BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget - Dwi Fajarwati BAB II
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Piaget Menurut Jean Piaget, seorang anak maju melalui empat tahap
perkembangan kognitif, antara lahir dan dewasa yaitu tahap sensorimotor, pra operasional, opersional konkret, dan operasional formal. Tahap-tahap perkembangan kognitif tersebut antara lain:
1. Sensorimotor (lahir sampai 2 tahun) Terbentuknya konsep ‘kepermanenan objek’ dan kemajuan gradual dari perilaku refleksif ke perilaku yang mengarah kepada tujuan. Tahap sensorimotor merupakan tahap awal perkembangan mental anak.
2. Pra Operasional (2 sampai 7 tahun) Perkembangan kemampuan menggunakan simbol-simbol untuk menyatakan objek-objek dunia.
3. Opersional Konkret (7 sampai 11 tahun) Perbaikan dalam kemampuan untuk berpikir secara logis. Pemikiran tidak lagi sentrasi tetapi desentrasi, dan pemecahan masalah tidak begitu dibatasi oleh keegosentrisan. Berfikir secara opersional konkret dapat dipandang sebagai tipe awal berpikir ilmiah.
4. Operasional Formal (11 tahun sampai dewasa) Pemikiran abstrak dan murni simbolis mungkin dilakukan. Masalah- masalah dapat dipecahkan melalui penggunaan eksperimentasi sistematis.
(Trianto, 2010)
5
B. Modul Pembelajaran
1. Pengertian
Modul adalah salah satu bentuk bahan ajar yang berupa bahan cetakan. Ada beberapa pengertian tentang modul, antara lain: a. Modul adalah sebuah buku yang ditulis dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar secara mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru
(Majid, 2005).
b. Modul adalah suatu bahan ajar yang bersifat mandiri disusun secara matematis, operasional, dan terarah mengenai suatu bahasan tertentu agar dapat digunakan oleh siswa dan guru serta dilengkapi petunjuk penggunaannya (Hidayati, 2009).
c. Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan belajar untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau sub kompetensi dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung pada media lain (self alone), memberikan kesempatan kepada siswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberikan kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan siswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik (Suprawoto, 2009).
Dengan memperhatikan beberapa pengertian tentang modul diatas kita dapat menyimpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.
2. Karakteristik Modul
Sebuah modul bisa dikatakan baik dan menarik apabila terdapat karakteristik sebagai berikut: a. Self Instructional; yaitu melalui modul tersebut seseorang atau peserta belajar mampu membelajarkan diri sendiri, tidak tergantung pada pihak lain. Untuk memenuhi karakter self instructional, maka dalam modul harus:
1) Berisi tujuan yang dirumuskan dengan jelas. 2) Berisi materi pembelajaran yang dikemas ke dalam unit-unit kecil/ spesifik sehingga memudahkan belajar secara tuntas.
3) Menyediakan contoh dan ilustrasi yang mendukung kejelasan pemaparan materi pembelajaran.
4) Menampilkan soal-soal latihan yang memungkinkan pengguna memberikan respon dan mengukur tingkat penguasaannya.
5) Kontekstual yaitu materi-materi yang disajikan terkait dengan suasana atau konteks tugas dan lingkungan penggunanya.
6) Menggunakan bahasa yang sederhana dan komunikatif.
7) Terdapat rangkuman materi pembelajaran. 8) Terdapat instrumen yang dapat digunakan penggunanya mengukur atau mengevaluasi tingkat penguasaan materi.
9) Terdapat umpan balik atas penilaian, sehingga penggunanya mengetahui tingkat penguasaan materi. Untuk mengetahui nilai siswa dengan menggunakan rumus rata-rata yaitu jumlah skor dibagi dengan jumlah soal.
10) Tersedia informasi tentang referensi yang mendukung materi pembelajaran dimaksud. Misalnya: terdapat daftar pustaka.
b. Stand Alone (berdiri sendiri); yaitu modul yang dikembangkan tidak tergantung pada media lain atau tidak harus digunakan bersama- sama dengan media pembelajaran lain. Dengan menggunakan modul, siswa tidak tergantung dan harus menggunakan media yang lain untuk mempelajari dan atau mengerjakan tugas pada modul tersebut.
c. Adaptive; modul hendaknya memiliki daya adaptif yang tinggi terhadap perkembangan ilmu dan teknologi. Dikatakan adaptif jika modul dapat menyesuaikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta fleksibel digunakan. Modul yang adaptif adalah jika isi materi pembelajaran dapat digunakan sampai dengan kurun waktu tertentu.
d. User Friendly (bersahabat/akrab); modul hendaknya bersahabat dengan pemakainya. Penggunaan bahasa yang sederhana, mudah dimengerti, serta menggunakan istilah yang umum digunakan, merupakan salah satu bentuk user friendly.
(Depdiknas, 2008)
C. Model Quantum Teaching
adalah interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya,
Quantum
sehingga Quantum Teaching adalah pembelajaran yang mengubah energi (tenaga guru dan siswa) menjadi cahaya (perubahan-perubahan yang positif pada siswa). Interaksi-intersaksi ini mencakup unsur-unsur untuk belajar efektif yang mempengaruhi kesuksesan siswa, mengubah kemampuan dan bakat alamiah siswa menjadi cahaya yang akan bermanfaat bagi mereka sendiri dan orang lain.
Quantum Teaching menawarkan suatu cara-cara baru untuk
memaksimalkan dampak usaha pengajar melalui perkembangan hubungan, pengubahan belajar dan penyampaian kurikulum. Model ini mencakup petunjuk spesifik untuk menciptakan lingkungan belajar dengan efektif, merancang kurikulum, menyampaikan isi dan memudahkan proses belajar.
Quantum Teaching bersandar pada konsep ini: “Bawalah Dunia Mereka
ke Dalam Dunia Kita, dan Antarkan Dunia Kita ke Dunia Mereka“ (Bobby DePorter, dkk, 2010: 34). Maksudnya adalah bahwa prinsip tersebut mengingatkan pada pentingnya memasuki dunia murid. Sebagai langkah pertama untuk mendapatkan hak mengajar, pertama-tama harus membangun jembatan autentik memasuki dunia murid. Sertifikat mengajar atau dokumen yang mengijinkan untuk mengajar atau melatih hanya berarti bahwa memiliki wewenang untuk mengajar.
Masuki dulu dunia mereka karena tindakan ini akan memberi izin untuk memimpin dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas. Caranya adalah dengan mengaitkan yang kita ajarkan dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang diperoleh dari kehidupan rumah sosial, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan terbentuk, kita membawa mereka ke dalam dunia kita dan memberi pemahaman mengenai isi dunia itu.
Quantum Teaching memiliki lima prinsip atau kebenaran tetap, prinsip
itu adalah :
1. Segalanya Berbicara Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
2. Segalanya Betujuan Semua yang terjadi dalam penggubahan mempunyai tujuan.
3. Pengalaman Sebelum Pemberian Nama Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses belajar yang paling baik terjadi ketika siswa telah mengalami informasi sebelum mereka memperoleh nama untuk apa yang mereka pelajari.
4. Akui Setiap Usaha Belajar mengandung risiko. Belajar berarti melangkah keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapat pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka.
5. Jika Layak Dipelajari, maka Layak Pula Dirayakan Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan asosiasi emosi positif dengan belajar.
Quantum Teaching mempunyai kerangka rancangan belajar yang lebih
dikenal sebagai TANDUR. Makna dari TANDUR adalah sebagai berikut :
1. Tumbuhkan Tumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatkan kehidupan pelajar. Membuat siswa tertarik dengan materi yang akan diajarkan yaitu dengan menyampaikan tujuan- tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Dalam hal ini guru memberikan motivasi, semangat, rangsangan supaya belajar, yaitu dengan melakukan praktek secara langsung apa yang disampaikan oleh guru. Contoh: Dalam materi lingkaran contohnya siswa mencari keliling lingkaran dengan benang sehingga siswa benar-benar mempunyai minat dalam mempelajari keliling lingkaran.
2. Alami Ciptakan atau datangkan pengalaman umum yang dapat dimengerti semua pelajar. Caranya dengan membawa materi ke dalam pengalaman kehidupan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah memahami materi.
Contoh: Hal ini siswa mengalami sendiri bagaimana mencari keliling lingkaran, mencari pendekatan nilai π (nilai Phi) siswa benar-benar mengalami sendiri.
3. Namai Sediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi, sebuah “masukan”.
Setiap apa yang sudah ditemukan, diberi nama dengan menggunakan kata kunci yang mudah dimengerti.
Contoh: Dengan melakukan praktek secara langsung maka siswa benar-benar bisa mencari rumus dan menghitung keliling lingkaran dengan benang sehingga siswa mendapat informasi (nama) yaitu keliling lingkaran dapat dihitung dengan rumus 2 π r.
4. Demonstrasikan Sediakan kesempatan bagi pelajar untuk “menunjukkan bahwa mereka tahu”. Memberi kesempatan pada siswa untuk menunjukkan hasil kerja mereka dengan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling lingkaran.
Contoh: Keliling sebuah roda disamping 176 cm. Hitunglah panjang jari-jari roda delman jika π =
5. Ulangi Tunjukkan pelajar cara-cara mengulangi materi dan menegaskan, “Aku tahu bahwa aku memang tahu ini”. Mengulang kembali apa yang telah ditemukan, siswa mencatat kesimpulan-kesimpulan yang berupa pengertian dan rumus dalam buku masing-masing sebagai pengayaan sebelum mengerjakan soal. Contoh: Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa dalam menghitung keliling lingkaran dapat digunakan rumus sebagai berikut: Keliling lingkaran = 2 π r Dengan : π = 3,14 atau
r = jari-jari lingkaran
6. Rayakan Pengakuan untuk penyelesaian, partisipasi, dan pemerolehan ketrampilan dan ilmu pengetahuan. Dapat berupa tepuk tangan pujian, pemberian point, pernyataan afirmasi, dll. Setelah siswa secara langsung bisa menunjukan kebolehan mendemontrasikan maka siswa akan memperoleh point sebagai penghargaan atas usaha yang telah dilakukan yaitu dengan menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan keliling lingkaran.
Menurut Saryono (2007) manfaat metode Quantum Teaching antara lain sebagai berikut:
1. Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan sikap, dan keterampilan dalam suasana belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis
2. Siswa tidak hanya sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek belajar karena s3iswa dapat menjadi tutur kata sebaya bagi siswa lainnya.
D. Model Pengembangan Modul
Model pengembangan perangkat seperti yang disarankan oleh Thiagarajan, Semmel dan Semmel adalah model 4-D. Model ini terdiri dari 4 tahap pengembangan yaitu: Define, Design, Develop dan Disseminate atau diadaptasikan menjadi model 4-P yaitu Pendefinisian, Perancangan, Pengembangan dan Penyebaran.
1. Tahap Pendefinisian (Define).
Tujuan tahap ini adalah menetapkan dan mendefinisikan syarat- syarat pembelajaran. Dalam menentukan dan menetapkan syarat-syarat pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: a. Analisis awal akhir
Analisis awal akhir bertujuan untuk memunculkan dan menetapkan masalah dasar yang dihadapi dalam pembelajaran sehingga dibutuhkan pengembangan bahan ajar. b. Analisis siswa Analisis siswa merupakan telaah karakteristik siswa yang meliputi kemampuan, latar belakang pengetahuan dan tingkat perkembangan kognitif siswa. Dari hasil analisis ini nantinya akan dijadikan kerangka acuan dalam menyusun materi pembelajaran.
c. Analisis materi Analisis materi bertujuan untuk mengidentifikasi, merinci, dan menyusun secara sistematis bagian-bagian utama yang relevan yang akan dipelajari siswa berdasarkan analisis awal akhir.
d. Analisis tugas Analisis tugas adalah kumpulan prosedur untuk menetukan isi dalam satuan pembelajaran. Analisis tugas dilakukan untuk merinci isi materi ajar dalam bentuk garis besar.
e. Perumusan tujuan pembelajaran Perumusan tujuan pembelajaran ditujukan untuk mengkonversikan tujuan dari analisis tugas dan analisis konsep menjadi tujuan pembelajaran khusus, yang dinyatakan dengan tingkah laku.
2. Tahap Perancangan (Design).
Tujuan tahap ini adalah untuk menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap ini terdiri dari empat langkah, yaitu : a. Penyusunan tes acuan patokan
b. Pemilihan media c. Pemilihan format
d. Desain awal (Rancangan awal) 3. Tahap Pengembangan (Develop).
Tujuan tahap ini adalah adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang sudah direvisi berdasarkan masukkan para pakar dan data yang diperoleh dari uji coba. Pada tahap pengembangan ini terdapat dua langkah kegiatan, yaitu penilaian para ahli dan uji coba.
4. Tahap Penyebaran (Disseminate).
Tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan pada skala yang lebih luas, misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru lain. Tujuan ini adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat pembelajaran didalam KBM.
(Trianto, 2010) Kelebihan dari model 4-D antara lain :
1. Lebih tepat digunakan sebagai dasar untuk mengembangkan perangkat pembelajaran bukan untuk mengembangkan sistem pembelajaran.
2. Uraiannya tampak lebih lengkap dan sistematis.
3. Dalam pengembangannya melibatkan penilaian ahli, sehingga sebelum dilakukan uji coba di lapangan perangkat pembelajaran telah dilakukan revisi berdasarkan penilaian, saran dan masukan para ahli.
E. Materi Keliling Dan Luas Bangun Datar
Tujuan umum diberikannya materi keliling dan luas bangun datar kepada siswa adalah agar siswa dapat menentukan keliling dan luas bangun datar.
Materi yang akan dibahas dalam modul antara lain:
1. Menentukan keliling suatu bangun datar: segiempat, segitiga dan lingkaran.
2. Menentukan luas daerah suatu bangun datar: segiempat, segitiga dan lingkaran.