 2004) LURAH KELOMPOK SEKRETARIS JAB.FUNG KELURAHAN
SEKSI SEKSI SEKSI SEKSI
Pemerintah Desa
Pemerintah desa terdiri atas kepala desa dan perangkat
desa. Perangkat desa terdiri dari sekretaris desa dan perangkat desa lainnya.
Sekretaris desa diisi dari pegawai negeri sipil yang
memenuhi persyaratan. Sekdes yang ada selama ini dan
bukan PNS secara bertahap diangkat menjadi PNS. Kepala desa dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa warga negara Republik Indonesia.
Calon kepala desa yang memperoleh suara terbanyak dalam pemilihan kepala desa ditetapkan sebagai kepala desa.
Pemilihan kepala desa dalam kesatuan masyarakat hukum adat
beserta hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan yang diakui
keberadaannya berlaku ketentuan hukum adat setempat.
Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan dapat dipilih
kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa jabatan berikutnya. Kepala desa terpilih dilantik oleh bupati/walikota selambat-lambatnya
Desa di Kabupaten/Kota secara bertahap dapat diubah
atau disesuaikan statusnya menjadi kelurahan sesuai usul dan prakarsa pemerintah desa bersama BadanPermusyawaratan Desa yang ditetapkan dengan Perda
(pasal 200 ayat 3).
Istilah Badan Perwakilan Desa (BPD) diubah menjadi
Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dengan fungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat (pasal 209).
Masa jabatan kepala desa adalah 6 (enam) tahun dan
dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan Sumber pendapatan desa terdiri dari :
a. pendapatan asli desa; b. bagi hasil pajak daerah dan retribusi daerah Kabupaten/kota.
c. bagian dari dana perimbangan keuangan pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota.
d. bantuan dari Pemerintah, pemerintah propinsi, dan pemerintah kabupaten/kota.
e. hibah dan sumbangan dari pihak ketiga.
Tidak ada pengaturan secara khusus mengenai pola pertanggungjawaban kepala desa akan diatur lebih lanjut di dalam Perda berdasarkan PP (pasal 208).
Didasarkan pada : Surat Menteri Dalam Negeri Tanggal 22 Maret 2005 Nomor 140/640/SJ perihal Pedoman Alokasi Dana Desa dari Pemerintah Kabupaten/Kota kepada Pemerintah Desa;
A. Rumus Penentuan Besarnya ADD 1.
Rumus ADD dipergunakan untuk menghitung besarnya Alokasi Dana Desa untuk setiap desa; 2. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menghitung besarnya alokasi dana desa adalah rumus tersebut sederhana, mudah diaplikasikan dan tersedia data; 3. Rumus yang dipergunakan berdasarkan asas merata dan adil
a. asas merata adalah besarnya bagian ADD yang sama untuk setiap desa, yang selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Minimal (ADDM);
b. asas adil adalah besarnya bagian ADD yang dibagi secara proporsional untyk setiap desa berdasarkan Nilai Bobot Desa (BDx) yang dihitung dengan rumus dan variabel tertentu (misalnya Variabel kemiskinan, keterjangkauan, pendidikan, kesehatan dll), selanjutnya disebut Alokasi Dana Desa Proporsional (ADDP);
Perhitungan Alokasi Dana Desa untuk masing-masing Desa dilakukan dengan menggunakan rumus yang mempertimbangkan faktor pemerataan dan keadilan serta potensi desa dengan rumus-rumus sebagai berikut :
1. Rumus Alokasi Dana Desa (x) : ADDx = ADDM + ADDPx
Keterangan : ADDx = Alokasi Dana Desa untuk Desa x ADDM = Alokasi Dana Desa Minimal yang diterima Desa ADDPx = Alokasi Dana Desa Proporsional untuk Desa x X = Desa
Rumus untuk menentukan Pembagian Dana Proporsional : 2. ADDPx = BDx * (ADD-∑ADDM) Keterangan :
1. Nilai Bobot Desa (BDx) adalah nilai desa yang ditentukan berdasarkan beberapa varaibel independen;
2. Variabel independen merupakan indikator yang mempengaruhi besarnya
Nilai Bobot setiap desa (BDx) yang dapat membedakan beban yang ditanggung antara satu desa dengan desa yang lainnya;3. Variabel independen yang digunakan untuk menentukan Nilai Bobot Desa
(BDx) dibedakan atas variabel utama dan variabel tambahan yang ditentukan oleh Kabupaten/Kota berdasarkan karakter, budaya dan kesediaan data daerah;
4. Variabel independen utama adalah variabel yang dinilai terpenting untuk
menentukan nilai bobot desa. Variable utama ditujukan untuk mengurangi kesenjangan kesejahteraan masyarakat dan pelayanan dasar umum antar desa secara bertahap dan mengatasi kemiskinan struktural masyarakat di desa. Variabel independen utama adalah :
5. Variabel independen tambahan merupakan variabel yang dapat ditambahkan
oleh masing-masing daerah. Variabel independen tambahan meliputi : a. Jumlah Penduduk;b. Luas Wilayah;
c. Potensi Ekonomi;
d. Partisipasi Masyarakat
e. Jumlah Unit komunitas di Desa (Dusun, Jorong, RW, dan RT);
6. Angka yang dimasukkan ke dalam rumus adalah angka yang didasarkan oleh
data-data yang dimiliki oleh daerah;
7. Besarnya Nilai Bobot Desa tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus dibawah ini :
Contoh: Daerah menetapkan Variabel Independen utama dan varaibel tambahan dengan pembototan sebagai berikut
4. Variabel Keterjangkauan (a4)
1
6. Variabel luas wilayah (a6)
0.07
1
5. Variabel Jumlah Penduduk (a5)
0.07
1
0.21
No Variabel Bobot Angka Bobot (a) = Bobot/Jml Bobot
3
3. Variabel Kesehatan (a3)
0.21
3
2. Variabel Pendidikan Dasar (a2)
0.30
4
1. Variabel Kemiskinan (a1)
0.07
CONTOH ALOKASI DANA DESA SECARA MENYELURUH DI
KABUPATEN BANDUNG
TAHUN ANGGARAN 2006 10% Bagi Hasil Pajak 52,000,000,000Uraian Pendapatan Belanja Pegawai Sisa Jumlah ADD
5,200,000,000 Retribusi 10% 48,707,130,000 4,870,713,000 Pusat 10 % Dana Perimbangan 968.755.733.000 553,837,644,000 414.918.089,000 41.491.808.900 Propinsi 10% Dana Perimbangan 84,198,000,000 8,419,800,000Badan Permusyawaratan Desa
Badan Permusyawaratan Desa berfungsi menetapkan peraturan desa bersama kepala desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat.
Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan yang ditetapkan dengan cara musyawarah dan mufakat.
Pimpinan Badan Permusyawaratan Desa dipilih dari dan oleh anggota Badan Permusyawaratan Desa.
Masa jabatan Anggota Badan Permusyawaratan Desa adalah 6
(enam) tahun dan dapat dipilih lagi untuk 1 (satu) kali masa
jabatan berikutnya.PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN
PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN
BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN KEDUDUKAN KELURAHAN
(Proyeksi 20 tahun yang akan datang) (Proyeksi 20 tahun yang akan datang)
Bupati/ Walikota Bupati/ Walikota Pendelegasian Camat kewenangan Kecamata n dihapus Lurah Kelurahan Lurah Kelurahan Kelurahan Kelurahan dengan konsep konsep dengan 2
1 beberapa kelurahan lama. Isi kewenangan bersifat Luasnya mencakup Lurah/ Lurah/ amalgamasi Proses baru baru operasional. secara langusng Melayani masyarakat
PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN PROYEKSI PERUBAHAN KEDUDUKAN KECAMATAN
BERKAITAN DENGAN PERUBAHAN DESA
(Proyeksi 20 tahun yang akan datang) (Proyeksi 20 tahun yang akan datang) Bupati/
Walikota Bupati/ Walikota Cama t Desa Desa Desa
Otonom (baru) Kecamatan Urusan2 Pemerintahan yg dijalankan oleh desa 1.Luas mencakup beberapa desa lama. 2. Otonomi Rasional (DO Tk III) Konsekuensi dihapus
No Nama Kecamatan Belanja Langsung (Rp) Belanja Tidak Langsung (Rp) Total Belanja (Rp)
1 Jatinangor 1,082,989,978.00 641,425,125.00 1,724,415,103.00
2 Cimanggu 811,434,500.00 717,926,238.00 1,529,360,738.00
3 Tanjungsari 944,276,000.00 624,863,761.00 1,569,139,761.00
4 Rancakalong 789,292,000.00 624,284,176.00 1,413,576,176.00
5 Pamulihan 863,050,200.00 697,554,620.00 1,560,604,820.00
6 Sukasari 558,556,200.00 514,518,447.00 1,073,074,647.00
7 Sumedang Utara 968,482,383.00 671,825,642.00 1,640,308,025.00
8 Sumedang Selatan 942,242,721.00 513,114,573.00 1,455,357,294.00
9 Ganeas 530,999,589.00 494,804,358.00 1,025,803,947.00
10 Wado 872,493,270.00 478,243,534.00 1,350,736,804.00
11 Darmaraja 1,080,608,344.00 565,147,482.00 1,645,755,826.00
12 Situraja 1,032,629,500.00 601,778,586.00 1,634,408,086.00
13 Cisitu 741,353,738.00 523,124,785.00 1,264,478,523.00
14 Jatinunggal 721,966,804.00 439,725,281.00 1,161,692,085.00
15 Cibugel 504,632,684.00 344,148,190.00 848,780,874.00
16 Paseh 752,327,500.00 540,038,559.00 1,292,366,059.00
17 Congeang 885,586,000.00 586,446,108.00 1,472,032,108.00
18 Tomo 711,537,500.00 536,221,102.00 1,247,758,602.00
19 Jatigede 924,518,899.00 414,429,449.00 1,338,948,348.00
20 Ujungjaya 715,610,480.00 425,695,917.00 1,141,306,397.00
21 Tanjungkerta 784,190,290.00 504,829,127.00 1,289,019,417.00
CONTOH ANGGARAN KECAMATAN DI KABUPATEN SUMEDANG UNTUK TAHUN ANGGARAN 2006No Nama Kecamatan Total Belanja Kecamatan (Rp) Dana Perimbangan Desa (Rp) % Dana Perimbangan Desa dibanding Total Belanja Kecamatan (4:3) 1 2 3 4 5 1 Jatinangor 1,724,415,103.00 979,650,000.00 57%
2 Cimanggu 1,529,360,738.00 736,850,000.00 48% 3 Tanjungsari 1,569,139,761.00 854,640,000.00 54% 4 Rancakalong 1,413,576,176.00 711,830,000.00 50%
5 Pamulihan 1,560,604,820.00 785,510,000.00 50% 6 Sukasari 1,073,074,647.00 501,700,000.00 47% 7 Sumedang Utara 1,640,308,025.00 - 0%
8 Sumedang Selatan 1,455,357,294.00 - 0% 9 Ganeas 1,025,803,947.00 469,470,000.00 46% 10 Wado 1,350,736,804.00 788,710,000.00 58%
11 Darmaraja 1,645,755,826.00 988,480,000.00 60% 12 Situraja 1,634,408,086.00 934,510,000.00 57% 13 Cisitu 1,264,478,523.00 674,850,000.00 53%
14 Jatinunggal 1,161,692,085.00 652,480,000.00 56% 15 Cibugel 848,780,874.00 437,940,000.00 52% 16 Paseh 1,292,366,059.00 672,800,000.00 52%
17 Congeang 1,472,032,108.00 802,880,000.00 55% 18 Tomo 1,247,758,602.00 633,720,000.00 51% 19 Jatigede 1,338,948,348.00 847,760,000.00 63%
20 Ujungjaya 1,141,306,397.00 640,010,000.00 56%
PERBANDINGAN ANGGARAN KEC. DENGAN DANA ALOKASI DES. DI KAB. SUMEDANG UNTUK THN. ANGGARAN 2006
Paradigma Baru Berpemerintahan
Paradigma Baru Berpemerintahan
1. Hubungan antara pemerintah dgn masyarakat bersifat sangat 1. dinamis, bergerak seperti pendulum antara kutub sangat berkuasa ke kutub yang sangat lemah.
2. Fungsi utama pemerintah adalah melayani masyarakat.
3. Dalam perjalanan waktu, pemerintah menjadi sangat berkuasa dan ‘menelan’ masyarakat (studi kasus sebelum abad 19 : pemerintahan kolonialisme /monarkhi absolut).
4. Munculnya paham demokrasi (pemerintahan dari, oleh dan
untuk rakyat) pada awal abad 20, masyarakat menuntut hak
untuk lebih banyak memegang peran dalam pembuatan kebijakan publik, walaupun banyak menemui hambatan.5. Hambatan – hambatan pelaksanaan proses demokrasi :
Pimpinan politik & pemerintah yang dipilih rakyat seringkali
menyalahgunakan kepercayaan, sehingga menimbulkanBeberapa pendapat ahli tentang kegagalan Pemerintah :
1. Peter F. Drucker (1968) dalam ‘The Age of Discontinuity’ Kemungkinan bangkrutnya birokrasi.
2. Barzelay (1982) dalam ‘Breaking Through Bureaucracy’ Masyarakat bosan dan muak pada birokrasi yang rakus dan bekerja lamban.
3. Osborne & Gaebler (1992) dalam ‘Reinventing Government’ =>
Kegagalan utama pemerintah saat ini adalah karena kelemahan
manajemennya, bukan pada apa yang dikerjakan pemerintah,
melainkan bagaimana caranya pemerintah mengerjakannya. .4. Osborne & Plastrik (1996) dalam ‘Banishing Bureucracy’ =>agar birokrasi lebih efektif, perlu dipangkas agar ramping, ‘the
least government is the best government’5. E. S. Savas (1987) => Perlunya privatisasi, ramping struktur
Mc Leod (1998) mengemukakan pendapatnya bahwa krisis multidimensional di Indonesia sebagian besar disebabkan oleh adanya salah urus (mismanagement) pada semua sektor, baik swasta dan terutama pemerintah.
Diperlukan pembaruan manajemen pemerintahan pada semua tahapan,
mulai dari tahapan perencanaan, tahapan implementasi sampai tahapan
evaluasi.
Paradigma good governance pada dasarnya adalah upaya membangun
filosofi, strategi serta teknik mengelola urusan-urusan publik secara lebih transparan dengan melibatkan para pihak-pihak yang terlibat (stakeholder and shareholder).- * *
negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi
politik, ekonomi dan administratif untuk mengelola
penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan
penggunaan/ pelaksanaan, yakni penggunaan kewenangan
Kata governance, diartikan sbg
Kata governance, diartikan sbg
’.
‘the exercise of ‘the exercise of political,economic, and administrative authority to manage a political,economic, and administrative authority to manage a nation’s affair at all levels nation’s affair at all levels ’.
negara digunakan untuk mengelola sumberdaya2 ekonomi dan sosial guna pembangunan masyarakat. dan sosial guna pembangunan masyarakat. *UNDP, mengartikan governance sebagai
governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan
Dengan demikian, governance adalah cara, yaitu cara bagaimana kekuasaan
Dengan demikian,