Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica L.) dengan variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent - USD Repository

  

PERBEDAAN SIFAT FISIK DAN STABILITAS FISIK

DEODORAN EKSTRAK ETANOL DAUN BELUNTAS (Pluchea

indica L.) DENGAN VARIASI JUMLAH SORBITAN MONOSTEARATE

  

SEBAGAI EMULSIFYING AGENT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm)

  

Program Studi Ilmu Farmasi

Oleh:

Ananda Siwi Lesmana

  

NIM : 088114132

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

2012

HALAMAN PERSEMBAHAN

  A t l eas t i k now w hat l ov e i s , l i k e cl ou ds l ov e t he s k y , ocean l ov e s and, w i nt er l ov es s now , s now l ov e br eez e, i t ’ s al l connect ed. i t s cal l ed u ncondi t i onal l ov e, i t ’ s i n our hear t . . . . . . . . . . T he beaut y of l i f e i s t o f i ght i n a di f f i cu l t s i t uat i on. . . . . . . . . . . .

  Kupersembahkan karya sederhana ini untuk yang aku sayangi. U ntuk A yah dan I buku , sebagai tanda bakti dan rasa terimakasih yang tiada terhingga atas segala dukungan selama ini.

  RIP U ntuk M y best friend .Y udha, terimakasih atas bantuan, doa, nasehat, hiburan, dan semangatnya....... will always in my heart!

  

PRAKATA

  Puji syukur dan terimakasih penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan anugerah yang telah diberikan sehingga penelitian dan penyusunan skripsi dengan judul “Perbedaan Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dengan Variasi Jumlah Sorbitan Monostearate sebagai Emulsifying Agent dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata Satu Program Studi Ilmu Farmasi (S. Farm) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

  Dalam menyelesaikan skripsi ini, penulis mengalami permasalahan dan kesulitan. Namun dengan adanya dukungan, bantuan, dan semangat dari berbagai pihak, penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini dengan baik. Oleh karena itu, dengan segala hormat, penulis ingin mengucapkan terima kasih atas bantuan yang telah diberikan, kepada:

  1. Ipang Djunarko, M.Sc., Apt selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Rini Dwiastuti, M.S., Apt. selaku dosen pembimbing atas segala kesabaran untuk selalu mendukung, memberi masukan, dan jalan keluar serta kritik dan saran yang sangat bermanfaat kepada peneliti dalam menyusun skripsi ini 3. Agatha Budi Susiana Lestari, M.Si., Apt. dan Yohanes Dwiatmaka, M.Si. selaku Dosen Penguji yang telah memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyusunan skripsi.

  4. Seluruh Dosen Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang telah mendampingi, membagi ilmu dan pengalamannya yang sangat bermanfaat dalam bidang farmasi.

  5. Seluruh staf laboratorium dan karyawan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma terutama Pak Musrifin, Pak Parlan, Pak Kayat, Mas Wagiran, Pak Heru, pak Parjiman, Mas Sigit, Mas Kunto, Mas Bimo, Mas Otok, Mas Agung, Mas Darto, Pak Timbul, dan Pak Yuwono yang telah banyak membantu dan bersedia untuk direpotkan selama penulis menyelesaikan penelitian skripsi ini.

  6. Kedua orang tuaku yang sudah memberikan kepercayaan penuh kepadaku untuk dapat menyelesaikan studi dan penelitian ini, adikku tercinta yang terus mendoakan dan menyemangati selama penelitian ini berlangsung,

  7. Yudha Prasetya Bhaskara, sahabat dan teman yang menginspirasi sekaligus memotivasi. Terimakasih selalu memberikan semangat, canda tawa, dan kenangan yang tidak terlupakan dalam hidup ini. Terimakasih atas waktu yang disediakan untuk mendengarkan cerita, keluh kesah, selama ini. Terima kasih untuk mau menjadi telinga dan mataku juga.

  8. Natalia Noveli Hardita, sahabat dan teman satu penilitian yang berjuang bersama dalam suka dan duka, saling menyemangati saat salah satu sedang terpuruk. Terima kasih untuk kebersamaan kita dan menyelesaikan skripsi bersama.

  9. Agatha Dessynta Putri, Evelyn Puspita Rini, Hermanto, Mariana, Octo Rahadian Pius dan Cornelius Bryan Alfredo, para sahabat “CICAK”.

  Terimakasih untuk persahabatan yang telah terjalin selama ini, untuk doa, saran, suka, duka dan pengalaman bersama.

  10. Yoana Gita Pradnya Lengari, Pritha, Wahyu Pamungkas dan Greystian Aryaweda sebagai sahabat yang sudah mendukung selama penulis menyelesaikan naskah penelitian.

  11. Dian, Asti, Tika, Dewi, Lala, Sinlie, Dhea, Yesi, Silvia, dan Eddy untuk segala canda tawa, lelucon, semangat, saran dan kesannya selama berjuang bersama di laboratorium.

  12. Semua teman-teman FST B dan Farmasi-C 2008 untuk cerita, pengalaman dan kebersamaannya selama ini. Semua teman-teman angkatan 2008 yang tidak akan terlupakan.

  13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, namun sudah sangat membantu selama menyelesaikan penelitian dan penyusunan naskah. Terima kasih untuk seluruh dukungannya.

  Penulis menyadari bahwa didalam skripsi ini masih banyak kekurangan mengingat adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan penulis. Oleh karena itu, segala kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan penulis. Semoga skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi pembaca dan dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan

  Yogyakarta, 12 Mei 2012 Penulis

  

DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL …………………………………………….……….... i HALAMAN PERSETUJUAN …………………………………….................. ii HALAMAN PENGESAHAN…………………………………………….... iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………..... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA…………………………………..... v LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA……………………...... vi PRAKATA…………………………………………………………….......... vii DAFTAR ISI……………………………………………………………....... x DAFTAR TABEL………………………………………………………....... xv DAFTAR GAMBAR……………………………………………………...... xvii DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………....... xviii

  INTISARI………………………………………………………………....... xx

  

ABSTRACT ………………………………………………………………...... xxi

BAB I PENGANTAR………………………………………………….......

  1 A. Latar Belakang…………………………………………………........

  1 1. Rumusan Masalah …………………………………………........

  4 2. Keaslian Penelitian ………………………………………….......

  4 3. Manfaat penelitian ………………………………………….......

  5 B. Tujuan Penelitian ……………………………………………….......

  6 BAB II PENELAAHAN PUSTAKA………………………………….......

  7 A. Keringat dan Bau badan …………………………………….............

  7 B. Isolasi dan Identifikasi Mikrobia…………………………................

  8

  C. Uji Potensi Senyawa Antibakteri…………………............................

  14 D. Daun Beluntas……….……................................................................

  17 E. Ekstrak………………...………………………….............................

  19 F. Maserasi..............................................................................................

  20 G. Deodoran.............................................................................................

  21 H. Emulsi.................................................................................................

  22 I. Surfaktan nonionik..............................................................................

  23 J. Sorbitan Monostearate (Span 60).......................................................

  24 K. Formulasi............................................................................................

  25 1. Humektan................................................................................

  25 2. Thickening agent.....................................................................

  27 3. Emolien...................................................................................

  30 4. Etanol......................................................................................

  32 5. Pengawet.................................................................................

  32 6. Aquadest..................................................................................

  34 L. Sifat fisik dan Stabilitas Emulsi..........................................................

  35 1. Viskositas................................................................................

  35 2. Daya sebar...............................................................................

  36 3. Ukuran droplet........................................................................

  36 M. Ketidakstabilan emulsi........................................................................

  39 N. Landasan Teori....................................................................................

  44 O. Hipotesis............................................................................................

  45

  BAB III METODE PENELITIAN……………………….….…................

  46 A. Jenis dan rancangan penelitian ………………………………….......

  46 B. Variabel Penelitian ……………………………………………….....

  46 C. Definisi Operasional ……………………………………………......

  47 D. Bahan dan Alat Penelitian ……………………………...…………...

  49 1. Bahan Penelitian …………………………………….….......

  49 2. Alat Penelitian.........................................................................

  50 E. Alur Penelitian ………………………………..…………….............

  51 F. Tata Cara Penelitian ……………………………….…………..........

  52 1. Pengumpulan Bahan Ektrak dan Determinasi Tumbuhan......

  52 2. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas.............................

  52 3. Penetapan Kadar Total Fenolik...............................................

  52

  4. Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol daun Beluntas

  53 Metode Difusi.........................................................................

  a. Isolasi Bakteri Ketiak.................................................

  53

  b. Identifikasi dan Determinasi Isolat Bakteri dari

  53 Ketiak..........................................................................

  c. Uji daya Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas

  54 Metode Difusi Paperdisk............................................

  5. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas dengan

  55 Variasi Jumlah Sorbitan Monostearate...................................

  a. Formula......................................................................

  55 b. Pembuatan deodoran..................................................

  56 c. Pengujian Daya sebar.................................................

  57 d. Pengujian Viskositas..................................................

  58

  e. Pengujian Mikromeritik.............................................

  58 G. Analisis Data.......................................................................................

  58 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN…..……………………..……......

  60 A. Pengumpulan Bahan Ektrak dan Determinasi Tumbuhan ……….....

  60 B. Pembuatan Serbuk Beluntas ………………………..........................

  62 C. Pembuatan Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan Verifikasi Kandungan Senyawa Fenolik.............................................................

  63 D. Isolasi Bakteri Ketiak Penyebab Bau Badan......................................

  65 1. Isolasi Bakteri bau Badan.......................................................

  65 2. Identifikasi Isolat Bakteri Bau Badan....................................

  71 3. Determinasi Isolat Ketiak.......................................................

  75 4. Penegasan genus Staphylococcus pada medium selektif........

  76 E. Pengujian Potensi Antibakteri Ekstrak Etanol Daun Beluntas dengan Metode Difusi........................................................................

  78 F. Pembuatan Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas.........................

  80 G. Karakteristik Sifat Fisik dan Stabilitas Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas.....................................................................................

  89 1. Ukuran Droplet......................................................................

  92 2. Viskositas................................................................................

  94 3. Daya Sebar.............................................................................

  99

  4. Pergeseran Ukuran Droplet..................................................... 108

  5. Pergeseran viskositas.............................................................. 101

  6. Persen Pemisahan Fase........................................................... 103

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN..…………….………………......

  106

  A. Kesimpulan ……………………………..………………………..... 106

  B. Saran ……………………………………..………………………... 106 DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………….... 107 LAMPIRAN ……………………………………………………………...... 112 BIOGRAFI PENULIS ……………………………………………..…….... 151

  

DAFTAR TABEL

  Halaman Tabel I

  Hasil Identifikasi Bakteri Isolat Ketiak Dibandingkan dngan Pustaka Acuan............................................................

  76 Tabel II Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas........................................................................

  91 Tabel III Uji Signifikansi Profil Ukuran droplet Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2.

  93 Tabel IV Uji Signifikansi Profil Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2............

  96 Tabel V Uji Signifikansi Profil Daya Sebar Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari dari Masing- Masing Formula........................................................

  97 Tabel VI Uji Signifikansi Profil Daya sebar Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2............

  98 Tabel VII Uji Signifikansi Profil Ukuran Droplet Deodoran Ekstrak Etanol daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari dari Masing-Masing Formula........................................................

  99 Tabel VIII Uji Signifikansi Profil Pergeseran Ukuran Droplet Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2.................................................................. 101

  Tabel IX Uji Signifikansi Profil Viskositas Deodoran Ekstrak Etanol daun Beluntas Antara 48 jam dengan 30 Hari dari Masing-

  Masing Formula..................................................................... 102 Tabel X Uji Signifikansi Profil Pergeseran Viskositas Deodoran

  Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2................................................................................ 103

  Tabel XI Uji Signifikansi Profil Pemisahan Fase Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas Antara Formula 1 dengan Formula 2............................................................................................... 104

  

DAFTAR GAMBAR

  34 Gambar 12. Contoh Grafik Distribusi Frekuensi Ukuran Droplet...............

  98 Gambar 20. Misel yang Terperangkap dalam Matriks Polimer...................

  77 Gambar 19. Pembentukan Lapisan Film Monolayer pada Emulgator Nonionik...................................................................................

  75 Gambar 18 . Bakteri Isolat Ketiak Pada Medium Manitol Salt Agar............

  70 Gambar 17. Hasil Uji Oksidase Isolat Ketiak..............................................

  68 Gambar 16. Hasil isolasi Ketiak dari 5 probandus.......................................

  61 Gambar 15. Kontrol Media Isolasi Bakteri Ketiak.......................................

  43 Gambar 14. Daun Beluntas yang Dipetik untuk Dibuat Ekstrak..................

  38 Gambar 13. Ketidakstabilan Emulsi.............................................................

  33 Gambar 11. Struktur Molekul Propil paraben..............................................

  Halaman Gambar 1. Struktur Molekul tran 3-metil-asam hexanoid........................

  32 Gambar 10. Struktur Bangun Metil paraben……………………………....

  31 Gambar 9. Struktur Molekul Etanol...........................................................

  29 Gambar 8. Struktur Molekul Dimethicone …………………………........

  27 Gambar 7. Struktur Molekul Cetyl alcohol................................................

  26 Gambar 6. Struktur Propilenglikol...................…………………………..

  24 Gambar 5 Struktur Molekul Gliserin …………………………………....

  18 Gambar 4. Struktur Molekul Sorbitan Monostearat……...........................

  14 Gambar 3. Tanaman Beluntas (Pluchea indica L.)....................................

  8 Gambar 2. Morfologi Koloni Bakteri Pada Cawan Petri dan Media Agar..........................................................................................

  88

  

DAFTAR LAMPIRAN

  Halaman Lampiran 1. Surat Keterangan Identifikasi Daun Beluntas..................... 113 Lampiran 2. Certificate of Analysis Ekstrak Etanol Daun Beluntas dari

  LPPT UGM......................................................................... 114 Lampiran 3. Proses Ekstraksi Ekstrak Etanol Daun Beluntas dari LPPT

  UGM................................................................................... 115 Lampiran 4. Penetapan Kadar Total Fenolik........................................... 117 Lampiran 5. Data Uji Daya Antibakteri Ekstrak Etanol daun Beluntas terhadap Pertumbuhan Isolat Bakteri Bau Badan................ 120 Lampiran 6. Perhitungan Konsentrasi Ekstrak Etanol Daun Beluntas dan

  Data Penimbangan Formula......................................... 125 Lampiran 7. Hasil Uji pH Emulsi Deodoran Ekstrak Ertanol Daun

  126 Beluntas................................................................................ Lampiran 8. Hasil Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Emulsi Deodoran Ektrak

  Etanol Daun Beluntas............................................... 127 Lampiran 9. Hasil analisis statistika ukuran droplet menggunakan program R.2.9.0................................................................... 130 Lampiran 10. Hasil analisis statistik viskositas menggunakan program

  R.2.9.0................................................................................... 132 Lampiran 11. Hasil analisis statistik daya sebar menggunakan program

  R.2.9.0................................................................................... 134 Lampiran 12. Hasil analisis statistika pergeseran ukuran droplet

  menggunakan program R.2.9.0............................................. 138 Lampiran 13. Hasil analisis statistik pergeseran viskositas menggunakan program R.2.9.0.................................................................... 142 Lampiran 14. Hasil analisis statistika pemisahan fase menggunakan program R.2.9.0.................................................................... 146 Lampiran 15. Dokumentasi........................................................................... 148

  INTISARI

  Penelitian mengenai Perbedaan Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Deodoran Ekstrak Etanol Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dengan Variasi Jumlah

  

Sorbitan Monostearate sebagai Emulsifying Agent dilakukan untuk mengetahui

  konsentrasi ekstrak etanol daun beluntas yang dapat digunakan sebagai antibakteri dan untuk mengetahui perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak etanol daun beluntas.

  Pada penelitian ini digunakan rancangan percobaan secara acak dengan satu faktor dan dua level. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis dengan menggunakan software R.2.9.0 Taraf kepercayaan yang digunakan adalah 95% untuk melihat signifikansi (p<0,05) dari masing-masing respon. Respon yang diukur dalam penelitian ini adalah ukuran droplet, viskositas, daya sebar, pergeseran ukuran droplet, pergeseran viskositas dan persen pemisahan fase.

  Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi 3% dapat memberikan daya hambat antibakteri. Terdapat perbedaan ukuran droplet yang signifikan pada penggunaan variasi jumlah Sorbitan Monostearate sebagai emulsifying agent.

  Kata kunci: deodoran, ekstrak etanol daun beluntas, sorbitan monostearate,

  software R.2.9.0

  

ABSTRACT

  Research on the Difference of Physical Properties and Stability of Ethanol Leaf Extracts of Physical Deodorant Beluntas (Pluchea indica L.) with a variation amount of Sorbitan monostearate as an emulsifying agent conducted to determine the concentration of ethanol leaf extract beluntas that can be used as antibacterial and to know the different physical properties and physical stability significant variation in the amount of sorbitan monostearate6432 in the ethanol extract of leaves beluntas deodorant.

  In this study used a randomized experimental design with one factor and two levels. The data obtained were then analyzed using software R.2.9.0 Confidence interfal used was 95% for the significance (p <0.05) of each response. Response measured in this study is the droplet size, viscosity, dispersive power, shifting the droplet size, viscosity and percent shift in the phase separation. The results of the study showed that the concentration of 3% could give the inhibition of the antibacterial. There are significant differences in droplet size variation in the use of Sorbitan monostearate as an emulsifying agent.

  

Keywords: deodorant, beluntas leaf ethanol extract, sorbitan monostearate,

software R.2.9.0

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Bau badan dari sisi biologis adalah sesuatu yang wajar, namun saat ini

  dipandang sebagai sesuatu yang tidak menyenangkan dan tidak bersih dalam masyarakat modern (Umbach, 1995). Masalah bau badan merupakan masalah yang banyak dialami orang. Meskipun terkesan tidak penting, permasalah bau badan dapat berakibat fatal bagi karir dan pergaulan.

  Dalam keadaan bau keringat yang sangat mengganggu, maka orang membutuhkan deodoran. Banyak orang menganggap bau badan timbul karena aktivitas berlebih yang menimbulkan aliran keringat. Menurut Howard (1974), deodoran tidak dirancang untuk mengatur aliran keringat, akan tetapi dirancang berdasarkan cara kerja bakterisida atau antiseptik yang nantinya membunuh bakteri atau mencegah aktivitasnya. Keringat yang muncul dari kedua kelenjar yaitu ekrin dan apokrin sebenarnya tidak berbau. Penyebab bau tersebut adalah hasil dekomposisi keringat oleh bakteri. Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebut ialah Staphylococcus epidermidis, Streptococcus

  

pyogenes, Staphylococcus aureus, Cornybacterium acne, Pseudomonas

aeruginosa (Endarti, Yulinah, and Soediro, 2002).

  Dipasaran terdapat banyak deodoran dari berbagai bentuk dan merek dagang, yang dikonsumsi oleh masyarakat untuk mengurangi atau mencegah bau yang telah digunakan masyarakat Indonesia sejak lama untuk menghilangkan bau badan dengan cara direndam kemudian dioleskan (Winarno dan Sundari, 1998).

  Ekstrak etanol daun beluntas telah diteliti secara ilmiah memiliki aktivitas antimikroba terhadap Staphylococcus aureus, Pseudomonas fluorecens,

  

Escherichia coli dan Salmonela typhi (Ardiansyah, Lilis., and Andarwulan, 2003).

  Skrining Fitokimia menunjukkan hasil ekstrak etanol mengandung flavonoid,

  ,

  fenol hidrokuinon tanin (Ardiansyah, Lilis., and Andarwulan, 2003). Penelitian menyebutkan kadar total fenolik ekstrak etanol 50% terbanyak terdapat pada bagian daun (Normala and Suhaimi, 2011). Ekstrak etanol daun beluntas berpotensi untuk diformulasikan sebagai sediaan topikal dengan penggunaan lokal dikulit secara lebih praktis, efektif, dan modern dalam bentuk sediaan deodoran alternatif, yang memiliki aktivitas antibakteri penyebab bau badan.

  Pada penelitian ini akan dibuat deodoran dari ekstrak etanol daun beluntas yang memiliki efek antibakteri terhadap isolat bakteri bau badan. Deodoran yang dibuat dalam penelitian ini merupakan bentuk emulsi. Sediaan deodoran diharapkan dapat meningkatkan acceptability dari konsumen bila dibandingkan dengan ekstrak etanol daun beluntas sebagai pencegah bau badan secara langsung. Bentuk sediaan emulsi diharapkan dapat menutupi warna yang kurang menarik dari ekstrak etanol daun beluntas tetapi tetap nyaman digunakan. Pada emulsi terdapat fase minyak yang berfungsi sebagai emolien yang akan mencegah penguapan sehingga kandungan air dapat dipertahankan. Peningkatan oklusivitas dari fase minyak pada sistem emulsi akan meningkatkan hidrasi pada stratum

  

corneum dan hal ini berhubungan dengan berkurangnya hambatan difusi bagi zat terlarut. Oleh karena itu adanya sistem emulsi akan memberikan penetrasi tinggi dipermukaan kulit (Block, 2002). Zat aktif ekstrak etanol daun beluntas yang terdispersi dalam fase air lebih tertahan dipermukaan kulit sehingga dapat memberikan efek antibakteri lebih efektif. Atas dasar kelebihan dari emulsi tersebut, maka sediaan deodoran dapat menjadi drug delivery system yang baik bagi zat aktif yang terkandung di dalamnya ketika diaplikasikan di kulit.

  Dalam pembuatan deodoran ekstrak etanol daun beluntas, salah satu yang penting diperhatikan adalah pemilihan emulsifying agent, karena bahan inilah yang dapat berperan dalam menentukan sifat fisik dan stabilitas sistem emulsi baik (Block, 2002). Emulsifying agent yang digunakan dalam penelitian ini adalah

  

emusifying agent nonionik karena sifatnya yang tidak toksik dan tidak mengiritasi

  kulit, yaitu sorbitan monostearate. Krim dengan sorbitan ester memiliki tekstur yang halus dan stabil (Aulton and Diana, 1991). Emulsifying agent tersebut digunakan karena tingkat keamanannya dan diharapkan dapat meningkatkan kestabilan emulsi dengan adanya gugus hidrofil dan lipofil.

  Variasi penamabahan jumlah sorbitan monostearate dalam formula deodoran perlu diperhatikan karena dapat mempengaruhi parameter-parameter sediaan emulsi yaitu sifat fisik deodoran yang berupa viskositas dan daya sebar, serta stabilitas deodoran yang meliputi pergeseran viskositas dan pergeseran ukuran droplet. Pada penelitian ini akan dilakukan formulasi deodoran ekstrak etanol daun beluntas dengan menggunakan variasi jumlah sorbitan monostearate yang berbeda. Penelitian ini perlu dilakukan sebagai penelitian awal mengenai perbedaan yang signifikan atau perbedaan yang bermakna dengan adanya variasi jumlah sorbitan monostearate yang berbeda sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran ekstrak etanol daun beluntas. Dari hasil penelitian ini dapat diperoleh informasi untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying

  

agent . Analisa statistik dilakukan menggunakan software R 2.9.0 dengan uji t

tidak berpasangan pada taraf kepercayaan 95%.

  1. Rumusan masalah

  Berdasarkan data diatas, maka dapat disusun permasalahan :

  a. Apakah ekstrak etanol daun beluntas yang dibuat dalam penelitian ini memiliki efek antibakteri terhadap bakteri isolat penyebab bau badan? b. Apakah ada perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada penggunaan variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang digunakan dalam penelitian ini?

  2. Keaslian Penelitian

  Sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian mengenai penggunaan variasi jumlah sorbitan monostearate dalam formulasi deodoran ekstrak etanol daun beluntas yang memiliki efek antibakteri pada isolat bakteri ketiak belum pernah dilakukan. Adapun penelitian yang pernah dilakukan seperti: a. Aktivitas Antimikroba Ekstrak Daun Beluntas (Pluchea indica L.) dan Stabilitas Aktivitasnya pada Berbagai Konsentrasi Garam dan Tingkat pH (Ardiansyah, Lilis., and Andarwulan, 2003).

  b. Quantification of Total Phenolics in Different Parts of Pluchea indica (Less) Ethanolic and Water Extracts (Normala and Suhaimi, 2011).

  c. Pemeriksaan Minyak Atsiri dan Flavonoid dari Daun Beluntas (Pluchea indica L.)( Rasmehuli, 1986).

3. Manfaat Penelitian a. Manfaat Teoritis

  Menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang pengembangan formulasi sediaan topikal deodoran sebagai antibakteri dari bahan alam daun beluntas (Plechea indica L.), dengan menggunakan sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent.

b. Manfaat praktis

  Memperoleh informasi mengenai sifat fisik dan stabilitas fisik deodoran ekstrak etanol daun beluntas dengan menggunakan variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent.

B. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum

  Penelitian ini ditujukan untuk menghasilkan formula deodoran ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica Less) yang bersifat antibakteri dengan variasi jumlah sorbitan monostearate sebagai emulsifying agent.

  2. Tujuan Khusus

  a. Memastikan daya antibakteri deodoran ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica Less) terhadap isolat bakteri ketiak secara in vitro.

  b. Mengetahui perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik yang signifikan pada variasi jumlah sorbitan monostearate dalam deodoran ekstrak etanol daun beluntas

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Keringat dan Bau badan Keringat dihasilkan oleh kelenjar ekrin dan kelenjar apokrin yang

  terdapat dalam lapisan dermis. Kelenjar ekrin terdapat hampir diseluruh permukaan kulit kecuali bibir dan alat genital. Kelenjar apokrin terdapat dilipatan lengan bagian atas, sekitar puting susu, lipatan paha, daerah kemaluan dan kaki (Depkes RI, 1985). Keringat yang dihasilkan pria dan wanita dalam 24 jam sebanyak 0,5-1,5 liter (Depkes RI, 1985). Jumlah keringat pada lipatan lengan bagian atas yang dihasilkan kelenjar apokrin lebih sedikit dibandingkan dengan kelenjar ekrin, dimana keringat yang dihasilkannya dipengaruhi oleh rangsangan emosi, atau rangsangan seksual, sedangkan keringat yang dihasilkan kelenjar ekrin dipengaruhi oleh kondisi suhu ruang yang panas atau jika mengalami stres.

  Keringat yang dihasilkan ekrin mempunyai pH 4-7 sedangkan keringat dari kelenjar apokrin mempunyai pH 6,2-7,5.

  Bau badan tidak hanya berbeda dalam perbedaan individu, juga berbeda pada beberapa permukaan kulit pada individu yang sama. Manusia memiliki bau badan karena adanya bakteri dalam tubuh. Bakteri berkembangbiak dibeberapa daerah tertentu, ketika orang berkeringat maka tercipta lingkungan yang kondusif untuk bakteri berkembangbiak. Bau badan itu sendiri biasanya disebabkan oleh bakteri yang berkembangbiak, karena keringat sendiri tidak menimbulkan bau.

  Bau keringat yang lebih nyata terutama didaerah lipatan lengan bagian atas dan terdapat kelenjar apokrin. Keringat apokrin mengandung sejumlah lipid dan protein, dimana setelah mencapai permukaan kulit akan dirusak oleh bakteri yang menghasilkan trans 3-metil-2-asam hexanoid (Hasby, 2001). Hasil peruraian ini yang menyebabkan bau keringat pada lapisan lengan bagian atas. (Hasby, 2001).

  Beberapa bakteri yang diduga menjadi penyebab bau badan tersebur diantaranya ialah Staphylococcus epidermidis, Staphylococcus pyogenes, Staphylococcus

  aureus, Corybacterium , Pseudomonas aeruginosa (Endarti et al., 2002).

  

Gambar 1. Struktur Molekul trans 3-metil-2asam hexanoid

(www.wikipedia.com/ trans 3-metil-2asamhexanoid)

B. Isolasi dan Identifikasi Mikrobia

  Untuk menanam suatu mikroba ,perlu diperhatikan faktor nutrisi serta kebutuhan akan oksigen (gas O

  2 atau udara). Cara menumbuhkan mikrobia yang

  anaerob berbeda dengan yang aerob. Untuk penanaman mikroba yang aerob,berdasarkan bentuk medium dan cara menanamnya dibedakan atas : biakan agar tegak,biakan agar miring, dan biakan cair sedangkan penanaman mikrobia anaerob ada beberapa cara seperti dengan menggunakan medium yang diperkaya, menghilangkan oksigen bebas dengan pembakaran dan absorbsi oksigen secara kimia (Jutono, Sudarsono, Hartadi, Suhadi, and Susanto, 1980)

  Ada bermacam-macam cara untuk isolasi mikroba,untuk isolasi tersebut harus diperhatikan beberapa hal antara lain sifat-sifat spesies mikrobia yang akan diisolasi, tempat hidup atau asal mikroba tersebut, medium untuk pertumbuhannya yang sesuai, cara menanam mikrobia tersebut, cara inkubasi mikroba tersebut, cara menguji bahwa mikroba, cara memelihara agar mikroba yang telah diisolasi tetap merupakan biakan murni (Jutono et al,1980).

  Teknik skrining bersifat efektif apabila dapat mengeliminasi populasi mikroba yang tak berguna sebanyak-banyaknya dan mengisolasi populasi mikroba yang berguna/dikehendaki (Suwandi,1989).

  Pada identifikasi bakteri mula-mula diamati morfologi individual secara mikroskopik dan pertumbuhannya pada bermacam–macam medium. Bakteri yang morfologinya sama mungkin berbeda dalam kebutuhan nutrisi serta persyaratan ekologi lainnya. Patogenitas bakteri–bakteri pathogen dapat pula dipaki untuk membantu identifikasi dan determinasi bakteri tersebut (Jutono et al, 1980)

  Bentuk–bentuk koloni tergantung pada konsistensi medianya. Pada media cair, sifat bakteri terhadap kebutuhannya akan oksigen sangat mudah dilihat dan penampakan koloninya dapat dibedakan menjadi : serabut, cincin, dan selaput. Demikian pula pada media agar tegak atau miring mempunyai bentuk yang spesifik. Morfologi koloni dalam cawan agar perlu diamati pertumbuhan koloni di permukaan atau di bawah permukaan media, bentuk koloni, permukaan koloni, elevasi, bentuk tepi, dan bentuk struktur dalam (Jutono et al, 1980). Morfologi koloni meliputi bentuk, ukuran, tekstur, warna.

  a. Bentuk

  Bentuk koloni digunakan untuk mempermudah identifikasi dan determinasi suatu biakan murni bakteri. Bentuk–bentuk koloni bakteri tergantung pada konsistensi mediannya dan masing–masing mempunyai bentuk yang spesifik (Jutono et al, 1980). Bentuk–bentuk koloni bakteri pada agar lempengan (cawan Petri) seperti bentuk titik–titik bulat, bercabang, tidak teratur, serupa akar, serupa kumparan. Dengan permukaan : datar, timbul mendatar, timbul melengkung, mencembung mencembung, rimbul membulat, timbul berkawah (Jutono et al, 1980).

  Pada agar miring dapat berbentuk filiform, echinulate, effuse, beaded, spreading, plumase, rhizoid, arboscent (Jutono et al,1980). Pada medium cair bakteri akan kelihatan sikapnya terhadap udara, permukaan medium dapat memperlihatkan adanya serabut, cincin, kulit dan selaput (Jutono et al, 1980). Pada agar tegak dapat berbentuk : filiform, echinulate, effuse, villous, rhizoid, arborescent.

  b. Tekstur

  Tektur bakteri tergantung pada spesiesnya. Tektur pemakain ini ada yang licin (smooth), kasar (rough), granular, atau mukoid (berlendir).

  Koloni spesies terntentu ada yang permukaannya keriput (wrinkled). Pada umumnya permukaan koloni memiliki 3 macam bentuk : S (smooth): licin, bundar, konveks, R (rough): kasar, datar bergerigi, M (mucoid) : berlendir, basah, kadang–kadang bersatu, lembut dan tebal

c. Warna

  Beberapa spesies bakteri dapat menghasilakn zat warna di dalam sel yang tidak larut dalam air, sehingga koloninya berwarna. Beberapa koloni menghasilkan zat warna yang larut dalam air, yang menyebar secara difusi sehingga mewarnai media agarnya. Beberapa zat warna dapat bersifat fluorescent (dapat menghasilkan cahaya putih/ kebiru – biruan) di sekitar koloni bila terkena cahaya ultraviolet (Taringan, 1988).

  Pengecatan adalah metode pemberian warna pada bagian mikroorganisme yang berdasarkan atas afinitas sel–sel mikroorganisme terhadap bahan kimia pewarna. Faktor–faktor yang mempengaruhi pengecatan : daya serap mikroorganisme terhadap pengecatan, pH bagian sel, komposisis bagian sel, kuantitas warna terhadap ketahanan sel. Zat – zat yang sering dipakai adalah : Kristal violet, safranin, Malachite green,

  Metylen blue (Jutono et al, 1980).

  Pewarnaan gram

  Bakteri gram negative tidak mengikat cat utama sehingga dapat dilunturkan oleh peluntur dan dapat diwarnai cat lawan,sedangkan gram positif mengikat kuat cat utama sehingga tidak dapat dilunturkan oleh peluntur dan tidak bisa diwarnai oleh cat lawan. Gram positif memiliki dinding sel dan sitoplasma dengan afinitas yang kuat terhadap kompleks Kristal violet dan iodine, karena itu tidak dapat diwarnai oleh cat lawan dan tidak dapat dilunturkan (Johnson,1994). Tahapan umum pengecatan gram adalah pemberian cat warna utama, pengintensifan warna violet, dekolorasi, pemberian cat lawan (Johnson,1994).

d. Ukuran

  Ukuran bakteri bervariasi, mulai dari sebesar jarum, yaitu kira – kira pecahan mm (diameternya), sampai 5 – 10 mm. Ada beberapa factor yang mempengaruhi besarnya diameter tersebut. Misal, hanya koloni yang menyebar saja yang dapat diukur, karena cenderung punya diameter yang lebih besar daripada koloni yang bertumpuk. Hal ini disebabkan oleh persaingan pada koloni yang menyebar lebih kecil daripada koloni yang bertumpuk-tumpuk (Taringan, 1988). Pada identifikasi bakteri mula-mula diamati morfologi sel individual secara mikroskopik dan pertumbuhannya pada bermacam–macam medium.

  Karena suatu bakteri tidak dapat dideterminasi hanya berdasarkan sifat-sifat morfologi saja, maka perlu diteliti pula sifat-sifat biokimia dan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhannya. Bakteri yang morfologinya sama mungkin berbeda dalam kebutuhan nutrisi dan persyaratan ekologi lainnya (Jutono et al, 1980). Untuk mengidentifikasi suatu organisme diperlukan kriteria sebagai berikut :

  A. Ciri morfologi Dari morfologi sel dapat diketahui hubungan filogeni antara yang satu dengan yang lain, sehingga berguna dalam identifikasi bakteri

  (Taringan, 1988).

  

Gambar 2. Morfologi Koloni Bakteri Pada Cawan Petri dan Media Agar

  B. Pengecatan gram Pewarnaan merupakan tahap penting dalam pencirian dan identifikasi bakteri. Pewarnaan gram membagi bakteri menjadi kelompok gram positif dan gram negatif (Lay, 1994).

Dokumen yang terkait

Kualitas sosis dengan dan tanpa kulit ari itik yang diberi tepung daun beluntas (Pluchea indica L.) dalam pakannya

0 14 59

Pengaruh konsentrasi CMC-NA sebagai gelling agent dan propilen glikol sebagai humektan terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik gel ekstrak pegagan (Centella asiatica (L.) Urban).

4 22 139

Pengaruh span 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji (psidium guajava l.).

0 3 100

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh (oleum caryophylli) sebagai obat jerawat dengan variasi suhu dan lama pencampuran.

1 3 108

Daya antibakteri ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica Less) dan daun kemangi (Ocimum basilicum L.) terhadap Staphylococcus epidermidis ATCC 12228.

7 25 129

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Pengaruh span 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji

0 2 98

Perbedaan sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel minyak cengkeh (oleum caryophylli) sebagai obat jerawat dengan variasi suhu dan lama pencampuran

0 0 106

Standarisasi ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica (l.) Less.) dari tiga daerah berbeda - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 17

Standarisasi ekstrak etanol daun beluntas (Pluchea indica (l.) Less.) dari tiga daerah berbeda - Widya Mandala Catholic University Surabaya Repository

0 0 6