PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, NON PERFORMING FINANCING, CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET BANK SYARIAH MANDIRI

PENGARUH PEMBIAYAAN JUAL BELI, NON PERFORMING

  

FINANCING, CAPITAL ADEQUACY RATIO TERHADAP RETURN ON

ASSET BANK SYARIAH MANDIRI

SKRIPSI

  Oleh:

SELY AYU MELINAWATI

  210211038

  

Pembimbing:

  

IKA SUSILOWATI, S.E, M.M

NIP : 197906142009012005

JURUSAN MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH

  

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) PONOROGO

2018

  

ABSTRAK

Ayu, Sely. 2018.

  “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Non Performing Financing,

  Capital Adequacy Ratio Terhadap return On Asset Bank Syariah

  Mandiri. Skripsi, Jurusan Muamalah Fakultas Syariah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Ponorogo. Pembimbing: Ika Susilowati, S.E, M.M.

  

Kata Kunci : Pembiayaan Jual Beli, Non Performing Financing (NPF), Capital

Adequacy Ratio (CAR) dan Return On Asset (ROA)

  Penelitian ini dilakukan pada PT. Bank Syariah Mandiri Indonesia yang memiliki peningkatan pertumbuhan aset di tiap tahunnya. Terutama pada tahun 2017 yaitu sebesar 87.940 miliar atau tumbuh 11,55% dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya sebesar 78.832. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pembiayaan jual beli, non performing financing (NPF), capital

  

adequacy ratio (CAR) terhadap return on asset (ROA) secara parsial maupun

simultan.

  Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Pengambilan sampel dalam penelitian ini, yaitu menggunakan metode purposive

  

sampling dengan kriteria yaitu data laporan keuangan perusahaan bank syariah

  mandiri per-tahun mulai dari tahun 2008-2017 melalui website atau situs resmi perbankan. Adapun analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda dan diuji dengan pengujian asumsi klasik. Dan untuk mengetahui pengaruh secara parsial digunakan uji t serta pengaruh secara simultan digunakan uji F. Untuk menganalisis data menggunakan windows.

  Berdasarkan hasil pengujian secara parsial variabel pembiayaan jual beli berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Syariah Mandiri dengan nilai signifikan sebesar 0,016 < 0,05 nilai alpha

  (α). Pengujian secara parsial variabel NPF (non performing financing) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA Bank Syariah Mandiri dengan nilai signifikan sebesar 0,001 < 0,05 nilai alpha

  (α). Pengujian secara parsial variabel CAR (capital adequacy ratio) tidak berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah Mandiri dengan nilai sig. 0,291 > 0,05 nilai alpha ( α).

  Berdasarkan hasil pengujian hipotesis secara simultan menggunakan uji F, didapatkan nilai signifikasi 0,001 lebih kecil dari nilai alpha (0,05), dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembiayaan jual beli, NPF, dan CAR berpengaruh secara bersama-sama terhadap ROA Bank Syariah Mandiri. nilai

  

Adjusted R Square sebesar 0,870, hal ini menunjukkan variasi nilai besarnya ROA

  adalah 87,0% sertas sisanya 13,0% yang kemudian dijelaskan oleh variabel lain diluar penelitian.

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbankan sebagai entitas bisnis yang berpegang penting dalam

  kegiatan pembangunan mengalami perkembangan yang signifikan. Paket kebijakan oktober 1988 (Pakto 88), Undang-Undang (UU) perbankan No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang dilanjutkan perubahan UU Perbankan melalui UU No. 10 Tahun 1998 menjadi dasar hukum bagi perkembangan yang dimaksud, serta memberikan sumbangan yang penting, inovatif, dan prospektif bagi operasional dan produk perbankan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat.

  Sistem perbankan konvensional yang telah ada sebelumnya menjadi diharapkan dapat memenuhi kebutuhan semua elemen masyarakat akan jasa perbankan tanpa ragu lagi mengenai boleh atau tidaknya memakai jasa

  1 perbankan terutama jika ditinjau dari kaca mata agama.

  Apalagi keberadaan perbankan syariah saat ini telah mendapat pijakan yang kokoh yakni dengan diundangkannya Undang-Undang No.21 th 2008 tentang Perbankan Syariah. Keluarnya undang-undang tersebut sejalan dengan tujuan pembangunan nasional Indonesia untuk mencapai terciptanya masyarakat adil dan makmur berdasarkan demokrasi ekonomi, dengan 1 Abdul Ghofur Anshori, Hukum Perbankan Syariah (UU No. 21 Tahun 2008) (Bandung: mengembangkan sistem ekonomi yang berdasarkan pada nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan, dan kemanfaatan yang sesuai dengan prinsip syariah.

  Diundangkannya undang-undang ini juga dilatar belakangi adanya kebutuhan masyarakat Indonesia akan jasa-jasa perbankan syariah yang semakin meningkat. Sementara itu, pengaturan mengenai perbankan syariah di dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam undang-undang

  2 tersendiri yaitu UU No. 21 Tahun 2008.

  Bank sebagai salah satu lembaga keuangan memiliki fungsi yaitu menghimpun dana dari masyarakat kemudian dana yang telah terhimpun lalu

  3

  disalurkan kembali kepada masyarakat. Dalam perbankan syariah pihak ketiga yang menggunakan prinsip wadiah (titipan) dan mudha>rabah (bagi hasil) dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito. Sedangkan dalam penyalurannya bank syariah menyalurkan dananya dalam bentuk pembiayaan-pembiayaan yang menggunakan prinsip jual beli, bagi hasil, dan

  4 sewa.

  2 Abdul Ghofur Anshori, Perbankan Syariah di Indonesia, Edisi Revisi (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2009), 7. 3 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi (Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN, 2005), 261. 4 Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking (Sebuah Teori, Konsep, dan

  Dalam pengalokasian dananya bank mempunyai tujuan yaitu, Mencapai tingkat profitabilitas yang cukup dan risiko yang rendah. Serta mempertahankan kepercayaan masyarakat dengan menjaga agar posisi

  5 likuiditas tetap aman.

  Karena bank syariah merupakan lembaga keuangan syariah yang berorientasi pada laba (profit). Maka untuk dapat memperoleh hasil yang optimal, bank syariah dituntut untuk melakukan pengelolaan danannya secara efisien dan efektif, baik atas dana-dana yang dikumpulkan dari masyarakat (Dana Pihak Ketiga), serta dana modal pemilik atau pendiri bank syariah

  6 maupun atas pemanfaatan atau penanaman dana tersebut.

  Profitabilitas merupakan rasio yang menunjukkan tingkat efektifitas yang dicapai melalui usaha operasional bank, yang meliputi: profit margin,

7 ROA, ROE, dan BOPO. Profit margin adalah rasio yang menggambarkan

  pendapatan yang diterima dari kegiatan operasionalnya. ROA adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan ROE modal sendiri. Sedangkan BOPO adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan

  8 operasional. 5 6 Muhammad, Manajemen Bank, 271.

  Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 247. 7 8 Ibid., 254.

  Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan, Edisi kedua (Bogor: Ghalia Indonesia,

  Tingkat keuntungan yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controlable factors) dan faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrolable factors). Faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh manajemen seperti segmentasi bisnis (orientasinya kepada wholesale dan retail), pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya-biaya. Sedangkan faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank seperi kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah

  9 operasionalnya.

  Sedangkan menurut Hassan, K. dalam Slamet, untuk mengukur kinerja bank ada dua faktor yang mempengaruhi profitabilitas, yaitu faktor bank, performance financing, kualitas aset dan modal. Faktor eksternal meliputi struktur pasar, regulasi perbankan, inflasi, tingkat suku bunga, dan

  10 tingkat pertumbuhan pasar.

  Kemudian pembiayaan merupakan fungsi bank dalam menjalankan fungsi penggunaan dana. Dalam kaitan dengan perbankan maka ini merupakan fungsi yang terpenting. Portofolio pembiayaan pada bank komersil menempati porsi terbesar, pada umumnya sekitar 55% sampai 60 % 9 10 Muhammad, Manajemen Bank, 278-279.

  Slamet Riyadi & Agung Yulianto. “Pengaruh Pembiayan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual Beli, FDR, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia”. Accounting Analysis dari total aktiva. Dari pembiayaan yang disalurkan atau dikeluarkan bank diharapkan dapat mendapatkan hasil. Karena tingkat penghasilan dari pembiayaan merupakan tingkat penghasilan tertinggi bagi bank. Selain itu pemberian pembiayaan memiliki tujuan yaitu memperoleh keuntungan bagi

  11 kesejahtraan stakesholders-nya.

  Dalam pengalokasian dananya dapat dibagi dalam dua bagian penting dari aktiva bank, yaitu aktiva yang menghasilkan (Earning Assets) dan aktiva yang tidak menghasilkan (Non Earning Assets). Aktiva yang dapat menghasilkan adalah aset bank yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Aset ini disalurkan dalam bentuk investasi yaitu: 1.

  Pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil (mudha>rabah) 2. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan (musha>rakah) 3. Pembiayaan berdasarkan prinsip jual beli (al bai’) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (ija>rah dan ija>rah muntahiyah

  bit tamlik)

  12 5.

  Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.

  Pembiayaan dengan prinsip jual beli merupakan pembiayaan yang menggunakan akad mura>bahah, salam, atau

  istisna>’. Dalam perbankan

  syariah pembiayaan mura>bahah merupakan pembiayaan yang cukup banyak diminati oleh para nasabah dibandingkan dengan jenis pembiayaan lain yang menggunakan prinsip bagi hasil yang terdiri dari akad

  mudha>rabah dan musha>rakah. Karena berdasarkan statistik perbankan 11 Zainul Arifin, Dasar-Dasar Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi (Jakarta: Pustaka Alvabet, 2006), 210. 12

  syariah pada bulan maret tahun 2018 pembiayaan mura>bahah menempati posisi terbesar dibandingkan dengan pembiayaan yang menggunakan akad

  mudha>rabah dan musha>rakah yaitu sebesar 150.414 miliar rupiah.

  Sedangkan pembiayaan yang menggunakan akad mudha>rabah yaitu hanya senilai 16.770 miliar rupiah, dan pembiayaan musha>rakah sebesar 102.280

  13 miliar rupiah.

  Oleh karena itu penelitian ini menggunakan pembiayaan jual beli sebagai variabel bebas. Dikarenakan pembiayaan jual beli merupakan pembiayaan yang cukup banyak diminati oleh para nasabah bank syariah. Selain itu juga pembiayaan jual beli yang sebagian besar akadnya menggunakan akad mura>bahah dalam praktiknya di perbankan syariah memiliki risiko yang cukup kecil dibandingkan dengan pembiayaan dengan prinsip bagi hasil yang menggunakan akad mudha>rabah dan musha>rakah. menemui kendala yaitu pembiayaan yang diberikan mengalami pembiayaan bermasalah atau dalam perbankan konvensional disebut kredit bermasalah.

  Ada dua aspek penyebab dari timbulnya pembiayaan bermasalah yaitu aspek internal dan aspek eksternal.

1. Aspek Internal a.

  Peminjam kurang cakap dalam usaha tersebut.

  b.

  Manajemen tidak baik atau kurang rapi.

  c. 13 Laporan keuangan tidak lengkap.

  Otoritas Jasa Keuangan, “ Statistik Perbankan Syariah (Sharia Banking Statistics)

Maret 2018,” http://www.ojk.go.id/data-statistik-perbankan-syariah (diakses pada hari senin, 14 d.

  Penggunaan dana yang tidak sesuai dengan perencanaan.

2. Aspek Eksternal a.

  Pengaruh lain diluar usaha e. Kenakalan peminjam.

  mengurangi perolehan laba dan berpengaruh buruk terhadap profitabilitas 14 Dendawijaya, Manajemen, 311. 15 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori & Praktik (Banten: Pustaka Aufa Media (PAM Press) 2012), 212. 16

  income (pendapatan) dari kredit atau pembiayaan yang diberikan, sehingga

  maka akan berpengaruh terhadap hilangnya kesempatan untuk memperoleh

  Sehingga Bank Indonesia mewajibkan bank untuk membentuk cadangan penyisihan penghapusan pembiayaan terhadap sejumlah pembiayaan bermasalah.

  15 Karena semakin besar jumlah pembiayaan yang tergolong pembiayaan

  lembaga keuangan syariah karena keberadaannya yang mempengaruhi profitabilitas usaha dan menurunkan tingkat kualitas aktiva produktif.

  d.

  e.

  Kebijakan pemerintah.

  c.

  Kemampuan daya beli masyarakat kurang.

  b.

  Aspek pasar kurang mendukung.

  Dana yang diberikan tidak cukup untuk menjalankan usaha tersebut.

  f.

  Perencanaan yang kurang matang.

14 Pembiayaan bermasalah merupakan musuh nomor satu dalam sebuah

16 Semakin tinggi pembiayaan yang tergolong pembiayaan bermasalah

  bank. Selanjutnya akan mengakibatkan return on asset (ROA) mengalami

  17

  penurunan. Rasio yang digunakan dalam pembiayaan bermasalah yaitu Non Performing Financing (NPF).

  Modal merupakan faktor terpenting dari sebuah bank. Tanpa modal yang cukup bank tidak mampu mendirikian usahanya tanpa terlebih dahulu ia memiliki modal. Kecukupan modal atau CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari

  18 kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko.

  Menurut Kasmir dalam Defri Peranan modal sangat penting, dimana kegiatan operasional bank dapat berjalan dengan lancar apabila memiliki modal yang cukup, sehingga pada saat masa-masa kritis bank tetap aman karena memiliki cadangan modal di Bank Indonesia.

  Menurut Lukman dalam Defri Bank yang tidak memiliki kecukupan tersebut masuk dalam kriteria bank dalam pengawasan khusus karena rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio atau CAR)-nya di bawah standar yang ditetapkan Bank Indonesia (8%). Sehingga kemampuan bank untuk

  

survive pada saat mengalami kerugian dan juga mengakibatkan turunnya

  kepercayaan nasabah yang pada akhirnya dapat menurunkan profitabilitas

  17 18 Dendawijaya, Manajemen, 121.

  bank. jika nilai CAR rendah maka profitabilitas (ROA) bank akan mengalami

  19 penurunan.

  Untuk mengukur profitabilitas bank, rasio yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio return on asset. ROA merupakan rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan atau bank untuk mencetak keuntungan

  20

  dari setiap Rp. 1 aset yang digunakan. Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset, sebaliknya semakin rendah hasil pengembalian atas aset berarti semakin rendah pula jumlah laba yang

  21 dihasilkan dari setiap rupiah yang tertanam dalam total aset.

  Sedangkan menurut Lukman, semakin besar ROA sebuah bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan

  22

  semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Alasan Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan aset yang dananya sebagian besar berasal dari simpanan masyarakat. Selain itu juga dalam penentuan tingkat kesehatan suatu bank, BI lebih mementingka

  23 besaran ROA dan tidak memasukkan unsur ROE. 19 Defri, “Pengaruh Capital Adequacy Ratio (CAR), Likuiditas dan Efisiensi Operasional

Terhadap Profitabilitas Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di BEI”, Jurnal Manajemen Vol. 1, No. 1, (September 2012), 3. 20 Yusak Laksamana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah (memahami Praktik Proses Pembiayaan di Bank Syariah) (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2009), 125. 21 Hery, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service) 2015), 228. 22 23 Dendawijaya, Manajemen, 118. Pemilihan bank syariah mandiri sebagai sampel penelitian yaitu karena bank syariah mandiri merupakan lembaga keuangan perbankan syariah yang telah lama berdiri dan memiliki banyak cabang diseluruh Indonesia dibandingkan dengan bank syariah lainnya. Hal ini berdasarkan data statistik perbankan syariah Otoritas Jasa Keuangan per bulan maret 2018, bank syariah mandiri memiliki kantor cabang sebanyak 130, dan kantor

  24

  cabang pembantu 436, serta kantor kas 54. Selanjutnya bank syariah juga memperoleh banyak penghargaan di tahun 2017 salah satu contohnya yaitu penghargaan sebagai bank syariah kinerja terbaik kategori bank syariah buku 2-3 dengan aset di atas Rp30 triliun pada tanggal 06 Desember 2017, dan penghargaan sebagai bank yang berpredikat "Sangat Bagus" atas kinerja keuangan selama tahun 2016 ada tanggal 10 Agustus 2017.

  Kemudian aset yang dimiliki oleh bank syariah mandiri juga tumbuh 11,55% dibandingkan dengan tahun 2016 yang hanya sebesar 78.832 miliar. Dan dana pihak ketiga atau DPK juga mengalami pertumbuhan yang sebelumnya di tahun 2016 DPK bank syariah mandiri hanya sebesar 69.950 miliar tumbuh menjadi 77.903 miliar atau tumbuh sebesar 11,37% di tahun

  25 2017.

24 Otoritas Jasa Keuangan, “ Statistik Perbankan Syariah (Sharia Banking Statistics)

  

Maret 2018,” http://www.ojk.go.id/data-statistik-perbankan-syariah (diakses pada hari senin, 14

Mei 2018 pukul 19.46 WIB). 25

  Pada tabel di bawah ini akan dijelaskan Pembiayaan Jual Beli, NPF, CAR, dan ROA pada PT. Bank Syariah Mandiri di tahun 2008 hingga 2017 yaitu sebagai berikut:

  

Tahun Pembiayaan Jual Beli NPF CAR ROA

  2008 Rp. 6.936.699.221.119 5,66% 12,66% 1,83% 2009 Rp. 8.290.461.606.777 4,84% 12,39% 2,23% 2010 Rp. 12.757.604.442.519 3,52% 10,60% 2,21% 2011 Rp. 19.840.303.029.990 2,42% 14,57% 1,95% 2012 Rp. 27.617.247.023.928 2,82% 13,82% 2,25% 2013 Rp. 33.265.328.677.957 4,32% 14,10% 1,53% 2014 Rp. 33.749.634.718.101 6,84% 14,12% -0,04% 2015 Rp. 34.818.598.456.067 6,06% 12,85% 0,56% 2016 Rp. 36.204.383.903.193 4,92% 14,01% 0,59% 2017 Rp. 36.236.880.800.000 4,53% 15,89% 0,59%

  Dalam tabel di atas terlihat pembiayaan jual beli dari tahun 2008-2017 terus mengalami peningkatan terutama pada tahun 2016 pembiayan jual beli bank syariah mandiri sebesar Rp. 36.204.383.903.193 meningkat menjadi Rp. 36.236.880.800.000 di tahun 2017. Kemudian NPF bank syariah mandiri dari tahun 2008-2017 mengalami penurunan dan peningkatan, terutama pada

Tabel 1.1 Pembiayaan Jual Beli, NPF, CAR, ROA Bank Syariah Mandiri Tahun 2008-2017

  Sumber: tahun 2016 NPF pada bank syariah mandiri sebesar 4,92% menurun di tahun 2017 sebesar 4,53%. Selanjutnya CAR bank syariah mandiri di tahun 2008- 2017 mengalami penurunan maupun peningkatan, terlebih pada tahun 2016 CAR bank syariah mandiri sebesar 14,01% meningkat di tahun 2017 sebesar 15,89%. Namun ROA bank syariah mandiri di tahun 2016 dan 2017 sebesar 0,59% tidak ada peningkatan maupun penurunan. Seharusnya jika pembiayaan meningkat maka ROA juga meningkat dan jika NPF mengalami penurunan maka ROA mengalami peningkatan dan CAR meningkat maka

26 ROA juga meningkat.

  Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka peneliti bermaksud melakuakan penelitian dengan judul

  “Pengaruh Pembiayaan Jual Beli, Non Performing Financing, Capital Adequacy Ratio Terhadap Return On Asset Bank Syariah Mandiri”.

B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah:

1. Apakah pembiayaan jual beli berpengaruh secara signifikan terhadap

  ROA Bank Syariah Mandiri? 2. Apakah NPF berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Bank Syariah

  Mandiri?

26 Bank Syariah Mandiri, dalam http:// www.syariahmandiri.co.id/ , (diakses pada

3. Apakah CAR berpengaruh secara signifikan terhadap ROA Bank Syariah

  Mandiri? 4. Apakah pembiayaan jual beli, NPF, CAR secara simultan berpengaruh terhadap ROA Bank Syariah Mandiri?

C. Penegasan Istilah

  Untuk mempermudah pemahaman dalam skripsi ini, peneliti memberikan penjelasan beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini.

  Adapun penegasan istilahnya adalah sebagai berikut: 1.

  Profitabilitas merupakan gambaran tentang kemampuan bank dalam menghasilkan laba.

  2. Return On Asset (ROA) adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba)

3. Pembiayaan Jual Beli adalah transaksi yang ditujukan untuk memiliki barang.

  4. Non Performing Financing (NPF) adalah pembiayaan bermasalah atau pembiayaan yang dikategorikan dalam kolektibilitas kurang lancar, diragukan, dan macet.

  5. Capital Adequacy Ratio (CAR) adalah rasio kinerja bank untuk mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung risiko atau menghasilkan risiko.

D. Tujuan penelitian 1.

  Untuk mengetahui indikator pembiayaan jual beli, NPF, CAR secara parsial berpengaruh terhadap ROA di Bank Syariah Mandiri.

2. Untuk mengetahui indikator pembiayaan jual beli, NPF, CAR secara simultan berpengaruh terhadap ROA di Bank Syariah Mandiri.

E. Manfaat Penelitian

  Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoritis maupun manfaat praktis bagi berbagai pihak yaitu:

  1. Manfaat Teoritis Secara teoritis diharapkan penelitian ini dapat dijadikan sumber pengetahuan, rujukan serta acuan bagi semua pihak yang ingin mendalami ilmu yang berkaitan dengan ekonomi dan juga mengetahui bank syariah.

  2. Manfaat Praktis Penelitian ini bermanfaat untuk memberikan informasi tentang kinerja keuangan perbankan bagi para nasabah atau calon nasabah atau calon investor, pihak pemilik dana dan atau calon pemberi dana. Dan hingga sampai kepada manajemen perbankan itu sendiri yang membutuhkan analisis atas kinerja keuangan dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rasio ROA pada Bank Syariah Mandiri.

F. Sistematika Pembahasan

  Pembahasan dalam penelitian ini terdapat lima bab yaitu : Bagian awal skripsi berisi halaman sampul, halaman judul, lembar persetujuan pembimbing, halaman pengesahan, motto, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, pedoman transliterasi.

  Bab I, berisi mengenai penjelasan secara umum dan gambaran

  tentang isi skripsi diantaranya berisi tentang : latar belakang masalah, penegasan istilah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika pembahasan.

  Bab II, menguraikan tentang kajian pustaka yang terdiri dari sub bab

  yaitu deskripsi teori dan telaah pustaka, kerangka berfikir dan pengajuan hipotesis. Deskripsi teori memuat materi-materi yang dikumpulkan dan

  Bab III, menjelaskan metode penelitian berisi beberapa sub bab yaitu

  rancangan penelitian, populasi, sampel, instrumen penelitian, pengumpulan data, serta analisis data.

  Bab IV, adalah temuan dan hasil penelitian berisi sub bab yaitu

  gambaran umum lokasi penelitian, deskripsi data, analisis data (pengujian hipotesis), pembahasan, dan interpretasi.

  Bab V, merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini akan disimpulkan hasil pembahasan untuk menjelaskan sekaligus menjawab persoalan yang telah diuraikan.

  Bagian akhir, berisi daftar rujukan, lampiran-lampiran, riwayat hidup, dan pernyataan keaslian tulisan.

BAB II DESKRIPSI TEORI A. Deskripsi Teori 1. Kajian Tentang Profitabilitas a. Pengertian Profitabilitas Laba yang besar bukan ukuran bahwa bank telah bekerja secara

  efisien. Efisien dapat diketahui dengan membandingkan laba yang diperoleh dengan kekayaan atau modal yang menghasilkan laba

  27 tersebut, atau dengan menghitung rentabilitas atau profitabilitasnya.

  Profitabilitas merupakan gambaran tentang kemampuan bank dalam

  28

  menghasilkan laba. Laba merupakan garis bawah atau hasil kinerja akhir yang menunjukkan dampak bersih dari kebijakan dan aktivitas pertumbuhan laba bank merupakan indikator kinerja terbaik bank baik

  29 di masa lalu maupun di masa depan.

  Rasio profitabilitas juga dikenal sebagai rasio rentabilitas. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan

  30

  profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Tingkat 27 rentabilitas atau profitabilitas mencerminkan kemampuan modal bank

  Frianto Pandia, Manajemen Dana Dan kesehatan Bank (Jakarta: Rineka Cipta, 2012), 64. 28 Muhamad, Manajemen Dana Bank Syariah (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2014), 255. 29 Hannie van Greuning & Zamir Iqbal, Analisis Risiko Perbankan Syariah, Terj. Yulianti Abbas (Jakarta: Salemba Empat, 2011), 112. 30 dalam menghasilkan keuntungan. Dengan tingkat rentabilitas atau profitabilitas yang tinggi dapat mencerminkan efisiensi yang tinggi pula. Selain dapat dijadikan sebagai ukuran kesehatan keuangan, rasio profitabilitas ini sangat penting diamati mengingat keuntungan yang memadai diperlukan untuk mempertahankan arus sumber-sumber

  31 modal.

  Selain itu juga di samping bertujuan untuk mengetahui kemampuan perusahaan, dalam menghasilkan laba selama periode tertentu, rasio profitabilitas juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaan atau bank. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan perusahaan atau perbankan dalam menghasilkan laba melalui kemampuan dan sumberdaya yang dimilikinya, yaitu yang

  32

  modal. Adapun komponen-komponen dalam rasio profitabilitas ini meliputi: 1)

  Profit margin 2)

  Return on asset (ROA) 3)

  Return on equity (ROE)

  33

  4) Beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO).

  b. 31 Tujuan dan Manfaat Rasio Profitabilitas 32 Pandia, Manajemen Dana, 64.

  Hery, Analisis Laporan Keuangan (Yogyakarta: CAPS (Center for Academic Publishing Service) 2015), 227. 33

  1) Untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode tertentu.

  2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang.

  3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu. 4)

  Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

  5) Untuk mengukur seberapa besar jumlah laba bersih yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam ekuitas.

  6) Untuk mengukur margin laba kotor atas penjualan bersih. 7) Untuk mengukur margin laba operasional atas penjualan bersih. 8) Untuk mengukur margin laba bersih atas penjualan bersih.

  34 c.

   Faktor-faktor yang Mempengaruhi Profitabilitas

  faktor-faktor yang dapat dikendalikan (controlable factors) dan faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan (uncontrolable factors).

  1) Faktor yang dapat dikendalikan adalah faktor-faktor yang dipengaruhi oleh manajemen seperti segmentasi bisnis

  (orientasinya kepada wholesale dan retail), pengendalian pendapatan (tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan) dan pengendalian biaya-biaya. 34

  2) Faktor-faktor yang tidak dapat dikendalikan atau faktor eksternal adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kinerja bank seperi kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasionalnya.

  35 Menurut Hassan, K. dalam Slamet, untuk mengukur kinerja

  bank ada dua faktor yang mempengaruhi profitabilitas, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

  1) Faktor internal meliputi produk pembiayaan bank, performance financing, kualitas aset dan modal.

  2) Faktor eksternal meliputi struktur pasar, regulasi perbankan, inflasi, tingkat suku bunga, dan tingkat pertumbuhan pasar.

  36 Berdasarkan beberapa faktor baik internal maupun eksternal

  yang mempengaruhi profitabilitas bank di atas, penelitian ini memilih variabel pembiayaan jual beli, non performing financing dan capital

  adequacy ratio.

  d.

   Pengertian Return On Asset (ROA)

  Salah satu komponen yang ada dalam rasio profitabilitas adalah

  return on asset

  . ROA merupakan indikator kemampuan perbankan untuk memperoleh laba atas sejumlah aset yang dimiliki oleh bank. 37 Menurut Lukman rasio ROA merupakan rasio yang digunakan untuk 35 Muhammad, Manajemen Bank Syariah, Edisi Revisi (Yogyakarta: (UPP) AMPYKPN, 2005), 278-279. 36 Slamet Riyadi & Agung Yulianto.

  “Pengaruh Pembiayan Bagi Hasil, Pembiayaan Jual

Beli, FDR, NPF Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Indonesia”. Accounting Analysis Jurnal , 3 (4) (2014). 467. 37 mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh 38 keuntungan (laba) secara keseluruhan.

  Sedangkan menurut Frianto ROA merupakan rasio yang menunjukkan perbandingan laba (sebelum pajak) dengan total aset bank, rasio ini menunjukkan tingkat efisien pengelolaan aset yang 39 dilakukan oleh bank yang bersangkutan. Dengan kata lain, rasio ini digunakan untuk mengukur seberapa besar jumlah laba yang akan dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

  Semakin tinggi hasil pengembalian atas aset berarti semakin tinggi pula jumlah laba yang dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset. Dan sebaliknya, semakin rendah hasil pengembalian atas aset berati semakin rendah pula jumlah laba yang 40 dihasilkan dari setiap rupiah dana yang tertanam dalam total aset.

  Menurut Lukman semakin besar ROA suatu bank, maka semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin 41 baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset.

  Ada dua formulasi dalam perhitungan rasio return on asset (ROA) yaitu:

  38 Lukman Dendawijaya, Manajemen Perbankan Edisi kedua (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), 118. 39 40 Pandia, Manajemen Dana, 71. 41 Hery, Analisis Laporan, 228.

  1) Menurut Hery (2015:228) dan Lukman Dendawijaya (2005:118), untuk menghitung ROA atau hasil pengembalian atas aset yaitu menggunakan laba bersih dengan total aset.

  ℎ =

  100% 2)

  Menurut Frianto (2012:71) dan Slamet Riyadi (2014), Rasio ROA menunjukkan perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank.

  = 100% Dalam penelitian ini formulasi yang digunakan untuk menghitung ROA adalah yang nomor dua yaitu perbandingan antara laba (sebelum pajak) dengan total aset bank.

2. Kajian Tentang Pembiayaan Jual Beli a. Pengertian Pembiayaan Jual Beli

  Pembiayaan secara luas berarti financing atau pembelanjaan, yaitu pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun dijalankan oleh orang lain. Dalam arti sempit, pembiayaan dipakai untuk mendefinisikan pendanaan yang dilakukan oleh lembaga pembiayaan 42 seperti bank syariah kepada nasabah.

  Dengan kata lain pembiayaan merupakan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dan atau lembaga keuangan lainnya dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Sedangkan pembiayaan dalam bank syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa:

  1) Transaksi bagi hasil dalam bentuk mudha>rabah dan musha>rakah.

  2) Transaksi sewa dalam bentuk ija>rah atau sewa dalam opsi perpindahan hak milik dalam bentuk ija>rah muntahiyah bit

  tamlik.

  3) Transaksi jual beli dalam bentuk piutang mura>bahah, salam dan istishna’.

4) Transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang Qardh.

  5) Transaksi multijasa dengan menggunakan akad ija>rah atau 43 kafa>lah.

  42 43 Muhammad, Manajemen Bank, 304.

  Veithzal Rivai dan Arviyan Arifin, Islamic Banking, Edisi Pertama (Jakarta: Bumi

  Pembiayaan dengan prinsip jual beli merupakan pembiayaan yang dilaksanakan sehubungan dengan adanya perpindahan kepemilikan barang atau benda (transfer of property). Tingkat keuntungan bank ditentukan di depan dan menjadi bagian harga atas barang yang dijual. Pembiayaan dengan prinsip jual beli ini

  44

  menggunakan akad mura>bahah, salam, atau istisna >’.

  Pembiayaan jual beli digunakan bagi pemenuhan pengadaan suatu barang. Apabila barang sudah tersedia pada saat ditransaksikan maka akan digunakan akad mura>bahah. Dan apabila pengadaan suatu barang memerlukan waktu atau harus melalui proses terlebih

  45

  dahulu, maka akan menggunakan akad salam atau istisna >’.

  Adapun tujuan dari sebuah pembiayaan yaitu sebagai berikut: 1)

  Profitability, yaitu tujuan untuk memperoleh hasil dari pembiayaan merupakan tujuan dari pemberian pembiayaan yang terjelma dalam bentuk hasil yang diterima. 2)

  Safety, keamanan dari prestasi atau fasilitas yang diberikan harus benar-benar terjamin sehingga tujuan profitability dapat benar- benar tercapai. Oleh karena itu, dengan keamanan ini dimaksudkan prestasi yang diberikan dalam bentuk modal, barang atau jasa itu

  44 Fahrur Ulum, Perbankan Syariah Di Indonesia (Dari Entitas, Pengawasan Hingga Pengembangannya) (Surabaya: CV. Putra Media Nusantara, 2011), 89. 45 Yusak Laksmana, Panduan Praktis Accounting Officer Bank Syariah (Jakarta: PT. Elex benar-benar terjamin pengembaliannya sehingga keuntungan 46 (profitability) yang diharapkan dapat menjadi kenyataan.

  Adapun formulasi perhitungan pembiayaan jual beli adalah

  47

  sebagai berikut:

  Total Pembiayaan Jual Beli i,t = Ln (Pembiayaan Prinsip Mura>bahah i,t i,t i,t

  • + Pembiayaan Prinsip Salam + Pembiayaan Prinsip ) Istisna>’ b.

   Macam-macam Pembiayaan Jual Beli 1) Pengertian Pembiayaan Mura>bahah Mura>bahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan

  harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang 48 diperolehnya. Menurut Mohammad Hoessein, mura>bahah adalah jual beli barang dengan harga asal ditambah dengan keuntungan yang disepakati. Dalam hal ini penjual harus

  46 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management (Teori,

Konsep dan Aplikasi Panduan Praktis untuk Lembaga Keuangan, Nasabah, Praktisi, dan

Mahasiswa) Edisi Pertama (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2008), 5-6. 47 Erlyta Dhessy Irmawati, “Pengaruh FDR, Pembiayaan Jual Beli, Pembiayaan Bagi

  

Hasil, Pembiayaan Sewa Menyewa, NPF Terhadap Profitabilitas (Studi pada Bank Umum Syariah di Indonesia Periode Tahun 2009- 48 2013),” (Skripsi, Universitas Diponegoro, Semarang, 2014), 55. memberitahukan harga pokok produk yang ia jual dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. 49 Landasan hukum mura>bahah yaitu Qs. Al-Baqarah ayat 275 yang berbunyi yaitu:

  

◆ 

⧫ ⧫▪◆

❑⧫ 

  Artinya: “... Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

  riba..”

  Adapun rukun dan syarat mura>bahah yaitu:

  a) Rukun mura>bahah

  (1) Ba’iu (penjual)

  (2) Mushtari (pembeli)

  (3) (4)

  Tsaman (harga barang) (5)

  Ijab qabul (pernyataan serah terima)

  b) Syarat mura>bahah

  (1) Syarat yang berakad harus cakap hukum dan tidak dalam keadaan terpaksa.

  (2) Barang yang diperjual belikan tidak termasuk barang yang haram dan jenis maupun jumlahnya jelas.

49 Bagya Agung Prabowo, Aspek Hukum Pembiayaan Murabahah Pada Perbankan

  (3) Harga barang harus dinyatakan secara transparan (harga pokok dan komponen keuntungan) dan cara pembayarannya disebutkan dengan jelas.

  (4) Pernyataan serah terima harus jelas dengan menyebutkan secara spesifik pihak-pihak yang berakad.

  Pembiayaan yang menggunakan akad mura>bahah yaitu akad jual-beli antara lembaga keuangan dengan nasabah atas suatu jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama.

  50

  a) Fitur dan mekanisme

  (1) Bank bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan transaksi mura>bahah dengan nasabah.

  (2) Bank dapat membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang yang telah disepakati kualifikasinya.

  (3) Bank wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang dipesan nasabah.

  (4) Bank dapat memberikan potongan dalam besaran yang wajar tanpa diperjanjikan di muka. 51 Adapun mekanisme pembiayaan yang menggunakan akad

  

mura>bahah dalam perbankan yaitu sebagai berikut:

  52

  50 Permata Veithzal, Islamic Financial, 146-147. 51 Andri Soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah Vol. 4 (Jakarta: KENCANA Prenadamedia Group, 2014), 79-80. 52 Muhammad Syafi’i Antonio, BANK SYARIAH Dari Teori ke Praktik Vol 8 ( Jakarta:

  Gambar 2.1 Skema Pembiayaan Mura>bahah

  1) Negosiasi &

  Persyaratan 2) Akad Mura>bahah

NASABAH BANK SYARIAH

  6) Bayar

  5 Terima )) Barang &

  Dokumen 3) Beli 4)

SUPLIER PENJUAL

  Sumber: Muhammad Syafi’i (2011)

2) Pengertian Pembiayaan Akad Salam

  Akad salam merupakan transaksi jual beli barang dengan cara pemesanan dengan syarat-syarat tertentu dan pembayaran tunai 53 terlebih dahulu secara penuh. Menurut Veithzal akad salam 53 merupakan akad jual beli atas suatu barang dengan jenis dan dalam jumlah tertentu yang penyerahannya dilakukan beberapa waktu kemudian, sedangkan pembayarannya segera (di muka). 54 Landasan hukum akad salam yaitu Qs. al-Baqarah ayat 282 yaitu:

  ⧫  ❑⧫◆ ⬧ ⧫⬧  ◼  

  ◼❑⬧  Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamau bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya...”

  Adapun rukun akad salam yaitu:

  a) Rukun akad salam

  (1) Muslam (pembeli)

  (2) Muslam Ilayh (penjual)

  (3) Uang

  (4) Muslam Fi>h (barang)

  (5) S}ighat (ucapan) 55 .

54 Permata Veithzal, Islamic Financial, 173.

  55

  Pembiayaan menggunakan akad salam merupakan akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati. Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau kepada nasabah itu sendiri secara tunai atau cicilan. Harga jual yang ditetapkan bank adalah harga beli bank dari nasabah ditambah keuntungan.

  a) Fitur dan mekanisme akad salam dalam perbankan

  (1) Bank bertindak sebagai pihak penyedia dana dalam kegiatan transaksi salam dengan nasabah.

  (2) Bank dan nasabah wajib menuangkan kesepakatan dalam bentuk perjanjian tertulis berupa akad pembiayaan atas

  (3) Penyediaan dana oleh bank kepada nasabah harus dilakukan di muka secara penuh yaitu pembayaran segera paling lambat 7 hari setelah pembiayaan atas dasar salam disepakati.

  (4) Pembayaran oleh bank kepada nasabah tidak boleh dalam bentuk pembebasan utang nasabah kepada bank atau dalam bentuk piutang bank. 56

  56

  Adapun mekanisme pembiayaan yang menggunakan akad salam dalam praktiknya di perbankan yaitu sebagai berikut: Gambar 2.2

  Skema Pembiayaan Salam 4) Kirim Pesanan

NASABAH PRODUSEN PENJUAL

  3) Kirim Dokumen

  5)

  1)

  Bayar Negosiasi 2) Pemesanan Barang

  Pesanan

  Nasabah & Bayar

  dengan Kriteria

  Tunai

BANK SYARIAH

  Sumber: Muhammad (2014)

Dokumen yang terkait

ANALISIS KINERJA BANK DEVISA DAN BANK NON DEVISA PADA LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR) DAN RETURN ON ASSET (ROA) PERIODE 2009-2011

0 3 19

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, BIAYA OPERASIONAL PER PENDAPATAN OPERASIONAL, NON PERFORMING LOAN, DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO TERHADAP RETURN ON ASSET DAN RETURN ON EQUITY (Studi pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa Tahun 2012–2016

0 0 11

ANALISIS PENGARUH DANA PIHAK KETIGA, NON PERFORMING FINANCING, CAPITAL ADEQUACY RATIO, MODAL SENDIRI DAN MARJIN KEUNTUNGAN TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH

1 4 15

Kata Kunci: Capital Adequacy Ratio; Non Performing Financing; Operational Effeciency Ratio; Return On Asset Pendahuluan - EFEK CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING, DAN OPERATIONAL EFFECIENCY RATIO ATAS RETURN ON ASSET PADA BANK UMUM SYARIAH M

0 0 8

ANALISIS PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF) DAN DANA PIHAK KETIGA (DPK) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PERBANKAN SYARIAH SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperol

0 8 92

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING, GIRO WAJIB MINIMUM, DAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO TERAHADAP RETURN ON ASSET DENGAN FINANCING TO DEPOSIT RATIO SEBAGAI VARIABEL INTERVENING (Studi Kasus Bank Umum Syariah di Indonesia 2012-2016) -

0 0 130

ANALISIS PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DANA PIHAK KETIGA (DPK) DAN INFLASI TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) DENGAN PEMBIAYAAN SEBAGAI VARIABEL INTERVENING DI BANK UMUM SYARIAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas da

0 4 112

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO, NON PERFORMING FINANCING DAN SIZE TERHADAP KINERJA KEUANGAN PT. BANK SYARIAH MANDIRI - Raden Intan Repository

0 1 142

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), BIAYA OPERASIONAL TERHADAP PENDAPATAN OPERASIONAL (BOPO) DAN NON PERFORMING FINANCING (NPF) TERHADAP ALOKASI PEMBIAYAAN BERBASIS BAGI HASIL PT. BANK SYARIAH MANDIRI - Raden Intan Repository

0 0 125

PENGARUH CAPITAL ADEQUACY RATIO (CAR), NON PERFORMING LOAN (NPL), DAN LOAN TO DEPOSIT RATIO (LDR) TERHADAP RETURN ON ASSET (ROA) PERBANKAN YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA -

0 0 146