BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tidur 1. Definisi Tidur - Emi Triyani BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Tidur 1. Definisi Tidur Terdapat berbagai definisi tidur. Guyton (2000) mendefinisikan

  tidur sebagai suatu keadaan bawah sadar dimana orang tersebut dapat di bangunkan dengan pemberian rangsangan sensorik atau yang lainnya.

  Adapun Potter & Perry (2005) mendefinisikan tidur sebagai perubahan keadaan kesadaran yang terjadi secara terus menerus dan berulang untuk menyimpan energi dan kesehatan. Hal serupa di kemukakan oleh Berger & William (2000) mendefinisikan tidur sebagai ritme fisiologis yang kom- plek dan normal yang melibatkan perubahan keadaan kesadaran dari seorang individu yang dapat dibangunkan oleh stimulus yang tepat.

  Sedangkan Kozier (2000) mendefinisikan tidur telah mengalami evolusi. Secara historis tidur dianggap sebagai keadaan tidak sadar (state

  unconscinssness). Sedang menurut konsep terbaru, tidur di definisikan se-

  bagai suatu keadaan sadar (state of conscinssness) dimana persepsi dan reaksi indvidu terhadap lingkungan menurun.

  2. Fisiologi Tidur

  Aktivitas tidur diatur dan dikontrol oleh 2 sistem pada batang otak, yaitu Reticular Activatng System (RAS) dan Bulbar Synchronizing Region (BSR).RAS di bagian atas batang otak di yakini memiliki sel sel khusus yang dapat mempertahankan kewaspadaan dan kesadaran, memberi stimu- lus visual, pendengaran nyeri, sensori raba, serta emosi dan proses berfikir. RAS melepaskan katekolamin pada saat sadar, sedangkan pada saat tidur terjadi pelepasan serum serotonin dari BSR (Potter, 2005)

  3. Siklus Tidur

  Tidur mempunyai suatu tahapan dalam siklusnya, yaitu tahap tidur REM (Rapid Eye Movement) dan NREM (Non Rapid Eye Movement) a.

  Tidur REM Tidur REM merupakan tidur dalam kondisi aktiv atau tidur paradoksial yang ditandai dengan mimpi. Biasanya terjadi setiap 90 menit dan berlangsung selama 5 - 30 menit. Tidur REM tidak senyen- yak tidur NREM. Otak cenderung aktif selama tidur REM dan metabo- lismenya meningkat hingga 20%. Tahap ini individu menjadi sulit un- tuk dibangunkan atau justru dapat bangun dengan tiba-tiba, tonus otot terdepresi, sekresi lambung meningkat,dan frekuesi jantung dan perna- pasan sering kali tidak teratur (Kozier, 2004)

  Karakteristik tidur REM: 1)

  Mimpi yang penuh warna dan tampak hidup dapat terjadi pada REM. Mimpi yang kurang hidup dapat terjadi pada tahap yang lain.

2) Tahap ini di mulai sekitar 90 menit setelah mulai tidur.

  3) Dicirikan dengan respon otonom dari pergerakan mata yang cepat, fluktuasi jantung dan kecepatan respirasi dan peningkatan atau fluktuasi tekanan darah.

  4) Terjadi tonus otot skelet penurunan

  5) Peningkatan sekresi lambung

  6) Sangat sulit sekali membangunkan orang yang tidur

  7) Durasi dari tidur REM mrningkat pada tiap siklus dan rata rata 20 menit.

  b.

  Tidur NREM Tidur NREM disebut juga sebagai tidur gelombang pendek ka- rena gelombang otak yang ditunjukkan orang yang tidur lebih pendek daripada gelombang alfa dan beta yang ditunjukkan orang yang sadar. Tidur NREM terjadi penurunan sejumlah fungsi fisiologi tubuh. Semua proses metabolisme termasuk tanda tanda vital, metabolisme, dan kerja otot melambat (Potter, 2005)

  Tidur NREM sendiri terbagi atas 4 tahap (I-IV). Tahap I-II disebut sebagai tidur ringan (light sleep) dan tahap III-IV disebut se- bagai tidur dalam (deep sleep) atau (delta sleep) (Kozier, 2004)

  1) Tahap I NREM

  e) Kelanjutan fungsi tubuh menjadi lamban

  a) Tahap IV merupakan tahap tidur terdalam

  4) Tahap IV NREM

  e) Tahap berakhir 15 hingga 30 menit

  d) Tanda tanda vital menurun tapi tetap teratur

  c) Otot otot dalam keadaan santai penuh

  b) Orang yang tidur sulit dibangunkan dan jarang bergerak

  a) Tahap III meliputi tahap awal dari tidur yang dalam

  3) Tahap III NREM

  d) Tahap berakhir 10 hingga 20 menit

  a) Tahap meliputi tingkat paling dangkal dari tidur

  c) Terbangun masih relatif mudan

  b) Kemajuan relaksasi

  a) Tahap II merupakan tahap tidur bersuara

  Tahap II NREM

  Seseorang ketika terbangun merasa seperti melamun 2)

  Seseorang dengan mudah terbangun oleh stimulus sensori sep- erti suara e)

  c) Pengurangan aktivitas fisiologis dimulai dengan penurunan secara bertahap tanda tanda vital dan metabolism d)

  b) Tahap berakhir beberapa menit

  b) Sangat sulit untuk membangunkan orang yang tidur c) Orang yang kurang tidur akan menghabiskan porsi malam yang seimbang pada tahap ini d)

  Tanda tanda vital turun secara bermakna dibanding selama jam terjaga e)

  Tahap berakhir kurang lebih 15 hingga 30 menit

  f) Tidur sambil berjalan dan anuresis dapat terjadi 4.

   Fungsi tidur

  Menurut Kozier dkk. (2010), tidur menggunakan kedua efek psikologis pada jaringan otak dan organ-organ tubuh manusia. Tidur da- lam beberapa cara dapat menyegarkan kembali aktivitas tingkatan normal dan aktivitas normal pada bagian jaringan otak. Istirahat dan tidur yang cukup adalah sangat penting bagi kesehatan dan pemulihan dari kondisi sakit.

  Tidur NREM bermanfaat dalam memelihara fungsi jantung. Sela- ma tidur, gelombang rendah yang berada dalam tidur NREM tahap IV, tubuh melepaskan hormon pertumbuhan manusia untuk memperbaiki dan memperbaharui sel epitel yang khusus seperti sel otak. Selain itu tubuh menyimpan energi selama tidur dan penurunan laju metabolik basal me- nyimpan persediaan energi tubuh. Selama tidur semua fungsi diperbaharui (Potter & Perry, 2005). Menurut Aman (2005), tidur sangat penting bagi tubuh manusia untuk jaringan otak dan fungsi organ organ tubuh manusia karena dapat memulihkan tenaga dan berpengaruh terhadap metabolisme tubuh.

5. Tidur pada balita a.

  KebutuhanTidur Balita Menurut Asmadi (2005), usia balita terbagi atas beberapa tahap pertumbuhan yaitu tahap pertumbuhan pada usia bayi (0 - 12 bulan), toddler (13 - 36 bulan) dan usia preschool (37 - 60 bulan). Kebutuhan tidur balita berbeda beda pada setiap tahapan usia. Adapun kebutuhan tidur balita menurut tahapan usia adalah sebagai berikut: 1)

  Bayi Bayi membutuhkan tidur selama 12 - 14 jam sehari, pernafasan teratur, gerak tubuh sedikit 50% tidur NREM dan terbagi 7 periode sekitar 20 - 30 % tidur REM, tidur lebih lama pa- da malam hari dan di akhir tahun pertama biasanya tidut siang satu sampai dua kali sehari (Kozier dkk, 2010). 2)

  Batita (Toddler) Kebutuhan tidur pada toddler menurun menjadi 10 - 12 jam sehari. Sekitar 20 - 30 % tidur anak pada usia ini adalah tidur

  REM. Tetapi tidur di pertengahan pagi secara bertahap menurun (Kozier dkk, 2010). Batita mempunyai kebutuhan untuk mengek- splorasi dan memuaskan keingintahuannya yang menyebabkan menunda waktu tidur (Potter & Perry , 2005). 3)

  Prasekolah (preschool)

  Anak usia preschool biasanya memerlukan waktu tidur 11 - 12 jam sehari. Kebanyakan pada usia ini tidak menyukai waktu tidur. Bisa jadi anak usia 4 - 5 tahun mengalami kurang istirahat dan tidur dan mudah sakit jika kebutuhan tidurnya tidak terpenuhi (Kozier dkk, 2010) . Anak usia preschool biasanya mengalami kesulitan relaks atau diamsetelah hari hari yang aktif. Selain itu ju- ga memiliki masalah dengan ketakutan waktu tidur, terjaga pada malam hari, atau mimpi buruk (Potter & Perry, 2005).

6. Gangguan Tidur pada Anak

  Ada beberapa gangguan tidur menurut Chamness.J.A (2008) antara lain: a.

  Parasomnia Merupakan gangguan aurosal, gangguan tidur berjalan, gangguan tidur terror, aurosal konfusional. Gangguan antara bangun-tidur, gerakan tiba-tiba, tidur berbicara, kram kaki, gangguan gerak berirama, berhubungan dengan fase REM.

  b.

  Apnea Merupakan jeda nafas saat tidur. Apnea terjadi ketika saluran nafas tertutup sehingga tidak ada udara yang mencapai paru- paru. Apneu umum berlaku terjadi di kalangan orang dewasa, tetapi anak-anakpun kerap mengalami. Kesulitan bernafas karena saluran udara memblokir mereka, hal iniyang menyebabkan anak mendengkur, atau bernafas melalui mulutnya, dan juga mereka akan merasakan mengantuk di siang hari.

  c.

  Gangguan gerak anggota gerak badan secara periodik Ditandai adanya gerakan anggota gerak badan secara streotipik, berulang selama tidur. Paling sering terjadi pada anggota gerak kaki baik satu atau kedua kaki. Bentuknya berupa sktensi ibu jari kaki dan fleksi sebagian pada sendi lutut dan tumit.

  d.

  Nocturnal Enuresis Yaitu keadaan tidak dapat menahan keluarnya air kencing dan terjadi ketika tidur malam hari. Hal ini bisa jadi turun temurun,buruknya kapasitas sistem kandung kencing karena terjadi perhambatan dalam pertumbuhan.

  b.

  Faktor faktor yang mempengaruhi tidur bayi Kualitas dan kuantitas tidur dipengaruhi oleh beberapa faktor.

  Menurut kozier dkk. (2010), kualitas tidur merujuk pada kemampuan balita untuk dapat tidur dan mendapatkan tidur REM dan NREM yang tepat. Kuantitas tidur adalah jumlah total waktu tidur balita. Faktor yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas tidur menurut Thiedke (2001), yaitu: 1)

  Penyakit Sakit yang menyebabkan nyeri dapat menimbulkan masalah tidur. Balita yang sedang sakit membutuhkan waktu tidur lebih la- ma daripada keadaan normal. Sering sekali pada balita sakit pola tidurnya juga akan terganggu karena penyakitnya seperti rasa nyeri yang ditimbulkan oleh luka, tumor atau kanker pada stadium lanjut. 2)

  Lingkungan Lingkungan sekitar dapat mendukung atau menghambat terhadap kelancaran tidur. Temperatur, ventilasi, penerangan ru- angan, dan kondisi lingkungan yang tenang sangat mendukung un- tuk kenyamanan tidur, sebaliknya lingkungan yang bising akan mengganggu kenyamanan saat balita tidur.

  c.

  Kelelahan Kelelahan akan berpengaruh terhadap pola tidur balita. Se- makin lelah maka balita akan semakin pendek tidur REMnya. Dengan demikian otomatis akan berpengaruh terhadap pola tidurnya.

  d.

  Stress emosi Depresi dan kecemasan seringkali mengganggu balita yang mungkin tidak bisa rileks untuk dapat tidur. Kecemasan akan mening- katkan kadar norepinephrine dalam darah yang akan merangsang sis- tem saraf simpatik.

  e.

  Obat-obatan Beberapa obat-obatan berpengaruh terhadap kualitas tidur.

  Obat obatan yang mengandung diuretik menyebabkan insomnia, anti depresan akan mensupresi REM pada saat balita tidur. f.

  Asupan makanan

  L-troptophan seperti terkandung dalam keju dan susu akan

  mempermudah balita untuk tidur. Hal ini dapat menjelaskan mengapa balita yang sebelum tidur meminum susu hangat akan mudah tertidur, hal ini karena l-troptophan dapat membantu balita untuk jatuh tidur.

  g.

  Motivasi Keinginan untuk tetap terjaga seringkali berpengaruh terhadap tidur balita. Sebagai contoh adalah saat dimana seseorang balita ingin tetap terjaga ketika bermain, maka balita tersebut tetap terjaga mes- kipun dalam keadaan lelah.

B. Konsep Dasar Pijat Bayi 1. Pengertian Pijat Bayi

  Pijat bayi adalah sebagai tindakan menggosok bagian tubuh untuk memperoleh relaxasi Collins (1998) dalam Lorenz.L (2005). Pijat bayi juga merupakan rutinias pijat yang menggabungkan pijat Swedia, Indian Teknik dan Refleksi. Dimana masing masing mempunyai tujuan tertentu.

  Pijat Swedia termasuk stroke yang bergerak menuju jantung dari ekstremitas tubuh untuk meningkatkan dan memperbaiki sirkulasi, terutama vena dan aliran lympatic, juga untuk membantu mengembalikan tonus otot. Pijat atau teknik Indian dilkukan secara berlawanan, bergerak dari batang tubuh menuju ke ekstremitas. Contoh dari bahu ke tangan atau dari paha menuju ke kaki. Teknik ini mengendorkan otot fleksor untuk keseimbangan dan melepaskan energi. Reflexiology meliputi pemijatan dan penekanan dengan jari jari di telapak kaki, yang dipercaya untuk mengeluarkan racun dan membantu dalam mencapai kesehatan yang optimal Moore (2005).

  Pengalaman pijat pertama yang dialami manusia adalah pada waktu dilahirkan melalui jalan lahir ibu. Gesekan yang dirasakan oleh bayi ketika didorong perlahan lahan melalui saluran kelahiran itu menjadi suatu pijatan diseluruh tubuhnya, sehingga merangsang organ-organnya untuk mulai bekerja sendiri. Proses kelahiran merupakan pengalaman yang traumatik bagi bayi karena harus meninggalkan rahim yang hangat, nyaman, aman, dengan keterbatasan ruang gerak menuju kesuatu dunia dengan kebebasan gerak tanpa batas yang menakutkan tanpa sentuhan yang nyaman dan aman disekelilingnya, seperti halnya ketika berada di dalam rahim. Sentuhan dan pijat pada bayi setelah kelahiran dapat memberikan jaminan adanya kontak tubuh yang berkelanjutan sehingga dapat mempertahankan perasaan aman pada bayi.

2. Manfaat pijat bayi

  Dewasa ini, para peneliti telah membuktikan secara ilmiah tentang apa yang telah lama dikenal manusia, bahwa terapi sentuh dan pijat bayi mempunyai banyak manfaat, antara lain: 1.

  Efek biokimia dan fisik yang positif Efek biokomia dari pijat, menurunkan kadar hormon stress (catecholamin) dan meningkatkan kadar serotonin. Selain efek biokimia, pijat juga memberikan efek fisik/klinis yaitu antara lain meningkatkan jumlah dan sitotoksitas dari sistem imunitas (sel pembunuh alami), mengubah gelombang otak secara positif, memperbaiki sirkulasi darah dan pernafasan, merangsang fungsi pencernaan dan pembuangan, meningkatkan kenaikan berat badan, mengurangi depresi dan ketegangan, meningkatkan kesiagaan, membuat tidur lelap, mengurangi rasa sakit, mengurangi kembung dan kolik (sakit perut), meningkatkan hubungan batin antara anak dan orang tua (bonding) serta meningkatkan volume Air Susu Ibu.

  2. Pijat bayi dapat meningkatkan berat badan bayi usia 1-3 bulan yang telah diteliti oleh Irva dan Hasanah, dari Universitas Riau bulan Juni 2014 menunjukkan berat badan bayi yang dipijat 2 kali selama 15 menit pagi dan sore selama 2 minggu terbukti dapat bertambah 700 gram.

  3. Pijat bayi juga bermanfaat meningkatkan perkembangan neonatus yang telah diteliti oleh Andini, Novayelinda dan Utami (2014) menunjukkan bayi usia tepat 2 minggu yang di pijat selama 2 x 15 menit dalam sehari selama 2 minggu terdapat peningkatan yang signifikan terhadap perkembangan neonatus menggunakan alat ukur Denver II.

1. Meningkatkan konsentrasi bayi dan membuat bayi tidur lebih lelap.

  Umumnya, bayi yang dipijat akan tertidur lebih lelap, sedangkan pada waktu bangun konsentrasinya akan lebih penuh.

  2. Membina ikatan kasih sayang orangtua dan anak (bonding) dalam penelitian Troy (1995) dalam Gurol dan Polat (2012) kasih sayang yang kuat akan memberikan karakter yang bagus pada anak.

  3. Sentuhan ibu terhadap bayi juga menjadikan ibu percaya diri dalam memberikan ASI sehingga produksi ASI bertambah (Matthiesen, Ransjo, Nissen dan Unvas, 2001) dalam Gurol dan Pulot (2012).

3. Mekanisme Dasar Pijat Bayi

  Satu hal yang sangat menarik pada penelitian tentang pemijatan bayi adalah tentang mekanisme dasar pemijatan. Mekanisme dasar pemijatan belum banyak diketahui.Ada beberapa teori tentang mekanisme dasar pemijatan bayi yang dikemukakan oleh Prasetyono (2009) antara lain sebagai berikut: a.

  Beta Endophrin yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan anak, salah satu penelitian seperti yang dikemukakan Schanberg menjelaskan penelitiannya pada bayi bayi tikus dimana hubungan taktil (jilatan-jilatan) dari ibu tikus ke bayinya. Pengurangan sensasi taktil akan meningkatkatkan pengeluaran suatu neurochemical beta- endorphrin, yang akan mengurangi pembentukan hormon pertumbuhan karena menurunnya jumlah dan aktivitas ODC jaringan.

  b.

  Aktivitas Tonus Nervus Vagus (saraf otak ke-10) meningkatkan berat badan bayi. Penelitian Schanberg dan Field (1986) menunjukkan bayi yang mendapat rangsangan melalui pijatan mengalami peningkatan kadar enzim penyerapan gastrin dan insulin, itulah sebabnya mengapa berat badan bayi yang dipijat bertambah lebih banyak dibandingkan bayi yang tidak dipijat.

  c.

   Produksi Neurotransmiter serotonin yaitu meningkatnya kapasitas

  glucocorticoid (adrenalin). Proses ini sangat membantu dalam

  penurunan kadar hormon adrenalin (hormon stress), yang efeknya dapat meningkatkan daya tahan tubuh terutama IgM dan IgG.

  d.

  Perubahan gelombang otak Alfa, Beta, Teta. Dampak lain yang ditimbulkan dari pemijatan adalah bayi cepat tidur lelap serta meningkatkan kesiagaan (alertness) atau konsentrasi. Pijatan yang dilakukan sekitar kepala dapat mengubah gelombang otak dengan adanya penurunan gelombang Alfa dan meningkatnya gelombang Beta serta Teta. Perubahan gelombang otak ini dapat diketahui melalui pemeriksaan EEG (elektro enchepalogram) (Roesli, 2008) 4.

   Faktor – faktor yang harus diperhatikan dalam pijat bayi a.

  Kapan waktu pijat yang baik 1)

  Pagi hari sebelum mandi 2)

  Malam hari sebelum tidur 3) 1 – 2 jam setelah makan / minum susu b.

  Persiapan sebelum pemijatan 1)

  Mencuci tangan 2)

  Hindari kuku dan perhiasan yang bisa menggores kulit bayi 3)

  Ruang untuk memijat usahakan hangat dan tidak pengap 4)

  Bayi selesai makan atau minum atau tidak dalam keadaan lapar

  5) Usahakan tidak diganggu dalam waktu lima belas menit untuk melakukan proses pemijatan

  6) Baringkan bayi di atas kain rata yang lembut dan bersih

  7) Ibu/ayah duduk dalam posisi yang nyaman

  8) Sebelum memijat, mintalah izin kepada bayi dengan membelai wajahnya sambil mengajak bicara.

  c.

  Tata cara memijat bayi 1)

  Bayi umur 0 – 1 bulan Gerakan yang dilakukan lebih mendekati usapan –usapan halus. Sebelum tali pusat bayi lepas, sebaiknya tidak melakukan pemijatan di daerah perut. 2)

  Bayi umur 1 – 3 bulan Gerakan memijat dilakukan dengan halus disertai tekanan ringan dalam waktu yang lebih singkat.

  3) Bayi umur 3 bulan – umur 3 tahun

  Seluruh gerakan dilakukan dengan tekanan dan waktu yang meningkat. Total waktu pemijatan disarankan 15 menit. Lumurkan sesering mungkin minyak atau baby oil atau lotion yang lembut sebelum atau selama pemijatan. Setelah itu, lakukan gerakan pembukaan berupa sentuhan ringan di sepanjang sisi muka bayi atau usaplah rambutnya. Gerakan pembuka ini untuk memberitahukan bahwa waktu pemijatan akan segera dilakukan padanya. Secara umum pemijatan dimulai dari kaki bayi, sebab umumnya bayi lebih menerima apabila dipijat pada daerah kaki.

  Permulaan seperti ini akan memberi kesempatan pada bayi untuk membiasakan dipijat sebelum bagian lain disentuh. Itu sebabnya urutan pemijatan bayi dianjurkan dimulai dari bagian kaki, kemudian perut, dada, tangan, muka, dan diakhiri pada bagian punggung.

C. Pijat Bayi dan Kuantitas Tidur

  Menurut Field ((1995) dalam Lorenz (2005)) mengemukakan bahwa dengan pijat bayi maka jumlah tidur bayi jauh lebih banyak daripada yang tidak mendapatkan pijat. Penelitian ini juga mengemukakan bahwa dengan pijat, bayi akan mudah tidur lebih awal dan tidurnya dalam.

D. Kerangka Teori

  Kerangka teori dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.1 berikut: Stress emosi Obat-obatan

  Asupan makanan Penyakit Lingkungan

  Tidur Bayi

  Motivasi Efek Biokimia dan

  Kelelahan fisik Waktu pijat Pijat Bayi Cara memijat

  Persiapan

Bagan 2.1 Kerangka Teori

  Teori Thiedke (2001) dan modifikasi teori dari Scanberg, Field (2004)

E. Kerangka Konsep

  Kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan 2.2 berikut: Variabel independent variabel dependent

  Kuantitas tidur Pijat bayi bayi

Bagan 2.2 Kerangka Konsep F.

   Hipotesis Penelitian

  Hipotesis adalah jawaban sementara untuk menjawab rumusan masalah Nursalam (2003). Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep tersebut maka peneliti menggunakan rumusan kerja (Ha) dalam penelitian yaitu “ Ada pengaruh pijat bayi dengan kuantitas tidur bayi usia 3-6 bulan”.