Pengaruh span 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji (psidium guajava l.).

(1)

PENGARUH SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DAN CARBOPOL 940 SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK DAN

STABILITAS FISIK KRIM SUNSCREEN

FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.) Oleh :

Sevy Merisca NIM : 108114011

INTISARI

Viskositas dan daya sebar krim dipengaruhi oleh Span 80 sebagai emulsifying agent dan Carbopol 940 sebagai gelling agent. Span 80 memiliki kemampuan untuk meningkatkan kestabilan dari krim sedangkan Carbopol 940 memiliki kemampuan untuk meningkatkan viskositas dari krim. Kombinasi komposisi yang sesuai antara Span 80 dan Carbopol 940 diduga menghasilkan krim sunscreen dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari Carbopol 940 dan Span 80 pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas krim. Level tinggi dan level rendah dari Span 80 yang digunakan, yaitu 10 mL dan 5 mL, sedangkan level tinggi dan level rendah dari Carbopol 940 yang digunakan, yaitu 0,75 gram dan 0,5 gram. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisik berupa viskositas dan daya sebar, dan stabilitas fisik berupa pergeseran viskositas krim. Analisis data secara statistik menggunakan software R2.14.1 dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Carbopol 940 dapat meningkatkan respon viskositas dan menurunkan respon daya sebar pada level rendah Span 80, sedangkan pada level tinggi Span 80 dapat meningkatkan respon viskositas dan daya sebar. Span 80 dapat menurunkan respon viskositas dan meningkatkan respon daya sebar pada level rendah dan level tinggi Carbopol 940. Formula 1, formula a dan formula b memenuhi persyaratan daya sebar yang diinginkan, sedangkan kriteria viskositas hanya dapat dipenuhi pada formula 1, serta tidak ada formula yang memenuhi kriteria stabilitas fisik yang dinginkan.

Kata kunci: fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.), Span 80, Carbopol 940, dan krim sunscreen.


(2)

ABSTRACT

Viscosity and spread-ability of cream can be affected by Span 80 as emulsifying agent and Carbopol 940 as gelling agent. Span 80 has ability to improve stability of cream while Carbopol 940 has ability to improve viscosity of cream. Combination composition between Span 80 and Carbopol 940 estimated to get cream sunscreen with physical properties and physical stability as good.

This research aimed to prove the significant effects from Carbopol 940 and Span 80 at levels studied on physical properties and physical stability of cream. High level and low of Span 80 are 10 mL and 5 mL, whereas high level and low of Carbopol 940 are 0,75 gram and 0,5 gram. Response of this research are physical properties that was viscosity and spread-ability, physical stability that is viscosity shift. The data were analysed statistically by using R2.14.1 open-source software with 95% confidence interval for prove significant (p<0,05) from each factor and the interaction in give the effect.

The result showed that Carbopol 940 increased viscosity response and decreased spread-ability response in low level of Span 80, whereas in high level of span 80 increased spread-ability response and decreased viscosity response. Span 80 decreased viscosity response and increased spradability response in low and high levels of carbopol 940. Formula 1, formula a and formula ab met the criteria of spread-ability, however the criteria of viscosity was only met on formula 1. There was no formula that met the criteria of physical stability.

Keywords : fraction ethyl acetate of guava leaves, Span 80, Carbopol 940, and cream sunscreen.


(3)

PENGARUH SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DAN CARBOPOL 940 SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK

DAN STABILITAS FISIK KRIM SUNSCREEN

FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Sevy Merisca NIM : 108114011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

i

PENGARUH SPAN 80 SEBAGAI EMULSIFYING AGENT DAN CARBOPOL 940 SEBAGAI GELLING AGENT TERHADAP SIFAT FISIK

DAN STABILITAS FISIK KRIM SUNSCREEN

FRAKSI ETIL ASETAT DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L.)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)

Program Studi Farmasi

Oleh : Sevy Merisca NIM : 108114011

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(5)

(6)

(7)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini kepada :

Papa Fendi dan Mama Merry tersayang,

Ka Monik dan Esa

Ku Rudi dan Tante Sisil


(8)

(9)

vi PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Pengaruh Span 80 sebagai Emulsifying Agent dan Carbopol 940 sebagai Gelling

Agent terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim Sunscreen Ekstrak Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.)” dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah

satu syarat untuk memperoleh Sarjana Farmasi (S.Farm.) di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Selama proses perkuliahan, penelitian, penyusunan dan penyelesaian skripsi ini, penulis telah mendapatkan bantuan doa, semangat, dukungan, saran serta kritik dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Ipang Djunarko, M.Sc., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2. Bapak Septimawanto Dwi Prasetyo, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak memeberikan waktu, bimbingan, diskusi, kritik dan saran kepada penulis mulai dari proposal, penelitian, penyusunan hingga penyelesaian skripsi ini.

3. Ibu C.M. Ratna Rini N., M.Pharm., Apt., selaku Dosen Penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan pengarahan saran dan kritik kepada penulis.


(10)

vii

4. Bapak Prof. Dr. C. J. Soegihardjo, Apt., selaku Dosen Penguji atas kesediaannya meluangkan waktu untuk menjadi dosen penguji, serta memberikan pengarahan saran dan kritik kepada penulis.

5. Bapak Musrifin, Mas Agung, Bapak Kayat, Bapak Wagiran, Mas Sigit, Bapak Parlan, Bapak-bapak satpam dan seluruh laboran serta karyawan lain di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah banyak membantu selama penelitian.

6. Bapak Bambang, selaku laboran di Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta yang telah membantu selama penelitian.

7. Yohanes Stevan Arianto sebagai sahabat dan teman satu penelitian atas kerja sama, bantuan, dan kebersamaan selama proses skripsi ini.

8. Ci Lia, Ci Lani, Mba Evy, dan Ko Billy yang telah membantu selama penelitian.

9. Teman-teman satu angkatan 2010 atas kebersamaannya baik selama proses perkuliahan maupun praktikum.

10.Semua pihak yang telah banyak membantu selama proses skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak karena penulis memiliki keterbatasan lemampuan dan pengetahuan pada skripsi ini. Penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya bidang farmasi. Penulis


(11)

(12)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

PRAKATA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... viii

DAFTAR ISI ... ix

BAB I PENGANTAR ... 1

A.Latar Belakang Masalah ... 1

1. Perumusan masalah ... 2

3. Manfaat penelitian ... 3

B. Tujuan Penelitian ... 4

1. Tujuan umum... 4

2. Tujuan khusus ... 4

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

DAFTAR TABEL ... xiY DAFTAR GAMBAR ... xv DAFTAR LAMPIRAN ... xvL INTISARI ... xviL ABSTRACT ... xviiL


(13)

x

BAB II PENELAHAAN PUSTAKA... 5

A. Sinar Ultraviolet ... 5

B. Sunscreen ... 5

C. Tanaman Jambu Biji (Psidium guajava L.) ... 7

D. Kuersetin ... 8

E. Krim Sunscreen ... 9

1. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim ... 10

2. Uji iritasi ... 12

F. Komposisi Krim ... 12

1. Emulsifying agent ... 12

2. Cetyl alcohol ... 14

3. Gelling agent ... 14

4. Trietanolamina ... 16

5. Gliserin ... 16

6. Metil paraben ... 17

7. Parafin cair ... 17

G. Landasan Teori ... 18


(14)

xi

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ... 20

B. Variabel Penelitian ... 20

1. Variabel bebas ... 20

2. Variabel tergantung ... 20

3. Variabel pengacau terkendali ... 20

4. Variabel pengacau tak terkendali ... 20

C. Definisi Operasional ... 21

D. Bahan Penelitian ... 22

E. Alat Penelitian ... 22

F. Tata Cara Penelitian ... 23

1. Pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji ... 23

2. Pembuatan krim ... 23

4. Penetapan SPF kuersetin ... 26

a) Fraksi etil asetat daun jambu biji ... 26

b) Krim sunscreen ... 27

5. Uji viskositas dan daya sebar krim ... 28

BAB III METOD2/2*, PENELITIAN... 20


(15)

xii

6. Uji keamanan krim dengan metode HET-CAM ... 29

G. Analisis Hasil ... 29

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 31

A. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji ... 31

1. Pengumpulan bahan dan pembuatan serbuk simplisia ... 31

2. Pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji ... 32

B. Formulasi Krim ... 33

C. Penetapan Nilai SPF ... 39

1. Fraksi etil asetat daun jambu biji ... 39

2. Sediaan krim sunscreen ... 40

D. Uji Iritasi Sediaan Krim Sunscreen Ekstrak Daun Jambu Biji ... 41

E. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim Sunscreen ... 43

1. Uji organoleptis dan pH ... 43

2. Uji daya sebar ... 44


(16)

xiii

F. Efek Penambahan Span 80 dan Carbopol 940 serta Interaksinya

dalam Menentukan Sifat Fisik Krim Sunscreen ... 46

1. Viskositas ... 46

2. Daya sebar ... 50

3. Pergeseran viskositas ... 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 55

A. Kesimpulan ... 55

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 59 BIOGRAFI PENULIS ... 79


(17)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel I. Formula standar ... 23 Tabel II. Formula modifikasi ... 24 Tabel III. Formula krim sunscreen ... 24 Tabel IV. Level tinggi dan level rendah dari Span 80

dan Carbopol 940 ... 24 Tabel V. Hasil perhitungan nilai SPF fraksi etil asetat

daun jambu biji ... 39 Tabel VI. Hasil perhitungan nilai SPF sediaan krim sunscreen ... 40 Tabel VII. Data uji organoleptis dan pH krim sunscreen ... 43 Tabel VIII. Hasil pengujian viskositas, daya sebar, dan

pergeseran viskositas krim sunscreen ... 44 Tabel IX. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk

respon viskositas ... 47 Tabel X. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh

variasi Span 80 pada respon viskositas ... 47 Tabel XI. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh

variasi Carbopol 940 pada respon viskositas ... 49 Tabel XII. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk

respon daya sebar ... 50 Tabel XIII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh

variasi Span 80 pada daya sebar ... 50 Tabel XIV. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh

variasi Carbopol 940 pada daya sebar ... 51 Tabel XV. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk


(18)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Tanaman jambu biji ... 7

Gambar 2. Kuersetin ... 8

Gambar 3. Emulsi ganda W/O/W dan O/W/O ... 9

Gambar 4. Struktur Span 80 ... 13

Gambar 5. Struktur Tween 80 ... 13

Gambar 6. Struktur Cetyl alcohol ... 14

Gambar 8. Struktur Trietanolamin ... 16

Gambar 9. Struktur Gliserin ... 16

Gambar 10. Struktur Metil paraben ... 17

Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh penambahan Carbopol 940 terhadap daya sebar krim sunscreen ... 35

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh penambahan Carbopol 940 terhadap viskositas krim sunscreen ... 35

Gambar 13. Grafik orientasi pengaruh penambahan Span 80 terhadap daya sebar krim sunscreen ... 37

Gambar 14. Grafik orientasi pengaruh penambahan Span 80 terhadap viskositas krim sunscreen ... 38

Gambar 15. Parameter dalam uji iritasi HET-CAM ... 42

Gambar 16. Grafik viskositas krim perhari ... 46


(19)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Ekstrak Kental Daun Jambu Biji ... 59

Lampiran 2. Data Hasil Orientasi Carbopol 940 dan Span 80 ... 61

Lampiran 3. Perhitungan Nilai SPF ... 63

Lampiran 4. Uji SPF ... 65

Lampiran 5. Uji Iritasi ... 65

Lampiran 6. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim Sunscreen ... 67

Lampiran 7. Hasil Pengolahan Data dengan Software R-12.4.1 ... 68


(20)

xvii INTISARI

Viskositas dan daya sebar krim dipengaruhi oleh Span 80 sebagai

emulsifying agent dan Carbopol 940 sebagai gelling agent. Span 80 memiliki kemampuan untuk meningkatkan kestabilan dari krim sedangkan Carbopol 940 memiliki kemampuan untuk meningkatkan viskositas dari krim. Kombinasi komposisi yang sesuai antara Span 80 dan Carbopol 940 diduga menghasilkan krim sunscreen dengan sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui signifikansi pengaruh dari Carbopol 940 dan Span 80 pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas krim. Level tinggi dan level rendah dari Span 80 yang digunakan, yaitu 10 mL dan 5 mL, sedangkan level tinggi dan level rendah dari Carbopol 940 yang digunakan, yaitu 0,75 gram dan 0,5 gram. Respon dalam penelitian ini adalah sifat fisik berupa viskositas dan daya sebar, dan stabilitas fisik berupa pergeseran viskositas krim. Analisis data secara statistik menggunakan software R2.14.1

dengan taraf kepercayaan 95% untuk mengetahui signifikansi (p<0,05) dari setiap faktor dan interaksinya dalam memberikan efek.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Carbopol 940 dapat meningkatkan respon viskositas dan menurunkan respon daya sebar pada level rendah Span 80, sedangkan pada level tinggi Span 80 dapat meningkatkan respon viskositas dan daya sebar. Span 80 dapat menurunkan respon viskositas dan meningkatkan respon daya sebar pada level rendah dan level tinggi Carbopol 940. Formula 1, formula a dan formula b memenuhi persyaratan daya sebar yang diinginkan, sedangkan kriteria viskositas hanya dapat dipenuhi pada formula 1, serta tidak ada formula yang memenuhi kriteria stabilitas fisik yang dinginkan.

Kata kunci: fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.), Span 80, Carbopol 940, dan krim sunscreen.


(21)

xviii

ABSTRACT

Viscosity and spread-ability of cream can be affected by Span 80 as emulsifying agent and Carbopol 940 as gelling agent. Span 80 has ability to improve stability of cream while Carbopol 940 has ability to improve viscosity of cream. Combination composition between Span 80 and Carbopol 940 estimated to get cream sunscreen with physical properties and physical stability as good.

This research aimed to prove the significant effects from Carbopol 940 and Span 80 at levels studied on physical properties and physical stability of cream. High level and low of Span 80 are 10 mL and 5 mL, whereas high level and low of Carbopol 940 are 0,75 gram and 0,5 gram. Response of this research are physical properties that was viscosity and spread-ability, physical stability that is viscosity shift. The data were analysed statistically by using R2.14.1 open-source software with 95% confidence interval for prove significant (p<0,05) from each factor and the interaction in give the effect.

The result showed that Carbopol 940 increased viscosity response and decreased spread-ability response in low level of Span 80, whereas in high level of span 80 increased spread-ability response and decreased viscosity response. Span 80 decreased viscosity response and increased spradability response in low and high levels of carbopol 940. Formula 1, formula a and formula ab met the criteria of spread-ability, however the criteria of viscosity was only met on formula 1. There was no formula that met the criteria of physical stability.

Keywords : fraction ethyl acetate of guava leaves, Span 80, Carbopol 940, and cream sunscreen.


(22)

1 BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

Penampilan saat ini mendapatkan perhatian khusus oleh kebanyakan orang karena dapat mempengaruhi kepercayaan diri seseorang. Namun penampilan dapat berkurang kecantikannya ketika kulit kering atau berwarna merah karena terbakar sinar matahari. Hal tersebut dikarenakan kulit terkena paparan gelombang elektromagnetik yang terkandung dalam sinar matahari, terutama radiasi ultraviolet (UVR) dan inframerah.

Sinar ultraviolet (UV) dapat menjadi penyebab terjadinya sunburn dan

tanning. Paparan sinar UV kronik menghasilkan radikal bebas yang menyebabkan berbagai kerusakan struktur dan lapisan kulit (Wahab, 1996). Radikal bebas adalah atom atau molekul yang mengandung satu atau lebih elektron yang tidak berpasangan pada orbital luarnya yang mengakibatkan tidak stabilnya atom atau molekul tersebut (Winarsi, 2007).

Sunscreen adalah senyawa kimia yang dapat memantulkan atau menyerap radiasi sehingga dapat melemahkan energi ultraviolet sebelum berpenetrasi ke kulit. Daun jambu biji mengandung flavonoid, tanin, fenolat dan minyak atsiri (Sudarsono et al., 2002). Salah satu senyawa dari flavonoid yang terkandung di dalam daun jambu biji adalah kuersetin (Ardianto, 2007). Kuersetin memiliki kemampuan sebagai sunscreen yang dapat digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan paparan sinar matahari yang menyebabkan sumburn dan tanning


(23)

Daun jambu biji yang memiliki kemampuan sebagai sunscreen akan lebih efektif untuk mencegah paparan sinar UV jika diaplikasikan secara langsung pada kulit dalam bentuk sediaan kosmetik. Salah satu bentuk sediaan kosmetik yang sering digunakan yaitu krim. Krim adalah sediaan setengah padat yang mengandung satu atau lebih bahan obat terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Sediaan krim karena mudah diaplikasikan dan dapat menempel pada seluruh kulit dengan waktu kontak yang relatif cukup lama. Selain itu, karena diformulasikan menjadi krim tipe W/O/W yang dapat memberikan rasa nyaman pada saat diaplikasikan ke kulit (Syamsuni, 2005).

Secara umum, formula krim mengandung emulsifying agent dan gelling agent. Span 80 sebagai emulsifying agent dapat meningkatkan stabilitas dari sediaan krim dengan cara membentuk lapisan antarmuka dari droplet-droplet untuk mencegah terjadinya koalensensi. Carbopol 940 sebagai gelling agent dapat meningkatkan viskositas dari sediaan krim dengan cara membentuk matriks untuk menjebak droplet-droplet minyak dalam sistem krim. Dengan adanya matriks dalam sistem krim akan meminimalkan pergeseran antar droplet dalam sistem dan terjadinya perubahan ukuran droplet ke arah yang lebih besar dapat diatasi (Kim, 2005). Jadi, baik Span 80 maupun Carbopol 940 dapat berpengaruh dalam suatu formulasi krim.

1. Perumusan masalah

a. Apakah ada pengaruh yang signifikan dari variasi Carbopol 940 dan Span 80 pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas krim sunscreen


(24)

fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.)? Jika ada, bagaimana pengaruhnya terhadap respon yang diteliti?

b. Formula krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji manakah yang memenuhi kriteria sifat fisik dan stabilitas fisik yang diinginkan?

2. Keaslian penelitian

Manda (2011) meneliti tentang optimasi Tween 80 dan Span 80 sebagai

emulsifying agent serta carbopol sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel

photoprotector ekstrak teh hijau (Camellia sinensis L.) : aplikasi desain faktorial. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa Tween 80 dan carbopol merupakan faktor yang berpengaruh signifikan dalam menentukan respon viskositas.

Pakki dkk. (2010) meneliti tentang Formulasi dan Evaluasi Kestabilan Fisik Emulsi Ganda Tipe A/M/A dengan Emulgator Sorbitan Monooleat dan Polisorbat 80. Dari penelitian tersebut diperoleh hasil bahwa emulsi ganda formula I yang menggunakan sorbitan monooleat 2% memiliki kestabilan fisik yang baik.

Namun, sejauh penelusuran pustaka yang dilakukan penulis, penelitian tentang Pengaruh Span 80 Sebagai Emulsifying Agent dan Carbopol 940 Sebagai

Gelling Agent Terhadap Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim Sunscreen Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji (Psidium guajava L.) belum pernah dilakukan.

3. Manfaat

a. Manfaat teoretis

Memberikan sumbangan pengetahuan tentang bentuk sediaan krim


(25)

guajava L.) dengan menggunakan Span 80 sebagai Emulsifying Agent dan Carbopol 940 sebagai Gelling agent.

b. Manfaat praktis

Menghasilkan formulasi krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.) yang memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik yang dapat diterima oleh konsumen.

B. Tujuan 1. Tujuan umum

Menghasilkan krim sunscreen dengan fraksi etil asetat daun jambu biji yang memenuhi persyaratan sifat fisik yaitu viskositas dan daya sebar serta stabilitas fisik yaitu pergeseran viskositas yang dapat diterima oleh konsumen. 2. Tujuan khusus

a. Membuktikan signifikansi pengaruh dari Carbopol 940 dan Span 80 pada level yang diteliti terhadap sifat fisik dan stabilitas krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.). Selain itu, melihat pengaruhnya apakah meningkatkan atau menurunkan respon yang diteliti. b. Mengetahui formula krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji yang


(26)

5 BAB II

PENELAAHAN PUSTAKA A. Sinar Ultraviolet

Sinar Ultraviolet merupakan spectrum gelombang elektromagnetik yang mempunyai frekuensi antara 1015-1018 Hz atau berada pada panjang gelombang antara 10-7-10-9 nm (Anies, 2005). Sinar UV pada umumnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu sinar UV A, UV B, dan UV C. Efek radiasi UV pada kesehatan manusia tergantung dari jenis dan jumlah radiasi yang mengenai tubuh. Radiasi sinar UV A, yaitu pada rentang panjang gelombang 320-400 nm dengan efektivitas tertinggi pada 340 nm dapat menimbulkan tanning atau pigmentasi, penuaan dini, dan kanker kulit. Sinar UV B, yaitu pada rentang panjang gelombang 290-320 nm dengan aktivitas tertinggi sekitar 297,6 nm bertanggung jawab terhadap terjadinya eritema. Sinar UV C, yaitu pada rentang panjang gelombang 200-290 nm dapat menyebabkan kerusakan jaringan (Harry, 1982).

B. Sunscreen

Sunscreen adalah senyawa kimia yang dapat memantulkan atau menyerap radiasi sehingga dapat melemahkan energi ultraviolet sebelum berpentrasi ke kulit. Fungsi sediaan sunscreen, yaitu melindungi kulit dari benda fisik yang membahayakan kulit (sinar ultraviolet, panas). Sunscreen umumnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu chemical sunscreen, yaitu bekerja dengan mengabsorpsi radiasi sinar ultraviolet dan physical sunscreen, yaitu bekerja dengan menghamburkan atau memantulkan radiasi sinar ultraviolet dengan membentuk lapisan buram pada permukaan kulit (Stanfield, 2003).


(27)

Mekanisme sediaan sunscreen sebagai chemical sunscreen adalah molekul bahan kimia dari sediaan sunscreen menjerap energi dari sinar UV, kemudian mengalami eksitasi dari ground state ketingkat energi yang lebih tinggi. Sewaktu molekul yang tereksitasi kembali ke kedudukan yang lebih rendah akan melepaskan energi yang lebih rendah dari energi yang semula diserap untuk menyebabkan eksitasi. Maka sinar UV dari energi yang lebih tinggi, setelah diserap energinya oleh bahan kimia maka akan mempunyai energi yang lebih rendah. Sinar UV dengan energi yang lebih rendah akan kurang atau tidak menyebabkan efek sunburn pada kulit (FDA, 2003).

Produk sunscreen yang beredar di pasaran mengandung sunscreen agent

antara lain PABA (para amino benzoic acid) yang mengabsorbsi pada panjang gelombang 260-313 nm, octyl methoxycinnamate yang mengabsorbsi pada panjang gelombang 280-310 nm, octyl salicylate yang mengabsorbsi pada panjang gelombang 260-310 nm, dan oxybenzone yang mengabsorbsi pada panjang gelombang 270-350 nm (Stanfield, 2003).

Tingkat perlindungan (efektivitas) produk sunscreen terhadap sinar UV dilihat dari nilai SPF (Sun Protection Factor). SPF dapat mengindikasikan lamanya seseorang yang menggunakan sediaan sunscreen dapat bertahan di bawah sinar matahari tanpa menimbulkan eritema sebagai salah satu akibat dari

sunburn. SPF dapat ditentukan dengan 2 cara, yaitu dengan cara in vitro (dengan spektrofotometer) dan dengan cara in vivo (Flick, 2001). Sinar ultraviolet merupakan radiasi polikromatis sehingga SPF dapat ditentukan dengan persamaan sebagai berikut.


(28)

Log SPF =

(Petro,1981) Keterangan :

λn = panjang gelombang besar (diatas 290 nm dengan absorbansi 0,05) λ1 = panjang gelombang terkecil (290nm)

AUC = Area dibawah kurva dari grafik rentang λn-λ1

Kategori nilai SPF :

1. Nilai SPF 2-12 menunjukkan adanya perlindungan minimal 2. Nilai SPF 12-30 menunjukkan adanya perlindungan sedang

3. Nilai SPF >30 menunjukkan adanya perlindungan maksimal (Flick, 2001).

C. Tanaman Jambu Biji ( Psidium guajava L.)

Gambar 1. Tanaman jambu biji (Dalimartha, 2006) Klasifikasi tanaman ini adalah sebagai berikut :

Kerajaan : Plantae

Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliophyta Ordo : Myrtales


(29)

Famili : Myrtaceae Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.(Wasito, 2011).

Tanaman ini kaya dengan tanin, fenol, triterpen, flavonoid, minyak essensial, saponin, karotenoid, lektin, vitamin, serat, dan asam lemak. Buah jambu biji jika dibandingkan dengan jeruk, lebih banyak mengandung vitamin C (80 mg vitamin C dalam 100 g buah) dan mengandung sejumlah vitamin A. Jambu juga kaya akan pektin, yaitu serat yang diperlukan dalam makanan (Agoes, 2010). Salah satu senyawa dari flavonoid yang terkandung di dalam daun jambu biji adalah kuersetin (Ardianto, 2007). Di dalam daun jambu biji terdapat kuersetin sebanyak 2.95% (Zhou et al., 2009).

D. Kuersetin

Gambar 2. Struktur kuersetin

Kuersetin memiliki kemampuan sebagai sunscreen yang dapat digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan paparan sinar matahari yang menyebabkan


(30)

sumburn dan tanning (Benjamin et al., 2008). Kuersetin termasuk dalam

chemical sunscreen karena memiliki struktur molekul aromatik terkonjugasi dengan gugus karbonil. Kemampuan molekul mengabsorbsi energi radiasi UV tergantung dari sistem konjugasinya (kromofor) serta jumlah dan jenis gugus fungsional yang ada. Semakin terkonjugasi suatu molekul, semakin besar panjang gelombang absorbsinya (Levy, 2001).

E. Krim Sunscreen

Krim adalah bentuk sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai. Berdasarkan tipe emulsi ganda, krim dapat dibedakan menjadi dua, yaitu emulsi O/W/O (minyak-dalam air-dalam minyak) dan W/O/W (air-dalam minyak-(air-dalam air) (Hou and Papadopoulos, 1997).

Gambar 3. Emulsi ganda W/O/W dan O/W/O (Hou and Papadopoulos, 1997) Krim Sunscreen adalah sediaan setengah padat berupa emulsi yang mengandung senyawa kimia yang dapat menyerap, menghamburkan atau memantulkan sinar UV yang mengenai kulit sehingga dapat digunakan untuk melindungi kulit dari kerusakan akibat paparan sinar UV (FDA, 2003). Syarat-syarat krim sunscreen, yaitu : (1) enak dan mudah dipakai, (2) jumlah yang


(31)

menempel mencukupi kebutuhan berkaitan dengan daya sebar dan viskositas, (3) bahan aktif dan bahan dasar mudah tercampur, (4) bahan dasar harus dapat mempertahankan kelembutan dan kelembapan kulit, (5) tidak mengiritasi kulit, (6) memenuhi persyaratan sifat fisik dan stabilitas fisik krim (Tranggono, 2007).

1. Uji sifat fisik dan stabilitas fisik krim a. Viskositas

Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari suatu cairan untuk mengalir, makin tinggi viskositas akan makin besar tahanannya. Pengolahan bahan menurut tipe aliran dan deformasinya dibagi menjadi dua, yaitu sistem Newton dan sistem Non-Newton (Martin et al., 1993). Viskositas, elastisitas, dan rheologi merupakan karakteristik formulasi paling penting dalam produk akhir sediaan semisolid. Peningkatan viskositas akan meningkatkan waktu retensi pada tempat aksi terapi tetapi akan menurunkan daya sebar (Garg et al., 2002). Krim dapat berupa tiksotropik dimana membentuk semipadat jika dibiarkan dan menjadi cair pada pengocokan selama penympanannya. Tiksotopik merupakan suatu pemulihan yang isoterm dan lambat pada pendiaman bahan yang kehilangan konsistensi karena shearing (Martin et al., 1993).

Uji stabilitas merupakan proses evaluasi untuk menjamin bahwa sifat-sifat utama produk tidak berubah selama waktu yang dapat diterima oleh konsumen. Pergeseran viskositas adalah uji yang biasa dilakukan. Adanya


(32)

variasi pada ukuran atau jumlah droplet dapat dideteksi dengan pergeseran viskositas secara nyata (Aulton and Diana, 1991).

Pengujian viskositas dilakukan dengan cara krim dimasukkan ke dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester, kemudian diamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan pada 48 jam setelah krim dibuat dan setelah mengalami penyimpanan selama 1 bulan (Yuliani, 2010).

b. Daya sebar

Daya sebar merupakan karakteristik yang penting dari suatu formulasi sediaan topikal dan bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan obatnya serta kemudahan penggunaannya. Daya sebar menunjukkan hubungan antara sudut kontak antar sediaan dengan tempat aplikasinya yang mencerminkan kelicinan dari sediaan tersebut dimana berhubungan langsung dengan koefisien gesekan (Garg et al., 2002).

Faktor-faktor yang dipertimbangkan untuk menilai daya sebar sediaan topikal antara lain karakteristik formulasi, waktu, dan kecepatan shear selama pengolesan dan suhu tempat aplikasi. Viskositas formulasi, kecepatan penguapan solven, dan kecepatan kenaikan viskositas krena evaporasi mempengaruhi kecepatan penyebaran dari sediaan (Garg et al., 2002).

Pengujian daya sebar dilakukan dengan cara krim sebanyak 0,5 g diletakkan di tengah-tengah kaca bulat ditutup dengan kaca lain, kemudian ditambahkan beban 50 g, biarkan selama 1 menit dan diukur diameter daya sebarnya (Michael and Ash, 1977).


(33)

2. Uji iritasi

Uji iritasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang diformulasikan dapat mengiritasi kulit atau tidak. Uji iritasi yang dilakukan menggunakan metode Hen’s Egg Test- Chorioallantoic Membrane Test (HET-CAM). Metode ini menggunakan Chorioallantoic Membrane yang berasal dari embrio ayam, di mana embrio ayam memiliki jaringan yang lengkap termasuk arteri, kapiler dan vena. Adanya jaringan tersebut dapat digunakan untuk melihat respon inflamasi ketika diberikan bahan kimia yang diprediksi memiliki potensi mengiritasi (Loprieno, 1995).

Metode HET-CAM dapat digunakan untuk memprediksi potensi iritasi bahan kimia untuk jaringan konjungtiva kelinci, seperti yang diamati dalam uji

Draize. Parameter yang diukur dalam melakukan uji iritasi menggunakan HET-CAM ini adalah hemoragi, lisis dan koagulasi (Gilloti et al, 2000).

F. Komposisi Krim 1. Emulsifying agent

Emulsifying agent adalah suatu molekul yang memiliki rantai hidrokarbon polar dan nonpolar pada tiap ujung rantai molekulnya. Emulsifying agent dapat menurunkan tegangan permukaan fase air dan fase minyak (Friberg et al., 1996).


(34)

Gambar 4. Struktur sorbitan monooleat (Span 80) (Aulton, 2002)

Emulsifying agent yang digunakan adalah sorbitan monooleat (Span 80) yang termasuk jenis surfaktan nonionic dan memiliki nilai HLB 4,3 (Iro, 2012). Surfaktan nonionik adalah surfaktan yang tidak berdisosiasi dalam air, kelarutannya diperoleh dari sisi polarnya. Surfaktan jenis ini tidak membawa muatan electron tetapi mengandung heteroatom yang menyebabkan terjadinya momen dipole. Konsentrasi Span 80 sebagai emulsifying agent untuk tipe emulsi o/w adalah 1-10% (Rowe et al., 2006).

Gambar 5. Struktur polysorbate 80 (Tween 80) (Nair et al., 2003) Polysorbate 80 (Tween 80) termasuk surfaktan hidrofilik non-ionik yang mengandung 20 unit oksietilena. Penggunaan Tween 80 secara kombinasi sebagai

emulsifying agent memiliki range konsentrasi sebesar 1-10 % (Rowe et al., 2006). Tween 80 berbentuk cairan kental berwarna kuning. Tween 80 bersifat nontoksik


(35)

dan mudah larut dalam air, etanol, minyak tumbuhan, etil asetat, metanol, tetapi tidak larut dalam minyak mineral. Tween 80 memiliki nilai HLB 15 (Iro, 2012). 2. Cetyl alcohol

Gambar 6. Struktur cetyl alcohol (Rowe et al., 2006)

Cetyl alcohol merupakan surfaktan nonionic dari golongan alkohol yang berfungsi sebagai emollient agent. Pada sediaan semisolid, cetyl alcohol

dikombinasikan dengan emulsifying agent yang larut air untuk membentuk fase luar yang kental. Kombinasi ini membentuk barrier monomolecular pada antarmuka minyak-air, dimana barrier ini mencegah koalesen droplet. Titik leleh

cetyl alcohol antara 45-52°C (Boyland, 1986). 3. Gelling agent

Gelling agent merupakan bahan untuk membentuk gel dimana dapat terdispersi dalam air dan bisa mengembang serta meningkatkan viskositas (Mahalingam et al., 2008).


(36)

Gambar 7. Unit monomer asam akrilat dari polimer carbopol (Rowe et al., 2006)

Carbopol digunakan dalam sediaan semisolid sebagai agen pengental dan pensuspensi. Kelebihan carbopol, yaitu merupakan pengental yang baik dan efisien bahkan pada konsentrasi rendah sehingga digunakan agen pensuspensi pengental dan penstabil pada emulsi (Mahalingam et al., 2008).

Carbopol mudah mengembang pada air dan mengental juga stabil pada temperatur tinggi dan bersifat antimikroba. Konsentrasi carbopol sebagai gelling agent adalah 0.5-2.0% (Rowe et al, 2006).

Carbopol 940 adalah tipe carbopol yang paling efisien karena viskositasnya yang tinggi, yaitu 40.000-60.000 cps (pada kadar 0,5% dengan pH 7,5) dan menghasilkan gel dengan penampilan yang jernih (Allen, 1999).

Carbopol larut dalam air, alkohol, dan gliserin. Gel dengan carbopol akan lebih kental pada pH 6-11 dan viskositasnya berkurang bila pH kurang dari 3 atau lebih dari 12. Carbopol bersifat higroskopis (Barry, 1983).


(37)

4. Trietanolamina

Gambar 8. Struktur trietanolamina (Rowe et al., 2006)

Trietanolamina digunakan dalam pembentukan emulsi sebagai bahan pengemulsi anionik untuk menghasilkan produksi emulsi minyak-air yang homogen dan stabil. Trietanolamina juga dapat digunakan untuk mengubah gugus karboksil dari carbopol 940 menjadi COO-. Adanya gaya tolak menolak elektrostatis antara gugus karboksil yang telah berubah menjadi COO -mengakibatkan carbopol mengembang dan menjadi lebih rigid (Barry,1983). Trietanolamina merupakan senyawa basa yang aman bila digunakan dalam kosmetik (Jellinek, 1970).

5. Gliserin

Gambar 9. Gliserin (Rowe et al., 2006)

Gliserin dalam kosmetik biasanya digunakan sebagai humektan, emolien dan bahan pengawet. Humektan adalah zat yang ditambahkan untuk mencegah penguapan air dari sel kulit karena mampu mengikat air dari udara dan dalam


(38)

kulit. Konsentrasi gliserin sebagai humektan adalah kurang dari atau sama dengan 30 (Rowe et al, 2006).

Fungsi gliserin sebagai humektan adalah untuk mempertahankan tingkat kandungan air dalam produk, dengan mengurangi penguapan air selama pemakaian sehingga krim lebih mudah menyebar dan pembentukan kerak pada wadah dapat dihindari (Tranggono, 2007).

6. Metil paraben

Gambar 10. Metil paraben (Rowe et al., 2006)

Metil paraben dalam kosmetik biasanya digunakan sebagai bahan pengawet. Peningkatan rantai gugus alkil akan meningkatkan aktivitas antimikrobanya tetapi kelarutannya dalam air menjadi menurun. Efektifitas pengawet ini memiliki rentang pH 4-8, dimana konsentrasi yang digunakan dalam sediaan topical adalah 0.02-0.3%. Metil paraben bersifat nonmutagenik, nonteratogenik, dan nonkarsinogenik (Rowe et al, 2006).

7. Parafin cair

Parafin dalam sediaan topical digunakan untuk meningkatkan titik leleh atau meningkatkan pengerasan (bahan pengeras). Parafin tidak menyebabkan toksik ataupun iritasi. Parafin cair berbentuk cairan kental dan tidak berwarna.


(39)

Konsentrasi yang digunakan dalam sediaan topikal adalah 1.0-32.0 % (Rowe et al, 2006). Parafin cair dapat berfungsi sebagai emolien yang mencegah dehidrasi pada saat sediaan diaplikasikan ke kulit (Tranggono, 2007).

G. Landasan Teori

Salah satu sediaan kosmetik yang dapat melindungi kulit terhadap pengaruh berlebih sinar ultraviolet adalah sunscreen. Bahan alam yang dapat berperan sebagai sunscreen adalah kuersetin. Kuersetin terdapat dalam daun jambu biji (Psidium guajava L.). Fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.) diformulasikan ke dalam bentuk sediaan krim bertujuan untuk meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap sunscreen.

Emulsifying agent sangat diperlukan dalam proses pencampuran krim karena krim terbentuk dari dua fase berbeda yang tidak saling bercampur. Proses pencampuran merupakan salah satu hal yang penting diperhatikan dalam pembuatan krim agar diperoleh sediaan krim dengan sifat fisik dan stabilitas yang memenuhi syarat. Span 80 merupakan emulsifying agent yang digunakan secara umum dalam formulasi sediaan krim.

Gelling agent bertanggung jawab dalam menentukan sifat fisik stabilitas krim berkaitan dengan kemampuan gelling agent untuk meningkatkan viskositas pada sediaan krim. Carbopol 940 merupakan gelling agent yang digunakan dalam formulasi sediaan krim.


(40)

H. Hipotesis

Faktor Span 80 sebagai emulsifying agent dan Carbopol 940 sebagai

gelling agent pada level rendah dan tinggi serta interaksi kedua faktor memiliki pengaruh yang bermakna terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen


(41)

20 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian

Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian eksperimental murni dengan desain faktorial.

B. Variabel Penelitian 1. Variabel bebas

Komposisi span 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai

gelling agent dalam formula krim sunscreen pada level rendah dan level tinggi. 2. Variabel tergantung

Sifat fisis krim meliputi daya sebar dan viskositas serta stabilitas krim setelah penyimpanan berupa pergeseran viskositas.

3. Variabel pengacau terkendali

Alat dan bahan yang digunakan, suhu pemanasan dan pencampuran, kecepatan putar mixer, lama waktu pencampuran, letak krim saat pengukuran daya sebar, lama penyimpanan, dan wadah penyimpanan.

4. Variabel pengacau tak terkendali

Suhu dan kelembaban udara ruang untuk pembuatan dan penyimpanan krim.


(42)

C. Definisi Operasional

1. Krim sunscreen adalah sediaan setengah padat yang dibuat dari fraksi etil asetat daun jambu biji dengan komposisi Span 80 sebagai emulsifying agent

dan Carbopol 940 sebagai gelling agent yang telah ditentukan dan dibuat dengan prosedur pembuatan krim dalam penelitian ini.

2. Fraksi etil asetat daun jambu biji adalah fraksi dari hasil ekstraksi daun jambu biji dengan cara maserasi menggunakan etanol 70 % selama tiga hari dan remaserasi dua kali selama tiga hari, dilanjutkan dengan penguapan dengan

rotary evaporator dan waterbath, kemudian difraksinasi dengan n-heksan dan etil asetat.

3. Faktor adalah besaran yang berpengaruh terhadap respon, dalam penelitian ini dinggunakan dua faktor yaitu Span 80 dan Carbopol 940.

4. Level adalah tetapan untuk faktor, dalam penelitian ini terdapat dua level yaitu level tinggi dan level rendah. Level rendah Span 80 adalah 5,0% dan level tinggi 10,0%. Level rendah Carbopol 940 adalah 1,0% dan level tinggi 1,5%.

5. Respon adalah besaran yang dapat diamati dan dikuantifikasikan dari hasil percobaan, dalam penelitian ini respon yaitu sifat fisik berupa viskositas dan daya sebar, dan stabilitas fisik berupa pergesaran viskositas krim.

6. Daya sebar adalah hubungan antara sudut kontak antara sediaan krim

sunscreen dengan tempat aplikasinya. Pengujian dilakukan dengan cara 1 g krim sunscreen diletakkan ditengah horizontal double plate dan ditambahkan pemberat 50 g didiamkan selama 1 menit.


(43)

7. Viskositas adalah suatu pernyataan tahanan dari krim sunscreen untuk mengalir yang diukur dengan menggunakan Viscotester seri VT 04 Rion-Japan dan dinyatakan dalam satuan d.Pas.

8. Pergeseran viskositas adalah perubahan viskositas krim sunscreen selama penyimpanan dan dikatakan stabil jika selama 30 hari pergeseran viskositas < 10%.

9. Efek adalah perubahan yang muncul akibat variasi faktor dan level.

D. Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan meliputi fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.), Span 80 (kualitas farmasetis), paraffin cair (kualitas farmasetis), gliserin (kualitas farmasetis), Carbopol 940 (kualitas farmasetis), trietanolamin (kualitas farmasetis), metal paraben (kualitas farmasetis), etanol 70% (kualitas farmasetis) dan aqua demineralisata.

E. Alat Penelitian

Alat yang digunakan meliputi seperangkat alat gelas, mixer, neraca analitik Mettler-Toledo AB204, hot plate Cenco, waterbath, stopwatch, termometer, pH meter Merck, vortex Cenco, viscotester seri VT 04 RION-Japan, Spektrofotometer UV.


(44)

F. Tata Cara Penelitian 1. Pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji

Daun jambu biji segar dikeringkan dengan dijemur di bawah sinar matahari dan ditutupi kain hitam. Setelah kering lalu di oven selama 1 jam untuk memastikan benar-benar kering selanjutnya serbuk simpilia dibuat dengan mesin penggiling. Serbuk simplisia daun jambu biji sebanyak 100 g diekstrak dengan menggunakan 1 L etanol 70% dalam maserator selama tiga hari dengan sesekali dikocok dan dua kali remaserasi. Lalu dilanjutkan dengan penguapan menggunakan rotary evaporator dan waterbath. Ekstrak yang didapatkan lalu dilarutkan dengan aquadest 100 mL lalu ditambah 100 mL, 75 mL dan 50 mL n-heksana dipisahkan dengan ekstraksi cair-cair pada corong pisah hingga didapat fraksi n-heksana (atas) dan fraksi air (bawah). Fraksi air ditambah 100 mL, 75 mL dan 50 mL etil asetat dan dipisahkan hingga mendapat fraksi etil asetat (atas) dan fraksi air (bawah). Fraksi etil asetat (atas) ditambahkan ke dalam formula krim

sunscreen.

2. Pembuatan krim a. Formula

Tabel I. Formula standar (Vlaiva, 2009)

Bahan Persentase dalam formula W/O

Emulsi Utama

Piroksikam 1

Fase Minyak Span 80 Parafin cair

3,2 16 Fase air dalam

Magnesium sulfat hidrat Aquadest

0,56 ad 80 W/O/W

Emulsi

Fase minyak


(45)

Ganda Fase air luar Tagat S2

Karbopol 940 Trietanolamina Aquadest 1 0,057 0,04 ad 100 Tabel II. Formula modifikasi

Bahan Persentase dalam formula

W/O Emulsi Utama

Fraksi etil asetat daun jambu biji 10 Fase Minyak

Span 80 Parafin cair

5 16 Fase air dalam

Tween 80 Gliserin Cetyl Alcohol Aquadest 5 5 4 ad 80 W/O/W

Emulsi Ganda

Fase minyak

Emulsi utama W/O 80

Fase air luar Carbopol 940 Trietanolamina Nipagin Aquadest 0,5 q.s 0,1 ad 100 Rancangan percobaan

Tabel III. Formula krim sunscreen

Formula Span 80 Carbopol 940

1 5,0 0,5

a 10,0 0,5

b 5,0 0,75

ab 10,0 0,75

Tabel IV. Level tinggi dan rendah dari Span 80 dan Carbopol 940

Bahan Persentase dalam formula

1 a b ab

W/O Emulsi Utama

Fraksi etil asetat daun jambu biji

10 10 10 10

Fase Minyak Span 80 Parafin cair 5 16 10 16 5 16 10 16 Fase air dalam

Tween 80 Gliserin Cetyl Alcohol 5 5 4 5 5 4 5 5 4 5 5 4


(46)

Aquadest ad 80 ad 80 ad 80 ad 80 W/O/W Emulsi Ganda Fase minyak Emulsi utama W/O

80 80 80 80

Fase air luar Carbopol 940 Trietanolamina Nipagin Aquadest 0,5 q.s 0,1 ad 100

0,5 q.s 0,1 ad 100

0,75 q.s 0,1 ad 100 0,75 q.s 0,1 ad 100

b. Cara kerja pembuatan formula I. Preparasi

Untuk persiapan pembuatan fase air internal pada emulsi W/O/W fraksi etil asetat daun jambu biji dicampur dengan gliserin, lalu untuk fase air eksternal

W/O/W surfaktan hidrofilik berupa Carbopol 940 dilarutkan dalam air di atas penangas air hingga terbentuk gel.

II. Pembuatan emulsi W/O

Campuran Span 80 dan paraffin cair dipanaskan pada suhu 80°C. Sebagai fase air internal Tween 80 dan gliserin dipanaskan pada suhu yang sama. Selanjutnya campuran Span 80 dan paraffin cair, campuran Tween 80 dan gliserin yang sudah ditambahkan fraksi etil asetat daun jambu biji serta cetyl alcohol yang telah dicairkan dicampur menggunakan mixer dengan kecepatan 2000 rpm selama 30 menit.

III. Pembuatan emulsi W/O/W

Emulsi W/O yang sudah jadi sebanyak 80 gram kemudian dicampur dengan fase air eksternal (Carbopol 940, nipagin dan trietanolamina) sebanyak 20 gram. Lalu di mixer pada kecepatan 600 rpm selama 40 menit.


(47)

3. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan menggunakan indikator pH universal. Pengukuran pH dilakukan untuk mengetahui cocok tidaknya krim apabila diberikan pada kulit. Krim yang terlalu asam atau basa dapat menyebabkan iritasi pada kulit.

4. Penetapan SPF kuersetin

a. Fraksi etil asetat daun jambu biji

Fraksi etil asetat sebanyak 2mL, 3 mL, 10 mL daun jambu biji diambil dan dituang dalam labu takar 100 mL dan ditambahkan dengan etanol 70 % hingga tanda. Kemudian fraksi etil asetat tersebut diukur serapannya dengan Spektrofotometer UV-Vis. Serapan diukur tiap 5 nm pada rentang panjang gelombang 290 nm hingga panjang gelombang tertentu diatas 290 nm yang mempunyai nilai serapan 0,050. Dihitung luas daerah dibawah kurva (AUC) antara dua panjang gelombang yang berurutan menggunakan rumus :

=

Ap = serapan pada panjang gelombang yang lebih tinggi diantara dua panjang gelombang yang berurutan

A(p-a) = serapan pada panjang gelombang yang lebih rendah diantara dua

panjang gelombang yang berurutan

λp = panjang gelombang yang lebih tinggi diantara dua panjang gelombang berurutan


(48)

λ(p-a) = panjang gelombang yang lebih rendah diantara dua panjang

gelombang berurutan

Harga SPF dapat dihitung dengan rumus :

Log SPF= (Petro, 1981)

Panjang gelombang (λn) adalah panjang gelombang terbesar diantara panjang gelombang 290 nm hingga diatas 290 nm yang mempunyai nilai serapan 0,050; panjang gelombang I (λ1) adalah panjang gelombang terkecil (290nm).

b. Krim sunscreen

Sebanyak ±1,0 g krim ditimbang seksama kemudian dilarutkan dalam 200,0 mL aquadest kemudian dipanaskan menggunakan hot platehingga suhu ±100°C selama 50 menit. Larutan yang diperoleh setelah pemanasan di masukkan dalam labu takar 100,0 mL dan diencerkan dengan aquades hingga tanda. Kemudian dilakukan ekstraksi cair-cair menggunakan etil asetat 2 x 50,0 mL. Diambil fase etil asetat yang berada dibagian atas dan dimasukkan dalam labu takar 50,0 mL. Ambil 5,0 mL larutan tersebut lalu dimasukkan dalam labu takar 25,0 mL dan diencerkan dengan etanol 70% hingga tanda. Nilai SPF dihitung dengan menggunakan persamaan Mansur. Spektrum serapan sampel diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-400 nm. Blanko yang digunakan etanol : etil asetat (4:1). Nilai serapan yang dicatat setiap interval 5 nm dari panjang gelombang 290-320 nm.


(49)

Dimana :

EE = spektrum efek eritemal I = intensitas spektrum sinar Abs = serapan produk tabir surya CF = faktor koreksi

5. Uji viskositas dan daya sebar krim

a. Uji viskositas dan pergeseran viskositas

Pengukuran viskositas mengunakan alat viscometer seri VT 04 (RION-JAPAN) dengan cara : krim dimasukkan dalam wadah dan dipasang pada portable viscotester digunakan rotor nomor 1 dan 2. Viskositas krim diketahui dengan mengamati gerakan jarum penunjuk viskositas. Uji ini dilakukan dua kali yaitu yang pertama segera setelah krim selesai dibuat dan yang kedua setelah disimpan selama 30 hari.

b. Uji daya sebar

Uji daya sebar krim dilakukan segara setelah pembuatan dengan cara menimbang krim seberat 1 g, diletakkan ditengah horizontal double plate. Diatas krim diletakkan horizontal double plate lain dan pemberat50 g diamkan selama 1 menit, kemudian dicatat diameter penyebarannya.


(50)

6. Uji keamanan krim dengan metode Hen’s Egg Test-Chorioallantoic Membrane (HET-CAM)

Ambil sejumlah sampel krim dilarutkan dengan aquadest. Telur ayam kampung fertil yang sudah diinkubasi selama 10 hari dipilih lalu buka cangkang pada bagian yang punya rongga udara. Lalu ambil larutan krim yang sudah disiapkan dengan spuit sebanyak 0,5 mL dan suntikkan pada membran yang dekat dengan pembuluh darah. Diamati perubahan pembuluh darah yang terjadi. Lakukan pengujian pada masing-masing formula dan digunakan etanol sebagai pembanding dimana etanol bersifat iritan jika diaplikasikan pada kulit.Parameter yang diukur dalam melakukan uji iritasi menggunakan HET-CAM yaitu koagulasi (pendarahan dari pembuluh darah Chorioallantoic Membrane dengan titik-titik darah merah disekitar pembuluh darah), lisis (hilangnya pembuluh darah

Chorioallantoic Membrane) dan hemoragi (adanya pembekuan darah di sekitar pembuluh darah Chorioallantoic Membrane).

G. Analisis Hasil

Data yang dihasilkan dalam penelitian ini berupa uji sifat fisik meliputi daya sebar dan viskositas serta stabilitas krim berupa pergeseran viskositas. Analisis data dilakukan dengan aplikasi program R-2.14.1 dengan berbagai uji statistik, antara lain : uji Shapiro-Wilk digunakan untuk mengetahui normalitas distribusi data dan uji Levene untuk mengetahui kesamaan varians. Apabila data terdistribusi normal dan ada kesamaan varians maka dilanjutkan dengan Uji ANOVA karena data yang diuji memenuhi persyaratan uji statistik parametrik. Uji


(51)

ANOVA digunakan untuk melihat signifikansi efek Carbopol 940, Span 80 dan interaksi keduanya sehingga dapat diketahui faktor yang dominan untuk menentukan sifat fisik dan stabilitas fisik krim. Faktor dikatakan berpengaruh jika nilai p (probability value) kurang dari 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%.

Apabila data terdistribusi tidak normal maka dilanjutkan dengan uji nonparametrik Kruskal-Wallis dengan post hoc Wilcoxon karena tidak memenuhi persyaratan uji parametrik. Uji ini membandingkan dua formula yang memiliki satu nilai variabel (Carbopol 940 atau Span 80) yang berbeda. Dikatakan bahwa terdapat perbedaan antara dua formula apabila nilai p < 0,05 dengan tingkat kepercayaan 95%. Adanya pengaruh dari nilai variabel yang berbeda dapat ditunjukkan dari perbedaan kedua formula.


(52)

31 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Pembuatan Fraksi Etil Asetat Daun Jambu Biji 1. Pengumpulan bahan dan pembuatan serbuk simplisia

Tahap awal pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji yaitu pengumpulan daun jambu biji yang diperoleh dari Minomartani, Sleman. Pengumpulan bahan dilakukan pada bulan Juni 2013 dari pohon yang sama untuk mendapatkan hasil yang seragam. Dipilih daun yang masih segar, utuh dan berwarna hijau untuk menghindari kemungkinan kerusakan atau berkurangnya kandungan kimia yang diakibatkan adanya serangan hama.

Kemudian dilakukan sortasi basah, yaitu dengan mencuci daun menggunakan air mengalir untuk menghilangkan pengotor seperti serangga, debu, tanah, dan bahan-bahan asing lainnya yang dapat mengganggu perolehan hasil penelitian. Daun yang telah disortasi kemudian di jemur dibawah sinar matahari dengan ditutupi kain hitam agar tidak terkena sinar matahari langsung yang kemungkinan dapat merusak aktivitas senyawa pada daun. Kemudian dimasukkan ke dalam oven pada suhu 30°-40°C untuk mendapatkan daun yang benar-benar kering. Pengeringan ini dilakukan untuk mengurangi kandungan air dalam daun sehingga mencegah tumbuhnya jamur, mikroba atau pembusukan daun karena terjadinya reaksi enzimatis. Daun yang sudah kering ditandakan dengan daun dapat dipatahkan dengan mudah. Setelah proses pengeringan dilakukan sortasi kering untuk memastikan tidak ada pengotor yang tertinggal. Simplisia kering kemudian diserbuk dengan grinder sehingga didapatkan ukuran partikel yang


(53)

lebih kecil. Dengan ukuran partikel yang lebih kecil diharapkanluas permukaan kontak dengan cairan penyari lebih besar sehingga didapatkan hasil yang optimal saat proses ekstraksi. Kemudian didapatkan serbuk kering halus, berwarna hijau dan berbau khas.

2. Pembuatan fraksi etil asetat daun jambu biji

Serbuk simplisia kemudian diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol 70% dengan perbandingan 1:10 pada suhu ruang selama 72 jam dengan beberapa kali penggojogan. Digunakan pelarut etanol 70 % karena sebagian besar komponen dari daun jambu biji larut dalam pelarut organik, antara lain polifenol, karoten, flavonoid dan tanin (Mitsui, 1998), sehingga diperkirakan daun jambu biji memiliki kemampuan sebagai sunscreen.

Maserasi dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dengan cairan penyari yang sesuai. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif. Adanya perbedaan konsentrasi antara larutan di dalam dan di luar sel akan menyebabkan zat aktif terlarut. Larutan dengan konsentrasi tinggi akan terdesak keluar dan digantikan oleh cairan penyari dengan konsentrasi rendah (proses difusi). Peristiwa tersebut diulang hingga terjadi kesetimbangan konsentrasi antara larutan di luar sel dan di dalam sel.

Dilakukan proses remaserasi sebanyak dua kali untuk mendapatkan hasil ekstraksi yang lebih optimal. Proses dilanjutkan dengan menguapkan pelarut menggunakan vacuum rotary evaporator dengan tekanan rendah untuk mempercepat proses penguapan hingga didapat 300 mL ekstrak dari 3000 mL


(54)

larutan yang dimaserasi. Ekstrak yang didapat berwarna hijau kecoklatan (Lampiran 1a).

Dilakukan proses fraksinasi untuk mendapatkan ekstrak daun jambu biji yang lebih murni. Ekstrak ditambahkan dengan n-heksan untuk memisahkan fraksi nonpolar dari etanol (Lampiran 1b).Fraksi yang tidak larut n-heksan ditambahkan dengan etil asetat untuk memisahkan senyawa-senyawa yang bersifat semipolar.Kuersetin termasuk senyawa golongan flavonoid yang larut didalam fraksi etil asetat (Lampiran 1c).Untuk membuktikan ada tidaknya kuersetin didalam fraksi etil asetat tersebut dilakukan uji KLT (Kromatografi Lapis Tipis) (Lampiran 1d).

B. Formulasi Krim

Krim merupakan sediaan semisolid berupa emulsi yang mengandung satu atau lebih bahan obat yang terlarut atau terdispersi dalam bahan dasar yang sesuai (Syamsuni, 2005). Krim yang dibuat dari ekstrak daun jambu biji dapat berfungsi untuk mencegah masuknya radiasi sinar ultraviolet ke dalam kulit. Kuersetin memiliki kemampuan sebagai chemical sunscreenyaitu bekerja dengan mengabsorbsi panjang gelombang pada range UV A dan UV B oleh suatu senyawa. Radiasi yang diabsorbsi kemudian dikeluarkan kembali sebagai panas oleh getaran deeksitasi pada keadaan eksitasi (Calder, 2005). Kuersetin termasuk dalam chemical sunscreen karena memiliki struktur molekul aromatik terkonjugasi dengan gugus karbonil. Struktur tersebut membuat molekul dapat mengabsorbsi intensitas sinar UV berenergi tinggi dan tereksitasi ke energi lebih tinggi. Energi yang hilang mengakibatkan molekul kembali ke energi yang lebih


(55)

rendah. Kemampuan molekul mengabsorbsi energi radiasi UV tergantung dari sistem konjugasinya (kromofor) serta jumlah dan jenis gugus fungsional yang ada. Semakin terkonjugasi suatu molekul, semakin besar panjang gelombang absorbsinya (Levy, 2001).

Pada dasarnya semua sediaan farmasi berupa zat aktif dan eksipien yang sesuai dalam suatu sediaan. Zat aktif yang digunakan dalam pembuatan krim ini adalah fraksi etil asetat daun jambu biji yang memiliki kemampuan sebagai

sunscreen. Bahan-bahan lainnya seperti, Tween 80, gliserin, Span 80, parafin cair,

cetyl alcohol, Carbopol 940, nipagin, trietanolamina (TEA), dan aquadest. Tween 80 dan Span 80 digunakan sebagai emulsifying agent yang dapat berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan fase air dan fase minyak sehingga dapat meningkatkan stabilitas dari sediaan krim. Carbopol 940 berperan sebagai gelling agent yang dapat terdispersi dalam air dan dapat mengembangkan, meningkatkan viskositas serta efisien pada konsentrasi rendah sehingga digunakan sebagai agen pensuspensi pengental dan penstabil pada emulsi (Mahalingam et al., 2008). Triethanolamin (TEA) digunakan untuk mengubah gugus karboksil dari Carbopol 940 menjadi COO- mengakibatkan Carbopol mengembang dan menjadi lebih rigid (Barry,1983). Gliserin digunakan sebagai humektan, emolien dan bahan pengawet. Gliserin sebagai humektan digunakan untuk mempertahankan tingkat kandungan air dalam produk, dengan mengurangi penguapan air selama pemakaian sehingga krim lebih mudah menyebar dan pembentukan kerak pada wadah dapat dihindari. Metil paraben digunakan sebagai bahan pengawet pada sediaan krim. Parafin cair dapat berfungsi sebagai emolien yang mencegah


(56)

dehidrasi pada saat sediaan diaplikasikan ke kulit. Cetyl alcohol berfungsi sebagai

emulsifying agentyang dapat membentuk fase luar yang kental.

Gambar 11. Grafik orientasi pengaruh penambahan Carbopol 940 terhadap daya sebar krim sunscreen

Gambar 12. Grafik orientasi pengaruh penambahan Carbopol 940 terhadap viskositas krim sunscreen

Berdasarkan gambar 12 dan 13 dapat diketahui bahwa pada penambahan Carbopol 940 sebesar 0,5 g, 0,6 g, dan 0,75 g memberikan efek yang besar terhadap daya sebar dan viskositas dari sediaan krim sunscreen. Pada daerah tersebut telah memenuhi persyaratan viskositas yang diinginkan yaitu sebesar


(57)

200-300 d.Pa.s dan tidak terjadi overlapping. Selain itu, daya sebar yang diinginkan, yaitu sebesar 3-5 cm dan linearitas dari titik penambahan Carbopol 940 tersebut, sehingga dipilih level rendah carbopol 0,5 g dan level tingginya 0,75 g. Krim sunscreen yang dibuat pada masing-masing formula sejumlah 200 g. Penambahan Carbopol 940 sebesar 0,25 g tidak digunakan sebagai level rendah karena terjadi overlapping dengan penambahan Carbopol 940 sebesar 0,60 g.

Carbopol 940 merupakan gelling agent yang digunakan dalam formula krim sunscreen. Gelling agent yang digunakan dalam sediaan semisolid biasanya pada konsentrasi 0,5-2%, akan tetapi pada formulasi ini Carbopol 940 yang digunakan sejumlah 0,5 g dan 0,75 g sesuai dengan hasil orientasi yang telah dilakukan sebelumnya.

Carbopol 940 banyak digunakan dalam sediaan topikal karena aman dan efektif, non-sensitizing, tidak mempengaruhi efek biologis zat aktif, serta sifat

thickening yang sangat baik. Carbopol 940 sebagai gelling agent dapat meningkatkan viskositas dari sediaan krim. Carbopol 940 merupakan suatu polimer yang membentuk kumparan sangat erat (coiled) dalam bentuk serbuk kering. Ketika didispersikan dalam air, Carbopol 940 terdehidrasi dan sebagian kumparannya terbuka (uncoiled). Polimer Carbopol 940 benar-benar uncoiled

agar Carbopol 940 dapat berfungsi dengan baik sebagai gelling agent. Penetralan gugus asam karboksilat pada rantai polimer dengan basa yang sesuai merupakan mekanisme Carbopol 940 untuk uncoiled. Penetralan ini mengakibatkan terbentuknya muatan negatif di sepanjang rantai polimer. Gaya tolak menolak antar muatan negatif tersebut mengakibatkan Carbopol 940 benar-benar uncoiled


(58)

dalam struktur yang bebas (Suhaime et al., 2012). Namun, rantai Carbopol 940 tetap akan terjalin satu sama lain menghasilkan matriks tiga dimensi untuk meningkatkan viskositas dari krim (Barry, 1983). Dalam penelitian ini basa yang digunakan untuk menetralkan Carbopol 940 adalah Trietanolamina (TEA).

Carbopol 940 dapat meningkatkan viskositas tetapi akan menurunkan daya sebar dari krim karena pada umumnya daya sebar suatu sediaan berbanding terbalik dengan viskositas sediaan tersebut. Semakin besar viskositas suatu sediaan, maka semakin kecil kemampuan sediaan tersebut untuk menyebar (Garget al., 2002).

Gambar 13.Grafik orientasi pengaruh penambahan Span 80 terhadap daya sebar krim sunscreen


(59)

Gambar 14.Grafik orientasi pengaruh penambahan Span 80 terhadap viskositas krim sunscreen

Span 80 memiliki level rendah dan level tinggi yaitu 5 mL dan 10 mL. Penentuan level tersebut didasarkan pada hasil orientasi yang telah dilakukan yaitu dengan mengambil lima titik untuk jumlah Span 80. Hasil orientasi menunjukkan bahwa hanya tiga titik yang memenuhi persyaratan viskositas yang diinginkan yaitu sebesar 200-300 d.Pa.s, daya sebar yang diinginkan yaitu sebesar 3-5 cm, dan linearitas dari titik penambahan Span 80. Penentuan level tinggi dan level rendah Span 80, yaitu 5 mL dan 10 mL berdasarkan gambar 14 dan 15 yang mengalami peningkatan dan penurunan. Peningkatan dan penurunan tersebut menandakan bahwa Span 80 memiliki pengaruh terhadap viskositas dan daya sebar. Oleh karena itu, level rendah Span 80 sebesar 5 mL dan level tinggi Span 80 sebesar 10 mL. Hal ini bertujuan untuk melihat pengaruh yang lebih jelas dari Span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim

sunscreen yang diformulasikan. Krim sunscreen yang dibuat pada masing-masing formula sejumlah 200 g.


(60)

C. Penetapan nilai SPF 1. Fraksi etil asetatdaun jambu biji

Penetapan nilai SPF fraksi etil asetat daun jambu biji dilakukan dengan mengukur area dibawah kurva (AUC) absorbansi terhadap panjang gelombang antara 290 nm hingga panjang gelombang 410 nm yang memberikan absorbansi 0,05 (Petro, 1981). Pengukuran absorbansi tidak dilakukan pada panjang gelombang dibawah 290 nm dikarenakan radiasi cahaya tidak dapat mencapai kulit oleh adanya lapisan atmosfer. Pengukuran panjang gelombang hingga 410 nm karena diatas panjang gelombang tersebut tidak termasuk didalam panjang gelombang sinar UV.

Metode yang digunakan untuk penetapan nilai SPF ini memperhitungkan semua sinar yang dapat mencapai kulit, khususnya sinar UV, karena sinar yang digunakan merupakan sinar polikromatis seperti sinar matahari. Nilai SPF dihitung dengan cara membagi antara luas area dengan selisih dua panjang gelombang tertentu yaitu dengan rumus :

Log SPF = (Petro,1981)

Fraksi etil asetatdaun

jambu biji ( % v/v) Nilai SPF

2 2,38

3 3,30

10 26,63

Tabel V. Hasil perhitungan nilai SPFIUDNVL HWLODVHWDW GDXQMDPEXELML


(61)

Hasil penetapan nilai SPF menunjukkan bahwa nilai SPF terbesar yaitu pada jumlah fraksi etil asetat daun jambu biji yang ditambahkan sebesar 10 % v/v, dengan nilai SPF sebesar 26,63. Menurut Flick, nilai SPF 2 sampai 12 memberikan perlindungan minimal, nilai SPF 12 sampai 30 memberikan perlindungan sedang, dan nilai SPF lebih dari 30 memberikan perlindungan maksimal. Didalam penelitian ini digunakan fraksi etil asetat daun jambu biji sebesar 10 % v/v yang akan digunakan dalam formulasi krim sunscreen dengan memberikan perlindungan sedang pada kulit terhadap paparan sinar UV.

2. Sediaan krim sunscreen

Penetapan nilai SPF pada sediaan krim sunscreen mengacu pada metode yang dikembangkan oleh Mansur (1986). Spektrum serapan sampel diperoleh dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada panjang gelombang 290-400 nm. Blanko yang digunakan etanol : etil asetat (4:1). Nilai serapan yang dicatat setiap interval 5 nm dari panjang gelombang 290-320 nm. Nilai SPF dihitung dengan rumus :

Hasil penetapan nilai SPF sediaan krim sunscreen sebesar 11,63yang termasuk ke dalam sediaan sunscreen yang memberikan perlindungan minimal

Replikasi Nilai SPF

I 12,60

II 11,89

III 10,41

rata-rata 11,63


(62)

pada kulit terhadap paparan sinar UV, sedangkan untuk nilai SPF dari fraksi etil asetat daun jambu biji sebesar 26,63, seharusnya nilai SPF dari sediaan krim

sunscreen mendekati dengan nilai SPF dari fraksi etil asetat daun jambu biji. Namun, dalam penelitian ini tidak dapat dibandingkan antara nilai SPF dari fraksi etil asetat dan sediaan krim dikarenakan metode yang digunakan untuk menetapkan nilai SPF berbeda.Cara preparasi dalam menentukan nilai SPF dari sediaan krim sunscreen masih kurang tepat, dikarenakan proses pendestruksian untuk menarik kuersetin dari sistem emulsi kurang maksimal sehingga dimungkinkan kuersetin masih terjebak di dalam sistem emulsi pada sediaan krim. Hal ini mengakibatkan nilai SPF yang didapatkan masih rendah.

D. Uji Iritasi Sediaan Krim Sunscreen

Uji iritasi dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah sediaan yang diformulasikan dapat mengiritasi kulit atau tidak. Uji iritasi yang dilakukan menggunakan metode Hen’s Egg Test- Chorioallantoic Membrane Test (HET-CAM). Metode ini menggunakan Chorioallantoic Membrane yang berasal dari embrio ayam, dimana embrio ayam memiliki jaringan yang lengkap termasuk arteri, kapiler dan vena. Adanya jaringan tersebut dapat digunakan untuk melihat respon inflamasi ketika diberikan bahan kimia yang diprediksi memiliki potensi mengiritasi. Metode HET-CAM dapat digunakan untuk memprediksi potensi iritasi bahan kimia untuk jaringan konjungtiva kelinci, seperti yang diamati dalam uji Draize.


(63)

Koagulasi Hemoragi

Lisis Normal

Gambar 15. Parameter dalam uji iritasi HET-CAM (Gillotiet al, 2000). Parameter yang diukur dalam melakukan uji iritasi menggunakan HET-CAM ini adalah hemoragi, lisis dan koagulasi. Hemoragi adalah pendarahan dari pembuluh darah Chorioallantoic Membrane dengan titik-titik darah merah disekitar pembuluh darah. Lisis merupakan hilangnya pembuluh darah

Chorioallantoic Membrane. Koagulasi merupakan adanya pembekuan darah di sekitar pembuluh darah Chorioallantoic Membrane.

Hasil uji iritasi yang dilakukan menggunakan metode Hen’s Egg Test- Chorioallantoic Membrane Test (HET-CAM) untuk sediaan krim sunscreen tidak terjadi koagulasi, hemoragi ataupun lisis (Lampiran 5b). Oleh karena itu, sediaan krim sunscreen tidak memiliki potensi mengiritasi kulit ketika diaplikasikan. Tetapi pada perlakuan menggunakan etanol 70% yang digunakan sebagai kontrol positif terjadi hemoragi (Lampiran 5a), di mana diketahui bahwa etanol 70% memiliki potensi sebagai bahan pengiritasi.


(64)

E. Uji Sifat Fisik dan Stabilitas Fisik Krim Sunscreen

Sediaan krim dikatakan memiliki kriteria yang baik apabila memiliki sifat fisik dan stabilitas fisik yang baik. Uji stabilitas bertujuan untuk menjamin sifat-sifat utama produk tidak berubah selama waktu yang dapat diterima olehkonsumen, pergeseran viskositas merupakan salah satu parameter dalam pengujian stabilitas fisik dari sediaan krim. Pengujian sifat fisik yang dilakukan yaitu organoleptis, pH, daya sebar dan viskositas.

1. Uji organoleptis dan pH

Uji organoleptis yang dilakukan diantaranya dilakukan pengamatan warna dan bau dari sediaan krim, sedangkan uji pH dilakukan dengan menggunakan kertas indikator pH.

Tabel VII. Data uji organoleptis dan pH krim sunscreen

Kriteria F1 Fa Fb Fab

Warna Putih putih putih Putih

Bau Khas khas khas Khas

pH 5 5 5 5

Berdasarkan hasil pengamatan organoleptis dan pH didapatkan data untuk setiap formula relatif sama. Krim yang dihasilkan berwarna putih dengan bau yang tidak terlalu menyengat diharapkan agar dapat diterima oleh konsumen. pH sediaan krim yang didapat masuk kedalam range pH kulit yaitu berkisar 5-6 agar tidak mengiritasi kulit ketika diaplikasikan oleh konsumen.


(65)

2. Uji daya sebar

Pengukurandaya sebar dari krim bertujuan untuk mengetahui sejauh mana krim dapat menyebar saat diaplikasikan pada kulit.Daya sebar bertanggung jawab untuk ketepatan transfer dosis atau melepaskan obatnya serta kemudahan penggunaannya. Daya sebar suatu sediaan pada umumnya berbanding terbalik dengan viskositas sediaan tersebut. Semakin besar viskositas suatu sediaan, maka semakin kecil kemampuan sediaan tersebut untuk menyebar (Garget al., 2002).

Emulsifying agent dan gelling agent memiliki pengaruh yang besar terhadap viskositas dan daya sebar suatu sediaan.

Pengamatan daya sebar dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim. Hal ini bertujuan agar krim sudah membentuk sistem yang stabil, yaitu tidak terpengaruh oleh suhu maupun pengadukan saat pembuatan. Nilai daya sebar yang diinginkan dalam penelitian ini adalah 3-5 cm.

Tabel VIII. Hasil pengujian viskositas, daya sebar, dan pergeseran viskositas krim sunscreen

Formula

Viskositas

(d.Pa.s) Daya sebar (cm)

Pergeseran vikositas (%)

F1 250,0±5,0 4,11±0,13 9,9±1,2

Fa 71,7±2,9 4,83±0,05 27,9±1,1

Fb 398,3±7,6 3,36±0,05 24,6±3,7

Fab 100,0±10,0 5,09±0,16 16,1±9,7

Dari tabel VIII diketahui bahwa formula 1, formula a, dan formula b masuk ke dalam range daya sebar, yaitu 3-5cm.

3. Uji viskositas

Viskositas adalah suatu tahanan untuk mengalir. Viskositas yang tinggi dapat memberikan stabilitas sistem emulsi di dalam sediaan krim sunscreen


(66)

karena akan meminimalkan pergerakan droplet fase dispers sehingga perubahan ukuran droplet ke ukuran yang lebih besar dapat dihindari dan dapat mencegah kemungkinan terjadinya koalesen (Martinet al., 1993). Viskositas dari krim tidak boleh terlalu tinggi agar mudah dikeluarkan dari wadahnya, namun tidak boleh terlalu rendah karena dapat menurunkan lama tinggal krim saat diaplikasikan di kulit.

Pengamatan viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim menggunakan viscotester Rion-Japan seri VT-04 dengan rotor nomor 2 (Formula 1 dan formula b) dan rotor nomor 1 (formula a dan formula ab). Pengamatan viskositas dilakukan 48 jam setelah pembuatan krim yang diharapkan krim sudah membentuk sistem yang stabil di mana tidak terpengaruh oleh suhu maupun pengadukan saat pembuatan. Formula a dan formula ab menggunakan rotor nomor 1 dikarenakan secara visual bentuk krim pada kedua formula tersebut lebih encer dibandingkan dengan formula 1 dan formula b. Saat pengukuran, setelah krim dituang kedalam wadah viscotester didiamkan terlebih dahulu selama 5 menit (untuk menyamakan perlakuan) yang bertujuan untuk membebaskan krim dari pengaruh gaya geser yang diakibatkan oleh penuangan krim. Nilai viskositas krim ditunjukkan dengan skala yang ditunjukkan oleh jarum pada alat viscotester

tersebut. Viskositas yang dikehendaki dari penelitian ini adalah 200-300 d.Pa.s. Hasil pengukuran viskositas pada tabel VIII menunjukkan bahwa viskositas masing-masing formula setelah 48 jam penyimpanan yang masuk rentang viskositas yang diinginkan hanya pada formula 1.


(67)

Pengukuran viskositas juga dilakukan pada hari ke 2, hari ke 8, hari ke 16, hari ke 24, dan hari ke 30. Pengukuran ini bertujuan untuk melihat profil viskositas dan pergeseran viskositasnya. Pergeseran yang diinginkan adalah kurang dari 10%.Pada tabel VIII dapat diketahui bahwa tidak ada formula krim yang memenuhi kriteria pergeseran viskositas yang diinginkan, yaitu kurang dari 10%.

Gambar 16. Grafik viskositas krim per hari

Berdasarkan gambar 16 dapat dilihat bahwa selama penyimpanan viskositas dari formula 1, formula a dan formula ab yang dihasilkan relatif stabil, sedangkan pada formula b mengalami perubahan viskositas selama penyimpanan.

F. Efek Penambahan Span 80 dan Carbopol 940 serta Interaksinya dalam Menentukan Sifat Fisik Krim Sunscreen

1. Viskositas

Viskositas merupakan tahanan sediaan untuk mengalir. Viskositas berperan dalam meningkatkan stabilitas krim serta mempermudah saat


(68)

pengaplikasian. Data yang didapatkan dari pengujian dianalisis secara statistik. Uji normalitas yang dilakukan pada respon viskositas sebagai berikut :

Tabel IX. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon viskositas

Formula p-value

F1 1

Fa 1,027e-07

Fb 0,6369

Fab 1

Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada tabel IX, menunjukkan bahwa formula 1, formula b, dan formula ab memiliki p-value> 0,05, sedangkan formula a memiliki p-value < 0,05. Hal ini berarti bahwa data untuk respon viskositas terdistribusi tidak normal. Jadi, analisis statistika untuk respon viskositas menggunakan uji non-parametrik yaitu uji Wilcoxon-two sample.

Sebelum dilakukan uji Wilcoxon-two sample, dilakukan uji Kruskall-Walis. Jika p-value< 0,05 maka terdapat perbedaan antar kelompok paling tidak ada 2 kelompok yang berbeda sehingga dilanjutkan uji Wilcoxon-two sample, sedangkan jika p-value> 0,05 maka tidak terdapat perbedaan dan tidak dilanjutkan uji Wilcoxon-two sample.

Berdasarkan hasil uji Kruskall-Walis didapatkan p-value< 0,05 maka untuk respon viskositas terdapat perbedaan antar kelompok sehingga dilanjutkan uji Wilcoxon-two sample untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda.

Tabel X.Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi Span 80 pada respon viskositas

Perbandingan Formula p-value Keterangan

F1:Fa 0,0463 berbeda


(69)

Formula 1 dibandingkan dengan formula a untuk melihat pengaruh Span 80 pada level rendah Carbopol 940, dimana pada formula 1 dan formula a memiliki jumlah Carbopol 940 yang sama, yaitu 0,5 g, jumlah Span 80 5 mL pada formula 1 dan 10 mL pada formula a. Hasilnya dapat dilihat dari p-value.

Hasilnya adalah berbeda (p-value< 0,05), artinya bahwa pada level rendahCarbopol 940, Span 80 berpengaruh terhadap respon viskositas.

Formula b dibandingkan dengan formula ab untuk melihat pengaruh Span 80 pada level tinggi Carbopol 940. Formula b dan formula ab memiliki jumlah Carbopol 940 yang sama, yaitu 0,75 g dan jumlah Span 80 yang berbeda. Formula b memiliki jumlah Span 80 sebanyak 5 mL dan formula ab sebanyak 10 mL. Hasilnya adalah berbeda (p-value< 0,05). Hal ini berarti Span 80 berpengaruh terhadap respon viskositas pada level tinggiCarbopol 940. Kesimpulannya Span 80 berpengaruh terhadap respon viskositas.

Pengaruh Span 80 pada level rendah dan level tinggi Carbopol 940 adalah menurunkan viskositas dari krim sunscreen. Hal ini dapat dilihat dari viskositas yang dihasilkan (tabel VIII). Berdasarkan teori, Span 80dapat meningkatkan viskositas dari sediaan apabila dikombinasikan dengan Tween 80 karena Span 80bersamaan dengan Tween 80 akan berperan dalam menstabilkan emulsi di mana akan membuat medium dispers menjadi lebih rigid. Semakin rigid medium dispers akan mengakibatkan meningkatnya viskositas sistem emulsi. Tetapi dalam penelitian ini jumlah antara Span 80 dan Tween 80 tidak dalam jumlah yang sama, yaitu Span 80 sebanyak 10 mL dan Tween 80 sebanyak 5 mL sehingga


(70)

tidak dapat menstabilkan emulsi yang akan menyebabkan viskositas dari krim menurun.

Tabel XI.Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi Carbopol 940 pada respon viskositas

Perbandingan Formula p-value Keterangan

F1:Fb 0,04953 Berbeda

Fa:Fab 0,0463 Berbeda

Pengaruh carbopol pada level rendah Span 80 dapat dilihat dengan membandingkan antara formula 1 dengan formula b (tabel XI). Formula 1 dan formula b memiliki jumlah Span 80 yang sama, yaitu 5 mL, jumlah Carbopol 940 0,5 g pada formula 1 dan 0,75 g pada formula b. Analisis statistika ini menghasilkan p-value< 0,05 yang artinya berbeda. Hal ini menunjukkan bahwa Carbopol 940 berpengaruh terhadap respon viskositas pada level rendah Span 80.

Pengaruh Carbopol 940 pada level tinggi Span 80 dilihat dari perbandingan antara formula a dan formula ab. Formula a dan formula ab memiliki jumlah Span 80 yang sama, yaitu sebanyak 10 mL dan memiliki variasi jumlah Carbopol 940. Formula a memiliki jumlah Carbopol 940 sebanyak 0,5 gdan formula ab sebanyak 0,75 g. Hasilnya adalah berbeda (p-value <0,05), artinya Carbopol 940 berpengaruh terhadap respon viskositas pada level tinggi Span 80. Jadi, dapat disimpulkan bahwa Carbopol 940 berpengaruh terhadap respon viskositas.

Pengaruh Carbopol 940 pada level rendah dan level tinggi Span 80 adalah meningkatkan viskositas dari krim. Hal ini dapat dilihat pada viskositas yang dihasilkan (tabel VIII). Carbopol dapat meningkatkan viskositas dari krim karena Carbopol 940 akan membentuk matriks untuk mencegah droplet minyak


(71)

sehingga akan meminimalkan pergeseran antar droplet dan terjadinya perubahan ukuran droplet kearah yang lebih besar dapat diatasi(Barry,1983).

2. Daya sebar

Daya sebar merupakan salah satu parameter dalam penentuan sifat fisik sediaan krim. Hasil uji normalitas pada respon daya sebar untuk masing-masing formula, yaitu:

Tabel XII. Hasil uji normalitas Shapiro-Wilk untuk respon daya sebar

Formula p-value

F1 0,5665

Fa 0,9999

Fb 5,359 e-08

Fab 0,4633

Berdasarkan hasil uji normalitas Shapiro-Wilk pada tabel XII, menunjukkan bahwa formula 1, formula a, dan formula ab memiliki p-value>0,05, sedangkan formula b memiliki p-value <0,05. Hal ini berarti bahwa data untuk respon viskositas terdistribusi tidak normal. Jadi, analisis statistika untuk respon daya sebar menggunakan uji non-parametrik, yaitu uji Wilcoxon-two sample.

Berdasarkan hasil uji Kruskall-Walis didapatkan p-value< 0,05 maka untuk respon daya sebar terdapat perbedaan antar kelompok sehingga dilanjutkan uji Wilcoxon-two sample untuk mengetahui kelompok mana yang berbeda.

Tabel XIII. Hasil uji Wilcoxon-two sample untuk melihat pengaruh variasi Span 80 pada respon daya sebar

Perbandingan Formula p-value Keterangan

F1:Fa 0,04953 Berbeda

Fb:Fab 0,0463 Berbeda

Pengaruh Span 80 pada level rendah Carbopol 940 dapat dilihat dengan membandingkan antara formula 1 dengan formula a (tabel XIII). Formula 1 dan


(1)

3. Pergeseran viskositas

a. Uji normalitas dengan Shapiro-Wilk

Formula b Formula 1

Formula a Formula b : Formula ab


(2)

75

b. Uji Kruskal-Wallis

Lampiran 8. Dokumentasi

Daun jambu biji serbuk daun jambu biji

Formula ab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(3)

Proses maserasi Rotary evaporator

Formula a hari ke-2 Formula a hari ke-30


(4)

77

Formula ab hari ke-2 Formula ab hari ke-30

Formula 1 hari ke-2 Formula 1 hari ke-30

Indikator pH Waterbath

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(5)

Mixer


(6)

79

BIOGRAFI PENULIS

Penulis bernama lengkap Sevy Merisca, lahir di Jakarta, 25 September 1992. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara, dari pasangan Fendi dan Merry. Penulis menempuh pendidikan formal di TK BPS&K VI (1997-1998), SD BPS&K VI (1998-2004), SMP Strada Bhakti Wiyata (2004-2007), SMAN 2 Bekasi (2007-2010). Pada tahun 2010, penulis melanjutkan kuliah program S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Selama kuliah penulis pernah menjadi asisten praktikum Biokimia tahun ajaran 2011/2012, asisten praktikum Farmakognosi Fitokimia tahun ajaran 2011/2012. Penulis juga pernah menjadi bendahara pada Pharmacy Performance 2012, anggota dari Divisi Advokasi Dewan Perwakilan Mahasiswa Fakultas Farmasi, dan bendahara pada Bakti Sosial 2010.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


Dokumen yang terkait

Pemanfaatan Kulit Batang Jambu Biji (Psidium guajava) Untuk Menyerap Logam Krom Pada Air Limbah Industri Pelapisan Logam

1 36 53

Pengaruh Pemberian Jus Jambu Biji Merah (Psidium guajava L.) Terhadap Kadar Kolesterol Mencit (Mus Musculus) Diabetik

1 60 55

Penggunaan Sari Buah Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dalam Sediaan Krim Pelembab

14 87 66

Optimasi formula sediaan gel gigi yang mengandung ekstrak daun jambu biji (psidium guajaya L) dengan Na CMC sebagai gelling agent

4 16 71

Optimasi tween 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent dalam sediaan emulgel sunscreen ekstrak lidah buaya (aloe barbadensis Mill.) dengan metode desain faktorial.

0 11 108

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan propilen glikol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktorial.

1 7 100

Pengaruh Tween 80 sebagai emulsifying agent dan sorbitol sebagai humektan dalam sediaan krim ekstrak daun Jambu Biji (Psidium Guajava L.) dengan aplikasi desain faktoria.

3 23 118

Pengaruh tween 80 dan span 80 sebagai emulsifying agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik emulgel antiacne minyak cengkeh (Oleum caryophill) aplikasi desain faktorial.

3 4 98

Pengaruh span 80 sebagai emulsifying agent dan carbopol 940 sebagai gelling agent terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji

0 2 98

Formulasi krim sunscreen fraksi etil asetat daun jambu biji (Psidium guajava L.) : pengaruh lama dan kecepatan putar pada proses pencampuran terhadap sifat fisik dan stabilitas fisik - USD Repository

0 0 105