BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Berbasis Sekolah 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah - ANALISIS PELAKSANAAN PROGRAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH DI SD NEGERI 4 PENGADEGAN - repository perpustakaan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Berbasis Sekolah 1. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah Manajemen berbasis sekolah merupakan sebuah program yang di canangkan oleh pemerintah dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) merupakan padanan kata dari School-

  based Management (SBM). Bank Dunia (dalam Suparlan, 2013:49)

  memberikan pengertian bahwa: MBS adalah desentralisasi level otoritas penyelenggara sekolah kepada level sekolah. Tanggung jawab dan pengambilan keputusan terhadap pelaksana atau penyelenggara sekolah telah diserahkan kepada kepala sekolah, guru-guru, pada orang tua siswa, kadang-kadang pada peserta didik atau siswa dan anggota komunitas sekolah yang lainnya. Pengertian Manajemen Berbasis Sekolah menurut Sediono (2003:7) bahwa: Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) pada hakekatnya adalah penyerasian sumber daya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah dengan melibatkan semua kelompok kepentingan (stakeholder) yang terkait dengan sekolah secara langsung dalam proses pengambilan keputusan untuk memenuhi kebutuhan peningkatan mutu sekolah atau untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

  Kemendikbud (2013:7) menyebutkan definisi MBS adalah pengelolaan sumberdaya yang dilakukan secara mandiri oleh sekolah, dengan mengikutsertakan semua kelompok kepentingan yang terkait dengan sekolah dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan peningkatan mutu

  

9 sekolah. Pengertian MBS menurut Nurkolis (2003:11) adalah Model pengolahan sekolah dengan memberikan kewenangan yang lebih besar pada tingkat sekolah untuk mengelola sekolahnya sendiri secara langsung. Kewenangan sekolah yang dimiliki terjadi karena pergeseran kekuasaan dari pemerintah pusat atau pemerintah daerah kepada sekolah langsung dalam pengelolaan sekolah. Kewenangan besar yang dimiliki sekolah berupa otonomi, tanggung jawab, dan partisipasi dalam menentukan program- program sekolah. Definisi MBS dapat disimpulkan sebagaid model penyelenggaraan pendidikan yang memberikan otonomi atau keleluasaan pada kepala sekolah untuk menyusun dan melaksanakan program pendidikan di sekolah sesuai dengan kebutuhannya melalui pemberdayaan sumber-sumber daya yang ada termasuk partisipasi masyarakat. Penerapan program MBS diharapkan dapat mencerminkan adanya upaya peningkatan pemberian pelayanan penyelenggaraan pendidikan secara demokratis, transparan dan akuntabel secara nyata untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih efisien dan efektif.

2. Peran Kepala Sekolah dalam MBS

  Nurkolis (2005:119-122) menjelaskan bahwa peran kepala sekolah dalam MBS memiliki banyak fungsi yaitu sebagai manajer, administrator, supervisor, inovator dan motivator, sedangkan Wohlstetter dan Mohrman (dalam Nurkolis (2005:122) menjelaskan bahwa peran kepala sekolah dalam MBS adalah sebagai motivator dan fasilitator. Suryosubroto (2010:182-184) menjelaskan bahwa peran kepala sekolah dalam MBS yaitu sebagai supervisor dan manajer pendidikan. Rohiat (2010:33-37) menyebutkan ada dua peran besar kepala sekolah yaitu sebagai manajer dan sebagai pemimpin. Wahjosumidjo (2005:96) juga berpendapat bahwa kepala sekolah sebagai manajer harus mampu malakukan kegiatan perencanaan, pengorganisasian, memimpin dan mengendalikan. Peneliti menarik simpulan dari berbagai deskripsi teori di atas bahwa peran kepala sekolah dalam MBS yaitu sebagai manajer, fasilitator, supervisior, inovator, motivator dan administrator. Peran kepala sekolah sangat mempengaruhi kesuksesan pelaksanaan MBS suatu sekolah karena dalam MBS kepala sekolah merupakan individu yang mempunyai peran paling penting dan paling banyak dalam pelaksanaannya.

3. Pembelajaran Aktif Kreatif Efektif dan Menyenangkan (PAKEM)

  

PAKEM merupakan strategi pembelajaran yang menjadi ciri khas dari

  MBS. Syaifuddin dan Anshory (2008, 6:15-16) menyebutkan PAKEM adalah singkatan dari pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Aktif dimaksudkan bahwa dalam proses pembelajaran guru harus menciptakan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan, dan mengemukakan gagasan. Kreatif maksudnya, pengembangan kegiatan belajar yang beragam sehingga memenuhi berbagai tingkat kemampuan peserta didik. Efektif artinya menghasilkan apa yang harus dikuasai peserta didik setelah proses pembelajaran berlangsung sesuai dengan komptensi yang ditetapkan. Menyenangkan adalah suasana belajar- mengajar yang membuat peserta didik memusatkan perhatiannya secara penuh pada belajar sehingga waktu curah perhatiannya tinggi dan kerasan di sekolah. Kemendikbud (2013:26) menjelaskan tujuan akhir dari penerapan PAKEM yaitu agar peserta didik mampu berpikir kritis, kreatif, peka terhadap lingkungan, bersikap mandiri, dan bertanggung jawab serta mampu menyelesaikan masalah yang dihadapi. Secara lebih rinci PAKEM dapat dijelaskan sebagai berikut: a.

   Pembelajaran Aktif

  Uno dan Mohamad (2011:10) menjelaskan bahwa pembelajaran aktif merupakan sebuah strategi yang memosisikan guru sebagai orang yang menciptakan suasana belajar yang kondusif atau sebagai fasilitator dalam belajar, sementara siswa sebagai peserta belajar yang harus aktif.

  Pembelajaran aktif berdasarkan Kemendikbud (2013:26) tidak hanya aktif secara fisik tetapi juga aktif secara mental dan emosional.

b. Pembelajaran Kreatif

  Uno dan Mohamad (2011:12) menjelaskan definisi dari pembelajaran kreatif adalah salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan kemampun berpikir siswa. Pembelajaran kreatif harus mampu melahirkan peserta didik yang kreatif. Uno dan Mohamad (2011:153) menjelaskan bahwa guru dalam pembelajaran kreatif dituntut dapat menumbuhkan minat belajar para siswa. Guru dalam penampilan yang sejati dituntut menunjukkan perwujudan pribadi yang utuh, unik dan holistik. Guru dalam pembelajaran yang kreatif perlu memberikan kesempatan bagi peserta didik untuk mengembangan potensi yang dimiliki secara optimal.

c. Pembelajaran Efektif

  Uno dan Mohamad (2011:13) mendefinisikan pembelajaran yang efektif adalah salah satu strategi pembelajaran yang diterapkan guru dengan maksud untuk menghasilkan tujuan yang telah ditetapkan. Yusuf Hadi Miarso (dalam Uno dan Mohamad, 2011:173) memandang pembelajaran efektif adalah pembelajaran yang dapat menghasilkan hasil belajar yang bermanfaat dan terfokus pada siswa (student centered) melalui penggunaan prosedur yang tepat. Uno dan Mohamad (2011:14) juga menjelaskan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang mempertimbangkan karakteristik siswa, bagaimana kemampuan siswa, metode apa yang cocok digunakan, media apa yang pas diterapkan serta evaluasi pembelajaran yang didasarkan pada kemampuan siswa.

d. Pembelajaran Yang Menyenangkan

  Pembelajaran yang menyenangkan menurut Uno dan Mohamad (2011:15) merupakan proses pembelajaran yang berjalan dengan baik dan menarik bagi siswa yang belajar. Kemendikbud (2013:27) menjelaskan dalam PAKEM, guru hendaknya dapat menciptakan suasana kelas yang menyenangkan sehingga anak merasa aman, nyaman, tentram dan jauh dari rasa takut salah/tertekan.

  Durori (2002:xiii-xiv) menjelaskan ciri-ciri PAKEM jika dilihat dari dua sudut pandang dari segi guru dan siswa yaitu: Dari segi guru: A = Aktif, guru aktif:

   Membantu kegiatan belajar siswa  Memberi umpan balik  Mengajukan pertanyaan yang menantang  Mempertanyakan gagasan siswa

  K = Kreatif, guru kreatif:  Mengembangkan kegiatan yang beragam  Membuat alat bantu belajar sederhana

  E = Efektif  Mencapai tujuan pembelajaran

  M = Menyenangkan, pembelajaran:  Tidak membuat anak takut salah  Tidak membuat anak takut ditertawakan  Tidak membuat anak takut dianggap sepele

  Dari segi siswa: A= Aktif, siswa aktif:

   Bertanya  Mengemukakan gagasan  Mempertanyakan gagasan

  K = Kreatif, siswa:  Merancang/memuat sesuatu  Menulis mengarang

  E = Efektif, siswa:  Menguasai keterampilan yang diperlukan

  M = Menyenangkan, pembelajaran:  Membuat anak berani mencoba/berbuat  Membuat anak berani bertanya  Membuat anak berani mengemukakan gagasan/pendapat  Membuat anak berani mempertanyakan gagasan orang lain

  Secara garis besar peneliti menarik simpulan dari berbagai kajian teori di atas bahwa PAKEM merupakan strategi pembelajaran yang menggunakan prinsip aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Pembelajaran yang aktif mampu menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran yang kreatif mampu mengembangkan kreativitas siswa. Pembelajaran yang efektif mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan sedang pembelajaran yang menyenangkan mampu menjadikan siswa merasa senang dan tertarik terhadap pembelajaran.

4. Peran Serta Masyarakat dalam MBS

  Rohiat (2010:67) menjelaskan esensi hubungan sekolah dan masyarakat adalah untuk meningkatkan keterlibatan, kepedulian, kepemilikan dan dukungan dari masyarakat terutama dukungan moral dan finansial. Nurkolis (2005:127-128) memiliki pendapat bahwa masyarakat memiliki peran yang penting demi kemajuan pendidikan, antara lain sebagai berikut: a. Penggerak, dengan membentuk badan kerjasama pendidikan dengan menghimpun kekuatan dari masyarakat agar semakin peduli terhadap pendidikan.

  b. Informan dan penghubung, yaitu menginformasikan harapan dan kepentingan masyarakat kepada sekolah dan menginformasikan kondisi sekolah kepada masyarakat sehingga masyarakat mengetahui keadaan sekolah.

  c. Kordinator, yang mengkordinasikan kepentingan sekolah dengan kebutuhan bisnis di lingkungan masyarakat tersebut.

  d. Pengusul, yang mengusulkan kepada pemerintah daerah agar dilakukan pajak untuk pendidikan, artinya lembaga bisnis dan individu dikenai pajak untuk pendanaan pendidikan sehingga sekolah semakin maju dan bermutu.

  Simpulan yang dapat peneliti ambil bahwa masyarakat memiliki peran yang cukup besar dalam pelaksanaan MBS. Masyarakat dalam MBS memiliki banyak peran seperti memberikan dukungan moral serta finansial terhadap pelaksanaan pendidikan di sekolah, membantu kepala sekolah menjalankan tugasnya yang berhubungan dengan pelayanan kepada masyarakat, penggerak, penghubung, kordinator dan pengusul kebijakan demi kemajuan sekolah.

B. Program BOS dan Sekolah Gratis 1. Pengertian BOS

  UUD 1945 hasil amandemen ke-4 tahun 2002 pasal 31 ayat 2 (dalam Syaifuddin, 2008:36) menjelaskan bahwa setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan Pemerintah wajib membiayainya. Realisasi kebijakan terbebut berbentuk Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Pengertian BOS (Kemendikbud, 2013:2) adalah program pemerintah yang pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya operasi non personalia bagi satuan pendidikan dasar sebagai pelaksana program wajib belajar. Biaya personalia dalam PP 48 Tahun 2008 Tentang Pendanaan Pendidikan adalah biaya untuk bahan atau peralatan pendidikan habis pakai, dan biaya tak langsung berupa daya, air jasa telekomunikasi, pemeliharan sarana dan prasarana, uang lembur, transportasi, konsumsi, pajak dll. Implikasi dari adanya dana BOS dapat dilihat dari tujuan program BOS baik secara umum maupun secara khusus. Kemendikbud (2013:2) menjelaskan secara umum program BOS bertujuan untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Tujuan khusus program BOS (Kemendikbud, 2008:2) yaitu: a. Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLB negeri dan SMP/SMPLB (terbuka) negeri terhadap biaya operasi sekolah, kecuali pada rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah bertaraf Internasional (SBI). Sumbangan/pungutan bagi sekolah RSBI dan SBI harus tetap mempertimbangkan fungsi pendidikan sebagai kegitan nirlaba, sehingga sumbangan/pungutan tidak boleh berlebihan.

  b. Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di sekolah negeri maupun swasta.

  c. Meringankan beban biaya operasional bagi siswa di sekolah swasta. Peneliti menarik simpulan bahwa BOS merupakan program pemerintah berupa penyediaan pendanaan biaya operasioal sekolah bagi satuan pendidikan dasar yang mengharuskan sekolah yang memperoleh dana BOS membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD/SDLM dan SMP/SMPLB, membebaskan pungutan bagi siswa miskin dan meringankan biaya siswa disekolah swasta. Timbal balik dari sekolah yang menerima dana BOS yaitu sekolah tersebut dilarang menarik pungutan wajib bagi siswa. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa sekolah yang menerima dana BOS harus menerapkan sistem sekolah gratis, karena dalam aturan sekolah yang menerima dana BOS dilarang untuk menarik dana bagi siswa yang bersekolah di sekolah tersebut.

2. Penggunaan Dana BOS

a. Komponen Pembiayaan

  

Kemendikbud (2013:22) menjelaskan penggunaan dana BOS di sekolah

  harus didasarkan pada kesepakatan dan keputusan bersama antara Tim Manajemen BOS Sekolah, Dewan Guru, dan Komite Sekolah. Hasil kesepakatan di atas harus dituangkan secara tertulis dalam bentuk berita acara rapat dan ditanda tangani oleh peserta rapat. Dana BOS yang diterima oleh sekolah, dapat digunakan untuk membiayai komponen kegiatan-kegiatan berikut : 1) Pengembangan perpustakaan. 2) Kegiatan dalam rangka penerimaan siswa baru. 3) Kegiatan pembelajaran dan ekstra kulikuler siswa. 4) Kegiatan ulangan dan ujian. 5) Pembelian bahan-bahan habis pakai. 6) Langganan daya dan jasa. 7) Perawatan sekolah. 8) Pembayaran honorarium bulanan guru honorer dan tenaga kependidikan honorer.

  9) Pengembangan profesi guru. 10) Membantu siswa miskin. 11) Pembiayaan pengelolaan BOS. 12) Pembelian perangkat komputer.

  13) Biaya lainnya jika komponen 1-12 telah terpenuhi pendanaannya dari BOS.

b. Larangan Penggunaan Dana BOS 1) Disimpan dengan maksud dibungakan.

  2) Dipinjamkan kepada pihak lain. 3) Membeli Lembar Kerja Siswa (LKS). 4) Membiayai kegiatan yang tidak menjadi prioritas sekolah dan memerlukan biaya besar, misalnya studi bunding, tur studi (karya wisata) dan sejenisnya. 5) Membiayai kegiatan yang diselenggarakan oleh UPTD

  Kecamatan/Kabupaten/Kota/Provinsi/Pusat, atau pihak lainnya, kecuali untuk menanggung biaya siswa/guru yang ikut serta dalam kegiatan tersebut. 6) Membayar bonus dan transportasi rutin untuk guru. 7) Membeli pakaian/seragam/sepatu bagi guru/siswa untuk kepentingan pribadi (bukan inventaris sekolah), kecuali untuk siswa penerima BSM.

  8) Digunakan untuk rehabilitasi sedang dan berat. 9) Membangun gedung/ruangan baru. 10) Membeli bahan/peralatan yang tidak mendukung proses pembelajaran. 11) Menanamkan saham. 12) Membiayai kegiatan yang telah dibiayai dari sumber dana pemerintah pusat atau pemerintah daerah secara penuh/wajar.

  13) Membiayai kegiatan penunjang yang tidak ada kaitannya dengan operasi sekolah, misalnya membiayai iuran dalam rangka perayaan hari besar nasional dan upacara keagamaan/acara keagamaan. 14) Membiayai kegiatan dalam rangka mengikuti pelatihan/sosialisasi/ pendampingan terkait program BOS/perpajakan program BOS yang diselenggarakan lembaga di luar SKPD pendidikan Provinsi / Kabupaten/ Kota dan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan.

  Peneliti menarik simpulan bahwa pada dasarnya program BOS dan Sekolah Gratis dibuat oleh pemerintah untuk meningkatkan mutu pendidikan. Pemerintah telah menetapkan aturan mengenai penggunaan dana BOS. Dana Bos diharapkan mampu menjadi solusi nyata untuk mewujudkan wajib belajar 9 tahun. Masyarakat diharapkan sadar akan pentingnya pendidikan dan termotivasi untuk menyekolahkan anaknya minimal sampai tingkat SMP.

Dokumen yang terkait

Manajemen Berbasis Sekolah Pdf

0 0 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Evaluasi Program Manajemen Berbasis Sekolah (Pilar Manajemen Sekolah) di SD Negeri Pengilon Kecamatan Bulu Kabupaten Temanggung

0 0 29

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Manajemen Risiko 1. Pengertian Manajemen Risiko - 5. BAB II KAJIAN PUSTAKA

0 0 29

BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Manajemen a. Pengertian Manajemen Pembelajaran - BAB 2 Revisi Cetak 2017

0 1 28

BAB II LANDASAN TEORI MANAJEMEN PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS PESANTREN A. Manajemen Pendidikan 1. Pengertian Manajemen Pendidikan - KARAKTER BERBASIS PESANTREN PROGRAM BILINGUAL CLASS SYSTEM (BCS) DI MADRRASAH ALIYAH NEGERI (MAN) 2 KUDUS TAHUN 2016 - STAI

0 1 46

BAB II MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT DAN PENINGKATAN MUTU MADRASAH A. Konsep Dasar Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat 1. Pengertian Manajemen Pendidikan Berbasis Masyarakat - IMPLEMENTASI MANAJEMEN PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT DALAM PEN

0 0 54

BAB II LANDASAN TEORI A. Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah 1. Pengertian Manajemen Sekolah - Implementasi Fungsi Manajemen Sekolah Dalam Meningkatkan Mutu LUlusan di SMK Muhammadiyah Pringsewu - Raden Intan Repository

1 3 44

BAB II KAJIAN TEORI A. Perpustakaan Sekolah 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah - LAELLY WAHYUNINGSIH BAB II

0 0 15

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Perpustakaan 1. Pengertian Perpustakaan Sekolah - PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DALAM MENDORONG MINAT BACA SISWA DI SD N 2 KEDUNGMENJANGAN - repository perpustakaan

1 6 36

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Manajemen Sekolah 1. Pengertian Manajemen - YANUAR A. BAB II

0 0 35