UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN MASA TUA BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA DI INDONESIA MELALUI KATEKESE SKRIPSI

  

UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN MASA TUA

BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA

DI INDONESIA

MELALUI KATEKESE

S K R I P S I

  Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  Program Studi Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik Oleh:

  Berliana Aritonang NIM: 041124022

  

PROGRAM STUDI ILMU PENDIDIKAN

KEKHUSUSAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

  

PERSEMBAHAN

  Skripsi ini kupersembahkan kepada semua anggota Kongregasi FCJM di Indonesia khususnya anggota yang sudah menjalani masa lanjut usia

  

MOTTO

  ”Belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.”

  (Luk 11:29b)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.

  Yogyakarta, 5 Agustus 2008 Penulis

  Berliana Aritonang

  

ABSTRAK

  Skripsi ini berjudul UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN MASA TUA BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA DI INDONESIA MELALUI KATEKESE. Pemilihan judul ini bertitik tolak dari keprihatinan penulis terhadap penerimaan masa tua bagi para suster FCJM lanjut usia di Indonesia. Suatu kenyataan yang tak bisa dipungkiri, semakin tahun jumlah para suster FCJM lanjut usia semakin meningkat, namun banyak di antara mereka kurang menyadari bahwa mereka sudah berada pada taraf umur tersebut. Mereka kurang menerima bahwa dirinya sudah menjadi tua, sehingga kurang siap menerima segala tantangan dan pergulatan yang ada pada umur lanjut usia. Penulis mengamati kenyataan ini terjadi karena kekurang pengetahuan para suster FCJM tentang masa lanjut usia dengan segala kekayaan, makna dan nilainya, tetapi juga melemahnya fisik sehingga mengakibatkan menderita sakit, kurangnya tenaga dan lain sebagainya. Kurangnya kesadaran untuk mempersiapkan masa tua, mengakibatkan para suster FCJM yang lanjut usia tidak berusaha mencari tahu tentang tahap lanjut usia, bahkan seakan-akan mereka mencoba menjauhkan masa lanjut usia dari hidup mereka.

  Persoalan pokok dalam skripsi ini adalah bagaimana usaha katekese dalam membantu para suster FCJM lanjut usia di Indonesia untuk menerima masa tuanya sebagai masa yang bermakna dan bernilai. Untuk mengkaji masalah ini, penulis mengamati dan studi pustaka. Pengamatan dapat memperkaya studi pustaka dan diperdalam dengan refleksi sehingga semakin memberikan gagasan- gagasan untuk dapat menemukan upaya dalam membantu para suster FCJM untuk menerima masa tuanya.

  Hasil analisa tersebut dipaparkan bahwa katekese merupakan salah satu usaha untuk membantu para suster FCJM lanjut usia dalam menerima masa tuanya. Melalui katekese ini mereka dapat merefleksikan pengalaman hidupnya, khususnya pengalaman pergulatan untuk sampai pada suatu pemaknaan dari setiap pengalaman khususnya pengalaman penderitaan. Katekese membantu para suster FCJM semakin beriman kepada Kristus, dengan demikian dapat menerima penderitaan dan sakit dengan merasakan bahwa kasih Tuhan bekerja melalui pengalaman tersebut. Untuk sampai pada pemaknaan tersebut katekese model shared christian praxis sebagai salah satu model dialog.

  

ABSTRACT

  This paper is entitled “AN EFFORT TO INCREASE AN

ACCEPTATION OF THE OLD AGE FOR THE FCJM OLD NUNS IN

  

INDONESIA THROUGH CATECHISM”. The choosing of this title departs from

  our concern of the way of our old nuns accepting their old age in Indonesia. As a matter of fact, the number of FCJM nuns increases every year and similarly the number of old nuns too. However, not all of the old nuns recognize this reality. They do not want to accept that they are growing older so that they are not ready for many challenges and problems that come together with the stage of age. Even in some particular cases some of them try to avoid this natural truth. As the best of our knowledge, this phenomenon takes place because the FCJM nuns are short of information of the meaningful old age with its richness and values. In addition to this, when they are sick and face some particular problems of the old age their situation is getting worse. Therefore we think that it is necessary to help the old nuns to prepare their old age by giving them deeper information concerning to details of the old age. As a result they can accept their old age calmly and live it in a deep faith. Then their old age will become a blessed time and grateful one.

  The main concern of this paper is the functio n of catechism in helping the Indonesian FCJM old nuns to accept their old age as a valuable and meaningful time. As a method of this work we use a library research and a daily observation. Through the library research and reflections we enrich our daily experiences so as to offer some ideas to help the old nuns in accepting their condition.

  From our study we find that catechism can serve as an effort to help FCJM old nuns to accept their old age. Through the catechism they can reflect their experiences especially their struggles and challenges so as to attain a deeper understanding of their sufferings and their sicknesses. The catechism helps them to reach a true faith to Christ. As a result they can recognize their sicknesses as participation to the suffering of Christ and experience God’s love in that situation. The nuns need to prepare themselves through spiritual activities to plan their last days in their journeys to the new life prepared by God the Father. In order to attain the understanding of the old age as a meaningful and valuable time, we use the Shared Christian Praxis catechism as a dialogue model that tries to unite and to combine the daily experiences together with a biblical Christian experience.

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

  Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : BERLIANA ARITONANG Nomor Mahasiswa : 041124022

  Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :

UPAYA MENINGKATKAN PENERIMAAN MASA TUA BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA DI INDONESIA MELALUI KATEKESE

  beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me- ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

  Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Yogyakarta, 23 September 2008 Yang menyatakan

  ( )

BERLIANA ARITONANG

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Allah Bapa karena kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul UPAYA MENINGKATKAN

PENERIMAAN MASA TUA BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA DI INDONESIA MELALUI KATEKESE.

  Skripsi ini diilhami oleh keprihatinan penulis terhadap kurangnya pemahaman terhadap nilai dan makna yang terkandung dalam tahap umur lanjut usia.

  Kekurang pemahaman ini sangat berpengaruh kepada kurangnya tingkat penerimaan masa tua bagi para suster FCJM lanjut usia di Indonesia. Masa lanjut usia sering dilihat dari sisi negatif, yang membawa mereka ke arah yang traumatis atau penolakan masa lanjut usia itu sendiri. Oleh karena itu penyusunan skripsi ini dimaksudkan untuk meningkatkan penerimaan masa tua bagi para suster FCJM, agar mereka dapat memaknai dan menerima masa tua, sebagai suatu anugerah dan rahmat yang khusus dari Tuhan. Dengan demikian dalam setiap peristiwa hidup, baik pengalaman kelemahan maupun kesakitan, mereka tetap mengandalkan kekuatan Tuhan yang selalu berkarya dalam kehidupan khususnya melalui pengalama n penderitaan dan kesakitan. Selain itu, skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Tersusunnya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak, baik secara langsung maupun tidak langsung. Pada kesempatan ini penulis dengan setulus hati mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  1. Dr. J. Darminta, S.J., selaku dosen pembimbing utama yang telah memberikan perhatian, meluangkan waktu dan membimbing penulis dengan penuh kesabaran, memberi masukan- masukan, dan kritikan-kritikan sehingga penulis dapat termotivasi dalam me renungkan gagasan-gagasan dari awal hingga akhir penulisan skripsi ini.

  2. Bapak Y. Kristianto, SFK, selaku dosen wali dan dosen penguji II yang terus menerus mendampingi penulis selama perkuliahan sampai selesainya penulisan skripsi ini.

  3. Ibu Dra. J. Sri Murtini, M.Si., selaku dosen penguji III yang selalu mengingatkan penulis untuk segera menyelesaikan skripsi ini.

  4. Segenap Staf Dosen Prodi IPPAK-JIP, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, yang telah mendidik dan membimbing serta mendukung penulis selama belajar hingga selesainya skripsi ini.

  5. Segenap Staf Sekretariat dan Perpustakaan Prodi IPPAK, dan seluruh karyawan bagian lain yang telah memberi dukungan kepada penulis dalam penulisan skripsi ini.

  6. Sr. Avelina Simbolon, FCJM beserta Dewannya, yang telah memberi perhatian kepada penulis berupa materi dan spiritual, memberi waktu dan kesempatan bagi penulis untuk belajar hingga menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  7. P. Salvador Perusquia, SX, yang telah bersedia membaca dengan teliti mulai dari awal penulisan skripsi ini, memberikan saran dan komentar yang sangat berguna dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini serta memberikan dukungan dan

  8. Sahabat-sahabat mahasiswa khususnya angkatan 2004/2005 yang turut berperan dalam menempa pribadi dan memurnikan motivasi penulis menjadi pewarta kabar gembira di zama n yang penuh tantangan ini.

9. Para suster anggota komunitas FCJM Yogyakarta yang telah mendukung, memotivasi dan mendorong penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

  10. Bapak, ibu, dan saudara-saudariku yang memberikan perhatian dan dukungan berupa doa-doa selama penulis menempuh studi di Yogyakarta sampai berakhirnya penulisan skripsi ini.

11. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah dengan tulus membantu penulis hingga berakhirnya penulisan skripsi ini.

  Penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan pengalaman, sehingga penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca demi perbaikan skripsi ini. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan ma nfaat bagi semua pihak yang berkepentingan.

  Yogyakarta, 5 Agustus 2008 Penulis

  Berliana Aritonang

  

DAFTAR ISI

  13 1. Pengertian Lanjut usia ......................................................................

  25 B. Lanjut Usia Menurut Kitab Suci ..........................................................

  23 4. Tahap-tahap lanjut usia ....................................................................

  21 b. Gejala-gejala mental......................................................................

  21 a. Gejala-gejala fisik..........................................................................

  17 3. Gejala-gejala lanjut usia ...................................................................

  13 2. Proses menjadi lanjut usia ................................................................

  13 A. Pokok-Pokok Lanjut Usia Pada Umumnya..........................................

  Halaman JUDUL ................................................................................................................ i PERSETUJUAN PEMBIMBING....................................................................... ii PENGESAHAN .................................................................................................. iii PERSEMBAHAN ............................................................................................... iv MOTTO ............................................................................................................... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA.............................................................. vi ABSTRAK .......................................................................................................... vii ABSTRAC T........................................................................................................ viii KATA PENGANTAR......................................................................................... ix DAFTAR ISI....................................................................................................... xii DAFTAR SINGKATAN..................................................................................... xvi BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................

  10 BAB II. MASA LANJUT USIA.........................................................................

  10 F. Sistematika Penulisan ............................................................................

  10 E. Metode Penulisan...................................................................................

  9 D. Manfaat Penulisan.................................................................................

  9 C. Tujuan Penulisan ...................................................................................

  1 B. Rumusan Masalah..................................................................................

  1 A. Latar Belakang ......................................................................................

  26

  1. Sikap tanpa pamrih...........................................................................

  57 A. Tantangan Masa Lanjut Usia................................................................

  72 2. Berlatih melepaskan diri dan bijaksana ............................................

  72 1. Menerima masa lanjut usia...............................................................

  70 C. Peluang Masa Lanjut Usia ....................................................................

  69 4. Menjadi pelupa .................................................................................

  68 3. Egoisme di masa lanjut usia .............................................................

  66 2. Dendam dan iri hati terhadap yang muda.........................................

  65 1. Menolak lanjut usia ..........................................................................

  63 B. Pergulatan Masa Lanjut Usia ...............................................................

  63 4. Kesedihan.........................................................................................

  61 3. Kehilangan diri.................................................................................

  58 2. Kesepian...........................................................................................

  57 1. Pengasingan......................................................................................

  50 BAB III. TANTANGAN, PERGULATAN DAN PELUANG MASA LANJUT USIA ....................................................................................

  35 2. Ingatan..............................................................................................

  49 F. Lanjut Usia Dalam Kongregasi FCJM .................................................

  48 5. Mengembangkan hobi......................................................................

  47 4. Memelihara.......................................................................................

  46 3. Berdoa ..............................................................................................

  45 2. Kegiatan hidup beriman...................................................................

  44 1. Kegiatan amal kasih .........................................................................

  42 E. Peranan Kaum Lanjut usia ...................................................................

  40 2. Kitab Suci.........................................................................................

  40 1. Gereja ...............................................................................................

  39 D. Tempat Lanjut Usia ..............................................................................

  38 5. Visi hidup yang lebih lengkap..........................................................

  37 4. Kebergantungan satu sama lain........................................................

  37 3. Pengalaman ......................................................................................

  73

  5. Mengatasi rasa duka.........................................................................

  78 6. Mengatasi penderitaan......................................................................

  79 7. Mene mukan kebahagiaan.................................................................

  81 8. Bersyukur dan bersukacita ...............................................................

  83 9. Mencapai keutuhan ..........................................................................

  85 10. Menyiapkan kematian, menantikan kebangkitan...........................

  86 D. Gambaran Umum Pergulatan Roha ni Kaum Lanjut Usia ....................

  88 E. Pergulatan Rohani Para Suster FCJM Lanjut Usia di Indonesia..........

  94 BAB IV. SUMBANGAN KATEKESE DALAM USAHA MENINGKATKAN PENERIMAAN MASA TUA BAGI PARA SUSTER FCJM LANJUT USIA .............................................. 100

  A. Gambaran Umum Katekese ................................................................. 101

  1. Pengertian katekese umat................................................................. 102

  2. Tujuan katekese ................................................................................ 105

  3. Isi katekese ....................................................................................... 107

  4. Tugas-tugas katekese........................................................................ 108

  a. Katekese memberitakan Sabda Allah dan mewartakan Kristus ......................................................................................... 108

  b. Katekese mendidik untuk beriman.............................................. 109

  c. Katekese mengembangkan Gereja .............................................. 110

  5. Unsur-unsur katekese ..................................................................... 110

  a. Pengalaman/praktek hidup .......................................................... 110

  b. Komunikasi pengalaman iman.................................................... 111

  c. Komunikasi dengan tradisi kristiani............................................ 111

  d. Arah keterlibatan baru................................................................. 111

  B. Peranan Katekese Dalam Upaya Membantu Para Suster FCJM Lanjut Usia Menerima Masa Tua ......................................................... 112

  C. Pemilihan Model Katekese: ”Shared Christian Praxis” (SCP) ........... 114

  1. Pengertian “Shared Christian Praxis:.............................................. 114

  a. Shared.......................................................................................... 115

  b. Christian...................................................................................... 116

  a. Langkah pendahuluan ................................................................. 117

  b. Langkah pertama: pengungkapan pengalaman hidup faktual.......................................................................................... 117 c.

  Langkah kedua: refleksi kritis dan sharing pengalaman hidup faktual................................................................................ 118 d. Langkah ketiga: mengusahakan supaya tradisi dan visi Kristiani lebih terjangkau............................................................ 119 e.

  Langkah keempat: Interpretasi/tafsir dialektis antara tradisi dan visi kristiani dengan tradisi dan visi peserta.............. 120 f.

  Langkah kelima : Keterlibatan baru demi makin terwujudnya Kerajaan Allah di dunia ini .................................... 120 D. Usulan Program Katekese .................................................................... 121

  1. Pengertian Program.......................................................................... 121

  2. Tujuan usulan Program .................................................................... 121

  3. Pemikiran dasar untuk program katekese......................................... 123

  4. Program katekese jangka pendek ..................................................... 126

  E. Contoh Katekese Model ”Shared Christian Praxis” (SCP)................. 131

  1. Katekese model “Shared Christian Praxis” I .................................. 131

  2. Katekese model “Shared Christian Praxis” II ................................. 145

  BAB V KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 161 A. Kesimpulan............................................................................................ 161 B. Saran ..................................................................................................... 163 DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 167 LAMPIRAN: Lampiran 1: Cerita ”Allah Sungguh Mendengarkan Semua Doa” Lampiran 2: Cerita ”Makna Penderitaan”

DAFTAR SINGKATAN A.

  Singkatan Kitab Suci Seluruh singkatan Kitab Suci dalam skripsi ini mengikuti Kitab Suci

  Perjanjian Baru: dengan Pengantar dan Catatan Singkat. (Dipersembahkan kepada Umat Katolik Indonesia oleh Ditjen Bimas Katolik Departemen Agama Republik Indonesia dalam rangka PELITA IV). Ende: Arnoldus, 1984/1985, hal.

  8. B. Singkatan Dokumen Resmi Gereja

  CT : Catechesi Tradendae, Anjuran Apostolik Paus Yohanes Paulus UU kepada para Uskup, Klerus, dan segenap umat beriman tentang katekese masa kini, 16 Oktober 1979.

  C.

  Singkatan Lain Art : Artikel.

  Bdk : Bandingkan. Dr : Doktor. Dra : Doktoranda. Drs : Doktorandus. FCJM : Fransiscanae Filiae Sanctissimae Cordis Jesus et Mariae.

  (Suster-Suster Fransiskan Puteri-Puteri Hati Kudus Yesus dan Maria).

  IPPAK : Ilmu Pendidikan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik. JIP : Jurusan Ilmu Pendidikan. LBI : Lembaga Biblika Indonesia. Lih : Lihat. No : Nomor. PKKI : Pertemuan Kateketik antar Keuskupan se-Indonesia. PS : Puji Syukur . SCP : Shared Christian Praxis.

  S.J. : Serikat Yesus. SX : Serikat Xaverian. TV : Televisi. USD : Universitas Sanata Dharma.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa lanjut usia merupakan suatu tahap yang pasti akan dijalani oleh semua

  orang bila sudah mencapai umur tertentu. Masa lanjut usia ini tidak dapat dielakkan oleh siapapun kalau dia tidak dipanggil Tuhan pada masa mudanya. Namun sadar ataupun tidak, masa lanjut usia seringkali dihindari, disingkirkan, dan dielakkan oleh banyak orang, mengingat masalah yang ada di dalamnya. Oleh karena itu, di antara mereka ada yang memaksakan diri supaya tampak sehat dan normal seperti sediakala, mengerjakan pekerjaan yang dulu biasa dilakukan, tetapi tidak jarang pekerjaan ini justru mengganggu ritme pekerjaan yang lain, karena harus memberikan perhatian khusus (Sudiarja A., 2005: 2).

  Masalah- masalah yang dihadapi pada masa lanjut usia pada umumnya berhubungan dengan fisik. Orang yang mencapai lanjut usia mulai merasa lemah dan akhirnya terpaksa pensiun ataupun tidak mempunyai pekerjaan lagi. Dalam situasi ini, orang cenderung mengalami kesepian yang luar biasa karena tidak mempunyai kesibukan lagi seperti sediakala dan juga merasa ditinggalkan orang-orang yang dulunya dekat dalam satu unit kerja. Maka dalam tahap ini, orang pada umumnya mengalami krisis, khususnya yang biasanya aktif dan menjabat beberapa tugas rangkap selama masa medior.

  Sudiarja, A. (2005: 2) menggambarkan hal yang sama tentang pengalaman bahwa di antara biarawan/ti yang sudah terbiasa sibuk dengan berbagai macam pekerjaan pada masa mudanya, kehilangan pekerjaan di masa lanjut usia dapat mengakibatkan kehilangan eksistensinya. Kehilangan pekerjaan bagi orang yang lanjut usia dapat juga berakibat kehilangan keberadaan hidupnya di komunitas di mana mereka tinggal. Mereka mengalami kekosongan dalam hidup dan bahkan bagi mereka, hidup tidak berarti lagi. Dalam mengalami kenyataan ini sering dijumpai orang-orang yang sudah lanjut usia menjadi rewel dan sulit dalam hidup bersama. Salah satu penyebab bahwa mereka itu menjadi semakin sulit dalam hidup bersama karena mengalami krisis usia lanjut, yang dengan sendirinya mengakibatkan kurang menerima diri bahwa mereka sudah menjadi tua.

  Paul Suparno (2004: 36) mengemukakan beberapa problem sekitar masa pensiun Pertama, “over sindrom”, sindrom kekuasaan. Ini dialami mereka yang biasanya bekerja hebat dan memegang banyak tugas dan jabatan, namun tiba-tiba harus melepaskan semuanya. Kalau tidak siap menerimanya, akhirnya mereka mengalami stres, bingung, dan tidak tahu apa yang harus dikerjakan. Kedua, merasa tidak berarti lagi. Orang yang sudah pensiun merasa seperti tidak digunakan lagi dan tidak mempunyai penghasilan bagi komunitasnya. Mereka merasa kehilangan kekuasaannya karena pada umumnya orang-orang menurut i kehendak mereka, namun setelah pensiun, mereka tidak berkuasa lagi. Akhirnya, mereka menjadi bingung karena semuanya berubah; hal seperti ini terjadi bagi orang-orang yang mempunyai kekuasaan dan mempunyai bawahan yang dapat dimintai tolong untuk mengerjakan tugas-tugas yang diprioritaskan. Namun setelah menjadi tua, mereka dibuang atau ditolak. Ketiga, merasa kesepian. Pada waktu masih aktif, mereka berjumpa dan dijumpai banyak orang, tetapi setelah pensiun perjumpaan denga n orang sangat terbatas. Keempat, menjadi cepat drop. Beberapa di antara orang tua menjadi drop dan sakit-sakitan, apalagi mereka yang tidak diberi tugas baru.

  Melihat realitas di atas, menurut pendapat penulis, masalah lanjut usia perlu dipikirkan oleh semua orang yang tidak hanya terbatas oleh biarawan/ti tetapi juga oleh keluarga-keluarga, agar para orang tua dapat menerima masa tua dengan penuh syukur. Penerimaan ini tentunya tidak cukup diperhatikan pada saat menjelang pensiun, tetapi dibutuhkan suatu persiapan yang sebaiknya sudah dimulai sejak masa muda. Maka, orang yang masih muda, perlu mempertanyakan diri, apakah senja yang akan datang dapat saya terima dengan hati dan suasana yang dewasa? Dengan kesadaran ini, setiap orang mungkin terdorong untuk mempersiapkan diri di masa tua, misalnya dengan menekuni beberapa hobi, sehingga setelah menjalani masa tua dapat melanjutkan hobinya sebagai kegiatan yang dapat mengisi hidup.

  Beberapa tahun terakhir ini, masalah- masalah lanjut usia sering menjadi fokus yang dibahas karena dirasa penting dan mendesak oleh beberapa pihak.

  Mendesaknya pemikiran terhadap lanjut usia ini mengingat jumlah populasi lanjut usia di Indonesia yang semakin hari semakin meningkat, selaras dengan meningkatnya taraf hidup dan pelayana n kesehatan. Kondisi ini membuat jumlah orang lanjut usia semakin tinggi. Di Indonesia, angka harapan hidup meningkat dari 65 tahun (1997) menjadi 73 tahun (2025). Kondisi ini akan menempatkan Indonesia pada urutan ke 3 yang memiliki populasi lanjut usia terbanyak di dunia pada tahun

  Sebenarnya meningkatnya jumlah lanjut usia ini bukan hanya di Indonesia, tetapi juga terjadi di seluruh dunia pada umumnya. Hal ini dapat dibuktikan di Amerika yang dewasa ini menjadi gawat dibanding masa- masa sebelumnya. Ini terjadi karena angka kelahiran yang semakin menurun, maka persentasi orang lanjut usia semakin bertambah. Pada tahun 1850 penduduk Amerika yang berumur 65 tahun ke atas hanya 2,5%, sekarang mencapai 10% atau 20 juta orang. Menurut proyeksi statistik, satu dari tiga orang yang kini berumur 50 tahun atau lebih, masih akan hidup di tahun ini. Maka diperkirakan pada waktu ini sekurang-kurangnya 30 juta orang Amerika akan berumur 65 tahun (Deeken, 1986: 9-10).

  Dengan jumlah populasi lanjut usia ini, Simone de Beauvoir melukiskan sikap peradaban orang Barat terhadap orang lanjut usia sebagai sebuah gambaran yang suram. Ia menyatakan bahwa orang lanjut usia sering diperlakukan secara tidak manusiawi. Generasi muda sering mengejek, memeras, dan merendahkannya. Orang- orang yang hidup makmur di Barat cenderung memperlakukan orang tua sebagai barang dagangan, dikirim ke Yayasan-yayasan yang mengurusi rumah-rumah orang jompo atau rumah-rumah rawat bagi mereka yang mampu me mbayar. Sedangkan mereka yang miskin mengalami penderitaan karena pelayanan yang kurang memadai (Deeken, 1986: 11).

  Nowmen dan Gaffney (1986: 21-14) menguraikan penelitian dan analisis yang dilakukan Simone de Beauvoir mengenai bertambahnya usia. Dia menyimpulkan, “…sebagian besar dari umat manusia memandang datangnya hari tua dengan sedih dan sikap menolak. Hari tua lebih mencemaskan mereka daripada bahwa manusia itu seperti barang yang pecah-dibuang”. Hal seperti ini dialami oleh banyak orang berusia lanjut pada zaman ini. Seringkali dalam masyarakat, orang tua tidak mempunyai lagi tempat. Mereka diasingkan, dipisahkan, dan disingkirkan seperti penderita kusta yang menularkan penyakit. Mereka tidak lagi dianggap sebagai warga masyarakat yang penuh, sehingga bagi banyak orang merasa menjadi tua itu jauh lebih menakutkan dari pada kematian.

  Masalah- masalah semacam ini bukan hanya terjadi dalam dunia yang luas pada umumnya tetapi juga dalam dunia biarawan/ti. Seperti yang diutarakan Paul Suparno (2006: 34), bahwa biarawan/ti juga mengalami konflik terhadap para anggota yang lanjut usia. Dia menerangkan beberapa gejala yang dapat kita amati bila seseorang mengalami krisis ketuaan. Menurut Paul Suparno (2006: 34) ada empat gejala krisis ketuaan yang dialami oleh orang yang sudah lanjut usia. Keempat gejala itu adalah pertama, orang mudah frustrasi. Orang mudah tidak puas dengan pelayanan-pelayanan yang dilakukan dan yang diterima, merasa kesepian, mudah jengkel dengan dirinya sendiri, dan kadang merasa tidak kerasan dengan hidupnya. Kedua, orang sulit menerima keadaan dirinya. Ia merasa sudah tua, tidak lincah seperti waktu masih medior dan kadang merasa tidak dimanfaatkan oleh Kongregasi lagi. Ketiga, orang sudah sakit-sakitan. Sedikit-sedikit merasa tidak sehat, lemah, tidak mampu dan beberapa menjadi mudah mengeluh tentang fisiknya. Keempat, mengalami konflik dalam dirinya. Kadang maunya ingin aktif pergi ke sana-ke mari, tetapi ternyata fisik tidak mampu karena mudah lelah. Kadang mau berdoa panjang- panjang, tetapi waktu masuk kapel sebentar saja sudah mengantuk. Kadang ingin berjalan mengunjungi banyak tempat, tetapi setelah pergi sebentar lagi sudah capek dan tidak kuat lagi, ingin pulang saja.

  Berkaitan dengan masalah di atas penulis melihat bahwa masalah ini mirip dengan masalah yang terjadi dalam Kongregasi FCJM. Dari jumlah anggota Kongregasi yang mencapai dua ratusan lebih, penulis melihat sudah ada 28 orang suster (11,47%) yang telah mencapai lanjut usia dan dalam tahun-tahun berikutnya banyak yang akan menjelang lanjut usia (Statistik FCJM, 2007:6). Dengan kata lain, beberapa tahun ke depan para suster yang lanjut usia akan bertambah dan peristiwa ini akan menjadi masala h yang perlu ditangani secara serius dan menurut pendapat penulis, masalah ini menjadi suatu keprihatinan dalam Kongregasi FCJM .

  Dalam menanggapi masalah tersebut, para suster FCJM Se-Indonesia telah membuat suatu tahap awal dengan mendirikan rumah khusus bagi para suster yang sudah lanjut usia. Sudiarja A., (2005: 2) mengatakan hal yang sama bahwa dalam menanggapi persoalan masa tua, Tarekat religius banyak yang sudah memikirkan membangun rumah masa senja bagi anggotanya yang sudah tidak dapat bekerja lagi karena usia tua. Namun, ada satu keprihatinan, sebagian besar para suster FCJM lanjut usia belum bersedia untuk tinggal di rumah tersebut. Mereka lebih senang tinggal di komunitas-komunitas di mana para suster FCJM berkarya. Di sini penulis melihat adanya kesalahan paradigma dari para suster yang sudah lanjut usia. Mereka beranggapan bahwa rumah lansia merupakan rumah persiapan untuk menghadapi kematian.

  Masing- masing anggota di komunitas bersedia memberikan pelayanan bagi kekurangpuasan dari segi pelayanan, khususnya dari pihak mereka yang sudah lanjut usia. Sementara tidak semua anggota komunitas mengetahui dan memahami masalah dan kebutuhan mereka yang sudah lanjut usia. Untuk itu diharapkan setiap suster dapat mengerti dan memahami masalah- masalah masa tua serta mengetahui kebutuhan mereka. Dengan demikian, setiap anggota komunitas dapat memberikan perhatian dan pelayanan bagi suster lanjut usia sesuai dengan situasi dan kebutuhan mereka.

  Penulis melihat bahwa kebutuhan yang mendesak bagi para suster FCJM yang sudah lanjut usia, bukanlah pertama-tama rumah megah yang layak untuk mereka, melainkan bagaimana mempersiapkan mereka untuk menerima masa tuanya. Kebutuhan ini belum serius dipikirkan dan menurut pengamatan penulis, para suster yang sudah memasuki masa lanjut usia sungguh membutuhkan pendampingan khusus supaya mereka benar-benar merasakan bahwa masa tua bukanlah masa penderitaan, melainkan masa berahmat yang patut disyukuri. Dengan demikian, para suster lanjut usia senantiasa mengalami kegembiraan yang memancar melalui sikap dan perbuatannya.

  Melihat kemauan yang kuat dari para suster lanjut usia untuk tetap tinggal di komunitas-komunitas karya, dalam tahun-tahun terakhir ini para suster yang sudah pensiun diberi kebebasan memilih komunitas yang kiranya cocok untuk mereka sendiri. Di sana, mereka hidup bersama para suster dan mengerjakan tugas-tugas yang biasa dikerjakan tanpa diwajibkan. Pada umumnya dengan senang hati mereka bekerja melaya ni sesuai dengan kemampuan, dan pelayanan itu membawa mengapa para suster FCJM lanjut usia masih belum mendapatkan pelayanan khusus, karena mereka ma sih tinggal di beberapa komunitas.

  Bila dalam tahun-tahun ini para suster yang lanjut usia masih berada di komunitas-komunitas, beberapa tahun ke depan fisik mereka akan semakin lemah sehingga mereka membutuhkan pelayanan di tempat yang khusus. Dengan pemikiran ini, penulis melihat bahwa pendampingan lanjut usia merupakan salah satu kebutuhan yang sangat mendesak dan perlu ditanggapi secara serius. Oleh karena itu Kongregasi FCJM mendorong penulis memikirkan salah satu tema yang berkaitan dengan lanjut usia sebagai salah satu sarana yang diharapkan untuk dapat memenuhi sebagian dari kebutuhan Kongregasi tersebut. Tulisan ini diharapkan dapat membantu Kongregasi FCJM untuk mengatasi masalah yang dihadapi pada saat ini, di mana para suster lanjut usia sebagia n besar kurang menerima masa tuanya. Sulit melepaskan tugas perutusan karena mereka merasa masih kuat untuk meneruskan dan memegang tugas tersebut. Bila terpaksa meninggalkan tugas, mereka merasa kurang berharga, kurang diterima, kurang mendapat perhatian dan muncul segala macam perasaan-perasaan yang menganggap diri kurang diterima oleh sesama. Akibatnya tanpa disadari, mereka menjadi orang sulit dan rewel di komunitas- komunitas.

  Dengan latar belakang tersebut di atas, penulis termotivasi untuk memberikan sumbangan dalam menanggapi permasalahan yang dialami Kongregasi FCJM, khususnya bagi para suster FCJM lanjut usia, agar mereka dapat menerima dan mens yukuri masa tua sebagai masa yang berahmat. Maka penulis memilih judul,

  

Usia Di Indonesia Melalui Katekese”. Karya tulis ini diharapkan berguna bagi

  Kongregasi FCJM, khususnya bagi mereka yang lanjut usia, agar dapat menerima masa tuanya. Bagi anggota Kongregasi yang lain, dapat mengerti dan memahami masalah masa tua serta dapat mempersiapkan diri menerima masa tua di kemudia n hari.

B. RUMUSAN MASALAH

  Dengan melihat latar belakang di atas sehubungan dengan penerimaan masa lanjut usia dalam Kongregasi FCJM di Indonesia, permasalahan yang akan dibahas dirumuskan sebagai berikut.

1. Bagaimana keberadaan para suster FCJM lanjut usia di Indonesia? 2.

  Tantangan, pergulatan dan peluang apa sajakah yang dialami para suster FCJM dalam masa tuanya dan bagaimana cara menghadapinya?

  3. Bagaimana katekese dapat menyumbangkan upaya meningkatkan penerimaan masa tua bagi para suster FCJM lanjut usia?

C. TUJUAN PENULISAN

  Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut.

  1. Mendeskripsikan pemahaman tentang keberadaan masa tua, agar para suster FCJM memahami dan menerima keberadaannya sebagai lanjut usia.

  2. Mendeskripsikan tantangan, pergulatan dan peluang yang dialami para suster alami dan siap menerima masa tuanya sebagai anugerah serta semakin mengalami cinta Allah yang membimbing hidupnya dari waktu ke waktu.

3. Memberikan sumbangan kepada Kongregasi FCJM dalam upaya pendampingan bagi para suster FCJM yang sudah lanjut usia.

D. MANFAAT PENULISAN

  Menambah wawasan dan pengetahuan bagi penulis dan pembaca tentang keberadaan lanjut usia dengan segala pergulatannya, sehingga dapat memahami dan membantu mereka yang sudah lanjut usia dalam menerima masa tua sebagai anugerah. Memberi masukan kepada anggota Tarekat FCJM di Indonesia supaya semakin mengetahui dan memahami keberadaan para suster FCJM lanjut usia, sehingga dapat memberikan pelayanan yang tepat sesuai dengan kebutuhan para suster lanjut usia.

  E.

METODE PENULISAN.

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis akan menggunakan metode deskriptif yakni data-data yang diperoleh dari studi pustaka untuk memperoleh gambaran tentang keberadaan masa tua dengan segala tantangan dan pergulatannya. Dengan demikian dapat merefleksikan salah satu upaya meningkatkan penerimaan masa tua bagi para suster FCJM yang sudah dan yang masih menjelang masa lanjut usia.

F. SISTEMATIKA PENULISAN

  Dalam sistematika penulisan skripsi ini, penulis akan menyampaikan pokok-

  Bab I, penulis mengawalinya dengan pendahuluan yang membahas latar belakang penulisan judul skripsi. Latar belakang penulisan judul skripsi berdasarkan permasalahan-permasalahan yang penulis temukan dalam kehidupan religius pada umumnya dan secara khusus dalam Kongregasi FCJM di Indonesia. Permasalahan- permasalahan ini ditemukan melalui pengalaman serta pengamatan penulis dalam hidup bersama di beberapa komunitas, sharing antar teman Medior, maupun dengan beberapa suster Senior serta informasi dari Dewan Pimpinan Propinsi Indonesia, yang mengungkapkan keprihatinan terhadap penerimaan masa tua bagi para suster

  FCJM yang lanjut usia.

  Permasalahan-permasalahan ini menimbulkan keprihatinan Kongregasi dan penulis. Dengan demikian penulisan skripsi ini dapat memberi sumbangan pemikiran bagi Kongregasi FCJM, sehingga dapat membantu meningkatkan pene rimaan masa tua bagi para anggota yang sudah lanjut usia. Selain itu dalam Bab I ini penulis menguraikan rumusan masalah, tujuan penulisan dan manfaat penulisan berdasarkan latar belakang. Di bagian akhir pendahuluan, penulis menguraikan secara singkat sistematika serta isi keseluruhan skripsi.

  Pada bab II, penulis menguraikan tentang masa lanjut usia secara umum. Penulisan bab ini terdiri dari enam bagian yang dimulai dari pokok-pokok lanjut usia pada umumnya, lanjut usia menurut Kitab Suci, makna dan nilai lanjut usia, tempat bagi kaum lanjut usia, peranan kaum lanjut usia dan lanjut usia dalam Kongregasi FCJM. Tujua n penulisan ini, agar para suster FCJM lanjut usia di Indonesia memahami keberadaan dirinya, mengetahui kekayaan yang ada di dalamnya,

  Pada bab III, penulis menulis tentang tantangan, pergulatan dan peluang masa lanjut usia. Bab ini dibagi menjadi lima bagian yaitu tantangan masa lanjut usia, pergulatan masa lanjut usia, peluang masa lanjut usia kemudian dilanjutkan dengan gambaran umum pergulatan rohani kaum lanjut usia dan diakhiri dengan pergulatan rohani para suster FCJM lanjut usia di Indonesia. Penulisan bab ini berguna untuk mendeskripsikan tantangan, pergulatan, dan peluang yang dialami para suster FCJM lanjut usia, agar mereka sadar akan pergulatan dan tantangan yang mereka alami dan siap menerima masa tuanya sebagai anugerah serta semakin mengalami cinta Allah yang membimbing hidupnya dari waktu ke waktu.

  Pada bab IV, penulis menulis tentang sumbangan katekese dalam usaha meningkatkan penerimaan masa tua bagi para suster FCJM lanjut usia. Bab ini dimulai dengan gambaran umum katekese, peranan katekese dalam upaya membantu para suster FCJM lanjut usia menerima masa tua, pemilihan model katekese: Shared

  

Christian Praxis (SCP). Agar ketekese ini sungguh terarah dan bermanfaat bagi

  Kongregasi, pada bagian keempat penulis mengusulkan program pelaksanaan katekese yang dapat diterapkan untuk membantu anggota Kongregasi yang sudah lanjut usia dalam menerima masa tuanya.

  Pada bab V, penulis menuliskan kesimpulan dan usulan berdasarkan uraian dari seluruh bab dalam skripsi ini. Kesimpulan dan usulan berguna sebagai bahan pemikiran bagi Kongregasi FCJM untuk membantu para suster FCJM lanjut usia dalam menerima masa tuanya.

BAB II MASA LANJUT USIA a. Pokok-Pokok Lanjut Usia Pada Umumnya 1. Pengertian Lanjut Usia Masa lanjut usia sering diartikan masa lemah, masa kemunduran baik fisik

  maupun sosial, justru itu dalam masa ini banyak orang yang tidak mempunyai semangat hidup. Orang membayangkan masa lanjut usia sebagai masa yang tak berguna, menderita berbagai penyakit, mengalami penurunan fungsi otak, menjadi beban bagi yang muda, tidak mendapatkan keluarga, masyarakat dan sebagainya, sehingga menyebabkan ketakutan bagi setiap orang yang akan mengalaminya. Tidak jarang orang seperti ini memandang usia tua sebagai perjalanan yang traumatis dan yang bereaksi terhadap usia tua mereka, dengan sikap-sikap yang berkisar antara kepasrahan yang pasif dan pemberontakan, penolakan dan keputusasaan (Dewan Kepausan untuk Kaum Awam, 2002: 17). Orang-orang seperti ini biasanya terkungkung dengan diri sendiri dan merasa tersingkir karena ulah mereka sendiri, sehingga proses kemerosotan jasmani dan mental mereka menurun cepat.

  Ada beberapa istilah lanjut usia atau masa tua yang dipakai oleh para ahli. Menurut Miramis (1993: 3), ada beberapa istilah yang dipakai untuk golongan lanjut usia, tetapi belum ada pembakuan arti. Ada yang menyebutnya “manula” (manusia lanjut usia), ada yang mengatakan “lansia” (lanjut usia) atau “usila” (usia lanjut) dan ada pula yang menamakannya “glamur” (golongan lanjut umur). Dengan lanjut usia belum memadai. Sampai saat ini para penulis atau para ahli belum ada yang menyebutkan kaum lanjut usia dengan menggunakan istilah “manusia tua” atau “masa tua”. Tua rasanya diartikan sebagai sesuatu yang lebih negatif, bila dipandang dari sisi manusia.

  Dari beberapa istilah tersebut di atas, maka dalam tulisan ini penulis akan menggunakan istilah lanjut usia. Karena menurut hemat penulis, mereka yang sudah berada pada tahap umur tua, lebih senang dengan istilah lanjut usia.

  Bock (2007: 2) menulis beberapa arti tentang kata tua yaitu pertama, tua berarti sudah lama hidup, kedua, tua berarti sudah masak untuk dipetik (buah- buahan). Ketiga, tua juga dapat berarti tinggi mutunya, misalnya emas. Keempat, dalam arti lebih luas tua berarti berharga dan terpelihara seperti misalnya bangunan yang tua tetap dipelihara dan dilindungi, agar tetap awet bagi generasi-generasi yang akan datang. Kelima, tua juga dapat berarti teruji dan terpilih.

  Pengertian-pengertian di atas mengandung makna positif. Bila dikaitkan dengan mereka yang sudah lanjut usia, bisa dikatakan bahwa hidup mereka lebih bermutu karena sudah melakukan hal- hal yang berharga, baik terhadap dirinya sendiri maupun sesamanya. Maka pengertian tua bila dilihat dari sisi manusia berarti mereka sudah lama hidup. Mereka yang sudah lama hidup mempunyai pengalaman hidup yang lebih, dibanding dengan mereka yang masih muda. Melalui berbagai macam pengalaman hidup yang membahagiakan, khususnya pengalaman yang menantang, menjadikan kaum lanjut usia menjadi bermutu karena sudah teruji dalam melewati masa-masa sulit. Dengan demikian, mutu hidup mereka sudah lebih tinggi