BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja - Reny Fajarwati BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Remaja

  1. Pengertian Remaja Menurut Sarwono (2007), remaja adalah suatu masa ketika individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda sosial seksual sekundernya sampai saat mencapai kematangan seksual.Indivudu mengalami perkembangan psikologis dan pola identifikasi dari kanakkanak menjadi dewasa. Terjadi peralihan dari ketergantungan social ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri. Remaja adalah suatu periode perubahan dari tidak matang menjadi matang atau perubahan dari mahluk aseksual menjadi seksual (Soetjiningsih, 2006).

  Masa remaja adalah waktu dimana berbagai kesempatan sekaligus resiko dating. Remaja berada dalam ambang cinta, pekerjaan untuk menghidupi dirinya dan keikutsertaan dalam lingkungan orang dewasa. Akan tetapi masa remaja juga masa dimana beberapa remaja terlibat dalam perilaku yang menutup berbagai pilihan dan membatasi peluang mereka (Pappalia, 2009).

  Remaja atau adolesence di artikan sebagai perubahan emosi dan perubahan sosial pada remaja. Masa remaja biasanya terjadi sekitar 2 tahun setelah masa pubertas, menggambarkan dampak perubahan fisik, dan pengalaman emosional mendalam. Remaja mengalami perubahan sosial

  9 memainkan peran utama dalam masa remaja, sebagaimana aktivitas laki-laki dan perempan menjadi lebih bervariasi dan individual (Desmita, 2007).

  2. Batasan Remaja Sebagai pedoman dapat digunakan batasan usia 11-24 tahun dan belum menikah untuk remaja indonesia dengan suatu pertimbangan. (Sarwono,

  2007). Dalam proses menuju kedewasaan ada tiga tahap perkembangan remaja, meliputi : a) Remaja awal (Early Adolescent) Remaja pada tahap ini mengalami kebingungan akan perubahan- perubahan yang terjadi pada tubuhnya sendiri dan dorongan-dorongan yang menyertai perubahan-perubahan itu.

  b) Remaja madya atau pertengahan (Middle Adolescent) Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman. Ada kecenderungan

  “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan menyukai teman-teman yang mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu mereka masih mengalami kebingungan untuk menentukan pilihan.

  c) Remaja akhir (Late Adolescent) Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian lima hal: minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek, egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru, terbentuk identitas seksual yang tidak akan yang tidak akan berubah lagi, egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri) diganti dengan keseimbangan antara kepentingan diri sendiri dan orang lain dan tumbuh “dinding” yang memisahkan diri dan pribadinya (private self) dan masyarakat umum (the public) (Sarwono, 2007).

  3. Pubertas dan Masa Remaja Awitan pubertas pada anak gadis biasanya ditandai dengan perkembangan payudara, mulai pada paling muda usia 8 tahun dan mungkin komplit sampai akhir usia 10 tahun. Menarke dapat terjadi secepatnya pada usia 8 tahun dan tidak sampai usia 16 tahun atau lebih. Kadar testosterone yang meningkat pada anak laki-laki ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis, prostat dan vesikula seminalis. Ejakulasi pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur, yaitu sekitar 12 atau 14 tahun (Poter dan Perry, 2005 )

  Perubahan emosi selama pubertas dan masa remaja sama drastisnya seperti perubahan fisik. Masa ini adalah periode yang ditandai oleh mulainya tanggung jawab dan asimilasi pengharapan masyarakat. Remaja dihadapkan pada keputusan dan dengan demikian membutuhkan informasi yang akurat tentang perubahan tubuh, hubungan dan akitivitas seksual, penyakit yang ditularkan melalui hubungan seksual dan kehamilan. Informasi faktual dapat datang dari rumah, sekolah, buku-buku atau teman sebaya (Poter dan Perry, 2005 ).

  4. Perubahan Fisik Selama Masa Remaja Ada beberapa perubahan fisik selama masa remaja, meliputi (Hurlock,

  2004) :

  a) Tinggi Rata-rata anak perempuan mancapai tinggi yang matang antara usia tujuh belas atau delapan belas tahun, dan rata-rata anak laki-laki kira-kira umur 18 atau 19 belas tahun.

  b) Berat Perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi. Tetapi berat badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung lemak sedikit atau tidak mengandung lemak sama sekali.

  c) Proposi tubuh Berbagai anggota tubuh lambat laun mencapai perbandingan tubuh yang baik. Misalnya, badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan terlalu panjang.

  d) Organ Seks Bagi organ seks pria maupun organ seks wanita mencapai ukuran yang metang pada akhir maa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.

  e) Ciri-ciri Seks Primer Ciri-ciri seks primer yang utama berada pada tingkat perkembangan yang matang pada akhir masa remaja.

  5. Tumbuh Kembang Remaja Menurut Hurlock (2004) selama masa tumbuh kembang, remaja memiliki tugas perkembangan yang harus dilewatinya dan tugas pertama yang harus dikuasai selama perkembangan remaja yang berhubungan dengan seks adalah pembentukan hubungan yang baik dengan lawan jenis. Yang membedakan dalam masa perkembangan ini adalah perkembangan sikap dan pola perilaku pada remaja.

B. Lingkungan Pergaulan

  1. Pengertian lingkungan pergaulan Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar kita dan mempengaruhi perkembangan manusia, seperti : iklim, alam sekitar, situasi ekonomi, perumahan, makanan, pakaian, manusia lain dan lain–lain. Lingkungan pergaulan adalah tempat berkembanganya perilaku terhadap kebiasaan yang ada di lingkungan. Lingkungan pergaulan yang kurang baik akan berpengaruh pada perkembangan jiwa seseorang. Hal-hal yang tidak baik yang diterimanya dalam interaksi menjadi hal yang biasa baginya. Lingkungan dan pergaulan yang tidak baik dapat mempengaruhi seseorang untuk melanggar norma-norma yang ada di dalam masyarakat (Yunita dalam Sulistiyaningsih, 2010).

  2. Aspek lingkungan pergaulan remaja menurut Hadi (2005) yaitu meliputi : a) Lingkungan keluarga Dalam keadaan normal, maka lingkungan pertama yang berhubungan dengan anak adalah orang tuanya, saudaranya, atau mungkin kerabat dekat yang tinggal serumah. Lingkungan keluarga merupakan miniatur dari masyarakat dan kehidupannya, sehingga pola keluarga akan memberi pandangan anak terhadap hidup di masyarakat. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam lingkungan keluarga adalah status sosial ekonomi, suasana keluarga, pola asuh orang tua dan dukungan keluarga.

  b) Lingkungan sekolah Sekolah merupakan tempat dimana anak melakukan kegiatan belajar secara terarah dan terprogram dengan baik. Pergaulan sekolah berarti segala kegiatan antara guru dengan siswa yang meliputi: kegiatan pembelajaran, interaksi sosial, serta komunikasi sosial antara warga sekolah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pergaulan sekolah adalah lingkungan dimana guru dan siswa melakukan aktivitas belajar mengajar serta interaksi sosial dan komunikasi personal antar warga sekolah.

  c) Lingkungan masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan lingkungan yang berada di sekitar individu yang akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan remaja.

  Remaja yang tinggal bersama orang tua maupun di kos-kosan tidak lepas dari interaksi dengan lingkungan masyarakat.

  3. Dimensi Seksualitas menurut Poter dan Perry ( 2005 ) yaitu meliputi :

  a) Dimensi Sosio Kultural Seksualitas dipengaruhi oleh norma dan peraturan cultural yang menentukan apakah perilaku yang diterima didalam kultur. Keragaman kultur secara global menciptakan variabilitas yang sangat luas dalam norma seksual dan menghadirkan spekturm tentang keyakinan dan nilai yang diperbolehkan selama berpacaran, apa yang dianggap merangsang, tipe aktivitas seksual, sanksi dan larangan dalam perilaku seksual, dengan siapa seseorang menikah dan siapa yang diizinkan untuk menikah.

  b) Dimensi Agama dan Etik Seksualitas juga berkaitan dengan standar pelaksanaan agama dan etik.

  Ide tentang pelaksanaan seksualitas etik dan emosi yang berhubungan dengan seksualitas membentuk dasar untuk pembuatan keputusan seksual. Spektrum sikap yang ditujukan pada seksualitas direntang dari pandangan tradisional tentang hubungan seks hanya diperkawinan sampai sikap yang memperbolehkan individu menentukan apa yang benar bagi dirinya.

  c) Dimensi Psikologis Orangtua biasanya mempunyai pengaruh signifikan pertama pada anak-anaknya. Mereka sering mengajarkan tentang seksualitas melalui komunikasi yang halus dan nonverbal. Seringkali bagaimana seseorang memandang diri mereka sebagai makhluk seksual berhubungan dengan apa yang telah orangtua merka tunjukkan kepada mereka tentang tubuh dan tindakan mereka.

C. Pengetahuan

  1. Pengertian Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2007), pengetahuan adalah hasil tahu yang terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.

  Pengetahuan adalah kesan didalam fikiran manusia sebagai hasil penggunaan panca inderanya yang berbeda sekali dengan kepercayaan dan penerangan- penerangan yang keliru.

  2. Tingkat Pengetahuan Tingkat pengetahuan adalah seberapa kedalaman responden dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti bagaimana manusia menyelesaikan masalah baru. Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoatmodjo, 2003) yaitu: a) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

  b) Memahami

  Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, mramalkan dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

  c) Aplikasi Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi sebenarnya.

  d) Analisa (Analysis) Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata kerja yaitu dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan dan sebagainya.

  e) Sintetis (Syinthesis) Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

  f) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan :

  a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. Pendidikan dapat mempegaruhi seseorang akan pola hidup terutama dalam memotifasi ntuk sikap berperan serta dalam pembangunan. (Wawan & Dewi, 2010)

  b) Umur Umur merupakan hari yang telah dilalui terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Semaki cukup umur semakin tinggi kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja (Elisabeth dalam Wawan & Dewi, 2010).

  c) Pekerjaan Pekerjaan berhubungan dengan sosial ekonomi seseorang dan kondisi sosial ekonomi berpengaruh pada tingkat keampuan seseorang untuk mengetahui kebutuhan hidupnya. Semakin tinggi sosal ekonomi semain tinggi pengetauan yang dimiliki.

  d) Budaya Tingkah laku manusia atau kelompok manusia dapat memenuhi kebutuhan yang meliputi sikap dan kepercayaan.

  e) Sosial Ekonomi

  Tingkat pengetahuan seseorang untuk memenuhi pengetahuan hidup. Semakin tinggi tingkat kemampuan sosial ekonomi akan menambah tingkat pengetahuan seseorang.

  f) Pengalaman Sesuatu yang dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat non formal. Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh suatu kebenaran.

  4. Cara Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan di atas (Notoatmodjo, 2003).

  5. Perkembangan Psikososial Erik H Erickson dalam Imawati (2014) mengungkapkan pendapatnya tentang teori tentang perkembangan psikososial diantaranya : 1) Trust vs mistrust -- bayi (lahir – 12 bulan) Anak memiliki indikator positif yaitu belajar percaya pada orang lain, tetapi selain itu ada segi negatifnya yaitu tidak percaya, menarik diri dari lingkungan masyarakat,dan bahkan pengasingan. Pemenuhan kepuasan untuk makan dan menghisap, rasa hangat dan nyaman, cinta dan rasa aman itu bisa menghasilkan kepercayaan. Pada saat kebutuhan dasar tidak terpenuhi bayi akan menjadi curiga, penuh rasa takut, dan tidak percaya. Hal ini ditandai dengan perilaku makan, tidur dan eliminasi yang buruk.

  2) Otonomi vs ragu-ragu dan malu (autonomy vs shame & doubt) – todler (1-3 tahun) Gejala positif dari tahap ini adalah kontrol diri tanpa kehilangan harga diri, dan negatifnya anak terpaksa membatasi diri atau terpaksa mengalah.

  Anak mulai mengembangkan kemandirian dan mulai terbentk kontrol diri. Hal ini harus didukung oleh orang tua, mungkin apabila dukungan tidak dimiliki maka anak tersebut memiliki kepribadian yang ragu-ragu.

  3) Inisiatif vs merasa bersalah (initiative vs guilt) -- pra sekolah ( 3-6 tahun) Anak mulai mempelajari tingkat ketegasan dan tujuan mempengaruhi lingkungan dan mulai mengevaluasi kebiasaan diri sendiri. Disamping itu anak kurang percaya diri, pesimis, pembatasan dan kontrol yang berlebihan terhadap aktivitas pribadinya. Rasa bersalah mungkin muncul pada saat melakukan aktivitas yang berlawanan dengan orang tua dan anak harus diajari memulai aktivitas tanpa mengganggu hak-hak orang lain.

  4) Industri vs inferior (industry vs inferiority) -- usia sekolah (6-12 tahun) Anak mendapatkan pengenalan melalui demonstrasi ketrampilan dan produksi benda-benda serta mengembangkan harga diri melalui pencapaian, anak biasanya terpengaruhi oleh guru dan sekolah. Anak juga sering hilang harapan, merasa cukup, menarik diri dari sekolah dan teman sebaya.

  5) Identitas vs bingung peran (identity vs role confusion) -- remaja (12

  • 18 tahun)

  Teman sebaya memiliki pengaruh yang sangat besar yang kuat terhadap perilaku anak, anak mengembangkan penyatuan rasa diri sendiri, kegagalan untuk mengembangkan rasa identitas dengan kebingungan peran,sering muncul dari perasaan tidak adekuat, isolasi dan keragu-raguan.

  6) Intimasi vs isolasi (intimacy vs isolation) – dewasa muda (18-25 tahun) Individu mengembangkan kedekatan dan berbagi hubungan dengan orang lain, yang mungkin termasuk pasangan seksualnya, ketidakpastian individu mengenai akan mempunyai kesulitan mengembangkan keintiman, individu tidak bersedia atau tidak mampu berbagi mengenai diri sendiri hal ini akan menjadikan individu meraa sendiri.

  7) Generativitas vs stagnasi atau absorpsi diri – dewasa tengah (45 – 65 tahun) Absorpsi diri orang dewasa akan direnungi selanjutnya, mengekspresikan kepedulian pada dunia di masa yang akan datang, perenungan diri sendiri mengarah pada stagnasi kehidupan. Orang dewasa membimbing generasi selanjutnya, mengekspresikan kepada dunia dimasa yang akan datang.

  8) Integritas ego vs putus asa -- dewasa akhir (65 tahun keatas) Masa lansia dapat melihat kebelakang dengan rasa puas dan penerimaan hidup dan kematian, pencaian yang tidak berhasil dalam krisis ini bisa menghasilkan perasaan putus asa karena individu melihat kehidupan sebagai bagian dari ketidakberuntungan.

  Gejolak emosi remaja dan masalah remaja lain pada umumnya disebabkan antara lain oleh adanya konflik peran sosial. Di satu pihak ia sudah ingin mandiri sebagai orang dewasa, di pihak lain ia masih harus terus mengikuti kemauan orang tua. Rasa ketergantungan pada orang tua di kalangan anak Indonesia lebih besar lagi, karena memang dikehandaki demikian oleh orang tua. Konflik peran yang dapat menimbulkan gejolak emosi dan kesulitan kesulitan lain pada masa remaja dapat dikurangi dengan memberi latihan agar anak dapat mandiri sedini mungkin. Dengan kemandiriannya anak dapat memilih jalannya sendiri dan ia akan berkembang lebih mantap. Oleh karena ia tahu dengan tepat saat yang berbahaya di mana ia harus kembali berkonsultasi dengan orang tuanya atau dengan orang dewasa lain yang lebih tahu dari dirinya sendiri.

D. Kesehatan Reproduksi

  1. Pengertian Kesehatan reproduksi menurut WHO adalah suatu keadaan fisik, mental dan sosial yang utuh, bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Atau suatu keadaan dimana manusia dapat menikmati kehidupan seksualnya serta mampu menjalankan fungsi dan proses reproduksinya secara sehat dan aman (Fatimah, dalam Sulistiyaningsih, 2010).

  2. Orang-orang yang bertanggung jawab atas penentuan peran seks selama masa kanak-kanak Menurut Hurlock (2007) terdapat tiga jenis orang yang pertama-tama bertanggung jawab atas penentuan peran seks anak yaitu orang tua, guru dan teman sebaya.

  a. Orang tua Walaupun kedua orang tua memegang peranan penting dalam penentuan peran seks anak, peranan mereka beragam bergantung dari jenis kelamin dan usia anak. Karena ibu lebih banyak bertanggung jawab dalam pendidikan anak selama awal masa hidupnya dibandingkan ayah, penentuan peran sek lebih dilakukan ibu dari ayah pada saat itu. Berapa besarnya pengaruh ayah kelak pada penentuan peranan sek anak akan bergantung sebagian pada hubungan ayah dengan anaknya dan sebagian pada jenis kelamin anak.

  b. Peran Guru

  Seperti halnya orang tua, berapa besarnya pengaruh guru pada penentuan peran seks anak bergantung pada kualitas hubungan guru dan murid dan pada gengsi yang dikaitkan pada para guru. Selama tahun prasekolah, guru kelompok bermain dan taman kanak-kanak berperan sebagai pengganti orang tua. Dalam peran ini, terdapat kehangatan dalam pembahasan minat anak pada sekolah adalah memburuknya hubungan antara murid dan guru.

  c. Teman sebaya Menjelang akhir masa kanak-kanak, interaksi bermain muncul dan komunikasi antar teman mulai ada. Bila hal ini terjadi, teman sebaya mulai mempengaruhi peran seks anak. Pengaruh ini mungkin berupa peniruan perilaku salah satu teman sebaya atau mungkin berupa identifikasi dengan teman sebaya.

  3. Aspek-aspek stereotip peran seks Menurut Hurlock (2007) terdapat tiga aspek stereotip peran seks yaitu:

  a. Aspek kognitif Aspek kognitif mencakup persepsi, anggapan orang dan harapan orang dari kelompok jenis kelamin pria dan wanita. Anggapan, persepsi dan harapan ini sederhana, seringkali kurang berdasar dan kadang-kadang sebagian tidak akurat tetapi tetap dipertahankan kuat-kuat oleh banyak orang.

  b. Aspek afektif Aspek afektif mencakup sikap ramah maupun tidak ramah umum terhadap objek sikap dan berbagai perasaan sikap dan berbagai perasaan spesifik yang memberi warna emosional pada sikap tersebut. Perasaan ini mungkin berupa kekaguman dan rasa simpati dan superior, iri hati dan rasa takut.

  c. Aspek konatif Aspek konatif dari semua sterotip mencakup anggapan mengenai apa yang harus dilakukan berkenaan dengan kelompok yang bersangkutan dan dengan anggota tertentu kelompok tersebut. Dalam kasus stereotip peran seks, terdapat anggapan bahwa anggota kelompok seks pria harus bertanggung jawab atas tugas-tugas yang menuntut kekuatan fisik, dan bahwa anggota jenis kelamin wanita harus dilindungi terhadap setiap tanggung jawab yang mungkin membahayakan kondisi fisik mereka yang lebih lemah.

  4. Anatomi dan fisiologi seksual Fungsi alat reproduksi menurut Poter dan Perry ( 2005 ) meliputi :

  a) Organ seks wanita 1) Organ seks eksternal

  a. Mons Veneris Mons Veneris (mons pubis) adalah lapisan jaringan lemak yang menutupi tulang pubis dan dilapisi oleh rambut pubis setelah pubertas.

  b. Labia Labia mayora menutup dan melindungi vagina dan ostium uretra.

  Labiya mayora mempunyai reseptor sensoris yang sensitive terhadap sentuhan, tekanan, nyeri, dan suhu. Kedua labia minora, yang tepat di dalam labiya mayora, adalah lipatan tipis kulit berpigmen yang memanjang ke atas untuk membentuk kepala klitoral.

  c. Klitoris Klitoris terdiri dari sebagian besar atas jaringan erektil, mempunyai banyak ujung saraf, dan sangat sensitive terhadap sentuhan, tekanan, dan suhu.

  Klitoris adalah organ yang paling sensitive terhadap stimulasi dan mempunyai peran sentral dalam rangsangan seksual dan peningkatan perasaan ketegangan seksual.

  d. Vestibula Vestibula adalah area vulva di sebelah dalam labia minora. Baik ostium urinarius (meatus) dan ostium vaginalis (intronius) terletak di dalam vestibula. Meatus urinarius terletak di garis tengah dalam vestibula antara klitoris dan ostium vaginalis. Ostium vaginalis atau introitus terletak di antara uretra dan anus. Himen (Selaput dara) merupakan lipatan jaringan membranosa. Pada umumnya himen berlubang sehingga menjadi saluran aliran darah menstruasi. Pada hubungan seks pertama himen akan robek dan mengeluarkan darah. Beberapa wanita mempunyai hymen yang utuh bahkan setelah senggama berulang kali, meskipun ini jarang.

  2) Organ seks internal

  a. Vagina Vagina adalah organ muscular, berdinding tipis yang terangkat kea rah atas pada sudut 45 derajat mengarah ke bagian belakang. Vagina berfungsi sebagai saluran untuk darah menstruasi, melahirkan anak, dan kenikmatan seksual. Lapisan otot bersifat sangat mudah direnggangkan sehingga memungkinkan hubungan senggama dan pelahiran anak.

  b. Uterus Uterus adalah organ muskular berdinding tebal yang terletak diantara kandung kemih dan rektum. Uterus mempunyai panjang sekitar 7,6 cm dan tampak seperti buah pir.

  Menurut Guyton (2011) organ penting saluran reproduksi wanita yaitu:

  ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina. Reproduksi mulai dengan

  perkembangan ovum dalam ovarium. Satu ovum dilontarkan dari satu volikel ovarii masuk rongga abdomen pada pertengahan siklus seksual setiap bulan.

  Ovum ini kemudian berjalan melalui salah satu tuba fallopi keuterus dan bila ia sudah dibuahi oleh sperma, ia mengalami implantasi pada uterus, tempat ia berkembang menjadi fetus, plasenta dan membrane fetal. Pada pubertas, dua ovarium mengandung sekitar 300.000 ovum. Ovum yang dikelilingi oleh satu lapis sel epiteloid dinamakan folikel primordial. Selama tahun-tahun reproduksi wanita, hanya sekitar 400 folikel yang cukup berkembang untuk melontarkan ovumnya, sisanya mengalami degenerasi. Pada akhir kemampuan reproduksi, menopause, hanya beberapa folikel primordial tersisa dalam ovarium, dan malahan ia mengalami degenerasi segera sesudahnya.

  Menurut Guyton (2011) fungsi estrogen pada efek sifat seksual primer dan sekunder antara lain:

  1. Efek pada organ seks Waktu masa kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam jumlah sedikit, tetapi setelah pubertas jumlah sedikit, tetapi setelah pubertas jumlah estrogen yang disekresi di bawah pengaruh hormone gonadotropin hipofisis meningkat sampai 20 kali atau lebih. Pada saat ini organ sek wanita berubah dari bentuk kanak-kanak menjadi bentuk dewasa. Tuba fallopii, uterus, dan vagina, semua ukurannya bertambah. Genitalia ekstermons pubis dan labia majorserta disertai pembesaran labia minora.

  2. Efek pada payudara Estrogen dapat menyebabkan pengendapan lemak dalam kelenjar mammae, perkembangan kelenjar endometrium yang kemudian digunakan untuk membantu nutrisi ovum yang berimplantasi. Efek ini dibicarakan kemudian dalam bab ini, dalam hubungan dengan siklus endometrium.

  3. Efek pada rangka Estrogen menyebabkan peningkatan aktivitas osteoblastik. Sehingga pada pubertas, bila wanita memasuki masa reproduksi, kecepatan tingginya menjadi cepat selama beberapa tahun. Tetapi, estrogen mempunyai efek kuat lain pada tumbuhan rangka: estrogen menyebabkan penyatuan epifisis yang dini dengan batang tulang panjang. Efek ini jauh lebih kuat pada wanita dari pada testosteron pada pria. Sebagai akibatnya, pertumbuhan wanita biasanya berhenti beberapa tahun lebih dini dari pada pertumbuhan pria.

  4. Efek atas pengendapan lemak Estrogen menyebabkan peningkatan pengendapan lemak pada jaringan subkutis. Sebagai akibatnya, berat jenis tubuh wanita secara keseluruhan, seperti dinilai oleh pengambangan dalam air, jauh lebih kurang dari pada pria yang mengandung lemak banyak protein dan lebih sedikit lemak.

  5. Efek pada kulit Estrogen menyebabkan kulit menjadi lebih vaskular daripada normal, efek ini sering mengakibatkan perdarahan yang lebih banyak pada permukaan yang terpotong daripada yang ditemukan pada pria.

  6. Fungsi intrasel estrogen Setelah estrogen disekresi oleh ovarium, estrogen bersirkulasi dalam darah hanya selama beberapa menit sebelum mereka dikirim kesel sasaran.

  Waktu masuk dalam sel ini, estrogen berikatan dalam 10 sampai 15 detik dengan protein “reseptor” dalam sitoplasma dan kemudian, dalam ikatan dengan protein ini bermigrasi keinti. b) Alat reproduksi laki – laki

  a) Organ seks eksternal

  a. Penis Penis terdiri atas batang dan glans dan tidak mengandung otot atau tulang. Batang penis terdiri atas tiga tuba sejajar dari jaringan erektil: dua buah korpora kavernosa, yang terletak bersisian, dan di bawah keduanya sebuah korpus spongiosum yang mengelilingi uretera.

  b. Skrotum Skrotum adalah kantong kulit yang tipis, longgar melindungi kedua testis. Skrotum terletak pada bagian dasar penis. Skrotum dibagi menjadi dua kompartemen: masing-masing mengandung satu testis, epdidimis, dan bagian duktus deferens. Suhu di dalam skrotum sedikit di bawah suhu tubuh sehingga dapat terjadi sepermatogenesis (pembentukan sperma).

  b) Organ seks internal Organ seks internal pria adalah testikel (atau testis), system duktus

  (epididymis, duktus atau vas deferens, dan uretra), dan beberapa organ aksesori (vesikula seminalis, kelenjar prostat, dan kelenjar bulbouretral).

  Testosteron menstimulasi pertumbuhan dan perkembangan organ genital dan menunjang pertumbuhan dan perkembangan tulang dan otot. Sperma mengalir ke dalam epididymis, suatu duktus yang terletak tepat di luar testis. Sperma membutuhkan waktu 2 sampai 4 minggu untuk mengalir dari epididimis ke dalam duktus deferen. Duktus deferen adalah tuba panjang dari setiap testis yang menjalar ke atas dan keluar skrotum.

  Menurut Guyton (2011) efek testosterone pada perkembangan sifat seksual primer dan sekunder dewasa adalah sebagai berukut:

  1. Distribusi rambut tubuh Testosteron menyebabkan pertumbuhan rambut (1) diatas pubis, (2) pada wajah, (3) biasanya pada dada (4) lebih jarang pada tubuh lain, sepserti punggung. Testosteron juga menyebabkan rambut pada sel bagian besar tubuh lain menjadi subur.

  2. Botak Testosteon mengurangi pertumbuhan rambut pada puncak kepala, pria yang tidak mempunyai testis yang berfungsi tidak menjadi botak. Akan tetapi banyak pria virilisme tidak pernah botak, karena botak merupakan akibat dari dua faktor: pertama, dasar genetik perkembangan botak dan kedua tumpang tindih pada dasar genetik ini, jumlah hormone androgen yang banyak.

  3. Efek pada suara Testosteronyang disekresi testis atau yang disuntikkan pada tubuh menyebabkan hipertrofi mukosa laring dan pembesaran laring. Efek ini mula- mula suara menjadi relative sumbang relative “pecah, tetapi hal ini lambat laun berubah menjadi suara bass yang khas untuk pria.

  4. Efek pada kulit Testosterone meningkatkan tebal kulit pada seluruh tubuh dan meningkatkan meningkatkan kekasaran jaringan subkutis.

  5. Efek pada pembentukan protein dan perkembangan otot

  Salah satu sifat pria yang terpenting adalah perkembangan peningkatan otot setelah pubertas. Hal ini dihubungkan dengan peningkatan protein pada bagian tubuh lainnya.

  6. Efek pada pertumbuhan tulang dan retensi kalsium Setelah pubertas atau setelah penyuntikan testosterone jangka lama, tulang tumbuh sangat tebal dan juga mengendapkan banyak garam-garam kalsium. Jadi testosteron meningkatkan jumlah total matrikks tulang dan juga menyebabkan retensi kalsium. Peningkatan matriks tulang diduga akibat dari fungsi anabolic umum testosterone pada protein.

  7. Efek pada sel darah merah Rata-rata pria mempunyai 700.000 sel darah merah permililiter kubik daripada rata-rata wanita. Akan tetapi, rata-rata inimungkin sebagian akibat peningkatan laju metabolism setelah pemberian testosterone bukan efek langsung testosterone pada pembentukan sel darah merah. d. Faktor–faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi Merurut Harahap (dalam Sulitiyaningsih, 2010) faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan reproduksi adalah : 1) Faktor sosial ekonomi Kemiskinan, tingkat pengetahuan yang rendah, ketidaktahuan tentang kesehatan reproduksi dan lokasi tempat tinggal yang terpencil.

  2) Faktor budaya dan lingkungan Informasi tentang kesehatan reproduksi yang diperoleh.

  3) Faktor Psikologis Remaja dengan kondisi Broken home (keretakan pada orang tua, depresi karena ketidak seimbangan hormon dan lain-lain).

  4) Faktor Biologis Cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi pasca penyakit seksual, dan lain – lain.

E. Sikap

  1. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus atau obyek, sehingga manifestasi sikap tidak langsung dapat dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan (Notoadmojo, 2003). Sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu, dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial.

  2. Tingkatan sikap terdiri dari : 1) Menerima (receiving).

  Menerima diartikan bahwa orang atau subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

  2) Merespons (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap tingkat dua.

  3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

  4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilih dengan segala risiko merupakan sikap yang paling tinggi (Azwar, 2005).

  3. Faktor yang mempengaruhi sikap Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap, sebagaimana yang diungkapkan oleh Azwar (2005) dalam bukunya Sikap

  Manusia, Teori dan Pengukurannya yaitu dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap tertentu terhadap berbagai obyek psikologis yang dihadapinya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan sikap antara lain: a) Pengalaman pribadi Hal–hal yang telah dan sedang dialami akan ikut membentuk dan mempengaruhi penghayatan terhadap stimulus. Pengalaman pribadi yang memberik kesan kuat merupakan dasar pembentukan sikap.

  b) Pengaruh lingkungan sosial Individu cenderung untuk memiliki sikap searah dengan orang-orang yang berpengaruh terhadap dirinya, hal ini dimotivasi oleh keinginan untuk bergabung dan menghindari konflik dengan orang yang di anggap penting.

  c) Pengaruh kebudayaan Pengaruh kebudayaan dimana individu hidup dan dibesarkan mempunyai pengaruh besar.

  d) Media massa Media massa sebagai sarana komunikasi mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan dan kepercayaan individu. Informasi baru yang disampaikan memberi landasan kognitif baru, pesan sugestif yang kuat akan memberi dasar afektif dalam menilai suatu hal sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

  e) Institusi, atau lembaga pendidikan dan lembaga agama Di dalam kedua lembaga tersebut meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk, garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari pendidikan dan pusat keagamaan serta ajaran–ajarannya.

  f) Faktor emosi dalam individu.

F. Seks bebas

  Masalah seks pada remaja sering kali mecemaskan pada orang tua, juga pendidik, penjabat pemerintah, para ahli dan sebagainya. Pada remaja yang tidak melakukan hubungan seks, tentunya tidak terdapat PMS, karena penyakit ini hanya bisa menular melalui hubungan seks. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa remaja yang tidak atau belum bersenggama otomatis bebas bermasalah. Misalnya dalam kenyataan perasaan takut atau dan berdosa tetap melanda diri remaja yang melakukan mastrubasi. Padahal jumlah remaja yang melakukan mastrubasi cukup tinggi sebagaimana terlihat dalam hasil penelitian Arswendo Atmjowiloto (Sarwono, 2007).

  1. Pengertian Seks adalah perbedaan badani atau biologis perempuan dan laki-laki, yang sering disebut jenis kelamin (Anton, 2010). Perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2007).

  2. Faktor-faktor Penyebab Seks pranikah Menurut Sarwono (2008), ada 5 faktor penyebab seks pranikah yaitu:

  a) Meningkatnya Libido Seksualitas Remaja mengalami perubahan-perubahan fisik dan peran sosial yang terjadi pada dirinya. Di dalam upaya mengisi peran sosialnya, seorang remaja mendapat motivasinya dari meningkatkan energi seksual atau libido. Menurut Anna Freud, fokus utama dari energi seksual ini adalah perasaan-perasaan di sekitar alat kelamin, objek-objek dan tujuan seksual.

  b) Penundaan Usia Perkawinan Penundaan usia perkawinan terjadi karena banyak hal, salah satunya adalah karena kecenderungan masyarakat untuk meningkatkan taraf pendidikan. Dan juga dengan adanya Undang-Undang No. 1974 tentang perkawinan pasal 7 ayat 1 yang menyatakan bahwa usia pria saat menikah harus sudah mencapai 19 tahun sedangkan wanita mencapai umur 16 tahun.

  c) Tabu-Larangan Seks dianggap bersumber pada dorongan-dorongan naluri yang bertentangan dengan dorongan “moral” sehingga menyebabkan remaja pada umunya tidak mau mengakui aktivitas seksualnya dan sangat sulit diajak berdiskusi tentang seks.

  d) Kurangnya Informasi tentang Seks Pada umumnya remaja tanpa pengetahuan yang memadai tentang seks akan salah mengartikan tentang seks. Hal ini disebabkan karena kurangnya informasi tentang seks dari orang tua sehingga mereka berpaling ke sumber- sumber lain yang tidak akurat.

  e) Pergaulan yang Makin Bebas Kebebasan pergaulan antar jenis kelamin pada remaja, kiranya di kota- kota besar. Hal ini sangat mengkhawatirkan apalagi jika kurangnya pemantauan dari orang tua.

  3. Faktor-faktor yang mempengaruhi seks pranikah remaja Menurut Nitya (2009), perilaku seksual merupakan hasil interaksi antara kepribadian dengan lingkungan sekitarnya. Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perilaku seksual, yaitu: a) Persepektif biologis.

  Perubahan-perubahan hormonal yang hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual tertentu.

  b) Pengaruh orang tua.

  Pengaruh orang tua naik karena ketidaktahuan maupun karena sikapnya yang masih mentabukan pembicaraan mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak. Orang tua cenderung membuat jarak dalam anak dalam masalah ini.

  c) Pengaruh teman sebaya. Kecenderungan pengetahuan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan dalam masyarakat. Selain itu pada masa remaja, pengaruh teman sebaya sangat kuat sehingga munculnya penyimpangan perilaku seksual dikaitkan dengan norma kelompok sebaya.

  d) Persepektif akademik. Remaja dengan presentasi rendah dan tahap aspirasi rendah cenderung lebih sering memunculkan aktifitas seksual dibandingkan remaja yang memiliki presentasi yang baik. Persepektif sosial kognitif, kemampuan sosial kognitif diasosiasikan dengan pengambilan keputusan yang menyediakan pemahaman perilaku seksual dikalangan remaja. Remaja mampu mengambil keputusan secara tepat berdasarkan nilai-nilai yang dianutnya yang dapat lebih menampilkan perilaku seksual yang lebih sehat.

  4. Akibat Pergaulan Seks Pranikah Menurut Notoatmojdo (2007) begitu banyak remaja yang tidak tahu dari akibat perilaku seksual mereka terhadap kesehatan reproduksi baik dalam keadaan waktu yang cepat ataupun dalam waktu yang lebih panjang. Beberapa dampak perilaku seksual remaja pranikah terhadap kesehatan reproduksi, yaitu:

  a) Hamil yang tidak dikehendaki (Unwanted pregnancy) Merupakan salah satu akibat dari perilaku seksual remaja. Anggapan- anggapan yang keliru seperti : melakukan hubungan seks pertama kali, atau hubungan seks jarang dilakukan, atau perempuan masih muda usianya, atau bila hubungan seks dilakukan sebelum dan sesudah menstruasi, atau bila mengunakan tehnik coitus interuptus (senggama terputus), kehamilan tidak akan terjadi merupakan penetus semakin banyaknya kasus unwanted pregnancy (Hamil yang tidak dikehendaki).

  b) Penyakit Menular Seksual (PMS) – HIV / AIDS Dampak lain dari perilaku seksual remaja terhadap kesehatan reproduksi adalah terhadap PMS termasuk HIV/AIDS. Sering kali remaja melakukan hubungan seks yang aman. Adanya kebiasaan berganti-ganti pasangan dan melakukan anal seks menyebabkan remaja semakin rentan untuk tertular HIV / PMS, seperti sivilis, Gonore, Herpes, klamidia, dan AIDS. c) Psikologis Dampak lain dari perilaku seksual remaja yang sangat berhubungan dengan kesehatan reproduksi adalah konsensi psikologis. Setelah kehamilan terjadi, pihak perempuan atau tepatnya korban utama dalam masalah ini. Perasaan bingung, cemas, malu, dan bersalah yangdialami remaja setelah mengetahui kehamilanya bercampur dengan perasaan depresi, pesimis terhadap masa depan, dan kadang disertai rasa benci marah baik kepada diri sendiri maupun kepada pasangan, dankepada nasib membuat kondisi sehat secara fisik, sosial, dan mentalyang berhubungan dengan sistem, fungsi, dan proses reproduksi remajatidak terpenuhi.

  5. Beberapa cara untuk menghindari pergaulan seks pranikah Beberapa cara untuk menghindari pergaulan seks bebas yaitu :

  a) Carilah kegiatan-kegiatan atau alternatif baru sehingga apatmenemukan kepuasan yang mendalam dari interaksi yang terjalin (bukan kepuasan seksual).

  b) Membuat komitmen bersama dengan pacar dan berusaha keras untukmematuhi komitmen itu. Komitmen dalam hal ini adalah kesepakatandalam batasan-batasan seksual yang dipilih dalam hubungan pacaran.

  c) Hindari situasi atau tempat yang kondusif menimbulkan fantasi ataurangsangan seksual seperti berduaan dirumah yang tidak berpenghuni,dipantai malam hari, tempat yang sepi dan gelap. d) Hindari frekuensi pertemuan yang terlalu sering karena jika seringbertemu tanpa adanya aktifitas pasti dan tetap, maka keinginan untukmenoba aktifitas seksual biasanya semakin menguat.

  e) Libatkan banyak teman atau saudara untuk berinteraksi sehinggakesempatan untuk selalu berduaan makin berkurang.

  f) Carilah informasi sebanyak-banyaknya tentang masalah seksualitas darisumber yang dapat dipercaya bukan dari BF, buku stensilan dan lain-lain.

  g) Pertimbangkan resiko dari tiap-tiap perilaku seksual yang dipilih.

  h) Mendekatkan diri pada Tuhan dan berusaha keras menghayati norma atau nilai yang berlaku.

G. Kerangka teori

Gambar 2.1 kerangka teori

  Sumber : Hadi (2005) dan Sulistiyaningsih (2010)