BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - HUBUNGAN ANTARA PERAN ORANG TUA DALAM KEGIATAN MEMBACA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS VI-B MIM PENGADEGAN KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN PELAJARAN 2013-2014 - repository perpustakaan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan Membaca merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting dalam

  kehidupan sehari-hari. Kemampuan membaca yang baik akan ikut membantu dalam mempermudah segala segi kehidupan. Peneliti melakukan penelitian dengan judul hubungan antara peran orang tua dalam kegiatan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VI-B MIM Pengadegan, Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2013-2014. Penelitian yang dilakukan oleh peneliti ini, memiliki kemiripan dengan penelitian terdahulu yang ikut memberikan andil dalam pembuatan penelitian ini. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Novita Listiyani dengan judul hubungan kebiasaan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman pada siswa kelas VII di SMP N 3 Purworejo Klampok Kabupaten Banjarnegara tahun ajaran 2012-2013.

  Hasil analisis penelitian terdahulu ini, menggunakan dua variabel yaitu variabel X (variabel bebas) dan variabel Y (variabel terikat). Hasil analisis pada masing-masing variabel menunjukan hasil nilai mean variabel bebas adalah (81,12) dan mean dari variabel terikat (65,59). Hal ini juga terlihat dari perhitungan nilai ideal yang memperlihatkan variabel kebiasaan membaca jatuh pada kategori tinggi, sedangkan nilai ideal dari variabel terikatnya jatuh pada kategori sedang. Dari data statistik, kedua variabel dalam penelitian ini menunjukan hubungan yang korelatif. Artinya, variabel kebiasaan membaca memiliki hubungan yang erat dengan variabel kemampuan membaca pemahaman.

  7

B. Peran Orang Tua 1. Pengertian Orang Tua

  Keluarga merupakan faktor utama yang memengaruhi kebiasaan anak dalam membaca. Menurut Hasbullah (2009: 87) dilihat dari segi pendidikan, keluarga adalah satu kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga yang menyediakan situasi belajar. Keluarga terdiri dari ayah atau suami, ibu atau istri, dan anak-anak yang belum menikah dan merupakan unit pergaulan yang terkecil dalam masyarakat (Soekanto, 2004: 22). Dalam penelitian ini, lebih dikhususkan kepada orang tua dari anak tersebut. Menurut Poerwadarminta (2007: 813) orang tua adalah orang (bapak dan ibu) yang dianggap sudah tua. Anak akan belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua. Oleh karena itu, keberhasilan anak di kemudian hari banyak ditentukan oleh seberapa besar peran yang diberikan orang tua (keluarga).

  Keluarga merupakan pendidikan moral yang paling utama bagi seorang anak. Orang tua merupakan guru moral pertama yang memberikan pengaruh paling bertahan lama. Seorang anak akan terus berganti guru setiap tahunnya, namun mereka memiliki satu orang tua sepanjang masa pertumbuhannya. Anak bukan robot yang menunggu tombol untuk ditekan baru akan bergerak, anak tidak selamanya terus didampingi, diatur, dan tidak selalu perlu dibimbing karena anak akan memiliki kesadaran sendiri untuk berdiri sendiri namun diberikan pengawasan tanpa dikekang. Jadi, dapat peneliti simpulkan definisi dari orang tua adalah seseorang yang sudah tua, serta menjadi orang pertama yang memiliki peran untuk mendidik dan memberikan pengawasan kepada anak mereka sehingga orang tua menjadi peranan yang sangat penting dalam keberhasilan anak mereka nantinya.

2. Peran Orang Tua

  Perilaku individu (anak) dalam kesehariannya hidup bermasyarakat berhubungan erat dengan peran orang tua. Peran adalah bagian dari tugas utama yang harus untuk dilakukan. Orang tua yang dimaksud dalam penelitian ini ialah ayah dan ibu kandung yang memiliki tugas mendidik anak-anak dalam keluarga. Dalam peran terkandung sebuah hak dan kewajiban yang harus dijalani seorang individu. Dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca pemahaman siswa, orang tua perlu berperan aktif dalam kegiatan belajarnya. Dikarenakan, waktu terbanyak yang dimiliki seorang anak adalah berada pada lingkup keluarga.

  Kemampuan membaca tidak berkembang begitu saja, melainkan bergantung pada sejauh mana orang tua memberikan dukungan dan rangsangan kepada anak. Selain rangsangan, kesiapan anak untuk membaca bergantung pada sejauh mana kematangan syaraf-syaraf otaknya dalam menangkap isi bacaan. Untuk melakukan kegiatan membaca, diperlukan minat yang tinggi serta kemampuan pemahaman. Dari keluarga, orang tua bisa mengetahui bakat, daya tangkap, perilaku, dan kemampuan anak. Orang tua dan anak memiliki perannya masing-masing namun orang tualah yang memiliki peran yang lebih besar serta berkewajiban dalam mengarahkan seorang anak. Pendidikan, pengalaman, dan wawasan orang tua sangat berhubungan dengan keberhasilan pendidikan anaknya. Orang tua yang memiliki pendidikan, pengalaman, dan wawasan tinggi akan lebih banyak memberikan perhatian dan bantuan kepada anaknya baik materiil/ non materiil. Peran orang tua dalam bidang materiil meliputi penyediaan perlengkapan dan fasilitas yang menunjang siswa dalam belajar. Peran orang tua dari bidang non materiil diantaranya memberikan perhatian dan motivasi serta dorongan kepada sang anak.

  Menurut Salahudin (2013: 363) orang tua memiliki kewajiban terhadap anak-anaknya. Pertama, orang tua harus terus memberikan motivasi terhadap hal baik yang dilakukan anak. Kedua, orang tua hendahnya menyediakan sarana keberhasilan bagi anak. Ketiga, orang tua mau memasukkan anak ke lembaga pendidikan khusus.

  Keempat, orang tua berperan dalam mengarahkan seorang anak pada kecenderungannya. Kelima, orang tua hendaknya tidak berlebihan dalam bersikap terhadap prestasi yang didapatkan anak.

  a. Memberikan motivasi Motivasi merupakan kekuatan yang menggerakkan anak untuk melakukan sesuatu. Motivasi biasanya mendorong seseorang untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai tujuan yang diinginkannya. Dorongan dan penghargaan terhadap keberhasilan dan usaha-usaha yang baik merupakan kekuatan penggerak dan motivasi utama bagi anak. Orang tua harus menerima apapun hasil karya anak dan selalu memberikan dorongan dalam mengembangkan kemampuannya.

  Orang tua juga harus menanamkan sikap disiplin dalam melakukan kegiatan membaca pada anak sehingga anak bisa memahami apa saja isi atau manfaat yang didapatkan dari kegiatan membaca.

  b. Menyediakan sarana keberhasilan Orang tua harus memberikan sarana yang menunjang keberhasilan seorang anak.

  Kemampuan seorang anak harus selalu membutuhkan penumbuhan sebagaimana tanaman membutuhkan siraman air. Misalnya, menghadapi seorang anak yang memiliki kegemaran membaca buku, orang tua harus memberikan sarana penunjang berupa buku-buku baik buku fiksi atau non fiksi. Selain dorongan, perlu adanya sarana penunjang lain seperti tempat yang nyaman serta penerangan yang cukup agar inti dari kegiatan membaca itu bisa ditangkap dengan baik.

  c. Memasukkan anak ke lembaga pendidikan khusus Banyak terdapat lembaga pendidikan khusus pada bidang tertentu, dengan sumber daya manusia yang berpengalaman. Lembaga tersebut biasanya didirikan untuk mendidik anak-anak yang mempunyai kemampuan lebih di bidang tertentu. Di sini, anak-anak akan berinteraksi dengan rekannya dengan bidang yang sama.

  d. Mengarahkan anak pada kecenderungannya Orang tua tidak boleh memaksa seorang anak untuk mengikuti kemauannya secara pribadi karena setiap anak memiliki kecenderungan yang berbeda-beda.

  Orang tua hanya perlu mengajarkan anak untuk bertanggungjawab dan menerima resiko atas pilihan dan kecenderungannya dengan segala konsekuensi yang harus dihadapinya. Dengan demikian, anak memiliki tanggungjawab dan percaya diri yang tinggi tanpa merasa rendah diri.

  e. Tidak berlebihan dalam bersikap Anak yang cerdas dapat membuat orang tuanya menjadi senang serta bangga dengannya. Mereka menyebut-nyebutkan kepada para sahabat, dan orang-orang dekatnya tentang segala kelebihan dan kebaikan anaknya, memenuhi segala permintaannya, dengan harapan semua itu dapat mendorong keberhasilan dan kesuksesan baginya. Padahal, memanjakan anak dengan cara berlebihan justru akan menghambat anak.

  Dalam upaya meningkatkan kegiatan membaca pada anak, peran yang perlu dilakukan di rumah adalah a) membina hubungan antara anak orang tua informal, hubungan pribadi, b) orang tua perlu memberikan contoh/membetulkan saat anak keliru dalam menjawab pertanyaan, c) kegiatan bersifat luwes, orang tua tidak bersikap otoriter, d) orang tua menyesuaikan dengan minat dan kebutuhan anak,

  e) penekanan pada pemahaman membaca. Bentuk-bentuk peran orang tua dalam kegiatan membaca selain melalui pendampingan anak dalam belajar, perlu memperhatikan pula bentuk-bentuk kegiatan belajar yang lain. Dalam saat-saat semacam ini dapat dikembangkan komunikasi dua arah antara orang tua dapat menanyai dan mengungkapkan keadaan anak dan sebaliknya anak dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang hal-hal yang baru saja dilihatnya atau dihadapinya.

  Menurut Ellys (2006: 3) orang tua yang sering meluangkan waktu bersama anak- anaknya lebih bisa menyesuaikan dengan kegemaran anak. Anak yang tertarik pada suatu hal, perlu dibantu agar ia mau bereksplorasi untuk memperluas wawasannya pada hal yang ia minati, misalnya pada hal kegiatan membaca.

  Menurut Yosiana (2008: 30) peran orang tua dalam menumbuhkan kegiatan membaca pada anak usia dini adalah: a. Orang tua harus dapat mengarahkan perilaku anak dengan cara menuntunnya mengikuti patokan-patokan perilaku sebagaimana yang diinginkan demi menunjang kegiatan membaca sang anak.

  b. Memberikan perhatian positif (memuji), akan meningkatkan perilaku yang baik, misalkan anak akan lebih senang melakukan kegiatan membaca jika dipuji oleh orang tuanya.

  c. Mengadakan bimbingan setiap hari meskipun dalam jangka waktu yang pendek.

  Hal ini akan membuat anak gemar membaca dan menjadikan anak memiliki kebiasaan positif. Jika anak mengalami kesulitan orang tua dapat membantunya. d. Orang tua harus memberikan motivasi untuk menumbuhkan perasaan dalam diri anak untuk melakukan kegiatan membaca dengan bersungguh-sungguh.

  e. Orang tua harus memperhatikan fisik, mental, sarana dan prasarana anaknya jika anak sedang berada di rumah maupun sekolah. Hal ini dapat membina dan mengembangkan intelektual yang dimiliki.

  f. Menjaga hubungan baik dengan anak. Orang tua dapat bertanya kepada anak, apa kesulitan yang sedang dihadapi dalam membaca? Dengan demikian orang tua dapat membantu kesulitan anak.

  g. Jika anak terlihat sangat malas untuk belajar, kita sebagai orang tua harus bertanggung jawab yaitu dengan mencarikan teman belajar untuk si anak. Dengan demikian anak akan lebih senang dan semangat dalam melakukan kegiatan membaca.

  Menurut Waristyaningrum (2008: 57) orang tua merupakan figur dan teladan bagi seorang anak. Anak menjadikan orang tua mereka menjadi tempat perlindungan dan kasih sayang. Begitu banyak peranan orang tua yang sempurna yang mampu mengajarkan kegiatan membaca pada anak, antara lain: a. Orang tua memberikan kekuatan emosional dan kasih sayang yang berlimpah.

  Kemampuan orang tua dalam membantu anak belajar membaca, menjadikan anak memandang bahwa orang tuanya mampu diandalkan sebagai tempat mencari solusi.

  b. Kepekaan terhadap sarana instrumental yang diberikan orang tua membuat anak merasakan keperdulian orang tua terhadap dirinya. Saat orang tuanya menyadari anak membutuhkan buku pelajaran untuk mengasah kemampuan membaca pemahamannya, orang tua memiliki kepekaan untuk menyediakan sarana yang dibutuhkan anak. c. Dorongan memberikan semangat dan inspirasi kepada anak untuk selalu berlatih dan melakukan rutinitas membacanya sehingga dapat meningkatkan kualitas kehidupan anak. Anak yang gemar membaca akan berdampat pada pengetahuannya dan prestasi belajarnya.

  d. Pengertian hidup dengan pemahaman. Orang tua tidak hanya berhenti saat seorang anak mampu memahami isi bacaan yang dibacanya, namun orang tua terus memberikan dukungan informatif (saran dan nasehat) agar anak menerapkan apa hal positif dari bacaan dalam kehidupannya sehari-hari.

  e. Orang tua akan bangga atas keberhasilan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan seorang anak. Misalkan, dukungan dalam kegiatan membaca menjadikan anak tersebut mampu mendapatkan prestasi karena hasil pemahaman bacaannya yang baik.

  Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa peran orang tua dalam kegiatan membaca seorang anak meliputi: a. Emosional, mencakup rasa empati, perhatian, pengawasan, dan keperdulian yang besar terhadap seorang anak serta memberikan rasa aman, rasa saling memiliki dan rasa mengasihi antara orang tua dan anak. Orang tua mencurahkan perhatiannya saat anak melakukan kegiatan membaca dengan memperhatikan dan menanggapi bagaimana kemampuan membaca yang dimiliki anak.

  b. Instrumental, mencakup sarana serta bantuan langsung sesuai yang dibutuhkan oleh seorang anak dalam meunjang kegiatan membaca yang dilakukannya.

  Misalnya, memberikan buku pelajaran yang akan menunjang prestasi belajarnya di sekolah.

  c. Penghargaan, mencakup rasa menghormati yang tercermin dari perilaku anak terhadap orang tua, penghargaan yang diberikan orang tua atas keberhasilan anak namun tidak berlebihan, ikut melibatkan anak dalam pengambilan sebuah persetujuan, serta mendorong anak untuk terus meningkatkan informasi yang ia peroleh dengan melakukan kegiatan membaca.

  d. Informatif, mencakup pemberian nasehat yang orang tua lakukan kepada anak dengan tujuan menjadikan anak paham tentang kegunaan membaca untuk masa depan nantinya. Pemberian saran-saran membuat anak akan berpikir sendiri apakan yang ia lakukan sudah baik atau buruk, bermanfaat atau tidak.

4. Metode Pendidikan Keluarga terhadap Anak

  Menurut Prasetyono (2008: 92) sikap orang tua, perilaku, cara membimbing, dan pengawasan sangat berperan terhadap perkembangan anak.

  Terdapat tiga pengajaran yang diberikan orang tua terhadap anaknya, yakni:

  a. Prinsip pengajaran otoriter adalah bahwa orang tua mempunyai hak penuh untuk menentukan segala hal yang menyangkut anaknya. Anak diposisikan sebagai penerima dan anak tidak diberi hak untuk memilah atau menentukan keinginan dirinya sendiri. Kecenderungan orang tua otoriter terlihat dari aturan-aturan yang mereka ciptakan, seperti mengekang, melarang, dan jarang memberikan hadiah atau pujian. Aktivitas anak selalu diatur dan ditentukan oleh orang tua, sehingga anak sering merasa tertekan. Dalam keluarga seperti ini, minat membaca pada anak tidak bisa berkembang dengan baik. Meskipun orang tua menekankan atau menuntut anak untuk membaca, tidak akan membuahkan hasil yang baik karena dilakukan dengan keterpaksaan.

  b. Prinsip demokratis dalam pendidikan keluarga adalah masing-masing pihak mempunyai hak yang sama dan harus saling menghormati. Dengan penuh kasih sayang, orang tua memberikan dorongan semangat, bimbingan, pengarahan, dan pengertian kepada anaknya untuk lebih menyukai aktivitas membaca. Ciri pendidikan keluarga yang demokratis adalah anak bebas dalam mengemukakan pendapat, dan orang tua memberikan kesempatan kepada anak untuk berkreasi melakukan apa yang diyakininya. Keluarga yang demokratis lebih berhasil dalam mengembangkan kemampuan membaca pada anak. Anak diberikan kebebasan untuk memilih bahan bacaan yang disukainya, namun orang tua tetap memberikan batasan tentang bahan bacaan yang dipilihnya.

  c. Prinsip permisif berpola orang tua lebih terbuka lagi. Anak diberikan kebebasan untuk memilih apa yang diinginkan. Orang tua tidak banyak ikut campur tangan atau menutup mata terhadap apa yang dilakukan anak. Orang tua seakan-akan tidak memiliki kewajiban untuk mengontrol anaknya. Sikap permisif orang tua akan memanjakan anak. Orang tua tidak pernah mendorong atau merangsang anaknya ke arah pengembangan kegiatan membaca. Meskipun orang tua memberikan kebebasan penuh terhadap aktivitas anak yang berhubungan dengan membaca, orang tua tidak pernah mengawasi bahan bacaan yang dibaca anak.

  Orang tua tidak pernah memberikan pengertian tentang bahan bacaan yang pantas dibaca oleh anaknya.

5. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

  Menurut Djaali (2011: 101) kemampuan seorang anak dalam belajar sangat menentukan keberhasilannya dalam proses belajar. Di dalam proses belajar tersebut banyak faktor yang mempengaruhinya, antara lain motivasi, sikap, minat, kebiasaan belajar, dan konsep diri. Seorang anak yang mampu melaksanakan proses belajar dengan baik, maka prestasinya juga akan baik. Namun seorang anak yang mengalami hambatan-hambatan dalam proses belajar tersebut, maka prestasinya juga akan kurang. Dalam penelitian ini, kegiatan belajar yang dimaksud adalah kegiatan belajar membaca yang dilakukan seorang anak di lingkungan keluarga. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar seorang anak, diantaranya:

  a. Motivasi Motivasi adalah kondisi fisiologis dan psikologis yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan aktivitas tertentu guna mencapai suatu tujuan (kebutuhan). Kebutuhan fisiologis adalah kebutuhan pokok yang harus dipenuhinya seperti keperluan makan, berpakaian, dan bertempat tinggal. Sedangkan, kebutuhan psikologis adalah kebutuhan akan perlindungan, keselamatan, dan rasa aman yang diberikan oleh masing-masing orang tua kepada anaknya. Motivasi berkaitan dengan hasrat untuk mendapatkan sebuah penghargaan atau prestasi. Motivasi berprestasi bisa diartikan sebagai dorongan untuk mengerjakan suatu tugas dengan sebaik-baiknya. Biasanya motivasi untuk berprestasi ini juga mengacu pada ukuran keberhasilan berdasarkan penilaian terhadap tugas yang dikerjakan.

  b. Sikap Sikap memiliki kecenderungan untuk mengarah pada tindakan yang akan dilakukan seseorang berkenaan dengan suatu objek. Arah tersebut bisa mendekati atau menjauhi objek yang dilandasi perasaan penilaian individu yang bersangkutan terhadap objek tersebut. Misalnya, ia menyukai atau tidak menyukai, menyetujui atau tidak menyetujui. Sikap belajar ikut berperan dalam menentukan kegiatan belajar anak. Oleh karena itu, seorang anak yang sikap belajarnya positif akan belajar lebih aktif sehingga memperoleh hasil yang lebih baik dibandingkan sikap belajar yang negatif.

  c. Minat Minat adalah rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya merupakan penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, maka semakin besar pula minatnya. Biasanya minat akan sesuatu tidak dibawa sejak lahir melainkan diperoleh kemudian hari.

  d. Kebiasaan belajar Kebiasaan belajar memiliki hubungan erat dengan kemampuan yang dimiliki seorang anak. Kebiasaan merupakan cara bertindak yang diperoleh melalui belajar secara berulang-ulang yang pada akhirnya menjadi menetap dan bersifat otomatis. Orang tua ikut berperan dalam kebiasaan belajar yang dimiliki seorang anak, karena orang tualah yang bertugas memberikan pengawasan. Kebiasaan belajar merujuk pada rutinitas yang telah cenderung menguasai perilaku pada seorang anak. Misal, anak yang melakukan kebiasaan belajar pada pukul 19.00 WIB, maka dengan sendirinya anak akan melakukan rutinitas belajar yang telah menjadi kebiasaannya.

  e. Konsep diri Konsep diri adalah pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang menyangkut apa yang ia ketahui dan rasakan tentang perilakunya, isi pikiran, dan perasaannya, serta bagaimana perilakunya tersebut berpengaruh terhadap orang lain. Konsep diri berkembang dari pengalaman seseorang tentang berbagai hal mengenai dirinya sejak ia kecil, terutama yang berkaitan dengan perlakuan orang lain terhadap dirinya. Pada masa ini, orang tua harus selalu memberikan contoh yang baik agar anak juga memiliki perilaku yang baik pula.

C. Membaca 1. Pengertian Membaca Membaca merupakan salah satu dari empat aspek kemampuan berbahasa.

  Menurut Abdurrahman (2009: 200) membaca merupakan aktivitas kompleks yang mencakup fisik dan mental. Aktivitas fisik yang terkait dengan membaca adalah gerak mata dan ketajaman penglihatan. Aktivitas mental mencakup ingatan dan pemahaman. Misalnya, orang dapat membaca dengan baik jika mampu melihat huruf dengan jelas, serta memiliki penalaran yang cukup untuk memahami bacaan. Membaca merupakan kemampuan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan. Dikatakan unik karena tidak semua manusia, walaupun telah memiliki keterampilan membaca, mampu mengembangkannya menjadi alat untuk memberdayakan dirinya atau bahkan menjadikan budaya bagi dirinya sendiri.

  Dikatakan penting bagi pengembangan pengetahuan karena persentase transfer ilmu pengetahuan terbanyak dilakukan melalui membaca (Iskandarwassid, 2009: 245).

  Membaca pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, namun juga melibatkan aktivitas visual dan pikiran (Rahim, 2007: 2). Menurut Poerwadarminta (2007: 75) membaca adalah melihat tulisan dan mengerti atau dapat melisankan apa yang tertulis itu. Menurut Tampubolon (1990: 5) membaca juga merupakan satu dari empat kemampuan bahasa pokok, dan merupakan satu bagian atau komponen dari komunikasi tulisan. Bahasa tulisan berbeda dengan bahasa lisan dikarenakan bahasa lisan yang unsur-unsurnya selalu berubah dan sering banyak yang dilupakan oleh pemakainya, bahasa tulisan dapat tahan lama, terlebih dengan adanya sistem arsip dan perpustakaan. Dalam bahasa tulisanlah tersimpan ide-ide atau pikiran-pikiran yang merupakan bagian penting dari kebudayaan suatu masyarakat atau bangsa.

  Menurut Tarigan (2008: 7) membaca ialah suatu proses yang dilakukan oleh pembaca untuk memeroleh pesan, yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Sedangkan menurut Praptanti (2000: 1) membaca adalah memahami curahan jiwa seseorang dalam bentuk tertulis secara tepat. Membaca dapat dikatakan sebagai kunci utama membuka ilmu. Maksudnya, jika ingin maju, tidak ada alternatif lain kecuali membaca. Beberapa pendapat tersebut di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa membaca merupakan proses kemampuan berbahasa yang dilakukan untuk memahami tulisan dengan cara dilisankan atau dalam hati yang melibatkan visual dan pikiran untuk menangkap pesan yang terkandung didalamnya.

2. Tujuan Membaca

  Membaca hendaknya mempunyai tujuan, karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan akan cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Menurut Rahim (2007: 11) tujuan kegiatan membaca ialah a) akan mendapatkan kesenangan, b) menyempurnakan membaca nyaring, c) dapat memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik, d) mampu mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya, e) akan memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tulisan, f) mampu dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang bersifat spesifik.

3. Manfaat Membaca Membaca memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.

  Misalnya, tanda-tanda yang ada di jalan mengarahkan orang yang bepergian agar sampai pada tujuannya dengan selamat, dan mengingatkan aturan-aturan yang harus dipatuhi selama di perjalanan. Hal ini menunjukan sangat dibutuhkannya kemampuan membaca. Menurut Praptanti (2000: 2) manfaat membaca yang diperoleh, antara lain: a. Dengan membaca kita bisa menemukan sejumlah informasi dan pengetahuan yang sangat berguna dalam praktek hidup sehari-hari. Buku merupakan jendela dunia, dengan membaca kita bisa mengetahui suatu hal yang belum diketahui.

  b. Dengan membaca kita bisa berkomunikasi dengan pemikiran-pemikiran, pesan- pesan pemikir kenamaan dari segala penjuru dunia tanpa terikat waktu dan ruang.

  c. Dengan membaca kita bisa mengetahui perkembangan teknologi yang mutakhir, peristiwa-peristiwa besar dalam sejarah dan kebudayaan suatu bangsa.

  d. Dengan membaca kita bisa meningkatkan taraf kehidupan, bahkan kesejahteraan keluarga. Setiap anak diwajibkan untuk mengenyam pendidikan dengan harapan masa depan mereka akan sejahtera.

D. Membaca Pemahaman 1. Pengertian Membaca Pemahaman

  Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Tanpa bisa membaca, seseorang tidak dapat hidup di zaman sekarang ini. Sebab hidup seseorang sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang dimilikinya dan untuk mendapat ilmu pengetahuan itu adalah dengan cara membaca. Dengan membaca, kita akan menjadi tahu dan paham tentang apa yang belum diketahui dan belum dipahami. Menurut Resmini (2007: 80) membaca pemahaman atau reading for understanding adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat atau lambatnya membaca.

  Tujuan setiap pembaca adalah memahami bacaan yang dibacanya. Dengan demikian, pemahaman merupakan faktor yang amat penting dalam membaca. Menurut Resmini (2006: 93) pemahaman terhadap bacaan dapat dipandang sebagai suatu proses yang bergulir, terus menerus, dan berkelanjutan. Membaca pemahaman sebagai suatu proses, mempercayai bahwa upaya memahami bacaan sudah terjadi ketika kita belum membaca buku. Kemudian pemahamanpun berlanjut saat baris demi baris, kalimat demi kalimat, dan paragraf demi paragraf dari bacaan mulai kita baca. Membaca pemahaman dan berpikir merupakan proses yang sama. Oleh karena itu, pertanyaan yang digunakan untuk meningkatkan keterampilan berpikir dapat pula digunakan untuk meningkatkan kemampuan membaca pemahaman.

2. Kemampuan Membaca Pemahaman

  Kemampuan berbahasa terdiri atas kemampuan berbahasa lisan (orasi) dan kemampuan berbahasa tulis (literal). Kemampuan berbahasa lisan mencakup kemampuan menyimak dan berbicara sedangkan kemampuan berbahasa tulis berupa kemampuan menulis dan membaca. Kemampuan membaca merupakan salah satu dari keempat keterampilan berbahasa yang diajarkan. Kemampuan membaca siswa banyak dipengaruhi oleh pengalamannya membaca dan kemampuannya menguasai pengetahuan yang berkaitan dengan aspek kebahasaan. Misalnya, siswa diberikan sebuah topik yang sudah dikenalnya, maka mereka akan lebih mudah dalam memahami isi bacaan.

  Kemampuan membaca pemahaman merupakan suatu kemampuan untuk memahami informasi yang disampaikan pihak lain secara tertulis. Dengan kemampuan membaca pemahaman yang memadai, seseorang akan lebih mudah merespons ataupun menginterpretasi berbagai sumber informasi yang disampaikan melalui media tulisan secara tepat dan akurat. Kemampuan membaca pemahaman tidak hanya penting dalam pembelajaran bahasa, tetapi juga penting dalam mempelajari ilmu dan berbagai macam pengetahuan lain. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya membaca pemahaman. Menurut Abdurrahman (2003: 200) kemampuan membaca merupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang studi. Jika anak pada usia sekolah tidak segera memiliki kemampuan membaca, maka ia akan banyak mengalami kesulitan dalam memelajari berbagai bidang studi pada kelas berikutnya. Oleh karena itu, anak harus belajar membaca agar ia dapat membaca untuk belajar. Menurut Tampubolon (1990: 7) kemampuan membaca adalah kecepatan membaca dan pemahaman isi secara keseluruhan. Memahami isi bacaan secara keseluruhan dapat dilakukan dengan cara melihat dan memahami dulu pertanyaan bacaan. Setelah mengetahui pertanyaan bacaan, maka kita sudah mendapatkan tujuan kita membaca teks. Menurut Iskandarwassid (2009: 57) kemampuan memahami teks bacaan sangat diperlukan dalam belajar. Mereka harus mampu memahami teks yang mereka baca dan mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berhubungan dengan teks tersebut. Kemampuan membaca mengenal enam pertanyaan tradisional, yaitu apa, siapa, bagaimana, kapan, mengapa, dan dimana. Pemahaman isi bacaan bisa diketahui dari keenam pertanyaan-pertanyaan yang harus mampu dijawab oleh seorang pembaca ketika selesai membaca sebuah teks. Kemampuan membaca yang maksimal sangat penting dimiliki sehubungan dengan arus informasi yang semakin deras dalam berbagai bidang kehidupan masa kini, terlebih lagi untuk masa depan. Diharapkan setelah memiliki kemampuan membaca, seseorang akan menjadikan kemampuan membacanya tersebut menjadi suatu kebiasaan membaca.

  Kemampuan membaca pemahaman menuntut siswa dapat memahami wacana yang dibacanya. Pemahaman yang dimaksud adalah pemahaman isi bacaan, pesan yang terkandung dalam bacaan, dan penafsiran masalah apa yang ada di dalam bacaan tersebut. Dalam memahami ide pokok diperlukan langkah-langkah, yaitu: a. Bacalah paragraf tersebut dengan cermat.

  b. Jika paragraf tersebut non-fiksi maka cermatirtama dan akhir. Lihat pengembangannya cenderung mengikuti bagian mana.

  c. Jika paragraf fiksi maka cermatilah setiap paragraf yang ada karena bisa jadi itu adalah paragraf naratif.

  d. Jika kalimatnya sudah ditemukan silahkan ambil ide pokok yang ada di dalamnya.

  Menurut Resmini (2006: 167) pemahaman terhadap suatu bacaan melibatkan aspek pemahaman bacaan dan lambang tertulis. Pemahaman bahasa dan lambang tertulis meliputi pemahaman kata-kata yang dipakai dalam bacaan, istilah atau kata yang dipakai untuk makna tertentu yang terdapat dalam bacaan, dan pola- pola kalimat yang dipakai dalam bacaan. Seorang dikatakan memahami bacaan secara baik apabila memiliki kemampuan dalam menangkap makna yang tersurat maupun tersirat, serta mampu membuat simpulannya. Walaupun seorang pembaca yang baik belum tentu mampu menangkap maksud penulis secara sama persis. Kemampuan tiap anak dalam memahami apa yang dibaca berbeda. Hal ini tergantung pada perbendaharaan kata yang dimiliki, minat, jangkauan mata, kecepatan interpretasi, latar belakang pengalaman sebelumnya, kemampuan intelektual, tujuan membaca, dan keluwesan mengatur kecepatan. Pemahaman ini berhubungan dengan kemampuan mengingat bahan yang dibacanya. Menurut Praptanti (2000: 19) ada beberapa teknik pembelajaran untuk kepentingan pengajaran pemahaman bacaan, yaitu:

  a. Pembelajar dirangsang untuk terampil menulis definisi dengan menggunakan khazanah kosa katanya sendiri b. Kosa kata (definisi) baru diperkenalkan melalui kegiatan diskusi

  c. Guru menerangkan kosa kata yang ditinjau dari segi morfologi

  d. Guru menerangkan gaya bahasa penulis bacaan

  e. Pembelajaran menggunakan alat bantu yang bisa berupa grafik

  f. Guru memberikan tugas Berdasarkan uraian di atas, dapat peneliti simpulkan bahwa kemampuan membaca pemahaman adalah kemampuan pembaca dalam memahami isi bacaan baik yang tersirat maupun tersurat dalam bacaan. Kemampuan membaca akan membuat seorang pembaca memiliki kemampuan dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi bacaan. Kemampuan ini juga akan bermanfaat bagi pengetahuan yang didapat sang anak. Apabila orang tua berperan aktif dalam mendukung kegiatan membaca anak mereka pasti kemampuan membaca pemahaman anak merekapun akan baik dan optimal pula. Hal ini dikarenakan orang tua sangat berhubungan dan berperan dalam keberhasilan anak mereka khususnya dalam hal kemampuan membaca pemahaman.

3. Dua Belas Subketerampilan Pemahaman

  Menurut Resmini (2006: 47) terdapat dua belas subketerampilan pemahaman, yaitu: a. Memahami makna kata (kategori semantik)

  b. Identifikasi rincian

  c. Identifikasi kalimat utama

  d. Identifikasi urutan

  e. Identifikasi sebab-akibat

  f. Membuat generalisasi dan simpulan

  g. Identifikasi tema

  h. Identifikasi latar dan suasana i. Identifikasi tokoh dan penokohan j. Identifikasi amanat k. Identifikasi kata hubung l. Identifikasi fakta, fiksi dan opini.

E. Hubungan Antara Peran Orang Tua Dalam Kegiatan Membaca Dengan Kemampuan Membaca Pemahaman Pada Siswa

  Dukungan dan tanggapan orang tua sangat memengaruhi keberhasilan anak mereka. Dalam pendidikan formal, orang tua ikut menentukan jalur apa yang akan dilalui oleh anak mereka. Misalkan, orang tua ikut menentukan sekolah mana yang akan digunakan oleh anak mereka. Begitu pula, saat orang tua memberikan pengarahan tentang pentingnya sebuah ilmu pengetahuan. Orang tua akan memerhatikan sejauh mana perkembangan anak mereka. Orang tua akan memberikan pengawasan saat anak mereka mengerjakan PR (pekerjaan rumah) atau membantunya saat mengalami kesulitan dalam belajar.

  Kegiatan membaca merupakan kegiatan yang sangat vital terkait keberhasilan pendidikan seorang anak dalam pembelajaran di sekolahnya. Semua mata pelajaran pastilah membutuhkan kemampuan membaca agar dapat mengetahui isi yang terkandung di dalam sebuah bacaan tersebut. Kegiatan membaca yang dilakukan secara berulang akan melatih seorang anak menjadi gemar dalam melakukan aktivitas membaca. Iapun akan memperoleh kesenangan dari kegemarannya dalam membaca. Kegiatan membaca akan menjadikan seorang pembaca mendapatkan kemampuan membaca pemahaman yang baik. Jika seorang anak di dukung oleh orang tua mereka dalam melakukan kegiatan membaca maka kemampuan membaca pemahamannya juga akan tinggi. Ia akan mampu menjadi seorang pembaca yang baik karena mampu memahami apa yang ia baca. Sebaliknya, jika anak kurang mendapatkan dukungan dari orang tua dan kurang pula dalam melakukan kegiatan membaca maka, kemampuan membaca pemahamannyapun akan rendah.

  Menurut Shochib (2010: 30) kemampuan orang tua dalam menyampaikan pernyataan kepada anak mereka akan membuatnya mengerti dan menyadari apa yang dirasakan oleh orang tua, sehingga anak akan mudah mengikuti. Kemampuan orang tua dalam mendengarkan anak mereka saat belajar akan membantunya dalam membaca, memahami, dan menyadari akan pentingnya belajar sehingga anak akan merubah perilaku buruknya dan mengoptimalkan perilaku benarnya. Hasil dari peran orang tua diharapkan memberikan andil yang besar. Orang tua yang memperkenalkan kegiatan membaca sedari dini, memberikan pengawasan saat anak belajar, menjadikan kegiatan membaca menjadi sebuah rutinitas, memberikan contoh cara membaca yang baik, memberikan evaluasi berupa pertanyaan lisan, dan menyadarkan akan pentingnya kegiatan membaca di masa depannya nanti pasti akan berhubungan dengan kemampuan anak dan prestasinya dalam pendidikan. Sedangkan hasil kegiatan membaca, secara otomatis akan menambah wawasan dan informasi yang dimiliki anak. Anak akan menyadari tujuan dan manfaat dari kegiatan membaca. Saat anak telah merasa suka membaca, ia akan mendapatkan kesenangan saat melakukan kegiatan membaca dan akan menambah penguasaan kosa kata yang dimiliki anak.

F. Hipotesis Tindakan

  Berdasarkan uraian latar belakang masalah dan landasan teori di atas, maka peneliti membuat sebuah hipotesis. Hipotesis merupakan pernyataan sementara yang merupakan dugaan tentang apa yang peneliti amati. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan yang signifikan kedua variabel. Kedua variabel tersebut ialah peran orang tua dalam kegiatan membaca dengan kemampuan membaca pemahaman siswa kelas VI-B MIM Pengadegan, Kabupaten Purbalingga tahun pelajaran 2013-2014. Diharapkan penelitian ini akan menghasilkan sebuah hipotesis yang signifikan antara kedua variabel yang peneliti teliti.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KEMAMPUAN MEMBACA DENGAN PRETSASI BELAJAR MATA PELAJARAN EKONOMI SISWA KELAS 1 CAWU I SLTP NEGERI 2 MOJOAGUNG KOMBANG TAHUN PELAJARAN 2001/2002

0 3 64

HUBUNGAN ANTARA SKEMATA DAN PENGUASAAN KOSAKATA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN

0 0 10

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN SIKAP TAWADHU TERHADAP ORANG TUA PADA SISWA SMP MUHAMMADIYAH TERSONO KAB. BATANG TAHUN 2008 - Test Repository

0 1 86

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS BIMBINGAN MEMBACA AL QUR’AN DARI ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA AL QUR’AN ANAK DI KELURAHAN PULUTAN KECAMATAN SIDOREJO KOTA SALATIGA TAHUN 2010 SKRIPSI

0 0 105

HUBUNGAN ANTARA MOTIVASI BELAJAR DAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS V DI MIN 2 BANDAR LAMPUNG TAHUN PELAJARAN 2016/2017 - Raden Intan Repository

0 1 85

HUBUNGAN KECAKAPAN MEMBACA AL-QUR'AN DENGAN KEMAMPUAN MEMBACA MATA PELAJARAN BAHASA ARAB PADA SISWA MADRASAH IBTIDAIYAH AL-HIDAYAH DESA MUARA TELANG KABUPATEN BANYUASIN -

0 0 75

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA - repository perpustakaan

0 1 7

BAB II KAJIAN TEORI A. Self Efficacy 1. Pengertian Self Efficacy - HUBUNGAN ANTARA SELF EFFICACY DENGAN MINAT MEMBACA SISWA DI PERPUSTAKAAN SD NEGERI 1 SAMBIRATA - repository perpustakaan

0 0 18

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan - PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS BERITA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC (COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION) PADA SISWA KELAS VIII F SMP NEGERI 3 SOKARAJA TAHUN AJARAN 2012-2013 - repository perpustaka

0 3 25

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Relevan - IBNU NGAFAN BAB II

0 0 18