MAKNA PENGOLAHAN HIDUP BAGI PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR SELAMA MASA PEMBINAAN DALAM TAREKAT KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN YANG BAIK ( KYM )

  

MAKNA PENGOLAHAN HIDUP BAGI PERKEMBANGAN

SUSTER YUNIOR SELAMA MASA PEMBINAAN DALAM

TAREKAT KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA

PERTOLONGAN YANG BAIK ( KYM )

  

SKRIPSI

  Diajukan Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Medita Theresia Sihotang NIM: 051124005

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada Tarekatku tercinta khususnya teman-teman suster yunior KYM dan para pembina

  

MOTTO

Kalau kita sendiri pernah lemah

dan mengalami kekacauan batin

kita dapat merasakan

apa yang dialami oleh orang lain.

( Butir-Butir Emas St.Vinsensius a Paulo )

  ABSTRAK

  Judul skripsi ini adalah MAKNA PENGOLAHAN HIDUP BAGI

  

PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR SELAMA MASA PEMBINAAN

DALAM TAREKAT KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA

PERTOLONGAN BAIK ( KYM ). Skripsi ini di tulis berangkat dari

  pertimbangan bahwa perlu mencari cara pembinaan yang kiranya sesuai dengan kebutuhan para suster yunior KYM. Ini penting karena pembinaan bagi suster yunior Tarekat KYM ditujukan untuk membantu anggota agar mengambil sikap yang baik dan benar dalam menanggapi setiap dorongan yang timbul dalam dirinya sehubungan dengan peristiwa tertentu. Untuk dapat mengambil sikap yang tepat menjawab panggilan Allah, suster yunior perlu menggunakan segala daya dalam dirinya yaitu fikiran, perasaan dan kehendak. Suster yunior juga perlu mengenal pengaruh kebutuhan psikologis dalam dirinya karena hal ini ikut menentukan mutu panggilannya.

  Dalam skripsi ini penulis mengemukakan terlebih dahulu cita-cita pembinaan suster yunior KYM kemudian refleksi atas pelaksanan pembinaan. Dari refleksi ditemukan bahwa pendalaman hal-hal rohani dalam proses pembinaan ternyata tidak mudah dibathinkan dan diwujudkan oleh suster Tarekat KYM dalam hidup konkret. Salah satu penyebab timbulnya permasalahan ini ialah pengaruh kebutuhan psikologis dalam diri suster yunior.

  Berdasarkan pandangan tersebut dikatakan bahwa pemahaman akan hal- hal rohani dalam pembinaan sangat membantu suster yunior KYM untuk selalu mengarahkan diri kepada kehendak Allah, namun kepribadian juga ikut menentukan kesediaan suster yunior untuk mewujudkan panggilan tersebut. Oleh sebab itu pembinaan yang ditawarkan adalah pengolahan hidup dengan integrasi unsur-unsur psiko-spiritual. Sehubungan pengolahan hidup merupakan usaha diri secara mendalam agar menyediakan seluruh disposisi hidup bagi Tuhan. Pengenalan diri tersebut melalui tahap menyelidiki diri, mengerti diri dan melangkah ke tujuan yang dicapai. Ini berarti bahwa suster yunior semakin masuk dalam dirinya, mengenal perasaan dan keberhasilan dalam mewujudkan panggilannya.

  Bagi pembinaan suster yunior Tarekat KYM, pengolahan hidup dibuat dengan maksud membantu setiap pribadi untuk semakin mengenal kemampuan dalam diri yang ikut menentukan kegagalan dan keberhasilannya dalam mengikuti Yesus Kristus sebagai seorang religius KYM. Dan dengan pengolahan hidup diharapkan agar suster yunior semakin mengenal dan mengatur segala kemampuan dalam dirinya untuk menanggapi panggilan Allah secara radikal.

  ABSTRACT

  The title of thesis is THE MEANING OF THE LIFE PROCESSING

  

FOR THE DEVELOPMENT JUNIOR SISTERS DURING THE

FORMATION IN THE CONGREGATION OF JESUS AND MARY

LOVE’S AND HELPING GOOD. This thesis wrote by consideration that it is

  necessary to looking for the formation way that appropriate with KYM junior sisters directly to help the member of the sisters to be a good attitude to perceive each encouragement thet emerge in certain even in their own selves. Junior sisters heva to use the own power such us mind, feeling, and wish to become a good attitude to answer the Lord calling. The junior sisters also have to know the psychology needed in their own selves because this metter can determine the quality of vocation.

  In this thesis, the write explain first about the formation ideal of the KYM junior sisters and then reflection about the formation realization. By that reflection founded that deepening of spiritual things is the formation process is not easy for KYM junior sisters to bring into the reality life. One of the cause of this problems emerge is the influence psychology needed in KYM junior sisters selves.

  Based on the opinion comprehension about spiritual things in the formation process is support junior sisters to bring their selves to the God will, however personality also is determine the willingness of junior sisters to bring in to reality thed vocation. For that, the good formation is the life processing with integration psycho-spiritual elemens. In connection with life processing is self effort in a deepen manner in order to make all the life disposition for God. That self-recognition via phase self-investigate, self-understanding, and stepping to the destination reach. It is means that junior sisters more and more going into their selves to know their feeling and success to bring into reality their vocation.

  The purpose of life processing for formation of KYM junior sisters is to help everyone to know capability on their selves that can determine their failure and success to follow Jesus Chirst as a KYM religious. And by life processing junior sister more and more know and arrange their capability in their selves to perceive the Lord calling in a radical manner.

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah karena kasih karunia dan bimbingan-Nya, penulis merasa dimampukan untuk menyelesaikan dan mengerjakan skripsi ini.

  Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Program Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik.

  Judul skripsi ini adalah “MAKNA PENGOLAHAN HIDUP BAGI PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR SELAMA MASA PEMBINAAN DALAM TAREKAT KASIH YESUS DAN MARIA BUNDA PERTOLONGAN BAIK (KYM)”. Diwarnai perasaan senang, gembira, bahagia dan gelisah, serta berbagai hambatan dan kesulitan lain yang turut menyertai penulisan skripsi ini, serta berkat perhatian dan dukungan dari berbagai pihak, secara khusus dari persaudaraan KYM dan Lembaga Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma, akhirnya penulis dapat menyelesaikannya.

  Atas kerjasama yang baik dan bantuan dari berbagai pihak, dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terimah kasih kepada:

  1. Dr. J. Darminta, SJ., selaku dosen pembimbing utama yang selalu setia, sabar, perhatian membimbing serta mengarahkan penulis dalam menyusun skripsi ini.

  2. Dr. C. B. Putranta, SJ., sebagai pembaca II sekaligus sebagai dosen wali yang mendampingi penulis, memberikan semangat sampai skripsi ini selesai.

  3. Drs. H. J. Suhardiyanto, SJ.,selaku dosen penguji yang memberi dukungan dalam penulisan skripsi ini.

  4. Segenap Staf dosen Program Studi ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Universitas Sanata Dharma.

  5. Pimpinan Umum Tarekat KYM beserta dewannya baik periode 2005-2009 maupun periode 2009 yang memberikan kesempatan untuk studi.

  6. Segenap anggota komunitas KYM jln. Merak Yogyakarta yang memberikan dukungan selama penulisan skripsi ini.

  7. Sahabat dekat saya yang sungguh tulus memberi sumbangan pemikiran, pengertian dan banyak berkorban dalam proses penulisan skripsi ini.

  8. Teman-teman seangkatan 2005, atas kerjasama, dukungan dan persaudaraan selama masa studi.

  9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas segala bantuan, dukungan, perhatian, terutama dalam penulisan skripsi ini.

  Akhirnya penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, sehingga skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis memerlukan kritik serta saran yang membangun. Penulis berharap, semoga skripsi ini bermanfat bagi perkembangan para suster yunior dan bagi para formator dalam pembinaan.

  Yogyakarta, 8 Juli 2009 Penulis

  Medita Theresia Sihotang

  DAFTAR ISI Halaman JUDUL ............................................................................................................ i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................................ ii

PENGESAHAN .............................................................................................. iii

PERSEMBAHAN........................................................................................... iv

MOTTO .......................................................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................................ vi

ABSTRAK ...................................................................................................... vii

ABSTRACT .................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR.................................................................................... ix

DAFTAR ISI................................................................................................... xi

DAFTAR SINGKATAN................................................................................ xiv

PERNYATAAN PERSETUJUAN................................................................ xvi

  

BAB I: PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Rumusan Masalah.......................................................................... 3 C. Tujuan Masalah.............................................................................. 4 D. Manfaat Masalah............................................................................ 4 E. Metode Penulisan........................................................................... 5 F. Sistematika Penulisan .................................................................... 5 BAB II. PEMBINAAN PARA SUSTER YUNIOR DALAM TAREKAT KYM ............................................................................ 8 A. Sejarah Singkat Berdirinya Tarekat KYM..................................... 9 1. Latar Belakang Berdirinya Tarekat KYM................................ 9 2. Visi dan Misi Tarekat KYM..................................................... 11 3. Spiritualitas Tarekat KYM ....................................................... 12 B. Pembinaan Suster Yunior Tarekat KYM ....................................... 13

  1. Pembinaan dalam Tarekat KYM............................................... 14

  b. Tujuan Pembinaan ................................................................ 16

  3. Sikap Lepas Bebas ..................................................................... 34

  Suster Yunior Tarekat KYM.......................................................... 49

  3. Langkah-langkah Pengolahan Hidup dengan Integrasi Unsur-Unsur Psiko-Spiritual ........................................................ 44 B. Pengalaman dan Pergulatan Batin

  2. Tujuan Pengolahan Hidup dengan Integrasi Unsur-Unsur Psiko-Spiritual........................................................ 42

  1. Pengertian Pengolahan Hidup dengan Integrasi Unsur-Unsur Psiko-Spiritual....................................................... 40

  BAB III. PENGOLAHAN HIDUP DENGAN INTEGRASI UNSUR-UNSUR PSIKO-SPIRITUAL BERDASARKAN SPIRITUALITAS ST.VINSENSIUS A PAULO BAGI PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR SELAMA MASA PEMBINAAN ................................................ 38 A. Pengolahan Hidup dengan Integrasi Unsur-Unsur Psiko-Spiritual.......................................................... 38

  4. Perkembangan Kerohanian Yang Utuh...................................... 36

  2. Pendidikan Ketrampilan............................................................. 33

  c. Metode Pembinaan ............................................................... 17

  1. Pendewasaan Kepribadian ......................................................... 32

  d. Pengembangan Intelektual.................................................... 30 C. Aspek-Aspek Yang Dibina Pada Masa Yunior.............................. 32

  c. Kesehatan.............................................................................. 29

  b. Pendidikan ............................................................................ 28

  a. Semangat Kerasulan ............................................................. 26

  2. Semangat Yang dibina Pada Masa Yunior Dalam Tarekat KYM ................................................................ 26

  d. Tahap-Tahap Pembinaan ...................................................... 22

  1. Hidup Doa .................................................................................... 50

  3. Karya Kerasulan .......................................................................... 54

  4. Kaul-Kaul ..................................................................................... 55 C.

  Pengolahan Hidup Berdasarkan Spiritualitas St.Vinsensius a Paulo ..................................................................... 61

  BAB IV. PENGOLAHAN HIDUP BAGI PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR TAREKAT KYM MELALUI KATEKESE ............................................................... 66 A. Gambaran Umum Katekese ........................................................... 66

  1. Pengertin Katekese..................................................................... 66

  2.Tujuan Katekese.......................................................................... 70

  3.Unsur-Unsur Katekese ................................................................ 71 B. Proses Katekese dalam Pengolahan Hidup .................................... 73 C. Peranan Katekese dalam Pengolahan Hidup.................................. 74 D.

  Pemilihan Model Katekese ............................................................ 77

  1. Model: Pengalaman Hidup......................................................... 77

  2. Langkah-langkah Pelaksanaan Katekese Model Pengalaman Hidup.......................................................... 78 E. Usulan Program Pembinaan Suster Yunior Tarekat KYM............ 80

  1. Pengertian Program .................................................................. 80

  2. Latar Belakang Program ........................................................... 81

  3. Tujuan Program......................................................................... 82

  4. Tema-Tema Program Dalam Program Pembinaan ................... 83

  5. Contoh Persiapan Katekese I .................................................... 95 Contoh Persiapan Katekese II ................................................... 103

  

BAB V. PENUTUP…………………………................................................. 114

A. Kesimpulan .................................................................................... 114 B. Saran............................................................................................... 117

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 121

LAMPIRAN..................................................................................................... (1-5)

  DAFTAR SINGKATAN

  A. Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci Perjanjian Baru: dengan pengantar dan catatan singkat. (Dipersembahkan kepada umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985.8

  B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja CD: Chirtus Dominus, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Tugas Pastoral para

  Uskup dalam Gereja, 28 Oktober 1965 CT: Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohannes Paulus II kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang

  Katekese Masa Kini, 16 Oktober 1979. GS: Gaudium et Spes, Konstitusi Pastoral Konsili Vatikan II tentang Gereja di Dunia Dewasa ini, 7 Desember 1965.

  KGK: Katekismus Gereja Katolik KHK: Kitab Hukum Kanonik (Codex Iuris Canonici), diundangkan oleh Paus Yohannes Paulus II tanggal 25 Januari 1983.

  OT: Optatam Totius, Dekrit Konsili Vatikan II tentang Pembinaan Iman, 18 November 1965.

  PC: Perfectae Cartatis, Dekrit Konsili Vatikan II, tentang Pembaharuan dan Penyesuaian Hidup Religius, Oktober 1965. C. Singkatan Lain Art: Artikel Bdk: Bandingkan BKIA: Balai Kesehatan Ibu dan Anak CMF: Kongregasi Misionaris Claretian CM: Congregatio Missionum Dok. Pen: Dokumen Penerangan Kan: Kanon Konst: Konstitusi KWI: Komisi Wali Gereja Indonesia KYM: Kasih Yesus dan Maria Bunda Pertolongan Baik LPU: Laporan Pimpinan Umum PKKI: Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia Psl: Pasal SCMM: Sister of Charity Our Lady Mother of Mercy Sr: Suster St: Santo/Santa Stat: Statuta

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penulisan Skripsi Pembinaan bagi kaum religius khususnya suster yunior KYM ditujukan

  untuk membantu anggota agar mengambil sikap yang baik dan benar dalam menanggapi setiap dorongan yang timbul dalam dirinya sehubungan dengan peristiwa tertentu. Sebagai orang beriman kepada Allah, dorongan itu dipahami sebagai panggilan Allah. Untuk dapat mengambil sikap yang tepat menjawab panggilan Allah, suster yunior perlu menggunakan segala daya dalam dirinya yaitu pikiran, perasaan dan kehendak. Suster yunior juga perlu mengenal pengaruh kebutuhan psikologis dalam dirinya karena hal ini ikut menentukan panggilanya.

  Dalam pengalaman hidup suster yunior dalam tarekat KYM ditemukan bahwa pendalaman Kitab Suci, spiritualitas serta hal-hal rohani lainnya sungguh membantu suster yunior untuk senantiasa hidup sesuai dengan kehendak Allah. Namun kesadaran itu tidak mudah diwujudkan dalam hidup konkret. Ini dilatar belakangi karena kurangnya penerimaan diri dalam diri suster-suster yunior dan sangat diperlukan untuk selalu membenahi diri dan perlu adanya pengolahan hidup, para suster yunior perlu ditolong untuk merefleksikan, mengolah, dan mengatasi tantangan-tantangan yang mereka hadapi, juga harus memperdalam pengetahuan-pengetahuan yang diperlukan untuk pembinaan hidup rohani mereka (Harjawiyata,1979:76). Melalui pengolahan hidup para suster yunior akan sangat terbantu dalam memperkembangkan diri dan semakin dewasa dalam menanggapi panggilannya. Hambatan terhadap panggilan dalam diri suster yunior tersebut terutama datang dari pengaruh kepribadian.

  Pengaruh kepribadian terhadap panggilan tidak mungkin diketahui tanpa suatu pengenalan diri yang mendalam. Karena itu dalam pembinaan seorang religius perlu dibantu untuk mengenal dan mengatur segala daya yang ada dalam diri maupun unsur kepribadian yang mempengaruhi motivasinya dalam bertindak.

  Menurut Supratikya (1993: 25) “kepribadian yaitu apa yang ada dalam diri seseorang dan yang mempengaruhi perbuatanya”. Biasanya kita merasa malu kalau tidak tahu jawaban atas pertanyaan yang penting dan sebenarnya itu tidak perlu (De Armen: 7 Oktober). Namun pada kenyataanya masih banyak suster – suster yang merasa minder jika tidak bisa menjawab. Sebenarnya itu tidak perlu karena masih ada pertanyaan-pertanyaan hidup yang harus dijawab dengan perlahan-lahan jawabannya diberi sepanjang hidup.

  Pengenalan diri tidak mungkin dibuat terpisah dari kenyataan hidup yang dialami oleh suster yunior. Kenyataan hidup yang dimaksud bukan merupakan angan-angan belaka tetapi berupa pengalaman hidup konkret sehari-hari. Melalui pengalaman hidup tersebut suster yunior mengenal kekuatan dan kelemahan dirinya dalam menjawab panggilan Allah.

  Usaha untuk mengenal diri secara mendalam tersebut perlu mendapat perhatian yang sungguh dalam pembinaan bagi religius agar nantinya semakin mampu untuk memperkembangkan dirinya dan mendewasakan panggilanya juga mampu untuk menerima segala pengalaman hidupnya baik yang menyenangkan maupun yang menyedihkan agar dimasa tuanya nanti mampu untuk berelasi dengan siapa saja khususnya mampu mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.

  Dibutuhkan pembinaan yang utuh baik menyangkut unsur rohani maupun kepribadian. Untuk maksud tersebut maka salah satu model pembinaan yang cocok untuk suster yunior yaitu model pengolahan hidup. Diharapkan agar dengan pengolahan hidup ini para suster yunior KYM dibantu untuk membatinkan nilai- nilai panggilan dalam diri serta mewujudkannya, sehingga lebih radikal menanggapi panggilan Allah. Hal ini perlu diusahakan karena menanggapi panggilan Allah merupakan perjuangan seumur hidup.

  Pengolahan hidup sangat penting demi perkembangan pribadi dalam menjawab panggilan Allah, dan juga membantu para pembina suster yunior untuk melaksanakan pembinaan yang lebih spesifik mengenai pengolahan hidup demi perkembangan pribadi suster yunior. Bertolak dari situasi di atas yang sudah dibahas maka penulis membuat skripsi ini dengan judul “MAKNA

  

PENGOLAHAN HIDUP BAGI PERKEMBANGAN SUSTER YUNIOR

SELAMA MASA PEMBINAAN DALAM TAREKAT KASIH YESUS DAN

MARIA BUNDA PERTOLONGAN BAIK ( KYM )”.

B. Rumusan Masalah

  Secara garis besar penulis mencoba merumuskan beberapa permasalahan yang kiranya akan dibahas dalam karya tulis ini:

1. Apa arti dan makna pengolahan hidup bagi suster yunior dalam tarekat KYM.

  2. Bagaimana para suster yunior KYM dalam mengolah pengalaman hidupnya sehubungan dengan pembinaan yang diterima selama ini.

  3. Usaha apa yang bisa dilakukan oleh para suster yunior supaya dapat mengolah hidup panggilan dan karya pelayanan.

C. Tujuan Penulisan 1.

  Membantu dan menyadarkan para suster yunior untuk dapat mengerti dan memaknai bahwa pengolahan hidup sangat penting untuk perkembangan hidup panggilan sebagai suster dalam tarekat KYM.

  2. Memberikan bahan refleksi kepada para suster yunior KYM tentang pentingnya pengolahan hidup dalam hidup sebagai seorang suster KYM.

  3. Membantu para suster yunior KYM supaya dapat bersikap lepas bebas dalam menghayati hidup panggilannya dan karya pelayanan.

D. Manfaat Penulisan

  Adapun manfaat penulisan karya ilmiah ini adalah sebagai berikut: 1.

  Memberikan masukan (sebuah wacana) kepada tarekat KYM agar semakin mengenal dan mengetahui siapa sebenarnya suster KYM.

  2. Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis betapa pentingnya pengolahan hidup sehingga semakin mampu dalam menanggapi panggilan Allah.

3. Bagi para pembaca dapat mengetahui betapa pentingnya pengolahan hidup dalam membentuk kepribadian.

  E. Metode Penulisan

  Dalam menyusun karya tulis ini, penulis menggunakan metode penulisan studi kepustakaan yakni dengan menyerap dan membaca buku-buku dari berbagai sumber. Selain itu, penulis juga memperkaya karya tulis ini dengan ilustrasi dari teman suster yunior serta pengalaman dan penghayatan pribadi yang penulis alami pada setiap perjumpaan dan dalam kebersamaan dengan suster-suster yunior.

  F. Sistematika Penulisan

  Karya tulis ini mengambil judul “Makna Pengolahan Hidup Bagi

  

Perkembangan Suster Yunior selama Masa Pembinaan dalam Tarekat

KYM”. Dari judul ini penulis mengembangkannya menjadi lima bab, yakni: pada

  bab I (pendahuluan) penulis akan memberikan gambaran secara umum penulisan skripsi ini. Gambaran umum mencakup: latar belakang penulisan skripsi, rumusan permasalahan, tujuan penulisan, manfaat penulisan, metode penulisan, serta sistematika penulisan.

  Pada bab II, penulis akan berbicara atau menguraikan tentang “pembinaan para suster yunior dalam tarekat KYM”. Pembicaraan dalam bab ini mencakup tiga hal: pertama sejarah berdirinya tarekat KYM meliputi latar belakang berdirinya tarekat KYM, visi dan misi serta spiritualitas tarekat KYM. Kedua Pembinaan suster yunior dalam tarekat KYM yaitu pengertian pembinaan, tujuan pembinaan, metode pembinaan dan tahap-tahap pembinaan. Semangat yang dibina pada masa yunior dalam Tarekat KYM yaitu dalam bidang pendidikan, bidang kesehatan, bidang kerasulan dan bidang pengembangan intelektual. Ketiga aspek-aspek yang dibina pada masa yunior yaitu pendewasaan kepribadian, pendidikan ketrampilan, sikap lepas bebas dan perkembangan kerohanian yang utuh.

  Pada bab III, penulis akan berbicara tentang pengolahan hidup bagi perkembangan suster yunior selama masa pembinaan dan pembicaraan ini mencakup tiga hal: Pertama, tentang pengolahan hidup dengan integrasi unsur- unsur psiko-spiritual berdasarkan semangat spiritualitas St. Vincentius a Paulo bagi perkembangan suster yunior selama masa pembinaan. Kedua, membicarakan pengalaman dan pergulatan batin suster yunior yaitu doa, kehidupan bersama, karya kerasulan dan kaul-kaul. Ketiga, pengolahan hidup dengan integrasi berdasarkan spiritualitas St. Vincentius a Paulo bagi perkembangan suster yunior selama masa pembinaan dalam tarekat KYM, unsur psiko – spiritual dalam pembinaan suster yunior tarekat KYM yaitu terdiri dari pengertian pengolahan hidup, tujuan pengolahan hidup dan langkah-langkah pengolahan hidup.

  Bab IV berbicara tentang pengolahan hidup bagi perkembangan suster yunior Tarekat KYM melalui katekese yang meliputi: gambaran katekese, proses katekese dalam pengolahan hidup, peranan katekese dalam pengolahan hidup, pemilihan model katekese, dan memberikan usulan program pembinaan suster yunior tarekat KYM-model pengolahan hidup dan contoh pelaksanaan pengolahan hidup dengan integrasi unsur-unsur psiko – spiritual dalam pembinaan suster yunior Tarekat KYM.

  Bab V Kesimpulan dan Saran: Pada bagian terakhir dari skripsi ini, penulis akan memberi kesimpulan dari keseluruhan isi skripsi dan saran yang diperhatikan oleh tarekat KYM bahwa pengolahan hidup sangat penting bagi perkembangan suster yunior.

BAB II PEMBINAAN PARA SUSTER YUNIOR DALAM TAREKAT KYM Dalam bab ini akan dibahas pembinaan para suster yunior dalam tarekat KYM. Berbicara tentang pembinaan bagi para suster yunior tidak dapat terlepas

  dari pembinaan pada umumnya dalam tarekat KYM. Alasan yang mendasari pandangan ini yakni bahwa masa yuniorat merupakan salah satu tahap pembinaan dalam tarekat KYM. Sehubungan dengan pembicaraan tentang pembinaan maka bagi penulis perlu adanya gambaran umum tentang tarekat KYM berupa: sejarah singkat berdirinya tarekat khususnya latar belakang berdirinya, visi dan misi tarekat, serta spiritualitas tarekat KYM. Hal ini penting dibahas untuk memberi arah yang jelas bagi pembinaan yunior tarekat KYM yang akan terus menerus berlanjut.

  Masa yunior dalam tarekat KYM adalah masa pembinaan yang cukup mendapat perhatian dari tarekat sendiri, terbukti dengan terbentuknya tim pembina dan dianggap berpotensi untuk mendampingi para suster yunior.

  Penulisan skripsi ini bersumber dari konstitusi tarekat KYM, melalui sharing pengalaman, dari sumber-sumber buku yang berhubungan dengan tulisan ini, hasil wawancara dengan para suster yunior serta berdasarkan pengalaman penulis sebagai suster yunior KYM.

A. Sejarah Singkat Berdirinya Tarekat KYM

1. Latar Belakang Berdirinya Tarekat KYM

  Pastor Antonius Van Erp adalah seorang imam diosesan yang lahir di Oss pada tanggal 10 Maret 1797 dari keluarga yang cukup terkemuka (bangsawan).

  Setelah menjadi pastor, Pastor Antonius Van Erp pernah menjadi pastor pembantu di Bruegel dan Boxtel, karena Pastor Antonius Van Erp berfikiran maju dan mempunyai perhatian besar kepada orang-orang kecil akhirnya diangkat menjadi pastor paroki. Sebagai pastor paroki Schjndel, di samping memperhatikan hidup rohani umatnya, beliau juga sangat memperhatikan kehidupan umat (Konst KYM, 2003: 8). Beliau melihat ada begitu banyak umatnya yang sakit-sakitan, cacat dan juga ada banyak gadis-gadis yang pengangguran. Beliau sangat prihatin melihat situasi/keadaan umatnya yang begitu menderita, sehingga beliau bercita-cita mendirikan tarekat baru untuk karya pelayanan kasih. Setiap hari beliau berusaha menggugah hati gadis-gadis agar bersedia membantunya dalam melayani, merawat dan memperhatikan orang-orang sakit.

  Dalam cita-citanya mendirikan tarekat baru, Pastor Antonius van Erp menghadapi banyak tantangan khususnya dari umat di parokinya sendiri yang bersikap acuh tak acuh terhadap rencana dan cita-citanya (Konst KYM, 2003: 8). Kendatipun banyak mengalami tantangan, Pastor Antonius van Erp terus berusaha mewujudkan cita-citanya dengan maksud mendirikan sekolah (pendidikan) katolik kepada anak-anak dan merawat orang-orang yang sakit di parokinya.

  Tuhan ternyata mengabulkan keinginannya, dengan mengirimkan seorang gadis dari paroki tempat beliau bertugas sebelum di Schijndel. Gadis itu bernama Mieke de Bref yang kemudian namanya menjadi Sr. Vincentia de Bref. Mieke de Bref ini diutus oleh Pastor Antonius van Erp ke Biara Suster-suster Belas Kasih (SCMM ) untuk dibina dan dibimbing (Konst KYM, 2003: 53). Setelah dua tahun dibina, dan dibimbing dalam novisiat biara suster-suster Berbelas Kasih, Mieke Bref yang sudah menjadi Sr. Vincentia de Bref kembali ke paroki Schijndel dan menempati sebuah rumah sederhana (Konst KYM, 2003: 53-54 ).

  Bersama dengan tiga suster lain, yaitu Sr. Rosali, Sr. Theresia de Rooy dan Sr. Aloysia van Buch dia menempati rumah itu dan diberi nama “Wisma Karya Cinta Kasih”. Maka pada tanggal 1 November 1836, berdirilah tarekat Cinta Kasih dari Yesus dan Bunda Maria Bunda Pertolongan Baik yang disingkat KYM.

  Tarekat ini dikukuhkan pada tanggal 24 juni 1845 oleh Henricus de Dubbelde Vikaris Apostolis’s Hertogenbosch dengan mengesahkan konstitusi dan peraturan umum tarekat, dan pada tanggal 27 Mei 1881 pengesahan Tahta Suci diterima melalui Sri Paus Leo XIII. Dengan demikian secara yuridis, tarekat ini menjadi Kongregasi Kepausan yang bertujuan kerasulan (bersifat aktif) dengan mengikrarkan kaul sederhana. (Konst KYM, 2003: 6).

  Kehidupan tarekat sangat memprihatinkan tetapi pastor Antoius Van Erp mempunyai kepercayaan yang sangat besar kepada Tuhan bahwa akan menyelenggarakan kehidupan dan perkembangan tarekatnya.

  “Siapa gerangan percaya kepada Tuhan lalu dikecewakan. Betapa pentingnya kepercayaan ini bagi kami, ketika kami berusaha menghimpun anda sekalian, sehingga dapat membaktikan hidup anda demi kehormatan dan kemuliaan Allah, demi kesejahteraan sesama manusia, dan dengan demikian anda mendapat keselamatan bagi diri anda sendiri. Sesungguhnya betapa tidak pasti masa depan kita dan betapa kecil sarana yang tersedia untuk memulai persekutuan ini” (Konst KYM, 2003: 11).

  Melalui surat ini para pengikutnya mampu bersyukur dan memuji karena perlindungan dan penyelenggaran Tuhan seta mengakui bahwa kepercayaan kita kepada Tuhan tidak sia-sia. Tidak lama kemudian jumlah anggota yang masuk dalam persekutuan ini bertambah banyak untuk memperluas dan memperbanyak cinta kasih, seperti pengalaman para rasul yang diutus (Bdk. Yak 1:4).

2. Visi dan Misi Tarekat KYM

  Pastor Antonius van Erp sebagai pendiri Tarekat KYM langsung mengambil semangat St. Vincentius a Paulo sebagai semangat atau spiritualitas tarekat KYM (Konst KYM, 2003: 8). Maka Visi dan Misi Tarekat juga tidak jauh berbeda dari visi dan misi St. Vincentius a Paulo, yakni meneladan Kristus sebagai pelayan orang miskin dan sebagai pewarta injil ( kabar gembira ) dengan melayani orang miskin sesuai dengan kebutuhan (Roman, 1993: 87).

  Dalam pandangan tarekat KYM, St. Vincentius a Paulo mempunyai visi dan misi yang terarah kepada Kristus pencinta kaum miskin yang merupakan suatu tantangan bagi tarekat. Melayani Yesus dalam pribadi orang-orang miskin itulah yang harus diusahakan terus menerus. Pastor Antonius van Erp sebagai pendiri tarekat, mendirikan tarekat juga berawal dari keprihatinan kepada orang-orang miskin dan orang yang kurang diperhatikan serta kurang mendapat pelayanan.

  Tujuan tarekat KYM untuk membantu membangun dunia yang layak untuk dihuni (Konst KYM, 2003: art 1), dengan membangun dunia yang lebih baik orang miskin tidak lepas dari pola dan gaya hidup misi St. Vincentius a Paulo dalam pelayanannya. Pola dan gaya St. Vincetius a Paulo dalam menjalankan misinya adalah dengan menyodorkan “metode kecil” yaitu: sistem menguraikan ajaran mengapa, apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana mengerjakan dan gaya berkhotbah dengan bahasa yang sederhana, lancar sesuai dengan pengertian para pendengar dan dengan gaya natural (Roman, 1990:34).

3. Spritualitas Tarekat KYM

  Dalam Konstitusi Tarekat KYM, dikatakan bahwa Pastor Antonius van Erp yang mendirikan Tarekat KYM mengambil semangat dari St Vincentius a Paulo seorang pekerja sosial terbesar dari Prancis pada abad XVII. Keberadaan tarekat KYM baik dalam praksis hidup maupun dalam bentuk karya masa kini merupakan perwujudan spiritualitas St. Vincentius a Paulo. Dalam pembahasan ini akan dibatasi pengertian spiritualitas dalam konteks spiritualitas tarekat KYM yakni Spiritualitas St.Vincentius a Paulo.

  Kata spiritualitas berasal dari bahasa latin yaitu “spiritus” yang artinya “kerohanian”. Sedangkan pengertian yang lebih luas ialah cara orang menyadari, memikirkan dan menghayati hidup rohaninya atau kenyataan hidup konkret yang mencakup keyakinan iman dan keutamaan-keutamaan serta perwujudannya (Harjawiyata, 1983: 21).

  Spiritualitas St. Vincentius a Paulo berarti meresapkan dan mengenakan semangat Yesus Kristus dalam hidup. Spiritualitas tidak bertumbuh begitu saja dengan sendirinya, jika tidak digali, dipikirkan, direnungkan dan dihayati dalam kenyataan hidup konkrit setiap hari. Maka spiritualitas akan semangat dipengaruhi oleh berbagai unsur. Dan unsur yang paling mempengaruhi adalah bentuk kehidupan, kebudayaan dan perkembangan zaman

  Tarekat KYM sebagai pengikut St. Vincentius a Paulo, juga mempunyai ciri khas tersendiri yang menjadi keutamaan-keutamaan keluarga Vincentian yaitu kesederhanaan, kerendahan hati dan cinta kasih. Inti semangat St. Vincentius a Paulo adalah adalah keprihatinan yang mendalam terhadap orang-orang yang menderita dan berkekurangan. Dalam butir-butir emas yang merupakan kumpulan kata-kata emasnya, St. Vincentius a Paulo menjelaskan siapa orang miskin yang dimaksud. Orang miskin ialah orang yang kehilangan martabat manusianya.

  Orang-orang miskin harus menjadi prioritas dalam pelayanan, jadi jangan dianggap sebagai orang luar. Biarkan ia masuk ke dalam hati sanubarimu, kata St.

  Vincentius a Paulo kepada para pengikutnya. (De Armen, 20 Januari) . Beliau juga senantiasa menekankan kepada pengikutnya untuk selalu memperhatikan orang- orang miskin dengan sepenuh hati.

B. Pembinaan Suster Yunior Tarekat KYM

  Pembinaan para yunior pertama-tama dilaksanakan di komunitas- komunitas, di mana yunior ditempatkan. Dalam komunitas-komunitas ini para yunior diberi kesempatan membangun persekutuan yang mesra dengan Yesus Kristus, menanggapi panggilan Tuhan, dan dibantu untuk berkembang dalam hidup rohani, pembinaan intelektual dan pembinaan pelayanan atau pastoral.

  Masing-masing yunior diharapkan mendapatkan pendampingan rohani dari

  Suster yunior yang baru saja selesai dari masa novisiatnya masih dalam situasi labil, di mana mereka masih baru mengalami hidup dalam komunitas kecil.

  Suasana komunitas novisiat selama ini digeluti jauh berbeda dengan suasana komunitas kecil karena setiap komunitas terdiri dari sekurang-kurangnya tiga orang suster (Stat KYM, art. 1: 9) sehingga suster yunior harus lebih banyak mengorbankan diri, perasaan untuk perkembangan panggilannya.

  Dengan situasi seperti ini, tarekat melihat bahwa mereka perlu didampingi secara khusus mereka perlu dibina dan diarahkan menuju semangat dan cita-cita tarekat. Untuk itu tarekat membentuk tim yang secara khusus menangani para suster yunior. Disamping itu tim pembina bekerjasama dengan para pemimpin komunitas di mana para suster yunior berada, agar membantu memperkembangkan dan memperkaya hidup rohani mereka. Dengan begitu para suster yunior tidak lepas begitu saja, tetapi tetap mendapat pendampingan baik dari pihak pendamping sendiri maupun dari komunitas tempat mereka tinggal.

1. Pembinaan Dalam Tarekat KYM

  Dalam tarekat KYM pembinaan ini mengikuti suatu proses perkembangan, pematangan kepribadian dalam segi intelektual emosional, moral dan spiritual (Pedoman Pembinaan KYM, 2008: ii), dengan adanya pembinaan dalam tarekat KYM sesama suster dapat mengembangkan diri sendiri.

a. Pengertian Pembinaan

  Pengertian pembinaan diartikan suatu proses kegiatan pendampingan bagi para aspiran, postulan, novis atau suster yunior untuk membantu mereka sampai pada misi dan visi tarekat. Peranan pembina terhadap himbauan Konsili Vatikan II ini tentu sangat penting bagi pembinaan baik dalam bidang religius maupun kerasulan, untuk itu para pemimpin sedapat mungkin menciptakan keyakinan serta mengusahakan bantuan bagi yang dibina (OT , art. 4).

  Pembinaan bagi para religius merupakan suatu usaha pendampingan untuk bertumbuh dalam panggilan. Bertumbuh dalam panggilan berarti undangan pada kekudusan dan pemberian diri secara total bagi pengabdian kepada Allah dan sesama dalam diri religius semakin hidup dan bertambah sempurna. Pembinaan juga merupakan sarana untuk menyediakan seseorang yang berkepribadian utuh dan berkualitas, oleh karena mengintegrasikan nilai-nilai Kerajaan Allah (Mardi Prasetya, 2001: 94). Pribadi yang berkualitas tersebut akan mampu dilibatkan dalam arus keselamatan yang dipercayakan Allah kepada seseorang.

  Dengan pembinaan diharapkan religius KYM semakin bertumbuh dalam panggilan. Pertumbuhan dalam panggilan ditandai oleh semakin meningkatnya kemampuan untuk membatinkan nilai-nilai panggilan berdasarkan spiritualitas Tarekat KYM. Pembinaan bagi religius KYM ditujukan juga untuk membentuk telinga dan hati yang mampu mendengar suara Allah dalam diri, dalam kejadian- kejadian dan sejarah serta menjawab dengan cara kristiani.

  Berbicara tentang pembinaan tidak terlepas dari pelaku-pelaku dalam pembinaan yaitu pribadi yang dibina dan pembina. Karena dalam rangka pembinaan iman khususnya orang kristiani, diakui bahwa Allah terlibat aktif dalam pembinaan. Tiap pelaku dalam pembinaan memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing namun tetap dalam kesatuan yang tidak terpisahkan.

b. Tujuan Pembinaan

  Dengan memasuki kongregasi, seorang suster mewajibkan diri untuk mengejar tujuan kongregasi degan cara hidup menurut konstitusi dan semangat kongregasi. Di bawah bimbingan yang baik ia akan berusaha agar pekerjaan dan hidup rohaninya terpadu secara harmonis, sehingga mencapai kematangan rohani dan manusiawi. Ia dituntut keaktifan dan kerelaan untuk membina diri agar semakin menjadi pribadi religius yang matang, dewasa dan tangguh sesuai dengan karisma kongregasi.

  Adapun tujuan pembinaan dalam tarekat KYM yaitu: “Agar hidup setiap anggota semakin hari semakin sesuai dengan Injil Yesus Kristus seturut semangat St.Vinsensius a Paulo dan tuntutan zaman. Pembinaan diperuntukkan bagi setiap anggota, pada segala tingkat umur, dan kongregasi demi pengembangan diri, peningkatan mutu, penghayatan hidup dan pelayanan Kongregasi” (Pedoman Pembinaan KYM, 2008: 1).

  Dalam Pedoman-Pedoman Pembinaan dalam Lembaga-Lembaga Religius (art 16) dikatakan bahwa “Pembinaan bagi para calon, yaitu bertujuan untuk memperkenalkan mereka dengan hidup religius dan membuat mereka menyadari ciri khasnya di dalam Gereja, terutama ditujukan untuk membantu para religius pria dan wanita menyadari kesatuan hidup mereka dalam Kristus melalui roh”.

  Dalam usaha mewujudkan panggilan bagi setiap religius, pembinaan ini mungkin tercapai jika tanpa bantuan orang lain, dalam hal ini pemimpin dan tim pembina. Pemimpin mengusahakan memilih dan menentukan pembina dan pembimbing rohani dengan cermat dan disiapkan dengan baik (PC, art. 18).

  Tim Pembina bertanggungjawab untuk mengembangkan pembinaan yang terarah dan terencana sehingga pembinaan berhasil sesuai dengan apa yang diharapkan pembina maupun subyek binaan. Pembina sejati selalu menyadarkan keterlibatan kedua belah pihak yaitu para pembina sendiri dan subyek binaan.

  Pembinaan tidak berhenti pada pertama-tama yang sudah diprogramkan akan tetapi mesti didukung dan kreatifitas dari para pembina.

c. Metode Pembinaan

  Pembinaan bermaksud membantu setiap anggota untuk bertumbuh dalam kekuatan Roh Kudus dan persatuan dengan Sabda Allah dalam komunitas. Agar calon maupun anggota kongregasi KYM tumbuh dan berkembang, pembinaan, perlu dilaksanakan secara integral, dan terarah kepada pembentukan komunitas yang total dan integral tersebut terarah kepada kematangan pribadi sebagai biarawati.

  Pembawaan dan latar belakang merupakan titik tolak bagi pembinaan dalam membantu religius KYM untuk berkembang menjadi pribadi yang utuh.

  Untuk mencapai cita-cita pembinaan tersebut maka digunakan beberapa metode: doa, meditasi, kontemplasi, refleksi, dan sharing. Dalam rangka pembinaan metode berarti cara kerja yang bersistem demi kemudahan pelaksanaan kegiatan untuk mencapai tujuan pembinaan dalam Tarekat KYM. Untuk menjelaskan metode pembinaan ini sebagian menggunakan gagasan, Mardi Prasetya SJ, yang tertuang dalam buku Psikologi Hidup Rohani 2.

  Metode dalam pembinaan yang pertama adalah doa. Dalam Katekismus

  

Gereja Katolik (No: 2590) dikatakan bahwa “Doa adalah pengangkatan jiwa

  kepada Allah, atau suatu permohonan yang ditujukan kepada Allah untuk memperoleh hal-hal yang benar.” Darminta (1997: 47) mengatakan bahwa “dalam doa permohonan terungkap kesadaran akan hubungan manusia dengan Allah baik sebagai mahkluk ciptaan Allah maupun sebagai anak Allah dalam kesatuan dengan Kristus”. Kalau dilihat dari segi dinamika hidup manusia dan kebutuhannya untuk membangun hidup, yaitu perlunya memiliki pengalaman dicintai dan berharga, pada dasarnya merupakan ungkapan kerinduan untuk mengalami dan meyakini bahwa dirinya sungguh berharga dan dicintai. Sebagai mahluk ciptaan Allah, sikap yang pertama adalah menyembah.

  Manusia memuliakan Tuhan sebagai ciptaan penyelamat yang membebaskan manusia dari yang jahat. Manusia menyembah dan mencintai Allah yang kudus di atas segala-galanya. Dalam relasi sebagai anak Allah, manusia berdoa penuh kepercayaan dengan perantaraan Kristus dan digerakkan oleh Roh Kudus, dan dengan begitu manusia semakin dewasa secara rohaniah dan memiliki daya yang memancar dan membangkitkan daya hidup sesamanya (Darminta, 1997: 55).

  Dalam rangka pembinaan religius KYM, doa merupakan keterarahan hati kepada Allah dan permohonan untuk memperoleh hal-hal yang baik. Doa juga merupakan pengungkapan hubungan antara religius KYM dengan Allah baik sebagai pencipta maupun sebagai Bapa karena telah diangkat menjadi anak dalam Kristus. Dalam buku Keluarga Vinsensian Indonesia dikatakan bahwa :

  “St.Vinsensius merupakan orang yang aktif berkarya, juga seorang kontemplatif dan mengikat dirinya kepada Tuhan dan menyerahkan dirinya kepada kasih Allah, dan ia sangat mendorong para pengikutnya dengan berseru: Serahkanlah dirimu seutuhnya pada hidup doa, karena hanya melalui hidup doa segala kebaikan akan datang dalam hidupmu. Kalau kita taat akan panggilan kita, bersyukurlah karena itu adalah buah doa. Seperti Allah tak pernah menolak doa. demikianpun Ia tidak pernah memberikan apapun pada mereka yang tidak berdoa”. ( Sudaryanto, 2000: 31) Dengan demikian doa bagi Tarekat KYM dan orang Kristen berarti mengungkapkan iman, iman untuk menanggapi pengungkapan diri Allah sebagai

  Bapa. Pada dasarnya doa adalah tanggapan dan jawaban iman, pengharapan dan cinta kasih. Jika ternyata kedua relasi tersebut tidak dihayati sepenuhnya maka manusia sepantasnya semakin merendahkan diri dan percaya kepada Kristus sambil meminta ampun dan kekutan untuk memperbaiki diri.

  Metode pembinaan yang kedua adalah meditasi. Meditasi adalah cara berdoa yang memusatkan kemampuan manusia untuk memahami dan merasakan misteri iman yang sedang direnungkan, (Mardi Prasetya, 1992: 339). Dalam meditasi manusia juga memperdalam sistem nilai dan pertimbangan hidup baik.

  Sudaryanto, 2000: 26 mengatakan bahwa “St.Vinsensius mengarahkan komunitasnya untuk melakukan doa batin dan kemudian diwujudkan dalam hidup sehari-hari”. Penekanannya diarahkan pada pikiran, akal budi, tapi semua ini diarahkan kepada suatu perbuatan yang sesuai dengan yang didinginkan misalnya Bagi religius KYM, pemahaman akan misteri iman serta pertimbangan tentang hidup baik sangat membantu usaha penataan panggilan hidup yang selalu terarah kepada Allah dan sesama.

  Kontemplasi merupakan metode yang ketiga dalam pembinaan. Kontemplasi adalah cara doa yang lebih banyak menuntut kemampuan integrasi budi dan hati atau rasional dan afeksi (Mardi Prasetya, 1992: 339). Dalam kontemplasi manusia diajak untuk menggunakan seluruh daya dalam hidup untuk merasakan dan meresapkan kekayaan rohani yang disajikan oleh bahan tertentu.

  Kemudian budi untuk menimbulkan angan-angan, gambaran dan fantasi tempat kejadian serta melihat pribadi dalam episode iman yang sedang direnungkan.