Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan

(1)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

EVITA MAWIRIANTI

1110018200003

PROGAM STUDI MANAJEMEN PENDIDIKAN

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2014


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta 2014.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi. Penulis melakukan penelitian di SMPN 131 Jakarta Selatan Karena ada kinerja guru yang meningkat dari tahun ke tahun dibuktikan dengan semakin banyaknya jumlah siswa.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara dan dokumentasi. Dengan subyek penelitian kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru dari 42 guru yang ada.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan sudah mampu meningkatkan kinerja guru meskipun kepala sekolah belum sepenuhnya memberikan motivasi secara maksimal. Peningkatan kinerja guru tersebut dibuktikan dengan data rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun 2013-2014 yang menunjukkan bahwa kinerja guru sudah baik dan mengalami peningkatan pada setiap tahunnya.


(8)

ABSTRACT

Evita Mawirianti ( NIM : 1110018200003 ). The role of Principle as a Motivator in Increasing Teachers’ Performance in SMPN 131 Jakarta Selatan. Thesis Program Tier One (S-1) Faculty of Tarbiyah and Teaching Science Syarif Hidayatullah State Islamic University of Jakarta in 2014.

The objective of this study is to find out the role of the principle leadership in giving encouragement and direction though motivation. The reason that the writer took the study in SMPN 131 Jakarta Selatan is the increasing of teachers’ performances shown by increasing the number of students in that school.

This study used qualitative descriptive approach. Technique in collecting the data used observation, interview and dokumentation. The subjects of the study are the principle, vice-principle, 10 teachers out of 42 teachers.

The result shows that the role of principle as a motivator in SMPN 131 Jakarta Selatan has been able to increase teachers’ performances even though the principle has not given the motivation maximally. The enhancement of teachers’

performances proved by teachers’ performance scoring in 2013-2014 that is show

the performances are already good and grow every year.


(9)

menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk dan keajaiban, untuk menjadi khalifah di muka bumi ini.

Shalawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan umat manusia, yaitu Nabi Muhammad SAW sang pemilik akhlak mulia, pembawa kebenaran dan kedamaian bagi seluruh alam. Atas berkat rahmat dan hidayah

Allah SWT, penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Kepala

Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan” ini sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada. Adapun keberhasilan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari banyak pihak, baik langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis patut mengucapkan banyak terima kasih kepada:

1. Dra. Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Dr. Hasyim Asy’ari, M. Pd. Ketua Jurusan Manajemen Pendidikan.

3. Masyhuri AM., M. Pd. Sebagai dosen pembimbing yang telah sabar

meluangkan waktunya untuk membimbing dan memberikan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah mendidik dan membimbing penulis selama belajar.

5. Pimpinan dan Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan

perpustakaan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan pelayanan dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis untuk meminjam buku-buku yang diperlukan dalam rangka menyelesaikan skripsi ini.

6. Kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Drs. Djoko Towo HB, M. Pd dan wakil

kepala SMPN 131 Jakarta Selatan Pracoyo Agus Sumbodo, S. Pd yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian skripsi dan


(10)

selalu memberikan dukungan dan motivasi kepada penulis.

8. Kakek H. Yahya dan Nenek Hj. Fatimah serta keluaga besar kami yang

selalu mendoakan agar penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

9. Eki Adi Putra tersayang yang selalu setia menemani dan memotivasi penulis.

10. Kakak-kakak yang aku sayangi Tri Februa Andrian, Muhammad Soleh,

Hanasir Bumi, Marta, Regay, Sandi Rosadi, yang selalu menghibur dan memberikan semangat kepada penulis.

11. Adik-adik yang aku sayangi Kaman Daka, Firda Zahra, Reni Astuti, yang

selalu memberikan semangat serta doanya kepada penulis agar diberi kelancaran dalam penyelesaian skripsi ini.

12. Sahabat Sejatiku Ayuwah, Dwi lembut, Nanda, Echa, Nuri, Mpie, Nur Azizah

yang sampai detik ini selalu setia memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

13. Teman terdekatku Jeani Kartika, Rizky Nurmeida Sobari, Silvia Khairunnisa,

dan Sholahuddin Misbah, Yusuf Amrullah, Miftahudin, Faiz Bi’amrillah,

Irfan Ardian, Faris Hadi yang selalu menemani, memberi saran dan membantu penulis dalam penyelesaian skripsi.

14. Seluruh sahabat Saung (Febrian Wulandari, Mardhiyah, Sripurwanti, Ainul

rachmah, Julian Eka Riyanti, Alpina Ilham, Aditia Rini Kusuma Wardani, Wulan Sari, Dwi Stianingsih, Triwahyuni) yang selalu ada suka maupun duka dan selalu memotivasi penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

15. Teman-teman seperjuangan Manajemen Pendidikan kelas A Angkatan Tahun

2010 yang selalu menghibur dan memberikan motivasi kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

16. Teman-teman pengajian remaja Al-Ikhlas yang selalu memotivasi dan


(11)

Dengan segala kerendahan hati, dan ketulusan nurani, penyusun hanya dapat berdo’a kepada Allah SWT semoga semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini mendapatkan imbalan yang agung dan mulia dari-Nya. Amin.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan. Namun demikian, penulis tetap berharap semoga skripsi ini tetap dapat memberikan manfaaat terutama bagi penulis dan pembaca pada umumnya.

Jakarta, 19 September 2014

Evita Mawirianti NIM. 1110018200003


(12)

v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 7

F. Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator ... 8

1. Pengertian Kepala Sekolah ... 8

2. Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM .... 10

3. Kepala Sekolah Sebagai Motivator ... 12

B. Motivasi ... 15

1. Pengertian Motivasi ... 15

2. Teori Motivasi ... 17

3. Fungsi Motivasi ... 19

4. Jenis-jenis Motivasi ... 20

5. Asas-asas Motivasi ... 21

C. Kinerja Guru ... 24

1. Pengertian Guru ... 24

2. Pengertian Kinerja Guru ... 25

3. Ruang Lingkup Kinerja Guru ... 26

4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru ... 28

5. Kopetensi Kinerja Guru ... 29

D. Hasil Penelitian yang Relevan ... 32


(13)

vi

D. Teknik Pengumpulan Data ... 37

E. Teknik Analisis Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Objek Penelitian... 41

1. Sejarah Sekolah ... 41

2. Letak Geografis Sekolah ... 42

3. Visi dan Misi Sekolah ... 42

4. Kultur Sekolah ... 45

5. Program Unggulan Sekolah ... 46

6. Keadaan Guru... 46

7. Keadaan Siswa ... 49

8. Sarana dan Prasarana Sekolah ... 50

9. Ekstrakurikuler ... 53

10.Data Prestasi Sekolah/Siswa ... 55

B. Deskripsi Data ... 56

1. Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator di SMPN 131 .... 56

2. Faktor pendukung dan Penghambat ... 64

3. Peningkatan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran ... 76

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(14)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara ... 39

Tabel 4.1 Keadaan Kepala Sekolah ... 46

Tabel 4.2 Keadaan Guru ... 47

Tabel 4.3 Nama Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ... 47

Tabel 4.4 Keadaan Siswa ... 50

Tabel 4.5 Sarana dan Prasarana ... 50

Tabel 4.6 Ekstrakurikuler ... 54

Tabel 4.7 Evaluasi Diri Sekolah ... 66


(15)

viii


(16)

ix Lampiran 2 Hasil Wawancara Kepala Sekolah Lampiran 3 Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Lampiran 4 Hasil Wawancara Guru Prakarya/Tata Busana Kelas VII Lampiran 5 Hasil Wawancara Guru Bahasa Inggris Kelas VII/1 dan VII/2 Lampiran 6 Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam Kelas IX Lampiran 7 Hasil Wawancara Guru IPS

Lampiran 8 Hasil Wawancara Guru Matematika

Lampiran 9 Hasil Wawancara Guru Pendidikan Agama Islam Lampiran 10 Hasil Wawancara Guru IPA

Lampiran 11 Hasil Wawancara Guru PLKJ Lampiran 12 Hasil Wawancara Guru Pkn

Lampiran 13 Hasil Wawancara Guru Bahasa Indonesia Lampiran 14 Hasil Wawancara Wakil Kepala Sekolah Lampiran 15 Jadwal Mengajar Guru

Lampiran 16 Penilaian Kinerja Guru

Lampiran 17 Data Rekapitulasi Penilaian Kinerja Guru 2014/2015 Lampiran 18 Uji Referensi

Lampiran 19 Dokumentasi Keadaan Sekolah Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi

Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 22 Surat Permohonan Izin Observasi Lampiran 23 Surat Permohonan Izin Wawancara Lampiran 24 Surat Keterangan Observasi


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah

“Sekolah adalah lembaga yang bersifat kompleks dan unik”.1 Sekolah sebagai

birokrasi yang mana di dalamnya terdapat adanya pimpinan lembaga yaitu kepala sekolah serta badan pembantu seperti wakil kepala sekolah, staf-staf dan para guru yang kesemuanya itu menunjukkan adanya hirarki. Semuanya saling berhubungan dan mempunyai fungsi masing-masing untuk mencapai tujuan bersama.

Selain itu sekolah juga dikatakan sebagai sistem sosial, karena di dalamnya terdapat sekelompok orang-orang yang masing-masing mempunyai tujuan, kemudian kelompok tersebut membentuk menjadi sebuah komunitas dari lingkungan masyarakat untuk menyatukan tujuan tersebut, dan untuk mencapai tujuan tersebut maka di dalamnya berlaku norma atau ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan kerja sama antara orang yang satu dengan orang yang lain. Untuk itu sekolah harus bisa menerima berbagai lapisan masyarakat tanpa membedakan latar belakang. Dengan demikian sekolah terbuka untuk memperoleh input dan selanjutnya mentransformasikan sebagai produksi. Hal tersebut menunjukkan sekolah sebagai sistem terbuka.

Sekolah juga merupakan agen perubahan, yaitu sekolah harus siap untuk berperan melaksanakan fungsinya di dalam situasi kerja yang kemungkinan akan mengalami suatu perubahan. Selain itu sekolah merupakan lembaga yang

1

Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


(18)

melakukan proses perubahan anak didik yang semula tidak tahu menjadi tahu. Dengan peranannya sebagai agen perubahan diharapkan sekolah mampu mewujudkan nilai-nilai sikap, pola pikir, prilaku intelektual, keterampilan dan wawasan para siswa sesuai dengan tujuan pendidikan itu sendiri.

Sekolah sebagai wawasan wiyatamandala, sekolah tidak terlepas dari kehidupan masyarakat yang mana sekolah lahir dari kebutuhan hidup berbangsa,

bermasyarakat, dan bernegara.2 Maka tata kehidupan yang berkembang dalam

masyarakat ikut mewarnai gerak langkah sekolah, baik ekonomi, sosial, budaya, maupun bidang kehidupan yang lain. Oleh sebab itu sekolah berperan sebagai sarana dalam mewujudkan salah satu tujuan nasional yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa sekolah merupakan lembaga yang bersifat kompleks dan unik yaitu bersifat kompleks dalam artian sekolah sebagai organisasi terdapat berbagai dimensi yang satu sama lain saling berkaitan dan saling menentukan. Sedangkan bersifat unik, menunjukkan bahwa sekolah sebagai organisasi memiliki ciri-ciri tertentu yang tidak dimiliki oleh organisasi-organisasi lainnya. Ciri tersebut menjadikan sekolah mempunyai ciri khas yang unik.

Sifatnya yang kompleks dan unik tersebut, sekolah sebagai organisasi memerlukan tingkat koordinasi yang tinggi. Dalam menciptakan koordinasi yang baik maka diperlukan seorang pemimpin. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain di lingkungannya untuk mau bekerja dengan penuh rasa tanggung jawab demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan.

Dengan demikian kehidupan suatu organisasi sangat ditentukan oleh peran seorang pemimpin. Pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Untuk itu dapat dikatakan bahwa sukses tidaknya suatu lembaga pendidikan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sangat tergantung atas kemampuan kepala sekolah dalam memimpin lembaga pendidikannya.

2


(19)

Hal tersebut menunjukkan bahwa kepala sekolah adalah salah satu komponen pendidikan yang paling berperan dalam menentukan keberhasilan suatu lembaga pendidikan, karena itu kepala sekolah harus mampu membawa lembaganya kearah tercapainya tujuan yang telah ditetapkan, ia harus mampu melihat adanya perubahan serta mampu melihat masa depan dalam kehidupan global yang lebih baik.

Bila kita cermati hal tersebut menunjukkan bahwa tugas dan fungsi kepala sekolah tidak sedikit karena dia merupakan orang yang paling berpengaruh dalam mencapai suatu tujuan organisasi (lembaga pendidikan). Menurut Euis Karwati

dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas profesional kepala sekolah adalah sebagai

educator, manager, administrator, supervisor, leader, inovator, dan motivator

atau disingkat dengan EMASLIM”.3

Namun dalam hal ini yang paling berpengaruh pada peningkatan kinerja guru adalah kepala sekolah sebagai motivator. Yaitu bagaimana kepala sekolah meningkatkan kinerja guru melalui motivasi yang diberikannya. Karena motivasi berfungsi untuk mengarahkan, mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan yang dalam hal ini akan dapat menghasilkan peningkatan pada kinerja guru. Untuk itu kepala sekolah harus mempunyai strategi yang tepat dalam memberikan motivasi kepada tenaga kependidikan agar mereka dapat meningkatkan kinerjanya.

Guru merupakan kunci utama dalam meningkatkan prestasi siswa, karena gurulah yang langsung berhadapan dengan peserta didik untuk mentransfer ilmu pengetahuan sekaligus mendidik dengan nilai-nilai positif melalui bimbingan dan keteladanannya. Maka dapat dikatakan bahwa keberhasilan siswa dipengaruhi oleh kinerja guru yang maksimal. Menurunnya prestasi peserta didik bisa disebabkan karena melemahnya kinerja guru.

Dengan demikian keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja dapat ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Guru yang memiliki motivasi kerja tinggi cenderung hasil kerjanya pun akan maksimal dan sebaliknya guru yang motivasinya rendah, maka hasil kerjanya pun tidak akan maksimal. Hal ini karena

3

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah :


(20)

motivasi merupakan salah satu aspek yang sangat penting, sering terjadi guru yang kurang berprestasi bukan disebabkan oleh kemampuannya yang kurang, akan tetapi dikarenakan tidak adanya motivasi untuk bekerja sehingga ia tidak berusaha untuk mengerahkan segala kemampuannya. Hal ini sejalan dengan Wina Sanjaya yang mengatakan bahwa perilaku atau tindakan yang ditunjukan

seseorang dalam upaya mencapai tujuan tertentu sangat tergantung dari motive

yang dimilikinya.4 Oleh karena itu kepala sekolah harus dapat memahami sikap

kerja bawahanya masing-masing. Sehingga kepala sekolah dapat memotivasi guru dengan cara yang berbeda-beda sesuai dengan kebutuhannya masing-masing. Motivasi merupakan salah satu alat atasan agar bawahan mau bekerja keras

dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan.5 Karena ada bawahan yang

baru mau bekerja setelah dimotivasi atasannya. Rutinitas pekerjaan sering menimbulkan kejenuhan mendalam yang dapat menurunkan motivasi berprestasi, yang diperparah oleh kondisi kerja yang tidak mendukung. Dengan adanya motivasi yang kuat penulis meyakini bahwa seseorang akan berungguh-sungguh dalam bekerja. Karena motivasi kerja berdampak pada prestasi kerja, disiplin, dan kualitas kerjanya. Pada guru yang terpenuhi motivasinya maka kinerjanya akan meningkat dan kemungkinan akan berdampak positif pada hasil kerja sehingga dapat meningkatkan produktivitas pendidikan tersebut.

Sebagaimana yang dipaparkan Sutermeister yang dikutip oleh Rusman

bahwa “produktivitas itu kira-kira 90% bergantung pada prestasi kerja dan 10% tergantung pada teknologi dan bahan yang digunakan, prestasi kerja itu sendiri untuk 80-90% bergantung pada motivasinya untuk bekerja, 10-20% bergantung pada kemampuannya, dan motivasi kerja 50% bergantung pada kondisi sosial, 40% bergantung pada kebutuhan-kebutuhannya, 10% bergantung pada

4

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), Cet.1, h. 250.

5

Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi


(21)

kondisi fisik.6 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kinerja guru akan memiliki pengaruh terhadap produktivitas pendidikan.

SMPN 131 Jakarta Selatan merupakan sekolah yang sudah berstandar Nasional dan sudah berakreditas A. Sekolah yang sudah berdiri selama kurang lebih 35 tahun lamanya, merupakan sekolah yang sudah dikenal sukses dalam mencetak lulusan yang berkualitas, sehingga banyak diminati oleh masyarakat sekitar. Hal ini terbukti dari lulusannya yang berprestasi dan jumlah murid yang setiap tahunnya selalu meningkat. Ini semua tentunya tidak lepas dari peran kepala sekolah dan prestasi kinerja guru.

Namun dalam mengoptimalkan kinerja guru, kepala sekolah harus dapat memberikan semangat dan arahan serta menjalin komunikasi yang baik kepada guru. Akan tetapi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan jarang sekali berada di sekolah, karena selain menjadi kepala sekolah di SMPN 131 Jakarta Selatan beliau juga menjadi kepala sekolah di SMP 239.

Dengan jarangnya keberadaan kepala sekolah tersebut, tentunya dapat memberi jarak komunikasi antara kepala sekolah dengan guru. Komunikasi yang kurang dari kepala sekolah akan dapat mempengaruhi motivasi kerja guru, karena kurangnya arahan langsung dari kepala sekolah sebagai sarana motivasi bagi guru. Sehingga guru akan enggan untuk meningkatkan kinerjanya. Padahal keberhasilan yang dicapai guru dalam bekerja ditentukan oleh motivasi yang dimilikinya. Sedangkan untuk menjadikan sekolah agar dapat mencetak lulusan yang berkualitas diperlukan kinerja yang baik dari guru untuk dapat meningkatkan produktivitas di sekolah tersebut. Sehingga terdapat pertanyaan disini apakah kinerja guru yang baik tersebut dikarenakan motivasi kinerja guru yang tinggi dalam bekerja, ataukah ada peran kepala sekolah di dalamnya? Dan timbul pertanyaan lagi apakah kinerja tinggi dalam mengajar dikarenakan adanya peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru. Untuk menjawab semua itu maka diperlukan penelitian yang lebih mendalam.

6


(22)

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian sebagai upaya bagaimana peran kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru

di SMPN 131 Jakarta dengan judul “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator

dalam Meningkatkan Kinerja Guru”.

B.

Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasi masalah pokok sebagai berikut :

1. Belum optimalnya peran kepala sekolah sebagai motivator di SMPN 131

Jakarta Selatan.

2. Belum optimalnya kinerja guru dalam proses belajar mengajar di SMPN

131 Jakarta Selatan.

3. Belum maksimalnya kepala sekolah dalam memberikan motivasi

terhadap kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

C.

Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang terdapat di SMPN 131 Jakarta Selatan, maka dalam penelitian ini dibatasi pada Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dalam Meningkatkan Kinerja Guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

D.

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan idenfikasi masalah yang diuraikan, maka penulis merumuskan masalah yang akan dijadikan dasar penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan

kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan?

2. Faktor pendukung dan penghambat apa saja yang dihadapi kepala

sekolah sebagai motivator di SMPN 131 Jakarta Selatan?


(23)

E.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui peran motivasi kepala sekolah terhadap kinerja guru di

SMPN 131 Jakarta Selatan.

2. Mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam pemberian

motivasi kepala sekolah terhadap guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

3. Mengetahui peningkatan kinerja guru atas motivasi yang diberikan

kepala sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan.

F.

Kegunaan penelitian

1. Bagi peneliti, hasilnya dapat menambah ilmu pengetahuan sebagai hasil

pengamatan langsung khususnya terkait dengan peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru, dan sebagai suatu pengalaman yang tak pernah ditemui sebelumnya sehingga dapat menambah wawasan pada peneliti.

2. Bagi sekolah, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan,

bahan pertimbangan dan sumber data guna perbaikan, pengembangan dan peningkatan dalam dunia pendidikan khususnya dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan.

3. Bagi pembaca, berguna sebagai sebuah informasi dan bahan masukan

bagi perumusan konsep tentang peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru dalam upaya pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan.


(24)

BAB II

KAJIAN TEORI

A.

Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator

1.

Pengertian Kepala Sekolah

Faktor penting yang besar pengaruhnya terhadap mutu pendidikan adalah

kepala sekolah sebagai pemimpin pendidikan. “Pemimpin adalah orang yang

melakukan kegiatan dalam usaha mempengaruhi orang lain yang ada dilingkungannya pada situasi tertentu, agar orang lain mau bekerja dengan

penuh rasa tanggung jawab demi tercapaianya tujuan yang telah ditetapkan”.1

Dengan demikian, kepala sekolah merupakan pimpinan satuan pendidikan yang mempunyai peranan yang sangat besar dalam mengembangkan mutu pendidikan di sekolah serta mempunyai pengaruh yang besar pula dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Adapun definisi kepala sekolah menurut Wahjosumidjo bahwa “kepala

sekolah adalah seorang tenaga fungsional guru yang diberi tugas untuk memimpin suatu sekolah di mana diselenggarakan proses belajar mengajar, atau tempat di mana terjadi interaksi antara guru yang memberi pelajaran dan

murid yang menerima pelajaran”.2 Tugas tersebut seharusnya dapat

1

Husna Asmara, Pengantar Kepemimpinan Pendidikan, (Jakarta : Balai

Aksara-Yudhistira, 1982), cet.1. h. 5-6.

2Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,


(25)

dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan dengan baik, agar kepala sekolah dapat menjadikan sekolahnya menjadi sekolah yang berkualitas.

Menurut James M Lipham yang dikutip oleh Euis Karwati dan Donni Juni Priansa dalam bukunya kinerja dan profesionalisme kepala sekolah

mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah mereka yang banyak mengetahui

tugas-tugas mereka dan mereka yang menentukan irama bagi sekolah

mereka”.3 Kepala sekolah dituntut untuk mampu memimpin sekaligus

mengorganisir dan mengelola pelaksanaan program belajar mengajar yang

diselenggarakan di sekolah yang dipimpinnya.Untuk itu kepala sekolah harus

mengetahui tugas-tugas yang akan dilaksanakan oleh bawahannya agar sasaran dari tujuan yang ingin dicapai dalam suatu program yang dilaksanakan dapat terlaksana dengan baik dan menghasilkan hasil yang baik pula sehingga tercapailah tujuan tersebut. Hal ini menunjukkan pula bahwa kepala sekolah adalah orang yang menentukan arah dari tercapainya tujuan tersebut.

Sedangkan menurut Mulyasa dalam bukunya Menjadi Kepala Sekolah

Profesional, mengatakan bahwa “kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang direkrut komite sekolah untuk mengelola segala kegiatan

sekolah berdasarkan kebijakan yang ditetapkan.4

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kepala sekolah adalah pemimpin di suatu lembaga pendidikan yang mempunyai kekuasaan penuh untuk menentukan irama bagi lembaga yang di ampunya dan mempunyai tanggung jawab penuh untuk mengelola segala kegiatan di lembaga tersebut berdasarkan kebijakan yang telah ditetapkan guna pencapaian tujuan bersama.

3

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Kinerja dan Profesionalisme Kepala Sekolah :

Membangun Sekolah yang Bermutu, (Jakarta: ALFABETA, 2013), cet. 1, h. 37.

4

Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,


(26)

2.

Tugas Profesional Kepala Sekolah sebagai EMASLIM

Untuk mencapai suatu keberhasilan tentunya kepala sekolah harus menjalankan tugas sebagaimana mestinya. Adapun tugas profesional kepala

sekolah Menurut Euis Karwati dan Donni Juni Priansa bahwa “tugas

profesional kepala sekolah adalah sebagai educator, manager, administrator,

supervisor, leader, inovator, dan motivator atau disingkat dengan

EMASLIM”.5

a. Kepala sekolah sebagai edukator, ia harus mampu berperan sebagai

pendidik. Yaitu dapat membimbing staf, dan pegawai lainnya untuk dapat bekerja sesuai dengan tugasnya masing-masing dan juga mampu membimbing peserta didik, mengikuti kemajuan IPTEK serta kemampuan memberikan contoh dan teladan yang baik kepada semua warga sekolah. Kepala sekolah sebagai edukator dalam menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara memberikan saran atau masukan kepada guru, dan juga memberikan arahan sekaligus bimbingan kepada guru atas motivasi yang diberikannya dalam upaya meningkatkan kinerja guru. Sebagaimana fungsi motivasi tersebut yaitu untuk mengarahkan pada suatu sasaran atau tujuan yang diinginkan.

b. Kepala sekolah sebagai manajer, ia harus mampu mengatur SDM yang

ada di hal-hal yang terkait dalam pencapaian tujuan seperti menyusun program di sekolah, menyusun organisasi kepegawaian yang tepat, kemampuan menggerakkan staf untuk lebih giat dalam melaksanakan tugas, kemampuan mengoptimalkan semua sumber daya yang dimiliki oleh sekolah. Kepala sekolah sebagai manajer dalam menumbuhkan motivasi yaitu dengan cara mengatur program kerja dengan baik, sesuai dengan kemampuan guru dalam melaksanakan beban kerja yang diberikan dan dapat menggerakkan guru untuk giat melaksanakan tugasnya seperti, menyusun RPP (Rencana Program Pembelajaran),

5


(27)

menilai hasil belajar siswa dan lain-lain. Dalam hal ini hasil yang ingin dicapai yaitu untuk mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.

c. Kepala sekolah sebagai administrator, ia harus dapat mengelola

administrasi proses belajar mengajar dan bimbingan konseling, mengelola administrasi kesiswaan, mengelola administrasi keuangan yang diwujudkan dalam kelengkapan dan akuntabilitas tentang penggunaan dan laporan keuangan. Serta mampu mengelola administrasi sarana dan prasarana, dan juga mengelola administrasi persuratan. Dengan kemampuan kepala sekolah dalam mengelola administrasi tersebut maka kebutuhan guru akan terpenuhi sehingga guru akan termotivasi dalam meningkatkan kinerjanya.

d. Kepala sekolah sebagai supervisor, ia harus mampu melaksanakan

program supervisi pendidikan yang baik, serta memanfaatkan hasil supervisi pendidikan untuk perbaikan dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah. Dalam hal ini untuk memotivasi guru kepala sekolah harus mampu melakukan penilaian kinerja terhadap guru dalam KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) hasil penilaian tersebut akan mempengaruhi guru untuk meningkatkan kinerjanya bila dirasa adanya penurunan pada kinerjanya.

e. Kepala sekolah sebagai leader, ia harus mampu memimpin sekolah atau

madrasah dalam rangka pendayagunaan sumber daya sekolah secara optimal. Kepala sekolah sebagai leader dalam menumbuhkan motivasi dapat dilihat dari peran kepemimpinan kepala sekolah dalam memberikan dorongan dan arahan melalui motivasi.

f. Kepala sekolah sebagai innovator, ia harus mampu mencari dan

menemukan gagasan-gagasan baru untuk pembaharuan di sekolah serta kemampuan untuk melaksanakan pembaharuan di sekolah. Untuk menumbuhkan motivasi kepada guru kepala sekolah harus mau menerima saran dan kritik baik itu dari guru, staf dan pegawai lainnya agar mereka termotivasi untuk memberikan ide, saran ataupun kritik terkait pengembangan sekolah.


(28)

g. Kepala sekolah sebagi motivator, ia harus mampu mengatur lingkungan kerja agar kondusif, mengatur suasana kerja menjadi nyaman dan tenang dan dapat menimbulkan kreatifitas dan ide-ide yang cemerlang dari warga sekolah, memberikan penghargaan bagi semua warga sekolah yang berprestasi dan memberikan hukuman kepada warga sekolah yang melanggar aturan yang telah ditetapkan bersama.

3.

Kepala Sekolah Sebagai Motivator

Motivasi merupakan dorongan yang terdapat dalam diri seseorang untuk berusaha mengadakan perubahan tingkah laku yang lebih baik dalam

memenuhi kebutuhannya.6 Dorongan tersebutlah yang menjadi penggerak

untuk melakukan sebuah tindakan nyata dalam pemenuhan suatu kebutuhan tersebut. Seorang pemimpin pendidikan tentunya harus bisa menjadi penggerak di lembaganya untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan sekolah, penggerak disini dalam artian memberikan dorongan atau motivasi kepada bawahannya dalam rangka memenuhi kebutuhan sekolah tersebut demi tercapainya tujuan sekolah.

Tugas dan fungsi kepala sekolah tentunya tidak sedikit salah satunya adalah sebagai motivator yang kita artikan disini adalah sebagai pendorong atau penggerak yaitu bagaimana kepala sekolah dapat mendorong atau menggerakkan bawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) dalam pemenuhan tugas. Tugas tersebut tentunya dapat diselesaikan tepat pada waktunya dan dikerjakan semaksimal mungkin dalam rangka mencapai suatu keberhasilan bersama yaitu keberhasilan dalam melaksanakan visi dan misi sekolah yang telah disepakati bersama.

Kepala sekolah harus mampu memotivasi atau mendorong

bahawahannya (tenaga pendidik dan kependidikan) untuk senantiasa eksis terhadap pekerjaan yang dijalankannya. Sebagai motivator kepala sekolah

6

Hamzah B. Uno, Teori Motivasi dan Pengukurannya Analisis di Bidang Pendidikan,


(29)

harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang bawahannya (tenaga pendidikan dan kependidikan) untuk tetap bersemangat dalam menjalankan tugas dan fungsinya.

Dalam hal ini kepala sekolah harus memiliki strategi yang tepat dalam memberikan motivasi kepada bawahannya, motivasi ini dapat ditumbuhkan melalui : pengaturan lingkungan fisik, pengaturan suasana kerja, disiplin, dorongan, penghargaan secara efektif, dan penyediaan berbagai sumber

belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar (PSB).7

Pengaturan lingkungan fisik, lingkungan adalah salah satu faktor terpenting dalam memenuhi rasa nyaman dan aman pada diri seseorang. Oleh karenanya pengaturan lingkungan fisik dapat berpengaruh pada motivasi kerja seseorang. Untuk itu kepala sekolah harus dapat membangkitkan semangat tenaga kependidikan, agar dapat menjalankan tugasnya secara optimal. Dengan demikian diperlukan pengaturan lingkungan fisik yang baik untuk dapat memberikan rasa nyaman dan aman kepada bawahannya dalam bekerja, guna mendorong penyelesaian kerja yang optimal. Adapun pengaturan lingkungan fisik menurut mulyasa, yaitu mencangkup ruang kerja yang kondusif, ruang belajar, ruang perpustakana, ruang laboratorium,

bengkel, serta mengatur lingkungan sekolah yang nyaman dan

menyenangkan. 8

Pengaturan suasana kerja, dalam bekerja tentunya seseorang membutuhkan suasana yang nyaman untuk dapat bekerja dengan baik. Nyaman dalam artian suasana yang dapat mendukung terlaksananya suatu pekerjaan atau tugas yang akan dilaksanakan. Lingkungan yang kondusif kiranya dapat menumbuhkan motivasi seseorang dalam bekerja atau dalam melaksanakan tugasnya. Karena dengan lingkungan yang kondusif seseorang dapat merasa nyaman dan pada akhirnya terdorong atau tergerak untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaannya. Suasana kerja yang tenang dan menyenangkan juga akan membangkitkan semangat kerja para tenaga

7

Mulyasa. op. cit., h. 120.

8


(30)

kependidikan. Untuk itu, kepala sekolah harus mampu menciptakan hubungan kerja yang baik atau harmonis dengan bawahannya serta menciptakan lingkungan yang kondusif yaitu nyaman, aman dan menyenangkan. Hal tersebut dilakukan agar bawahan mau bekerja dengan penuh semangat dan secara optimal.

Disiplin, dalam meningkatkan taraf kerja yang baik kiranya kepala sekolah perlu menanamkan kedisiplinan kepada semua bawahan termasuk pada dirinya sendiri. Dengan pemberian tauladan atau contoh berdisiplin yang baik pada bawahan dapat memotivasi bawahan untuk selalu disiplin dalam bekerja salah satunya dalam penyelesaian tugas. Melalui disiplin tersebut diharapkan dapat tercapai tujuan secara efektif dan efesien, serta dapat meningkatkan produktivitas sekolah.

Dorongan, untuk menggerakkan bawahan agar mau bekerja secara optimal dan penuh dengan rasa semangat tentunya kepala sekolah harus terus memotivasi bawahannya. Karena ada bawahan yang mau bekerja setelah dimotivasi. Setiap orang pasti memiliki karakteristik yang berbeda-beda, sehingga memerlukan perhatian dan pelayanan khusus pula dari pemimpinnya, khusunya pada pemberian motivasi. Oleh karena itu untuk meningkatkan profesionalisme tenaga kependidikan, kepala sekolah harus terus memperhatikan motivasi tenaga kependidikan.

Penghargaan. Penghargaan dapat berfungsiuntuk meningkatkan prestasi kerja para tenaga kependidikan. Melalui penghargaan ini para tenaga kependidikan dapat dirangsang untuk meningkatkan profesionalisme kerja secara positif dan produktif. Karena ada orang yang mau meningkatkan kinerjanya untuk meraih suatu penghargaan tersebut. Penghargaan tersebut bisa berupa pujian, hadiah dan sebagainya yang diberikan atas dasar prestasi kerja yang baik.

Penyediaan sumber belajar, untuk menunjang kegiatan belajar mengajar yang efektif, kepala sekolah harus menyediakan sumber belajar sesuai dengan kebutuhan sekolah. Dengan sumber belajar yang memadai tentunya kegiatan belajar mengajar akan terlaksana dengan baik.


(31)

Dengan demikian diharapkan kepala sekolah mampu menjadi motivator yang baik dan mampu meningkatkan kemauan tenaga kependidikan dalam menjalankan serta menyelesaikan tugas dan fungsinya.

Adapun peran kepala sekolah menurut Euis Karwati dalam meningkatkan motivasi kerja yaitu :

a) Menerapkan manajemen yang terbuka

b) Penerapan deskripsi pekerjaan dengan tugas dan fungsi yang jelas

c) Menerapkan hubungan vertikal kebawah

d) Pemetaan program dan kegiatan peningkatan motivasi kerja

e) Pengawasan yang berkelanjutan dan menyeluruh

f) Evaluasi.9

Berbagai kegiatan tersebut diharapakan dapat meningkatkan motivasi, yang selanjutnya akan memberi dampak positif terhadap upaya dalam meningkatkan kinerja guru. Dengan demikian, kepala sekolah memiliki peran yang strategis dalam meningkatkan motivasi

B.

Motivasi

1.

Pengertian Motivasi

Menurut Isbandi Rukminto Adi yang dikutip oleh Hamzah B. Uno

“Istilah motivasi berasal dari kata motif yang dapat diartikan sebagai

kekuatan yang terdapat dalam diri individu, yang menyebabkan individu

tersebut bertindak atau berbuat”.10 Maka dapat disimpulkan bahwa kekuatan

dalam diri individu tersebutlah yang menjadi pendorong dirinya untuk melakukan suatu kegitan tertentu dalam pencapaian tujuan. Hal ini biasa disebut sebagai motivasi instrinsik yaitu motivasi yang datang dari dalam diri individu sendiri.

Menurut Wina Sanjaya, “motivasi adalah dorongan yang dapat

menimbulkan perilaku tertentu yang terarah kepada pencapaian suatu tujuan

9

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, op. cit., h. 91.

10


(32)

tertentu”.11 Ini berarti bahwa ada kondisi yang mendorong atau yang menyebabkan manusia melakukan tindakan dengan sadar. Kondisi yang demikian itu dapat diciptakan oleh pribadi manusia itu sendiri atau oleh

manusia lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat J. Winardi, bahwa

motivasi adalah “suatu kekuatan potensial yang ada di dalam diri seorang diri manusia, yang dapat dikembangkannya sendiri atau dikembangkannya oleh sejumlah kekuatan luar yang pada intinya berkisar sekitar imbalan moneter dan imbalan non moneter, yang dapat mempengaruhi hasil kinerjanya secara

positif atau secara negatif”.12

Adapun menurut N. Manulang yang dikutip oleh Suhendra dan Murdiyah Hayati dalam bukunya manajemen sumber daya manusia mendefinisikan

motivasi sebagai “pekerjaan yang dilakukan oleh seorang manajer

memberikan inspirasi, semangat dan dorongan kepada orang lain, dalam hal ini karyawan untuk mengambil tindakan-tindakan. Pemberian dorongan ini bertujuan untuk menggiatkan karyawan agar mereka bersemangat dan dapat

mencapai hasil sebagaimana dikehendaki”.13

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi adalah kekuatan atau dorongan yang timbul pada dalam diri seseorang sehingga orang tersebut bertindak atau berbuat sesuatu tertentu untuk mencapai sesuatu tujuan tertentu pula dan motivasi ini juga dapat ditimbulkan oleh orang lain seperti kepala sekolah yaitu dengan memberika semangat dan inspirasi yang bertujuan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan kata lain motivasi merupakan sesuatu yang sangat pokok yang menjadi dorongan seseorang untuk bekerja. Inti pemberian motivasi adalah menumbuhkan kesadaran diri pada karyawan bahwa bekerja merupakan suatu kebutuhan.

11

Wina Sanjaya, Kurikulum dan Pembelajaran : Teori dan Praktik Pengembangan

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2008), cet. 1, h. 250.

12

J. Winardi, Motivasi Pemotivasian dalam Manajemen, (Jakarta : PT Raja Grafindo

Persada, 2001), h. 6.

13

Suhendra dan Murdiyah Hayati, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta :


(33)

2.

Teori Motivasi

Berikut dikemukakan beberapa teori tentang motivasi, antara lain :

a. Teori Maslow

Maslow merupakan tokoh yang mencetuskan teori hierarki kebutuhan. Menurut Maslow hierarki kebutuhan sesungguhnya dapat digunakan untuk mendeteksi motivasi manusia. Hierarki itu didasarkan pada anggapan bahwa pada waktu orang telah memuaskan satu tingkat kebutuhan tertentu, mereka

ingin bergeser ke tingkat yang lebih tinggi. Maslow mengemukakan lima

tingkat kebutuhan yaitu :

1. Kebutuhan fisiologikal (fisiological needs). Kebutuhan dasar yang harus

dipenuhi manusia. Contoh kebutuhan ini adalah kebutuhan akan sandang, pangan, papan, istirahat, rekreasi, tidur, dan hubungan seks. Untuk memenuhi kebutuhan ini manusia biasanya berusaha keras untuk mencari rezeki.

2. Kebutuhan keselamatan (safety needs, security needs). Setelah kebutuhan

fisiologikal terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan keselamatan atau rasa aman. Contoh kebutuhan ini antara lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun, memiliki ansuransi, memasang pagar, teralis pintu, dan jendela.

3. Kebutuhan berkelompok (social needs, love needs, belonging needs,

offection needs). Setelah kebutuhan keselamatan atau rasa aman terpenuhi maka muncul pula kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan hidup berkelompok, bergaul, bermasyarakat, ingin mencintai dan dicintai, serta ingin memiliki dan dimiliki.

4. Kebutuhan penghargaan (esteem needs, egoistic needs), setelah kebutuhan

berkelompok terpenuhi maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan penghargaan atau ingin berprestasi

5. Kebutuhan aktualisasi diri (self-actualization needs, self-realization needs,

self-fulfillment needs, self-expression needs). Setelah kebutuhan penghargaan terpenuhi, maka muncul kebutuhan baru yang diinginkan manusia, yaitu kebutuhan akan aktualisasi diri atau realisasi diri, atau


(34)

pemenuhan kepuasan atau ingin berprestise. Contoh kebutuhan ini antara lain memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga gengsi, mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, ingin mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat yang

setinggi-tingginya.14

b. Teori Herzberg

Teori Motivasi Herzbergs : menurut teori ini motivasi yang ideal adalah peluang untuk melaksanakan tugas yang lebih membutuhkan keahlian dan peluang untuk mengembangkan kemampuan. Menurutnya ada dua faktor penting yang mempengaruhi produktivitas kerja seseorang, yakni faktor

pemeliharaan dan faktor motivator.15

a. Faktor pemeliharaan: yang menghubungkan dengan hakikat pekerja yang

ingin memperoleh ketenangan badaniah. Dalam bekerja kebutuhan dapat disamakan dengan kebutuhan akan gaji, kepastian pekerja dan supervisi yang bik. Jadi faktor-faktor ini bukanlah sebagai motivator, akan tetapi merupakan keharusan bagi perusahaan.

b. Faktor-faktor motivasi: faktor-faktor ini merupakan faktor-faktor

motivasi yang menyangkut kebutuhan psikologi yang berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang secara langsung berkitan dengan pekerjaan, misalkan ruangan yang nyaman, penempatan kerja yang sesuai dan lainnya.

c. Teori McCelland

McCelland mengetengahkan teori motivasi yang berhubungan erat dengan teori belajar. McCelland berpendapat bahwa banyak kebutuhan yang diperoleh dari kebudayaan. Tiga dari kebutuhan McCelland ialah :

1. Kebutuhan akan prestasi (need of achievement). Motivasi berprestasi

ialah dorongan dari dalam diri untuk mengatasi segala tantangan dan hambatan dalam upaya mencapai tujuan.

14

Husaini Usman, Manajemen : Teori, Praktik dan Riset Pendidikan, (Jakarta : Bumi

Aksara, 2010), cet. 2, h, 255-258.

15


(35)

2. Kebutuhan akan afiliasi (need of affilition). Motivasi afiliasi ialah dorongan untuk berhubungan dengan orang lain atau dorongan untuk memiliki sahabat sebanyak-banyaknya.

3. Kebutuhan akan kekuasaan (need of power). Motivasi berkuasa ialah

dorongan untuk memengaruhi orang lain agar tunduk kepada

kehendaknya.16

d. Teori McGregor

Teori yang dikembangkannya dikenal dengan teori X dan teori Y. Teori ini beranggapan bahwa menejer terori X memandang para pekerja sebagai pemalas yang tidak dapat diperbaiki. Sedangkan manajer teori Y memandang bekerja harus seimbang dengan istirahat dan bermain, dan bahwa pada orang-orang pada dasarnya cenderung untuk bekerja keras dan melakukan pekerjaan dengan baik. Dengan demikian teori ini menjelaskan bahwa seorang manajer itu mengayomi akan dengan jelas memengaruhi cara mereka menangani dan

memotivasi bawahan.17

3.

Fungsi Motivasi

Motivasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan kita. Karena motivasi mempunyai dua fungsi, yaitu : (1) mengarahkan, (2)

mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan.18

1) Mengarahkan (directional function)

Motivasi dapat berfungsi mengarahkan apabila sesuatu sasaran atau tujuan merupakan sesuatu yang diinginkan oleh individu, sehingga motivasi berperan mendekatkan individu pada pencapaian suatu tujuan.

2) Mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan (activating and energizing

finction)

Motivasi dapat berfungsi mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan apabila motivasi yang didapat besar atau kuat, maka seseorang akan

16

Husaini Usman, op. cit., h. 264.

17

Hamzah B. Uno, op. cit., h. 45.

18

Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung : PT


(36)

melakukan suatu kegiatan dengan sungguh-sungguh, terarah dan penuh semangat, sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa motivasi berfungsi mengarahkan, apabila seseorang mempunyai keinginan untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Arahan tersebutlah yang nantinya diharapkan dapat membawa pada suatu keberhasilan. Selain itu motivasi juga berfungsi mengaktifkan dan meningkatkan kegiatan, apabila dalam suatu kegiatan didalamnya terdapat motif yang kuat, dan kekuatan tersebutlah yang menjadi pendorong atau penggerakkan dalam menjalankan suatu kegiatan sehingga kemungkinan akan berhasil lebih besar.

4.

Jenis-jenis Motivasi

Bila dilihat dari fungsinya tentunya motivasi sangat penting bagi kehidupan kita, karena motivasi dapat menjadi penggerak yang dapat mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Terlebih lagi pada dunia pendidikan, hendaknya kepala sekolah harus dapat memberikan motivasi kepada guru agar guru terdorong untuk semangat dalam menyelesaikan tugas dan fungsinya. Untuk itulah motivasi dapat dibedakan menjadi :

a. Menurut sudut sumber yang menimbulkannya, motif dibedakan menjadi

dua macam, yaitu motif intrinsik dan motif ekstrinsik.

1) Motif intrinsik, motivasi yang memang telah ada dalam diri individu

sendiri, yaitu sesuai atau sejalan dengan kebutuhannya.

2) Motif ekstrinsik, timbul karena ada rangsangan dari luar individu.

Yang memotivasi adalah orang lain bukan dari dalam diri sendiri.19

b. Menurut sifatnya motivasi dibedakan atas tiga macam, yaitu :

1) Motivasi takut atau fear motivation, individu melakukan sesuatu

perbuatan karena takut.

2) Motivasi insentif atau incentive motivation, individu melakukan

suatu perbuatan untuk mendapatkan suatu insentif.

19


(37)

3) Sikap atau attitude motivation atau self motivation. Motivasi ini

lebih bersifat intrinsik, muncul dalam diri individu.20

c. Menurut prakteknya motivasi dibedakan atas dua jenis antara lain

(biasanya dipraktekkan pada perusahaan) :

1) Motivasi Positif, manajer memotivasi bawahannya dengan

memberikan hadiah kepada mereka yang berprestasi baik.

2) Motivasi Negatif, manajer memotivasi bawahannya dengan

memberikan hukuman kepada mereka yang pekerjaannya kurang

baik motivasi.21

Dalam uraian tersebut maka dalam hal ini penulis mengambil kesimpulan bahwa pada dasarnya motivasi ini dapat dibedakan menjadi dua bagian penting, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Namun demikian antara motivasi tersebut, motivasi intrinsiklah yang paling berpengaruh dan tahan lama serta dapat memberikan hasil yang memuaskan pada diri seseorang, karena motivasi ini timbul atas dasar kesadaran sendiri untuk memperoleh hasil yang diinginkan.

5.

Asas-asas Motivasi

Suatu program motivasi akan berhasil dengan baik apabila

memperhatikan asas-asas motivasi sebagai berikut :

1) Asas mengikut sertakan, artinya mengajak bawahan untuk ikut

berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada mereka mengajukan pendapat, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.

2) Asas komunikasi, artinya menginformasikan secara jelas tentang tujuan

yang ingin dicapai, cara-cara mengerjakan dan kendala-kendala yang dihadapi.

20

Nana Syaodih Sukmadinata, op. cit., h.63.

21


(38)

3) Asas pengakuan, artinya memberikan penghargaan, pujian dan pengakuan yang tepat secara wajar kepada bawahan atas prestasi kerja yang dicapainya.

4) Asas wewenang yang didelegasikan, artinya memberi kewenangan, dan

kepercayaan diri pada bawahan, bahwa dengan kemampuan dan kreativitasnya ia mampu mengerjakan tugas-tugas itu dengan baik.

5) Asas adil dan layak, artinya alat dan jenis motivasi yang diberikan harus

berdasarkan atas “keadilan dan kelayakan” terhadap semua karyawan. Contohnya pemberian hadian atau hukuman terhadap semua karyawan harus adil dan layak kalau masalahnya sama.

6) Asas perhatian timbal balik, artinya bawahan yang berhasil mencapai

tujuan dengan baik, maka pimpinan harus bersedia memberikan alat dan jenis motivasi, atau dapat disebut sebagai kerjasama yang saling

menguntungkan kedua belah pihak.22

Selain asas-asas motivasi adapun prinsip-prinsip motivasi yang dapat diterapkan untuk memotivasi tenaga kependidikan agar mau dan mampu meningkatkan kinerjanya, diantaranya :

1) Tenaga kependidikan akan bekerja lebih giat apabila kegiatan yang

dilakukan menarik, dan menyenangkan.

2) Tujuan kegiatan harus disusun dengan jelas dan diinformasikan kepada

tenaga kependidikan sehingga mereka mengetahui tujuan dia bekerja. Tenaga kependidikan juga dapat dilibatkan dalam penyusunan tujuan tersebut.

3) Para tenaga kependidikan harus selalu diberitahu tentang hasil dari setiap

pekerjaannya.

4) Pemberian hadiah lebih baik dari pada hukuman, namun sewaktu-waktu

hukuman juga diperlukan.

22


(39)

5) Memanfaatkan sikap-sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu tenaga kependidikan.

6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan individual tenaga

kependidikan, misalnya perbedaan kemampuan, latar belakang dan sikap mereka terhadap pekerjaannya.

7) Memenuhi kebutuhan tenaga kependidikan dengan memperhatikan kondisi

fisiknya, memberikan rasa aman, menunjukkan bahwa pimpinan memperhatikan mereka, mengatur pengalaman sedemikian rupa sehingga setiap tenaga kependidikan pernah memperoleh kepuasan dan

penghargaan.23

Menurut Verma yang dikutip oleh Husaini Usman ada teknik motivasi lainnya yang dapat dilakukan terhadap bawahan, yaitu yang disebut dengan prinsip MOTIVATE.

M = Manifes artinya bangkitkan rasa percaya diri ketika pendelegasian

tugas

O = Open artinya bangkitkan percaya diri ketika pendelegasian tugas.

T = Tolerance artinya toleransi terhadap kegagalan, mau dan boleh

belajar dari kesalahan karena pengalaman adalah guru yang terbaik (tingkatkan kreativitas).

I = Involve artinya semua pihak terkait dalam pekerjaan (meningkatkan

rasa diterima dan komitmen).

V = value artinya nilai yang diharapkan dan diakui dalam kinerja yang baik (hadiah apa yang akan didapat dan bagaimana cara mendapatkannya).

A = Align artinya menyeimbangkan sasaran pekerjaan (proyek) dengan sasaran individu (orang-orang bersemangat mencapai kepuasan yang mereka inginkan).

T = Trust artinya kejujuran setiap anggota tim (vital dalam

memotivasinya)

E = Empower artinya berdayakan setiap anggota tim sewajarnya

(khusunya dalam pengambilan keputusan dan pelaksanaan).24

Dari uraian tersebut nampaknya jelas bahwa untuk mendukung terciptanya suasana kerja yang baik kepala sekolah perlu menggunakan asas, prinsip atau

23

Mulyasa, op. cit., h. 149.

24


(40)

tekni tersebut dalam pemenuhan perannya sebagai motivator. Karena sesuai dengan fungsinya sebagai motivator kepala sekolah harus mampu mendorong dan menggerakkan semangat kerja bawahannya dalam mencapai suatu tujuan. Dan juga harus mampu menciptakan suasana yang dapat merangsang tenaga kependidikan untuk tetap melaksanakan tugas dan fungsinya sebagai mana mestinya.

C.

Kinerja Guru

1.

Pengertian Guru

Istilah guru berasal dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yang memiliki arti orang yang mengajar. Dengan demikian orang-orang yang

profesinya mengajar disebut guru.25 Selain mengajar guru juga dituntut untuk

mendidik siswanya. Pengertian pendidik tersebut menurut Langeveld yang

dikutip oleh M. Alisuf Sabari adalah “orang yang bertanggung jawab

terhadap pendidikan atau kedewasaan seorang anak”. 26

Menurut Jejen Musfah “guru merupakan organisator pertumbuhan

pengalaman siswa. Guru harus dapat merancang pembelajaran yang tidak semata menyentuh aspek kognitif, tetapi juga dapat mengembangkan

keterampilan dan sikap siswa”.27

Adapun Menurut Kunandar “guru adalah pendidik profesional dengan

tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.28

25

Najib Sulhan, Karakter Guru Masa Depan, (Surabaya : PT Temprina Media Grafika,

2011), cet. 1, h. 1.

26

M. Alisuf Sabri, Ilmu Pendidikan, (Jakarta : CV Pedoman Ilmu Jaya, 1999), cet. 1, h.

8.

27

Jejen Musfah, Peningkatan Kopetensi Guru : Melalui Pelatihan dan Sumber Belajar,

Teori dan Praktik, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2011), cet, 1. h. 32.

28

Kunandar, Guru Profesional : Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(41)

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa guru adalah pendidik profesional yang bertanggung jawab atas pendidikan atau pendewasaan seorang anak melalui pengetahuan, keterampilan dan sikap.

2.

Pengertian Kinerja Guru

Menurut Anwar Prabu Mangkunegara “Istilah kinerja berasal dari kata

Job Performance atau Actual Performance (prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang). Pengertian kinerja (prestasi kerja) adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya”.29

Menurut Husaini Usman “kinerja adalah produk yang dihasilkan oleh

seorang pegawai dalam satuan waktu yang telah ditentukan dengan kriteria tertentu pula. Produknya dapat berupa layanan jada dan barang. Satuan waktu

yang ditentukan bisa satu tahun, dua tahun, bahkan lima tahun atau lebih”.30

Adapun menurut Abdullah Munir “kinerja adalah gambaran mengenai

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu kegiatan/program/kebijakan dalam

mewujudkan sasaran, tujuan, misi dan visi lembaga”.31

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru adalah suatu wujud prilaku yang dimiliki guru dengan orientasi prestasi, prestasi tersebut dalam artian keberhasilan yang ingin dicapai, dan wujud prilaku dimaksud adalah kegiatan guru dalam proses pembelajaran, yaitu bagaimana seorang guru merencanakan pemebelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, dan menilai hasil pembelajaran.

29

Anwar Prabu Mangkunegara, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2011), cet. 10, h. 67.

30

Husaini usman, op. cit., h. 489.

31

Abdullah Munir, Menjadi Kepala Sekolah Efektif, (Jogjakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), cet. 3, h. 30


(42)

3.

Ruang Lingkup Kinerja Guru

Guru mempunyai peranan yang sangat penting didalam meningkatkan mutu sekolah. Tentunya peranan tersebut tidak lepas dari tugas yang begitu berat sehingga keberhasilan dalam penyelesaian tugas sangat tergantung pada kinerja guru tersebut. Dengan demikian tentunya kita perlu memahami ruang lingkup kinerja guru dalam rangka meningkatkan mutu sekolah.

“Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003, pasal 39 ayat 2 menyatakan

bahwa tugas guru adalah merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan bimbingan dan pelatihan”.32

“Adapun indikator kinerja guru menurut Rusman yaitu menyusun program

kegiatan pembelajaran (tujuan pembelajaran khusus, pokok materi yang akan disajikan, kegiatan pembelajaran, alternatif penggunaan media dan sumber pembelajaran, dan alat evaluasi yang digunakan), melaksanakan kegiatan pembelajaran (mengelolaan kelas, menggunaan media dan sumber belajar,

serta menggunaan metode pembelajaran), mengevaluasi kegiatan

pembelajaran”. 33

Dapat disimpulkan bahwa sebelum mengajar hendaknya guru menyusun suatu program pembelajaran yang biasa disebut dengan membuat RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran), guru harus merencanakan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung. Mulai dari merencanakan materi yang akan disampaikan, metode yang akan digunakan, dan sumber atau alat yang akan digunakan pada saat pembelajaran berlangsung. Kemudian guru juga harus menyeimbangkan antara waktu yang diberikan untuk mengajar dengan kegiatan tersebut. Semua itu harus dirancang sedemikian rupa oleh guru agar dapat mencapai tujuan dari proses pembelajaran tersebut.

Setelah kegiatan tersebut sudah dilaksanakan, guru juga harus mengevaluasi kembali kegiatan pembelajaran tersebut guna perbaikan dan pengembangan. Apakah sesuai dengan harapan atau sebaliknya. Bila sudah

32

Euis Karwati, op. cit., h. 39.

33

Rusman, Model-model Pembelajaran Mengembangkan Profesional Guru, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2007), h. 75.


(43)

tentunya rencana tersebut perlu dikembangkan, dan bila belum tentunya perlu ada perbaikkan pada program tersebut atau pada pelaksanaannya. Hal ini dilaksanakan semata-mata untuk kepentingan siswa dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat memahami materi yang diajarkan guru dan dapat mengambil sebuah pelajaran untuk dirinya sendiri ke arah yang lebih baik yaitu dalam arah pendewasaan diri. Karena tugas guru bukan hanya mengajar tetapi juga mendidik. Didikan tersebutlah yang akan membawa anak pada proses pendewasaannya. Dari semua ini yang melakukannya adalah guru. Sejalan dengan salah satu tugasnya yaitu membimbing dan melatih. Membimbing terlaksananya proses pembelajaran tersebut kemudian melatih kemampuan siswa untuk mendewasakan dirinya yaitu dari hal-hal yang belum diketahuinya sampai mengetahui dan memahami hal-hal tersebut. Dalam penjelasan tersebut kiranya dapat dipahami bahwa guru mempunyai tugas utama. Adapun Undang-Undang yang menyebutkan yaitu

pada “Undang-Undang nomor 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, pasal 1

ayat 1 ditegaskan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pasal 2 menyatakan pula bahwa salah satu kewajiban profesional guru adalah merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran yang bermutu, menilai dan mengevaluasi hasil pembelajaran, serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan

ilmu pengetahuan, teknologi dan seni”.34

Disimpulkan bahwa tugas utama guru tersebut hendaknya dijalankan sesuai dengan perkembangan zaman. karena dengan berkembangnya zaman maka berkembang pula ilmu pengetahuan, teknologi dan juga seni. Perkembangan inilah yang menuntut guru untuk lebih mempunyai pengetahuan lebih dan luas. Dalam artian guru harus lebih tahu dari pada siswanya dan guru harus mempunyai pengalaman, karena pengetahuan yang luas berasal dari pengalaman-pengalaman. Untuk itu pula guru harus terus

34


(44)

mengembangkan pengetahuan yang dimilikinya agar guru dapat menambah ilmu dan wawasan.

Sejalan dengan ketentuan tersebut, “peraturan pemerintah Nomor 74

Tahun 2008 tentang Guru, Pasal 52 Ayat (1) menegaskan pula tentang tugas pokok guru, yaitu: merencanakan pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, membimbing dan melatih peserta didik, dan melaksanakan tugas tambahan yang melekat pada pelaksanaan kegiatan

pokok sesuai dengan beban kerja guru”. 35

Dengan demikian dapat penulis simpulkan bahwa ruang lingkup kinerja

guru sangatlah luas cangkupannya yaitu mendidik, mengajar, merencanakan

pembelajaran, melaksanakan pembelajaran, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi serta meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni atau sesuai perkembangan zaman.

4.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja Guru

Faktor yang mempengaruhi pencapaian kinerja adalah faktor kemampuan (ability) dan faktor motivasi (motivation).36 Dengan demikian ada dua hal yang dapat mempengaruhi pencapaian kinerja seseorang termaksud guru. Pertama, pada faktor kemampuan. Guru harus ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan bidangnya, dalam artian ditempatkan pada pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya. Karena ia akan lebih mudah mencapai kinerja yang diharapkan. Misalnya guru yang ahli pada bidang matematika, maka sebaiknya guru tersebut mengajar matematika bukan mengajar pelajaran agama atau yang lainnya. Bila hal itu terjadi tentunya akan berpengaruh pada hasil kinerja guru tersebut.

Kedua, pada faktor motivasi. Motivasi bisa berasal dari intern dan ekstern. Dari intern yaitu guru harus mempunyai motivasi atau semangat

35

Ibid.

36


(45)

mengajar yang kuat yang timbul dari hati nurani bukan hanya mengejar gaji yang dihasilkan dari profesinya. Dan dari ektern yaitu kepala sekolah sebagai pemimpin harus terus memperhatikan motivasi guru sebagaimana perannya sebagai motivator. Bila guru mempunyai motivasi yang lemah baik dari intern atau ekstern, maka hal tersebut akan mempengaruhi kinerja guru karena guru akan kurang bersungguh-sungguh dalam mencapai tujuan.

5.

Kompetensi Guru

Untuk mencapai suatu keberhasilan seorang guru harus memiliki kemampuan dasar dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut berarti mengkaji kopetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru. Peraturan pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, merumuskan empat jenis kopetensi guru, yaitu : kopetensi pedagogik,

kepribadian, sosial dan profesional.37 Dengan demikian diharapkan guru

dapat menjalankan tugasnya secara profesionl dengan memiliki dan menguasai keempat kopetensi tersebut.

1. Kemampuan pedagogik

“Pedagogik adalah ilmu tentang pendidikan anak yang ruang lingkupnya

terbatas pada interaksi edukatif antara pendidik dengan siswa. Sedangkan kemampuan pedagogik adalah sejumlah kemampuan guru yang berkaitan

dengan ilmu dan seni mengajar siswa”. 38

Kemampuan pedagogik merupakan kemampuan dalam pengelolaan peserta didik yang meliputi:

a) Memberi pemahaman wawasan atau landasan kependidikan;

b) Memberi Pemahaman terhadap peserta didik;

c) Mengembangakan kurikulum atau silabus;

d) Merancangan pembelajaran;

e) Melaksanakan pembelajaran yang mendidik dan dialogis;

f) Mengevaluasi hasil belajar, dan

37

Jejen Musfah, op. cit., h. 25

38

Fachruddin Saudagar dan Ali Idrus, Pengembangan Profesional Guru, (Jakarta :


(46)

g) Mengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai

potensi yang dimilikinya.39

2. Kemampuan personal (kepribadian)

Kepribadian adalah keseluruhan dari individu yang terdiri dari unsur

psikis dan fisik. Dalam artian seluruh sikap dan perbuatan seseorang yang

dilakukan secara sadar yang kemudian menjadi satu gambaran dari kepribadian orang tersebut.

Kepribadian merupakan unsur yang menentukan interaksi guru dengan siswa sebagai teladan, guru harus memiliki kepribadian yang dapat dijadikan profil dan idola, karena guru adalah mitra siswa dalam kebaikan. Dengan guru yang baik maka siswa pun akan menjadi baik.

Kemampuan pribadi merupakan kemampuan kepribadian yang; (a) mantap; (b) stabil; (c) dewasa; (d) arif dan bijaksana; (e) berwibawa; (f) berakhlak mulia; (g) menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (h) mengevaluasi kinerja sendiri; dan (i) mengembangkan diri secara

berkelanjutan.40

Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi secara baik serta mengelola proses belajar mengajar, guru juga harus mempunyai kepribadian yang utuh karena bagaimanapun guru merupakan suri tauladan bagi anak didiknya.

3. Kemampuan sosial

Kemampuan sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk; (a) berkomunikasi lisan dan tulisan; (b) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (c) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik; dan (d) bergaul secara santun dengan masyarakat

sekitar.41

39

Jejen Musfah, op. cit., h. 31.

40

Jejen Musfah, op. cit., h. 260

41


(47)

Inti dari pada kemampuan sosial adalah kemampuan guru melakukan interaksi sosial melalui komunikasi. Guru dituntut berkomunikasi dengan sesama guru, siswa, orang tua siswa, dan masyarakat sekitar, dll. Jadi guru dituntut mengenal banyak kelompok sosial. Sehingga peranan dan cara guru berkomunikasi di masyarakat diharapkan memiliki karakteristik tersendiri yang sedikit banyak berbeda dengan orang lain yang bukan guru. Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan. Mengajar dan mendidik adalah tugas memanusiakan manusia. Guru harus mempunyai kompetensi sosial karena guru adalah penceramah zaman.

4. Kemampuan Profesional

Kemampuan profesional merupakan kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang meliputi;

a) konsep, struktur, dan metode keilmuan/teknologi/seni yang

menaungi/koheren dengan materi ajar;

b) materi ajar yang ada dalam kurikulum sekolah;

c) hubungan konsep antara mata pelajaran terkait;

d) penerapan konsep keilmuan dalam kehidupan sehari-hari, dan

e) kompetisi secara profesional dalam konteks global dengan tetap

melestarikan nilai dan budaya nasional.42

Profesionalisme guru kiranya merupakan kunci pokok kelancaran dan kesuksesan proses pembelajaran di sekolah. Karena hanya guru yang profesional yang bisa menciptakan situasi aktif siswa dalam kegiatan

pembelajaran.43 Kemampuan profesional guru sangat penting hubungannya

dengan kegiatan belajar mengajar dan hasil belajar siswa karena proses belajar mengajar dan hasil belajar yang diperoleh siswa tidak hanya ditentukan oleh sekolah, pola dan struktur serta isi kurikulumnya. Akan tetapi ditentukan juga oleh kemampuan guru yang mengajar dalam membimbing siswa tersebut.

42

Ibid.

43


(48)

D.

Hasil Penelitian yang Relevan

Untuk melengkapi data dan pengetahuan dalam proses penelitian ini, ada data penelitian yang relevan dengan tema yang penulis angkat, yaitu :

Sekripsi yang disusun oleh Emha Dzia’ul Haq, Jurusan Program Studi Pendidikan

Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI), Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta (2013) dengan judul skripsi “peran kepala sekolah sebagai motivator dan supervisor terhadap kinerja guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon

Bantul Yogyakarta”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala sekolah sebagai

motivator dan supervisor dalam meningkatkan kinerja guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa cara yang dilakukan kepala sekolah dalam pemenuhannya sebagai motivator antara lain yaitu rasa hormat (respect), informasi (information), hukuman (punishment), perilaku (behavior), perintah (comand), perasaan (sence). Sedangkan untuk meningkatkan kinerja guru di SDIT kepala sekolah menggunakan dua teknik atau strategi yaitu teknik individu dan kelompok. Teknik individu meliputi : kunjungan kelas dan percakapan pribadi. Dan teknik kelompok meliputi rapat guru, orientasi pertemuan guru-guru, lokakarya, adanya diklat, atau pelatihan untuk guru, sarana dan prasarana dilengkapi untuk menunjang pembelajaran, adanya pegangan guru berupa buku, kedisiplinan guru-guru yang

tertera pada tata tertib di SDIT Yogyakarta.44

Sekripsi yang disusun oleh Kardani jurusan Kependidikan Islam Program Studi Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (2007) dengan judul skripsi “Kinerja Guru Kelas di SD

Negri Cempaka Baru I Ciputat”. Fokus sekripsi ini adalah pada upaya kepala

sekolah dalam meningkatkan kinerja guru kelas di SD Negri Cempaka Baru I Ciputat. Kesimpulan sekripsi ini yaitu bahwa kepala sekolah dalam meningkatkan kinerja guru melalui pemberian kompensasi, dan memberikan penilaian terhadap prestasi kinerja guru. kompensasi merupakan alat yang digunakan kepala sekolah

44 Emha Dzia’ul Haq, “Peran Kepala Sekolah Sebagai Motivator dan Supervisor

terhadap Kinerja Guru di SDIT Bina Anak Islam Krapyak Sewon Bantul Yogyakarta, Yogyakarta, 2013, h.89, tidak dipublikasikan.


(49)

dalam meningkatkan kinerja guru. Karena pemberian kompensasi sangat dibutuhkan dalam meningkatkan produktifitas seseorang, tanpa adanya kompensasi maka kinerja seorang guru akan menurun. Selain itu dengan memberikan penilaian terhadap prestasi kerja guru kepala sekolah dapat mengetahui kelemahan-kelemahan guru dalam bekerja, apabila kualitas pelaksanaan kerja selama ini dibawah standar, maka guru tersebut akan diberi

bimbingan dan perhatian khusus untuk meningkatkan kinerjanya.45

Sekripsi diatas secara umum hampir sama dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis yaitu membahas tentang motivasi dan kinerja guru. Berbeda dengan kedua penelitian yang sudah ada diatas tadi, penelitian ini lebih menekankan pada upaya kepala sekolah dalam memberikan motivasi untuk meningkatkan kinerja guru, alasan mengangkat tema ini karena kinerja guru tidak bisa lepas dari motivasi seorang kepala sekolah. Kinerja yang baik tentunya butuh dorongan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan dalam meningkatkan prestasi kerja agar mencapai hasil yang optimal. Bila kebutuhan motivasi kerja guru dalam mengajar terpenuhi maka akan memberikan kemajuan yang pesat pada perkembangan mutu pendidikan khususnya pada lembaga pendidikan itu sendiri, karena dampak positifnya adalah kepada prestasi siswa yang akan meningkat dan memajukan mutu pendidikan tersebut.

E.

Kerangka Berpikir

Lembaga pendidikan sebagaimana organisasi pasti mempunyai visi dan misi untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk mencapai tujuan tersebut dibutuhkan seorang pemimpin yang dapat mengarahkan jalannya organisasi. Pemimpin dalam lembaga pendidikan adalah kepala sekolah. Dengan demikian Keberhasilan sebuah lembaga pendidikan berada ditangan kepemimpinan kepala sekolah. Namun dalam menjalankan tugasnya kepala sekolah tidak dapat melaksanakan seorang diri. Kepala sekolah memerlukan badan pembantu seperti guru dan staf untuk membantu program kegiatan organisasi atau lembaga pendidikan.

45 Kardani, “Kinerja Guru Kelas : SD Cempaka Baru I Ciputat, “Skripsi pada


(50)

Dalam membawa sebuah keberhasilan tentunya kepala sekolah harus menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Adapun 7 tugas dan fungsi kepala sekolah yaitu sebagai edukator, manajer, administrator, supervisor, leader, innovator dan motivator.

Kepala sekolah sebagai motivator harus memberikan semangat dan motivasi kepada guru dalam meningkatkan kinerja guru. Motivasi yang diberikan kepala sekolah sangatlah penting bagi guru karena menjadi penggerak yang dapat mengarahkan kepada suatu hasil (tujuan). Kepala sekolah harus mampu menciptakan lingkungan kerja yang kondusif, suasana kerja yang baik dan harmonis agar dapat merangsang guru untuk semangat dalam bekerja sehingga tujuan pendidikan yang dikehendaki dapat tercapai dan terlaksana sesuai visi dan misi bersama.

Sebaliknya jika kepala sekolah sebagai motivator tidak berperan aktif dan efektif, maka semangat guru dalam bekerja akan menurun. Menurunnya semangat kerja guru akan berdampak pada prestasi siswa karena guru merupakan satu-satunya orang yang mentransferkan ilmu pada siswa, terjadinya proses belajar mengajar dikelas digerakkan oleh guru. Sehingga gurulah yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas siswanya untuk dapat pula meningkatkan mutu pendidikan di sekolahnya.

Dalam hal ini kepala sekolah, harus dapat membina hubungan baik dengan para guru. Peran kepala sekolah sebagai motivator adalah salah satu alat untuk meningkatkan kinerja guru, dengan pemberian motivasi yang baik oleh kepala sekolah diharapkan guru akan meningkatkan kinerjanya secara maksimal sehingga tujuan yang dikehendaki dapat tercapai dengan baik.

Adapun gambar kerangka berfikir yang dapat memberi gambaran mengenai permasalahan tersebut yaitu dapat dilihat pada gambar 2.1 di bawah ini sebagai berikut.


(51)

Gambar 2.1

Bagan Kerangka Pemikiran

Input Proses Output

Feedback

Kondisi awal

Kepala sekolah

jarang berada di sekolah.

Kurangnya

komunikasi antara guru dan kepala sekolah.

Kurangnya arahan dari kepala sekolah dalam

meningkatkan kinerja guru.

Kurangnya

motivasi yang

diberikan kepala sekolah

Guru enggan

meningkatkan kinerjanya. Masalah Rendah-nya motivasi kerja guru Strategi

 Mengatur lingkungan fisik agar tercipta lingkungan yang kondusif.

Mengatur suasana kerja yang baik dan harmonis

Menanamkan

kedisiplinan

Memberikan dorongan

Memberikan

penghargaan atas dasar prestasi kerja yang baik.

Penyediaan sumber belajar yang memadai

Tujuan Akhir Meningkat -nya kinerja guru.


(52)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

A.

Tempat dan waktu penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 131 Jakarta Selatan yang beralamat di Jl. RM. Kahfi I Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan. Adapun waktu pelaksanaan penelitian ini dapat dirinci sebagai berikut :

Tabel 3. 1

Pelaksanaan Penelitian

No Jenis Kegiatan Bulan

2 3 4 5 6 7 8 9

1. Pemilihan Judul

2. Konsultasi

3. Pendekatan ke

sekolah

4. Meminta izin ke


(53)

5. Pengumpulan data

6. Pengelolaan data

B.

Metodelogi Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif analisis melalui penelitian lapangan, yaitu mendeskripsikan atau menjelaskan sesuatu hal seperti apa adanya sehingga memberi gambaran yang jelas tentang situasi-situasi di lapangan.

Alasan penulis memilih pendekatan penelitian ini karena menurut penulis pendekatan kualitatif ini dapat lebih mudah menjawab permasalahan yang timbul. Karena penelitian ini akan langsung masuk ke obyek, melakukan penjelajahan

dengan grant question, sehingga masalah akan dapat ditemukan dengan jelas.

C.

Sumber Data Penelitian

Dalam penelitian tentang peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan ini, sumber datanya yaitu : Kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan 10 orang guru sebagai sample (yang dipandang cukup mewakili dari 42 guru) yang ada di SMPN 131 Jakarta Selatan.

D.

Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini, penulis memerlukan beberapa teknik. Adapun teknik pengumpulan data yang dimaksud adalah :

1. Observasi (pengamatan)

Dalam tahap ini, penulis tidak ambil bagian dalam kegiatan belajar mengajar. Metode ini dilakukan untuk mengetahui proses interaksi antara kepala sekolah dengan guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Pengamatan


(54)

dilakukan di SMPN 131 Jakarta Selatan baik dalam ruangan atau luar ruangan sekolah. Data yang akan dikumpulkan melalui teknik observasi meliputi: proses pemberian motivasi yang paling utama, letak geografis dan keadaan lingkungan, sarana prasarana, tata ruang kerja.

Pengumpulan data dengan teknik ini dimaksudkan agar penulis dapat melihat langsung kondisi yang ada pada SMPN 131 Jakarta Selatan yaitu melihat bagaimana kepala sekolah berperan sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru.

2. Wawancara

Metode ini dilakukan untuk memperoleh informasi mengenai peran kepala sekolah sebagai motivator dalam meningkatkan kinerja guru di SMPN 131 Jakarta Selatan. Dalam hal ini peneliti akan mewawancarai pihak-pihak terkait yang dapat memberikan informasi, yakni kepala sekolah atau wakil kepala sekolah serta beberapa guru.

Dalam hal ini penulis melakukan wawancara kepada subjek-subjek yang telah ditetapkan untuk mencari data-data yang dibutuhkan. Penulis menggunakan wawancara bebas terpimpin maksudnya wawancara ini dilaksanakan dengan menggunakan kerangka pertanyaan yang sudah dipersiapkan penulis untuk diajukan kepada responden, akan tetapi cara penyampaian pertanyaan tidak terlalu formal dan tidak kaku sekalipun sudah ada kerangka pertanyaan yang sudah disiapkan oleh penulis. Adapun kisi-kisi wawancara, dapat dilihat pada tabel 3. 2.


(55)

Tabel 3. 2

Kisi-kisi Pedoman Wawancara Dimensi Ditunjukkan

kepada

Indikator

1. Peran kepala sekolah

sebagai motivator

Kepala Sekolah dan

guru

 Pengaturan lingkungan

fisik

 pengaturan suasana kerja

dan disiplin

 pemberian dorongan,

 pemberian penghargaan

secara efektif

 penyediaan berbagai

sumber belajar melalui pengembangan Pusat Sumber Belajar

2. Upaya kepala sekolah

dalam meningkatkan motivasi kerja

Kepala Sekolah

 upaya yang dilakukan

kepala sekolah dalam

meningkatkan motivasi

kerja guru.

 faktor pendukung dan

penghambat dalam

memotivasi guru.

3. Kinerja guru kelas Kepala

Sekolah dan Guru

 Merencanakan kegiatan

pembelajaran (KBM)

 Menilai hasil proses

pembelajaran

3. Dokumentasi

Teknik ini dilakukan untuk mengumpulkan data tertulis seperti sejarah singkat, visi dan misi, letak geografis sekolah, Jumlah guru dan siswa, sarana


(56)

dan prasarana, rekapitulasi penilaian kinerja guru tahun 2013-2014, dan data-data lain yang dapat dipergunakan sebagai kelengkapan data-data dalam penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data

Setelah data selesai dikumpulkan dengan lengkap dari lapangan, tahap selanjutnya adalah tahap analisis. Pada tahap ini data diolah dan dianalisis sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian.

Pada penelitian ini (kualitatif) analisis data dilakukan secara induktif. Penelitian tidak dimulai dari deduksi teori, tetapi dimulai dari fakta empiris. Penelitian terjun ke lapangan, mempelajari, menganalisis, menafsirkan, dan

menarik kesimpulan dari fenomena yang ada di lapangan.67 Analisis data

dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data yang dibutuhkan dan kemudian temuan penelitian di lapangan dibentuk ke dalam bangunan teori bukan dari teori yang telah ada, melainkan dikembangkan dari data lapangan.

Aktivitas analisis data yang penulis lakukan sejalan dengan Miles dan Hurberman yaitu mereduksi data, penyajian data dan verifikasi atau menarik kesimpulan. Mereduksi data yaitu mengumpulkan data dari lapangan yang jumlahnya cukup banyak, untuk itu perlu dicatat secara teliti dan rinci, setelah data direduksi selanjutnya yaitu menyajikan data untuk memahami dan memudahkan kerja selanjutnya, dan yang terakhir adalah verifikasi atau menarik sebuah kesimpulan. Penarikan kesimpulan tidak lepas dari fenomena permasalahan yang diteliti.

1

S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2007), Cet. 6,


(57)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A.

Gambaran Umum Objek Penelitian

1.

Sejarah Berdirinya SMPN 131 Jakarta Selatan

SMPN 131 Ciganjur Jakarta Selatan, beralamat di Jl. RM. Kahfi I No. 50 Kel. Cipedak Kec. Jagakarsa Jakarta Selatan dengan status sekolah Negri dan nilai akreditas sekolah A (baik). Didirikan pada tanggal 9 September tahun 1979. Pada tahun 1979-2000an sekolah 131 ini masih terbilang kumuh dalam artian ruang kelas belum memadai, sarana pembelajaran belum lengkap, penataan lingkungan belum ada, disiplin siswanya pun masih rendah dan kinerja guru belum maksimal. Kemudian mulai di rehab pada tahun 2000 s.d 2002. Tahun 2002 mulai menempati gedung baru. Tahun 2002 s.d 2005 mulai penataan sekolah, 2005 s.d 2007 penataan semua komponen sekolah, kemudian meningkatnya prestasi

akademis dan non akademis, menjadi juara lomba – lomba ektrakurikuler

dan lomba mata pelajaran, dan pada tahun 2007 sekolah SMPN 131 Jakarta Selatan masuk menjadi Sekolah Rintisan SSN (Standar Sekolah Nasional).

Sejak sekolah 131 berdiri sampai sekarang sudah mengalami pergantian kepala sekolah sebanyak 8 kali yaitu :


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)