UNDANGAN GEREJA UNTUK MEMBANGUN HIDUP BERKOMUNITAS DAN JAWABAN BERDASARKAN BAGI PARA SUSTER URSULIN

UNDANGAN GEREJA UNTUK MEMBANGUN HIDUP
BERKOMUNITAS DAN JAWABAN BERDASARKAN
SEMANGAT DAN SPIRITUALITAS SANTA ANGELA
BAGI PARA SUSTER URSULIN
SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Ilmu Pendidikan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik

Oleh
Agustina Dede Mite
NIM: 041124034

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN
KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA

2009

i

ii

iii

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan kepada
Tarekat Ordo Santa Ursula
Para Suster Komunitas Yogyakarta
Orang tua dan sanak saudaraku
Para Sahabatku

iv

MOTTO


“ Hiduplah dalam keserasian, bersatu, sehati sekehendak, terikat satu sama lain
dengan ikatan cinta kasih, saling menghargai, saling membantu, saling bersabar
dalam Yesus Kristus ”.

(Nasehat Terakhir art.1-2)

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang saya tulis ini
tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan
dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 01 Juni 2009
Penulis,

Agustina Dede Mite

vi


PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta:
Nama

: Agustina Dede Mite

NIM

: 041124034

Demi

pengembangan

ilmu


pengetahuan,

saya

memberikan

kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
UNDANGAN
GEREJA
UNTUK
MEMBANGUN
HIDUP
BERKOMUNITAS DAN JAWABAN BERDASARKAN SEMANGAT DAN
SPIRITUALITAS SANTA ANGELA BAGI PARA SUSTER URSULIN
Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya
memberikan kepada Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan,
mengelihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan
data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau

media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya
maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya
sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal, 01 Juni 2009
Yang menyatakan,

Agustina Dede Mite

vii

ABSTRAK
Judul skripsi ini adalah UNDANGAN GEREJA UNTUK
MEMBANGUN
HIDUP
BERKOMUNITAS
DAN
JAWABAN

BERDASARKAN SEMANGAT DAN SPIRITUALITAS SANTA ANGELA
BAGI PARA SUSTER URSULIN. Judul ini dipilih oleh penulis bertolak dari
pemikiran bahwa Gereja senantiasa mengundang kaum hidup bakti khususnya
para suster Ursulin untuk membangun hidup berkomunitas dengan menggali nilainilai yang dihidupi oleh Santa Angela sebagai pendiri Ordo Santa Ursula.
Persoalan yang mendasar dalam skripsi ini adalah bagaimana para suster
Ursulin sebagai kaum hidup bakti menanggapi serta menjawab undangan Gereja
untuk membangun hidup berkomunitas berdasarkan semangat dan spiritualitas
Santa Angela. Gereja mengundang para suster Ursulin untuk membangun hidup
komunitas yang dilandasi oleh cinta kasih diantara sesama anggota komunitas,
sehingga komunitas menjadi sekolah persatuan dan ragi bagi sesama yang ada
disekitarnya. Komunitas yang dibangun bercirikan citra Tritunggal yaitu persatuan
Bapa, Putera dan Roh Kudus sehingga komunitas menjadi sekolah cinta kasih
baik bagi para suster sebagai anggota komunitas maupun sesama yang ada di
sekitarnya.
Santa Angela meninggalkan nasehat yang begitu kaya dan indah bagi para
pengikutnya. Angela berharap agar para suster Ursulin menghayati dan
menghidupi nilai-nilai yang ada pada diri Angela. Nilai-nilai itu tertuang dalam
nasehatnya yang terakhir. “Hiduplah dalam keserasian, bersatu, sehati
sekehendak, terikat satu sama lain dengan cinta kasih, saling menghargai, saling
membantu, saling bersabar dalam Yesus Kristus”(Nasehat Terakhir, art.1-2).

Dasar dalam hidup bersama adalah cinta kasih dan saling mengampuni sehingga
komunitas menjadi hidup dan dipenuhi suasana kasih dan persaudaraan.

viii

ABSTRACT

The title of this thesis is THE INVITATION OF THE CHURCH TO
BUILD A COMMUNITY LIFE AND ITS ANSWER, BASED ON THE
ZEAL AND SPIRITUALITY OF SAINT ANGELA FOR THE URSULINE
SISTERS. I, as the writer, choose this title based on the idea, that the Church is
always inviting those who live the consecrated life, especially the Ursuline
Sisters, to build a community life by digging the values lived by Saint Angela as
the founder of The Order of Saint Ursula.
The basic problem in this writing is how the Ursuline Sisters, as those who
live the consecrated life, respond and answer the invitation of the Church to build
up a community life based on the zeal and spirituality of Saint Angela. The
Church invites the Ursuline Sisters to manage a community life founded by
charity, among the members of the community, that the community may become a
school of unity for those who live surroundings. The community to build is to be

characterized by the image of the Trinity, that is the unity of the Father, the Son
and the Holy Spirit, that the community may appear as a school of charity, both
for the sisters as the members of the community it self and those who live near by.
Saint Angela left a wealthy and beautiful counsel for her followers. Angel
was to hope, that the Ursuline Sisters are to live and comprehend the values she
had. Those values are poured out in her last counsel, “Live in harmony, unity, one
in heart and in will, bind to each other in the bond of love and charity, respect one
another, help one another, be patience in Jesus Christ.”(Last Counsels, art.1-2).
The foundation of living together is love and charity and forgiveness one another,
that the community may become more alive and filled by love and sisterly
affectio.

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur yang berlimpah penulis haturkan kepada Allah yang Maha
Kuasa atas kasih setia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan
judul:


UNDANGAN

GEREJA

UNTUK

MEMBANGUN

HIDUP

BERKOMUNITAS DAN JAWABAN BERDASARKAN SEMANGAT DAN
SPIRITUALITAS SANTA ANGELA BAGI PARA SUSTER URSULIN.
Penulis mengakui bahwa dalam proses penulisan ini dengan segala jerih payah,
suka duka, pergumulan dan pergulatan dirasakan oleh penulis. Namun penulis
tetap bersemangat untuk berjuang dalam menyelesaikannya. Semuanya itu berkat
dukungan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung
memberi petunjuk, nasehat, kritikan, saran dan tak lupa dukungan doa sehingga
penulis terdorong dan termotivasi untuk menyelesaikannya. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drs. H. J. Suhardiyanto, S.J., sebagai Kaprodi IPPAK dan segenap staf dosen

Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik
Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Sanata Dharma, yang dengan caranya masing-masing telah mendidik,
mendampingi, membimbing dan memberikan bekal pengetahuan yang sangat
bermanfaat serta berharga dalam penulisan skripsi ini.
2. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing yang dengan sabar dan setia,
penuh perhatian dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan semangat

x

serta peneguhan bagi penulis untuk terus berjuang dalam penulisan dan
penyelesaian skripsi ini.
3. Bapak P. Banyu Dewa HS., M. Si., selaku dosen pembimbing akademik dan
penguji II yang telah dengan setia memberikan bimbingan, saran, serta
dukungan selama penulis menjalani studi dan yang telah bersedia menjadi
dosen penguji II untuk skripsi ini.
4. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M. Si., yang telah bersedia sebagai dosen penguji III
bagi penulis dalam penulisan skripsi ini.
5. Sr. Martini Suwitahartana, O.S.U., dan Para Suster sekomunitas yang dengan
caranya masing-masing memberikan dukungan, semangat dan peneguhan

selama penyusunan skripsi ini.
6. Sr. Maria Dolorosa Sasmita, O.S.U., dan Para Dewan yang telah memberikan
kesempatan, kepercayaan, perhatian dan dukungan kepada penulis untuk
menimba ilmu sebagai bekal dalam hidup dan pelayanan pada Program Studi
Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata
Dharma.
7. Adik-adik Asramawati Pondok Angela yang telah memberikan dukungan dan
perhatian kepada penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini.
8. Rekan-rekan mahasiswa yang tidak sempat disebutkan namanya satu persatu
khususnya rekan-rekan angkatan 2004/2005 dan angkatan 2005/2006 yang
telah memberikan perhatian, dukungan dan bantuan selama proses perkuliahan
hingga berakhirnya penulisan skripsi ini.

xi

9. Sahabat-sahabat yang baik hati yang telah mendukung, mendorong dan
menaruh perhatian dan doa bagi penulis sehingga penulis mampu
menyelesaikan skripsi ini.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang selama ini telah
membantu penulis dengan ketulusan hati hingga berakhirnya penulisan skripsi
ini.
Penulis menyadari akan keterbatasan dan ketidakmampuan dalam
menyusun, merefleksikan serta mengembangkan skripsi ini. Untuk itu dengan
rendah hati penulis sangat mengharapkan saran, perbaikan ataupun kritikan yang
dapat membangun dan memperkaya dari para pembaca baik dari para Suster
Ursulin maupun siapa saja yang membaca skripsi ini demi penyempurnaan skripsi
ini.

Yogyakarta, 01 Juni 2009
Penulis,

Agustina Dede Mite

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..………………………………….….......................

i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ..…………….................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………..…..

iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ……………………………………...…...

iv

MOTTO ………………………………………………...…………….......

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………….....

vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………...…

vii

ABSTRAK ……………………………………………………………….

viii

ABSTRACT ………………………………………………………….......

ix

KATA PENGANTAR …………………………………………………...

x

DAFTAR ISI …………………………………………………..…….......

xiii

DAFTAR SINGKATAN ……………………………………………...…

xvii

BAB I.

PENDAHULUAN ……………………………………………

1

A. Latar Belakang Penulisan Skripsi…………………………......

1

B. Rumusan Permasalahan ………………………………………

8

C. Tujuan Penulisan .……………………………………………..

9

D. Manfaat Penulisan ....…………………………………….........

9

E.

Metode Penulisan …………………………...…………...........

10

F.

Sistematika Penulisan …………………………………….......

10

BAB II.

UNDANGAN GEREJA DAN KOMITMEN HIDUP BAKTI
DALAM

MENGHAYATI

HIDUP

BERKOMUNITAS

...................................................................................................

14

A.

Tantangan dan Undangan Hidup Berkomunitas ......................

14

B.

Undangan Vita Consecrata .......................................................

18

1. Berpijak pada nilai-nilai tetap...................................................

18

a. Menurut citra Tritunggal Mahakudus...................................

18

b. Hidup bersaudara dalam cinta kasih.....................................

20

c. Tugas kpemimpinan..........................................................

22

xiii

d. Peranan para anggota yang lanjut usia.................................

23

e. Menurut citra jemaat rasuli...................................................

24

f. Secitarasa dengan Gereja.....................................................

25

g. Persaudaraan dalam Gereja semesta....................................

26

h. Persaudaraan dalam dunia yang terpecah belah
dan tidak adil........................................................................

28

2. Kesinambungan dalam karya Roh Kudus untuk setia
di tengah perubahan..................................................................

30

a. Para rubiah dalam klausura..................................................

30

b. Para Bruder religius..............................................................

32

c. Bentuk-bentuk baru hidup Injili............................................

32

3. Mengarahkan pandangan ke masa depan..................................

33

a. Pembinaan dalam komunitas dan untuk kerasulan...............

33

b. Pembinaan terus menerus.....................................................

35

c. Tetap mengusahakan kesetiaan............................................

36

4. Komunio.................................................................................

39

C. Undangan Novo Millennio Ineunte..............................................

40

1. Hidup bakti sebagai ragi ........................................................

40

2. Hidup bakti sebagai komunitas hukum cinta...........................

41

3. Hidup bakti sebagai komunitas sekolah cinta..........................

46

D. Undangan Bertolak Segar Dalam Kristus......................................

49

1. Spiritualitas persekutuan..........................................................

51

2. Wajah Kristus dalam kesengsaraan..........................................

54

3. Persatuan antara karisma lama dan baru...................................

56

4. Persatuan dengan para Uskup...................................................

58

5. Persatuan dengan kaum awam..................................................

59

6.

61

Ekaristi tempat khusus untuk berjumpa dengan Tuhan..........

BAB III HIDUP KOMUNITAS DALAM
ORDO SANTA URSULA..........................................................
A. Nilai-nilai yang dihidupi Angela dalam hidup komunitas
berdasarkan nasehat Santa Angela.................................................

xiv

66
66

1. Hidup dalam keserasian............................................................

67

2. Bersatu dan sehati sekehendak.................................................

68

3. Terikat satu sama lain dengan cinta kasih................................

74

4. Saling menghargai....................................................................

76

5. Saling membantu......................................................................

76

6. Saling bersabar dalam Yesus Kristus.......................................

77

7. Persaudaraan ............................................................................

78

B. Hidup Komunitas Ordo Santa Ursula Menurut Konstitusi............
1. Hidup Komunitas Ordo Santa Ursula bercirikan
komunitas Triniter.....................................................................
2. Ekaristi menjadi pusat hidup komunitas...................................
3. Hidup sehati sejiwa dalam komunitas......................................
4. Setiap
anggota
menyumbang
demi
pembangunan
komunitas................................................................................
5. Peranan dan kehadiran pemimpin.............................................
6. Sikap saling menghargai dalam komunitas..............................
7. Sikap saling percaya.................................................................
8. Kehadiran suster lanjut usia......................................................
9. Pertemuan komunitas................................................................
10. Keseimbangan dalam hidup komunitas....................................
C. Hidup Komunitas Ordo Santa Ursula menurut Kapitel
Umum...........................................................................................
1. Kapitel umum tahun 1995........................................................

79
81
83
85
86
87
88
88
89
90
90
91
92

2. Kapitel umum tahun 2001........................................................

94

3. Kapitel umum tahun 2007........................................................

96

a.Menemukan cara-cara konkret untuk menghayati
rekonsiliasi..........................................................................
b.Memajukan pembinaan berkelanjutan (sifat-sifat yang
dibutuhkan untuk menghayati hidup dalam komunitas,
relasi antar pribadi, kerja sama, membagi tanggungjawab,
persiapan pensiun dan lain-lain).........................................

96

98
c.Mendatangkan nara sumber sesuai dengan kebutuhan untuk
membantu dalam hal konseling pribadi, fasilitas untuk
100
komunitas.................................................................
d.Merefleksikan keseimbangan antara hidup komunitas dan
pelayanan.............................................................................. 100

xv

TINJAUAN KRITIS TENTANG HIDUP BERSAMA
102
DALAM KOMUNITAS.........................................................
A. Undangan Gereja tentang hidup komunitas yang sejalan dengan

BAB IV

Ordo Santa Ursula..........................................................................

102

1. Menurut citra Tritunggal Mahakudus.......................................

103

2. Hidup bersaudara dalam cinta kasih..........................................

105

3. Tugas kepemimpinan.................................................................

106

4. Peranan para anggota yang lanjut usia.......................................

107

5. Menurut citra jemaat rasuli........................................................

108

6. Persaudaraan dalam dunia yang terpecah belah
dan tidak adil.............................................................................

109

7. Komunio....................................................................................

110

8. Ekaristi sebagai tempat untuk berjumpa dengan Tuhan............

111

9. Pembinaan terus menerus..........................................................

113

10.Spiritualitas persekutuan..........................................................

114

11.Hidup bakti sebagai ragi...........................................................

116

12.Hidup bakti sebagai komunitas hukum cinta............................

117

13.Hidup bakti sebagai komunitas sekolah cinta...........................

119

14.Persatuan dengan para Uskup...................................................

120

15.Persatuan dengan kaum awam..................................................

121

B. Hal-hal yang kurang diwujudkan dalam hidup komunitas Ordo
Santa Ursula...................................................................................

122

1. Secitarasa dengan Gereja..........................................................

122

2. Persaudaraan dalam Gereja semesta.........................................

124

3. Tetap mengusahakan kesetiaan................................................

125

4. Wajah Kristus dalam kesengsaraan..........................................

127

5. Persatuan antara karisma lama dan baru...................................

128

C. Kesaksian Ordo Santa Ursula yang khas Sebagai Sumbangan
terhadap Undangan Gereja............................................................
BAB V.

PENUTUP……………………………………………………...

xvi

130
134

A. Kesimpulan .…………………………………………………......

134

B. Saran .............................................................................................

138

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................

141

LAMPIRAN…………………………………………………………….....

144

Lagu 1. “Wasiat Santa Angela”……………………………...........

1

Lagu. 2. “Bersatu dalam Doa-Hidup-Karya.....................................

3

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Daftar Singkatan Kitab Suci
Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci
Perjanjian Baru; dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (dipersembahkan
kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama
Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV Ende: Arnoldus, 1984 / 1985.
hal.8).

B. Daftar Singkatan Dokumen Gereja
BSDK

: Bertolak Segar Dalam Kristus, Instruksi Kongregasi untuk
Tarekat Hidup Bakti dan Serikat Hidup Apostolik, 16 Mei
2002.

FLIC

: Fraternal Life In Community.

GS

: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral tentang Gereja
dalam dunia modern.

KHK

: Kitab Hukum Kanonik.

KAN

: Kanon.

KV

: Konsili Vatikan.

LG

: Lumen Gentium, Konstitusi Dogmatis tentang Gereja.

NMI

: Novo Millenio Ineunte, Surat Apostolik Paus Yohanes
Paulus II: Kepada para uskup, para Imam dan para Diakon,
para Religius Pria maupun Wanita dan Segenap Umat

xviii

Beriman Awam tentang Seruan dan Ajakan untuk
Mengenangkan Masa Lampau dengan Penuh Syukur,
Menghayati Masa Sekarang dengan Penuh Entusiasme dan
Menatap Masa Depan Penuh Kepercayaan, 6 Januari 2001.
PC

: Perfectae Caritatis, Dekrit tentang Pembaharuan dan
Penyesuaian Hidup Religius, 28 Oktober 1965.

PO

: Presbyterorum Ordinis, Dekrit tentang Pelayanan dan
Kehidupan Para Imam, 7 Desember 1965.

SC

: Sacrosanctum Concilium, Dekrit tentang Liturgi Suci, 4
Desember 1965.

VC

: Vita Consecrata, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus
II tentang Hidup Bakti bagi para Religius, 25 Maret 2004.

C. Daftar Singkatan Lain
Art

: Artikel

OSU

: Ordo Santa Ursula

SD

: Sekolah Dasar

SMA

: Sekolah Menengah Atas

SMP

: Sekolah Menengah Pertama

ST

: Santa

TK

: Taman Kanak-Kanak

xix

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Permasalahan
Manusia baik pria maupun wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang
paling mulia dan luhur di antara semua ciptaan Allah. Manusia yang adalah
ciptaan Allah yang mulia ini berada bersama, tinggal bersama. Dan orang tak
dapat menemukan bahwa hidup seseorang dapat dilepaskan dari orang lain. Dan
orang tidak mungkin menyangkal kenyataan bahwa manusia selalu berada
bersama manusia yang lainnya. Manusia disebut pribadi sesungguhnya kalau ia
berada bersama orang lain. Dengan demikian terjadilah proses yang saling
melengkapi dan menyempurnakan. Pribadi yang satu akan menyumbangkan
kualitas nilai, mutu pribadi bagi pribadi yang lain. Proses sosialisasi ini akan
bermutu apabila hubungan ini berlangsung intensif. Melihat perkembangan zaman
yang semakin maju dan dipengaruhi oleh kemajuan globalisasi, manusia juga
cendrung untuk hidup sendiri merasa tidak membutuhkan orang lain. Banyak
orang memilih untuk hidup sendiri tanpa bergantung pada orang lain, misalnya
para wanita karier yang merasa sukses dalam dunia kerja. Dengan demikian
mereka memilih untuk hidup mandiri dan tidak mempunyai pasangan hidup.
Namun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang secara khusus memilih untuk hidup
sebagai seorang religius. Apapun situasi dan perkembangan zaman, ciri khas
religius adalah hidup bersama dalam komunitas. Manusia juga merupakan
makhluk sosial, karena ia tidak dapat hidup seorang diri di dunia ini. Kalau kita

2

mencoba untuk melihat hidup kita, kita akan menemukan bahwa hidup kita tidak
dapat dilepaskan dari yang lain. Kita tidak dapat menyangkal bahwa kita
membutuhkan orang lain. Mungkin kita dapat membayangkan jika kita hidup
seorang diri di tengah hutan yang sunyi dan sepi, maka kita akan mengalami
kesepian yang mendalam. Kesepian inilah yang menjadi tanda bahwa manusia
membutuhkan manusia lain. Kesepian itu menjadi sumber untuk melihat dan
mengenal diri serta mengenal keberadaaanya sebagai manusia.
Hidup bersama dalam suatu komunitas merupakan salah satu ciri pokok
hidup religius dan merupakan komitmen hidup bakti itu sendiri. Penghayatan
konkret hidup bakti sehari-hari terlaksana dalam suatu komunitas. Dalam
komunitas itu hidup bersama mendapatkan bentuk konkret dan pengaturan yang
menunjang tumbuh dan berkembangnya hidup rohani maupun terlaksananya tugas
perutusan. Hidup bersama dalam suatu komunitas merupakan tuntutan mutlak
bagi seorang religius. Maka tidak mengherankan bahwa salah satu syarat untuk
dapat diterima dalam suatu ordo atau kongregasi ialah bila calon tersebut tidak
mempunyai hambatan yang berat untuk membangun dan menghayati hidup
bersama (Darminta, 1982:7). Hidup membiara adalah salah satu bentuk kehidupan
kristiani dalam mengikuti Kristus. Pada zaman sekarang hidup membiara itu
tampak dan menjadi nyata dalam hidup komunitas. Hidup komunitas mengikuti
pola hidup para rasul dan jemaat perdana. Hidup bersama sebagai saudara dan
melaksanakan tugas perutusan sesuai dengan karya kongregasi itulah antara lain
ciri komunitas religius. Hal itu ditegaskan pula dalam Dokumen Vita Consecrata
(Hidup Bakti) yang menyatakan; “Hidup bersaudara dalam arti hidup bersama

3

dalam cinta kasih merupakan lambang yang jelas bagi persekutuan gerejawi” (VC
art, 42).
Dengan demikian kebersamaan di komunitas diwarnai dengan pribadi
yang unik, karena persekutuan tersebut terdiri dari orang-orang dan latar belakang
keluarga, sosial, budaya, watak dan kemampuan yang berbeda. Kasih
mempersatukan kaum hidup bakti dalam cita-cita dan panggilan yang sama. Agar
perbedaan itu menjadi sumber kekuatan bagi hidup bersama dalam komunitas,
maka sangat dibutuhkan sikap dari tiap anggota komunitas untuk saling
menerima, menghargai, menegur, mengampuni, setia dan saling mendukung satu
dengan yang lain. Itulah bentuk perwujudan cintakasih dan dengan sikap tersebut
akan tercipta komunitas yang terbuka, di mana setiap anggota dapat mencurahkan
segala keluh kesah dan menemukan kekuatan dalam melaksanakan tugas
perutusan. Dengan demikian komunitas kaum hidup bakti benar-benar menjadi
persatuan cintakasih yang menunjukkan gambar perdamaian Kristus dan sebagai
tanda hadirnya Kerajaan Allah (KHK, Kan. 602).
Komunitas merupakan tempat berkumpulnya orang-orang yang memiliki
panggilan yang sama dalam menanggapi panggilan Tuhan. Mereka juga adalah
manusia biasa sama seperti manusia lainnya, namun mereka dipilih oleh Allah
untuk menanggapi panggilan-Nya dalam mewartakan kabar gembira demi
Kerajaan Allah di dunia ini. Komunitas bukanlah tempat orang berkompromi,
melainkan merupakan tempat perjumpaan yang matang, yaitu dengan kesadaran
bersatu dan berbeda. Dengan begitu perjumpaan sungguh-sungguh membuat
orang semakin otentik dan asli menghayati panggilan masung-masing. Maka

4

perjumpaan juga menuntut adanya penerimaan dan pengakuan panggilan orang
lain, yang sama dengan panggilan kita, tetapi sekaligus juga berbeda. Bersama
orang lain kita menemukan kesatuan dan sekaligus perbedaan dalam penghayatan
hidup religius sebagai panggilan. Dalam perjumpaan itu orang dapat masuk dan
terlibat dalam hidup orang lain. Maka orangpun juga dapat melihat kesukarankesukaran orang lain dalam menghayati panggilannya, sebagaimana kita juga
menyadari akan kesukaran-kesukaran kita sendiri dalam menghayati panggilan.
Dapat dikatakan bahwa perjumpaan dalam komunitas memberikan kesadaran,
yang semakin tumbuh, akan nilai hidup bersama dan komunitas untuk menghayati
panggilan pribadinya (Darminta, 1976: 8-9).
Dalam kenyataan hidup bersama dalam komunitas, Ursulin masih cukup
jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini dapat dilihat dalam kehidupan bersama
bahwa komunitas kadang menjadi beban bagi para anggota karena masih ada
sikap kurang percaya, saling mendiamkan dan sulit mengampuni atas kesalahan
yang dilakukan oleh sesama anggota. Di mana yang senior merasa lebih tua dan
berpengalaman sehingga kehadiran orang muda menjadi ancaman bagi mereka
dalam berkarya. Di samping itu bahkan ada sikap yang membentuk kelompok
yang membuat jarak antara satu dengan yang lainnya sehingga menutup
kemungkinan bagi orang lain untuk ikut bergabung di dalamnya. Orang menjadi
lekat dengan salah satu tugas yang dipercayakan kepadanya sehingga sulit untuk
dipindahkan maka hal ini akan menjadi beban bagi orang baru yang sebenarnya
telah menerima perutusan baru untuk bertugas di tempat tersebut. Para suster
Ursulin masih kurang menghayati nilai-nilai yang dihidupi Angela dalam hidup

5

bersama yaitu hidup dalam keserasian, bersatu sehati sekehendak, terikat satu
sama lain dengan ikatan cinta kasih, saling menghargai, saling membantu dan
saling bersabar dalam Yesus Kristus (Nasehat Terakhir, art.1-2). Adanya sikap
kurang menerima kelebihan sesama sehingga timbul rasa iri hati dan benci bahkan
mencari kesalahan seorang anggota komunitas untuk menilai pribadinya.
Dengan adanya situasi yang demikian mengakibatkan anggota hilang
kepercayaan terhadap komunitas maka mereka mencari suasana di luar komunitas
dan menemukan orang yang dapat dan mau mendengarkan apa yang mereka
alami. Mereka lebih mempercayai orang di luar komunitas dan tidak setia lagi
terhadap komunitas. Komunitas yang merupakan persekutuan orang yang saling
mencintai, menjadi semacam tempat kesatuan lahiriah saja, tanpa sampai
menyelami batin dari setiap anggota.
Melihat suasana dan pelayanan para suster Ursulin di zaman ini yang
sungguh membutuhkan energi yang cukup banyak, di mana para suster dengan
tekun menjalani perutusan mereka masing-masing. Ada yang berkarya di sekolah,
baik sekolah Ursulin sendiri maupun berkarya pada yayasan keuskupan yang
memberi kepercayaan kepada Ordo untuk mengelola sekolah. Selain itu Ursulin
juga terlibat dalam karya pastoral, pendampingan kaum muda dalam asrama dan
panti asuhan. Hal ini cukup mempengaruhi kehidupan bersama para Suster
Ursulin, di mana kehadiran mereka lebih banyak dicurahkan bagi pelayanan
sehingga mutu kehadiran mereka dalam komunitas makin berkurang. Hal ini juga
dapat disebabkan oleh tugas yang banyak, kesibukan yang menumpuk dan di
samping itu juga rasa lelah sehingga kehadiran mereka dalam komunitas kurang

6

berkualitas. Suasana ini seringkali mempengaruhi kehidupan bersama sehingga
kadang terjadi salah paham atau beda pendapat di antara para suster. Selain tugas
dan pelayanan yang menyita waktu, hal yang mempengaruhi mutu hidup bersama
dalam komunitas berkurang adalah dengan adanya sarana

komunikasi yang

canggih. Dengan demikian hal ini membuat para suster kurang berkomunikasi
secara langsung dalam arti dari hati ke hati antara satu dengan yang lain, karena
komunikasi dapat dilakukan melalui pesan singkat (SMS), sehingga komunikasi
sosial menjadi berkurang dan yang terjadi secara individual.
Hubungan manusia yang satu dengan yang lainnya dapat membawa
dampak positif dan juga dampak negatif. Hubungan antara manusia yang
membawa

dampak

positif

adalah

terciptanya

kesatuan,

keharmonisan,

persaudaraan dan rasa kekeluargaan. Sedangkan hubungan yang membawa
dampak negatif adalah adanya persaingan yang tidak sehat, kecurigaan, iri hati,
balas dendam.

Hal ini sangat bertentangan dengan kehendak Allah yang

menciptakan manusia untuk hidup bersatu (Yohanes 17: 21) dan kerinduan hati
yang paling mendasar dari diri manusia untuk hidup dalam suasana yang rukun,
tenteram dan penuh persaudaraan. Kehidupan yang seperti itulah yang hendak
diwujudkan dalam kehidupan bersama dalam komunitas.
Santa Angela sebagai pendiri Ordo Santa Ursula telah menganjurkan dan
mengharapkan agar para pengikutnya yakni anggotanya mampu menjalin
persaudaraan, kasih dan kerukunan dalam hidup bersama. Meskipun komunitas
Ursulin atau para pengikut St. Angela Merici terdiri dari orang-orang dengan latar
belakang budaya, bahasa, suku yang berbeda-beda, mereka mampu menciptakan

7

hidup bersama dalam suasana kasih dan persaudaraan. Dengan demikian sebagai
komunitas hidup bakti para suster Ursulin mampu menanggapi undangan Gereja
untuk membangun hidup komunitas berdasarkan nilai-nilai yang dihidupi Santa
Angela bagi para pengikutnya.
Melalui tulisan ini penulis ingin menggali nilai-nilai luhur kehidupan
bersama dari dokumen-dokumen Gereja yang penuh dengan suasana kasih dan
persaudaraan untuk dikembangkan dan bertitik tolak dari pengalaman hidup Santa
Angela Merici dalam menghayati hidup bersama dengan orang lain sesuai dengan
nilai-nilai yang dihidupi dan dihayatinya. Santa Angela sangat memperhatikan
dan menekankan persaudaraan dan kasih dalam hidup bersama baik dalam
lingkungan komunitasnya, lingkungan Gereja maupun lingkungan masyarakat
luas. Untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam komunitas yang penuh kasih
dan persaudaraan perlu keterbukaan hati untuk menerima sesama apa adanya, rasa
hormat dan menghargai orang lain. Dasar dari semuanya itu adalah “Cinta Kasih“,
sebagaimana Allah Yang Maha Kasih senantiasa mengasihi kita umat-Nya. Hidup
dalam suasana kasih dan persaudaraan itu akan memampukan kita untuk
mengemban tugas perutusan dalam mewartakan Kerajaan Allah.
Dengan melihat situasi yang demikian, penulis mempunyai keprihatinan
mengenai hidup berkomunitas dalam komunitas Ursulin itu sendiri. Hal itu
disebabkan kurangnya penghayatan akan arti hidup komunitas sebagai orang
yang dipanggil mengikuti Kristus dalam menanggapi undangan Gereja untuk
membangun hidup berkomunitas dan sebagai pengikut St. Angela yang selalu
mengutamakan

persatuan

dan

keserasian

dalam

hidup

bersama

untuk

8

melaksanakan tugas perutusan yang diterima oleh setiap anggota komunitas.
Karena itu refleksi serta usaha untuk mendalami semangat dan spiritualitas Santa
Angela tentang hidup bersama dalam komunitas bagi para suster Ursulin sangat
penting. Melihat kenyataan hidup para pengikut Santa Angela yang mulai
berkurang akan usaha untuk mewujudkan semangat dan spiritualitas Santa Angela
tentang hidup bersama seperti yang telah diwariskan oleh pendiri tarekat. Santa
Angela Merici sebagai pendiri ordo telah memperjuangkan dan mengusahakan
kehidupan bersama yang penuh suasana kasih dan persaudaraan dengan
sesamanya, maka ia berharap agar para pengikutnya sungguh-sungguh
menghayati dan mewujudkannya dalam kehidupan bersama dalam komunitas.
Dalam konteks permasalahan, pergumulan dan perjuangan itu, maka penulis
tergerak hati dan memilih tema skripsi

ini dengan judul: UNDANGAN

GEREJA UNTUK MEMBANGUN HIDUP BERKOMUNITAS DAN
JAWABAN

BERDASARKAN

SEMANGAT

DAN

SPIRITUALITAS

SANTA ANGELA BAGI PARA SUSTER URSULIN.

B. Rumusan Masalah
Untuk mendalami keprihatinan mengenai hidup bersama dalam komunitas,
maka dirumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana para suster Ursulin menanggapi undangan Gereja dan juga
sebagai komitmen hidup bakti dalam hidup berkomunitas?

9

2. Bagaimana pemahaman dan penghayatan para suster Ursulin akan
semangat dan spiritualitas yang telah diwariskan oleh Santa Angela
sebagai pendiri Ordo?
3. Apakah nilai-nilai yang dihidupi Angela tentang hidup bersama dalam
komunitas masih relevan bagi para Suster Ursulin di zaman ini?
4. Bagaimana para Suster Ursulin menghadapi tantangan zaman ini dalam
usaha mewujudkan hidup bersama dalam komunitas?

C. Tujuan Penulisan
1. Membantu para suster Ursulin untuk mendalami, memahami dan
menghayati semangat dan spiritualitas Santa Angela Merici tentang hidup
bersama dalam komunitas bagi para pengikutnya agar dapat membangun
komunitas yang penuh kasih.
2. Menjawab dan mewujudkan undangan Gereja untuk menghayati hidup
berkomunitas pada zaman ini.
3. Memenuhi salah satu syarat kelulusan Strata I Program Studi Ilmu
Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama katolik, Fakultas Ilmu
Pendidikan dan Keguruan, Universitas Sanata Dharma.

D. Manfaat Penulisan
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat:
1. Bagi Para Suster Ursulin

10

Menjadi salah satu pendorong bagi para Suster Ursulin agar semakin
bersemangat dalam usaha menanggapi undangan Gereja dalam hidup
berkomunitas berdasarkan semangat dan spiritualitas Santa Angela.
2. Bagi Penulis
Membantu penulis untuk semakin memperdalam, memahami, menghayati
dan mewujudkan undangan Gereja dalam hidup berkomunitas berdasarkan
semangat dan spiritualitas pendiri.

E. Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan penulis adalah deskriptif analisis
berdasarkan apa yang muncul dalam dokumen-dokumen Gerejawi dan juga dalam
Ordo Santa Ursula yaitu Konstitusi Ordo Santa Ursula dan Kata-Kata St. Angela
Merici, mendialogkannya dengan studi pustaka, menginterpretasikannya dan
kemudian mengambil maknanya untuk membangun hidup berkomunitas
berdasarkan semangat dan spiritualitas Santa Angela.

F. Sistematika Penulisan
UNDANGAN GEREJA UNTUK MEMBANGUN HIDUP
BERKOMUNITAS DAN JAWABAN BERDASARKAN SEMANGAT DAN
SPIRITUALITAS SANTA ANGELA BAGI PARA SUSTER URSULIN
adalah judul skripsi yang disusun penulis. Skripsi ini terbagi menjadi lima bagian
yaitu:

11

Bab I merupakan bagian pendahuluan dengan menguraikan latar belakang
permasalahan yang melatarbelakangi penulisan skripsi ini, rumusan permasalahan,
tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.
Bab II menguraikan tentang undangan Gereja dan komitmen hidup bakti
menghayati hidup berkomunitas yang terdiri dari empat bagian yaitu tantangan
dan undangan hidup berkomunitas, undangan Vita Consecrata, undangan Novo
Millennio Ineunte dan undangan Bertolak Segar Dalam Kristus. Dalam undangan
Vita Consecrata terdiri dari empat bagian yang pertama adalah berpijak pada
nilai-nilai tetap yang terdiri atas tujuh pokok bahasan yaitu menurut citra
Tritunggal Mahakudus, hidup bersaudara dalam cinta kasih, tugas kepemimpinan,
peranan para anggota lanjut usia, menurut citra jemaat rasuli, secitarasa dengan
Gereja, persaudaraan dalam Gereja semesta dan persaudaraan dalam dunia yang
terpecah belah dan tidak adil. Yang kedua adalah kesinambungan dalam karya
Roh Kudus untuk setia di tengah perubahan yang terdiri atas tiga pokok bahasan
yaitu para rubiah dalam klausura, para Bruder religius dan bentuk-bentuk baru
hidup Injili. Yang ketiga adalah mengarahkan pandangan ke masa depan yang
terdiri atas empat pokok bahasan yaitu pembinaan dalam komunitas dan untuk
kerasulan, pembinaan terus menerus, tetap mengusahakan kesetiaan dan komunio.
Dalam undangan Novo Millennio Ineunte terdiri atas tiga pokok bahasan yaitu
hidup bakti sebagai ragi, hidup bakti sebagai komunitas hukum cinta dan hidup
bakti sebagai komunitas sekolah cinta. Dalam undangan Bertolak Segar Dalam
Kristus terdiri atas enam bagian yaitu spiritualitas persekutuan, wajah Kristus
dalam kesengsaraan, persatuan antara karisma lama dan baru, persatuan dengana

12

para Uskup, persatuan dengan kaum awam dan Ekaristi merupakan tempat khusus
untuk berjumpa dengan Tuhan.
Pada bab III akan menguraikan tentang hidup komunitas dalam Ordo
Santa Ursula yang dibagi dalam tiga bagian. Bagian pertama adalah nilai-nilai
yang dihidupi tentang hidup berkomunitas berdasarkan nasehat Santa Angela yang
terdiri atas hidup dalam keserasian, bersatu dan sehati sekehendak, terikat satu
sama lain dengan ikatan cinta kasih, saling menghargai, saling membantu, saling
bersabar dalam Yesus Kristus, persaudaraan. Bagian yang kedua adalah hidup
komunitas Ursulin menurut Konstitusi yang terdiri atas hidup komunitas Ursulin
bercirikan komunitas Triniter, Ekaristi menjadi pusat hidup komunitas, hidup
sehati sejiwa dalam komunitas, setiap anggota menyumbang demi pembangunan
komunitas, peranan dan kehadiran pemimpin, sikap saling menghargai dalam
komunitas, sikap saling percaya, kehadiran suster yang lanjut usia, keseimbangan
dalam hidup komunitas. Bagian ketiga adalah hidup komunitas Ursulin menurut
Kapitel Umum yang terdiri atas tiga yaitu Kapitel Umum tahun 1995, Kapitel
Umum tahun 2001 dan Kapitel Umum tahun 2007. Dalam Kapitel Umum 2007
terdiri atas beberapa bagian yaitu menemukan cara-cara konkret untuk menghayati
rekonsiliasi, memajukan pembinaan berkelanjutan, mendatangkan nara sumber
sesuai dengan kebutuhan untuk membantu dalam hal konseling pribadi, fasilitas
untuk komunitas dan merefleksikan keseimbangan antara hidup komunitas dan
pelayanan.
Pada bab IV akan menguraikan tinjauan kritis tentang hidup bersama
dalam komunitas yang terdiri atas tiga bagian. Yang pertama adalah undangan

13

Gereja tentang hidup komunitas yang sejalan dengan Ursulin yang terbagi dalam
lima belas bagian yaitu menurut citra Tritunggal Mahakudus, hidup bersaudara
dalam cinta kasih, tugas kepemimpinan, peranan para anggota yang lanjut usia,
menurut citra jemaat rasuli, persaudaraan dalam dunia yang terpecah belah dan
tidak adil, komunio, Ekaristi sebagai tempat untuk berjumpa dengan Tuhan,
pembinaan terus menerus, spiritualitas persekutuan, hidup bakti sebagai ragi,
hidup bakti sebagai komunitas hukum cinta, hidup bakti sebagai komunitas
sekolah cinta, persatuan dengan para uskup dan persatuan dengan kaum awam.
Yang kedua adalah hal-hal yang belum terwujud dalam komunitas Ursulin yang
terdiri atas lima bagian yaitu secitarasa dengan Gereja, persaudaraan dalam Gereja
semesta, tetap mengusahakan kesetiaan, wajah Kristus dalam kesengsaraan,
persatuan antara karisma lama dan baru. Yang ketiga adalah kesaksian Ursulin
yang khas sebagai sumbangan terhadap undangan Gereja.
Pada bab V merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi dan saran
yang perlu dalam usaha mewujudkan undangan Gereja dan jawaban berdasarkan
semangat serta spiritualitas pendiri dalam membangun hidup bersama yang lebih
baik.

14

BAB II
UNDANGAN GEREJA DAN KOMITMEN HIDUP BAKTI
MENGHAYATI HIDUP BERKOMUNITAS

A. Tantangan dan Undangan Hidup Berkomunitas
Dewasa ini umat manusia berada dalam periode baru sejarahnya, masa
perubahan-perubahan yang mendalam dan pesat berangsur-angsur meluas
keseluruh dunia. Perubahan-perubahan itu timbul dari kecerdasan dan usaha
kreatif manusia, dan kembali mempengaruhi manusia sendiri, cara-cara menilai
serta keinginan-keinginannya yang bersifat perorangan maupun kolektif, caranya
berpikir dan bertindak terhadap benda-benda maupun sesama manusia. Dunia
begitu mendalam merasakan kesatuannya serta saling tergantungnya semua orang
dalam solidaritas yang memang mesti ada, sementara itu tertimpa oleh perpecahan
yang amat gawat akibatnya kekuatan-kekuatan yang saling bermusuhan, sebab
masih tetap berlangsunglah pertentangan-pertentangan yang sengit dibidang
politik, sosial, ekonomi, kesukuan dan ideologi, dan tetap berkecamuk bahaya
perang yang akan menggempur habis-habisan segala sesuatu.
Masyarakat dunia masa kini adalah masyarakat global atau secara umum.
Masyarakat masa kini memiliki daya-daya positif dan negatif di mana tidak
hanya teknologi dan ekonomi global, melainkan juga ada rasa tidak aman dan
ketakutan, kejahatan kekerasan, ketidakadilan dan perang yang semakin
merajalela di muka bumi ini. Dunia zaman kini adalah dunia yang tercerai berai
akibat kebencian antar suku atau kekerasan yang semakin meningkat. Masyarakat

15

dunia saat ini dipenuhi dan ditandai dengan nafsu-nafsu dan kepentingan yang
saling bertentangan demi mendapatkan keuntungan secara pribadi atau kelompok
(Dokumen KV II GS, 1993: 512).
Selain itu kondisi dunia kita saat ini adalah dunia yang sedang mengalami
krisis besar yaitu krisis ekologi yang sedang menjadikan kawasan-kawasan luas
planet kita tidak mungkin dihuni dan bermusuhan terhadap umat manusia.
Masalah persoalan damai, yang sering diancam oleh spektrum perang-perang
yang menyebabkan bencana-bencana yang besar seperti yang baru terjadi yaitu
Israel dan Palestina. Selain yang disebutkan di atas, situasi nyata yang terjadi juga
adalah pelecehan hak-hak asasi manusia khususnya anak-anak dan kaum wanita
(NMI, art.51).
Oleh karena perubahan yang pesat ini maka hal yang sering terjadi situasi
hidup manusia menjadi tidak teratur, bahkan juga kesadaran semakin tajam akan
perbedaan-perbedaan yang terdapat di dunia, menimbulkan atau malahan
menambah pertentangan-pertentangan dan ketidak-seimbangan. Dalam pribadi
manusia sendiri cukup sering timbul ketidakseimbangan antara akal budi modern
yang bersifat praktis dan cara berpikir teoritis. Begitu pula muncullah ketidakseimbangan antara pemusatan perhatian pada kegunaan praktis dan tuntutantuntutan moral suara hati, lagi pula seringkali antara syarat-syarat kehidupan
bersama dan tuntutan pemikiran pribadi bahkan juga kontemplasi. Akhirnya
muncullah ketidak-seimbangan antara spesialisasi kegiatan manusia dan visi
menyeluruh tentang kenyataan. Maka dalam kehidupan keluarga muncullah
berbagai ketidak-serasian, baik karena kondisi-kondisi kependudukan maupun

16

ekonomi dan sosial, yang serba mendesak. Muncullah pula pertentanganpertentangan yang sengit antara suku, bahkan antara pelbagai lapisan masyarakat,
antara bangsa-bangsa yang kaya dan yang kurang mampu serta serba kekurangan,
akhirnya antara lembaga-lembaga internasional yang terbentuk atas keinginan
para bangsa akan perdamaian dan ambisi mempropagandakan ideologinya sendiri
serta aspirasi-aspirasi kolektif yang terdapat pada bangsa-bangsa dan kelompok
lain. Itu semua membangkitkan sikap saling tidak percaya dan bermusuhan,
konflik-konflik dan kesengsaraan, yang sebabnya dan sekaligus korbannya ialah
manusia itu sendiri (Dokumen KV II GS, 1993: 516-517).
Kondisi dunia yang demikian sungguh sangat memprihatinkan umat
Kristiani yang telah dengan bebas memilih untuk mengikuti Kristus dalam seluruh
hidup-Nya. Oleh karena itu umat kristiani juga hendaknya belajar mencetuskan
tindakan iman akan Kristus dengan mengenali suara-Nya dalam jeritan sesama
saudara yang meminta bantuan kita yang muncul dari dunia kemiskinan. Tindakan
iman itu antara lain melakukan tradisi cinta kasih yang muncul adanya kreativitas
yang baru dalam cinta kasih. Tindakan ini tidak hanya dengan mendekati, menjadi
teman dan sahabat mereka yang menderita sehingga tangan yang diulurkan
dipandang tidak sebagai uluran tangan yang merendahkan sesama, tetapi sebagai
pola saling berbagi di antara saudara-saudari (NMI, 2007:56-57 ).
Melihat situasi dunia yang demikian kompleks menjadi tantangan dan
sekaligus Gereja mengundang kaum religius yang secara khusus mengabdikan diri
demi pelayanan untuk Kerajaan Allah, untuk terlibat dalam mengusahakan
kehidupan komunitas Kristiani yang damai dan bahagia. Dengan demikian kaum

17

religius dipanggil dalam situasi dan kondisi dunia yang sakit oleh karena berbagai
faktor yang mempengaruhinya. Misteri paska juga merupakan sumber sifat
misioner Gereja yang dicerminkan dalam seluruh hidup Gereja. Misteri itu secara
istimewa diungkapkan dalam hidup bakti (VC, art. 25). Tugas misioner pertama
para anggota hidup bakti ialah terhadap diri sendiri. Mereka menjalankannya
dengan membuka hati bagi bimbingan Roh Kristus. Kesaksian mereka membantu
seluruh Gereja mengingat-ingat, bahwa yang paling penting yakni mengabdi
Allah dengan sukarela, berkat rahmat Kristus yang dikurniakan kepada umat
beriman melalui kurnia Roh. Demikian mereka mewartakan kepada dunia, damai
yang berasal dari Bapa, dedikasi yang nampak pada kesaksian Putera dan
kegembiraan yang merupakan buah Roh Kudus. Gereja berhak mengharapkan
sumbangan yang relevan dari para anggota hidup bakti, yang jelas bahwa mereka
milik Kristus. Peranan kaum hidup bakti sangat penting dalam persoalan ini.
Dengan melihat kondisi hidup yang umum, secara efektif berkarya bagi Kerajaan
Allah dengan mengambil bagian pada realitas politik dan sosial yang membawa
kepada nilai baru dalam rangka kaum hidup bakti mengikuti Kristus. Kaum hidup
bakti bisa menjadi garam dan terang dalam setiap situasi dan kondisi yang terjadi
dalam dunia masa kini.
Melihat situasi ini, kaum hidup bakti dipanggil oleh Roh untuk senantiasa
bertobat guna memberi kekuatan baru bagi dimensi profetik panggilan mereka.
Dengan melihat, merefleksikan kembali makna terdalam dari panggilan mereka
yakni menempatkan hidup mereka dalam melayani demi Kerajaan Allah dengan
meninggalkan segalanya serta mengikuti secara lebih dekat bentuk hidup Yesus

18

Kristus, mengambil peran Yesus dalam dunia masa kini bagi seluruh Umat Allah.
Mengingat tantangan yang demikian kompleks, maka undangan Gereja dan
komitmen hidup bakti kami pahami melalui dokumen-dokumen Gereja. Dalam
pembahasan ini akan dipakai tiga dokumen Gereja yaitu, Vita Consecrata, Novo
Millennio Ineunte dan Bertolak Segar dalam Kristus.

B. Undangan Vita Consecrata
Vita Consecrata merupakan anjuran Apostolik dari Paus Yohanes Paulus
II tentang Hidup Bakti bagi para Religius yang diterbitkan pada tanggal 25 Maret
1996. Anjuran ini di tujukan kepada Para Uskup dan Klerus, Ordo dan Kongregasi
Serikat-Serikat Hidup Merasul, Institut-Institut Sekular dan segenap umat
beriman.
Vita Consecrata mengundang kaum hidup bakti untuk hidup dalam
suasana persaudaraan, dengan demikian kehadiran kaum hidup bakti merupakan
lambang persekutuan dalam Gereja. Untuk itu kaum hidup bakti perlu menghayati
nilai-nilai persaudaraan yang mengarah pada persekutuan dalam Gereja. Nilainilai itu antara lain:
1. Berpijak pada Nilai-Nilai Tetap
a. Menurut Citra Tritunggal Mahakudus
Dalam Vita Consecrata dikatakan bahwa, “Selama hidup-Nya di dunia
Tuhan Yesus memanggil mereka yang dikehendaki-Nya, supaya mereka
menyertai Dia, dan Ia mendidik mereka hidup menurut teladan-Nya bagi Bapa

19

dan bagi perutusan, yang telah diterima-Nya dari Bapa”(Mrk. 3:13-15; VC, art.
41).
Dengan demikian Kristus memulai keluarga baru, yang dari abad ke abad
akan mencakup mereka yang siap menjalankan kehendak Allah. Sesudah Yesus
naik ke surga, sebagai buah kurnia Roh Kudus, terbentuklah rukun hidup
persaudaraan di sekitar para Rasul yang selalu berhimpun dalam puji syukur
kepada Allah dan dalam pengalaman konkret persekutuan (Kis 2:42-47; 4:32-35).
Dalam Dokumen KV II dikatakan bahwa hidup jemaat itu dan bahkan lebih lagi
pengalaman hidup dalam persekutuan penuh dengan Kristus yang dihayati oleh
Dua Belas Rasul selalu dijadikan pola yang menjadi acuan Gereja. Hal ini akan
berkembang jika Gereja berusaha untuk selalu kembali kepada semangat aslinya
dan dengan kekuatan Injili yang segar meneruskan lagi perjalanannya di
sepanjang sejarah (PC, art.15).
Dalam Dokumen KV II GS dikatakan bahwa “Pada hakekatnya Gereja itu
adalah misteri persekutuan, yaitu umat yang disatukan berdasarkan kesatuan Bapa
dan Putera dan Roh Kudus (GS, art. 4). Di mana hidup persaudaraan berusaha
untuk mencerminkan betapa dalam dan kaya misteri itu, yang mengenakan bentuk
jemaat manusiawi sebagai kediaman Tritunggal Mahakudus, untuk meny