BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku 1. Definisi Perilaku - Yanuar Nur Rahmawanto BAB II

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Perilaku

1. Definisi Perilaku

  Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (mahluk hidup) yang bersangkutan (Notoatmodjo, 2014). Perilaku adalah respon individu terhadap suatu stimulus atau suatu tindakan yang dapat diamati dan mempunyai frekuensi spesifik, durasi dan tujuan baik disadari ataupun tidak (Dewi & Wawan, 2010). Definisi lain dari perilaku adalah suatu aksi atau reaksi organisme terhadap lingkungannya (Ensiklopedia amerika, 1997). menurut skinner (1938) perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon).

  2. Ciri-ciri Perilaku Ciri-ciri perilaku manusia yang membedakan dari mahluk lain menurut

  Sarwono (1998), dan dipaparkan oleh Notoatmodjo, (2003) adalah sebagai berikut: a. Kepekaan Sosial

  Kepekaan sosial merupakan kemampuan manusia untuk dapat menyesuaikan perilaku sesuai pandangan dan harapan orang lain. Manusia adalah mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa adanya bantuan dari orang lain, manusia saling membutuhkan antara manusia dengan orang lain. b. Kelangsungan Perilaku Kelangsungan perilaku merupakan antara perilaku satu berhubungan dengan perilaku lain, dengan kata lain perilaku manusia terjadi secara berkesinambungan bukan secara serta merta.

  c. Orientasi Tugas Setiap perilaku merupakan orientasi tugas, yang memiliki tugas tertentu dan tujuan tertentu, untuk mewujudkan tugas tertentu dibutuhkan perilaku perilaku tertentu pula.

  d. Usaha dan Perjuangan Usaha dan Perjuangan pada manusia telah dipilih dan ditentukan sendiri, dan tidak akan memperjuangankan sesuatu yang memang tidak ingin diperjuangkan.

3. Jenis Perilaku

  Menurut teori skinner yang dikenal dengan teori stimulus-organisme- respons (SOR) yang dikutip oleh (Notoatmodjo, 2014). Perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua yaitu :

  a. Perilaku Tertutup (covert behavior) Perilaku terutup terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati oleh orang lain (dari luar) secara jelas. Respon seseorang masih terbatas dalam bentuk perhatian, perasaan, persepsi, pengetahuan, sikap terhadap stimulus bersangkutan. b. Perilaku Terbuka (overt behavior) Perilaku terbuka terjadi jika respon terhadap stimulus tersebut berupa tindakan atau praktik yang dapat diamati oleh orang lain dari luar secara jelas. Respon seseorang terhadap stimulus tersebut sudah dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka.

4. Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

  Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku sessorang menurut (Notoatmodjo, 2014) antara lain :

  1. Faktor Genetik atau Endogen Faktor genetik atau keturunan merupakan konsep dasar terjadinya perilaku seseorang.

  a. DNA merupakan warisan biologis dari kedua orang tuanya yang di wariskan kepada generasi penerusnya.

  b. Sifat kepribadian agar mudah dipahami menurut para ahli digolongkan menjadi dua aspek yaitu aspek jasmani (fisik) dan aspek psikologi (kejiwaan).

  c. Kecerdasan adalah suatu kemampuan manusia dalam menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (Chaplin, 1975) dalam Notoatmodjo (2014)

  d. Bakat menurut (Notoatmodjo, 2014) yang mengutip pendapat (William B Micheel, 1960) adalah kemampuan individu untuk melakukan sesuatu yang sedikit sekali tergantung kepada latihan mengenai hal kemampuan terseebut.

  2. Faktor Sosio Psikologis Faktor Psikologis merupakan faktor internal yang sangat besar pengaruhnyaterhadap terjadinya perilaku. Faktor psikologis tersebut yaitu: a. Sikap

  Sikap merupakan kecenderungan untuk berfikir, berpersepsi, dan bertindak. Sikap mengandung aspek penilaian atau evaluatif terhadap objek dan mempunyai 3 komponen yaitu :

  (1) Komponen kognitif adalah aspek intelektual yang berkaitan dengan apa yang diketahui manusia.

  (2) Komponen afektif adalah aspek emosional yang berkaitan dengan penilaian apa yang diketahui manusia.

  (3) Komponen konatif adalah aspek visional yang berhubungan dengan kecenderungan atau kemamuan bertindak.

  b. Emosi Emosi menunjukan keguncangan organisme yang disertai oleh gejala- gejala kesadaran, keperilakuan, dan proses fisiologis. c. Kepercayaan Kepercayaan adalah keyakinan akan sesuatau hal benar atau salah, keyakinan terbentuk oleh pengetahuan, kebutuhan, dan kepentingan.

  d. Kebiasaan Kebiasaan adalah aspek perilaku manusia yang menetap, berlangsung secara otomatis, dan tidak direncanakan.

  e. Kemauan Kemauan sebagai dorongan tindakan yang merupakan usaha orang untuk mencapai tujuan.

  3. Faktor Situasional Faktor situsional adalah mencakup faktor lingkungan di mana manusia itu bertempat tinggal, baik itu lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor tersebut merupakan kondisi objektif di luar manusia yang mempengaruhi perilakunya. Faktor ini meliputi : a. Faktor ekologis

  Faktor ekologis merupakan keadaan alam, geografis, iklim, yang mempengaruhi perilaku orang.

  b. Faktor desain dan arsitektur Struktur bangunan dan bentuk bangunan, pola pemukiman dapat mempengaruhi perilaku manusia yang berada di dalamnya. c. Faktor temporal Pengaruh waktu terhadap bioritme manusia yang mempengaruhi perilakunya. Waktu pagi, siang, sore, malam yang membawa pengarup sikap dan perilaku.

  d. Suasana behavior (behavior setting) Tempat keramaian atau kerumunan massa membawa pola perilaku manusia, perilaku orang yang diwarnai oleh suasana lingkungan tersebut.

  e. Faktor teknologi Perkembangan teknologi termasuk teknologi informasi yang disebut dengan internet membawa pengaruh bagi perilaku seseorang.

  f. Faktor sosial Peranan faktor sosial seperti umur, status pendidikan, agama, status sosial berperngaruh terhadap perilaku seseorang.

5. Domain perilaku

  Menurut Benyamin Bloom (1908) dalam (Notoatmodjo, 2014) membedakan adanya tiga area,wilayah, ranah atau domain perilaku yaitu :

  1. Ranah kognitif (cognitive domain) Ranah koginitif dapat dikur dari pengetahuan (knowledge), pengetahuan merupakan hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga lidah dan sebagainya). perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2014). Secara garis besar tingkat pengetahuan dibagi menjadi 6 yaitu :

  a. Tahu (know) Tahu artinya mengingat kembali memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Ukuran bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan, mengurai, mendefiniskan dan menyatakan.

  b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan berarti sekedar tahu tentang objek tetapi harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek tersebut.

  Seseorang yang telah paham tentang sesuatu hal harus dapat menjelaskan, memberikan contoh, dan menyimpulkan.

  c. Aplikasi (application) Aplikasi dapat diartikan apabila orang yang telah memahami objek tersebut dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut. Dengan kata lain menerapkan informasi yang sudah didapat dan dipelajari untuk diterapkan di kondisi nyata.

  d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan objek ke dalam bagian-bagian yang lebih kecil tetapi masih dalam struktur objek tersebut. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada tingkat analisis yaitu bisa membedakan atau memisahkan, mengelompokan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan objek tersebut.

  e. Sintesis ( synthesis) Sintesis merupakan kemampuan seseorang untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.

  f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian terhadap objek tertentu.

  2. Ranah afektif (affective domain) Ranah afektif dapat diukur dengan sikap (attitude). Sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, sikap belum merupakan tindakan tetapi merupakan predisposisi perilaku atau reaksi tertutup. Sikap juga mempunyai tingkatan diantaranya adalah : a. Menerima (receiving)

  Menerima diartikan bahwa subjek mau menerima stimulus yang diberikan (objek) b. Menanggapi (responding) Menanggapi merupakan jawaban tanggapan terhadap pertanyaan yang dihadapi.

  c. Menghargai (valuing) Menghargai artinya memberikan nilai positif terhadap objek atau stimulus.

  d. Bertanggung jawab (responsible) Bertanggungjawab artinya berani mengambil resiko dengan semua yang telah dilakukannya.

  3. Ranah Psikomotor (psychomotor domain) Ranah psikomotor dapat diukur dari keterampilan (practice). Merupakan suatu sikap yang belum tentu terwujud dalam tindakan. Tindakan ini dapat dibedakan menjadi tiga tingkatan menurut kualitasnya yaitu :

  a. Praktik terpimpin (guided response) Apabila seseorang telah melakukan sesuatu tetapi masih tergantung pada tuntunan atau menggunakan panduan b. Praktik secara mekanisme (mechanism)

  Apabila seseorang telah melakukan sesuatu atau mempraktikan sesuatu secara otomatis. c. Adopsi (adoption) Suatu tindakan atau praktik yang sudah berkembang. Tidak sekedar melakukan rutinitas atau mekanisme tetapi sudah dilakukan modifikasi, tindakan atau perilaku yang berkualitas.

B. Konsep Perilaku Kesehatan

1. Definisi Perilaku Kesehatan

  Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, serta lingkungan (Dewi&Wawan, 2010).

  Perilaku kesehatan adalah semua aktifitas atau kegiatan seseorang baik yang diamati (observable) maupun tidak dapat diamati (unobservable) yang berkaitan dengan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

2. Jenis Perilaku Kesehatan

  Berdasarkan batasan perilaku menurut skinner dalam (Notoatmodjo, 2014), perilaku kesehatan (health behavior) adalah respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sehat-sakit, penyakit, dan faktor-faktor yang mempengaruhi sehat-sakit (kesehatan), seperti lingkungan, makanan, minuman, pelayanan kesehatan. Berdasarkan batasan tersebut perilaku kesehatan dibedakan menjadi dua yaitu : a. Perilaku sehat (healthy Behavior) Perilaku yang mencakup (overt and covert behavior) dalam mencegah atau menghindari dari penyakit.

  b. Perilaku pencarian pelayanan kesehatan (health seeking behavior) Perilaku ini mencakup tindakan-tindakan yang dambil oleh seseorang atau keluarganya bila sakit untuk memperoleh kesembuhan.

C. Konsep Infeksi Nosokomial

   1. Definisi Infeksi

  Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroba patogen, dan bersifat sangat dinamis (Septiari, 2012). Infeksi adalah akibat dari invasi mikroorganisme patogen kedalam tubuh dan reaksi jaringan yang terjadi pada penjamu terhadap organism toksinnya (Scharwtz, 2000).

   2. Definisi Infeksi Nosokomial

  Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat selama masa perawatan atau pemeriksaan di rumah sakit tanpa adanya tanda tanda infeksi sebelumnya dan minimal terjadi 48 jam sesudah masuknya kuman (Depkes, 2003).

  Infeksi nosokomial adalah infeksi akibat transmisi organism patogen ke pasien yang sebelumnya tidak terinfeksi, yang bersal dari lingkungan rumah sakit (Scharwtz, 2000).

3. Etiologi Infeksi Nosokomial

  a. Agen infeksi Pasien akan terpapar berbagai macam mikroorganisme selama di rawat di rumah sakit. Kontak antara pasien dan berbagai macam mikroorganisme ini tidak selalu menimbulkan gejala klinis karena banyaknya faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Terjadinya infeksi tergantung pada:

  (1) karakteristik mikroorganisme (2) resistensi terhadap zat-zat antibiotika (3) tingkat virulensi dan banyaknya materi infeksius (a) Bakteri

  Bakteri dapat ditemukan sebagai flora normal dalam tubuh manusia yang sehat. Keberadaan bakteri disini sangat penting dalam melindungi tubuh dari datangnya bakteri patogen. Tetapi pada beberapa kasus dapat menyebabkan infeksi jika manusia tersebut mempunyai toleransi yang rendah terhadap mikroorganisme. (b) Virus

  Banyak kemungkinan infeksi nosokomial disebabkan oleh berbagai macam virus, termasuk virus hepatitis B dan C dengan media penularan dari transfusi, dialisis, suntikan dan endoskopi. Respiratory syncytial virus (RSV), rotavirus, dan enteroviruses yang ditularkan dari kontak tangan ke mulut atau melalui rute faecal-oral. Hepatitis dan HIV ditularkan melalui pemakaian jarum suntik, dan transfusi darah. Rute penularan untuk virus sama seperti mikroorganisme lainnya. Infeksi gastrointestinal, infeksi traktus respiratorius, penyakit kulit dan dari darah. Virus lain yang sering menyebabkan infeksi nosokomial adalah cytomegalovirus, Ebola, influenza virus, herpes simplex virus, dan varicella-zoster virus, juga dapat ditularkan (Wenzel, 2002)

  (c) Parasit dan jamur Beberapa parasit seperti Giardia lamblia dapat menular dengan mudah ke orang dewasa maupun anak-anak. Banyak jamur dan parasit dapat timbul selama pemberian obat antibiotika bakteri dan obat immunosupresan.

  b. Reservoir Tempat dimana agen dapat bertahan hidup ataupun berkembang biak dan dapat menularkan. Reservoir yang paling umum adalah tubuh manusia.

  Mikroorganisme yang dapat hidup dan berkembang biak pada tubuh manusia terdapat di permukaan kulit, selaput lender saluran napas atas, usus dan vagina. Hal ini merupakan reservoir umum pada tubuh manusia.

  c. Pintu keluar (port of exit) Jalan keluar dari mikroorganisme untuk meninggalkan reservoir. Pintu keluar meliputi saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, kulit dan membrane mukosa, transplasenta dan darah serta cairan tubuh lain. d. Transmisi (cara penularan) Mekanisme bagaimana proses perpindahan agen infeksi dari reservoir ke penderita lainnya. Ada beberapa cara penularan yaitu dengan cara kontak langsung dan tidak, droplet, airbone, melalui vehikulum (makanan, air/minuman, darah) dan melalui vector seperti binatang.

  e. Pintu masuk (portal of entry) Tempat dimana agen infeksi memasuki penjamu. Pintu masuk bisa melalui saluran pernafasan, pencernaan, saluran kemih dan kelamin, selaput lender serta kulit yang luka.

  f. Penjamu (host) yang suseptibel Orang tidak memiliki daya tahan tubuh sehingga tidak dapat mencegah masuknya agen infeksi yang mengakibatkan terjadinya infeksi. Faktor yang mempengaruhi mudahnya seseorang terkena infeksi adalah umur, status gizi, status lingkungan tempat tinggal, imunisasi, penyakit kronis luka bakar yang luas, trauma atau pembedahan, pengobatan dengan imunosupresan, dan lainnya.

4. Jenis – Jenis Infeksi nosokomial

  a. Infeksi luka operasi (ILO) Merupakan infeksi yang terjadi dalam kurun waktu 30 hari pasca operasi, jika tidak menggunakan implant atau dalam kurun 1 tahun jika terdapat inplan, infeksi ini memang berhubungan dengan luka operasi, dan melibatkan suatu bagian anatomi tertentu pada tempat insisi yang dibuka atau dimanipulasi pada saat operasi.

  b. Infeksi Saluran Kencing (ISK) Infeksi saluran kemih adalah infeksi yang terjadi karena adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih.

  c. Bakterimia dan Septikemia Bakterimia dan Septikemia adalah infeksi sistemik yang terjadi akibat penyebaran bakteri atau produknya dari suatu fokus infeksi kedalam peredaran darah. Septicemia merupakan keadaan gawat, yang harus ditangani secara cepat, dan tepat, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang sangat fatal. Jika terlambat di tangani, ada kecenderungan mengarah ke keadaan syok (syok septik).

  d. Febris Peurperalis Febris peurperalis atau demam nifas merupakan infeksi yang muncul pasca persalinan pervaginam. Tidak semua persalinan pervaginam berjalan spontan. Diperkirakan 7-8% akan mengalami kesulitan atau distosia

  

(patologis) yang terjadi karena tidak proporsionalnya perpaduan antara

  tenaga dorong/his dari uterus, janin yang harus terdorong keluar, serta jalan lahir (passage) saat persalinan berjalan. e. Hepatitis virus akut Hepatitis virus akut muncul disebabkan oleh hepatitis virus A (A), hepatitis virus B (B), dan Hepatitis virus non A dan non B (HVNANB). Manifestasi klinis dari hepatitis virus dapat ikterik atau non ikterik. Pada fase pra ikterik terdapat sedikit demam, mual, anoreksia, muntah-muntah, dan nyeri perut.

  Fase ikterik biasanya muncum setelah demam, dan gejala gastrointestinal mereda, urin berwarna gelap, pembesaran hati disertai rasa nyeri dan slepnomegali.

  f. Infeksi aliran darah primer Infeksi aliran darah primer merupakan infeksi darah yang timbul tanpa ada organ atau jaringan lain yang dicurigai sebagai sumber infeksi.

  g. Infeksi saluran nafas Infeksi saluran nafas merupakan infeksi yang berdasarkan wilayah infeksinya, infeksi saluran nafas terbagi menjadi dua yaitu infeksi saluran nafas bawah dan infeksi saluran nafas atas. Infeksi saluran nafas bawah antara lain : infeksi pada bronchus, alveoli seperti bronchitis, bronkhiolitis, dan pneumonia. Infeksi saluran nafas atas meliputi : rhinitis, sinusitis, faringitis, laryngitis, epiglottis, tonsillitis, dan otits.

D. Cara Penularan infeksi nosokomial

   Berikut beberapa cara penularan infeksi nosokomial menurut (Darmadi, 2008)

  dalam (septiari, 2012) diantaranya yaitu :

  1. Penularan secara kontak Penularan ini dapat terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung. Kontak langsung terjadi melalui droplet nuclei yang berasal dari petugas, keluarga/pengunjung dan penderita lainnya. Kemungkinan lain berupa darah saat transfusi darah. Kontak tidak langsung terjadi apabila penularan membutuhkan objek perantara. Hal ini terjadi karena perantara tersebut telah terkontaminasi oleh infeksi, perantara tersebut misalnya benda mati seperti peralatan medis yang terkontaminasi.

  2. Penularan melalui udara Penularan mikroba patogen melalui udara. Infeksi yang terjadi melalui udara cukup tinggi karena ruangan / bangsal yang tertutup, secara teknis kurangnya pencahayaan dan ventilasi

  3. Penuluran dengan perantara vector Penularan mikroba patogen yang melalui perantara seperti serangga. Luka terbuka, jaringan nekrosis, luka bakar, dan gangrene adalah kasus yang rawan di hinggapi oleh lalat.

  4. Food borne Penularan mikroba patogen melalui makanan dan minuman yang terkontaminasi mikroorganisme.

  5. Water borne Penularan mikroba patogen melalui air, namun sangat kecil kemungkinannya karena air di rumah sakit sudah melalui uji baku.

E. Pencegahan infeksi Nosokomial

   Dalam upaya pencegahan pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, ada

  hal yang penting dalam pengendalian infeksi nosokomial di rumah sakit, pengendalian dan pencegahan harus sesuai dengan rantai terjadinya infeksi nosokomial menurut (Patricia, 2005) diantaranya :.

  1. Kontrol Agen infeksius Pembersihan, desinfeksi dan sterilisasi, terhadap objek yang tekontaminasi secara signifikan mengurangi dan seringkali memusnahkan mikroorganisme.

  Pembersihan adalah membuang sampah material asing seperti kotoran dan materi organik dari suatu objek. Desinfeksi menggambarkan sesuatu proses yang memusnahkan banyak mikrorganisme. Sterilisasi adalah pemusnahan seluruh mikroorganosme termasuk spora.

  2. Kontrol Reservoir Untuk mengeliminasi reservoir perawat harus membersihkan cairan tubuh, drainase, atau larutan yang dapat memusnahkan mikroorganisme. Perawat juga harus hati-hati membuang sampah alat-alat yang terkontaminasi material infeksius. Semua institusi harus mempunyai pedoman untuk membuang materi sampah infeksius menurut kebijakan lokal dan Negara.

  3. Kontrol terhadap Pintu Keluar Perawat mengikuti praktik dan kontrol untuk meminimalkan atau mencegah organisme yang keluar melalui saluran pernafasan. Perawat harus menghindari berbicara langsung menghadap pasien, perawat harus selalu menggunakan sarung tangan sekali pakai bila melakukan tindakan, masker, gown dan kacamata jika ada kemungkinan terkena percikan dan kontak cairan. Perawat yang demam ringan namun masih tetap bekerja harus menggunakan masker, khususnya bila mengganti balutan, atau melakukan prosedur steril. Perawat juga harus bertanggung jawab mengajarkan klien untuk melindungi orang lain pada saat bersin dan batuk. Cara lain untuk mengontrol mikroorganisme adalah dengan cara penanganan secara hati-hati terhadap eksudat. Cairan yang terkontaminasi dapat dengan mudah terpecik saat dibuang di bak sampah.

  4. Pengendalian penularan Kewaspadaan universal merupakan suatau pedoman yang ditetapkan oleh CDC

  (centers for disease control) untuk mencegah penyebaran dari berbagai penyakit yang ditularkan melalui darah di lingkungan rumah sakit maupun sarana pelayanan kesehatan lainnya. Kewaspadaan universal tersebut meliputi: cuci tangan, pemakaian sarung tangan, masker, kacamata, masker muka, baju pelindung, kain, peralatan perawatan pasien, pembersihan lingkungan, instrument tajam, resusitasi pasien, penempatan pasien. Perawat harus tetap waspada tentang jenis dan cara mengontrolnya. Membersihkan dan mensterilkan semua peralatan yang reversible. Tehnik yang paling penting adalah mencuci tangan dengan antiseptik untuk mencegah penularan mikroorganisme secara tidak langsung, peralatan dan bahan kotor harus dijaga agar tidak bersentuhan dengan baju perawat. Tindakan yang sering dilakukan adalah mengangkat linen pasien yang kotor langsung diangkat dengan tangan dan mengenai seragam.

  5. Kontrol terhadap Pintu masuk Dengan mempertahankan intregritas kulit dan membran mukosa menurunkan kemungkinan pasien. Tenaga kesehatan harus berhati-hati terhadap jarum suntik. Perawat harus bisa menjaga kesterilan alat dan tindakan invansif. Tenaga kesehatan dan petugas kebersihan beresiko mendapat infeksi dari tusukan jarum secara tidak sengaja.

  6. Perlindungan terhadap pasien yang rentan Tindakan isolasi atau barier termasuk pengunan gown, sarung tangan, masker, kacamata serta pelindung lainnya. Kewaspadaan berdasarkan penularan luka untuk mengurangi resiko infeksi untuk pasien tanpa memandang jenis sistem isolasi, perawat harus mengikuti prinsip dasar yaitu : mencuci tangan sebelum masuk dan meninggalkan ruang isolasi, benda yang terkontaminasi harus segera dibuang agar mencegah penyebaran mikroorganisme. Pengetahuan tentang proses penyakit dan jenis penularannya harus diaplikasikan pada saat mengugunakan barier pelindung, semua orang kemungkinan terpapar pada saat perpindahan pasien. Lingkungan yang protektif untuk isolasi dapat memiliki tekanan udara yang negatif untuk mencegah partikel infeksius mengalir keluar keruangan.

  7. Perlindungan bagi perawat Perlindungan barier harus sudah tersedia bagi petugas yang memasuki kamar isolasi seperti : penggunaan gown, masker, sarung tangan, kacamata pelindung.

  Perawat harus menggunakan sarung tangan bila beresiko terpapar material infeksius, khususnya sarung tangan direkomandisakan saat perawat ada luka pada kulit atau goresan, saat melakukan spesimen darah vena, karena mereka beresiko terkena tumpahan darah atau cairan tubuh lainnya pada tangan. CDC merekomandasikan bahwa penggunaan sarung tangan hanya untuk sekali pakai.

F. Kerangka Teori

  A. Pengetahuan

  7. Perlindungan bagi perawat

  6. Perlindungan terhadap pasien yang rentan

  5. Kontrol pintu masuk

  4. Pengendalian penularan

  3. Kontrol pintu keluar

  reservoir

  2. Kontrol

  1. Kontrol agen infeksius

  E. Pencegahan infeksi

  C. Keterampilan

  B. Sikap

  Kerangka teori ini dibentuk untuk memudahkan mengidentifikasi variabel independen dan variabel dependen.

  Sumber : Notoatmodjo (2014) & Patricia (2005)

  D. Cara penularan infesi

  C. Jenis-jenis infeksi

  B. Etiologi infeksi

  A. Definsi Infeksi

  Konsep Infeksi nosokomial

  D. Faktor yang mempengaruhi perilaku

  C. Jenis perilaku

  B. Ciri-ciri perilaku

  A. Definisi perilaku

  Konsep Perilaku

Gambar 2.1. Kerangka Teori

  E. Domain perilaku Domain perilaku

G. Kerangka Konsep

  Dalam penulisan penelitian ini penulis membuat suatu kerangka konsep yang terdiri dari variabel independen dan dependen. v

Gambar 2.2. Kerangka Konsep

  Pencegahan Infeksi Nosokomial

  1. Kontrol Agen infeksi

  2. Kontrol Reservoir

  3. Kontrol terhadap Pintu keluar

  4. Pengendalian penularan

  5. Kontrol terhadap Pintu masuk

6. Perlindungan terhadap

  pasien yang rentan

  7. Perlindungan bagi perawat

  Perilaku Perawat

  Keterampilan Pengetahuan Sikap