Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo. - Electronic theses of IAIN Ponorogo

  PERAN GURU DALAM MENEGAKKAN TATA TERTIB SEKOLAH DI SMP MA’ARIF 5 PONOROGO TAHUN PELAJARAN 2017/2018 SKRIPSI ROVIANA BUDI ROYANI

NIM: 210314358

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

ABSTRAK

Royani, Roviana Budi. 2018. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib

Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo Tahun Pelajaran 2017/2018.

  Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo.

  Pembimbing: M. Harir Muzakki MHI.

  Kata Kunci: Peran Guru, Tata Tertib Sekolah.

  Tata tertib sekolah adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sanksi terhadap pelanggarnya. Tata tertib sekolah dibuat supaya ditaati dan dipatuhi oleh siswa. Tercapainya penerapan untuk menegakkan tata tertib sekolah, tidak terlepas dari peran seorang guru yang selalu mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut kepada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Memberikan hukuman pada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Selain mengawasi, memeriksa, dan memberi tindak lanjut, guru juga berperan sebagai penghubung, pembimbing dan membangun komunikasi pihak sekolah dengan orang tua murid, dan juga siswa.

  Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penerapan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo? (2) Bagaimana peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah?

  Pendekatan penelitian yang peneliti gunakan adalah pendekatan kualitatif. Adapun jenis penelitian adalah studi kasus. Teknik pengumpulan data dengan: wawancara, dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data berdasarkan Miles dan Huberman dengan urutan langkah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.

  Hasil penelitian ini adalah: (1) tata tertib sekolah sudah terlaksana dengan baik, namun yang masih menjadi kendala adalah dari pelaksanaan dan penerapan tata tertib tersebut. Pelaksanaan dan penerapan akan berjalan baik apabila ada ikut campur pihak sekolah dengan orang tua murid. Sekolah membuat peraturan tata tertib sekolah supaya siswa mematuhinya bukan melanggarnya. Namun masih ada siswa yang melanggar peraturan tata tertib sekolah. Pelaksanaan tata tertib sekolah amat ditentukan oleh pengawasan dan proses penegakan tata tertib sekolah itu sendiri. Tata tertib dan peraturan sekolah memang diperlukan untuk meningkatkan disiplin semua warga sekolah, baik kepala sekolah, guru, dan terutama pada murid. (2) Peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah sudah maksimal terlaksana dengan baik, namun terkendala di penerapan tata tertib sekolah. Peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah yaitu mengawasi dan memeriksa pelaksanaannya yang kemudian memberi tindak lanjut, sebagai penghubung dan pengkomunikasi dalam menghadapi siswa, dan ada juga yang berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tata tertib sekolah merupakan bentuk perwujudan dari norma-norma

  yang ada dalam masyarakat, baik norma kesopanan, norma hukum, norma kesusilaan, dan norma agama. Yaitu peraturan yang harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh setiap komponen sekolah yang diaturnya. Dengan adanya tata tertib sekolah diharapakan terwujud sebuah keteraturan hidup di lingkungan sekolah, hingga tujuan mendasar dari sekolah sebagai lembaga pendidikan agar tercapai dengan baik. Untuk itu diperlukan komitmen dan tanggung jawab yang

  1 besar dari pelajar sebagai subjek utama dalam penegakan tata tertib yang ada.

  Tujuan tata tertib yang dibuat sekolah adalah untuk dapat menciptakan suasana yang kondusif dalam proses pembelajaran di sekolah, yaitu proses pengaplikasian ketaatan dan kedisiplinan siswa dalam menjalankan fungsi selaku peserta didik di lingkungan sekolah yang akhirnya akan berdampak terhadap

  2

  kualitas belajar siswa. Dengan adanya peraturan yang ditetapkan oleh sekolah, siswa secara tidak langsung bersedia untuk tunduk dan patuh terhadap peraturan 1 Sri Harnita, Hubungan Pelaksanaan Tata Tertib Sekolah dengan Perilaku Peserta Didik di tersebut. Dengan demikian, peraturan tentang kedisiplinan dapat mengontrol

  3 tingkah laku dari para siswa tersebut supaya dapat belajar dengan baik.

  Banyaknya pelanggaran yang terjadi di lingkungan sekolah seperti memakai seragam tidak sesuai dengan aturan sekolah, menggunakan handphone ketika proses pembelajaran berlangsung, datang terlambat, membolos, berkelahi dan sebagainya menunjukkan bahwa tingkat pengawasan guru terhadap peserta didik kurang optimal dan kurang tegasnya pihak sekolah terhadap pelanggaran tata tertib sekolah. Di sekolah tidak hanya guru bimbingan konseling yang bertugas mengawasi dan menangani ataupun dalam hal yang berhubungan dengan pelanggaran tata tertib sekolah, tetapi itu menjadi tugas bagi semua guru untuk dapat memperhatikan, mengawasi, membimbing, dan mendidik akan hal- hal yang berhubungan dengan tata tertib sekolah.

  Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik. Guru dan anak didik adalah dwi tunggal. Oleh karena itu dalam pemikiran guru hanya ada satu prinsip yaitu satu kiat bagaimana mendidik anak didik agar menjadi manusia dewasa susila yang cakap dan berguna bagi agama,

  4 nusa dan bangsa di masa yang akan datang.

  Dalam pepatah jawa, guru adalah sosok yang digugu dan ditiru kelakuane (dipercaya ucapannya dan dicontoh tidakannya). Menyandang profesi guru, 3 berarti harus menjaga citra, wibawa, keteladanan, integritas dan kreadibilitasnya. Ia tidak hanya mengajar di dalam kelas, tetapi juga mendidik, membimbing,

  5 menuntun dan membentuk karakter moral yang baik bagi siswa-siswinya.

  Guru merupakan komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus mendapat perhatian sentral, utama, dan pertama.

  Figur yang satu ini akan menjadi sorotan yang strategis ketika berbicara masalah pendidikan. Guru memegang peran utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik terutama dalam kedisiplinan peserta didik di sekolah. Guru merupakan komponen yang sangat berpengaruh terhadap terciptanya lingkungan sekolah yang disiplin, teratur, dan kondusif. Oleh karena itu tingkat pengawasan semua guru di sekolah sangat penting untuk perbaikan penurunan pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik di sekolah.

  Pelanggaran terjadi karena tingkat pengawasan guru yang kurang optimal, semakin lemah tingkat pengawasan guru maka akan semakin meningkat pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh peserta didik, sebaliknya semakin tinggi tingkat pengawasan guru maka akan semakin berkurang pelanggaran tata

  6 tertib yang dilakukan oleh peserta didik.

  Hal ini mau tidak mau menuntut guru selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah 5 tetapi di luar sekolah sekalipun. Peserta didik dapat memelihara, mengarahkan, ketekunan dalam melakukan kegiatan sebagai pelajar. Bagi mereka aturan-aturan yang diterapkan di sekolah adalah sekumpulan aturan yang dapat begitu saja dilanggar tanpa mengindahkan guru-guru mereka di sekolah sebagai orang tua pengganti di dalam proses belajar dan yang mengawasi semua sikap dan perilaku mereka di lingkungan sekolah. Terlaksananya tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik bila guru, aparat sekolah dan peserta didik telah saling mendukung terhadap tata tertib sekolah itu sendiri, kurangnya dukungan dari peserta didik akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan disekolah.

  Upaya penegakkan tata tertib bukan hal yang mudah, ada kesukaran dalam meneggakkan tata tertib dengan baik, tetapi ada juga sekolah yang berhasil menegakkan tata tertib sekolah. Salah satu sekolah yang belum berhasil

  7

  menegakkan tata tertib sekol ah adalah SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

  Dari hasil pengamatan awal di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, penerapan tata tertib sekolah belum optimal karena masih banyak kasus pelanggaran tata tertib yang berlangsung sehingga seolah anak menjadi terbiasa melakukan pelanggaran. Pelanggaran terhadap tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo yang terjadi menunjukkan bahwa siswa kurang patuh terhadap peraturan sekolah. Kasus atau pelanggaran tata tertib sekolah tersebut salah satunya terkait dengan perbedaan karakteristik yang dimiliki setiap individu yang dipengaruhi oleh sikap, minat, kesadaran, kereligiusan, pengetahuan dan faktor lain yang mempengaruhinya. Kepatuhan terhadap tata tertib sekolah adalah sebuah kesiapan yang harus ditanamkan kepada siswa di sekolah agar mempunyai sikap dan perbuatan sesuai norma-norma yang berlaku di masyarakat. Sehingga tata tertib sekolah dapat terlaksana dengan baik. Maka dari itu guru sangatlah berpengaruh dalam membantu perkembangan peserta didik untuk mewujudkan tujuan hidup secara optimal. Sikap dan tingkah laku guru sangat berpengaruh terhadap sikap dan tingkah laku peserta didik di sekolah. Peran guru sangat penting bagi peserta didik supaya mereka mematuhi tata tertib sekolah dan tidak melanggar peraturan yang telah dibuat oleh sekolah, dan guru di harapkan dapat menegakkan tata

  8 tertib sekolah dengan baik.

  Dari uraian diatas peneliti akan melakukan penelitian mengenai tata tertib sekolah dan peran guru. Maka dari itu peneliti mengangkat judul

  “Peran Guru

dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo”.

B. Fokus Penelitian

  Berdasarkan latar belakang di atas peneliti memfokuskan penelitian ini pada permasalahan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo, meliputi : 1.

  Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo

  2. Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo C.

   Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang dan fokus penelitian di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo? 2.

  Bagaimana Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo? D.

   Tujuan Penelitian

  Berdasarkan rumusan masalah yang telah disebutkan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah :

  1. Untuk Mengetahui Penerapan Tata Tertib Sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo 2. Untuk Mengetahui Peran Guru dalam Menegakkan Tata Tertib Sekolah di

  SMP Ma’arif 5 Ponorogo E.

   Manfaat Penelitian

  Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun praktis bagi semua pihak:

  Secara teoritis kegunaan dari hasil penelitian ini adalah diperolehnya kajian pustaka tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo. Serta dapat digunakan sebagai referensi bagi yang akan melakukan penelitian yang sejenis. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap kajian-kajian dan teori- teori yang berkaitan dengan persoalan tersebut.

2. Secara Praktis a.

  Bagi Sekolah Diharapkan dapat memberikan masukan yang dapat digunakan dalam melaksanakan tata tertib sekolah sebagai sarana meningkatkan kedisiplinan siswa dan meningkatkan kesadaran guru dalam penegakkannya.

  b.

  Bagi Guru 1)

  Bagi guru SMP Ma’arif 5 Ponorogo dapat digunakan sebagai acuan pertimbangan dalam usahanya untuk meningkatkan tata tertib sekolah supaya siswa menjadi disiplin dan tidak melanggar peraturan tata tertib sekolah. Dan diharapkan guru mampu mendidik dan membimbing siswa untuk mentaati tata tertib sekolah dengan sebaik-baiknya agar siswa bisa lebih disiplin dan tata tertib dapat terlaksana dengan baik.

  2) Sebagai pijakan guru agar lebih bisa membantu untuk meningkatkan tata tertib sekolah. c.

  Bagi siswa Dengan adanya hasil penelitian ini diharapkan siswa lebih dapat mentaati tata tertib sekolah dan tidak melanggarnya.

F. Sistematika Pembahasan

  Untuk mempermudah hasil penelitian diperlukan sebuah sistematika pembahasan dalam laporan penelitian ini. Penelitian ini dikelompokkan menjadi 6 bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub-sub yang saling berkaitan satu sama lainnya. Sistematika ini menguraikan secara garis besar apa yang termaktub dalam setiap bab. Sistematika pembahasan dalam skripsi ini dirancang untuk di uraikan dengan sistematika sebagai berikut:

  Bab Pertama, Pendahuluan. Yang merupakan ilustrasi skripsi secara keseluruhan. Dalam bab ini berisi tentang latar belakang, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

  Bab Kedua, Kajian Teori. Pada bab ini berfungsi untuk menjelaskan telaah hasil kajian terdahulu dan kerangka awal teori yang digunakan sebagai landasan melakukan penelitian yang terdiri dari: definisi guru, peran guru dan tata tertib sekolah.

  Bab Ketiga, Metode Penelitian. Pada bab ini berisi tentang metode penelitian yang digunakan, diantaranya: pendekatan dan jenis penelitian, pengumpulan data, teknik analisis data, pengecekan keabsahan temuan dan tahapan-tahapan penelitian.

  Bab Keempat, Paparan Data dan Temuan Penelitian. Pada bab ini berisi tentang data umum yang meliputi: letak geografis, visi dan misi, keadaan guru dan siswa, dan sarana prasarana di SMP Ma’arif 5 Ponorogo dan data khusus yang berkaitan dengan rumusan masalah.

  Bab kelima, Pembahasan. Merupakan bab yang membahas tentang analisis data yang diperoleh dalam penelitian yang meliputi analisis tentang penerapan tata tertib dan peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah di SMP Ma’arif 5 Ponorogo.

  Bab keenam, Penutup. Ini merupakan bab terakhir dari semua rangkaian pembahasan dari bab I sampai bab VI. Bab ini dimaksud untuk memudahkan pembaca memahami intisari penelitian yang berisi kesimpulan dan saran.

BAB II TELAAH HASIL PENELITIAN TERDAHULU DAN KAJIAN TEORI A. Telaah Hasil Penelitian Terdahulu Di samping menggunakan buku-buku atau referensi yang relevan, peneliti

  juga melihat hasil penelitian terdahulu agar nantinya dapat dilihat persamaan dan perbedaannya. Dalam telaah penelitian terdahulu ini peneliti menemukan bahwa: Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Binti Ila Rohmah, berjudul:

  “Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kedisiplinan Siswa melalui Penerapan Tata Tertib Murid (Studi Kasus di MI Ma’arif Patihan Wetan

1 Babadan Ponorogo)”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa MI Ma’arif

  Patihan Wetan Babadan Ponorogo melakukan Tugas kepala sekolah sebagai manajer, beliau menyerahkan langsung kepada pihak guru dan wali kelas untuk bertanggung jawab menerapkan tata tertib murid, selain itu juga mengawasi atau mengontrol para guru dan siswa dalam penerapan tata tertib murid. Tugas kepala sekolah sebagai leader (pemimpin), beliau mendorong siswa-siswinya untuk memiliki kemauan kuat dalam mentaati tata tertib murid agar kedisiplinannya meningkat, dan memberikan bimbingan, arahan, teguran mengenai pelanggaran yang sifatnya nampak di umum, yang biasanya dilakukan siswa ketika upacara berlangsung. Tugas kepala sekolah sebagai educator (pendidik), ia memberi 1 teladan atau contoh pada siswa seperti datang lebih awal, membuang sampah di tempatnya, selalu ikut menjalankan shalat berjamaah, dan untuk memberikan efek jera ia memberi ajaran berupa hukuman pada siswa yang melanggar. Hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam menerapkan tata tertib murid untuk meningkatan kedisiplinan siswa di MI Ma’arif Patihan Wetan Babadan Ponorogo yaitu: kurangnya kepedulian dari pihak guru untuk selalu aktif menerapkan, menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa-siswi, karena walaupun sudah ditempelkan di dinding setiap kelas terkadang anak-anak mungkin tidak membacanya. Selain itu hambatan yang beliau alami yaitu tentang keaktifan siswa dalam mengikuti kegiatan ekstrakulikuler terkadang ada yang aktif hadir terkadang juga tidak. Solusi yang dilakukan kepala sekolah untuk mengatasi hambatan dalam meningkatkan kedisiplinan siswa melalui penerapan tata tertib murid sebagai berikut:

  1. Kepala sekolah segera bertindak tegas untuk mengatasinya dengan selalu mengingatkan pada pihak guru agar bisa ikut bekerjasama untuk selalu menerapkan tata tertib murid dengan konsisten, kemudian selalu menginformasikan atau mensosialisasikan pada siswa supaya siswa selalu mengingat peraturan tata tertib murid dan bisa meningkatkan perilaku disiplin pada siswa.

  2. Memberikan absen dalam setiap kegiatan ekstrakulikuler supaya siswa lebih aktif untuk hadir dengan adanya pengabsenan di setiap kegiatan

  Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan penelitian pertama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan penerapan tata tertib. Sedangkan untuk perbedaanya terletak pada perannya, untuk penelitian ini perannya menggunakan peran kepala sekolah, sedangkan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru.

  Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Indah Retno, berjudul:

  “Peran Guru Dalam Membentuk Karakter Disiplin Siswa Kelas IV dan V di SDN

2 Hasil penelitian ini menunjukkan Peran guru Ngunjung 2 Maospati Magetan”.

  sebagai pembimbing dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V dengan memberi bimbingan dengan bentuk persuasif yang tidak memojokkan pada kesalahan siswa, dalam pemberian bimbingan guru harus memahami fisik maupun psikis siswa agar melaksanakan tugas dengan baik. Selain itu, selalu mengarahkan dengan cara pemberian tugas, upacara bendera serta memasang tata tertib yang bertujuan untuk melatih siswa agar patuh pada peraturan.

  Mengadakan kegiatan yang menunjang kedisiplinan peserta didik seperti esktrakurikuler pramuka, mengadakan bacaan Asmaul Husna, infaq dan TPA.

  Peran guru sebagai penasihat dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V selalu memberikan contoh yang baik bagi siswa dan memberikan nasihat yang selalu dihubungkan dengan agama serta moral. Peran guru sebagai pengawas dalam membentuk karakter disiplin siswa kelas IV dan V selalu melakukan pengamatan serta penilaian pada siswa.Dalam hal pengamatan dan penilaian guru tidak membeda-bedakan antara siswa laki-laki maupun perempuan.

  Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya. Adapun persamaan penelitian kedua dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah sama-sama menggunakan peran guru. Sedangkan untuk perbedaanya terletak pada pembahasannya yaitu tentang peran guru dalam membentuk karakter disiplin siswa, dan yang akan peneliti bahas ini tentang peran guru dalam menegakkan tata tertib sekolah.

B. Kajian Teori 1. Peran Guru a. Pengertian Guru

  Dalam bahasa Arab, guru dikenal dengan al-

  mu’alim atau al-ustadz

  yang bertugas memberikan ilmu dalam majelis taklim (tempat memperoleh ilmu). Artinya, guru adalah seseorang yang memberikan ilmu. Pendapat klasik mengatakan bahwa guru adalah orang yang pekerjaannya mengajar (hanya menekankan satu sisi tidak melihat sisi lain sebagai pendidik dan pelatih). Namun, pada dinamika selanjutnya, definisi guru berkembang secara luas. Guru disebut pendidik profesional karena guru itu telah menerima dan memikul beban dari orangtua untuk

  Surat Keputusan (SK), baik dari pemerintah atau swasta untuk melaksanakan tugasnya, dan karena itu memiliki hak dan kewajiban untuk melaksanakan kegiatan pembelajaran di lembaga pendidikan sekolah.

  Guru merupakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus. Pekerjaan ini tidak dapat dilakukan oleh orang yang tidak memiliki keahlian untuk melakukan pekerjaan sebagai guru. Pekerjaan guru memerlukan syarat-syarat khusus, apalagi sebagai guru yang profesional, yang harus menguasai seluk beluk pendidikan dan pembelajaran dengan berbagai ilmu pengetahuan. Profesi ini juga perlu pembinaan dan pengembangan melalui masa pendidikan tertentu atau pendidikan

  3 prajabatan.

  Dalam pengertian yang sederhana, guru adalah orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik. Guru dalam pandangan masyarakat adalah orang yang melaksanakan pendidikan di tempat- tempat tertentu, tidak mesti di lembaga pendidikan formal, tetapi bisa juga di masjid, di surau atau mushola, di rumah, dan sebagainya.

  Guru memang menempati kedudukan yang terhormat di masyarakat. Kewibawaanlah yang menyebabkan guru dihormati, sehingga masyarakat tidak meragukan figur guru. Masyarakat yakin bahwa gurulah yang dapat mendidik anak didik mereka agar menjadi orang yang berkepribadian mulia.

  Dengan kepercayaan yang diberikan masyarakat, maka di pundak guru diberikan tugas dan tanggung jawab yang berat. Mengemban tugas memang berat, tapi lebih berat lagi mengemban tanggung jawab. Sebab tanggung jawab guru tidak hanya sebatas dinding sekolah, tetapi juga di luar sekolah. Pembinaan yang harus guru berikan pun tidak hanya secara kelompok (klasikal), tetapi juga secara individual. Hal ini mau tidak mau menuntut guru agar selalu memperhatikan sikap, tingkah laku, dan perbuatan anak didiknya, tidak hanya di lingkungan sekolah, tetapi di luar

  4 sekolah sekalipun.

  Karena itu, tepatlah apa yang dikatakan oleh Drs.N.A. Ametembun, bahwa guru adalah semua orang yang berwenang dan bertanggung jawab terhadap pendidikan murid-murid, baik secara individual ataupun

  5 klasikal, baik di sekolah maupun di luar sekolah.

  Guru adalah seseorang yang memiliki tugas sebagai fasilitator sehingga siswa dapat belajar dan atau mengembangkan potensi dasar dan kemampuannya secara optimal melalui lembaga pendidikan sekolah, baik

  6 4 yang didirikan oleh pemerintah atau swasta.

  Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif (Jakarta: Rineka

  Hal ini dipertegas dalam Undang-Undang nomor 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, Bab 1 pasal 1 ayat 1, bahwa yang dimaksud dengan guru adalah pendidik profesional yang memiliki tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Orang yang disebut guru adalah orang yang memiliki kemampuan merancang program pembelajaran, serta mampu menata dan mengelola kelas agar siswa dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat

  7 kedewasaan sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

  Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi bagi peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas pribadi tertentu, mencakup tanggung

  8 jawab, wibawa, mandiri, dan disiplin.

  Jadi guru adalah orang dewasa yang secara sadar bertanggung jawab dalam mendidik, mengajar, dan membimbing peserta didik agar dapat belajar dan pada akhirnya dapat mencapai tingkat kedewasaan

  9 sebagai tujuan akhir dari proses pendidikan.

7 Suprihatiningrum, Guru Profesional (Pedoman Kinerja, Kualifikasi, dan Kompetensi Guru),

b. Peran Guru

  Peran adalah pola tingkah laku tertentu yang merupakan ciri-ciri khas semua petugas dari pekerjaan atau jabatan tertentu. Guru harus bertanggung jawab atas hasil kegiatan belajar anak melalui interaksi belajar-mengajar. Guru merupakan faktor yang mempengaruhi berhasil tidaknya proses belajar, dan karenanya guru harus menguasai prinsip- prinsip belajar disamping menguasai materi yang akan diajarkan. Dengan kata lain guru harus mampu menciptakan suatu situasi kondisi belajar

  10 yang sebaik-baiknya.

  Peran merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan

  11

  kedudukannya, dia menjalankan sesuatu peranan. Setiap orang mempunyai macam-macam peranan yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya. Hal ini sekaligus berarti bahwa peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya.

  Dalam keseluruhan proses pendidikan, khususnya pendidikan di sekolah, guru memegang peranan paling sentral. Perilaku guru dalam proses pendidikan akan memberikan pengaruh yang kuat bagi pembinaan perilaku dan kepribadian siswa. Oleh karena itu, perilaku hendaknya dapat dikembangkan sedemikian rupa sehingga dapat memberikan pengaruh positif dalam terhadap proses dan hasil pendidikan. Psikologi guru merupakan kajian psikologis terhadap berbagai aspek perilaku guru dalam proses pendidikan di sekolah dan di luar sekolah. Peran (role) guru merupakan keseluruhan perilaku yang harus dilakukan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru. Guru mempunyai peranan yang

  12 luas, baik di sekolah, di dalam keluarga, maupun masyarakat.

  Di sekolah ia berperan sebagai perancang pengajaran, pengelola pengajaran, penilai hasil pembelajaran, pengarah pembelajaran, dan sebagai pembimbing siswa. Di dalam keluarga guru berperan sebagai pendidik atau family educator. Sedangkan di masyarakat, guru berperan sebagai pembina masyarakat (social developer), pendorong masyarakat

  (social motivator), penemu masyarakat (social innovator), dan sebagai

  agen masyarakat (social agent). Guru yang baik dan efektif adalah guru

  13 yang dapat memainkan semua peranan itu secara baik dan utuh.

  Banyak peran yang diperlukan dari guru sebagai pendidik, atau siapa saja yang telah menerjunkan diri menjadi guru. Semua peran yang diharapkan dari guru seperti diuraikan di bawah ini: a) Korektor

  Sebagai korektor guru harus bisa membedakan antara nilai yang baik dan buruk. Semua nilai yang baik harus guru pertahankan dan semua nilai yang buruk harus disingkirkan dari jiwa dan watak anak didik. Bila guru membiarkannya, berarti guru telah mengabaikan peranannya sebagai korektor, yang menilai dan megoreksi semua sikap, tingkah laku dan perbuatan anak didik. Koreksi yang harus guru lakukan terhadap sikap dan sifat anak didik tidak hanya di sekolah, tetapi di luar sekolah pun harus dilakukan. Sebab tidak jarang di luar sekolah anak didik justru lebih banyak melakukan pelanggaran terhadap norma-norma susila, moral, sosial, dan agama yang hidup di masyarakat. Lepas dari pengawasan guru dan kurangnya pengertian anak didik terhadap perbedaan nilai kehidupan menyebabkan anak

  

14

didik mudah larut di dalamnya.

  b) Inspirator

  Sebagai inspirator, guru harus dapat memberikan ilham yang baik bagi kemajuan belajar anak didik. Persoalan belajar adalah masalah utama anak didik. Guru harus dapat memberikan petunjuk (ilham) bagaimana cara belajar yang baik. Petunjuk itu tidak mesti harus bertolak dari sejumlah teori-teori belajar, dari pengalaman pun bisa dijadikan petunjuk bagaimana cara belajar yang baik. Yang penting bukan teorinya, tapi bagaimana melepaskan masalah yang

  15 dihadapi oleh anak didik.

  c) Informator

  Sebagai informator, guru harus dapat memberikan informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Informasi yang baik dan efektif diperlukan dari guru. Kesalahan dari guru adalah racun bagi anak didik. Menjadi informasi yang baik dan efektif, penguasaan bahasalah kuncinya. Ditopang dengan penguasaan bahan yang akan diberikan kepada anak didik. Informator yang baik adalah guru yang

  16 mengerti apa kebutuhan anak didik dan mengabdi untuk anak didik.

  d) Organisator

  Sebagai organisator, adalah sisi lain dari peranan yang diperlukan dari guru. Dalam bidang ini guru memiliki kegiatan pengelolaan kegiatan akademik, menyusun tata tertib sekolah,

  17 menyusun kalender akademik, dan sebagainya.

  e) Motivator

  Sebagai motivator, guru hendaknya mendorong anak didik agar bergairah dan aktif belajar. Dalam upaya memberikan motivasi, guru dapat menganalisis motif-motif yang melatarbelakangi anak didik 15 malas belajar dan menurun perestasinya di sekolah. Setiap saat guru harus bertindak sebagai motivator, karena dalam interaksi edukatif tidak mustahil ada di antara anak didik yang malas belajar dan sebagainya. Motivasi dapat efektif bila dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan anak didik. Penganekaragaman cara belajar memberikan penguatan dan sebagainya, juga dapat memberikan motivasi pada anak didik untuk lebih bergairah dalam belajar. Peranan guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif, karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan kemahiran sosial, menyangkut performance dalam personalisasi dan sosialisasi

  18 diri.

  f) Inisiator

  Dalam peranannya sebagai inisiator, guru harus dapat menjadi pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran. Kompetensi guru harus diperbaiki, keterampilan penggunaan media pendidikan dan pengajaran harus diperbarui sesuai kemajuan media komunikasi dan

  19 informasi abad ini.

  g) Fasilitator

  Sebagai fasilitator, guru hendaknya dapat menyediakan fasilitas yang memungkinkan kemudahan kegiatan belajar anak didik.

  Lingkungan belajar yang tidak menyenangkan, suasana ruang kelas yang pengap, meja dan kursi yang berantakan, fasilitas belajar yang kurang tersedia, menyebabkan anak didik malas belajar. Oleh karena itu menjadi tugas guru bagaimana menyediakan fasilitas, sehingga akan tercipta lingkungan belajar yang menyenangkan bagi anak

  20 didik.

  h) Pembimbing

  Guru berkewajiban memberikan bantuan kepada murid agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal diri sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya. Murid-murid membutuhkan bantuan guru dalam hal mengatasi kesulitan-kesulitan pribadi, kesulitan pendidikan, kesulitan memilih pekerjaan, kesulitan dalam hubungan sosial, dan interpersonal. Karena itu setiapa guru perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar. Harus dipahami bahwa pembimbing yang terdekat dengan murid adalah guru. Karena murid menghadapi masalah di mana guru tak sanggup memberikan bantuan cara memecahkannya, baru meminta bantuan kepada ahli bimbingan

  (guidance specialist) untuk memberikan bimbingan kepada anak yang

  21 bersangkutan.

  i) Penghubung

  Sekolah berdiri diantara dua lapangan yakni disatu pihak mengemban tugas menyampaikan dan mewariskan ilmu, teknologi, dan kebudayaan yang terus menerus berkembang dengan lajunya, dan dilain pihak ia bertugas menampung aspirasi, masalah, kebutuhan, minat, dan tuntutan masyarakat. Diantara kedua lapangan inilah sekolah memegang peranannya sebagai penghubung dimana guru berfungsi sebagai pelaksana. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk menghubungkan sekolah dan masyarakat, antara lain dengan public relation, buletin, pameran, pertemuan-pertemuan berkala, kunjungan masyarakat, dan senagainya. Karena itu keterampilan guru dalam tugas-tugas ini senantiasa perlu

  22 dikembangan.

  j) Pengelola kelas

  Sebagai pengelola kelas, guru hendaknya dapat mengelola kelas dengan baik, karena kelas adalah tempat berhimpun semua anak didik dan dalam rangka menerima pelajaran dari guru. Kelas yang terlalu padat dengan anak didik, pertukaran udara yang kurang, penuh kegaduhan, lebih banyak tidak menguntungkan bagi terlaksananya interaksi edukatif yang optimal. Hal ini tidak sejalan dengan tujuan umum dari pengelolaan kelas, yaitu menyediakan dan menggunakan fasilitas kelas bagi bermacam-macam kegiatan belajar mengajar agar mencapai hasil yang baik dan optimal. Jadi, maksud dari pengelolan kelas adalah agar anak didik betah tinggal di kelas dengan motivasi yang tinggi untuk senantiasa belajar di dalamnya. k)

  Mediator Sebagai mediator guru hendaknya, memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan dalam berbagai bentuk dan jenisnya, baik media non material maupun materil. Media berfungsi sebagai alat komunikasi guna mengefektifkan proses interaksi edukatif. Keterampilan menggunakan semua media itu diharapkan dari guru yang disesuaikan dengan pencapaian tujuan pengajaran. Sebagai mediator, guru dapat diartikan sebagai penengah dalam proses belajar anak didik. Guru harus mampu menjadi sebagai pengatur dan mencari jalan keluar dari pemecahan masalah.

  23 Bagaimana menganalisis permasalahan agar dapat diselesaikan.

  l) Supervisor

  Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membantu memperbaiki, dan menilai secara kritis terhadap proses pengajaran. Teknik-teknik supervisor bukan hanya karena posisi atau kedudukan yang ditempatinya, akan tetapi kerena pengalamannya, pendidikannya, kecakapannya, atau keterampilan yang dimilikinya atau karena memiliki kepribadian yang menonjol. m)

  Evaluator Sebagai evaluator, guru dituntut untuk menjadi seorang evaluator yang baik dan jujur, dengan memberikan penilaian yang menyentuh aspek ekstrinsik dan instrinsik. Penilaian terhadap aspek instrinsik lebih menyentuh pada aspek nilai (values). Penilaian terhadap kepribadian anak didik tentu lebih diutamakan dari pada

  24 penilaian terhadap jawaban anak didik ketika diberikan tes.

  n) Pengawas

  Sebagai pengawas guru harus senantiasa mengawasi seluruh perilaku peserta didik, terutama pada jam-jam efektif sekolah, sehingga kalau terjadi pelanggaran terhadap disiplin harus segera

  25 diatasi.

  o) Penasehat

  Guru sebagai penasehat bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat 24 dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan, dan dalam prosesnya akan lari kepada gurunya. Peserta didik akan menemukan sendiri dan secara mengherankan, bahkan mungkin menyalahkan apa yang ditemukannya, serta akan mengadu

  26 kepada guru sebagai orang kepercayaannya.

2. Tata Tertib Sekolah a. Pengertian Tata Tertib Sekolah

  Ditinjau dari bentuk katanya tata tertib berasal dari dua kata yaitu tata dan tertib yang keduanya mempunyai arti sendiri-sendiri. Tata menurut kamus umum bahasa Indonesia diartikan aturan, sistem dan susunan, sedangkan tertib mempunyai arti peraturan. Jadi tata tertib menurut pengertian etimology adalah sistem atau susunan peraturan

  27 yang harus ditaati atau di patuhi.

  Tata tertib adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Tata tertib sekolah merupakan aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah, dan siswa saling mendukung tata tertib sekolah, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah. Tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung

  28 secara efektif dan efisien.

  Tata tertib murid adalah bagian dari tata tertib sekolah, di samping itu masih ada tata tertib guru dan tata tertib tenaga administratif. Kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan

  29 sekadar sebagai kelengkapan sekolah.

  Untuk memperoleh ketertiban yang baik, maka diperlukan pendidikan tentang tata cara sopan santun, nilai moral dan sosial agar dapat hidup rukun di lingkungan keluarga dan masyarakat. Setiap pendidikan moral yang bertujuan untuk membantu generasi penerus untuk mencapai ketertiban dan kedamaian harus memiliki tata tertib sekolah yang lengkap, yaitu yang menyangkut segala segi kehidupan di sekolah yang harus dilaksanakan, di taati dan dilindungi bersama oleh segenap unsur yang ada di sekolah.

  Dengan demikian setiap usaha yang dilakukan dalam pendidikan tidak lain adalah untuk mengubah tingkah laku yang sedemikian rupa

  30 sehingga menjadi tingkah laku yang diingiinkan.

  Menurut Suharsimi, peraturan tata tertib merupakan sesuatu untuk

  31 mengatur perilaku yang diharapkan terjadi pada diri siswa.

  1) Peraturan menunjuk pada patokan atau standar yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh siswa. Misalnya, peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung.

  2) Tata tertib menunjuk pada patokan atau standar untuk aktifitas khusus. Misalnya, tentang penggunaan seragam, penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP, dan lain sebagainya.

b. Tujuan Tata Tertib Sekolah

  Tata tertib sekolah tidak hanya membantu program sekolah, tapi juga untuk menunjang kesadaran dan ketaatan terhadap tanggung jawab.

  Sebab rasa tanggung jawab inilah yang merupakan inti dari kepribadian yang sangat perlu dikembangkan dalam diri anak, mengingat sekolah adalah salah satu pendidikan yang bertugas untuk mengembangkan 30 potensi manusia yang dimiliki oleh anak agar mampu menjalankan tugas-tugas kehidupan manusia, baik secara individu maupun sebagai anggota masyarakat.

32 Adapun secara rinci tujuan tata tertib sekolah dapat dibedakan

  menjadi dua bagian, yaitu: 1)

  Bagi anak didik

  a) Menginsafkan anak akan hal-hal yang teratur, baik dan buruk.

  b) Mendorong berbuat yang tertib dan baik serta meninggalkan yang baik atau buruk.

  c) Membiasakan akan ketertiban pada hal-hal yang baik.

  d) Tidak menunda pekerjaan bila dapat dikerjakan sekarang.

  e) Menghargai waktu seefektifitas mungkin. 2)

  Bagi sekolah

  a) Ketenangan sekolah dapat tercipta.

  b) Proses belajar mengajar dapat berjalan lancar.

  c) Terciptanya hubungan baik antara guru dengan siswa dan antara siswa yang satu dengan yang lain.

  d) Terciptanya apa yang menjadi tujuan dari sekolah tersebut.

  c. Unsur-Unsur Tata Tertib di Sekolah

  Untuk mewujudkan situasi yang tertib sebuah lembaga pendidikan guru yang sering bertanggung jawab untuk menyampaikan dan mengontrol berlakunya tata tertib. Tata tertib bisa berjalan apabila ada kerjasama antara guru dan siswa. akan tetapi apabila tata tertib bisa berjalan maka tata tertib bisa dibagi menjadi dua yaitu: ada yang berlaku untuk umum (seluruh lembaga pendidikan) maksudnya, sebuah tata tertib yang diberlakukan untuk semua kalangan yang ada di dalam sebuah lembaga itu, ada pula yang khusus (hanya untuk dikelas) maksudnya adalah tata tertib ini diberlakukan untuk siswa saja tidak berlaku untuk guru atau karyawan. Semua tata tertib, baik yang berlaku untuk umum maupun untuk khusus meliputi tiga unsur, yaitu:

1) Perbuatan atau perilaku yang diharuskan dan yang dilarang.

  Contoh: jika terlambat datang harus melapor ke bagian pengajaran untuk memperoleh surat keterangan terlambat yang harus diserahkan kepada guru yang sedang mengajar. 2)

  Akibat atau sanksi yang menjadi tanggung jawab pelaku atau pelanggar tata tertib.

  Contoh: jika terlambat datang tetapi tidak melapor ke bagian pengajaran dianggap tidak masuk sekolah, dan setibanya di kelas tidak diijinkan mengikuti pelajaran. 3)

  Cara atau prosedur untuk menyampaikan tata tertib kepada subyek yang dikenai tata tertib tersebut.

  Contoh: peraturan tentang keterlambatan datang ke sekolah pada waktu mereka mendaftarkan kembali sesudah dinyatakan

  33 diterima di sekolah yang bersangkutan.

  Dalam aspek agama unsur-unsur tata tertib meliputi: Wajib karena baik untuk individu atau kelompok. Sunnah karena dianggap baik. Mubah karena boleh dilakukan. Makruh karena dianggap tidak

  34 baik dan haram karena dilarang.

d. Pentingnya Tata Tertib Sekolah

  Adanya pendidikan mempunyai tujuan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi manusia.

  Tujuan yang ada tersebut sulit tercapai bila lingkungan disekitarnya tidak mendukung. Oleh karena itu lembaga pendidikan sekolah sebagai salah satu komponen yang mewujudkan tujuan pendidikan harus mempunyai tata tertib. Adanya tata tertib sangat membutuhkan karena sedikit banyak akan menumbuhkan kedisiplinan pada anak. Agar anak menjadi disiplin, tentunya kedisiplinan ini harus dimulai dari pihak yang memberikan pengajaran. Dalam menanamkan disiplin pada anak harus konsisten artinya apa yang diperintahkan oleh subyek disiplin kepada

  35 obyek disiplin (siswa) subyek juga harus menjalankannya.

  33 34 Arikunto, Manajemen Pengajaran secara Manusiawi, 123-124.

  Hasan Langgulun, Manusia dan Pendiidkan, (Suatu Analisis Psikologi dan Pendidikan)

  J.A. Comunius mengemukakan pentingnya tata tertib sekolah, yaitu : “suatu sekolah yang tidak mempunyai tata tertib ibarat kincir

  36 yang tidak berair”.

  Berdasarkan dari pedoman tersebut apabila sekolah tidak mempunyai tata tertib akan menimbulkan ketimpangan dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu tata tertib sekolah merupakan syarat mutlak terjaminya kelangsungan hidup suatu kesatuan sosial. Dan sekolah merupakan salah satu kesatuan sosial yang menjadi wadah

  37 pendidikan.

  1) Bagi pendidik

  a) Dengan adanya tata tertib memungkinkan untuk membantu keamanan sekolah, ketentraman dilingkungan sekolah, sehingga proses belajar mengajar dapat menjadi lancar.

  b) Dengan adanya tata tertib memungkinkan bagi pendidik membuat suasana pergaulan kearah pendidikan yang baik, dengan demikian pendidikan akan mudah memperhatikan kondisi dari anak didik.

  2) Bagi siswa

  a) Dengan adanya tata tertib menjadikan suasana belajar lebih terkendali sehingga memudahkan siswa untuk menangkap pelajaran.

  b) Tata tertib dapat membiasakan anak didik untuk menghormati hak dan kepentingan orang lain dengan menahan kemauan mereka.

  c) Siswa akan sadar bahwa tata tertib dibuat untuk kebaikan bagi

  38 mereka.

  e.

  

Faktor-faktor penyebab timbulnya pelanggaran tata tertib sekolah

  Permasalahan yang dihadapi siswa adalah timbul karena adanya sebab diantara faktor keluarga, lingkungan sekolah, dan faktor masyarakat. Berikut akan penjelasan dari ketiga faktor tersebut: 1)

  Faktor keluarga Keluarga adalah lembaga pertama dan utama dalam melaksanakan proses sosialisasi pribadi anak dan juga keluarga memberikan pengaruh menentukan pembekalan watak kepribadian anak.

  Keluarga merupakan lingkungan terdekat dalam membesarkan, mendewasakan, dan mendapat pendidikan yang pertama kalinya.

  Mulai dari awal lahir dibina atau dididik oleh keluarga sampai menginjak usia sekolah baru dititipkan ke lembaga pendidikan formal.

  2) Faktor lingkungan sekolah

  Sekolah merupakan pendidikan yang kedua setelah keluarga bagi anak-anak. Permasalahan yang disebabkan oleh faktor sekolah adalah:

  a) Adanya guru yang kurang simpatik terhadap siswanya.

  b) Fasilitas pendidikan yang kurang memadai.

  c) Hubungan antaraguru dan siswa yang kurang harmonis.

  39

  d) Cara mengajar guru yang membosankan. 3)

Dokumen yang terkait

Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan

10 74 155

Perancangan Fabel dalam Upaya Mengajarkan Anak Mengenai Tata Tertib di Rumah

0 2 1

Nufikha Ulfah IAIN Ponorogo ulfahnufikhagmail.com Abstrak - View of Pengembangan Kompetensi Profesional Calon Guru PKn MI: Pemahaman tentang Paradigma Baru PKn

0 0 16

BAB I PENDAHULUAN - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Manajerial Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMP Negeri 4 Satu Atap Kedungjati Kabupaten Grobogan

0 0 10

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Manajerial Kepala Sekolah dalam Peningkatan Kinerja Guru di SMP Negeri 4 Satu Atap Kedungjati Kabupaten Grobogan

0 0 21

Peran Kepala Sekolah sebagai leader dalam meningkatkan kompetensi pedagogik Guru PAI di SDIT Arafah Sampit Kab.Kotawaringin Timur - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 0 20

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah - Peran Kepala Sekolah sebagai leader dalam meningkatkan kompetensi pedagogik Guru PAI di SDIT Arafah Sampit Kab.Kotawaringin Timur - Digital Library IAIN Palangka Raya

0 1 130

6.2. Dasar, Arah, dan Tujuan - Tata Tertib Kemahasiswaan

0 0 10

BAB II LANDASAN TEORI A. Kepala Sekolah 1. Pengertian Kepala Sekolah - Peran Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 6 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 2 54

BAB III METODE PENELITIAN - Peran Kepala Sekolah dan Guru PAI dalam meningkatkan prestasi belajar Pendidikan Agama Islam di SMP PGRI 6 Bandar Lampung - Raden Intan Repository

0 0 14